(PUBLIC ACCOUNTABILITY)
sebagai
PILAR GOOD GOVERNANCE
RUDI MARTIAWAN
Dasar Pemikiran
Akuntabilitas publik merupakan landasan bagi proses
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good
Governance)
Aparatur pemerintah harus mempertanggung
jawabkan tindakan dan pekerjaannya pertama kepada
publik dan kedua kepada organisasi tempat kerjanya
Dengan akuntabilitas publik setiap aparat harus dapat
menyajikan informasi yang benar dan lengkap untuk
menilai kinerjanya baik yang dilakukan oleh
masyarakat, organisasi/instansi kerjanya, kelompok
pengguna pelayanannya, maupun profesinya
Setiap aparat harus bertanggungjawab (responsible)
atas pelaksanaan tugas-tugasnya secara efektif yaitu
dengan menjaga tetap berlangsungnya tugas-tugasnya
dengan baik dan lancar, mengelolanya secara
profesional, dan pelaksanaan berbagai peran yang
dapat dipercaya
Pada dasarnya akuntabilitas publik adalah pemberian
informasi dan disclosure/ pengungkapan atas
aktivitas dan kinerja pejabat publik kepada pihak-
pihak yang berkepentingan
Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang
amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas
dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak
pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut
Akuntabilitas Publik adalah kewajiban-kewajiban dari
individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk
mengelola sumber daya publik dan yang bersangkutan
dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawabannya baik fiskal, manajerial dan program
Kenapa ada akuntabilitas?
Satu paket dengan good
governance
Ada berbagai versi indikator
good governance
Akuntabilitas selalu ada
Good Governance [UNDP]
Partisipasi
Aturan hukum (rule of law
Transparansi.
Daya tanggap (responsiveness)
Berorientasi konsensus (consensus orientation)
Berkeadilan (equity)
Efektivitas dan efisiensi
Akuntabilitas
Bervisi strategis
Saling keterkaitan (interrelated)
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban
secara periodik.
Akar masalah good governance
C=M+D–A
C = Corruption
M = Monopoly of power
D = Discretion by officials
A = Accountability
Keleluasaan bertindak
Klitgaard et.all, dalam Agus Dwiyanto et.al, 2006
Formula
C=M+D– A
=M+D–A
C
Tujuan Akuntabilitas
Untuk menjelaskan bagaimanakah
pertanggungjawaban hendak dilaksanakan,
metode apa yang dipakai untuk melaksanakan
tugas, bagaimana realitas pelaksanaannya dan
apa dampaknya.
Arti Penting Akuntabilitas
Publik
Akuntabilitas publik, diyakini merupakan kunci
keberhasilan pelaksanaan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa
Tanpa akuntabilitas publik, prakarsa dan partisipasi
masyarakat sebagai inti kekuatan negara sulit
dibangun.
Oleh karena itu, masing-masing institusi harus dapat
membangun akuntabilitas peran dan fungsinya untuk
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
Akuntabilitas dapat mendorong pemberdayaan
masyarakat serta tumbuhnya prakarsa, kreativitas
maupun partisipasi masyarakat.
Dapat mendorong proses demokrasi yang dimulai
dari pemerintahan lokal, yakni kabupaten/kota,
hingga pemerintah pusat sekaligus mendorong
terwujudnya pemerataan dan keadilan dalam bidang
ekonomi.
Terjadinya ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan
yang berkualitas kepada masyarakat juga tumbuh,
yakni dengan cara menyebarkan dan mendekatkan
pusat-pusat pengambilan keputusan
Akuntabilitas
Mampu memberikan pertanggungjawaban atas mandat
yang diberikan kepadanya (stakeholders-nya) amanah
Secara umum organisasi atau institusi harus akuntabel
kepada mereka yang terpengaruh dengan keputusan atau
aktivitas yang mereka lakukan (Deklarasi Manila]
Memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada
publik (masyarakat umum), sebagimana halnya kepada
para pemilik (stakeholders).
Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung
apakah jenis keputusan organisasi itu bersifat internal
atau external
[UNDP]
Bagaimana Aparatur Publik dapat
menjalankan Akuntabilitasnya?
Memahami dan menerima tanggung jawab untuk
menjalankan tugas-tugasnya dengan berhasil
Aparat publik diberi kewenangan yang sama besarnya
dengan tanggung jawabnya
Keinginan evaluasi kinerja aparat yang efektif dan
dapat diterima akan dimanfaatkan oleh pimpinannya
maupun individu-individu tertentu
Diperlukan komitmen dari pimpinan politik
4 Jenis Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas
hukum,
Terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam
penggunaan sumber daya publik
Akuntabilitas proses,
Terkait dengan apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik
Dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan
publik yang cepat, responsif dan berbiaya murah
Akuntabilitas program,
Terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah pemerintah
daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang
minimal
Akuntabilitas kebijakan
Terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik
pusat maupun daerah, terhadap kebijakan yang diambil
pemerintah daerah sebagai Eksekutif kepada DPRD
sebagai legeslatif dan masyarakat luas
Dalam pelaksanaan akuntabilitas publik
perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut
Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi
untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar
akuntabel.
Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin
penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan
sasaran yang ditetapkan.
Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil
dan manfaat yang diperoleh, harus jujur, objektif, transparan
dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen
dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran
kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas (LAN dan
BPKP, Modul I, 2000: 43)
4 Model Akuntabilitas
1. Model Tradisional Westminster
2. Model tradisional yang dikembangkan
3. Model Stone
4. Model Jaringan Kerja (Jaringan yang
kompleks)
Model Tradisional Westminster [1]
Model akuntabilitas ini sesuai dengan konsep
birokrasi yang diterapkan oleh Weber sehingga
disebut juga sebagai administrative
accountability
Garis pertanggungjawaban akuntabilitas dari
bawah ke atas (hierakhi)
Setiap individu memberikan
pertanggungjawaban kepada atasannya secara
hirarkis
Sebagai bentuk kontrol atasan terhadap kinerja
bawahan
Top-down & tak bisa melihat
kinerja
Pengembangan Model Tradisional [2]
Tidak hanya dari bawah ke atas, tetapi juga bersifat kedalam
(perorangan) dan keluar (masyarakat)
Upward
Inward
Outward
Perlu diciptakannya berbagai mekanisme dan sistem
akuntabilitas seperti
Pengembangan jaminan kebebasan mendapatkan informasi
Pembentukan berbagai lembaga independen yang
bertujuan untuk mengontrol kinerja sektor publik seperti
ombudsman dan lembaga peradilan yang kuat
Model Stone [3]
Akuntabilitas dibagi dalam 5 kategori,
yaitu:
Kontrol dari Parlemen (DPR)
Managerialism (P-D-C-A)
Pengadilan/Lembaga semi peradilan;
Perwakilan Masyarakat
Pasar (konsumen-pengusaha)
Model Jaringan Kerja [4]
Para pihak terkait satu dengan yang lain
membentuk suatu jaringan kerja dan saling
memberikan kontribusi dan informasi.
Model ini menekankan pada pola hubungan
yang terjalin dalam suatu kerjasama.
Dalam suatu sistem kerjasama, semua pihak
yang terkait saling melakukan komunikasi,
pemberian informasi dan hubungan kerja yang
saling melengkapi untuk mencapai tujuan dari
jaringan kerja yang dibuat.
3 Pilar Membangun
Akuntabilitas
Adanya transparansi para penyelenggara
pemerintahan dalam menetapkan kebijakan publik
dengan menerima masukan dan mengikutsertakan
berbagai institusi.
Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat
diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan
wewenangnya.
Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana
kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat
dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah, dan
pelayanan yang cepat.
Hambatan dalam Pelaksanaan
Akuntablitas Publik
Masyarakat tidak mendukung dan peduli terhadap hak-hak publiknya
dan memberikan toleransi yang tinggi pada kurangnya akuntabilitas
pejabat atau sering disebut low literacy percentage. Sikap ini meliputi
malpraktek, nepotisme, korupsi, sogok menyogok.
Rendahnya imbalan gaji yang diterima oleh para pegawai cenderung
mendorong para pegawai untuk mencari penghasilan di luar
pekerjaannya dengan cara-cara yang kurang baik. Kondisi ini disebut
sebagai Poor Standard of Living.
Rendahnya moralitas para pejabat juga menghambat terlaksananya
proses akuntabilitas ini. Rendahnya moral ini bisa disebabkan oleh sikap
hidup yang materialistis dan konsumerisme para pejabat. Dengan
moralitas yang rendah ini mereka menjadi tidak mampu untuk
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Mereka
menganggap biasa hal-hal seperti korupsi, sogok-menyogok dan
memihak dengan merugikan orang lain. Kondisi semacam ini disebut
sebagai General Decline in the moral values.
Pengabaian terhadap hak-hak publik dan
mengutamakan kepentingan pribadi.
Mengutamakan kepentingan kelompok
Adanya sentalisasi kewenangan menjadikan
pejabat negara menjadi sulit dikontrol
Buruknya sistem akuntansi
Kurangnya keinginan untuk memperkuat
akuntabilitas dari semua pihak, baik pejabat
sendiri, masyarakat maupun sistem yang buruk.
Hak-2 Publik atas Penyelenggaraan
Pemerintahan
hak untuk tahu (right to know),
hak untuk diberi informasi (right to be
informed), dan
hak untuk didengar aspirasinya (right to be
heard and to be listened)
Mekanisme Akuntabilitas
Pengembangan Mekanisme
akuntabilitas diarahkan untuk:
Kejelasan tugas dan peran
Pertanggungjawaban politik
Pertanggungjawaban profesi
Pertanggungjawaban moral
Pihak yang berkepentingan thdp
akuntabilitas pelayanan publik
Publik dan konsumen pelayanan yang tertarik
pada penyajian pelayanan yang menguntungkan
dan bertanggungjawab kepada mereka.
Pemimpin dan pengawas dari pelayanan yang
merupakan pihak berkepentingan terhadap
pelayanan.
Penyaji pelayanan sendiri yang tujuan dan
keinginannya seringkali berbeda dengan kedua
pihak sebelumnya.
Kebijakan Akuntabilitas Publik
di Indonesia
Tuntutan internal (Indonesia) antara lain agar
sektor publik semakin
Transparan
Mampu mempertanggungjawabkan atas berbagai
kebijakan dan tindakan
Perubahan dalam lingkungan global dalam hal
manajemen sektor publik misalnya tuntutan
Good Governance dan Performance
Management
Kebijakan
Dimulai sejak dikeluarkannya TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998
tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi,
dan nepotisme dan
UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan
Bebas dari KKN. meliputi:
Azas kepastian Hukum.
Azas tertib penyelenggaraan negara.
Azas kepentingan umum.
Azas keterbukaan.
Azas proporsionalitas.
Azas profesionalistas.
Azas akuntabilitas
Azas akuntabilitas
Artinya setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggara negara
harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku
Siklus Sistem Akuntabilitas Publik
AMANAH
PUBLIC
ACCOUNTABILITY
LAPORAN
FORMULASI IMPLEMENTASI MONITORING AKUNTABILITAS
KEBIJAKAN KEBIJAKAN DAN EVALUASI
Lenvine (1990)
Supaya akuntabel dan responsif
Membuat saluran untuk menampung keluhan
konsumen
Membuat saluran untuk menampung saran-saran
konsumen
Melakukan survei konsumen
Melakukan kontak atau pertemuan dengan
konsumen
Membuat forum untuk memperoleh masukan
kualitatif dari konsumen, misalnya membentuk
forum konsumen
http://www.scotland.gov.uk/cru/kd01/blue/ccfp-07.asp
Untuk Didiskusikan
Seberapa baik akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
publik di Kabupaten Lampung Utara?
Hambatan apa yang dihadapi dalam
melaksanakan proses akuntabilitas publik di
Instansi Saudara?
Apa yang harus diperbaiki agar akuntabilitas
publik dapat dilaksanakan dengan baik di
Instansi Saudara?