Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KINERJA PADA BIDANG PENDAPATAN

DALAM MENGELOLA PENDAPATAN ASLI DAERAH


(Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Ponorogo)

Irvan Nur Ridho, Tjahjanulin Domai, Abdul Wachid


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
e-mail: igoppan@yahoo.com

Abstract: Analysis of The Revenue Sector Performance In Manage Original Local Revenue At
The Department of Revenue Financial Management And Local Assets of Ponorogo Local
Government. Implementation of local autonomy in Indonesia aims to improve the welfare of the
public. The Law of Local Government number 32 year 2004, each local government is expected to
manage the revenue of each local authority. In connection with the management of local revenue
performance will require good organization to support the implementation of local autonomy. The
purpose of this study was to identify and analyze the performance of the local original revenue
management by the Revenue Sector at the Department of Revenue Finance Management and Local
Asset in the Ponorogo local government. This research uses descriptive qualitative research
approach. The results showed that the performance of local original revenue management by
Revenue Sector in the Department of Revenue Finance Management and Local Asset in Ponorogo
local government by using performance indicators organizations inputs, process, outputs has
good. the advice given is increase the ability of officials to manage local revenue, facilities
improvement and further increase the level of coordination of the work of sections in Revenue
Sector.

Keywords: Original local revenue, Local financial, Performance

Abstrak:Analisis Kinerja Pada Bidang Pendapatan Dalam Mengelola Pendapatan Asli


Daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah maka setiap daerah diharapkan mampu mengelola Pendapatan Asli
Daerahnya masing-masing. Sehubungan dengan pengelolaan Pendapatan Asli Daerah maka
diperlukan kinerja organisasi yang baik untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dan mendiskripsikan kinerja pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
oleh Bidang Pendapatan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan Pendapatan Asli Daerah yang
dilakukan oleh Bidang Pendapatan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Ponorogo sudah baik, dengan menggunakan indikator kinerja organisasi yaitu
inputs , process, outputs. Saran yang diberikan yaitu peningkatan kemampuan para pegawai dalam
mengelola Pendapatan Asli Daerah, peningkatan sarana prasarana guna menunjang pengelolaan
PAD dan lebih meningkatkan fungsi koordinasi antara seksi-seksi pada Bidang Pendapatan.

Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Keuangan Daerah, Kinerja.

Pendahuluan Daerah yang mengatur penyelenggaraan


Dengan diberlakukannya Undang-Undang pemerintah yang bersifat otonom serta
Nomor 32 pasal 10 tahun 2004 tentang mengatur tentang pemerintahan daerah
pemerintahan daerah yang mengatur didalamnya termasuk partisipasi, dan
penyelenggaraan otonomi daerah telah otonomi daerah.
menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Sumber penerimaan daerah
pasal 4 Tahun 1999 tentang Pemerintahan merupakan faktor yang sangat penting

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 221


dalam setiap kegiatan yang menunjang kerjasama fungsional dengan instansi-
pelaksanaan pemerintahan. Sesuai dengan instansi lain dalam pengorganisasian
Undang-Undang Nomor 32 pasal 157 tahun personalnya secara efektif.
2004 tentang pemerintahan daerah yang Kinerja organisasi sebenarnya dapat
mengatur pendapatan, belanja, dan dilihat melalui berbagai dimensi seperti
pembiyaan daerah menyebutkan bahwa yang dikemukakan Mahsun (2006, h.77)
sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu dimensi masukan (input), proses
untuk pelaksanaan desentralisasi adalah : (process), keluaran (ouput), hasil
Pajak daerah, Restribusi daerah, Hasil (outcomes), manfaat (benefit), dan dampak
pengelolaan kekayaan daerah yang (impact), setiap dimensi saling
dipisahkan, dan Lain ± lain PAD yang sah. berkesinambungan satu dengan yang
Dalam hal ini selaku tugas dan lainnya. Dengan memperhatikan dimensi-
wewenang dari Dinas Pendapatan dimensi tersebut maka kinerja organisasi
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dapat diukur, dan dapat digunakan suatu
(DPPKAD) dalam mengelola dan organisasi ataupun instansi untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah mengambil kebijakan yang berguna untuk
(PAD), sebagaimana tercantum dalam pelayanan masyarakat.
Undang-Undang nomor 33 pasal 7 tahun Namun dalam penelitian ini, penulis
2004 tentang perimbangan keuangan antara menggunakan sebagian dari teori yang
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dikemukakan oleh Mahsun, yaitu masukan
yang mengatur kewajiban untuk (input), proses (process), keluaran (output
meningkatkan kemampuan dengan cara ). Hal ini dimaksud agar mempermudah
mengembangkan dan mengelola sumber penulis dalam penentuan fokus penelitian.
Pendapatan Asli Daerah untuk menunjang Karena penelitiaan ini hanya berfokus pada
pelaksanaan otonomi daerah serta menggali pengelolaan PAD saja. Dengan melihat
potensi yang ada di daerah tersebut. realisasi PAD Kabupaten Ponorogo atau
Kabupaten Ponorogo sebagai daerah outputs yang mengalami surplus, bisa
otonom yang merupakan salah satu menggambarkan kondisi inputs yaitu
kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Timur Sumber Daya Manusianya dan sarana
bagian barat, dalam pengelolaan prasarana Bidang Pendapatan pada
Pendapatan Asli Daerahnya telah DPPKAD Kabupaten Ponorogo sudah baik
menunjukkan perkembangan yang sangat dan juga bisa menggambarkan proses yang
dari tahun ke tahun. Namun meskipun dilakukan sudah baik. Meskipun inputs dan
secara target penerimaan PAD dari tahun ke proses sudah baik akan tetapi jika ditinjau
tahun dapat tercapai, tetapi terjadi ketidak lebih rinci realisasi PAD Kabupaten
stabilan dalam realisasi PAD dari tahun- Ponorogo mengalami fluktuasi. Hal inilah
ketahun. Hal tersebut terbukti dari tahun yang menyebabkan penulis tertarik untuk
2010 mengalami penurun persentase melakukan penelitian.
realisasi PAD. Secara tidak langsung hal
tersebut menunjukkan unsur pengelolaan Tinjauan Pustaka
PAD di Kabupaten Ponorogo pada tahun Pemerintah Daerah
2006 ± 2010 kinerjanya belum optimal. 1. Desentralisasi
Namun pada tahun 2011 terjadi Desentralisasi berarti memberikan
peningkatan persentase realisasi PAD yang sebagian dari wewenang pemerintah
bisa dikatakan signifikan. pusat ke kepala daerah,untuk
Sebagaimana tugas dan wewenang melaksanakan dan menyelesaikan
serta tanggungjawab Bidang Pendapatan urusan yang menjadi tanggung jawab
dalam mengelola PAD yang menunjang dan menyangkut kepentingan daerah
penerimaan pendapatan daerah. Bidang yang bersangkutan (otonomi) (Bachrul,
Pendapatan selaku aparat pemungut dan 2002, h.7)
koordinator pendapatan daerah, sudah 2. Pemerintah Daerah
sewajarnya apabila dalam pelaksanaan Pemerintahan daerah adalah
operasionalnya mutlak diperlukan adanya penyelenggaraan urusan pemerintahan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 222


oleh pemerintah daerah dan DPRD pemberdayaan Badan Usaha Milik
menurut asas otonomi dan tugas Daerah (BUMD) serta Pendapatan asli
pembantuan dengan prinsip otonomi daerah yang berasal dari pajak,
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip restribusi, hasil pengelolaan kekayaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
sebagaimana dimaksud dalam Undang- (Nugroho, 2000, h.65)
Undang Dasar Negara Republik 3. Pajak Daerah
Indonesia tahun 1945 (Undang- Pajak daerah adalah iuran wajib yang
Undang Nomor 32 pasal 1 tahun 2004) dilakukan oleh pribadi atau badan
3. Otonomi Daerah kepada daerah tanpa imbalan langsung
Pemerintahan Daerah adalah hak, yang seimbang , yang dapat dipaksakan
wewenang, dan kewajiban daerah berdasarkan peraturan dan perundang-
otonom untuk mengatur dan mengurus undangan yang berlaku, yang digunakan
sendiri urusan pemerintahan dan untuk membiayai penyelenggaraan
kepentingan masyarakat setempat sesuai pemerintah daerah dan pembangunan
dengan peraturan perundang-undangan daerah (Undang-Undang Nomor 65
(Undang-Undang Nomor 32 pasal 1 pasal 1 Tahun 2001).
tahun 2004) 4. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan
Keuangan Daerah daeerah sebagai pembayaran atas jasa
1. Desentralisasi Fiskal atau pemberian ijin tertentu yang khusus
Derajat desentralisasi adalah tingkat disediakan dan atau diberikan oleh
kemandirian daerah untuk membiayai Pemerintah Daerah untuk kepentingan
kebutuhan daerahnya sendiri tanpa orang pribadi atau badan (Undang-
menggantungkan diri dengan pemerintah Undang Nomor 28 pasal 63 tahun 2009)
pusat. Sehubungan dengan desentralisasi 5. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan
fiskal, (Kadjatmiko dalam Halim dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Theresia, 2007, h.193). yang dipisahkan
2. Keuangan Daerah Perusahaan daerah adalah suatu badan
Keuangan daerah merupakan semua hak usaha yang dibentuk oleh daerah untuk
dan kewajiban daerah dalam rangka mengembangkan perekonomian daerah
penyelenggaraan pemerintah daerah untuk menambah penghasilan daerah
yang dapat dinilai dengan uang termasuk (Undang-Undang Nomor 33 Tahun
didalamnya segala bentuk kekayaan 2004)
yang berhubungan dengan hak dan 6. Lain-lain PAD yang sah
kewajiban derah tersebut, dalam Penerimaan PAD yang sah antara lain
kerangka Anggaran Pendapatan dan yaitu hasil penjualan aset tetap daerah
Belanja Daerah (Yani, 2002, h.229) dan penjualan giro, hibah, dana darurat
dan penerimaan lainnya sesuai dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) peraturan perundang-undangan yang
1. Pengertian berlaku (Undang-Undang Nomor
Pendapatan Asli Daerah adalah 33 Tahun 2004 pasal 4).
pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah Kinerja Sektor Publik
sesuai dengan peraturan perundang- 1. Pengertian Kinerja
undangan (Undang-Undang Nomor 33 Kinerja adalah gambaran mengenai
pasal 1 tahun 2004) tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
2. Sistem Pengelolaan Pendapatan Asli kegiatan/ program/ kebijakan dalam
Daerah mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan
Pemerintahan daerah mempunyai urusan visi, organisasi yang tertuang dalam
rumah tangganya sendiri, maka strategic planing organisasi (Bastian,
pemerintah daerah perlu meningkatkan 2006, h.274)
pendapatan daerahnya melalui 2. Indikator Kinerja

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 223


Indikator kinerja menurut Mahsun 1. Memberikan pemahaman mengenai
(2006, h.77) ada 6 macam : ukuran yang digunakan untuk menilai
a. Indikator Masukan (Input) kinerja manajemen.
Indikator masukan adalah segala sesuatu 2. Memberikan arah untuk mencapai target
yang dibutuhkan agar pelaksanaan kinerja yang telah ditetapkan.
kegiatan dapat berjalan untuk 3. Untuk memonitor dan mengavaluasi
menghasilkan keluaran. pencapaian kinerja dan
b. Indikator Proses (Process) membandingkannya dengan target
Dalam indikator proses, organisasi kinerja serta melakukan tindakan
merumuskan ukuran kegiatan, baik dari korektif serta melakukan tindakan
segi kecepatan, ketepatan, maupun korektif untuk memperbaiki kinerja.
tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan 4. Sebagai dasar untuk memberikan
tersebut. penghargaan dan hukuman (reward and
c. Indikator Keluaran (Output) punishment) secara objektif atas
Indikator keluaran adalah segala sesuatu pencapaian prestasi yang diukur sesuai
yang diharapkan langsung dicapai dari dengan sistem.
suatu kegiatan yang dapat berupa fisik 5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan
atau non-fisik. dan pimpinan dalam rangka
d. Indikator Hasil (Outcome) memperbaiki kinerja organisasi.
Indikator hasil adalah segala sesuatu 6. Membantu mengidentifikasikan apakah
hasil yang mencerminkan berfungsinya kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
keluaran kegiatan pada jangka 7. Membantu memahami proses kegiatan
menengah (efek langsung). instansi pemerintah
e. Indikator Manfaat (Benefit) 8. Memastikan bahwa pengambilan
Indikator manfaat adalah sesuatu yang keputusan dilakukan secara objektif
terkait dengan tujuan akhir dari (Mardiasmo, 2004, h.122)
pelaksanaan kegiatan. Indikator kinerja
ini menggambarkan manfaat yang Metode Penelitian
diperoleh dari indikator hasil. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
f. Indikator Dampak (Impact) kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Indikator dampak adalah pengaruh yang Menurut Bodgan dan Taylor dikutip oleh
ditimbulkan baik positif maupun negatif Moleong (2001, h.3) bahwa penelitian
pada setiap tingkatan indikator kualitatif digunakan untuk menghasilkan
berdasarkan asumsi yang ditetapkan. data deskriptif berupa data-data tertulis atau
Indikator ini sulit diukur karena lisan dari orang-orang dan perilaku yang
memerlukan waktu lebih dari satu dapat diamati.
periode untuk mengetahui dampaknya Pada penelitian ini yang menjadi
3. Tujuan Pengukuran Sektor Publik lokasi penelitian adalah Kabupaten
Tujuan dilakukan pengukuran kinerja Ponorogo dan yang menjadi situs penelitian
disektor publik sesuai dikemukakan adalah Bidang Pendapatan pa da Dinas
Mahmudi (2005, h.14) yaitu: Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan
1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan Asset Kabupaten Ponorogo. Sumber data
organisasi diperoleh dari data primer dan data
2. Menyediakan sarana pembelajaran sekunder. Pengumpulan data dilakukan
pegawai melalui wawancara, observasi dan
3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya dokumentasi. Analisis data menggunakan
4. Memberikan pertimbangan yang interactive model of analysis yang
sistematik dalam pembuatan keputusan dikembangkan oleh Miles dan Hubberman
pemberian reward and punishment. (2007, h.16) melalui tiga tahap yaitu
5. Memotivasi pegawai reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
6. Menciptakan akuntabilitas publik.
4. Manfaat Pengukuran Kinerja

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 224


Pembahasan Bidang Pendapatan masih kurang karena
A. Kinerja Bidang Pendapatan Pada sebagian besar pegawai mempunyai masa
Dinas Pendapatan Pengelolaan kerja yang sedikit.
Keuangan Dan Aset Daerah Dengan melihat pernyataan di atas
1. Input maka kualitas pegawai pada Bidang
1) Sumber daya manusia Pendapatan di Dinas Pendapatan
Dalam suatu organisasi hal yang paling Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
utama adalah sumber daya manusia. Kabupaten Ponorogo kurang baik.
Sumber daya manusia adalah semua
manusia yang terlibat dalam suatu 2) Sarana dan prasarana
organisasi dalam mengupayakan Sarana dan prasarana adalah segala jenis
terwujudnya tujuan organisasi tersebut peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas
(Hasibuan, 2000, h.3). Untuk mencapai yang berfungsi sebagai alat
target yang telah ditetapkan maka utama/pembantu dalam pelaksanaan
diperlukan sumber daya manusia yang pekerjaan, dan juga dalam rangka
berkualitas. Kulitas pegawai dapat dilihat kepentingan yang sedang berhubungan
dari tingkat pendidikan dan pengalaman dengan organisasi kerja (Moenir dalam
pegawai. Syamrilaode, 2011). Peralatan elektronik
Tingkat pendidikan adalah suatu (komputer) pada Bidang Pendapatan untuk
proses jangka panjang yang menggunakan memproses data dan kegiatan surat
prosedur sistematis dan terorganisir, yang menyurat performancenya tidak optimal
mana tenaga kerja manajerial mempelajari sehingga kecepatan dalam memproses data
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tidak optimal.
tujuan-tujuan umum. Tingkat pendidikan Sedangkan sarana kendaraan untuk
seorang karyawan dapat meningkatkan daya Bidang Pendapatan terdiri dari 1 buah
saing suatu organisasi dan kinerja mobil dinas dan 20 buah motor, seluruhnya
organisasi Hariandja (2002, h.169). dalam keadaan baik dan berfungsi optimal.
Berdasarkan penyajian data di atas latar Walaupun frekuensi penggunaan sarana
belakang pendidikan pegawai pada Bidang kendaraan cendurung sedikit namun
Pendapatan sebagian besar dari pegawai keberadaan sarana kendaraan ini
mempunyai latar belakang pendidikan bermanfaat dalam mendukung kinerja
yang baik dengan 2 orang berpendidikan Bidang Pendapatan dalam mengelola PAD.
S2, 19 orang berpendidikan S1, dan 2 orang Berdasarkan penyajian data maka
berpendidikan D3, namun ada sebagian sarana prasarana pada Bidang Pendapatan
pegawai yang masih mempunyai latar untuk peralatan elektroniknya kurang baik.
belakang pendidikan SMA sederajat yang Terbukti dengan performance dari
berjumlah 10 orang. Latar belakang komputer tersebut di atas tidak optimal.
pendidikan pegawai tentunya akan Sedangkan untuk sarana kendaraan sudah
mempengaruhi kualitas pegawai, namun baik meskipun frekuensi penggunaan tidak
kemampuan pegawai di Bidang Pendapatan begitu sering.
untuk memahami tugas yang diberikan
masih kurang. Hal ini merupakan kendala 3) Potensi PAD
yang berarti dalam rangka mengelola PAD. Komponen input yang diolah menjadi ouput
Pengalaman kerja adalah sebagai dalam pengelolaan PAD adalah potensi
suatu ukuran tentang lama waktu atau masa PAD. Input adalah segala sesuatu yang
kerjanya yang telah ditempuh seseorang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat
dalam memahami tugas-tugas suatu berjalan untuk menghasilkan keluaran
pekerjaan dan telah melaksanakannya (Mahsun, 2006, h.77). Dalam pengelolaan
dengan baik (Foster, 2001, h.40). Masa PAD tentunya potensi PAD merupakan
kerja pegawai menunjukkan pengalaman komponen utama dalam pengelolaan PAD.
pegawai di Bidang Pendapatan dalam Dari data di atas maka dapat diketahui
mengelola PAD. Berdasarkan penyajian bahwa potensi PAD Kabupaten Ponorogo
data di atas maka pengalaman pegawai pada begitu besar, namun demikian data

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 225


mengenai potensi PAD Kabupaten menggunakan teori elastisitas atau
Ponorogo masih belum lengkap atau masih pertumbuhan yang memungkinkan
ada potensi-potensi PAD yang belum pemasukan PAD Kabupaten Ponorogo bisa
terjamah. bertambah setiap tahunnya.
Besarnya potensi PAD Kabupaten Yang ketiga adalah pertukaran
Ponorogo ini tentunya memberikan informasi dengan daerah lain. Sehingga
tanggung jawab yang besar terhadap dengan pertukaran informasi tentang PAD
Bidang Pendapatan selaku pengelola PAD memungkinkan untuk meningkatkan atau
yang berada pada Dinas Pendapatan menggali potensi PAD yang belum
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terjamah. Dengan ada pertukaran informasi
Kabupaten Ponorogo. Akan tetapi Bidang PAD ini bisa menjadi masukan untuk
Pendapatan perlu meningkatkan lagi Bidang Pendapatan dalam mengelola PAD.
kinerjanya dalam mendata potensi PAD
yang masih belum terjamah. 2) Koordinasi
dalam mengelola PAD (Organizing)
2. Process Pengorganisasian atau koordinasi adalah
Indikator process adalah pengolahan input keseluruhan proses pengelompokkan orang-
(masukan) yang menghasilkan output orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung
(keluaran). Dalam indikator proses, jawab dan wewenang yang sedemikian rupa
organisasi merumuskan ukuran kegiatan, sehingga tercipta suatu organisasi yang
baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan
tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan dalam rangka pencapaian yang telah
tersebut. Rambu yang dominan dalam ditentukan (Siagian, 1984, h.13). Lebih
proses adalah tingkat efisiensi dan lanjut Bidang Pendapatan merupakan
ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi. koordinator dalam mengelola PAD, namun
Efisiensi berarti besarnya hasil yang demikian sesuai penyajian data di atas
diperoleh pemanfaatan sejumlah input. kinerja koordinator antara seksi-seksi pada
Sedangkan ekonomis yang dimaksud Bidang Pendapatan ini dirasa kurang.
adalah bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut Kurangnya kinerja koordinasi pada
secara lebih murah dibandingkan dengan Bidang Pendapatan antara seksi-seksi ini
standar biaya atau waktu yang ditentukan disebabkan adanya pegawai yang kurang
untuk itu (Mahsun, 2006, h.77). memahami proses koordinasi sehingga
menghambat tugas yang harus
1) Penetapan target PAD (Planing) dilaksanakan. Akibatnya tujuan yang telah
Perencanaan adalah fungsi yang sangat vital ditetapkan tidak optimal pencapaiannya.
yang bukan hanya tugas seorang pemimpin Kurangnya fungsi koordinasi inilah yang
tetapi juga harus melibatkan setiap orang menjadi salah satu penyebab target pada
dalam sebuah organisasi guna menentukan tahun 2010 tidak tercapai.
apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
cara mencapainya (Terry dalam Sutopo, 3) Aksi-aksi yang dilakukan dalam
2001, h.24). Pada tahap perencanaan di mengelola PAD (Actuating)
Bidang Pendapatan melakukan perencanaan Aksi (actuating) adalah tindakan untuk
dengan penetapan target PAD. Tahap yang mengusahakan agar semua anggota suka
dilakukan untuk menentukan target PAD berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran
yang pertama adalah analisis potensi PAD agar sesuai dengan perencanaan dan usaha-
yaitu dengan meninjau ulang apakah tarif usaha organisasi (Terry dalam Sutopo,
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 2001, h.24). Untuk mengelola PAD agar
(PDRD) masih bisa dikembangkan lagi apa sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka
tidak dan juga menggali pemasukan PDRD dalam operasionalnya perlu adanya standart
yang baru sesuai dengan peraturan yang operasional, standart opersional pada
berlaku. Bidang Pendapatan DPPKAD Kabupaten
Yang kedua adalah analisis capaian Ponorogo mengacu pada tugas pokok dan
realisasi tahun yang lalu dengan fungsi dari Bidang pendapatan itu sendiri

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 226


yang diatur dalam Peraturan Bupati nomor Proses evaluasi pada Bidang
58 tahun 2008 pasal 10 tentang uraian tugas Pendapatan berjalan dengan baik hal ini
pokok dan fungsi . Dari pengamatan di terbukti dengan realisasi PAD mulai tahun
lapangan, aksi-aksi yang dilakukan untuk 2006-2011 mengalami surplus kecuali
mengelola PAD sudah mengikuti standart tahun 2010. Dengan pengawasan yang baik
opersional dan mematuhi peraturan yang maka target yang telah ditetapkan dapat
berlaku, adapun aksi-aksi yang dilakukan tercapai. Maka dari itu pengawasan
yaitu: merupakan salah satu bagian terpenting
1. Menganalisa dalam rangka perencanaan dalam mengelola PAD.
dan pengembangan pendapatan
2. Melaksanakan segala usaha dan 3. Output
kegiatan untuk mengolah, menyusun Indikator hasil adalah sesuatu yang
rumusan kebijakan pengenaan pajak diharapkan langsung dapat dicapai dari
daerah dan perimbangan keuangan suatu kegiatan yang berupa fisik maupun
3. Mengevaluasi terhadap pencapaian non fisik. Indikator atau tolok ukur keluaran
semua bidang pendapatan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan
4. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dari suatu kegiatan. Dengan
diberikan oleh Kepala Dinas membandingkan keluaran, instansi atau
organisasi dapat menganalisis apakah
Jadi dalam Bidang Pendapatan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
mempunyai 3 seksi yaitu seksi pajak dan renacana. Indikator keluaran dijadikan
perimbangan keuangan, seksi retribusi dan landasan untuk menilai kemajuan suatu
penerimaan lain, dan seksi perencanaan dan kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan
pelaporan pendapatan. Setiap seksi ini telah dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi
diatur aksi/ tugas apa saja yang harus dengan baikdan terukur. Oleh karena itu,
dilakukan. Bidang Pendapatan menjalankan indikator keluaran, harus sesuai dengan
tugasnya berlandaskan peraturan yang lingkup dan sifat kegiatan organisasi
berlaku sehingga kegiatan Bidang (Mahsun, 2006, h.77).
Pendapatan dalam mengelola PAD Kegiatan yang dilakukan Bidang
berpayung hukum. Pendapatan DPPKAD Kabupaten Ponorogo
adalah pengelolaan PAD dan hasil dari
4) Pengawasan dalam pengelolaan PAD pengelolaan tersebut adalah realisasi PAD.
(Controling) Dengan realisasi PAD maka kinerja
Pengawasan adalah suatu proses untuk pengelolaan PAD dapat di analisis apakah
menentukan apa yang harus dikerjakan, apa sudah berjalan dengan baik apa belum.
yang sedang dikerjakan, nilai proses dan Kemampuan dalam mengelola PAD
hasil pelaksanaan pekerjaan atau tugas, dikatakan baik apabila tingkat pencapaian
melakukan koreksi-koreksi atas kesalahan- minimal 100%. Semakin tinggi tingkat
kesalahan atau sesuai rencana sebagainya pencapaian PAD maka menggambarkan
(Hadiprojo, 1993, h.53). Tahap terakhir kinerja pengelolaan PAD semakin baik.
adalah pengawasan, pengawasan yang Pengelolaan PAD mulai dari tahun
dilakukan adalah dengan evaluasi 2006 target sebesar Rp 30,242,636,048.00
penerimaan jenis-jenis PAD yang dilakukan dengan realisasi sebesar Rp
tiap 3 bulan sekali. Evaluasi dilakukan 35,639,052,182.47 atau 117,84%, karena
setiap seksi yang kemudian target mencapai lebih dari 100% maka pada
dipertanggungjawabkan kepada Kepala tahun 2006 pengelolaan PAD sangat baik.
Bidang Pendapatan. Dengan evaluasi Pada tahun 2007 target sebesar Rp
diharapakan proses pengelolaan PAD bisa 35,876,740,204.00 dengan realisasi sebesar
sesuai rencana. Evaluasi merupakan salah Rp 39,230,546,628.06 atau 109,35%, maka
satu cara untuk menjaga kinerja Bidang pada tahun 2007 pengelolaan PAD sangat
Pendapatan DPPKAD Kabupaten Ponorogo baik karena realisasi mencapai lebih dari
dalam mengelola PAD. 100%. Pada tahun 2008 target sebesar Rp
39,132,240,270.00 dengan realisasi sebesar

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 227


Rp 41,850,665,707.56 atau 106,95%, maka c. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
pada tahun 2008 pengelolaan PAD sangat tentang Pemerintahan Daerah
baik karena realisasi melebihi 100%. Pada d. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
tahun 2009 target Rp 45,494,402,445.67 tentang Perimbangan Keuangan antara
dengan realisasi sebesar Rp Pemerintah Pusat dan Pemerintah
48,007,102,290.05 atau 105,52%, maka Daerah
pada tahun 2009 pengelolaan PAD sangat e. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun
baik karena realisasi melebihi 100%. 2005 tentang Pembinaan dan
Sedangakan pada tahun 2010 target Pengawasan Penyelenggara Pemerintah
sebesar Rp 52,109,723,975.00 dengan Daerah
realisasi sebesar Rp 48,840,098,186.31 atau f. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun
93,73%, maka pada tahun 2010 pengelolaan 2007 tentang Pembagian Urusan
PAD dikatakan baik karena realisasi diantar Pemerintah antara Pemerintah,
90% - 100%. Untuk tahun 2011 target Pemerintah Daerah Provinsi, dan
sebesar Rp 59,560,884,804.00 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan realisasi sebesar Rp g. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
65,936,673,551.92 atau 110,70%, maka 2007 tentang Organisasi Perangkat
pengelolaan PAD pada tahun 2011 sangat Daerah
baik karena realisasi PAD tahun 2011 lebih h. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57
dari 100%. Jika di rata-rata realisasi PAD Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
pada tahun 2006-2011 maka hasilnya Penataan Organisasi Perangkat Daerah
adalah 107,35% maka hal ini menunjukkan i. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo
pengelolaan PAD oleh Bidang Pendapatan No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi
kinerjanya sangat baik karena realisasi PAD dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
melebihi 100% kecuali pada tahun 2010 Ponorogo
saja yang tidak memenuhi target yang telah
ditetapkan. 2. Kebijakan umum yang dituangkan
dalam APBD
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendanaan yang berasal dari APBD
kinerja Bidang Pendapatan pada terjabarkan ke dalam program dan kegiatan
Dinas Pendapatan Pengelolaan yang mendukung pengelolaan PAD
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Ponorogo. Program dan
Kabupaten Ponorogo dalam kegiatan tersebut secara umum telah dapat
mengelola PAD mencakup sebagian besar upaya dalam
rangka mengelola PAD secara optimal.
a. Faktor pendukung Namun demikian program dan kegiatan
1) Faktor internal dimaksut sudah seharusnya kedepan akan
1. Landasan hukum untuk mengelola PAD lebih dikembangkan karena terkait dengan
Dalam pelaksanaan pengelolaan PAD kompleksitas permasalahan PAD.
Bidang Pendapatan didukung dengan 2) Faktor eksternal
adanya peraturan-peraturan berlaku, Besarnya potensi PAD yang belum tergali
sehingga kegiatan yang dilakukan oleh seluruhnya sehingga memungkinkan
Bidang Pendapatan berpayung hukum. bertambahnya realisasi tahun-tahun
Adapun peraturan tersebut adalah sebagai berikutnya. Sumber Pendapatan Asli
berikut: Daerah pada dasarnya dikelompokkan
a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 kedalam empat komponen, yaitu:
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian a) Pajak daerah
yang telah diubah dengan Undang- b) Retribusi daerah
Undang No.43 Tahun 1999 c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
b. Undang-Undang No. 10 tahun 2004 dipisahkan
tentang Pembentukan Peraturan d) Lain-lain penerimaan PAD yang sah
Perundang-Undangan Formulasi kebijakan dalam
mendukung pengelolaan anggaran

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 228


pendapatan daerah akan lebih difokuskan Dalam mekanisme penetapan target PAD
pada upaya untuk mobilisasi Pendapatan terdapat kendala yaitu belum lengkap dan
asli daerah dan penerimaan daerah lainnya. akuratnya data potensi PAD. Usaha
Kebijakan pendapatan daerah Kabupaten peningkatan PAD baik melalui intensifkasi
Ponorogo tahun berikutnya diperkirakan maupun ekstensifikasi belum optimal
akan mengalami pertumbuhan dimana karena data potensi PAD yang ada dirasa
perkiraan kenaikannya didasarkan atas belum menjangkau seluruh potensi yang
komposisi realisasi dan pertumbuhan PAD ada. Padahal data tersebut merupakan dasar
tahun yang lalu. Maka dari itu penggalian bagi usaha-usaha peningkatan PAD
PAD yang belum terjamah oleh peraturan- berikutnya.
peraturan yang berlaku bisa dikembangkan
lagi. Penutup
b. Faktor penghambat Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat
1) Faktor internal diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas pegawai Bidang Pendapatan 1. Kinerja Bidang Pendapatan pada Dinas
yang kurang Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Kualitas pegawai Bidang Pendapatan yang Aset Daerah Kabupaten Ponorogo dalam
kurang tersebut menyebabkan belum pengelolaan Pendapatan Asli daerah
optimalnya pengetahuan dan pemahaman kinerjanya baik. Hal ini terbukti dengan
terhadap tata pengelolaan PAD. Sistem hasil analisis kinerja menggunakan
pengelolaan PAD yang dinamis kadangkala indikator kinerja yaitu input, proses, dan
menyebabkan pemahaman yang berbeda output. Dari indikator input, sumber
diantara pegawai pada Bidang Pendapatan. daya manusia yang terdapat pada Bidang
Perbedaan kapasitas daya serap terhadap Pendapatan memiliki kualitas pegawai
suatu sistem juga menjadi hambatan yang kurang, sarana prasarana elektronik
tersendiri bagi optimalnya pelaksanaan yang kurang dan potensi PAD yang
tugas pengelolaan PAD. besar. Indikator proses ada 4 macam
2. Kurangnya kinerja koordinasi antara yaitu proses penetapan target,
seksi-seksi pengorganisasian yang kurang, aksi-aksi
Kurangnya kemampuan pegawai dalam dalam mengelola PAD yang sudah
melaksanakan tugasnya tentunya sesuai peraturan yang berlaku, dan
menghambat pegawai dalam berkoordinasi. pengawasan yang sudah baik. Indikator
Kurangnya kinerja koordinasi ini output yaitu realisasi PAD yang sangat
menghambat Bidang Pendapatan dalam baik karena lebih dari 100% dari mulai
mengelola PAD. Ditambah lagi akibat 2006-2011, meskipun pada tahun 2010
komunikasi yang kurang menyebabkan tidak tercapai yang disebabkan
koordinasi antara seksi-seksi kinerjanya kurangnya koordinasi antara seksi-seksi
kurang. pada saat itu.
2) Faktor eksternal 2. Kinerja Bidang Pendapatan pada Dinas
1. Kurangnya kesadaran dari pembayar Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
pajak Aset Daerah Kabupaten Ponorogo dalam
Kurangnya pengetahuan tata cara mengelola PAD Kabupaten Ponorogo
pembayaran pajak oleh masyarakat mempunyai faktor-faktor yang
membuat masyarakat enggan untuk mempengaruhi yaitu faktor-faktor
membayar pajak. Pemikiran masyarakat pendukung dan faktor-faktor
tentang pembayaran pajak yang berbelit- penghambat. Faktor-faktor pendukung
belit membuat kesadaran masyarakat dalam ada 2 yaitu faktor internal dan faktor
membayar pajak berkurang. Dan juga dari eksternal. Faktor pendukung internal
pihak pemungut pajak yang kurang adalah landasan hukum untuk mengelola
memberikan sosialisasi membuat PAD dan kebijakan umum yang
masyarakat semakin kurang sadar dalam dituangkan dalam APBD, sedangkan
membayar pajak. faktor pendukung eksternal adalah
2. Kelengkapan daata mengenai potensi masih adanya potensi-potensi PAD

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 229


Kabupaten Ponorogo yang belum penghambat eksternal adalah kurangnya
tergali. Faktor-faktor yang menghambat kesadaran dari pembayar pajak dan
ada 2 yaitu faktor internal dan faktor kelengkapan data mengenai potensi
eksternal. Faktor penghambat internal PAD. Hal inilah yang berpengaruh
adalah kualitas pegawai yang kurang terhadap pengelolaan PAD Kabupaten
baik dan kurangnya koordinasi antara Ponorogo.
seksi-seksi, sedangkan faktor

Daftar Pustaka

Bachrul, Elmi. (2002) Keuangan Pemerintah Daerah Otonomi di Indonesia. Jakarta, Universitas
Indonesia (UI Press)
Bastian, Indra. (2006) Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta, Erlangga
Foster, T. (2001)101 Ways To Boost Customer Satisfaction. Terjemahan Rahadjeng. Jakarta, Elex
Media Computindo
Hadiprojo, Rekso. (1993)Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta, BPFE
Halim, Abdul dan Theresia Damayanti. (2007) Manajemen Keuangan Daerah, Pengelolaan Keuangan
Daerah. Yogyakarta, UPP STIM YKPN
Hariandja, Marihot T.E. (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Grasindo
Hasibuan, Malayu S.P. (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, PT. Gunung Agung.
Mahmudi (2005) Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta, UPP AMP YKPN.
Mahsun, Mohammad. (2006) Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta, BPFE
Mardiasmo (2004) Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta, Andi
Moleong, Lexy J. (2002) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Rosda Karya
Miles dan Huberman. (1992) Analisis Data Kualitatif. Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Nugroho, Rianto. (2000) Otonomi Daerah (Desentalisasi Tanpa Revolusi). Jakarta, Elekmedia
Komputindo Kelompok Gramedia
Siagian, S. P. (1984) Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta, Gunung Agung.
Sutopo (2001) Administrasi Manajemen Dan Organisasi. Jakarta, Lembaga Administrasi Negara RI
Syamrilaode (2011) Pengertian Sarana Dan Prasarana. [ Internet] Aavaailable from:
<File:///I:/Pengertian%20Sarana%20dan%20Prasarana.htm.> [ accesed 18 Februari 2013]
Yani, Ahmad. (2002) Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Indonesia. Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 221-230 | 230

Anda mungkin juga menyukai