Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

“ANALISIS KINERJA KEUANGAN KABUPATEN BOLAANG

MONGONDOW TIMUR (DPRD BOLAANG MONGONDOW TIMUR )”

OLEH

DELA CRISTIA DESRY SAERANG

NIM 19304125

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2022
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. 1. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah yang diatur dalam undang-undang No. 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan Daerah memberikan

kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah baik itu kabupaten maupun kota,

untuk mengurus rumah tangganya sendiri baik dalam bidang pembangunan,

pemerintahan, dan kemasyarakatan.

Berdasarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah,Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan antara

Pemerintah pusat dan Daerah serta undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

keuangan negara dinyatakan bahwa APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan

daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah yang terdiri dari

Pendapatan,Belanja dan Pembiayaan. Otonomi daerah memberikan implikasi

timbulnya kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai

kegiatan pemerintah secara lebih mandiri,tidak terlalu dan selalu menggantungkan

bantuan dari pusat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi

dan pertanggung jawaban.

Analisis kinerja pemerintah daerah dapat dilihat dari kinerja keuangan suatu

daerah. Salah satu cara untuk menganalisis kinerja keuangan suatu daerah adalah

dengan melakukan analisis rasio keuangan dalam Anggaran pendapatan dan Belanja
4
Daerah (APBD) yang telah ditetapkan serta dilaksanakan. Analisis rasio meningkatkan

kuantitas pengelolaan keuangan daerah, analisis rasio terhadap realisasi APBD juga

dapat digunakan sebagai alat untuk menilai efektivitas otonomi daerah seba kebijakan

ini yang memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk mengelola keuangan

daerahnya seharusnya bisa meningkatkan kinerja keuangan daerah yang bersangkutan

Menurut Ropa Mega Oktavia (2016)

Menurut Soraida Septa (2022) Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) menggambarkan kemapuan daerah dalam memenuhi kebutuhan daerah

masing-masiing melalui pendapatan Asli Daerah dan ditopang oleh dana perimbangan

uang diberikan oleh pemerintah pusat. Selain itu anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah juga menggambarkan belanja yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah

dalam rangka mendukung proses pemerintahan. Pengukuran kinerja dalam

pemerintahan daerah perlu dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu tahun

anggaran. Salah satu pengukuran kinerja yang perlu dilakukan adalah kinerja

keuangan.

Menurut Halim (2007: 234-241), pengukuran kinerja efektivitas dan efisiensi

Keuangan Daerah. Rasio Efektivitas merupakan kemampuan pemerintahan daerah.

Rasio Efektivitas merupakan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan

PAD yang telah direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan

berdasarkan potensi rill daerah. Sementara Rasio Efesiensi adalah rasio yang

menggambarkan perbandingan realisasi pengeluaran (belanja) dengan realisasi

penerimaaan daerah.
5
Salah satu evaluasi atau penilaian atas kinerja keuanga pemerintah dapat dilihat

dari laporan keuangan pemerintah. Pemerintah bertanggunug jawab da;am

membagikan laporan keuangan kepada masyarakat. Pertanggung jawaban pemerintah

kepada publik yang bersih merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah,

di mana untuk memfasilitasi tercapainya laporan keuangan pemerintah daerah yang

kompetitif yaitu laporan keuangan pemerintah daerah tersebut digunakan untuk

membandingkan kinerja keuangan yang akurat dengan anggaran, memperhitungkan

keadaan serta hasil opersional, memastikan tingkatan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang terpaut dengan permasalahan keuangan dan ketentuan

lainnya serta membantu mengevaluasi tingkat efisien dan efektivitas. Pengukuran

kinerja untuk kepentingan publik bisa dijadikan evaluasi atau penilaian dan

memulihkan kinerja dengan pembanding skema kerja serta penerapannya. Tidak hanya

itu pula bisa digunakan sebagai tolak ukur untuk peningkatan kinerja pemerintah

daerah periode berikutnya.Menurut Purba R.T,Simatupang Uli Flora Simatupang dan

Sitohang N.P.Asri (2022)

Berlakunya otonomi daerah membawa peluang besar

dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerja

Mengoptimalkan pendapatan utama daerah dan mengurangi ketergantungan

di luar Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004

terkait dengan pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004

Adapun perimbangan keuangan, itu adalah sinyal kepada pemerintah pusat

Penyerahan kewenangan kepada pemerintah daerah. otoritas seperti itu


6
meliputi kewenangan dalam segala bidang, baik keuangan maupun keuangan

Alam yang berpotensi membawa kesejahteraan bagi wilayah tersebut. Untuk

Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan otonomi daerah

maka otonomi ini dipusatkan di daerah kabupaten/kota, karena

bersentuhan langsung dengan masyarakat. Menurut hukum

Nomor 33 Tahun 2004, bahwa keberhasilan otonomi daerah harus didukung

berdasarkan kinerja pemerintah dalam mengelola kondisi keuangan daerah

secara terorganisir dengan baik, efisien, berbasis aturan, terbuka dan

bertanggung jawab Menurut Indriyati &Rahyuda (2018)

Menurut Kamus Akuntansi Manajemen, Kinerja keuangan pemerintah Daerah

diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai

bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu

pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu prposes

atau sautu unit organisasi”, Kinerja keuangan Pemerintah daerah menjadi sorotan

publik, hal ini mendukung dengan pernyataan Mardiasmo (2009:121) yang

menyatakan bahwa kinerja pemerintahan merupakan suatu hal yang penting untuk

menilai akuntanbilitas organisasi dan manajemen dalam menghasilkan pelayanan

publik yang lebih baik. Informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan harus

memenuhi karakteristik kualitatif sehinigga dapat digunakan dalam pengambilan

keputusan (Silky, 2012).

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah keluaran/hasil dari

kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan


7
anggaran daerah dengan kuantitas dan kualitas yang terukur, kemampuan daerah dapat

diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

(Sumarjo, 2010). Organisasi sektor publik yang salah satunya pemerintah merupakan

organisasi yang bertujuan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dengan

sebaikbaiknya, misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan

hukum, transportasi dan sebagainya. Pelayanan publik diberikan kepada masyarakat

yang merupakan salah satu stakeholder organisasi sektor publik, oleh karena itu

Pemerintah Daerah wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada DPRD

selaku wakil rakyat di pemerintahan. Dengan asumsi tersebut dapat dikatakan bahwa

Pemerintah Daerah membutuhkan sistem pengukuran kinerja yang bertujuan untuk

membantu manajer publik untuk menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur

finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja sendiri dapat dijadikan sebagai

alat pengendalian organisasi. Kinerja yang baik bagi Pemerintah Daerah dicapai ketika

administrasi dan penyediaan jasa oleh Pemerintah Daerah dilakukan pada tingkat yang

ekonomis, efektif dan efisien (Adhiantoko, 2013)

Pemerintahan Kota Bolaang Mongondow Timur merupakan kota hasil

pemekaran dari kabupaten bolaang mongondow menjadi bolaang mongondow timur

pada tanggal 30 september 2008 menurut undang-undang Nomor 29 tahun 2008

tentang pembentukan kabupaten bolaang mongondow timur diprovinsi sulawesi utara.

Sesuai undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pemerintah

daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah Daerah adalah pelaksanaan
8
fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan

daerah yaitu pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pemda dan

Dprd) Tujuan otonomi daerah ini tidak lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat daerah yang dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan,

pemberdayaan masyarakat, dan terbentuknya sarana dan prasarana di daerah yang

layak. Di samping itu, pelaksanaan otonomi daerah juga dimaksudkan untuk

mewujudkan pengelolaan sumber daya alam secara efektif serta memberikan

kesempatan bagi warga daerah untuk berpartisipasi di dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Dengan diterapkannya otonomi daerah, diharapkan kualitas dan daya

saing daerah otonomi semakin meningkat dan juga dapat berdampak pada kemajuan

dan kesejahteraan masyarakatnya.

Sebab pemerintah daerah merupakan pihak yang menjalankan roda

perekonomian, pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang dituntut untuk dapat

melaksanakan pemerintahan secara transparan dan bertanggung jawab terhadap

pengelolaan keuangan agar tercipta pemerintahannya sehingga tercipta tata kelola

pemerintahan yang baik serta adanya evaluasi yang berkala atas capaian pemerintahan

daerah dalam kurun waktu tertentu, disini pemerintahan daerah juga ditetapkan lebih

mampu menggali-gali sumber-sumber kauangan khususnya untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan di kota bolaan mongondow

timur

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan suatu

penelitian tertarik untuk mengambil judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN


9
PEMERINTAH BOLAAN MONGONDOW TIMUR (DPRD BOLAANG

MONGONDOW TIMUR )

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dikemukakan penulis maka yang menjadi

fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu meneliti sebatas pada kinerja keuangan

pemerintah kota bolaang mongondow timur tahun 2020-2021 berdasarkan rasio derajat

desentralisasi, rasio ketergantungan dan rasio kemandirian.

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penilitian ini adalah “Bagaimanakah kinerja keuangan daerah kota bolaang

mongondow timur tahun 2020-2021 berdasarkan derajat desentralisasi, rasio

ketergantungan dan rasio kemandirian.

1.4 Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah daitas maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui dan menganlisis kinerja keuangan daerah bolaang mongondow

timur tahun 2020-2021 berdasarkan derajat desentralisasi, rasio ketergantungan dan

rasio kemandirian.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ditulis di atas maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Badan pengelolaan Keuangan dan Aset daerah bolaang mongondow timur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan

dalam upaya peningkatan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.


10
2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta

sarana dalam menerapkan teori-teori keilmuan yang pernah diperoleh sebelumnya

dibangku perkuliahan, khususnya pada masa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang

analisis kinerja keuangan.daerah bolaang mongondow timur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Kinerja Keuangan Pemerintah

2. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan pemerintah Daerah adalah keluaran/ hasil dari


kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran daerah dengan kuantitas dan kualitas terukur, kemampuan daerah dapat
11
diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
(Hendri Sumarjo,2010)
Menurut Bastian (2006:273) kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan

visi organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi

yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah adalah kemampuan suatu daerah untuk menggali dan mengelola

sumber-sumber keuangan asli daerah dalam memenuhi kebutuhannya guna

mendukung berjalannya sistem pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan

pembangunan daerahnya dengan tidak tergantung sepenuhnya kepada pemerintah

pusat dan mempunyai keleluasaan di dalam menggunakan dana-dana untuk

kepentingan masyarakat daerah dalam batas-batas yang ditentukan Peraturan

Perundang-Undangan

Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola

keuangan daerahnya adalah dengan melaksanakan analisis rasio terhadap APBD yang

telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Hasil analisis rasio keuangan ini selanjutnya

digunakan untuk tolak ukur dalam: 1) Menilai kemandirian keuangan daerah dalam

membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, 2) Mengukur efektivitas dan efisiensi

dalam merealisasikan pendapatan daerah, 3) Mengukur sejauh mana aktivitas

pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya,4) Mengukur

kontribusi masing- masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.

Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran

yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Selanjutnya dalam kaitannya dengan
12
pemerintah daerah, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah keluaran atau hasil

dari kegiatan atau program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan

penggunaan anggaran daerah dengan kualitas dan kuantitas yang terukur, kemampuan

daerah dapat diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat (Sumarjo,2010). Keuangan daerah merupakan bagian integral dari

keuangan negara dalam pengalokasian sumber-sumber ekonomi, pemerataan hasil-

hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas ekonomi guna stabilitas sosial politik.

Peranan keuangan daerah akan dapat meningkatkan kesiapan daerah untuk mendorong

terwujudnya otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggungjawab. Pemerintah

dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab

memerlukan dana yang cukup dan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya

tuntutan masyarakat, kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

Sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain,

yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengertian Sistem menurut Subarti Tata (2012) sistem adalah sinergi. Konsep

sinergi ini mengandalkan bahwa didalam suatu sistem, output masing-masing bagian.

Kegiatan bersama yang dilakukan oleh bagian yang lebih besar daripada output

individual atau output masing-masing bagian. Ini berarti bahwa 2 ditambah 2 tidak

sama dengan 4, tetapi munuugkin sama dengan 5 atau lebih. Karena itulah sistem

organisasi mengutamakan pekerjaan-pekerjaan didalam tim.Tapi menurut Voets

Octavianus Fransiscus (2016) Sistem adalah serangkaian dua atau lebih komponen

yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama dan memiliki

bagian yang saling berintegrasi satu sama yang lain. Suatu sistem harus memiliki dan
13
kegiatan. Pertama,adanya masukan menjadi keluaran (output) berupa hasil operasi

(Tujuan/sasaran target pengoperasian suatu sistem), maka dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu rangkaian yang saling berkaitan satu

dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang sama.

2.2. Pengertian Manajemen keuangan daerah

Pengertian Manajemen keuangan daerah Di bawah ini akan di kemukakan


pendapat dari Abdul halim (2009:2) mengatakan bahwa. Ketika membicarakan
pengelolaan keuangan daerah, tidak dapat di lepaskan dari pembahasan mengenai
APBD. Oleh karena itu, pembahasan manajemen keuangan daerah bertolak dari
pembahasan APBD yang merupakan program kerja pemerintah daerah dalam satuan
angka. Sedangkan pendapat ahli lainnya tentang manajemen keuangan daerah menurut
Achmad Mahsum (2009:68) mengatakan bahwa manajemen keuangan daerah adalah
langkah-langkah yang di tempuh pemerintah untuk mencari sumber-sumber keuangan
berupa pajak daerah, pungutan, retribusi, dan pajak pendapatan dari hasil
transaksi.selanjutnya bilamana APBD kurang mencukupi dari sumber dana yang
dikemukakan di atas maka pemerintah daerah biasanya bermohon kepada pemerintah
Pusat dan pemerintah tingkat I, Selanjutnya bilamana pemerintah ingin membiayai
proyek-proyek investasi berupa pembangunan infrastruktur ataukah pengairan atau
pembangunan proyek listrik, dan pengadaan air bersih, maka pemerintah mencari
sumber keuangan dari investor dalam negeri maupun investor dari luar negeri.
Pada Era UU No.32/2004, aturan dan ketentuan mengenai manajemen
keuangan daerah yaitu perkembangan manajemen keuangan daerah beserta seluruh
perangkat peraturan perundangan yang terkait lebih titik beratkan pada hal-hal yang
bersifat teknis. Perubahan mengenai siklus, mekanisme, fungsi, dan struktur APBD
dilaksanakan dalam rangka menciptakan suatu sistem perundangan yang terintegrasi
antara keuangan negara (pusat) dengan. keuangan daerah. Perubahan yang terjadi
dalam pengelolaan keuangan daerah berhubunga dengan: 1) Siklus anggaran
pendapatan dan belanja daerah Perubahan yang dilakukan merupakan pengembangan
14
dari proses/tahapan pada siklus APBD era sebelumnya, seperti proses penyusunan,
perubahan, dan perhitungan APBD.
Perubahan penting dalam tahapan siklus APBD yaitu :
a. Asas akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah lebih
mendapatkan perhatian;
b. Penyusunan APBD menggunakan pendekatan prestasi kerjadan melibatkan
partisipasi semua bagian dalam organisasi/satuan kerja perangkat daerah(partisipatif
budgeting);
c. Penyusunan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berdasarkan standar
akuntansi pemerintah(SAP);
d. Laporan pertanggungjawaban keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran,
laporan arus kas, Neraca, dan catatan atas laporan keuangan;
e. Pengawasan pelaksanaan APBD dilaksanakan oleh DPRD dengan melaksanakan
sistem pengendalian intern;
f. Laporan pertanggungjawaban yang diterbitkan pemerintah daerah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan(BPK); serta
g. Prinsip anggaran yang harus diterapkan adalah transparansi, disiplin anggaran,
keadilan dan kepatuhan, ekonomis, efisiensi dan efektivitas.
2) Mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 11 Mekanisme APBD dapat
dilihat dari :
a. Pendapatan, Rencana Pendapatan yang telah ditetapkan dibagi berdasarkan
kemungkinan realisasinya dalam bentuk anggaran kas(cash budget). Realisasi dari
pendapatan daerah masuk ke kas dalam kas daerah. Anggaran kas menjadi pedoman
dalam melakukan pengeluaran dikarenakan dalam realisasi penerimaan.
b. Belanja, Belanja dalam APBD dibedakan menjadi belanja rutin dan belanja
pembangunan. Atas dasar DIKDA/DIPDA, diterbitkan SKO dan selanjutnya SPMU
yang dituangkan ke kas daerah.
3) Fungsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Berdasarkan aturan dan
ketentuan pengelolaan keuangan daerahdi era UU No. 32/2004, fungsi pengelolaan
keuangan daerah juga relatif tidak berubah. Kewenangan otorisator, ordonator dan
15
kebendaharawan masih berada pada kepala daerah (tentunya dengan pelimpahan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku).
4) Struktur Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Berdasarkan UU No. 32/2004
serta aturan pelaksanaanya, struktur APBD dibagi menjadi pendapatan, belanja,
transfer dan pembiayaan, yang masing-masing secara tegas harus dicantumkan
sebelumnya. Pendapatan dibagi atas kelompok-kelompok pendapatn dan kelompok
pendapatan dibagi atas jenis-jenis. Belanja dibagi menjadi belanja operasi, belanja
modal barang, subsidi, bunga, hibah, dan bantuan sosial. Tansfer pendapatan/bagi hasil
ke desa terdiri dari bagi hasil pajak, bagi hasil retribusi dan bagi hasil 12 lainnya.
Pembiayaan dibagi menjadi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
selisih antara surplus/defisit dengan pembiayaan dicatat sebagai selisih lebih/kurang
pembiayaan anggaran (SILPA). C. Konsep Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2015, laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan . laporan keuangan daerah yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan realisasi anggaran, laporan operasional, laporan
perubahan modal atau ekuitas, dan laporan arus kas. Maka, secara umum laporan
keuangan daerah adalah catatan informasi keuangan daerah pada satu periode
akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja suatu instansi
pemerintah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Laporan keuangan adalah
produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan keuangan yang
disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan Keuangan
yang dihasilkan dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
kemudian dijadikan dasar dalam membuat Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/
Kabupaten/ Kota. Menurut Erlina (2013:20)
laporan keuangan daerah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan, dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah yang
dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
daerah dan 13 pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas
pemerintah daerah yang memerlukannya. Laporan keuangan pemerintah daerah yang
16
merupakan gabungan dari laporan keuangan SKPD yang ada dalam pemerintahan
daerah itu disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pemerintah daerah
selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan daerah yang telah di uji dan
dianalisis tersebutkemudian digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
Kreditor, Donatur, Analis Ekonomi dan Pemerintah Daerah lainnya dan Pemerintah
Pusat. D. Good Governance dalam keuangan publik Good Governance adalah tata
kelola organisasi secara baik dengan prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Menurut Halim (2009:18) menyatakan bahwa Good Governance merupakan
isu relevan dalam pengelolaan administrasi publik. Pola-pola lama penyelenggaraan
pemerintah tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena,
tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah
dengan melakukan perubahan- perubahan yang terarah pada terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Good Governance diarahkan pada
pencapaian tujuan nasional , 14 serta pemerintah yang berfungsi secara ideal, yaitu
secara efektif dan efisien dalam melakukan upaya untuk mencapai tujuan nasional.

Faktor-Faktor sistem informasi Akuntansi (SIA) Widyaningrum Vitra (2015) yaitu :

1. Keterlibatan Pemakai pengguna adalah keterlibatan dalam proses pengembangan

sistem olleh anggota suatu organisasi atau kelompok pengguna sasaran. Semakin

banyak orang yang menggunakkan sistem, semakin sedikit kesalahan yang akan

mereka hadapi saat menggunakan sistem.

2. Pelatihan pengembangan sistem umumnya lebih baik bila aggota telah dilatih

sebelumnya. Tentu saja tingkat pengetahuan masing-masing anggota yang

mewakili pengguna, serta akuntan dan analis junior,mungkin memerlukan


17
pelatihan dasar dalam analisis dan desain. Pelatihan tidak hanya meningkatkan

keterampilan teknis, tetapi juga membantu meningkatkan komunikasi antara

anggota.Sistem informasi yang baru dipasang biasanya memerlukan personel baru

untuk mengoperasikan dan memeliharanya.

3. Dukungan manajemen puncak ,manajemen puncak adalah kepala eksekutif yang

terdiri dari sekelompok kecil manajer. Contohnya Presiden, Direktur ,Wakil

Direktur, Wakil Presiden Senior, Kepala Divisi,dll. Disisi lain Menurut Doll (1985)

dukungan manajemen mencakup jaminan pinjaman dan penetapan prioritas dan

penetapan prioritas pembangunan.

4. Kompetensi penggunua menurut Robbin (2007) yaitu kompetensi pengguna

kompetensi mengacu pada kemampuan individu untuk melakukan berbagai tugas

dalam suatu pekerjaan. Bahwa kompetensi adalah penilaian terkinin apa yang dapat

dilakukan seseorang.

Adapun prinsip dasar good governance adalah sebagai berikut :

a. Public participation, yaitu Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi yang mewakili

kepentingan.

b. Rule of Law, yaitu Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang

bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia.

c. Transparancy, yaitu Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.

Proses, lembaga, dan informasi secara langsung dapat diterima oleh pihak-pihak yang

membutuhkan.
18
d. Responsiveness, yaitu embaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk

melayani setiap stakeholders.

e. Consensus Orientation, yaitu Good Governance menjadi perantara kepentingan

yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas

dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.

f. Equity, yaitu Semua warga negara mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau

menjaga kesejahteraan mereka.

g. Effectiveness and Efficiency, yaitu Proses dan lembaga menghasilkan public goods

dan services sesuai dengan apa digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang

tersedia sebaik mungkin.

2.3 Konsep Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah


Hasil kegiatan yang dicapai oleh pemerintah daerah dalam bentuk kuantitas dan
kualitas terukur terkait penggunaan anggaran daerah menjadi pengukuran kinerja
keuangan pemerintah daerah tersebut (Pangkey, Saerang & Tulung, 2017).Penggunaan
dana dalam hal ini ditujukkan untuk kebutuhan masyarakat setempat dalam batas-batas
yang ditentukan oleh undang-undang (Satria & Sari,2018) Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah menyebutkan bahwa kinerja adalah suatu keluaran atau hasil dari kegiatan
atau program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Ukuran kinerja menjadi dua, yaitu
ukuran kinerja keuangan dan ukuran kinerja non-keuangan. Kinerja keuangan biasanya
diukur berdasarkan anggaran yang telah dibuat, yaitu dengan menganalisis varians
(selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Di pihak lain,
kinerja non-keuangan dapat dilihat dari kualitas pelayanan, kedisiplinan, kepuasan
pelanggan dan sebagainya.
Dalam jurnal Dewi SPA dan Fajar Harimurti (2017), kinerja keuangan
daerah memiliki peran dalam mengelola asset, dalam hal ini termasuk keuangan
19
daerah, sehingga masing-masing daerah perlu mengelola keuangan yang dimilikinya.
Untuk dapat mencapai tata kelola pemerintahan yang baik (Good Corporate
Governance) maka sudah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk dapat
mewujudkannya. Pemerintah dikatakan mempunyai kinerja baik apabila pemerintah
tersebut mampu mengelola pemerintahan sehingga dapat memberikan kesejahteraan
kepada masyarakatnya secara keseluruhan.
Kinerja Keuangan Daerah adalah wujud dari bentuk penilaian terhadap
pencapaian kegiatan atau serangkaian program suatu organisasi dalam satu periode
tertentu di bidang keuangan dalam mewujudkan tujuan, visi dan misi yang telah
ditetapkan, yang nantinya akan dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti
standar hasil kerja, target dan sasaran yang sebelumnya telah disepakati bersama.
Pengukuran Kinerja Keuangan sangat penting untuk menilai akuntabilitas
pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas
bukan sekedar kemampuan menunjukan bagaimana uang publik dibelanjakan akan
tetapi meliputi kemampuan yang menunjukan bahwa uang publik tersebut telah
dibelanjakan secara efisien, efektif dan ekonomis. Efisien berarti penggunaan dana
masyarakat tersebut menghasilkan outpun yang maksimal, efektif berarti penggunaan
anggaran tersebut harus mencapai targettarget atau tujuan untuk kepentingan publik,
dan ekonomis berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah
dan kualitas
Analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dalam pengelolaan
anggaran pendapatan daerah secara umum terlihat dari realisasi pendapatan dan
anggarannya. Apabila realisasi melampaui anggaran (target) maka kinerja dapat dinilai
dengan baik. Penilaian kinerja pendapatan pada dasarnya tidak cukup hanya melihat
apakah realisasi pendapatan daerah telah melampaui target anggaran, namun perlu
dilihat lebih lanjut kompenen pendapatan apa yang paling berpengaruh
Dalam laporan keuangan rasio adalah suatu angka yang menunjukkan
hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya. Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya
dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio. Rasio ini dapat memberikan
20
gambaran tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan. 10 Untuk mengukur
kinerja keuangan daerah dapat diukur dengan
a. Rasio Derajat Desentralisasi
Rasio ini menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang

diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan

pembangunan. Berikut adalah tabel kategori tingkat desentralisasi keuangan

daerah:

Tabel 2.1

Kategori Tingkat Desentralisasi Keuangan Daerah


Kemampuan Desentralisasi

Keuangan

Sangat rendah 0%-25%

Rendah > 25%-50%

Sedang > 50%-75%

Tinggi (mandiri) > 75%-100%

b. Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan keuangan daerah yaitu rasio yang mengukur tingkat kemampuan

daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Semakin tinggi rasio yang

dihasilkan maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap

pemerintah pusat dan atau pemerintah provinsi.

Tabel 2.2
Kategori Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan Ketergantungan
Sangat rendah 0%-25%
Rendah > 25%-50%
21
Sedang > 50%-75%
Tinggi (ketergantungan) > 75%-100%
c. Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian adalah tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai

sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan

daerah.

Tabel 2. 3.

Kategori Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah

Kemampuan keuangan Kemandirian (%) Pola Hubungan

Sangat rendah 0%-25% Instruktif

Rendah 25%-50% Konsultatif

Sedang 50%-75% Partisipatif

Tinggi 75%-100% Delegatif

Tinggi 75%-100% Delegatif

Keterangan pola hubungan rasio kemandirian :

1. Pola hubungan instruktif, di mana peranan pemerintah pusat lebih dominan dari
pada kemandirian pemerintah daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan
otonomi daerah).
2. Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah mulai
berkurang karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi
daerah.
3. Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat sudah mulai berkurang,
mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu
melaksanakan urusan otonomi daerah.
4. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan
otonomi daerah
II.1 PENELITIAN TERDAHULU
22
No Nama, Tahun, Dan Persamaan Hail penelitian
Judul Penelitian
1. Soraida Septa (2022), a) Menganalisi Kinerja a. Data yang
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah digunnakan adalah data
Keuangan Pemerintah b) Penelitian tahun 2018-2021
Daerah Kotac) menggunakan metode b. Bahwa pemkot
Banjarmasin sebelum kualitatif deskriptif. banjarmasin keuangan
dan selama pandemi d) Samasama menggunakkan tahun 2018 rasio
rasio PAD Efektivitas dan efketivitas pendapatan
Kemandirian asli daerah sebesar
99,29Pada Tahun
2019 rasio efektivitas
sebeesar 105,12%
termasuk dalam
kriteria sangat efektif
Pada Tahun 2020
sebesar 73,98%
termasuk dalam
kriteria kurang efektif
sedangkan untuk
tahun 2021 realisasi
PAD efektivitas
sebesar 1010,34%
termasuk dalam
kriteria sangat efektif.
c. Tahun 2018 rasio
kemandirian sebesar
17,60% artinya
kemandirian keuangan
daerah masuk dalam
kriteria kurang
mandiri sedangkan
pada tahun 2019
31,68% cukup mandiri
pada tahun 2020 rasio
kemandirian nya
26,57% kemandirian
keuangan berada pada
sedang pada tahun
2021 sebesar 30,40%
artinya kriterianya
cukup mandiri
2. Keintjem, Vici A., and Menganalisi Kinerja a.Hasil penelitian
Sri Murni.(2022) Keuangan Pemerintah menunjukkan bahwa
"ANALISIS KINERJA Penelitian menggunakan kinerja keuangan daerah
KEUANGAN metode kualitatif kabupaten anggai Laut
PEMERINTAH deskriptif berdasarkan rasio
DAERAH Peneliti menganalisis keuangan daerah yaitu
KABUPATEN menggunakkan rasio PAD Rasio Efektivitas PAD
BANGGAI LAUT Efektivitas dan sudah sangat efektif,
TAHUN ANGGARAN Kemandirian Rasio Keserasian
2017-2019."  Belanja modal sudah
cukup baik karena telah
23
melebihi rata-rata
belanja modal.
b. Sedangkan untuk
Rasio Kemandirian dan
Rasio Pertumbuhan
PAD belum cukup baik.
Hal ini disebabkan
karena pemerintah
daerah masih sangat
bergantung pada
pemerintah pusat dan
belum mampu untuk
mempertahankan dan
meningkatkan
keberhasilannya yang
dicapai dari periode ke
periode berikutnya.
3. Subaja,K Topik penelitian sama, a..menunjukkan analisis
(2022). ANALISIS yaitu menganalisis Kinerja rasio derajat desetralisiasi
KINERJA KEUANGAN Keuangan Pemerintah fiskal sebersar 7,35%
PEMERINTAH Penelitian menggunakan dalam kategori sangat
DAERAH metode kualitatif kurang, analisis rasio
KABUPATEN POSO deskriptif. kemandirian keuangan
TAHUN 2016-2020.  pengumpulan data daerah 9,40% dalam
menggunakan metode kategori Rendah Sekali,
deskriptif-induktif. rasio efektivitas
Penelitian ini Pendapatan Asli Daerah
menggunakan teori 109,11% dikategorikan
analisis rasio keuangan sangat Efektif, rasio
oleh Mahmudi yang terdiri efisiensi 98,99% dalam
atas rasio derajat 2 kategori Kurang Efisien,
desentralisasi fiskal, rasio Dari hasil penelitian ini,
kemandirian keuangan di Kabupaten Poso
daerah tergoIong masih rendah
daIam mendukung
peIaksanaan otonomi
daerah namun mengalami
peningkatan setiap
tahunnya.
b. Dalam mengatasi
permasalahan tersebut
saran peneliti adalah
pemerintah daerah dapat
mengoptimalkan realisasi
penerimaan pajak dan
meningkatkan realisasi
anggaran yang
dianggarkan sebelumnya
serta menempatkan
pegawai sesuai
kompetensi yang dimiliki.
4. Marliani Nanda (2022) a. Menganalisi Kinerja a. Hasil penelitian
Analisis Kinerja Keuangan pemerintah menunjukkan
24
Keuangan Pemerin b. Penelitian menggunakan bahwa rata-rata
tah Kabupaten Bandung metode kualitatif rasio kemandirian
Tahun 2016-2020 deskriptif keuangan daerah
Meneliti menggunkkan berada pada
rasio
kriteria rendah
dengan pola
hubungan
konsulatif
b. Rata-rata rasio
derajat
desentralisasi
berada pada kriteria
kurang
c. Rata-rata rasio
efektivitas PAD
sudah sangat efektif
d. Rata-rata rasio
efisiensi belanja
sudah termasuk
kategori efisien.
5. Syahara, Bunga a. Menganalisi Kinerja a. Hasil Penelitian
Qolbiyah, and Keuangan Pemerintah neraca dan data dari BPS
Muhammad Aufa. Jawa timur. Data
(2022) Analisis Kinerja b.Penelitian menggunakan tersebut meliputi : PAD,
Keuangan Pemerintah metode kualitatif total pendapatan, DAK,
Daerah Provinsi Jawa deskriptif total kewajiban, belanja
Timur Sebelum Dan c. menngunakkan rasio pegawai, total aset tetap,
Saat Pandemi Covid-19 kewajiban jangka
panjang, total aset tetap,
dan jumlah
penduduk.Akan tetapi
pada penelitian ini,
b. data dari LKPD
Kabupaten Jember
Tahun 2020 tidak
dicantumkan karena
Kabupaten Jember
masih dalam proses di
Aparat Penegak Hukum
sehingga LPKD tidak
dapat dipublikasikan.

Sumber : Data diolah peneliti

2.6 Kerangka Berpikir


25
Analisis Kinerja
Keuangan Pemerintah
Kabupaten Serang

Rasio DerajatRasioRasio Rasio Ei


Rasio fisiens
DesentralisasiKetergantunganKemandirian
Keserasian Belanja

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan gambar 1.1 di atas, untuk melakukan analisis kinerja keuangan pemerintah
daerah kabupaten Serang terdapat lima indikator yaitu; rasio derajat desentralisasi, rasio
ketergantungan, rasio kemandirian, rasio keserasian dan rasio efisiensi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penilitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan dalam penelitian kualitatif ini

penulis memilih pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang bersifat

deskriptif.

Menurut Sugiono (2011), “metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat post positivism, digunakan untuk meneliti pada obyek

yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument

kunci, pengembilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,

Teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif


26
dan kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.

Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif Menurut sugiono (2019), yaitu “suatu

rumusan masalah yang berkenan dengan pernyataan terhadap keberadaan variabel

mandiri,baik hanya pada satu variabel atau lebih variabel “(variabel mandiri mandiri

adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel independen karena kalua variabel

independent selalu dipasangkan dengan variabel independen)”

Pendekatan kualitatif deskriptif dianggap merupakan pendekatan yang paling

tepat karena dalam penelitian ini telah dijabarkan mengenai sautu masalah dan harus

dicari bagaimana pecahan masalah tersebut.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penetapan lokasi

penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena

dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan

sehingga memepermudah penulis dalam melakukan penelitian.Lokasi ini bisa

diwilayah tertentu atau suatu Lembaga tertentu dalam masyarakat. Untuk memperoleh

data primer, lokasi penelitian dilakukan di Gedung DPRD Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur jl.Dua Arah Tutuyan

3.3 Insturmen Penelitian

Menurut sugiyono (2019), dalam penelitian kualitatif (karena tidak melakukan

pengukuran, tetapi eksplorasi untuk menemukan), maka yang menjadi instrument atau

alat penelitian adalah peneliti sendiri.Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga
27
harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan. Vaidasi terhadap peneliti sebagi instrument meliputi

validasi terhadap pemahanam metode penelitian kualitatif, penguasan waawasan

terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik

secara akademik maupun logistiknya. Cara melakukan validasi adalah peneliti sendiri

melalui evaluasi di (Sugiyono, 2019).

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya

(sugiyono, 2019).Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti itu

sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian ini menjadi jelas, maka

kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan

dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui

observasi,wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2019)

Dalam penelitian ini kualitatif instrument utamanya adalah peneliti itu sendiri maka

dari itu penulis akan terlibat aktif dalam penelitian yang dilakukan mulai dari

pengumpulan data, analisis data, dan diskusi hasil hingga sampai menulis dan

menyajikan diskusi hasil temuan penelitian sampai dengan penyimpulan Analaisis

sistem informasi Kinerja Keuangan.

3.4. Sumber Data

1. Data primer. Data primer biasanya diperoleh dengan survey lapangan yang

menggunakan semua metode pengumpulan data orisinal.


28
2. Data sekunder. Data sekudnder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa gambaran umum

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Laporan Realisasi Anggaran tahun 2020

dan 2021.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengolahan data menggunakan metode analisis data, untuk mengetahui

kinerja keuangan Pemerintah daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tahun

2020 sampai 2021, maka dilakukan pengujian berdasarkan rasio derajat

desentralisasi, rasio ketergantungan, rasio kemandirian, rasio keserasian (rasio

belanja operasi dan rasio belanja modal) dan rasio efisiensi belanja untuk

mengukur tingkat kinerja keuangan,

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1 analisis yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini

adalah analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis ini digunakan untuk mengukur

kinerja keuangan dengan rasio keuangan.

1. Rasio Derajat Desentralisasi

Rasio Derajat Desentralisasi = PAD x 100%


Total Pendapatan

2. Rasio Ketergantungan

Rasio Ketergantungan = Pendapatan Transfer x 100%


Total Pendapatan
3. Rasio Kemandirian

Rasio Kemandirian = PAD x 100%


Transfer Pusat + Provinsi
+Pinjaman
4. Rasio Keserasian

a.Rasio Belanja Operasi = Realisasi Belanja Operasix100%


Total Belanja Daerah

b. Rasio Belanja Modal =Realisasi Belanja Modal x 100%


Total Belanja Daerah

5. Rasio Keserasian

Rasio Efisiensi Belanja = Realisasi Belanja x100%


Anggaran Belanja

3.7 Keabsahan Data

29
DAFTAR PUSTAKA

Voets, Fransiscus Octavianus. "Analisis sistem informasi akuntansi siklus

penjualan dan penerimaan kas untuk meningkatkan pengendalian intern

pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (ALFAMART) cabang Manado."

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16.4 (2016).

Sundari, Yani. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Pada PT.

Kerta Gaya Pusaka Medan. Diss. 2017.

Bahari, I., Dwiatmanto, & Endang, M. (2017).Analisis Sistem

Akuntansi Pejualan dan Pengeluaran Kas Dalam Upaya Meningkatkan

Pengendalian Intern (Studi Pada PT Sumber Purnama Sakti Motor

Lamongan), 76-77.Jurnal Administrasi Bisnis

Mardi. (2011). Sistem Informasi Akuntansi. Ghalia Indonesia.

Khumaira, Alya Tasqiya. "Evaluasi Pengendalian Internal Sistem Informasi

Akuntansi atas Siklus Penjualan dan Penerimaan Kas (Studi Kasus Pada

PT Geoff Maksimal Jaya)." Jurnal Proaksi 8.1 (2021): 298-302.Siklus

Penjualan Dan Penerimaan Kas (Studi Kasus Pada PT Geoff Maksimal

Jaya).

Sabilla veronica , analisis sistem informasi akuntansi penjualan kredit

dalam upaya meningkatkan sistem pengendalian internal pada PT.Surya

plastindo” Jurnal (Ubhara.ac.id.)(2020)Vol.3

Utami Nurul Silmi.(2021). Pengertian penjualan para ahli bentuk jenis dan

30
tujuannya.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/08/27/131616269/penjualan-

pengertian-para-ahli-bentuk-jenis-dan-tujuannya?page

Irmadayanti, Wahyu. Analisis Sistem Pengendalian Intern Perngeluaran Kas

Pada PT. Soci Mas Medan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara 2017. Diss. 2017.

Sudarmanto, Eko, et al. Sistem Pengendalian Internal. Yayasan Kita Menulis,

2021.

Mosey, Smitha, Linda AO Tanor, and Olviane O. Sumampouw. "Analisis

Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT. Mutiara Multi

Finance Cabang Manado: Pada PT. Mutiara Multi Finance." Jurnal

Akuntansi Manado (JAIM) (2021): 228-239.

Rachmawati, Anita. "Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

Tunai dalam Meningkatkan Pengendalian Intern pada PT. Mutiara

Cahaya Plastindo." E-Journal Akuntansi" EQUITY" 3.3 (2017).

Anggraeni, Riris Mega Hardi. PENGARUH PENJUALAN TUNAI,

PENJUALAN KREDIT, DAN PENETAPAN HARGA TERHADAP

LABA PENJUALAN PRODUK PIPA SET HD INVERTER 1 PK PADA

PT SUMBER MANDIRI CABANG KENJERAN SURABAYA. Diss.

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA, 2017.

Widyaningrum, Vitra. "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

31
MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

(SIA)(Study Kasus PT. Sinarmas Distribusi Nusantara)." Universitas

PGRI Yogyakarta (2015).

32
33

Anda mungkin juga menyukai