Anda di halaman 1dari 50

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...…………………………………………………………i
HALAMAN JUDUL……………………………………………………...……...ii
HALAMAN PERSETUJUAN....………………………………………..……...iii
KATA PENGANTAR………………………………………………...…………iv
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................10
2.1 Tinjauan Teori..............................................................................................10
2.1.1 Akuntansi keuangan sektor publik...................................................10
2.1.2 Akuntabilitas....................................................................................13
2.1.3 Transparansi.....................................................................................19
2.1.4 Value for money...............................................................................26
2.2 Tinjauan Empiris..........................................................................................29
2.3 Kerangka Berpikir........................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................36
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................36
3.3 Metode dan Pendekatan Penelitian...............................................................37
3.4 Jenis dan Sumber Data.................................................................................38
3.5 Metode Pengumpulan Data..........................................................................39
3.6 Teknik Analisis Data....................................................................................39
3.7 Prosedur Penelitian.......................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh

lembaga-lembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada

publik. Lembaga publik mendapat tuntutan dari masyarakat untuk mengelola

segala kegiatan yang dilakukannya secara akuntabel dan transparan.

Akuntabilitas dan transparansi merupakan elemen-elemen penting dalam

rangka untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance),

dengan adanya pengelolaan anggaran yang baik maka akan sangat penting

bagi keberlangsungan dan perkembangan suatu organisasi karena memiliki

kaitan yang erat dengan keberlangsungan hidup masyarakat banyak menurut

Pertiwi (2015:2).

Praktik akuntansi baik di lembaga pemerintah maupun lembaga non-

pemerintah kini telah mendapatkan perhatian khusus dari sebelumnya.

Akuntabilitas dan transparansi merupakan sebuah prinsip dimana semua

kegiatan serta hasil pengelolaan keuangannya dapat dijelaskan terhadap

masyarakat umum selaku otoritas tertinggi. Kinerja anggaran yang baik bagi

suatu organisasi dapat dicapai jika pengelolaan anggaran organisasi yang

terlibat dilakukan secara transparan dan mudah dipahami. Salah satu upaya

yang dilakukan oleh pemerintah dengan menerapkan akuntabilitas dan

transparansi, yang merupakan prinsip yang paling dasar dari sebuah

pemerintahan yang baik (good governance).

i
2

Pada aspek akuntabilitas diartikan sebagai kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menjelaskan kinerja dan

tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada

pihak yang memiliki hak/wewenang untuk mendapatkan keterangan atau

pertanggungjawaban tersebut. Sedangkan pada aspek transparansi berarti

keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang

berkaitan dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-

pihak yang membutuhkan informasi. Kedua aspek diatas (transparansi dan

akuntabilitas) akan memunculkan suatu kepercayaan yang tinggi dari

masyarakat kepada pemerintah jika dalam kinerja suatu pemerintah

menerapkan transparansi dan akuntabilitas terjadi disetiap kinerja

pemerintahan. Dengan terlaksananya transparansi dan akuntabilitas yang baik

pada pemerintahan, maka secara tidak langsung keadilan pada pelayanan

publik juga dapat dicapai. Keadilan publik akan terwujud apabila ada aturan

yang disampaikan secara transparan dan hasil pelaksanaannya yang

disampaikan kepada masyarakat secara jelas sehingga masyarakat dapat

membandingkan kualitas pelayanan yang diterimanya dengan pelayanan yang

diterima oleh orang lain.

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan,

sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugikan sehingga adanya

tuntutan baru agar organisasi sektor publik memperhatikan Value for Money

dalam menjalankan aktivitasnya. Value for Money merupakan konsep

pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen


3

utama, yaitu; ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Penerapan akuntansi yang

baik oleh instansi pemerintah dan pengawasan yang optimal terhadap kualitas

laporan keuangan instansi pemerintah diharapkan akan dapat memperbaiki

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehingga kinerja penyelenggaraan

segala urusan pemerintahan dapat optimal.

Pengelolaan anggaran suatu organisasi publik tak pernah lepas dengan

konsep Value for Money karena masih banyaknya anggaran yang belum

dilakukan secara ekonomi (biaya yang tinggi, hasil yang minim atau anggaran

digunakan tidak berdasarkan pada kebutuhan atau skala prioritas, serta

anggaran yang boros). Maka dari itu tuntutan baru bagi suatu organisasi

publikpun muncul dimana tuntutan tersebut yaitu agar pemerintah

meningkatkan pelayanan melalui perwujudan Value for Money dalam

menjalankan atau melaksanakan kegiatannya. Value for Money harus

dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan suatu daerah karena dalam

konteks otonomi daerah, Value for Money merupakan jembatan yang dapat

mengantarkan pemerintah daerah untuk mencapai sebuah pemerintahan yang

baik (good governance) yaitu pemerintah daerah yang transparan, akuntabel,

ekonomis, efektif, dan efisien.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) atau dalam

bahasa inggrisnya disebut Development Planning Agency at Sub-National

Level merupakan suatu unsur pendukung dari Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota. Bappeda atau Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah merupakan suatu lembaga teknis daerah di bidang penelitian sekaligus


4

perencanaan pembangunan daerah. Umumnya, Bappeda di pimpim oleh

seorang kepala badan yang bertanggungjawab penuh kepada pemimpin daerah

terkait. Baik itu Gubernur, Bupati, ataupun Walikota melalui Sekretaris

Daerah. Adapun pembentukan Bappeda ini berdasarkan atas Keppres No. 27

Tahun 1980 mengenai pembentukan Badan Perencanaan Daerah di Daerah

Tingkat I dan II yang disebut Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh

Indonesia. Dasar tersebut kemudian dilebur dengan PP RI No.41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah bagian keempat Pasal 6 mengenai

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Dengan kata lain, Bappeda adalah

lembaga non-departemen yang berada tepat dibawah koordinasi dan

bertanggungjawab sang Kepala Daerah. Atau lebih simpelnya Bappeda

memiliki tanggung jawab atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan

perencanaan dan pembangunan daerah. Bappeda dipimpin oleh Kepala Badan

dan bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah.

Fenomena mengenai keluhan dan pengaduan masyarakat dalam pelayanan

publik baik yang secara langsung maupun melalui media massa, seperti

keluhan terhadap prosedur yang berbelit, tidak adanya kepastian jangka waktu

penyelesaian, besaran biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak

adanya transparansi, sikap petugas maupun pengawai yang kurang responsive.

Citra buruk yang dimana masih melekat pada sebagian besar pelayanan publik

di Indonesia yang dimana salah satunya disebabkan oleh masih kurangnya

profesionalisme dari para petugas pada organisasi pelayanan publik. Sejalan

dengan penuturan diatas penulis menemukan salah satu artikel yang dikutip
5

oleh Faktual.net November 2021 yang menyatakan buruknya pelayanan

publik Pemerintah Kec. Barombong, Kab. Gowa, Prov. Sulawesi Selatan.

Dalam artikel tersebut menyebutkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh

Camat Barombong Anwar Asru S.Sos jauh dari kata baik yang dimana terkait

dengan jangka waktu pelayanan yang tidak jelas, petugas pelayanan yang

tidak berkompeten, dan pengaduan masyarakat yang tidak ditanggapi.

Berdasarkan hal tersebut, Lembaga Swadaya Masyarakat Investigasi

Transparansi Aparatur Indonesia (LSM INTAI) mengadukan Camat

Barombong tersebut ke Ombudsman Republik Indonesia perwakilan Sulawesi

Selatan. Ketua Umum LSM INTAI Syaripuddin T, mengatakan bahwa

seorang pejabat publik harusnya mematuhi Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2009 tentang pelayanan publik. Kenyataannya, hal seperti ini menyadarkan

kita semua bahwa perlu adanya perhatian khusus pada peran tugas langsung

dalam pelayanan publik sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan secara

baik dengan adanya keseimbangan antara kekuasaan yang dimiliki dengan

tanggung jawab yang diberikan kepada masyarakat yang dilayani. Karena hal

inilah yang mendasari penulis untuk melakukan sebuah penelitian tepatnya di

Kabupaten Polewali Mandar dan menilai bagaimana dan seperti apa

organisasi publik yang ada di Polewali Mandar yang dimana penelitian ini

akan berfokus pada salah satu organisasi sektor publik yaitu pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Polewali Mandar.

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis dalam

melakukan penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Jumardi Achmad,


6

Haeruddin Saleh (2020) dengan judul Akuntabilitas, Transparansi dan

Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Anggaran Pada

Pemerintah Daerah Luwu Timur menemukan bahwa akuntabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran pada Kantor

Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur. Partisipasi penyusunan

Anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran pada

Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur. Dari hasil pengujian

regresi maka diketahui bahwa variable yang dominan berpengaruh terhadap

kinerja anggaran pada Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur

adalah partisipasi penyusunan anggaran.

Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Dito Aditia Darma Nasution

(2018) tentang Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntabilitas dan

Transparansi Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah pada Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara yaitu : 1) secara parsial pengelolaan keuangan daerah

dan akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara; 2) secara parsial

transparansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan

pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Secara simultan pengelolaan

keuangan daerah, akuntabilitas dan transparansi berpengaruh signifikan

terhadap kinerja keuangan pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Victorinus Laoli (2019) dengan

judul Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Kinerja Anggaran

Berkonsep Value For Money pada Pemerintah Kabupaten Nias menunjukkan


7

bahwa secara parsial akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja anggaran

berkonsep value for money sedangkan variable transparansi secara parsial

tidak berpengaruh. Dan secara simultan variable akuntabilitas dan

transparansi sama-sama berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep

value for money.

Beberapa penelitian yang penulis utarakan diatas melakukan penelitian

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yang dimana penelitian diatas

menggabungkan antara transparansi, akuntabilitas, konsep value for money,

dan pengelolaan keuangan. sehingga saya sebagai penulis berniat untuk

melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang

dimana akan menggabungkan antara transparansi, akuntabilitas, dan konsep

Value for Money dalam pengelolaan keuangan sektor publik. Lembaga

organisasi sektor publik seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) adalah Dinas yang membantu pemerintah dalam meningkatkan

pembangunan Daerah secara efektif dan efisien dan manfaatnya dapat

dirasakan oleh publik. Sehingga ini kemudian menjadi dasar bagi penulis

untuk melakukan penelitian pada Bappeda Kabupaten Polewali Mandar yang

dimana untuk melihat dan menganalisis keterbukaan informasi (Transparansi)

dan pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada masyarakat serta pengelolaan

anggaran yang dilakukan secara ekonomi, efisien, dan efektif (Value for

Money) menggunakan dana publik sebaik-baiknya.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka permasalahan ini menjadi menarik

bagi saya, maka penulis bermaksud untuk meneliti dan memahami dalam
8

permasalahan ini dan dituangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul

“PERWUJUDAN NILAI-NILAI TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS,

DAN KONSEP VALUE FOR MONEY DALAM PENGELOLAAN

AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK PADA BAPPEDA

KABUPATEN POLEWALI MANDAR”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perwujudan nilai transparansi dalam pengelolaan akuntansi

keuangan sektor publik pada Bappeda Kab. Polewali Mandar?

2. Bagaimana perwujudan akuntabilitas dalam pengelolaan akuntansi

keuangan sektor publik pada Bappeda Kab. Polewali Mandar?

3. Bagaimana perwujudan konsep value for money dalam pengelolaan

akuntansi keuangan sektor publik untuk meningkatkan kinerja pada

Bappeda Kab. Polewali Mandar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perwujudan nilai transparansi dalam pengelolaan

akuntansi keuangan sektor publik pada Bappeda Kab. Polewali Mandar

2. Untuk mengetahui perwujudan akuntabilitas dalam pengelolaan akuntansi

keuangan sektor publik pada Bappeda Kab. Polewali Mandar.


9

3. Untuk mengetahui konsep value for money dalam pengelolaan akuntansi

keuangan sektor publik dalam meningkatkan kinerja pada Bappeda Kab.

Polewali Mandar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat, baik itu dari aspek

teori maupun aspek praktis, serta bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan yaitu :

1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu memberikan manfaat akademis

dalam bentuk sumbang saran dalam perkembangan ilmu pemerintahan pada

umumnya. Dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai literature dalam

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu : diharapkan dapat menjadi bahan

masukan kepada pemerintah daerah khususnya pada Badan perencanaan

pembangunan daerah (BAPPEDA) dalam mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang baik dengan adanya nilai – nilai transparansi atau

keterbukaan informasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan adanya

pengukuran kinerja dengan konsep value for money serta memberikan

manfaat bagi para pemakai laporan keuangan dan manajemen pemerintahan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Akuntansi keuangan sektor publik

Akuntansi hadir untuk menjamin pertanggungjawaban dan

akuntabilitas suatu entitas atas pengelolaannya terhadap pihak-pihak yang

berkepentingan. Oleh karena itu, kehadiran akuntansi di organisasi sektor

publik juga membantu untuk mengelola transaksi keuangan dan membantu

organisasi sektor publik mencapai tujuannya. Akuntansi melibatkan proses

mengidentifikasi, mengenali, menilai, mencatat, dan melaporkan transaksi

atau peristiwa yang memberikan informasi yang berguna untuk

pengambilan keputusan keuangan.

Secara umum, teknik-teknik akuntansi meliputi tiga hal yaitu

pengakuan, pengukuran dan pengungkapan. Pengakuan meliputi proses

pengidentifikasian dengan memastikan bahwa suatu transaksi atau

kejadian apakah merupakan kejadian ekonomi. Pengakuan juga meliputi

pengidentifikasian apakah suatu transaksi kejadian ekonomi sudah bisa

diakui atau belum berdasarkan kriteria tertentu yang berlandaskan pada

asumsi basis akuntansi yang digunakan. Selanjutnya, pengukuran yaitu

apakah kejadian ekonomi tersebut dapat diukur dengan ukuran moneter

atau nilai uang dan jika tidak maka transaksi tersebut tidak akan dicatat.

10
Pengungkapan meliputi pencatatan jurnal hingga penyusunan laporan

keuangan. Dari sektor publik, dihasilkan beberapa teknik akuntansi

11
12

keuangan yang dapat diterapkan, antara lain akuntansi anggaran,

komitmen, dana, kas, dan akrual. Kelima teknik tersbeut saling

menguntungkan dan tidak saling memotong prinsip kerja. Dalam

akuntansi anggaran, tujuannya adalah untuk menekan peran anggaran pada

siklus perencanaan, pengendalian, dan pertanggungjawaban. Dengan

demikian diharapkan terjadi kemudahan dalam menyusun laporan.

Akuntansi komitmen dapat digunakan secara bersamaan pada

akuntansi kas dan akuntansi akrual. Akuntansi komitmen sangat penting

bagi pemegang saham karena berhubungan dengan prinsip saat transaksi

berlangsung. Akuntansi dana digunakan ketika penyedia dana atau pemilik

saham memiliki keterbatasan dana sehingga berupaya untuk sumber daya

yang tersedia sebagai pendukung kegiatan terpenting. Akuntansi kas

memiliki kelebihan berupa transparansi aktivitas administrasi yang

disusun oleh bendahara atau akuntan. Kekurangan dari akuntansi kas

adalah saldo yang terssedia terbilang overstated (berlebihan) yang

mengakibatkan pemborosan pada perusahaan atau organisasi. Akuntansi

akrual lebih banyak digunakan dibanding akuntansi kas karena hasil yang

lebih akurat sehingga pengambilan keputusan lebih efisien.

Laporan keuangan sektor publik merupakan instrument untuk

menciptakan akuntabilitas publik. Untuk menghasilkan laporan keuangan

sektor publik yang relevan dan handal, maka diperlukan adanya standar

akuntansi keuangan dan sistem akuntansi untuk sektor publik.

Pengembangan standar akuntansi keuangan sektor publik merupakan suatu


13

krusial, karena kualitas standar akuntansi secara langsung akan

mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Dengan demikian perlu

dikembangkan sistem yang handal yang mampu menfasilitasi

dihasilkannya laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dalam dunia

bisnis, masalah mengelola keuangan sangat penting, seperti halnya

masalah produksi dan pemasaran dalam mencapai tujuan organisasi.

Kegagalan dalam memperoleh dana dapat mempengaruhi kegiatan

operasional sehingga berdampak buruk bagi kelangsungan hidup

organisasi.

Menurut Jamal Asmani (2012:222) prinsip-prinsip pengelolaan

keuangan antara lain :

1) Transparansi berarti keterbukaan, yaitu dalam bidang manajemen

keterbukaan terhadap melakukan suatu program atau kegiatan.

2) Akuntabilitas merupakan kondisi seseorang yang dapat dinilai oleh

orang lain karena hasil kerjanya untuk menyelesaikan tugas dan

tanggung jawabnya.

3) Efektivitas adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam manajemen keuangan dikatakan efektif jika

kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai

aktivitas sesuai tujuan lembaga dengan keluaran yang diharapkan.

4) Efisiensi berkaitan dengan kualitas dari hasil kegiatan yang

dilaksanakan. Efisiensi merupakan perbandingan antara masukan dan

keluaran yang meliputi dana, daya dan waktu. Perbandingan tersebut


14

dapat dilihat dari dua hal, yaitu segi penggunaan waktu, tenaga, biaya,

dan hasil dapat tercapai sesuai tujuan.

Dapat disimpulkan bahwa dalam suatu organisasi publik harus

mewujudkan nilai-nilai transparansi, akuntabilitas karena dengan

mengimplementasikannya dalam sebuah organisasi publik agar tercipta

kinerja pemerintahan suatu daerah akan meningkatkan kesejahteraan bagi

masyarakat sehingga dapat terwujudnya good governance dalam suatu

daerah.

2.1.2 Akuntabilitas

A. Pengertian akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan dasar semua proses pemerintahan dan

efektivitas proses ini tergantung pada bagaimana mereka yang berkuasa

menjelaskan cara mereka melaksanakan tanggung jawab, baik secara

konstitusional maupun hukum. Akuntabilitas merupakan syarat dasar

untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan untuk memastikan bahwa

kekuasaan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional yang lebih luas

dengan tingkatan efisiensi, efektivitas, kejujuran, dan kebijaksanaan

tertinggi.

Akuntabilitas (accountability) adalah kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang, badan hukum pimpinan suatu organisasi kepada pihak

yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau


15

pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan menurut Astutidan

Yulianto (2016:5).

Mardiasmo (2018:27) mendefinisikan akuntabilitas publik

merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan

pertanggungjawaban dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan

yang menjadi pertanggungjawabannya kepada pihak pemberi amanah

(principal) yang memiliki hak dan kewajiban untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut.

Sujarweni (2015) menyatakan bahwa akuntabilitas atau

pertanggungjawaban adalah suatu bentuk keharusan seseorang

(pempinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban

sudah dilaksanakan sesuai kebutuhan yang berlaku.

B. Dimensi dan indikator akuntabilitas

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor

publik terdiri atas beberapa aspek. Mahmudi (2016:19) mengemukakan

dimensi akuntabilitas yaitu sebagai berikut :

1) Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity and

legality).

Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-

lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaati

ketentuan hukum yang berlaku. Dalam keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 tahun 2004 menjelaskan


16

bahwa akuntabilitas hukum terkait dengan pelayanan publik, maka

indikator dari akuntabilitas hukum adalah :

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik, yang dapat dilihat

berdasarkan proses yang meliputi : tingkat ketelitian (akurasi),

profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana,

kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan/peraturan

perundang-undangan) dan kedisiplinan.

b. Akuntabilitas biaya pelayanan publik, yang dimana dipungut sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah

ditetapkan.

c. Akuntabilitas produk pelayanan publik persyaratan teknis dan

administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dengan

segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.

2) Akuntabilitas manajerial (managerial accountability).

Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik

untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.

Akuntabilitas dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja

(performance accountability). Akuntabilitas manajerial juga berkaitan

dengan akuntabilitas proses (process accountability) yang berarti

bahwa proses organisasi harus dapat dipertanggungjawabkan, dengan

kata lain tidak terjadi inefisiensi dan ketidakefektivaan organisasi.

Menurut Discussion Paper by Office of the Auditor General of Canada


17

and TreasuryBoard sekretariat Canada dalam Akram Khan (2012)

indikator dalam akuntabilitas manajerial adalah sebagai berikut :

a. Peran yang jelas.

Hubungan akuntabilitas yang efektif terjadi hanya ketika peran dan

tanggung jawab semua pihak untuk hubungan yang jelas.

Kemungkinan adanya siapapun yang bertanggung jawab, jika

sesuatu berjalan salah, dan menjadi sulit.

b. Harapan dan kinerja yang jelas.

Setiap aktor dalam rangka akuntabilitas mengetahui target, tujuan,

sasaran dan prestasi yang diharapkan harus jelas didefinisikan. Jika

mereka tidak melakukannya, maka kerangka akuntabilitas akan

kehilangan kekuatannya, seperti tanggung jawab untuk non-kinerja

tidak dapat dengan mudah diperbaiki.

c. Pelaporan kredibel.

Pelaporan kinerja berdasarkan informasi yang akurat, secara tepat

waktu dan dalam cara yang menyoroti kontribusi yang dibuat oleh

entitas pelaporan, meningkatkan efektivitas akuntabilitas.

d. Ulasan wajar dan penyesuaian.

Harus ada tindak lanjut di mana harapan tentang kinerja belum

terpenuhi. Aksi tindak lanjut dapat berupa merevisi target,

menyesuaikan sumber daya atau tindakan lain untuk mengatasi

kendala.
18

3) Akuntabilitas program (program accountability).

Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan

yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah

mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang

optimal dengan biaya minimal. Lembaga-lembaga publik harus

mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada

pelaksanaan program. Dengan kata lain, akuntabilitas program berarti

bahwa program-program organisasi hendaknya merupakan program

yang bermutu yang mendukung strategi dan pencapaian misi, visi, dan

tujuan organisasi. Adapun indikator akuntabilitas program menurut

Halim (2016:103) adalah sebagai berikut :

a. Hasil dari program yang dijalankan.

b. Adanya keseuaian antara target dan pencapaian program.

c. Adanya pernyataan yang jelas mengenai tujuan dan sasaran dari

program.

4) Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).

Akuntabilitas kebijakan berkaitan dengan pertanggungjawaban

lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Adapun

indikator akuntabilitas kebijakan menurut Halim (2016:103) antara

lain sebagai berikut :

a. Akuntabilitas keatas (upward accountability) menunjukkan adanya

kewajiban untuk melaporkan dari pimpinan puncak dalam bagian

tertentu kepada pimpinan eksekutif.


19

b. Akuntabilitas keluar (outward accountability) bahwa tugas

pimpinan untuk melaporkan, mengkonsultasikan dan menanggapi

kelompok – kelompok klien dan stakeholder dalam masyarakat.

c. Akuntabilitas kebawah (downward accountability) menunjukkan

bahwa setiap pimpinan dalam berbagai tingkatan harus selalu

mengkomunikasikan dan mensosialisasikan berbagai kebijakan

kepada bawahannya karena sebagus apapun suatu kebijakan hanya

akan berhasil manakala dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh

pegawai.

5) Akuntabilitas finansial (financial accountability).

Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjjawaban lembaga-lembaga

publik untuk menggunakan uang publik (money public) secara

ekonomi, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran

dana serta korupsi. Mikael Edowai dkk (2021:28) mengemukakan

indikator akuntabilitas finansial adalah sebagai berikut :

a. Integritas keuangan.

Laporan keuangan yang menampilkan suatu kondisi yang

sebenarnya tanpa adanya yang di tutup-tutupi.

b. Pengungkapan.

Konsep pengungkapan mewajibkan agar laporan keuangan

didesain dan disajikan sebagai gambaran/kenyataan dari segala

proses kejadian/aktifitas organisasi untuk suatu periode yang berisi


20

suatu informasi. Dengan melakukan pencatatan terhadap semua

transaksi maka akan lebih mudah mempertanggungjawabkannya.

c. Ketaatan.

Ketaatan terhadap peraturan dalam proses pencatatan keuangan

dengan menggunakan prinsip syariah. Prinsip umum dari akuntansi

syariah adalah keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban. Oleh

karena itu transaksi dalam suatu pelaporan akuntansi dilakukan

dengan benar, jelas, informatif, menyeluruh, ditunjukkan kepada

semua pihak dan tidak terdapat unsur manipulasi.

C. Jenis akuntabilitas

Menurut Mahmudi (2015:9) akuntabilitas terdiri dari dua macam

yaitu sebagai berikut :

1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), adalah akuntabilitas

kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya akuntabilitas kepala dinas

kepada bupati atau walikota, menteri kepada presiden, kepala unit

kepada kepala cabang, kepala cabang kepada CEO dan sebagainya.

2) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), adalah

akuntabilitas kepada publik secara luas atau terhadap semua lembaga

lainnya yang tidak memiliki hubungan atasan-bawahan.

2.1.3 Transparansi

A. Pengertian transparansi

Salah satu elemen terpenting dari pengelolaan keuangan yang baik

adalah transparansi. Transparansi didasarkan pada elemen informasi yang


21

bebas. Semua proses, institusi, dan informasi pemerintah harus dapat

diakses oleh pemangku kepentingan, dan informasi yang tersedia harus

cukup agar dapat dimengerti dan memantaunya.

Teori pemerintah menjelaskan transparansi adalah prinsip yang

menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh

informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi

mengenai kebijakan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang

dicapai. Tranparansi merupakan salah satu prinsip dari good governance.

Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat

kebijakan-kebijakan sehingga dapat diketahui oleh masyarakat. Dikutip

dari kompasiana.com bahwa transparansi meliputi lima hal sebagai berikut

: 1) keterbukaan dalam rapat-rapat penting dimana masyarakat ikut

memberikan pendapatnya, 2) keterbukaan informasi yang berhubungan

dengan dokumen yang perlu diketahui oleh masyarakat, 3) keterbukaan

prosedur, 4) keterbukaan register yang berisi fakta hukum, dan 5)

keterbukaan menerima peran serta masyarakat.

Krina (2013:133) dalam Mikael Edowai dkk (2021:30)

menyatakan bahwa transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggaraan pemerintahan yaitu informasi tentang kebijakan, proses

pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Menurut

Mikael Edowai dkk (2021:32) transparansi dapat diartikan sebagai

keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan dan merupakan


22

salah satu syarat penting untuk menciptakan pemerintahan yang baik

(good governance). Adanya transparansi disetiap kebijakan tata kelola

pemerintahan, maka keadilan (fairness) dapat ditumbuhkan. Lebih jauh

lagi, transparansi juga terdapat dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 4 PP

No. 58 Tahun 2013 menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan daerah

dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku, efisien, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan asas keadilan dan kepatuhan. Berdasarkan pengertian

transparansi diatas maka dapat disimpulkan bahwa transparansi merupakan

prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk

memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni

informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya serta

hasil-hasil yang dicapai.

B. Prinsip transparansi

Menurut Lauranti (2018) prinsip transparansi pemerintah paling

tidak dapat diukur dengan sejumlah indikator sebagai berikut :

1) Adanya sistem keterbukaan dan standardisasi yang jelas dan mudah

dipahami dari semua proses penyelenggaraan pemerintahan.

2) Adanya mekanisme yang menfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik

tentang proses dalam penyelenggaraan pemerintahan.

3) Adanya mekanisme pelaporan maupun penyebaran informasi

penyimpangan tindakan aparat publik di dalam kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan.
23

Pemerintah diharapkan membangun komunikasi yang luas dengan

masyarakat berkaitan dengan berbagai hal dalam kontek pembangunan

yang berkaitan dengan masyarakat. Masyarakat mempunyai hak untuk

mengetahui berbagai hal yang dilakukan oleh pemerintah dalam

melaksanakan tugas pemerintahan.

C. Dimensi transparansi dan indikator transparansi

Transparansi berarti keterbukaan dalam memberikan informasi

tanpa ada yang dirahasiakan oleh pengelola kepada para pemangku

kepentingan. Mardiasmo (2018:19) menyatakan Transparansi memiliki

beberapa dimensi yaitu :

1) Invormativeness (informatif), yaitu pemberian arus informasi, berita,

penjelasan mekanisme, prosedur, data, fakta, kepada stakeholder yang

membutuhkan informasi secara jelas dan akurat. Indikator dari informatif

menurut Mardiasmo (2018:19) antara lain :

a. Tepat waktu : laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial,

politik serta untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan

tersebut.

b. Memadai : penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya

pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material.

c. Jelas : informasi harus jelas sehingga mudah untuk dipahami dan tidak

menimbulkan kesalahpahaman.
24

d. Akurat : informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak

menyesatkan bagi pengguna yang menerima dan memanfaatkan

informasi tersebut. akurat juga berarti informasi harus jelas

mencerminkan maksudnya.

e. Dapat diperbandingkan laporan keuangan, hendaknya dapat

diperbandingkan antar periode waktu dan dengan instansi yang sejenis.

Dengan demikian, daya banding berarti bahwa laporan keuangan dapat

digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi dengan organisasi

lain yang sejenis.

f. Mudah diakses yang berarti informasi harus mudah diakses oleh semua

pihak.

2) Openness (keterbukaan), yaitu keterbukaan informasi publik memberi hak

kepada setiap orang untuk memperoleh informasi dengan mengakses data

yang ada di badan publik, dan menegaskan bahwa setiap informasi publik

itu harus bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna

informasi.

3) Disclosure (pengungkapan), yaitu pengungkapan kepada masyarakat atau

publik (stakeholder) atas aktivitas dan kinerja finansial. Adapun indikator

dari pengungkapan antara lain :

a. Kondisi keuangan. suatu tampilan/keadaan secara utuh atas keuangan

organisasi atau organisasi selama periode/kurung waktu tertentu.

b. Susunan pengurus komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam

organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja


25

dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi/kegiatan-kegiatan yang

berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi).

c. Bentuk perencanaan dan hasil dari kegiatan. Serangkaian tindakan

untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Menurut Ultafiah (2017) adapun indikator dari transparansi antara lain :

1) Penyediaan dan akses informasi yang jelas tentang perencanaan,

prosedur pelaksanaan dan pertanggungjawaban;

2) Adanya musyawarah yang melibatkan masyarakat;

3) Keterbukaan proses pengelolaan;

4) Keterbukaan informasi tentang dokumen pengelolaan dana desa.

D. Aspek kritis transparansi

Transparansi setidaknya memiliki tiga aspek kritis yaitu :

1) Berkaitan dengan ketersediaan informasi (availability of information).

2) Kejelasan peran dan tanggung jawab di antara lembaga yang

merupakan bagian dari proses-proses yang diperlukan transparansinya.

3) Sistem dan kapasitas dibalik produksi serta jaminan informasi yang

tersistematik itu.

E. Manfaat transparansi

Transparansi berarti keterbukaan akses bagi semua pihak yang

berkepentingan terhadap suatu informasi seperti peraturan, kebijakan

pemerintah dan lainnya yang dapat diakses oleh publik, dapat diartikan

bahwa transparansi dibuat agar kebebasan arus informasi yang memadai

disediakan untuk dipahami dan dapat diawasi. Transparansi dapat


26

mengurangi ketidakpastian pemerintah dalam pengambilan kebijakan, dan

dengan adanya keterbukaan informasi maka publik dapat ikut serta dalam

memberikan aspirasi/suara dalam pengambilan keputusan meskipun hanya

di beberapa komponen saja. Transparansi pula dapat membantu

mengurangi peluang kecurangan seperti korupsi dan lainnya di kalangan

pemerintah karena terlihat semua proses dan hasil dari kegiatan aktivitas

yang dilakukan pemerintah.

Manfaat dari adanya transparansi dapat menciptakan kepercayaan

timbal balik antar pemerintah, masyarakat melalui penyediaan informasi

dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat

dan jelas. Beberapa manfaat penting transparansi menurut Andrianto

(2017:21), terdiri dari beberapa manfaat yaitu :

1) Mencegah terjadinya korupsi yang dilakukan oleh para stakeholder

dalam sebuah organisasi.

2) Lebih mudah mengindentifikasi kelemahan dan kekuatan kebijakan.

3) Meningkatkan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik

sehingga masyarakat akan lebih mampu mengukur kinerja lembaga.

4) Meningkatkan kepercayaan terhadap komitmen lembaga untuk

memutuskan kebijakan tertentu.

5) Menguatnya hubungan sosial baik antara masyarakat dengan

masyarakat ataupun masyarakat dengan pemangku kebijakan, karena

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga.


27

6) Mampu mendorong iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan

kepastian usaha.

2.1.4 Value for money

A. Pengertian value for money

Value for Money merupakan sebuah konsep dalam pengukuran

kinerja. Value for money  adalah indikator kinerja sebuah sektor publik

yang memberikan informasi apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan

menghasilkan suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya. Menurut Mahmudi

(2015) value for money adalah konsep dalam organisasi sektor publik yang

memiliki pengertian penghargaan terhadap nilai uang. Hal ini menjelaskan

bahwa setiap rupiah harus dihargai secara seimbang dan digunakan sebaik-

baiknya. Value for money menurut Arisaudi (2016) merupakan tolak ukur

dari pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah yang berdasarkan

pada ukuran ekonomis, efisiensi dan efektivitas.

B. Indikator value for money

Jamaluddin Majid (2019:18) menjelaskan mengenai tiga indikator

utama dalam value for money yaitu sebagai berikut :

1) Ekonomi : pengertian ekonomi sering disebut dengan kehematan yang

mencakup/tepat guna dan juga pengelolaan secara hati-hati/cermat

(prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional

dikatakan ekonomi apabila dapat menghilangkan atau mengurangi

biaya yang tidak perlu. Pemerolehan input dengan kualitas dan

kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan


28

perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan

moneter.

2) Efisiensi : pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep

produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang

digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat

dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat

dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-

rendahnya (spending well).

3) Efektivitas : pengertian efektivitas pada dasarnya berkaitan dengan

pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas

merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang

harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses

kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending

wisely). Atau bisa juga dikatakan sebagai tingkat pencapaian hasil

program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas

merupakan perbandingan outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for

money, namun beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum

cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan

pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada adanya

kesempatan sosial (social opportunity) yang sama untuk mendapatkan

pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain


29

keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equality). Artinya,

penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada

kelompok tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata.

Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada

organisasi pemerintahan sektor publik. Berikut merupakan penggambaran

secara singkat seperti apa aktivitas value for money terjadi pada sebuah

organisasi sektor publik :

1) Indikator ekonomi dan efisiensi tercakup dalam alokasi biaya.

Ekonomis adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan

tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan

(spending less). Efisiensi merupakan suatu produk atau hasil kerja

tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang

serendah-rendahnya (spending well). Dengan kata lain, indikator

efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh

suatu unit organisasi (seperti staf, upah, biaya administrasi) dan

keluaran yang dihasilkan.

2) Indikator efektifitas tercakup dalam kualitas pelayanan/hasil.

Efektifitas yaitu suatu proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran

akhir kebijakan (spending wisely). Indikator efektifitas

menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari

keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.


30

C. Manfaat value for money

Menurut Jamaluddin (2019) manfaat konsep value for money pada

organisasi sektor publik, sebagai berikut :

1) Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang

diberikan tepat sasaran.

2) Meningkatkan mutu pelayanan publik.

3) Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan

terjadinya penghematan dalam penggunaan input.

4) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.

5) Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness)

sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik.

Dari berbagai manfaat diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan

value for money dalam mengukur kinerja organisasi sektor publik sangat

membantu suatu instansi pemerintah agar dapat memberikan pelayanan

kepada masyarakat dengan tepat dan sesuai dengan sasaran sehingga

terciptanya mutu pelayanan yang baik dengan penggunaan sumber daya

yang ekonomis dan efisien.

2.2 Tinjauan Empiris

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti sekarang yaitu beberapa penelitian melakukan pendekatan kuantitatif

sedangkan dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan kualitatif

dengan menggabungkan antara transparansi, akuntabilitas dan konsep value

for money dalam pengelolaan keuangan sektor publik. Sehingga motivasi


31

peneliti untuk melakukan penelitian ini yaitu agar terwujudnya transparansi

dan akuntabilitas organisasi publik yang dapat di pertanggungjawabkan

kepada pemerintah dan masyarakat serta adanya pengelolaan keuangan yang

baik dengan menggunakan konsep value for money. Berikut ini merupakan

ringkasan terkait penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam

melakukan penelitian.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Hasil


No Perbedaan Persamaan
Peneliti Penelitian Penelitian
1 Jumardi Akuntabilitas, Hasil Perbedaan Persamaan
Achmad, Transparansi penelitian dalam dalam
Haeruddin dan Partisipasi menunjukkan penelitian ini penelitian ini
Saleh, Penyusunan akuntabilitas yaitu dari terletak pada
Cahyono Anggaran berpengaruh segi jenisnya variable yang
(2020) terhadap positif dan dimana diteliti yaitu
Kinerja signifikan penelitian ini akuntabilitas
Indonesian Anggaran pada terhadap termasuk dan
journal of Pemerintah kinerja kedalam transparansi
business and Daerah Luwu anggaran pada jenis
management Timur. Kantor Pemda penelitian
Kab. Luwu kuantitatif
Timur.
Partisipasi
penyusunan
Anggaran
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
anggaran pada
Kantor Pemda
Kab. Luwu
Timur. Dari
hasil pengujian
regresi,
variable yang
dominan
berpengaruh
terhadap
kinerja
32

anggaran para
Kantor Pemda
Kab. Luwu
Timur adalah
partisipasi
penyusunan
anggaran.
2 Arip Rahman Akuntabilitas Hasil Perbedaan Persamaan
Sudrajat dan penelitian pada pada
(2021) Transparansi menjelaskan penelitian ini penelitian ini
Publik : bahwa terletak dari yaitu terletak
journal Bagaimana peningkatan tujuan dari variable
education Pengaruhnya yang dilakukannya penelitian
and Terhadap dilakukan oleh penelitian ini yaitu
development Kinerja Satuan lembaga yaitu ingin akuntabilitas
Institusi Perangkat Pemerintah mengetahui dan
Pendidikan Daerah di Kab. Daerah Kab. bagaimana transparansi
Tapanuli Sumedang Sumedang pengaruh dan dari segi
Selatan sudah dari metode yaitu
mengupayakan akuntabilitas metode
memberikan dan deskriptif
pelayanan transparansi dengan
berdasarkan pada SKPD pendekatan
kepentingan Kab. kualitatif dan
umum melalui Sumedang analisis
program- triangulasi
program yang data.
dapat
mengembangk
an sumber
daya aparatur
daerahnya
seperti
pemberian
kesempatan
bagi setiap
aparatur untuk
meningkatkan
pendidikan
dan pelatihan,
sesuai dengan
kemampuan
dan
keahliannya,
penempatan
setiap aparat
sesuai
kemampuan
yang dimiliki
sbgai
33

penggerak
organisasi agar
dapat
meningkatkan
motivasi kerja
dan penerapan
aturan-aturan
yang beraku
dan penerapan
uraian tugas
yang jelas.
3 Anita, Moh. Analisis Hasil Perbedaan Persamaan
Rusman Transparansi penelitian yaitu pada pada
Ramli dan menunjukkan penelitian ini penelitian ini
(2021) Akuntabilitas bahwa secara memfokuska yaitu terletak
Penglolaan umum n penelitian pada variable
Jurnal Ilmiah Keuangan pemerintah di di sebuah yang diteliti
Mahasiswa Desa sebagai Desa Tuangila desa yaitu
Fakultas Sarana Good telah transparansi
Ekonomi Governance menerapkan dan
UMButon prinsip akuntabilitas
ISSN pemerintahan pengelolaan
(0nlien) yang baik keuangan
2747-2779 yaitu
transparansi
dan
akuntabilitas
dalam
pengelolaan
keuangan Desa
terkait dengan
Anggaran
Desa
(APBDesa)
tahun 2018.
4 Budi Analisis Hasil perbedaan Persamaan
Prihatmining Transparansi penelitian pada pada
tyas, Whinny dan yaitu penelitian ini penelitian ini
Qori Fatima, Akuntabilitas pengelolaan tidak adanya terlekat pada
Livia Laporan keuangan variable poin-poin
Khairunnisa Keuangan masih value for penelitiannya
(2021) Organisasi tergolong money yaitu analisis
Nirlaba Panti sederhana, hanya akuntabilitas
Jurnal ilmu Asuhan Al- karena berasal meneliti dan
manajemen Maun Desa dari infaq, variable transparansi
dan Ngajum Kab. sodaqoh, dan transparansi laporan
akuntansi Malang donator tetap. dan keuangan
Vol.9, No.1 Laporan akuntabilitas
keuangan saja.
belum sesuai
34

dengan PSAK
No.45, karena
laporan
keuangan
hanya sebatas
pemasukan
dan
pengeluaran
kas, dan belum
tergolong
akuntabel,
karena
kurangnya
pemahaman
pengelola
panti asuhan
tentang
manajemen
keuangan,
namum sudah
transparan
yang
sederhana,
karena laporan
keuangan panti
asuhan hanya
diberikan
kepada yang
ingin
mengetahui
tentang
laporan
keuangan di
panti asuhan.
5 Aries Hubungan Hasil analisis Perbedaan Persamaan
Iswahyudi, pemahaman menunjukkan pada pada
Iwan akuntabilitas, bahwa good penelitian ini penelitian ini
Triyuwono, transparansi, governance yaitu yaitu terletak
M. Achsin partisipasi, tidak berjalan penelitian ini pada variable
(2016) value for dengan baik menggunaka transparansi,
money, dan karena n pendekatan akuntabilitas
Jurnal Ilmiah good variable kuantitatif dan konsep
Akuntansi. goveranance. akuntabilitas dan terdapat value for
Vol.1, No.2, tidak variable money
Hal:151-166, berpengaruh partisipasi
Des.2016 secara positif, pada
variable value penelitian
for money ini.
tidak
berpengaruh
35

secara positif.
Sedangkan
variable
partisipasi
berpengaruh
secara
negative dan
variable
transparansi
berpengaruh
positif
terhadap good
governance.

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam mengelola dana masyarakat, perlu dilakukan evaluasi terhadap

kinerja Bappeda Kabupaten Polewali Mandar dengan indikator transparansi,

akuntabilitas dan penerapkan konsep value for money, untuk memastikan

bahwa uang rakyat dikelola secara ekonomis, efisien, dan untuk kepentingan

umum. Penerapan konsep value for money pada organisasi sektor publik perlu

dilakukan seiring dengan meningkatnya ketentuan akuntabilitas publik dan

pelaksanaan good governance. Penerapan konsep ini diharapkan dapat

memperkuat akuntabilitas sektor publik dan meningkatkan kinerja sektor

publik melalui peningkatan efisiensi pelayanan publik, peningkatan kualitas

pelayanan publik, pengurangan biaya pelayanan sektor publik akibat

inefisiensi dan peningkatan kesadaran akan penggunaan uang rakyat.


36

BAPPEDA

Akuntabilitas Transparansi Konsep Value for Money

Indikator : Indikator : Indikator :

1. Akuntabilitas 1. Informatif 1. Ekonomi


Hukum Dan (invormativeness)
2. Efisiensi
Kejujuran
2. Keterbukaan
3. Efektifitas
2. Akuntabilitas (openness)
Manajerial
3. Pengungkapan
3. Akuntabilitas (Disclosure)
Program
4. Akuntabilitas
Kebijakan
5. Akuntabilitas
Finansial

Pengelolaan keuangan
akuntansi sektor publik

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2018)

metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat, yang dugunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah (eksperimen)

dimana peneliti sebagai instrument, teknik pengumpulan data dan di analisis

yang bersifat kualitatif lebih menekankan pada makna. Metode penelitian

kualitatif bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan fenomena atau

objek penelitian melalui aktivitas sosial, sikap dan persepsi orang secara

individu atau kelompok.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada salah satu organisasi sektor publik

yang ada di Kabupaten Polewali Mandar yaitu pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Polewali Mandar yang

berlokasi di sekitaran Kantor Daerah Polewali Mandar (gedung paling

belakang) di Jl. Budi Utomo.

2. Waktu penelitian

Penelitian yang akan dilakukan di Kantor Bappeda (Badan Perencanaan

dan Pembangunan Daerah), yang dimana waktu penelitian ditunjukkan

pada tabel berikut ini :

37
38

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Waktu (Bulan) 2022


N
Nama Kegiatan Juli Ags Sep Okt
o.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penetapan Judul

2 Permintaan Izin

Penelitian

3 Pengumpulan

Data

4 Pengelolaan Data

5 Analisis dan

Interprentasi

6 Penyusunan Hasil

Penelitian

3.3 Metode dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis deskriptif. Metode ini menganalisis data yang diperoleh

dengan membuat pernyataan atau kalimat setelah itu membandingkan dengan

teori yang sudah ada. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kualitatif yang dimana penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh

informasi mengenai bagaimana transparansi, akuntabilitas, dan konsep value

for money dalam pengelolaan keuangan di Bappeda Kab. Polewali Mandar.


39

3.4 Jenis dan Sumber Data

A. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data kualitatif. Data kualitatif adalah data non-numerik atau angka.

Data ini biasanya berisi analisis kondisi saat ini pada organisasi

sehingga membantu peneliti dalam menentukan permasalahan. Jenis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subjek yang

diperoleh melalui responden penelitian berupa informan yang

diwawancarai dan data dokumenter. Wawancara dilakukan kepada

pihak terkait dalam sebuah organisasi. Informan yang dipilih adalah

informan yang dianggap mengetahui dan dapat memberikan data yang

diperlukan untuk memahami penerapan akuntansi di dilingkungan

organisasi. Sedangkan data dokumenter diperoleh dari studi literature

berdasarkan buku, jurnal, dan artikel.

B. Sumber data

Menurut Uma (2016) data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. berikut

merupakan penjelasan mengenai data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Data primer.

Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya (tidak melalui perantara). Dalam penelitian ini data primer

diperoleh melalui interview (wawancara) dengan responden.


40

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara (diperokeh dan dicatat oleh orang

lain). Data sekunder diambil dari dokumentasi baik berupa foto atau

dokumen, observasi, internet searching, serta penelitian terdahulu

yang relevan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017) dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan

data dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Interview (wawancara)

Interview merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang

menggunakan pertanyaan secara lisan pada subjek penelitian. Peneliti

akan menggunakan wawancara terstruktruk.

2) Observasi

Observasi merupakan teknik alami yang efektif untuk mengumpulkan data

terkait tindakan dan perilaku. Observasi melibatkan kegiatan dilapangan.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

yaitu dengan menganalisis data-data yang telah diperoleh, dihimpun, dan


41

diolah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik

analisis deskriptif kualitatif adalah teknik analisis dengan membandingkan

keadaan dan data-data dari perusahaan/organisasi yang ada, baik itu berupa

data primer yaitu yang berasal dari wawancara dan pengamatan langsung ke

lapangan atau perusahaan. Data sekunder adalah data-data yang berupa

sejarah perusahaan/organisasi, struktur organisasi, laporan keuangan dan data

pendukung lainnya yang relevan.

Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan

digunakan dalam penelitian, juga sekaligus untuk menguji keabsahan data

pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik analisis triangulasi data.

Kustoro dkk (2017) definisi triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi dalam pengujian

kredibilitas dapat juga diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan cara, dan berbagai waktu. Adapun teknik triangulasi data yang

biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut :

1. Triangulasi metode, yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data dengan

metode lain. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan

gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti akan

menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Selain

itu, peneliti juga akan melakukan observasi atau pengamatan untuk

mengecek sebuah kebenaran.


42

2. Triangulasi sumber data, yaitu menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya melalui

sumber data yang utama yaitu wawancara (interview), peneliti bisa

memperoleh sumber data pendukung seperti dokumen yang ditunjukkan

informan sebagai bukti sehingga data/keterangan dari informan lebih

akurat.

3. Triangulasi teori, yaitu hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah

rumusan informasi. Informasi yang diperoleh akan dibandingkan dengan

teori yang relevan untuk menghindari bias individu peneliti atas temuan

atau kesimpulan yang dihasilkan.

Dalam penelitian ini suatu organisasi publik akan dikatakan telah

mewujudkan nilai Transparansi apabila para pengelola yang terlibat telah

menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian

informasi. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga mengandung arti

bahwa informasi yang telah disampaikan harus lengkap, benar, dan tepat

waktu kepada semua pemangku kepentingan. Tidak boleh ada hal-hal yang

dirahasiakan, disembunyikan, ditutup-tutupi, atau ditunda-tunda

pengungkapannya. Sedangkan untuk akuntabilitas sendiri akan terjadi apabila

dalam sebuah laporan keuangan telah melaksanakan prinsip transparansi atau

keterbukaan yang mana hal ini merupakan syarat pendukung dari

akuntabilitas. Akuntabilitas dapat terwujud jika suatu organisasi melakukan

kegiatan seperti pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan

kinerja keuangan daerah (bentuk pertanggungjawaban) kepada semua pihak


43

yang berkepentingan sehingga hak-hak publik, yaitu hak untuk tau, hak untuk

diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya dapat terpenuhi. Selain

itu, terdapat pula konsep value for money yang dimana konsep ini akan

tercapai apabila dalam sebuah kinerja organisasi telah melaksanakan tiga

indikator value for money yaitu: ekonomis(hemat cermat) dalam pengadaan

dan alokasi sumber daya, efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumber

daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan,

serta efektif (berhasil guna) dalam artian mencapai tujuan dan sasaran.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan suatu langkah-langkah yang akan

digunakan untuk mengumpulkan data guna untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ada dalam sebuah penelitian. Menurut Abdullah (2018:209)

menjelaskan langkah-langkah atau prosedur pada penelitian kualitatif yaitu

sebagai berikut :

1. Tahap pra-lapangan. Pada tahap ini, akan dilakukan kegiatan penyusunan

rancangan penelitian, memilih tempat yang akan menjadi tempat

penelitian kelak, dan mengurus perizinan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan. Pada tahap ini, akan dilakukan kegiatan

pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, interview

(wawancara), dan dokumentasi. Untuk melakukan itu semua, peneliti

harus berbaur dengan lingkungan dan masyarakat sekitar yang menjadi

tempat penelitiannya.
44

3. Tahap analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap ini, data yang telah

terkumpul akan dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis

data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, sebagai upaya

penggambaran atau pencandraan (fakta) mengai situasi dan kejadian-

kejadian di lapangan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukry. 2010. Perwujudan Transparansi Dan Akuntabilitas Publik


Melalui Akuntabilitas Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance 4(3) :
3-25.
Anggadini, Sri Dewi. 2012. Pengaruh Value For Money Terhadap Kualitas
Pelayanan Publik. Jurnal Riset Akuntansi. Bandung : Universitas Computer
Indonesia.
Arief Filaili Herawati. 2011. Analisis Value For Money Dalam Meningkatkan
Mutu Pelayanan Publik Pada Stasiun Kereta Api Surabaya Kota. Jurnal.
Universitas Negeri Surabaya.
Auditya, Lucy, Husaini, Dan Lismawati. 2013. Analisis Pengaruh Akuntabilitas
Dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah. Jurnal Fairness. 3(1) : 21-41.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga.
Penerbit Erlangga. Jakarta – Indonesia.
Dika Husni Sanjaya. 2019. Analisis Value For Money Dalam Pengukuran Kinerja
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi : Volume
8, Nomor 12.
Dito Aditia Darma Nasution. 2018. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah,
Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. AQLI Lembaga Penelitian dan
Penulisan Ilmiah. Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan Vol:2, No:3.
Harun. 2009. Reformasi Akuntansi Dan Manajemen Sektor Publik Di Indonesia.
Jakarta : Salemba Empat.
Haryanto, Sahmuddin, Arifuddin. Akuntansi Sektor Publik Edisi Pertama. Badan
Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang – Indonesia.
Hasman Umuri. 2019. Penerapan Prinsip Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam
Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Marisa. Journal Of Chemical
Information And Modeling, 53(9), 1689-1699.
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/21-18/pjpk/persyaratan-proyek/value-for-
money-vfm#:~:text=Value%20for%20Money%20merupakan
%20sebuah,ekonomi%2C%20efisien%2C%20dan%20efektif.
https://uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html
https://www.kompasiana.com/ramadani2/5c0771916ddcae1c874fe2cb/
transparansi-didalam-pemerintahan?page=all&page_images=1

45
46

Jamaluddin Majid. 2019. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Pusaka Almaida :


Gowa - Sulawesi Selatan – Indonesia.
Jumardi Achamd, Haeruddin Saleh, C. 2020. Akuntabilitas, Transparansi Dan
Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Anggaran Pada
Pemerintah Daerah Luwu Timur. 2(2), 105-111.
Kristian Widya Wicaksono. Mei 2015. Akuntabilitas Organisasi Sektor Publik.
Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik (Jkap) Vol 19, No 1.
Latifah Sinaga. 2017. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi Dan Pengawasan
Terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value For Money Pada Instansi
Pemerintah Di Kbaupaten Batu Bara. Skripsi. Prodi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Lucy Auditya, Husaini Listiawati. 2013. Analisis Pengaruh Akuntabilitas Dan
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah
Derah. Jurnal Fairness Voluem 3, Nomor 1, 2013: 21-42.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Uii Press, Yogyakarta – Indonesia.
Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi Yogyakarta –
Indonesia.
Mikael Edowai, Herminawaty Abubakar, Miah Said. 2021. Penerbit Pusaka
Almaida. Gowa – Sulawesi Selatan – Indonesia.
Muhammad Sahir. 2022. Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Dalam Mencapai Good Governance Pada Pemerintah Daerah Kota
Makassar. Skripsi. Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Pertiwi, Debi Putri. 2015. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Dan Pengawasan
Terhadap Pengelolaan Anggaran Berkonsep Value For Money Pada Instansi
Pemerintah. Jurnal Kebangsaan. 2(2) : 1-15.
Pratolo, Suryo. 2008. Transparansi Dan Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan
Daerah Dalam Hubungannya Dengan Perwujudan Keadilan Dan Kinerja
Pemerintah Daerah : Sudut Pandang Aparatur Dan Masyarakat Di Era
Otonomi Daerah. Jurnal Akuntansi 9(2) : 108-124.
Putri Oktafiani, Ririh Sri Harjanti, Mulyadi. 2021. Penerapan Konsep Value For
Money Dalam Menilai Kinerja Pelayanan Sektor Publik Pada Rsud Brebes.
Jurnal Prodi D-III Akuntansi Politeknik Harapan Bersama.
Sarwenda Biduri. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Umsida Press :
Sidoarjo – Indonesia
47

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung :


Alfabeta, Cv.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Cv
Alfabeta.
Syaiful Bahri. 2021. Akuntansi Sektor Publik. Kota Bandung - Jawa Barat.
Penerbit Media Sains Indonesia.
Victorinus Laoli. 2019. Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Terhadap
Kinerja Anggaran Berkonsep Value For Money Pada Pemerintah Kabupaten
Nias. Owner, 3(1), 91.
LAMPIRAN
Pedoman wawancara.
1. Apakah sudah menerapkan prinsip transparansi dalam pengelolaan
akuntansi keuangan sektor publik?
2. Apakah sudah menerapkan prinsip akuntabilitas pengelolaan keuangan?
3. Apakah dengan keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan
anggaran memberikan dampak bagi aparatur?
4. Apakah sudah menerapkan konsep value for money?
5. Apakah penerapan konsep value for money memberikan manfaat dalam
pengelolaan keuangan?
6. Apakah ada hubungan antara transparansi, akuntabilitas, dan konsep value
for money dalam pengelolaan keuangan?
7. Apakah partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam proses
penganggaran?

Anda mungkin juga menyukai