Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH KEJELASAN ANGGARAN, PENGENDALIAN

AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN DAN PENGAWASAN


FUNGSIONAL TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA
PEMERINTAH DERAH KABUPATEN SUMENEP

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
YULISANTI
NPM. 719221391

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WIRARAJA
2023

i
PENGARUH KEJELASAN ANGGARAN, PENGENDALIAN
AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN DAN PENGAWASAN
FUNGSIONAL TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH
DERAH KABUPATEN SUMENEP

Usulan Penelitian untuk Skripsi


Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :
YULISANTI
NPM. 719221391

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WIRARAJA
2023

Telah Disetujui
Dosen Pembimbing
Pada Tanggal 11 April 2023
Astri Furqani, SE.,M.Ak
NIDN: 0711098810

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................
1.2. Rumusan Masalah................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Pustaka.................................................................................
2.2. Penelitian Terdahulu............................................................................
2.3. Kerangka Pikir Penelitian....................................................................
2.4. Perumusan Hipotesis...........................................................................
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian....................................................................................
3.2. Objek dan Waktu Penelitian................................................................
3.3. Populasi dan Sampel............................................................................
3.4. Jenis dan Sumber Data........................................................................
3.5. Teknik Pengumpulan Data..................................................................
3.6. Variabel dan Definisi Operasional Variabel........................................
3.7. Teknik Analisis Data...........................................................................

JADWAL PENELITIAN..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................

iii
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dalam sebuah negara terdapat pemerintahan yang berfungsi sebagai suatu
kesatuan organisasi dimana pemerintah pusat atau pemerintah daerah mempunyai
tugas untuk menjalankan pemerintahan. Menurut peraturan perundang-undangan yang
terdapat pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yakni
kepala daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah serta yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi sebuah kewenangan daerah
otonom dimana kewenangan otonomi daerah itu sendiri bersifat luas, nyata dan
bertanggungjawab. Adapun salah satu kesatuan organisasi tersebut adalah organisasi
sektor publik.
Salah satu tujuan dari organisasi sektor publik adalah untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang merata. Penilaian kinerja pada organisasi sangat
penting untuk dilakukan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut untuk memiliki kinerja
yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan mendorong pemerintah untuk
senantiasa tanggap terhadap lingkungannya, dengan berupaya memberikan pelayanan
yang terbaik secara transparan dan berkualitas. (Lahur, Simamora, and Diarsyad
2022)
Sistem akuntanbilitas kinerja pemerintah perlu dilaksanakan sebagai alat ukur
untuk mengetahui kemampuan organisasi dalam pencapaian visi dan misi serta tujuan
suatu organisaisi. Setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur dan dinyatakan
keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa yang akan datang yang
dinyatakan dalam visi dan misi organisasi. Adanya pengukuran tingkat keberhasilan
suatu organisasi dalam bentuk mekanisme evaluasi, maka dapat diketahui suatu
kinerja organisasi. Untuk mencapai visi misi yang telah ditetapkan melalui kegiatan,
program atau kebijaksanaan dalam pemerintahan dibutuhkan pembagian wewenang
atau pendelegasian yang tepat.
Pergeseran sistem pemerintahan republik Indonesia dari sentralisasi ke
desentralisasi yang didukung oleh UU Otonomi Daerah No. 22/1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diberlakukan sejak Januari 2001.
Sejak diberlakukannya UU No 22 Tahun 1999 tentang pelaksanaan otonomi daerah
dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, efektif dan
bertanggungjawab yang diperbaharui dengan UU No 32 tahun 2004.

1
Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja
yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan mendorong pemerintah agar
senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya, dengan berupaya memberikan
pelayanan terbaik secara transparan dan berkualitas serta adanya pembagian tugas
yang baik pada pemerintahan tersebut. (Widaryanti and Pancawardani 2020)
Pendelegasian dan tanggung jawab dari manajemen tingkat atas ke tingkat yang
lebih rendah nantinya akan berdampak terhadap implementasi pengambilan keputusan
yang dibuat oleh manajer. Desentralisasi sendiri merupakan sebuah praktik
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah
dalam suatu organisasi. Desentralisasi akan berdampak pada kinerja organisasi secara
keseluruhan. Organisasi yang terdesentralisasi akan lebih fleksibel, lebih efektif, lebih
inovatif, serta memiliki komitmen untuk meningkatkan semangat kerja dan
produktivitas yang besar.
Di lingkungan pemerintahan, penyerahan kewenangan dari manajemen puncak
kepada para manajer lebih rendah dimaksudkan untuk mendekatkan tangan
pemerintah kepada publiknya. Dalam melaksanakan pemerintahan, pemerintah daerah
berkewajiban melakukan dua jenis pertanggungjawaban. Pertama,
pertanggungjawaban vertikal kepada pusat, kedua, pertanggungjawaban horizontal
kepada DPRD dan masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban pemerintah
daerah tersebut merupakan elemen penting dalam proses akuntabilitas.
Akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi yang mengungkapkan
aktivitas dan kinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dengan informasi dan pengungkapan tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah harus mampu dan bersedia menjadi subyek pemberi informasi atas aktivitas
dan kinerja keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, konsisten,
dan dapat dipercaya. Pemberian informasi dan pengungkapan kinerja keuangan
pemerintah ini bertujuan untuk memenuhi hak-hak masyarakat di antaranya adalah
hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk beraspirasi dan berpendapat, hak untuk
diberi penjelasan, serta hak untuk menuntut pertanggungjawaaban.
Dalam menghadapi pertanggungjawaban di atas, pemerintah perlu memerhatikan
beberapa hal antara lain kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, sistem
pelaporan yang tepat. Instansi pemerintah yang berkewajiban menerapakan sistem
akuntabilitas dan kinerja dan pelaporannya adalah instansi Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Lingkungan yang mempengaruhi akuntabilitas

2
suatu entitas dapat meliputi lingkungan internal dan eksternal yang dapat membentuk,
memperkuat, atau memperlemah efektifitas pertanggungjawaban instansi dan
tanggung jawab yang dilimpahnkan kepadanya. Dalam keberhasilan akuntabilitas
pada sektor publik dibutuhkan suatu kejelasan sasaran anggaran dan tujuan anggaran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penyusunan tujuan anggaran harus jernih dan tidak membingungkan pelaksana
anggaran dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, dan realisasi anggaran yang
telah disusun diharapkan dapat mencapai tujuan sehingga berdampak pada penilaian
kinerja. Dalam penyusunan anggaran tentunya perlu melibatkan para pihak untuk ikut
serta dalam penyusunan anggaran agar penyusunan anggaran dapat tepat sasaran dan
sesuai dengan ketentuan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), Key Performance Indicators (KPI) dan dokumen lainnya sebagai
suatu acuan dalam penganggaran berdasarkan tujuan strategis yang ingin dicapai.
Untuk itu, perlu dilakukan pengendalian akuntansi terhadap semua kegiatan
pemerintahan untuk menghindari terjadinya kecurangan serta mengawasi dan
mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan penggunaan sumber dayanya lebih
efektif dan efisien. Dalam memahami akuntansi sebagai alat pengendalian perlu
dibedakan penggunaan informasi sebagai alat pengendalian keuangan (financial
control) dengan informasi akuntansi sebagai alat pengendalian organisasi
(organizational conrol). Pengendalian keuangan terkait dengan peraturan atau sistem
aliran uang dalam organisasi pemerintahan yaitu untuk memastikan tingkat likuidias
dan solvabilitas yang cukup baik dalam lingkungan pemerintahan. Pengendalian
organisasi juga memiliki peran penting dalam memotivasi karyawan untuk mencapai
tujuan organisasi. Dengan adanya pengendalian, maka setiap program/kegiatan dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan akan berimplikasi pada kinerja pegawai
dan pemerintah secara keseluruhan yang lebih baik.
Kemudian, jika pengendalian akuntansi sudah dianggap baik, maka selanjutnya
harus dilakukan sistem pelaporan atas apa saja yang telah dilakukan dalam suatu
instansi tersebut dari bawahan ke unit yang lebih tinggi. Sistem pelaporan biasanya
menyediakan beberapa informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan. Sistem
pelaporan ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan, menganalisa,

3
menggolongkan dan mengelola suatu transaksi yang nantinya dilaporkan kepada
pengguna sistem.
Tidak hanya itu, pemerintah perlu menerapkan sebuah pengawasan guna
mengawasi para pegawai dalam menjalankan tanggung jawabnya. Dengan adanya
pengawasan ini diharapkan agar anggaran yang disusun serta ditetapkan oleh
pemerintah dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sesuai dengan
kebijakakan yang telah ditetapkan.
Penelitian yang dilakukan Mardismo, pada tahun (2007) mengemukakan bahwa
ada unsur ketidakjelasan antara kebijakan, perencanaan, dan penganggaran karena
seringkali kebijakan tersebut disusun tanpa mencerminkan rencana kerja dan prioritas
yang telah disusun oleh pemerintah. Dan juga, rendahnya pengendalian terhadap
input bukan pada pencapaian output dan outcomes.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Imelda pada jurnalnya dengan penelitian
yang sama yang dilakukan di Kabupaten Barito Utara, dengan menggunakan uji
statistik hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kejelasan anggaran dan
pengawasan fungsional memiiki pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas
kinerja pemerintah kabupaten Barito Utara. Sedangkan penerapan standar akuntansi
pemerintahnya tidak ada yang berpengruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah kabupaten Barito Utara. Imelda juga melakukan pengujian simultan yang
ternyata pengaruh kejelasan anggaran.
Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Afilu Hidayatullah dan Irine Herdjiono
yang dalam penelitiannya menghasilkan bahwa kejelasan sasaran anggaran,
pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan berpengaruh signifikan terhadap
akntabilitas kinerja instansi pemerintah dan pengujian secara simultan menunjukkan
pengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di
Merauke.
Dari kedua penelitian tersebut, peneliti juga berinisiatif melakukan penelitian yang
sama dengan menambahkan satu variabel lagi berupa “pengawasan fungsional” agar
menambah sedikit pengetahuan peneliti dan juga pembaca yaitu dengan menetapkan
judul penelitian “PENGARUH KEJELASAN ANGGARAN, PENGENDALIAN
AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN DAN PENGAWASAN FUNGSIONAL
TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN SUMENEP”.

4
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan bukti
empiris mengenai pengaruh kejelasan anggaran, pengendalian akuntansi, sistem
pelaporan, dan pengawasan fungsional terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah
daerah kabupaten Sumenep. Dengan menggunakan pengujian skala likert berupa
kuisioner yang disebar ke seluruh unit SKPD Kabupaten Sumenep sebanyak 120
responden yang terdiri dari kepala dinas, staf bendahara, staf bagian pengawas, dan
staf ahli akuntansi. Yang di mana nantinya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pemeritah daerah khususnya kabupaten Sumenep dan juga
dapat memberikan kontribusi berupa informasi serta sebagai landasan penelitian
selanjutnya mengenai akuntabilitas kinerja pemerintah.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjdadi pokok permasalahannya


adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaruh kejelasan anggaran terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah Kabupaten Sumenep?
2) Bagaimana pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah Kabupaten Sumenep?
3) Bagaimana pengaruh sistem pelaoran terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah
daerah Kabupaten Sumenep?
4) Bagaimana pengaruh pengawasan fungsional terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah Kabupaten Sumenep?

1.3. Tujuan Penelitian


Dari semua yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah di atas, adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1) Untuk mengetahui pengaruh kejelasan anggaran terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah Kabupaten Sumenep
2) Untuk mengetahui pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas
kinerja pemerintah daerah Kabupaten Sumenep
3) Untuk mengetahui pengaruh sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah Kabupaten Sumenep

5
4) Untuk mengetahui pengaruh pengawasan fungsional terhadap akuntabilitas
kinerja pemerintah daerah Kabupaten Sumenep.

1.4. Manfaat Penelitian


1) Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan penulis dan
memberikan pengalaman baru mengenai anggaran daerah, pengendalian
akuntansi, sistem pelaporan dan pengawasan fungsional terhadap
akuntabilititas kinerja pemerintah , khusunya pemerintah daerah
Kabupaten Sumenep.
b. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan baru bagi pembaca
dan sebagai sumber informasi mengenai anggaran daerah, pengendalian
akuntansi, sistem pelaporan, pengawasan fungsional dan akuntabilitas
kinerja. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan anggaran daerah,
pengendalian akuntansi, sistem pelaporan, pengawasan fungsional dan
akuntabilitas kinerja pemerintah daerah.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah informasi yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi intansi
pemerintah dalam upaya peningkatan kejelasan anggaran, pengendalian
akuntansi, sistem pelaporan, pengawasan fungsional dan akuntabilitas
kinerja pemerintah.

1.5. Fokus Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang akan menjadi fokus dari
penelitian ini yaitu tentang pengaruh kejelasan anggaran, pengendalian akuntasi,
sitem pelaporan dan pengawasan fungsional terhadap akuntabilas kinerja pemerintah
daerah di Kabupaten Sumenep yang mencakup empat variabel independen yaitu,
kejelasan anggaran, pengendalian akuntansi, sistem pelaporan dan pengawasan

6
fungsional serta satu variabel dependen yaitu kinerja pemeritah. Adapun objek yang
diteliti dalam penelitian ini adalah pemeritah daerah kabupaten Sumenep sebanyak
30 SKPD.

2. Tinjauan Pustaka dan Perumusan Hipotesis


2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Agensi
Landasan teori yang digunakan untuk membahas penelitian ini adalah
teori keagenan. Teori keagenan sendiri atau Agency theory adalah teori yang
melandasi pemerintah dalam menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja.
Hal tersebut diperlukan karena masyarakat memiliki hak dan kewenangan
untuk memperoleh informasi tentang kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
yang harus dipertanggung jawabkan, disajikan, dilaporkan, dan diungkapkan.
Teori keagenan (Agency theory) terkait dengan penelitian yag peniliti
lakukan karena populasi penelitian ini merupakan SKPD dimana pemerintah
yang bertindak sebagai agen yang juga harus menetapkan prosedur tertentu
agar masyarakat dapat merasakan pelayanan terbaik dari pemerintah.
Masyarakat dapat menilai kinerja pemerintah dari laporan keuangan dan jasa
yang dihasilkan, sedangkan laporan keuangan dan jasa yang dihasilkan
tergantung pada strategi yang diterapkan pemerintah . Jika kinerja pemerintah
baik, maka masyarakat akan mempercayai pemerintah dengan demikian,
masyarakat berharap pemerintah dapat bekerja dengan baik.
Terdapat dua perspektif dalam teori keagenan sendiri. Perspektif
pertama dalam teori agensi menghubungkan lembaga eksekutif sebagai agen
dan badan legislatif sebagai prinsipal. Masalah keagenan yang dapat terjadi
dalam perspektif ini adalah legislatif yang memiliki keunggulan kekuasaan
(discretionary power) cenderung memaksimalkan “kepentingan pribadi”
dalam penyusunan atau penganggaran sehingga akan menimbulkan perilaku
oportunistik dengan melakukan “budgetary slack”. Hal itu dilakukan agar
legislatif dapat mengamankan posisinya dan mencerminkan kinerja yang baik
bagi eksekutif dan masyarakat dalam pemerintahan atau untuk kepentingan
politik pada periode berikutnya. Bagi legislator yang memiliki keunggulan
informasi cenderung melakukan “kontrak bayangan” untuk kepentingannya

7
dalam jangka panjang dan untuk membangun kesinambungan dan
membanggakan nama eksekutif.
Perspektif kedua dalam teori agensi menghubungkan masyarakat
sebagai prinsipal dan pemerintah sebagai agen. Pemerintah sebagai agen harus
membela kepentingan rakyat dan berusaha meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Namun, hal ini tidak mungkin terjadi karena aturan yang tidak
jelas mengenai konsekuensi kontrol keputusan atau "abdikasi" dan
"kepentingan pribadi" yang akan mengakibatkan korupsi politik dalam
persiapan administrasi dan korupsi administrasi dalam pelaksanaan anggaran.
Turun tahta adalah syarat dimana agen tidak dibatasi oleh aturan bagaimana
tindakan mereka mempengaruhi kepentingan prinsipal. Hal ini terjadi karena
masyarakat dicirikan sebagai partai yang memiliki kepedulian dan keinginan
yang kurang dalam mempengaruhi legislatif terpilih sedangkan legislatif
dicirikan oleh partai yang tidak memiliki waktu dan pengetahuan untuk
mengetahui semua kebutuhan publik. Hal ini tercermin dari praktik Kolusi,
Korupsi, dan Nepotisme (KKN) di lingkungan pemerintahan yang semakin
meningkat dan pemberian pelayanan yang kurang optimal. (Mulya and
Fauzihardani 2022)

2.1.2 Kejelasan Anggaran


a) Pengertian Kejelasan Anggaran
Menurut (Mulya and Fauzihardani 2022) anggaran sendiri diartikan
sebagai suatu rencana yang disusun secara sistematis dan mencakup semua
kegiatan perusahaan atau instansi yang dinyatakan dalam satuan mata uang
yang berlaku untuk jangka waktu tertentu.
Kejelasan sasaran anggaran adalah sasaran anggaran yang telah
dirumuskan dan disusun secara rinci dan jelas serta dapat dengan mudah
dipahami oleh pihak yang berwenang untuk tercapai. Kejelasan sasaran
anggaran bertujuan untuk memberikan informasi tentang sasaran anggaran
secara jelas dan rinci sehingga mudah dipahami oleh pelaksana anggaran.
(Mulya and Fauzihardani 2022)
Untuk mengetahui maksud dari kejelasan sasaran anggaran dalam
ruang lingkup pemerintah daerah, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) merupakan dokumen yang disusun untuk menggambarkan

8
arah dan kebijakan secara umum serta memberikan informasi tentang
tujuan dan sasaran yang diharapkan secara khusus tahun fiskal.
b) Tujuan Kejelasan Anggaran
Dalam penetapan anggaran, tentunya harus ada tujuan yang jelas
mengenai sebuah anggaran dan kepada siapa anggaran tersebut ditujukan.
Adapun tujuan utama dari kejelasan anggaran yaitu, agar anggaan dapat
dipahami oleh orang yang bertanggung jawab atau stakeholder atas
pencapaian sasaran anggaran tersebut.
c) Manfaat Kejelasan Anggaran
Tentunya selain harus memiliki tujuan, kejelasan anggaran
memiliki beberapa manfaat di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Dapat memotivasi karyawan
2) Menumbuhkan rasa tanggung jawab antar karyawan
3) Dapat digunakan sebagi alat untuk menilai kelemahan dan kelebihan
karyawan
4) Untuk meningkatkan sumber daya seperti peralatan, tenaga kerja dan
sumber daya yang dapat digunakan seefisien mungkin
5) Sebagai alat peraga manajer.
d) Indikator Kejelasan Anggaran
Dalam penelitian yang diteliti oleh Abdul Halim, menjabarkan
konsep kesesuaian antara pandangan manajemen dengan pandangan
manajemen lini bawah. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
1) Pusat pertanggungjawaban, diartikan sebagai unit kerja dalam
oganisasi yang dipimpin oleh seorang manajer, yang dimana manajer
tersebut bertanggung jawab atas setiap kegiatan dalam unit kerjanya.
Penilaian kinerja manajer ini sangat penting sehingga dapat mengetahui
apakah manajer pusat pertanggungjawaban tersebut telah
melaksanakan tanggung jawab yang diamanahkan dan diberikan
kepadanya atau tidak.
2) Perencanaan, adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan
sesuatu yang ingin dicapai pada masa yang akan datang serta
menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
tujuan tersebut. Dengan adanya perencanaan, kemungkinan perubahan
di masa depan dapat diantisipasi dan berbagai kegiatan direncanakan

9
dengan menggunakan cara terbaik untuk mencapai keberhasilan di
masa yang akan datang.

2.1.3. Pengendalian Akuntansi


a) Pengertian Pengendalian Akuntansi
Sistem pengendalian yang menggunakan informasi akuntansi
disebut sebagai sistem pengendalian yang berbasis akuntansi atau disebut
juga dengan pengendalian akuntansi.
Pengendalian akuntansi adalah perencanaan organisasi serta
prosedur dan catatan terkait dengan pengamanan harta kekayaan organisasi
dan reabilitas laporan keuangan. Pengendalian akuntansi sangat diperlukan
dalam proses penetapan standar yang nantinya akan menerima umpan
balik berupa kinerja yang sesungguhnya dan mengambil tindakan yang
diperlukan apabila kinerja yang dilakukan berbeda dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya.
Dalam hal ini termasuk pengendalian akuntansi juga merupakan
sistem perencanaan, sistem pelaporan dan prosedur monitoring yang
didasarkan pada informasi.
b) Tujuan Pengendalian Akuntansi
Tujuan informasi akuntansi bagi penggunanya adalah untuk
meningkatkan penilaian dan keputusan dengan lebih baik. (Dewi, 2008).
Disamping itu, pengendalian akuntansi merupakan bagian yang sangat
penting dalam spektrum mekanisme pengendalian keseluruahan yang
digunakan untuk memotivasi, mengukur, dan memberikan sanksi
tindakan-tindakan pengelola dan karyawan dari suatu organisasi (Dewi,
2008). Sistem akuntansi yang efektif merupakan salah satu persyaratan
bagi kinerja yang lebih baik dalam suatu instansi atau perusahaan.
c) Manfaat Pengendalian Akuntansi
Setelah tujuan pengendalian akuntansi sudah tercapai, tentunya
sebuah organisasi akan memperoleh manfaat salah satunya yaitu, catatan

10
akutansi akan lebih akurat, dapat meningkatkan efisiensi operasional serta
meminimalkan risiko dan melindungi aset.
d) Indikator Pengendalian Akuntansi
Dalam penelitian yang dilakukan Anthony, konsep sistem
pengendalian akuntansi menekankan pada tindakan untuk mengurangi
kekeliruan (tidak sengaja dilakukan) atau ketidakberesan (sengaja
dilakukan). Adapun indikator pengendalian akuntansi adalah sebagai
berikut:
1) Efektif, dalam menerapkan pengendalian akuntansi pemerintah harus
mampu memaksimalkan kinerjanya agar tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dapat berjalan dengan baik.
2) Efisien, artinya pemerintah harus mampu melakukan pekerjaan atau
tugasnya dengan tepat dan mampu menyelesaikannya dengan tepat
waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.
3) Ekonomis, tidak hanya efektif dan efisien namun juga harus ekonomis.
Artinya pemerintah mampu meminimalkan anggaran, barang dan
waktu yang dikeluarkan. Dengan demikian, tentu akan memperoleh
hasil dengan kualitas yang baik.

2.1.4. Sistem Pelaporan


a) Pengertian Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem
pertanggungjawaban dari bawahan (pimpinan unit anggaran) kepada
atasan (kepala bagian anggaran). LAN dan BPKP mengemukakan, laporan
yang baik adalah laporan yang disusun secara jujur, objektif dan
transparan. Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat memantau
dan mengendalikan kinerja manajer dalam mengimplementasikan
anggaran yang telah ditetapkan. (Widaryanti and Pancawardani 2020)
b) Tujuan Sistem Pelaporan
Adapun tujuan dari sistem pelaporan yaitu untuk dapat memantau
dan mengendalikan kinerja manajer dalam mengimplementasikan
anggaran yang telah ditetapkan. Pemerintah selaku pengelola dana publik
harus mampu menyediakan informasi keuangan yang disajikan secara
akurat, relevan, konsisten dan dapat dipercaya.

11
c) Manfaat Sistem Pelaporan
Apabila sistem pelaporan ini diterapkan tentunya akan memperoleh
manfaat tersendiri bagi perusahaan atau instansi. Adapun beberapa
manfaat dari sistem pelaporan adalah sebagai berikut:
1) Memisahkan aset persausahaan dengan aset pribadi
2) Sebagai acuan penting dalam pengambilan keputusan
3) Memudahkan untuk memperoleh pinjaman
4) Sebagai bahan informasi untuk penghitungan pajak
5) Memudahkan untuk melihat jumlah keuntungan
6) Sebagai bahan evaluasi tentang kondisi keuangan perusahaan
d) Indikator Sistem Pelaporan
1) Akurasi, indikator ini mengukur sejauh mana data yang dilaporkan
akurat dan terpercaya. Akurasi ini dapat diukur dengan
membandingkan data yang dilaporkan dengan data yang telah
diverifikasi.
2) Keteraturan, mengukur seberapa sering laporan disampaikan secara
teratur dan tepat waktu. Keteraturan dapat diukur dengan
membandingan waktu laporan yang diharapkan dengan waktu laporan
yang sebenarnya.
3) Kualitas, indikator ini mengukur kualitas laporan yang disampaikan,
apakah laporannya sudah jelas, lengkap, serta sesuai dengan informasi
dalam laporan.
4) Relevansi, mengukur sejauh mana laporan yang disampaikan relevan
dengan kebutuhan pengguna informasi.
5) Efektivitas, indikator ini mengukur sejauh mana sistem pelaporan
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6) Efisiensi, mengukur apakah sistem pelaporan sudah efisien dalam hal
waktu, biaya, dan sumber daya yang digunakan.
7) Keamanan, indikator keaman mengukur tingkat keamanan dalam
sistem pelaporan, termasuk di antaranya keamanan data dan keamanan
informasi yang dikirimkan.

2.1.5. Pengawasan Fungsional


a) Pengertian Pengawasan Fungsional

12
Pengawasan fungsional adalah kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempunyai tugas dan fungsi
untuk melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian,
pengusutan, dan penilaian. Pengawasan sendiri merupakan salah satu
fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Yang di mana pengawasan
memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan.
Pengawasan fungsional merupakan elemen penting dalam sebuah
proses manajemen pemerintah yang memiliki peranan strategis untuk
mencapai terwujudnya akuntabilitas publik dalam sebuah instansi
pemerintah. Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa
“Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah dapat
berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku”. Baswir (2004).
Dari beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintahan yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan/manajer
dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan organisasi yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
b) Tujuan Pengawasan Fungsional
Menurut (Lahur, Simamora, and Diarsyad 2022), tujuan dari
pengawasan fungsional yaitu untuk menjamin terlaksananya tugas umum
pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku guna menciptakan aparatur pemerintahan yang
baik.
c) Manfaat Pengawasan Fungsional
Secara umum, manfaat ari pengawasan fungsional yaitu dapat
membantu instansi pemerintah dalam mengambil keputusan serta dapat
mengoreksi apabila ada penyelewengan atau tindakan penyimpangan.
Adanya pengawasan berfungsi mendidik manajemen dan karyawan agar
mereka menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur.
d) Indikator Pengawasan Fungsional

13
1) Standar Umum, menetapkan standar pengawasan adalah suatu standar
atau tolak ukur yang merupakan patokan bagi pengawas dalam menilai
apakah obyek atau pekerjaan yang diawasi berjalan dengan semestinya
atau tidak.
2) Mengukur Pelaksanaan Pekerjaan, penilaian atau pengukuran terhadap
pekerjaan yang sudah senyatanya dikerjakan dapat dilakukan melalui
laporan (lisan atau tertulis), buku catatan harian, jadwal atau grafik
hasil pekerjaan, dan insfeksi atau melakukan pertemuan secara
langsung.
3) Membandingkan Standar Pengawasan dengan Hasil Pelaksanaan,
membandingkan antara standar pengawasan dengan hasil pelaksanaan
kegiatan perusahaan atau instansi sangat penting untuk mengetahui
apakah hasil pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan standar
pengawsan atau belum.
4) Tindakan Koreksi, apabila telah diketaui apakah ada perbedaan antara
standar pegawasan dengan hasil pelaksanaan maka perlu dilakukan
perbaikan terhadap hasil pekerjaan tersebut. Hal ini bisa dilakukan
dengan mengadakan reorganisasi dan juga melakukan peringatan bagi
yang bersangkutan.

2.1.6. Akuntabilitas Kinerja Pemerintah


a) Pengertian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Peraturan Presiden (PP) Nomor 29 Tahun 2014 menyebutkan
sistem akuntabilitas instansi kinerja pemeritah yang selanjutnya disingkat
SAKIP, adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan
prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran,
pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan
kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah (Satri 2011).
Pengukuran kinerja sangatlah penting guna menilai akuntabilitas
organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih
baik. Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau

14
ketidaktercapaian pelaksanaan program dan kegiatan yang telah
diamanatkan para pemangku kepentingan dalam mencapai misi organisasi.
b) Indikator Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
1) Akuntabilitas Kejujuran, dalam akuntabilitas kejujuran ini pemerintah
harus secara jujur dalam memberikan informasi baik itu menengenai
kejelasan sasaran anggaran, pengendaian akuntansi, sistem pelaporan
serta dalam melakukan pengawasan fungsionalnya. Artinya, dalam
penerapan keempat aspek tersebut tidak ada yang ditutupi atau pun
disembunyikan.
2) Akuntabilitas Hukum, artinya dalam penerapan kejelasan sasaran
anggaran, pengendalian akuntansi, sisstem pelaporan dan pengawasan
fungsional pemerintah harus sesuai dengan standar hukum yang
berlaku dan tidak menyimpang dari hukum.
3) Akuntabilitas Kebijakan, dalam penerapan kejelasan sasaran anggaran,
pengendalian akuntansi, sisstem pelaporan dan pengawasan fungsional
pemerintah harus sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan.

2.2. Penelitian Terdahulu


Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Widaryanti and Pancawardani 2020) dengan judul
PENGARUH PENGENDALIAN AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN DAN
KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh kejelasan tujuan anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem
pelaporan akunntabilitas kinerja terhadap instansi pemerintah. Adapun responden dalam
penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjabat sebagai kepala bagian
keuangan, program dan evaluasi, bendahara dan staf keuangan di 17 SKPD Kabupaten
Padang Pariaman. Dan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 64 responden.
Metode pengambilan sampel menggunakan rumus dasar Yamane, sedangkan untuk
metode pengolahan datanya menggunakan analisis regresi linier berganda. Menurut
hasil pengujian data, secara parsial menunjukkan pengaruh positif yang signifikan

15
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di kota Padang Pariaman. Sedangkan
untuk kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah di kota Padang Pariaman. Adapun perbedaan antara peneitian ini
dengan penelitian penulis terletak pada jenis penelitiannya. Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis penilitian kausatif sedangkan penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kuatitatf. Tidak hanya itu, penulis juga
menambahkan satu variabel x yaitu “pengawasan fungsional” yang dimana dalam
penelitian ini tidak meneliti variabel tersebut.
2. Selanjutnya merupakan penelitian yang dilakukan oleh (Apriliani and Wijayanti 2022)
judul PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PENGENDALIAN
AKUNTANSI, SISTEM PELAPORAN TERHADAP AKUNTABILITAS
KINERJA SKPD DI MERAUKE dan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Responden dalam penelitian ini
adalah para Pegawai Negeri Sipil yang menjabat sebagai kasubag, keuangan, program
dan evaluasi, bendahara dan staf keuangan di 27 SKPD Kabupaten Merauke. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 116 responden. Metode pengumpulan sampel dalam
penelitian ini menggunakan dasar rumus Yamane sedangkan metode pengolahan data
menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian persial menunjukkan
bahwa kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan
berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan pengujian
secara simultan menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah di Merauke.
3. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Anisa and Haryanto 2022) dengan judul
PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PENGENDALIAN
AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN TERHADAP AKUNTABILITAS
KINERJA PEMERINTAH DI MASA PANDEMI COVID-19 adapun penelitian
tersebut bertujuan untuk menguji pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian
akuntansi, dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di
masa pandemi covid-19. Data yang dikumpulkan menggunakan metode survei terhadap
60 sampel instansi yang diambil dari populasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kota Semarang. Pengujian hipotesisnya dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengendalian akuntansi
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sedangkna untuk

16
kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh. Adapun perbedaannya dengan
penelitian penulis yaitu hanya terletak pada variabel dependennya saja.
4. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Lahur, Simamora, and Diarsyad 2022)
dengan judul PENGARUH KEJELASAN ANGGARAN, PENERAPAN STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAH DAN PENGAWASAN FUNGSIONAL
TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH (Studi Kasus Pada
SKPD di Kabupaten Barito Utara) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh kejelasan anggaran, penerapan standar akuntansi pemerintah, dan pengawasan
fungsional akuntabilitas kinerja pemerintah di kabupaten Barito Utara. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yang perhitungannya dilakukan
dengan menggunakan SPSS. Penelitian ini dilakukan pada SKPD di Kabupaten Barito
Utara yang berjumlah 84 responden. Uji statistik yang digunakan adalah statistik
deskriptif. Sedangkan untuk analisisnya menggunakan analisis linear berganda.
Melakukan uji parsial (uji t statistik), dan determinasi tes (R2). Adapun hasil dari
penelitian ini berdasarkan uji parsial (uji t statistk) menunjukkan bahwa kejelasan
anggaran dan pengawasan fungsional memiliki pengaruh signifikan terhadap
akuntabilitas kinerja pemerinntah. Sedangkan berdasarkan uji simultan menunjukkan
bahwa variabel kejelasan anggaran, implementasi SAP dan penggawasan fungsional
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah
pada SKPD di Kabupaten Barito Utara. Perbedaan penelitian in dengan penelitian
yang dilakukan penulis terletak pada variabelnya. Jika pada penelitian ini menggunakan
variabel “penerapan SAP” sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis
menggunakan variabel “pengendalian akuntansi” dan variabel sistem pelaporan.
5. Ada pula penelitian terdahu yang dilakukan oleh (Mulya and Fauzihardani 2022)
dengan judul PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN,
PENGENDALIAN AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN TERHADAP
AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DENGAN KEPATUHAN
TERHADAP REGULASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tujuan pada
penelitian ini ialah untuk menganalisis kejelasan tujuan anggaran, pengendalian
akuntansi dan sistem pelaporan terhadap kinerja instansi pemerintah dengan kepatuhan
terhadap peraturan sebagai variabel moderasi. Dalam penelitian ini, dari pejabat yang
menjabat sebagai kepala lembaga, keuangan, kepala program dan evaluasi, bendahara
dan staf keuangan di 30 SKPD di kabupaten Sungai Penuh sebagai responden. Untuk
metode pengambilan sampelnya enggunakan metode purposive sampling sedangkan

17
untuk pengolahan datanya yaitu menggunakan analisis regresi linear berganda. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 90 responden. Dan dari hasil pengujian statistik
menunjukkan bahwa pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan tidak berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, tetapi untuk variabel kejelasan
sasaran anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas kinerja agensi
pemerintahan. Kepatuhan terhadap peraturan sebagai variabel moderasi dapat
dimoderasi dengan hubungan antara variabel kejelasan sasaran anggaran, pengendalian
akuntansi dan sistem pelaporan dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
kabupaten Sungai Penuh. Dapat ditarik kesimpulan mengenai perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada penambahan
variabel “pengawasan fungsional” dari penelitian penulis dan penggunaan variabel
moderasi yang digunakan dalam penelitian ini.
6. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Hutama, R.S., & Yudianto 2019) dengan
judul THE IFLUENCE OF BUDGET PARTICIPATION, BUDGET GOALS
CLARITY AND INTERNAL CONTROL SYSTEMS IMPLEMENTATION ON
LOCAL GOVERNMENT PERFORMANCE dalam penelitian ini dipaparkan bahwa
tujuan dari penelitiannya adalah untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran,kejelasan
sasaran anggaran, dan sistem pengendalian internal terhaadap kinerja pemerintah
daerah. Penelitian ini dilakukan pada 31 SKPD di kabupaten Karawang. Penelitian ini
menggunakan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dan datanya
dikumpulkan melalui instrumen kuisioner. Penelitian ini menggunakan analisis jalur.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjkkan bahwa partisipasi anggaran, kejelasan
sasaran anggaran dan pelaksanaan sistem pengendalian internal secara bersama-sama
berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah kabupaten Karawang dengan kotribusi
pengaruh sebesar 73,4%. Secara parsial partisipasi anggaran berpengaruh positif
dengan kontribusi pengaruh sebesar 24,3%, kejelasan sasaran anggaran berpegaruh
positif dengan kontribusii pengaruh sebesar 20,3%. Dalam penelitian penulis jga
menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data melalui
sistem kuisioner. Namun perbedaanya adalah variabel yang dilakukan penulis yaitu
“pengendalian akuntansi” bukan “pengendalian internal” seperti yang terdapat pada
penelitian ini. Juga dalam penelitian penulis menambahkan beberapa variabel yakni
“sistem pelaporan” dan “pengawaasan fungsional” untuk lebih mengetahui pengaruh
adanya variabel tersebut terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah di kabupaten
Sumenep.

18
7. Penelitian terdahulu yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh (Simbolon
2022) dengan judul ANALYSIS OF THE EFFECT OF CLEARANCE OF
BUDGET TARGETS, COMPETENCY OF GOVERNMENT APPARATUS ON
PERFORMANCE ACCOUNTABILITY WITH INTERNAL COTROL SYSTEM
AS MODERATE VARIABLES. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh target anggaran pemerintah, kompetensi aparatur atas
akuntabilitas kinerja dengan sistem pengendalian sebagai variabel moderasi pada Dinas
Pendidikan Kabupaten Dairi, Samosir dan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Pakpak
Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Lingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Dairi, Samosir dan Kabupaten Pakpak Barat yang terdiri dari 30
sampel responden, termasuk kepala bagian keungan, sekretaris, bendahara umum, dan
staf pegawai, bagian perencanaan dan evaluasi, bidang perkembangan anak, bidang
perkembangan sekolah dasar, bidang perkembangan sekolah menengah hingga ke
bidang kepelatihan tenaga kependidikan. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Analisis ini juga
didukung dengan penggunaan Statistical Package for Social Science (SPSS). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kejelasan target anggaran dan kompetensi pejabat
pemerintah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
akuntabilitas di Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi, Samosir, dan Kabupaten Pakpak
Barat. Sementara sistem pengendalian tidak mampu memoderasi kejelasan sasara
anggaran dan kompetensi aparatur pemerintah terhadap akutabilitas kinerja Dinas
Pendidikan di Kabupaten Dairi, Samosir dan Kabupaten Pakpak Barat. Terdapat banyak
perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis di
antaranya yaitu variabel dan sampel. Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu
satuan kerja saja yakni hanya Dinas Pendidikan semtara dalam penilitian penulis
mencakup seluruh unit SKPD yang berada di daerah kabupaten Sumenep.

7.2. Kerangka Pikir Penelitan


Kerangka pikir penelitian merupakan perolehan pemikiran yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil dari penelitian yang dapat dicapai. Dalam
kerangka pemikiran ini, peneliti merangkai sebuah sketsa mengenai gambaran
mengenai pengaruh kejelasan anggaran, pengendalian akuntansi, sistem pelaporan, dan
pengawasan fungsional terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kabupaten

19
Sumenep. Untuk itu, sebuah masukan sangat penting agar dapat melihat dengan jelas
karakteristik keempat variabel tersebut.

(Gambar 1. Model Penelitian)

7.3.

Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Kejelasan Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Kejelasan anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas
kinerja pemerintah. Anggaran yang jelas akan memberikan panduan yang jelas
bagi pemerintah dalam menentukan prioritas dan tujuan kinerja yang harus
dicapai. Hal ini memungkinkan pemerintah untuk mengukur kinerjanya secara
obyektif dan terukur, serta melaporkan hasil kinerjanya secara transparan kepada
masyarakat.
Selain itu, kejelasan anggaran juga memungkinkan pemerintah untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah dalam pelaksanaan kebijakan atau
program yang telah direncanakan. Dengan adanya anggaran yang jelas,
pemerintah dapat mengelola sumber daya secara efektif dan efisien, sehingga
dapat mencapai tujuan kinerja dengan biaya yang lebih rendah. Di sisi lain, jika
anggaran tidak jelas, maka akan sulit bagi pemerintah untuk menentukan prioritas
dan tujuan kinerja yang harus dicapai. Hal ini dapat mengakibatkan kinerja
pemerintah yang tidak terukur dan sulit dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
kejelasan anggaran sangat penting dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja
pemerintah.
Maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

20
H1= Kejelasan anggaran berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah
2. Pengaruh Pengendalian Akuntansi Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Pemerintah
Pengendalian akuntansi yang baik dapat berdampak positif terhadap
akuntabilitas kinerja pemerintah daerah.
1) Adanya pengendalian akuntansi dapat meningkatkan kualitas informasi
keuangan. Pengendalian akuntansi yang efektif dapat membantu
pemerintah daerah dalam menyediakan informasi keuangan yang lebih
berkualitas. Dengan cara ini, pengguna laporan keuangan, termasuk
masyarakat dan stakeholder lainnya, dapat memahami dengan jelas kinerja
keuangan pemerintah daerah, sehingga dapat mempertanyakan dan
memantau kinerja keuangan pemerintah daerah dengan lebih efektif
2) Memperkuat transparansi dan akuntabilitas: Dengan pengendalian
akuntansi yang kuat, pemerintah daerah dapat memastikan bahwa semua
transaksi keuangan didokumentasikan secara benar dan lengkap. Hal ini
akan memperkuat transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah,
sehingga masyarakat dan stakeholder lainnya dapat memonitor kinerja
keuangan pemerintah daerah dengan lebih baik.
3) Mempercepat proses pelaporan: Pengendalian akuntansi yang efektif dapat
membantu pemerintah daerah dalam mempercepat proses pelaporan
keuangan. Dengan cara ini, laporan keuangan yang akurat dapat disajikan
tepat waktu, sehingga memungkinkan masyarakat dan stakeholder lainnya
untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah dengan lebih efektif.
4) Meningkatkan integritas dan kepercayaan: Pengendalian akuntansi yang
baik juga dapat meningkatkan integritas dan kepercayaan pemerintah
daerah di mata masyarakat dan stakeholder lainnya. Dengan cara ini,
masyarakat akan memiliki kepercayaan yang lebih besar pada pemerintah
daerah dalam mengelola keuangan publik secara bertanggung jawab dan
transparan. Dengan demikian, tujuan pengendalian akuntansi sangat
penting dalam memastikan bahwa informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan akurat, dapat dipercaya, dan relevan, sehingga
dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait untuk mengambil keputusan
yang tepat.
21
H2 = Penerapan pengendalian akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
akuntabilitas kinerja pemerintah
3. Pengaruh Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Pengaruh adanya sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah
daerah. Sistem pelaporan yang baik dapat sangat mempengaruhi akuntabilitas
kinerja pemerintah daerah. Melalui sistem pelaporan yang efektif, pemerintah
daerah dapat memberikan informasi yang akurat, lengkap, dan terpercaya tentang
kinerja mereka kepada publik dan pemangku kepentingan lainnya. Berikut adalah
beberapa cara di mana sistem pelaporan dapat mempengaruhi akuntabilitas
kinerja pemerintah daerah:

1. Meningkatkan transparansi: Sistem pelaporan yang baik dapat meningkatkan


transparansi kinerja pemerintah daerah dengan memberikan akses yang mudah
untuk informasi yang dibutuhkan oleh publik dan pemangku kepentingan
lainnya. Dengan begitu, pemerintah daerah akan lebih terbuka dan akuntabel
dalam mengelola anggaran dan program-program publik yang mereka
jalankan.
2. Mendorong tanggung jawab: Sistem pelaporan yang baik juga dapat
mendorong tanggung jawab pemerintah daerah terhadap kinerja mereka.
Dengan adanya sistem pelaporan, pemerintah daerah akan lebih
memperhatikan kinerja mereka dan memastikan bahwa mereka memenuhi
standar kinerja yang telah ditetapkan.
3. Memfasilitasi evaluasi kinerja: Sistem pelaporan yang efektif dapat
memfasilitasi evaluasi kinerja pemerintah daerah oleh pihak internal maupun
eksternal. Dengan begitu, pemerintah daerah dapat mengevaluasi kinerja
mereka secara berkala dan memperbaiki program-program yang tidak efektif
atau tidak efisien.
4. Meningkatkan akurasi dan kredibilitas informasi: Sistem pelaporan yang baik
juga dapat meningkatkan akurasi dan kredibilitas informasi yang disajikan
oleh pemerintah daerah. Dengan adanya sistem pelaporan yang terintegrasi
dan terstandarisasi, pemerintah daerah dapat memastikan bahwa informasi
yang disajikan akurat dan dapat dipercaya oleh publik dan pemangku
kepentingan lainnya. Secara keseluruhan, sistem pelaporan yang baik dapat

22
sangat mempengaruhi akuntabilitas kinerja pemerintah daerah dengan
meningkatkan transparansi, mendorong tanggung jawab, memfasilitasi
evaluasi kinerja, dan meningkatkan akurasi dan kredibilitas informasi.
H3 = Sistem pelaporan berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah.

4. Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Akuntabilitas Kinerja


Pemerintah
Pengawasan fungsional dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap
akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. Pengawasan fungsinal adalah sistem
pengawasan yang dilakukan oleh instansi atau lembaga yang memiliki keahlian
atau kompetensi khusus dalam bidang tertentu, seperti pengawasan keuangan,
pengawasan kinerja, atau pengawasan hukum.
Dalam konteks pemerintah daerah, pengawasan fungsional dapat membantu
memastikan bahwa kebijakan dan program yang dilaksanakan sudah sesuai
dengan peraturan dan aturan yang berlaku serta tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan fungsional juga dapat membantu mengidentifikasi potensi masalah
serta kekurangan dalam kinerja pemerintah daerah, sehingga dapat dilakukan
tindakan perbaikan yang paling tepat. Selain itu, pengawasan fungsional dapat
membantu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah
daerah. Dengan adanya pengawasan fungsional, maka pemerintah daerah akan
lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan program dan kegiatannya.

H4 = Pengawasan fungsional berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja


pemeritah

3. Metodologi Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian
kuantitatif berupa pendekatan studi kasus dan lapangan (case and field study).
Menurut (sugiyono, 2018) metode kuantitatif merupakan sebuah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu. Sementara pendekatan studi kasus dan lapangan merupakan

23
sebuah jenis penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar
belakang dan kondisi objek tertentu yang diteliti oleh penulis.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam penelitian ini, objek penelitian ini dilakukan di 30 (tiga puluh) Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten Sumenep. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan permasalahan yang ada. Dengan jangka waktu penelitian dilaksanakan
dari tanggal 22 Februari sampai dengan 10 Maret 2023.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari seah variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti. Populasi biasanya terdiri dari objek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
yang nantinya dapat dipelajari kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Adapun
populasi yang dipakai dalam penelitian ini yang diperoleh dari 30 unit SKPD
kabupaten Sumenep yang di antaranya adalah adalah :
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
3. Inspektorat
4. Satpol PP
5. Dinas Pendidikan
6. Dinas Kesehatan
7. Dinas Sosial
8. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana
9. Dinas Tenaga Kerja
10. Dinas Perhubungan
11. Dinas Komunikasi dan Informatika
12. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
13. Dinas PU Bina Marga
14. Dinas PU Sumber Daya Air
15. Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya
16. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

24
17. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
18. Dinas Perikanan
19. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
20. Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan
21. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
22. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
23. Dinas Lingkungan Hidup
24. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
25. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
26. Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
27. Badan Perencanaan Pembangunan
28. Badan Kepegawaian dan Perkembangan SDM
29. Kecamatan-kecamatan
30. Kelurahan.
Sehingga yang akan digunakan sebagai populasi sebanyak 30 unit
SKPD yang masing-masing terdiri dari kepala dinas, staf bendahara, staf
bagian pengawas, dan staf ahli akuntansi di Lingkungan SKPD Kabupaten
Sumenep.

3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti atau diobservasi dan
dianggap dapat menggambarkan keadaan atau ciri populasi (Mathematics
2016). Penelitian ini mengambil sampel pada 30 unit SKPD kabupaten
Sumenep dengan menggunakan teknik purposive sampling karena mengingat
jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menurut penulis
teknik ini dianggap sesuai dengan jenis penelitian.

3.4. Jenis dan Sumber Data


3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan oleh peneliti merupakan Data Subjek (self-
report-data). Hal ini mengacu pada data yang diterima oleh peneliti berupa
opini serta fakta yang terjadi di lapangan sesuai dengan pengalaman

25
responden. Adapun data subjek dari penelitian in yaitu terdiri dari kepala
dinas, staf bendahara, staf bagian pengawas, dan staf ahli akuntansi di
lingkungan SKPD Kabupaten Sumenep.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah di mana data
itu dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis memakai dua sumber data
yaitu:
a) Data Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh peneliti dari sumber atau
pihak pertama. Adapun yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini
adalah kepala staf, staf keuangan, staf pengawas dan staf anggota SKPD
yang bersangkutan lingkungan daerah kabupaten Sumenep yang
banyaknya terdiri dari 30 unit SKPD dengan total responden sebanyak
120 responden.
b) Data Sekunder
Data sekunder yaitu merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
dari sumber kedua. Data sekunder ini merupakan data penunjang yang
diperoleh peniliti sebagai penguat data dari sumber pertama. Data ini
tersusun berupa dokumen-doumen yang dapat dengan mudah diperoleh
peneliti. Adapun sumber data sekunder tersebut adalah jurnal, artikel serta
literatur lain berupa buku-buku yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan peneliti.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


a) Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan mendatangi secara langsung ke kantor SKPD
yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi mengenai apa saja yang berkaitan
dengan penelitian penulis dan mengumpulkan informasi yang dianggap penting untuk
diinput dalam penelitian ini.
b) Kuisioner

26
Peneliti mengumpulkan data dengan menyebarkan kuisioner kepada masing-
masing kantor SKPD yang mengandung sekumpulan pernyataan untuk diisi langsung
oleh beberapa staf kerja yang bersangkutan guna mendapatkan sekumpulan data yang
penting bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun tujuan dari kuisioner
ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai Pengaruh Kejelasan Anggaaran,
Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan dan Pengawasan Fungsional Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sumenep. Kuisioner yang digunakan
adalah kuisioner tetutup yang di mana alternatif jawabannya sudah disediakan oleh
penulis. Respoden hanya dapat memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan
pendapatnya. Untuk memperoleh jawaban tersebut, maka penulis menggunakan skala
likert yakni sebagai berikut:
Pernyataan Skor
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Setuju (S) 3
Sangat Setuju (SS) 4

3.6. Variabel dan Definisi Operasional Variabel


3.6.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu
variabel terikat atau variabel yang bergantung pada variabel lain dan variabel
bebas atau variabel yang tidak bergantung pada variabel lain. Adapun variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Variabel terikat dalam penelitian ini: Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (Y)
b) Variabel bebas dalam penelitan ini terdiri dari:
1) Kejelasan Anggaran (X1)
2) Pengendalian Akuntansi (X2)
3) Sistem Pelaporan (X3)
4) Pengawasan Fungsional
3.6.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan suatu instrumen dari sebuah riset yang
merupakan sebuah tahapan dari proses pengumpulan data. Hal ini sangat
penting digunakan untuk proses pengukuran atau pengamatan variabel terkait

27
dan pengembangan instrumentasi. Adapun definisi operasional variabel dalam
penelitian ini adalah:
a) Kejelasan Anggaran (X1) merupakan anggaran yang telah dirumuskan
dan disusun secara terperinci dan jelas serta dapat dipahami oleh pihak
yang berwenang untuk dicapai.
b) Pengendalian Akuntansi (X2) merupakan sistem pengendalian yang
berbasis akuntansi dengan menggunakan perencanaan organisasi serta
prosedur dan catatan terkait dengan pengamanan harta kekayaan
organisasi dan reabilitas laporan keuangan.
c) Sistem Pelaporan (X3) merupakan sebuah laporan yang menggambarkan
sistem pertanggung jawaban dari bawahan kepada atasan yang kemudian
disebut pimpinan unit anggaran.
d) Pengawasan Fungsional (X4) merupakan pengawasan yang dilakukan
oleh aparatur pemerintahan yang diadakan khusus untuk membantu
pimpinan/manajer dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan
organisasi yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
e) Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (Y) merupakan suatu perwujudan
kewajiban dari instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau ketidaktercapaian pelaksanaan program dan kegiatan
yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam mencapai misi
organisasi. Pelaksanaan akuntabilitas jelas dapat mempengaruhi kinerja
pemerintah dan akan mendorong pemerintah untuk bersikap jujur, patuh
terhadap hukum, serta tidak menyalahgunakan kekuasaan.

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala


Kejelasan Anggaran (X1) Kesesuaian antara manajemen puncak 1. Pusat tanggung jawab Ordinal
dengan pandangan manajer lini bawah. 2. Perencanaan

28
Pengendalian Akuntansi Menekankan pada tindakan pencegahan 1. Efektif Ordinal
(X2) untuk mengurangi kekeliruan (tidak 2. Efisien
sengaja) dan ketidakberesan (sengaja). 3. Ekonomis
Sistem Pelaporan (X3) Penyampaian perkembangan atau hasil 1. Akurasi Ordinal
kegiatan atau pemberian keterangan 2. Keteraturan
mengenai segala hal yang berkaitan 3. Kualitas
dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada 4. Relevansi
pejabat lebih tinggi. (Sugiyono 2018) 5. Efektivitas
6. Efisiensi
7. Keamann
Pengawasan Fungsional Pengawasan ini dilakukan langsung 1. Standar umum Ordinal
(X4) oleh pimpinan unit pemerintahan 2. Pengukuran
kepada bawahan, baik itu di tingkat kinerja
pusat maupu di tingkat daerah. 3. Perbandingan
Pengawasan ini harus dilakukan oleh standar dengan
setiap pimpianan instansi pemerintahan. hasil.
(Lahur, Simamora, and Diarsyad 2022) 4. Pengoreksian
Akuntabilitas Publik (Y) Kewajiban pihak pemegang amanah 1. Akuntabilitas Ordinal
untuk memberikan kejujuran
pertanggungjawaban, menyajikan, 2. Akuntabilitas
melaporkan dan mengungkapkan segala hukum
aktivitas dan kegiatan yang menjadi 3. Akuntabilitas
tanggung jawabnya kepada pihak kebijakan
pemberi amanah yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. (Dalam,
Sektor, and Ahdiyana 2021)

3.7. Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program komputer SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences) untuk analisis data, sedangkan penyajian
data menggunakan tabel. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitatif, dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan

29
pengujian hipotesis. Analisis data kuantitaif adalah bentuk analisa yang menggunakan
angka dan perhitungan statistik (Sugiyono, 2018).
3.7.1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah suatu bentuk analisis yang digunakan untuk
mendeskripsikan data, sedangkan deskriptif diartikan sebagai cara untuk
mendeskripsikan keseluruhan variabel-variabel yang dipilih dengan cara
mengkalkulasi data sesuai kebutuhan peneliti. Analisis ini biasanya digunakan
untuk memberikan penjelasan atau penjelasan empiris atas data yang dikumpulkan
dalam suatu penelitian.
3.7.2. Uji Validitas
Setelah data dikumpulkan, maka pengujian validitas dilakukan dengan
mengkorelasi skor-skor tiap item pertanyaan dengan skor total (Bustami and Senja
2016). Dan sebuah kuisioner dapat dinyatakan valid apabila pernyataan dalam
kuisioner mampu menjawab sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner.
3.7.3. Uji Reabilitas
Reliabilitas atau keandalan dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh
mana kuesioner yang diajukan dapat memberikan hasil yang tidak berbeda jika
dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama pada waktu berlainan
(Bustami and Senja 2016). Dalam penelitian ini, uji reabilitas dilakukan dengan
menguji alat ukur hanya satu kali, kemudian data yang diperoleh dianalisis
menggunakan metode tertentu yaitu, Cronbach’s Alpha . Adapun kriteria
instrumen dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai Alpha Crtonbach’s < 0,6 maka dinyatakan realibel atau konsisten
b) Jika nilai Alpha Crtonbach’s > 0.6 maka dinyatakan tidak realibel atau tidak
konsisten.
3.7.4. Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda digunakan untuk variabel terikat (dependen) dan
dua atau lebih variabel bebas (independen). Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memprediksi nilai variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam menganalis data, penulis menggunakan metode regresi linear
berganda (Linear Regression Method). Karena metode analisis ini dapat
memberikan jawaban atas besarnya pengaruh suatu variabel. Dalam perhitungan
menggunakan rumus dengan formula persamaannya yaitu sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X 3 + b4 X4 + e
30
Keterangan:
Y = Variabel akuntabilitas kinerja pemerintah
a = Konstanta
X1 = Variabel pengaruh kejelasan anggaran
b1 = Koefisien regresi pengaruh kejelasan anggaran
X2 = Variabel pengendalian akuntansi
b2 = Koefisien pengendalian akuntansi
X3 = Variabel sistem pelaporan
b3 = Koefisien sistem pelaporan
X4 = Variabel pengawasan fungsional
b4 = Koefisien pengawasan fungsional
e = Error
3.7.5. Uji Hipotesis
a) Uji t
Uji t dirancang untuk menunjukkan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen sebagai variabel individual terhadap variabel
dependen. Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka variabel
independen mempengaruhi variabel dependen. Untuk menarik kesimpulan,
maka dinyatakan dengan meihat ambang batas dan membandingkannya
dengan kesalahan tingkat 5% atau 0,05 yang digunakan sebagai sig. H0 ditolak
jika < 0,05 dan t hitung > t tabel. Dengan dasar pngambilan keputusan
sebagai berikut:
1) Pengambilan keputusan berdasarkan nilai pobabilitas:
- Apabila signifikan t < tingkat kesalahan (0,05), maka H0 ditolak, Ha
diterima berarti (terdapat pengaruh)
- Apabila signifikan t > tingkat kesalahan (0,05), maka H0 diterima dan
Ha ditolak maka berarti (tidak terdapat pengaruh)

2) Pengambilan keputusan berdasarkan t hitung:


- Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti
(terdapat pengaruh)
- Jika t hitug < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti (tidak
terdapat pengaruh)

31
32
JADWAL PENELITIAN

Uraian Waktu Penelitian


Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Bimbingan Proposal
Penyerahan Proposal
Seminar Proposal
Peyerahan Proposal yang telah disetujui dosen penguji
Bimbingan Seminar Hasil Skripsi
Penyerahan draft skripsi
Seminar Hasil
Penyarahan darfat skripsi yang telah disetujui dosen
penguji

Ujian Skripsi
Penyerahan draft skripsi dan artikel yang telah direvisi
dan dicek plagiasi serta ditanda tangani dosen penguji

32
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Indah Nur, and Haryanto Haryanto. 2022. “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,
Pengendalian Akuntansi, Dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Di Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Akuntansi Aktual 9 (1): 77–85.
https://doi.org/10.17977/um004v9i12022p077.

Apriliani, Triana Sukma, and Rahma Rina Wijayanti. 2022. “Pengaruh Kejelasan Sasaran
Anggaran, Pengendalian Akuntansi, Dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas
Kinerja.” Jurnal Akuntansi Terapan Dan Bisnis 2 (2): 92–100.
https://doi.org/10.25047/asersi.v2i2.3573.

Bustami, Lanteng, and Senja Senja. 2016. “Pengaruh Sumber Daya Manusia Terhadap
Tanggapan Pelanggan Listrik Prabayar Pada PT. PLN (Persero) Rayon Palopo Kota.”
Equilibrium : Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi 4 (2): 39–54.
https://doi.org/10.35906/je001.v4i2.94.

Dalam, Kinerja, Organisasi Sektor, and Marita Ahdiyana. 2021. “Memperkuat Manajemen
Strategis Dengan Pengukuran Kinerja Dalam Organisasi Badan Hukum Publik.”
Manajemen Dewantara 5 (1): 34–47. https://doi.org/10.26460/md.v5i1.9491.

Hutama, R.S., & Yudianto, I. 2019. “The Influence of Budget Participation, Budget Goals
Clarity and Internal Control Systems Implementation on Local Government
Performance.” Journal of Accounting Auditing and Business 2 (2): 58–76.

Lahur, Steffani Imelda Lailarawati, Lamria Simamora, and Muhammad Ichsan Diarsyad.
2022. “PENGARUH KEJELASAN ANGGARAN, PENERAPAN STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAH DAN PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP
AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH (Studi Kasus Pada SKPD Di Kabupaten
Barito Utara).” JEMBA : Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen Dan Bisnis,
Akuntansi 2 (2): 72–80. https://doi.org/10.52300/jemba.v2i2.7128.

Mathematics, Applied. 2016. “済無 No Title No Title No Title,” 1–23.

Mulya, Helin Gustri, and Eka Fauzihardani. 2022. “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,
Pengendalian Akuntansi Dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Dengan Kepatuhan Terhadap Regulasi Sebagai Variabel Pemoderasi.”
Jurnal Eksplorasi Akuntansi 4 (1): 192–212. https://doi.org/10.24036/jea.v4i1.463.

33
Satri, W. 2011. “Netty Herawaty” 13 (1975): 31–36.

Simbolon, Deliyanti. 2022. “Analysis of The Effect of Clearance of Budget Targets,


Competency of Government Apparatus on Performance Accountability with Internal
Control System as Moderate Variables.” https://doi.org/10.4108/eai.20-9-2022.2324783.

Sugiyono. 2018. “Pengaruh Kompetensi Beban Kerja Dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Perawat Rumah Sakit Umum (RSU) Avisena Cimahi.” Metode Penelitian, 32–41.

sugiyono (2018, P.13). 2018. “Bab III - Metode Penelitian Metode Penelitian.” Metode
Penelitian, 32–41.

Widaryanti, Widaryanti, and Nurul Latifah Pancawardani. 2020. “Analisis Pengaruh


Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.” Fokus Ekonomi : Jurnal Ilmiah Ekonomi 15
(2): 477–92. https://doi.org/10.34152/fe.15.2.477-492.

34
LAMPIRAN

Daftar Sampel SKPD Kabupaten Sumenep

NO Nama Instansi/Dinas
.
1 Sekretariat Daerah
2 Sekretariat DPRD
3 Inspektorat
4 Satpol PP
5 Dinas Pendidikan
6 Dinas Kesehatan
7 Dinas Sosial
8 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana
9 Dinas Tenaga Kerja
10 Dinas Perhubungan
11 Dinas Komunikasi dan Informatika
12 Dinas Pariwisata, Kebudayaan , Pemuda dan Olahraga
13 Dinas PU Bina Marga
14 Dinas PU Sumber Daya Air
15 Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman, dan Cipta Karya
16 Danas Perlindungan dan Perdagangan
17 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
18 Dinas Perikanan
19 Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
20 Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan
21 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
22 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
23 Dinas Lingkungan Hidup
24 Dinas Penanaman Modal dan Pelaayanan Terpadu Satu Pintu
25 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

35
26 Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
27 Badan Perencanaan Pembangunan
28 Badan Kepegawaian dan Perkembangan SDM
29 Kecamatan-kecamatan
30 Kelurahan

Bentuk kuisioner dengan Skala Likert

No Pernyataan SS S TS STS
.
1. Kejelasan anggaran merupakan pusat pertanggungjawaban
bagi instansi pemerintah yang dimana seorang manajer
bertanggung jawab atas setiap kegiatan dalam unit kerjanya .
2. Dalam mencapai kejelasan anggaran pemerintah, memerlukan
perencanaan penganggaran yang matang dan tujuan yang
jelas.
3. Pengendalian akuntansi sangat diperlukan untuk mencapai
keefektifan kinerja pemerintah.
4. Pengendalian akuntansi biasanya digunakan untuk
mengefisiensi kinerja pemerintah
5. Pemerintah sangat ekonomis dalam meminimalkan anggaran
dan waktu yang dikeluarkan
6. Sistem pelaporan yang digunakan atau pun disampaikan
dalam penganggaran sudah akurat.
7. Pemerintah sudah efektif dalam mengukur sistem pelaporan
guna mencapai tujuan organisasi/instansi
8. Sistem pelaporan yang disampaikan sudah relevan dengan
tujuan organisasi/instansi pemerintah
9. Pemerintah telah menetapkan standar pengawasan sebagai
tolak ukur dan patokan bagi pengawas dalam menilai apakah
obyek atau pekerjaan yang diawasi berjalan dengan
semestinya atau tidak.
10. Dalam pengawasan fungsional, pengukuran dan penilaian
kinerja karyawan merupakan elemen yang sangat penting
untuk dilakukan.
11. Membandingkan hasil pelaksanaan dengan standar
pengawasan sangat perlu untuk dilakukan guna mencapai
kinerja yang lebih baik.
12. Apabila telah diketahui adanya perbedaan antara hasil
pelaksaan dengan standar pengawasan, maka perlu dilakukan

36
koreksi dan perbaikan terhadap hasil pekerjaan tersebut.
13. Pemerintah telah menerapkan akuntabilitas kejujuran dalam
memberikan informasi mengenai kejelasan anggaran,
pengendalian akuntansi, sistem pelaporan serta dalam
pengawasan fungsionalnya.
14. Pemerintah telah menerapkan akuntabilitas hukum dalam
pelaksanaan kejelasan anggaran, pengendalian akuntansi,
sistem pelaporan serta dalam pengawasan fungsionalnya.
15. Pemerintah telah menerapkan akuntabilitas kebijakan dalam
penerapan kejelasan anggaran, pengendalian akuntansi, sistem
pelaporan serta dalam pengawasan fungsionalnya.

37

Anda mungkin juga menyukai