Anda di halaman 1dari 124

SKRIPSI

ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN


DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PRODUK UTAMA PADA
“KSU UWAI BARANI KABUPATEN POLEWALI MANDAR”

NUKI AMALA
SAM C 02 16 024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI
BARAT MAJENE
2020
ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN
DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PRODUK UTAMA PADA
“KSU UWAI BARANI KABUPATEN POLEWALI MANDAR”

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

PROGRAM STUDI
AKUNTANSI

NUKI AMALA
SAM C02 16 024

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI
BARAT MAJENE
2020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah,

Nama : Nuki Amala Sam


Nim : C0216024
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “Analisis

Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan dalam Meningkatkan Pendapatan

Produk Utama Pada KSU Uwai Barani Kabupaten Polewali Mandar” adalah

hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang

dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Bila kemudian hari ternyata pernyataan

saya terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut dan dapat diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Majene, 31 Oktober 2020


Yang membuat
pernyataan,

Nuki Amala Sam


Nim. C0216024

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan kalian berusaha, maka


hendaklah kalian berusaha (HR. Tabrani)

“Kamu tidak akan pernah mengubah hidupmu sampai kamu


mengubah sesuatu yang selalu kamu lakukan setiap hari.
Kunci kesuksesanmu ada didalam rutinitas keseharianmu”
(John C. Maxwell)

Kupersembahkan Karya Sederhana Ini


Buat Inspirator Dan Motivatorku:

1. Ayahanda Muhammad Samil dan Ibunda Hardiningsih atas kasih sayang


dan do’anya;
2. Kakanda dan Adindaku tercinta;

3. Dosen-dosen serta Sahabat-sahabatku.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

karena hanya Allah SWT, sumber segala motivasi, asal seluruh energi kreatif,

serta pangkal segala inisiatif, maka amat pantas seorang hamba mengucap syukur

kepada-Nya. Salam dan Shalawat semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW, rasul yang rela mengorbankan jiwa, harta serta segala apa yang

dimilikinya demi tegaknya kebenaran di persada bumi ini. Beliau adalah uswatun

hasanah yang telah memberi cahaya kesucian dan kebenaran kepada seluruh

umatnya dan semoga keselamatan dilimpahkan kepada seluruh keluarga dan

sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, atas izin dan petunjuk Allah Azza Wajalla, Skripsi dengan

judul: “Analisis Metode Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan dalam

Meningkatkan Pendapatan Produk Utama Pada KSU Uwai Barani Kabupaten

Polewali Mandar” ini dapat penulis selesaikan. Pernyataan rasa syukur kepada

Sang Khalik, atas hidayah yang diberikan kepada penulis dalam mewujudkan

karya ini tidak dapat dilukiskan dengan kata apapun, kecuali dengan menyadari

betapa kecilnya diri ini di hadapan-Nya.

Penulis sangat menyadari bahwa Allah SWT telah menggerakkan hati

segelintir hamba-Nya untuk membantu dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

dengan penuh rasa ikhlas dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Ibu Sri Astuty Ratnasari Manggu, SE.,M.Ak selaku dosen Pembimbing I

vi
dan Ibu Indayani B, SE.,M.Ak selaku dosen Pembimbing II, yang telah dengan

ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada

penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Teristimewa penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ayahanda Muhammad Samil dan Ibunda Hardiningsih yang dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang dalam membesarkan dan mendidik penulis, serta doa

yang tiada henti-hentinya beliau panjatkan demi keberhasilan penulis dalam

mencapai cita-cita. Saudara-saudariku tercinta: Kakanda Muh. Awaluddin, S.IP,

St. Haerawati, S.Si, Mardawati Sam, S.Si dan Hairul Umam yang dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan semangat dan dukungan baik moril

maupun materil sehingga penulis dapat selalu tersenyum dan bersemangat dalam

menempuh pendidikan, juga kepada Adinda Samildayanti yang selalu

memberikan motivasi sehingga membuat hidupku lebih berarti.

Tak lupa pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Akhsan Djalaluddin, M.S., Rektor Universitas Sulawesi

Barat.

2. Bapak H. Mujirin M. Yamin, SE., MS., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sulawesi Barat dan juga selaku Penasehat Akademik Penulis.

3. Ibu Dahlia, S.Pd.,M.Si., Koordinator Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sulawesi Barat Sekaligus Sebagai Dosen Penguji I

4. Ibu Nurul Listiawati, SE., M.Acc. Ak Sebagai Dosen Penguji II dan Bapak

Zulfadhli Lutfi A. Lopa, SE., MM., Selaku Dosen Penguji 3

vii
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Sulawesi Barat yang

telah ikhlas memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menempuh pendidikan di Universitas Sulawesi Barat.

6. Seluruh Staf Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sulawesi Barat

7. Bapak Jelisman dan Ibu Lisa Anugrah selaku Ketua dan Bendahara KSU

Uwai Barani atas kesempatan dan bantuan yang diberikan kepada penulis

dalam melakukan penelitian dan memperoleh informasi yang diperlukan

selama penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat seperjuanganku mahasiswa(i) Program Studi Akuntansi

Angkatan 2016 atas segala kebersamaan, kekompakan dan kerja samanya

selama menjalani masa-masa perkuliahan sampai pada tahap penyusunan

tugas akhir ini. Kalian telah menggoreskan aneka warna dalam hidupku.

Tak lupa pula penulis haturkan permohonan maaf dan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan semangat selama penulis

menempuh pendidikan di Universitas Sulawesi Barat

Kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza Wajallah dan manusia hanya

bisa berusaha mendekati kesempurnaan itu. Oleh karena itu penulis menyadari

bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri

penulis. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

viii
Akhir kata, penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan oleh

semua pihak terhitung sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT dan mudah-

mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah khasanah ilmu

pengetahuan bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.

Majene, 31 Oktober 2020

Penulis

ix
ABSTRAK

NUKI AMALA SAM, 2020. Analisis Metode Perlakuan Akuntansi Produk


Sampingan Dalam Meningkatkan Pendapatan Produk Utama Pada KSU Uwai
Barani Kabupaten Polewali Mandar, dibimbing oleh Sri Astuty Ratnasari
Manggu, SE., M.Ak dan Indayani B, SE., M.Ak.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pemilihan metode perlakuan
akuntansi atas hasil penjualan produk sampingan yang paling tepat dalam
meningkatkan pendapatan produk utama pada KSU Uwai Barani. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menujukkan bahwa dengan menggunakan metode pendapatan penjualan produk
sampingan diperlakukan sebagai pengurang total biaya produksi dapat
meningkatkan penjualan produk utama pada tahun 2019 sebesar Rp.257.940.000
jika dibandingkan dengan 3 metode lainnya yang keuntungan dari penjualan
produk utama hanya senilai Rp.140.220.000. Berdasarkan hal tersebut penulis
menyarankan agar KSU Uwai Barani sebaiknya melakukan pencatatan akuntansi
produk sampingan menggunakan metode pendapatan penjualan produk sampingan
diperlakukan sebagai pengurang total biaya produksi untuk dapat meningkatkan
pendapatan produk utamanya.
Kata Kunci: produk sampingan, tingkat pendapatan, produk utama

x
ABSTRACT

NUKI AMALA SAM, 2020. Analysis of By-Product Accounting Treatment


Methods in Increasing Main Product Revenue at KSU Uwai Barani, Polewali
Mandar district, Supervised by Sri Astuty Ratnasari Manggu, SE., M.Ak and
Indayani B, SE., M.Ak.
This research is aimed to find an alternative choice of accounting treatment
methods for the most appropriate by-product sales in increasing main product
revenue at KSU Uwai Barani. The method of this research is quantitative
descriptive method. The results showed that by using the by-product sales revenue
method treated as a reduction in total production costs, it can increase sales of
main products in 2019 amounted Rp.257.940.000 when compared to the other
three methods the profit from selling the main product is only Rp.140.220.000.
Based on this, the researches suggest that KSU Uwai Barani perform accounting
records of by-products using the by-product sales revenue method to be treated as
a reduction costs to increase the revenue of its main product.
Keywords: by-product,increase revenue, main product

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................................i

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................................iv

MOTTO...........................................................................................................................v

KATA PENGANTAR.....................................................................................................vi

ABSTRAK.......................................................................................................................x

ABSTRACT.....................................................................................................................xi

DAFTAR ISI....................................................................................................................xii

DAFTAR TABEL............................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................7
1.5 Sistematika Penulisan........................................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori..................................................................................................9
2.1.1 Konsep dan Pengertian Biaya...................................................................9
2.1.2 Harga Pokok Produksi..............................................................................13
2.1.3 Metode Pengumpulan Biaya Produksi.....................................................17
2.1.4 Penentuan Harga Pokok Produksi............................................................18
2.1.5 Metode Perlakuan Akuntansi Produk Bersama dan Produk Sampingan. .20
2.2 Tinjauan Empirik...............................................................................................32
xii
2.3 Kerangka Konseptual.........................................................................................36

BAB III METODE PENELITAIN


3.1 Rancangan Penelitian.........................................................................................38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................38
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel..........................................39
3.4 Jenis dan Sumber Data.......................................................................................40
3.5 Metode Pengumpulan Data................................................................................42
3.6 Teknik Analisis Data.........................................................................................43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian..................................................................................................45
4.1.1 Profil Singkat KSU Uwai Barani.........................................................45
4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan KSU Uwai Barani............................................45
4.1.3 Struktur Organisasi..............................................................................46
4.1.4 Proses Produksi....................................................................................52
4.1.5 Produk – produk KSU Uwai Barani....................................................54
4.1.6 Perhitungan Sisa Hasil Usaha Menurut KSU Uwai Barani.................56
4.1.7 Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan............................................65
4.1.8 Penyajian Alokasi Biaya Bersama Dengan metode Nilai Jual Relatif....71
4.2 Pembahasan.......................................................................................................73

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................................82
5.2 Keterbatasn Penelitian.......................................................................................83
5.3 Saran..................................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................85

LAMPIRAN.....................................................................................................................87

xiii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Data
Penju
alan
Produ
k
Utam
a
Tahu
n
2019
..........................
1.2 Data
Penju
alan
Produ
k
Samp
ingan
Tahu
n
2019
..........................
2.1 Conto
h
Penya
jian
Penda
patan
Penju
alan
Produ
k
Samp
ingan
Sebag
ai
Peng
hasila
n
Dilua
r
Usah
a........................
2.2 Conto
h
Penya
DAFTAR TABEL
jian 4.4 Biaya
Penda Kema
patan san
Penjua Sela
lan ma
Produ Tahu
k n
Sampi 2019
ngan ..........................
Sebag
4.5 Depre
ai
siasi
Penghasilan Alat
Diluar Usaha........................................................................................................... Produ
ksi.....................
2.3 Tinjauan
Emp 4.6 Evalu
irik asi
Biaya
32 Over
3.1 Waktu head
Penelitian Pabri
39 k........................

4.1 Data 4.7 Reka


Prod pitula
uk si
Uta Biaya
ma Bersa
Tah ma
un Produ
2019 k
Utam
56 a........................

4.2 Data 4.8 Penju


Produ alan
k Produ
Sampi k
ngan Samp
Tahun ingan
2019 Diper
56 lakuk
an
4.3 Lapor Sebag
an ai
Sisa Penda
Hasil patan
Usaha Lain-
Tahun Lain
2019 ..........................
58
4.9 Penda
DAFTAR TABEL
patan Biaya
Produ Bersa
k ma
Sampi Deng
ngan an
Dicata Meto
t de
Sebag Nilai
ai Jual
Tamb Relati
ahan f
Produ Sebel
k um
Utama
Dikur
68
angi
4.10 Penjua Hasil
lan Penju
Produ alan
k Produ
Sampi k
ngan Samp
Diperl ingan
akuka ..........................
n
4.13 Aloka
Sebag
si
ai
Biaya
Pengu
Bersa
rang
ma
HPP
Deng
69
an
4.11 Penjua Meto
lan de
Produ Nilai
k Jual
Sampi Relati
ngan f
Diperl Setela
akuka h
n Dikur
Sebag angi
ai
Hasil
Pengu
Penju
rang
alan
Biaya
Produ
Produ k
ksi...........................................................................................................................
Samp
ingan
4.12 Aloka
..........................
si
DAFTAR TABEL
4.14 Perba pin
ndinga
gan....................
n
Metod
e
Perlak x
uan i
Akunt v
ansi
Produ
k
Sampi
ngan
79
4.15 Perb
andi
ngan
Pend
apat
an
Prod
uk
Uta
ma
Sebe
lum
dan
Setel
ah
Diku
rang
i
Pend
apat
an
Prod
uk
Sam
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1

Kerangka
Konseptual
37
4.1

Struktur
Organisasi
KSU Uwai
Barani........................
DAFTAR GAMBAR

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkembangnya kegiatan usaha di daerah akan berdampak positif terhadap

pembangunan dan tingkat kesejahteraan. Jumlah pengangguran dapat dikurangi

karena tenaga kerja terserap dengan baik sehingga mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat sekitar. Pemerintah, melalui Kementrerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah turut mengembangkan industri-industri di daerah

salah satunya melalui koperasi.Masyarakat yang berpotensi menghasilkan produk

dengan manfaat ekonomi yang baik kemudian dikelompokkan kedalam suatu

wadah berupa koperasi. Sebagai bagian dari kegiatan perekonomian tentunya

koperasi juga mendorong kondisi perekonomian saat ini. Koperasi menjadi tempat

yang sesuai untuk masyarakat yang masih kuat dengan rasa kegotong-royongan

dan asas kekeluargaan.

Seperti halnya perusahaan, koperasi juga mempunyai tujuan antara lain:

memperoleh laba yang maksimal, menjaga kelangsungan hidup usaha serta

melakukan mengembangan agar produk yang dihasilkan dapat bersaing di Pasar.

Untuk mencapai tujuan tersebut terutama dalam hal mencapai laba yang

maksimal, hal terpenting adalah mampu melakukan perencanaan dengan tujuan

yang jelas serta memperhitungkan besarnya biaya yang dikeluarkan, yang

kemudian akan dilekatkan pada harga jual produk.

1
2

Selain digunakan sebagai alat untuk menentukan harga jual, harga pokok

produksi juga berfungsi sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses

produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen.

Untuk itu dibutuhkan metode yang tepat dalam menentukan Harga Pokok

Produksi sehingga dapat menghasilkan laba yang maksimal dan tepat dijadikan

sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan manajemen.

(Wijayanti,R.2011:2).

Dalam proses produksi ada beberapa usaha yang dapat menghasilkan dua

jenis produk sekaligus dalam satu kali produksi yaitu produk utama dan produk

sampingan. Produk utama adalah tujuan utama operasi perusahaan yang memiliki

kuantitas yang lebih banyak dan harga jual yang relatif lebih tinggi sedangkan

produk sampingan adalah produk yang bukan tujuan utama dari operasi

perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses produksi dan

memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan produk utama.

Produk sampingan merupakan hasil sampingan dari proses produksi

produk utama. Dalam kasus yang lain produk sampingan dapat terjadi bukan

karena adanya proses produksi bersama tetapi dihasilkan dari proses penyiapan

bahan baku sebelum bahan baku tersebut diproses menjadi produk utama. Oleh

karena itu dalam hubunganya dengan penjualan, produk sampingan dapat

diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu (1) produk yang dijual dalam bentuk

aslinya setelah titik pisah tanpa pemrosesan lebih lanjut dan (2) produk yang

memerlukan pemrosesan lebih lanjut agar dapat dijual dengan harga lebih tinggi

daripada dijual dalam bentuk aslinya (Siregar, dkk 2017:328).


Koperasi Serba Usaha (KSU) Uwai Barani yang terletak di Desa Mombi

Kecamatan Alu Kabupaten Polewali Mandar merupakan koperasi yang bergerak

dibidang industri dengan memanfaatkan buah kelapa sebagai bahan bakunya,

produk yang dihasilkan yaitu Minyak Virgin Coconut Oil (VCO) dan Minyak

goreng, produk ini dikategorikan sebagai produk utama. Dalam proses

produksinya terdapat sisa limbah atau sampah yang dihasilkan oleh produk utama.

Sisa limbah tersebut disebut dengan produk sampingan. Produk sampingan yang

dihasilkan tersebut yaitu berupa Tempurung, Ampas Kelapa dan Bungkil Kelapa.

Produk sampingan ini dijual keberbagai pengusaha seperti usaha arang, usaha

peternakan dan lain-lain tanpa pemrosesan lebih lanjut.

Proses produksi produk utama dan produk sampingan ini menggunakan

bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang sama karena

diproses dalam satu pengolahan yang sama pula. Pada kasus seperti ini

dibutuhkan metode yang tepat dalam mengalokasikan biaya bersama kepada

setiap produk yang dihasilkan guna mendapatkan informasi harga pokok produksi

tepat pula.

Untuk produk sampingan yang dijual dalam bentuk aslinya tanpa

pemrosesan lebih lanjut sulit untuk dilakukan identifikasi biaya produksinya

sehingga titik berat pembahasannya adalah bagaimana memperlakukan

pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Dalam hal ini menurut Bustami

dan Nurlela (2013:166) produk sampingan dihitung menggunakan metode tanpa

harga pokok yakni suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak
memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah.

Metode tanpa harga pokok ini dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penghasilan

diluar usaha atau pendapatan lain-lain,

2) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah

pendapatan penjualan produk utama,

3) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang

Harga Pokok Penjualan,

4) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang

total biaya produksi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Jelisman selaku Ketua KSU

Uwai Barani, selama ini Koperasi tersebut memperlakukan pendapatan penjualan

produk sampingan sebagai pendapatan lain-lain (diluar usaha) sebagai nilai

kotornya, selain itu koperasi ini menganggap tidak perlu mengalokasikan biaya

bersama kepada produk sampingan, karena produk sampingan di Koperasi Uwai

Barani langsung dijual tanpa proses lebih lanjut. Koperasi ini juga membebankan

seluruh biaya produksi kepada produk utama sehingga kondisi ini menyebabkan

biaya produksi produk utama menjadi lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya.

Sementara untuk pencatatan akuntansi dilakukan dengan metode yang relatif

sederhana dan belum sesuai dengan kaidah akuntansi yang berlaku. KSU Uwai

Barani dalam pencatatan akuntansi masih menggunakan perhitungan berdasarkan

pengalaman yang didapatkan dan belum sesuai dengan kaidah pencatatan


akuntansi yang berlaku, sedangkan untuk penentuan harga jual produk koperasi

menetapkan harga berdasarkan nilai pasar.

Berikut adalah data penjualan untuk produk utama dan produk sampingan

yang dihasilkan KSU Uwai Barani selama tahun 2019:

Tabel 1.1 Data Penjualan Produk Utama Tahun 2019


Jenis Produk Jumlah Harga jual Total Harga
Utama Penjualan
Produk
Minyak VCO 5.400 Liter Rp. 60.000/Liter Rp. 324.000.000
Minyak Goreng 12.600 Liter Rp. 20.000/Liter Rp. 252.000.000
Jumlah 18.000 Liter Rp. 576.000.000
Sumber : KSU Uwai Barani 2019 (diolah)

Tabel 1.2 Data Penjualan Produk Sampingan Tahun 2019

Jenis Produk Jumlah Harga jual Total Harga


Sampingan Penjualan
Produk
Ampas Kelapa 795 Karung Rp. 80.000/Karung Rp.63.600.000
Tempurung Kelapa 1.400 Karung Rp. 40.000/Karung Rp. 56.000.000
Bungkil kelapa 5.700 kg Rp. 2.000/Kg Rp. 11.400.000
Jumlah Rp. 131.000.000
Sumber : KSU Uwai Barani 2019 (diolah)

Data diatas menunjukan bahwa jumlah penjualan produk sampingan

senilai Rp. 131.000.000, jumlah ini tentunya sangat material meskipun tidak

sebanyak hasil penjualan produk utama yang mencapai Rp. 576.000.000.

Meskipun produk sampingan memiliki nilai jual yang relatif lebih rendah

dibandingkan produk utama, tetapi produk sampingan ini bisa menambah

pendapatan dari produk utama.


Berdasarkan Uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di Koperasi Uwai Barani yang berjudul Analisis Metode Perlakuan

Akuntansi Produk Sampingan dalam Meningkatkan Pendapatan Produk

Utama Pada “KSU Uwai Barani Kabupaten Polewali Mandar” dalam

penelitian ini akan dilakukan analisis perhitungan metode perlakuan akuntansi

produk sampingan menggunakan empat metode tersebut diatas kemudian

dibandingkan metode manakah yang paling baik untuk meningkatkan pendapatan

produk utama pada Koperasi Uwai Barani.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas yaitu sebagai

berikut :

1) Bagaimana penerapan perlakuan akuntansi produk sampingan dengan

metode pendapatan penjualan produk sampingan yang diperlakukan

sebagai pendapatan lain-lain, sebagai penambah pendapatan penjualan

produk utama, sebagai pengurang harga pokok penjualan, dan sebagai

pengurang biaya produksi pada KSU Uwai Barani?

2) Metode manakah yang paling baik dalam meningkatkan pendapatan

produk utama pada KSU Uwai Barani?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah

diatas yaitu sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui penerapan perlakuan akuntansi produk sampingan

dengan metode pendapatan penjualan produk sampingan yang


diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain, sebagai penambah pendapatan

penjualan produk utama, sebagai pengurang harga pokok penjualan, dan

sebagai pengurang biaya produksi pada KSU Uwai Barani.

2) Untuk mengetahui metode manakah yang paling baik dalam meningkatkan

pendapatan produk utama pada KSU Uwai Barani.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

1) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak lain

yang berkepentingan dalam penerapan metode perlakuan produk

sampingan.

2) Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi

terutama yang terkait dengan penerapan metode perlakuan produk

sampingan.

1.4.2 Secara Praktis

1) Bagi KSU Uwai Barani

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi KSU

Uwai Barani dalam menentukan metode perlakuan produk sampingan

yang tepat dan akurat.

2) Bagi Peneliti

a. Membandingkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan

praktek yang ada di perusahaan.

b. Memperoleh pengetahuan dalam bidang akuntansi biaya dan

akuntansi manajemen khususnya Metode perlakuan produk sampingan


yang berguna memberikan informasi harga pokok produk dengan

lebih tepat dan akurat.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini,

peneliti menguraikan sistematika dalam penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bagian ini berisi uraian mengenai tinjauan literatur, teori-teori yang

relevan dengan masalah yang diteliti dan menjadi acuan dalam

pembahasan materi penelitian dan kerangka konseptual

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini memuat tentang Rancangan Penelitian dan Lokasi

dan Waktu Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Penambilan

Sampel, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, serta

Teknik Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisikan gambaran objek penelitian serta menyajikan

hasil penelitian dan pembahasan mengenai masalah yang diteliti.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Berisikan tentang simpulan dari uraian sebelumnya dan saran yang

dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi koperasi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep dan Pengertian Biaya

Setiap entitas bisnis memerlukan biaya dalam menjalankan usahanya. Oleh

karena itu besar kecilnya biaya akan sangat berpengaruh terutama dalam hal

penentuan harga pokok produksi sehingga laba atau rugi entitas bisnis sangat

tergantung dari pengelohan biayanya. Untuk itu dengan besarnya pengaruh biaya

maka dibutuhkan pengalokasian biaya yang cermat.

Ada dua istilah dalam akuntansi biaya yang berhubungan dengan biaya itu

sendiri, yaitu cost dan expense. Dalam bahasa Indonesia Cost diterjemahkan

menjadi biaya sedangkan expense diterjemahkan menjadi beban. Menurut

Bustami dan Nurlela (2013:6) Cost adalah pengorbanan sumber ekonomi yang

diukur dengan satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk

mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan

sebagai aktiva dalam neraca. Contohnya yaitu persediaan bahan baku dan aktiva

yang belum digunakan.

Adapun pengertian Expense (beban) menurut Bustami dan Nurlela (2013:7)

“Biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya ini

dimasukan kedalam Laba-Rugi sebagai pengurangan dari pendapatan”.

Contohnya yaitu beban penyusutan dan beban pemasaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan perbedaan biaya dan beban. Biaya

merupakan pengeluaran uang digunakan untuk membeli barang atau jasa dan

9
10

diharapkan akan memberikan manfaat baik sekarang maupun dimasa yag akan

datang pada saat barang dan jasa dimanfaatkan, biaya akan menjadi beban. Untuk

biaya yang belum dimanfaatkan dikelompokkan sebagai aset. Sedangkan beban

(expense) biaya barang atau jasa yang telah memberikan manfaat.

2.1.1.2 Objek Biaya

Beberapa ahli mengemukakan pengertian dari objek biaya. Menurut Carter

(2015:31) objek biaya (cost object), atau tujuan biaya (cost objective) adalah suatu

item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur. Adapun Siregar, dkk

(2017:25) yang mendefinisikan objek biaya sebagai unsur yang berupa apapun

yang kepadanya biaya diukur dan dibebankan.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa objek biaya adalah

berbagai produk, jasa atau aktivitas atau apapun yang digunakan untuk mengukur

atau membebankan biaya sebagai contoh dalam pembuatan kursi, untuk

menentukan biaya sebuah kursi maka objek biayanya adalah kursi tersebut.

Demikian juga jika kita ingin menentukan biaya yang dikonsumsi suatu aktivitas

maka objek biayanya adalah aktivitas.

2.1.1.3 Penggolongan Biaya

Biaya diklasifikasikan dalam beberapa golongan biaya, yaitu menurut objek

pengeluaran; menurut fungsi pokok dalam perusahaan; menurut hubungan biaya

dengan sesuatu yang dibiayai dengan sesuatu yang dibiayai; menurut perilaku

biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan; menurut jangka

waktu manfaatnya (Mulyadi, 2015:13).


1. Penggolongan biaya menurut Objek Pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupkan dasar

penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan

bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar

disebut “biaya bahan bakar”(Mulyadi, 2015:13).

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Ada beberapa fungsi pokok dalam perusahaan yaitu fungsi produksi,

fungsi pemasaran dan fungsi administrasi, sehingga dalam perusahaan

manufaktur biaya dapat pula dikelompokkan dalam tiga kelompok biaya

(Mulyadi, 2015:14).

a. Biaya Produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. secara garis

besar biaya produksi ini dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung , dan biaya overhead pabrik (Factory overhead

cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula

dengan isilah biaya utama (Primer Cost), sedangkan biaya tenaga

kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut

dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan

biaya utuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk

jadi.

b. Biaya Pemasaran merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya

iklan dan biaya promosi.


c. Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya – biaya untuk

mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh

biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang

dibiayai.

a. Biaya langsung

Siregar, dkk (2017:26) menyatakan bahwa biaya langsung adalah

biaya yang dapat ditelusuri ke produk. Biaya langsung terdiri dari

biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak langsung

Berdasarkan pendapat Siregar, dkk (2017:26) bahwa biaya tidak

langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung ditelusuri ke

produk. Contoh biaya tidak langsung adalah biaya Overhead pabrik.

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan

perubahan volume aktivitas.

a. Biaya Variabel

Biaya variabel menurut Carter (2015:69) adalah biaya yang totalnya

meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas

dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam

aktivitas. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung.


b. Biaya Tetap

Carter (2015:68) mendefinisikan biaya tetap sebagai biaya yang

secara total tidak berubah ketika aktifitas bisnis meningkat atau

menurun. Contoh biaya tetap adalah sewa bangunan kantor.

c. Biaya semivariabel.

Mulyadi (2015:16) mendefinisikan biaya semivariabel sebagai biaya

yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Salah satu contoh biaya semivariabel adalah biaya listrik.

5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua

yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan (Mulyadi,

2015:16).

a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari

satu periode akuntansi. Contoh pengeluaran modal adalah

pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap.

b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai

manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

Contoh biaya iklan.

2.1.2 Harga Pokok Produksi

Beberapa akademis menyebutkan pengertian Harga Pokok Produksi yang

berbeda. Menurut Anwar dkk (2010:83) Harga pokok produksi adalah biaya
barang yang telah diselesaikan selama satu periode disebut juga harga pokok

produksi barang selesai ( cost of good manufactured ). Harga pokok ini terdiri dari

biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan

dalam proses akhir periode. Adapun menurut Mulyadi (2015:21) istilah “Harga

pokok juga digunakan untuk menunjukan pengorbanan sumber ekonomi dalam

pengolahan bahan baku menjadi produk jadi”.

Berdasarkan beberapa pendapat akademis tersebut dapat disimpulkan

bahwa Harga Pokok Produksi adalah jumlah seluruh biaya yang digunakan dalam

rangka melakukan proses produksi, mulai dari pengolahan bahan baku hingga

menjadi produk jadi dalam suatu periode tertentu. harga pokok produksi akan

mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan.

Informasi Harga Pokok Produksi menjadi dasar pedoman bagi manajemen dalam

menentukan harga jual suatu produk. Oleh karena itu, untuk menentukan Harga

jual yang tepat biaya – biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam memproduksi

suatu barang jadi dapat diperhitungkan. Selain itu Harga Pokok Produksi juga

digunakan untuk perhitungan laba atau rugi perusahaan yang akan dilaporkan

kepada pihak eksternal perusahaan, serta memiliki peranan dalam pengambilan

keputusan perusahaan untuk beberapa hal, seperti menerima atau menolak

pesanan, membuat atau membeli bahan baku, dan lain-lain.

Ada tiga elemen biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

dan biaya overhead pabrik, ketiga elemen biaya inilah yang akan diperhitungkan

dalam harga pokok produksi yang berkaitan dengan produk yang telah selesai

diproduksi selama periode tertentu.


a. Biaya Bahan Baku.

Pengertian Biaya bahan baku menurut menurut (Jusup, 2014:560) biaya

bahan baku disebut juga biaya bahan langsung artinya barang yang secara

fisik menjadi bagian dari barang jadi (produk selesai). Dalam memperoleh

bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli

bahan baku saja, tetapi juga mengelarkan biaya – biaya pembelian,

pergudangan, dan biaya – biaya perolehan lainnya. (Komara, B & Sudarman,

A. 2016:22).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Biaya bahan

baku merupakan biaya yang dikeluarkan dalam memperoleh bahan sampai

bahan tersebut dapat digunakan dalam proses produksi (harga beli bahan

ditambah biaya angkut) yang menjadi bagian dan dapat ditelusuri secara

langsung dalam produk jadi.

b. Biaya Tenaga Kerja

Menurut Siregar, dkk (2017:29) Biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya

yang terjadi untuk menggunakan tenaga karyawan dalam mengerjakan proses

produksi.

Biaya tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu biaya

tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

1. Menurut Jusup (2014:560) tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja

yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Dengan demikian biaya

tenaga kerja langsung adalah upah yang diberikan kepada para pekerja
yang terkait langsung dengan proses produksi. Contonya yaitu upah

karyawan produksi.

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan kebalikan dari biaya tenaga

kerja langsung yaitu dapat diartikan sebagai upah tenaga kerja yang

tidak dapat ditelusuri secara fisik dan tidak ekonomis untuk ditelusuri

aktifitasnya. Biaya tenaga kerja tidak langsung dikelompokkan sebagai

biaya overhead pabrik. Contohnya adalah upah satpam.

c. Biaya Overhead Pabrik

Menurut Bustami dan Nurlela (2013:12) Biaya Overhead Pabrik adalah

biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu

dalam mengubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat

ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.

Berikut adalah beberapa elemen biaya overhead pabrik (Bustami dan Nurlela,

2013:13).

1. Bahan tidak langsung (bahan penolong) adalah bahan yang digunakan

dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil.

Contohnya oli dan minyak pelumas.

2. Tenaga kerja tidak langsung contohnya gaji mandor.

3. Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain dari bahan tidak

langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam

pengolahan produksi. Contoh pemeliharaan mesin dan pabrik.


2.1.3 Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Pengumpulan kos produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara

garis besar, cara memproduksi suatu produk dapat dibagi menjadi dua macam:

produksi atas dasar pesanan dengan metode harga pokok pesanan (job order cost

method) dan produksi massa dengan metode harga pokok proses (process cost

method).

1) Metode Harga Pokok Pesanan

Anwar, dkk (2010:85) mengemukakan bahwa Metode harga pokok

pesanan adalah Metode yang mengumpulkan harga pokok produksinya

berdasarkan pesanan tertentu. Harga pokok per unit dihitung dengan

membagi total biaya pesanan tertentu dengan jumlah satuan pesanan yang

dihasilkan pada pesanan yang bersangkutan.

Dengan demikian proses produksi akan dimulai setelah ada pesanan

dari langganan melalui dokumen pesanan penjualan yang memuat jenis dan

jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima

dan harus diserahkan. Pesanan penjualan merupakan dasar kegiatan produksi

perusahaan. Dalam metode harga pokok pesanan, biaya – biaya produksi

dikumpulkan untuk pesanan tertentu. Kos produksi persatuan produk yang

dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi

total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk

dalam pesanan yang bersangkutan.


2) Metode Harga Pokok Proses

Anwar, dkk (2010:85) mengemukakan bahwa metode harga pokok

proses merupakan metode yang mengumpulkan biaya produksi pada periode

tertentu atau akhir periode akuntansi. Harga pokok per unit dihitung dengan

membagi total biaya produksi pada satuan waktu tertentu dengan jumlah

satuan produk yang dihasilkan pada satuan waktu yang bersangkutan.

Mengacu pada pendapat (Mulyadi, 2015:63) bahwa dalam perusahaan

yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut :

1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.

2. Produk yang dihasilkan dari bulan kebulan adalah sama

3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya printah produksi yang

berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.

2.1.4 Penentuan Harga Pokok Produksi

Perusahaan dapat mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan dan

dengan perhitungan harga pokok produksi yang tepat, akan mengakibatkan

penetapan harga jual yang benar, tidak terlalu tinggi bahkan terlalu rendah dari

harga pokok, sehingga nantinya mampu menghasilkan laba sesuai dengan yang

diharapkan. Pada dasarnya ada tiga tujuan dari perhitungan harga pokok produksi

(Samsul, N. 2013:367).

1. Sebagai dasar untuk menetapkan harga jual suatu produk

2. Untuk menetapkan keuntungan atau laba yang diinginkan perusahaan

3. Sebagai alat untuk mengukur atau menilai efisiensi dari proses produksi.
Mulyadi (2015:17) menyatakan bahwa penentuan kos produksi dipengaruhi

oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi

yang diperhitungkan dalam kos produksi. Terdapat dua metode dalam penentuan

kos produksi yaitu metode full costing dan variable costing.

1) Metode Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang

terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik, baik yang berperilaku variable maupun tetap (Mulyadi,

2015:17). Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri

dari unsur biaya produksi sebagai berikut :

Biaya bahan baku xxx


Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variable xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx +
Kos produksi xxx
Kos produk yang dihitung dengan metode full costing terdiri dari unsur kos

produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

tetap maupun variable) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran

serta biaya administrasi dan umum).

2) Metode Variable Costing

Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang

hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable ke dalam

kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik variable (Mulyadi,2015:18). Dengan konsep


kalkulasi biaya variabel atau langsung biaya produk diperhitungkan hanya

terdiri dari biaya produksi yang berubah sejalan dengan perubahan volume

saja. Dengan demikian, semua biaya pabrikasi lainnya diperlakukan sebagai

biaya periode.

Adapun kos produksi menurut metode variable costing terdiri dari

unsur biaya produksi sebagai berikut :

Biaya bahan baku xxx


Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variable xxx +
Kos produksi xxx
Kos produk yang dihitung dengan metode variable costing terdiri dari unsur

kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overheadpabrik variable) ditambah dengan biaya nonproduksi variable

(biaya pemasaran variable serta biaya administrasi dan umum variable) dan

biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap serta biaya

administrasi dan umum tetap).

2.1.5 Metode Perlakuan Akuntansi Produk Bersama dan Produk

Sampingan

2.1.5.2 Defenisi Biaya Bersama

Proses produksi yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan tertentu dapat

dihasilkan beberapa jenis produk. Sebagai salah satu contohnya adalah usaha

pembuatan minyak goreng. Selain menghasilkan minyak goreng tentu saja ada

produk lain seperti tempurung kelapa, ampas dan bungkil yang dihasilkan tanpa

bisa dihindarkan terjadinya selama proses produksi. Dalam perusahaan semacam


ini, karena berbagai produk yang dihasilkan tesebut berasal dari proses

pengolahan bahan baku yang sama, timbul masalah pengalokasian biaya bersama

(joint cost) kepada berbagai produk yang dihasilkan tersebut.

Carter (2015:269) mendefinisikan biaya bersama (Joint cost) sebagai biaya

yang muncul dari produksi yang simultan atas berbagai produk dalam proses yang

sama. Adapun menurut Siregar, dkk (2017:323) biaya bersama adalah biaya yang

dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai

macam produk dapat dipisah identitasnya. Dari pendapat diatas dapat diketahui

biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan dalam satu proses produksi untuk

menghasilkan beberapa produk yang tidak homogen meskipun dengan

menggunakan bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang sama.

Pada kasus seperti ini bahan baku yang sama diolah melalui proses

produksi bersama. Dalam pelaksanaan proses produksi bersama memiliki

hubungan saling mempengaruhi antara produk yang dihasikan, yakni jika jumlah

produk tertentu dihendaki bertambah maka produk yang lainnya secara otomatis

akan bertambah begitupun sebaliknya.

Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai

macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint product), produk

sampingan (by-product) dan produk sekutu (co-product) (Mulyadi, 2015:334).

1. Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara

serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan.


2. Produk sampingan adalah suatu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif

lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya

lebih tinggi.

3. Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu

yang bersamaan,tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak

berasal dari pengolahan bahan baku yang sama.

Dalam produk bersama keduanya memiliki nilai atau harga jual relatif sama atau

setidaknya material jumlahnya bila dibandingkan dengan seluruh pendapatan

perusahaan sehingga tidak ada diantara produk-produk yang dihasilkan tersebut

dianggap sebagai produk utama maupun produk sampingan. Jadi Perbedaan yang

mendasar dari produk bersama dan produk sampingan dapat dilihat dari nilai jual

relatifnya kondisi ini memungkinkan produk yang ada pada suatu saat

diperlakukan sebagai produk sampingan, disaat lain dapat menjadi produk

bersama.

2.1.5.3 Akuntansi Produk Bersama

Dari penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa produk bersama

merupakan berbagai jenis produk yang dihasilkan dengan menggunakan bahan

baku yang sama dan dari serangkaian proses produksi yang sama pula. Mulyadi

(2015:335) mengungkapkan beberapa karakteristik dari produk bersama sebagai

berikut:

1. Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi

2. Harga jual produk bersama relatif tinggi bila dibandingkan dengan produk

sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama


3. Dalam mengelola produk bersama, produsen tidak dapat menghindarkan

diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin

memproduksi hanya salah satu diantara produk bersama tersebut.

Perusahaan yang menghasilkan produk bersama seringkali sulit untuk

mengalokasikan biaya bersama kepada semua produk yang dihasilkan guna

mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama tersebut terhadap

seluruh penghasilan perusahaan. Penelusuran seluruh biaya produksi yang

dibebankan kepada produk bersama menjadi sangat penting, olehnya itu yang

menjadi permasalahn pokok dalam akuntansi produk bersama adalah penentuan

proporsi total biaya produksi yang dikeluarkan sejak pengolahan baku sampai

pada saat produk yang dihasilkan dapat dipisahkan identitasnya.

Berikut adalah beberapa metode yang bisa digunakan dalam menghitung alokasi

biaya bersama (Siregar, dkk 2017:35).

1) Metode nilai pasar atau metode nilai jual relatif

Pengalokasian dengan metode ini merupakan cara yang logis dan rasional

yakni berdasarkan nilai jual relatif dari masing-masing produk.

Penggunaan metode ini didasarkan pada asumsi bahwa masing-masing

produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memiliki nilai jual

atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh pemakaian

salah satu produk lebih banyak dibanding produk yang lain.

Rumus :

a) Nilai jual = jumlah produk x harga jual/unit

b) Nilai jual relatif = nilai jual setiap produk : jumlah nilai jual x 100%
c) Alokasi biaya bersama = nilai jual relatif x jumlah biaya bersama

d) Harga Pokok setiap produk = alokasi biaya bersama : jumlah produk

2) Metode rata-rata biaya persatuan

Metode ini digunakan oleh perusahaan yang mengasilkan beberapa macam

produk dari satu proses bersama. Metode ini hanya dapat digunakan

apabila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama.

Penentuan biaya untuk masing-masing produk dihitung sesuai dengan

proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.

Rumus :

a) Biaya bersama = biaya perunit x jumlah unit masing-masing produk

b) Biaya perunit = jumlah biaya bersama : jumlah unit keseluruhan

produk

3) Metode rata-rata tertimbang

Penggunaan metode ini didasarkan atas asumsi bahwa masing-masing

produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memiliki faktor

penimbang yang berbeda antara lain disebabkan oleh tingkat kesulitan

pembuatan produk, kualitas produk yag dihasilkan dan lain-lain.

Rumus :

Jumlah penimbang rata-rata setiap produk


Alokasi = x biaya bersama
jumlah penimbang rata-rata seluruh produk

4) Metode unit kuantitatif atau metode satuan fisik.

Penggunaan metode ini didasarkan pada asumsi bahwa masing-masing

produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama menggunakan


sejumlah bahan baku sesuai tingkat koefisien pemanfaatan bahan baku

yang terdapat pada masing-masing produk yang dihasilkan.

Rumus :

jumlah unit masing-masing produk


Alokasi Biaya x biaya bersama
jumlah unit keseluruhan produk
=

2.1.5.4 Akuntansi Produk Sampingan

Siregar, dkk (2017:324) mengemukakan beberapa karakteristik dari

produk sampingan sebagai berikut:

a. Produk sampingan bukan merupakan tujuan utama kegiatan produksi

b. Harga jual produk sampingan relatif lebih rendah apabila

dibandingkan dengan produk utama yang dihasilkan bersamaan pada

saat yang sama

Produk sampingan meskipun memiliki harga yang relatif lebih murah

dibandingan produk utama namun tetap memiliki nilai ekonomis dan dapat

menambah pendapatan dari produk utama. Hal ini seharusnya menjadi perhatian

khusus bagi perusahaan, dalam produk sampingan titik berat pembahasannya

adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan

tersebut. Maka untuk menghitung harga pokok produk sampingan ada dua metode

yang dapat digunakan, yaitu:

1. Metode Tanpa Harga Pokok

Menurut Bustami dan Nurlela (2013:166) metode tanpa harga pokok adalah

suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh alokasi

biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah. Metode tanpa harga

pokok ini dapat dibedakan sebagai berikut:


1) Pengakuan atas pendapatan kotor, metode ini digunakan ketika produk

sampingan dapat langsung dijual pada saat titik pisah

2) Pengakuan atas pendapatan bersih, metode ini digunakan ketika produk

sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk

utama. Pendapatan bersih yang dimaksud adalah pendapatan dari

penjualan produk sampingan dikurangi dengan biaya administrasi dan

pemasaran untuk memasarkan produk sampingan kemudian dikurangi

lagi dengan biaya pemrosesan lebih lanjut setelah titik pisah batas.

Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam

laporan laba rugi dapat dikategorikan kedalam 4 cara. Mulyadi (2015:343-

345) menjelaskan dalam bukunya sebagai berikut:

a. Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.

Dalam kategori metode ini pendapatan penjualan produk sampingan

dikurangi dengan penjualan returnya dicatat dalam rekening

“Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode

akuntansi ditutup ke rekening laporan laba rugi dalam kelompok

penghasila diluar usaha. Untuk contoh metode ini dapat dilihat pada tabel

2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Contoh Penyajian Pendapatan Penjualan Produk Sampingan


Sebagai Penghasilan Diluar Usaha
Pendapatan Penjualan Produk utama (25.000 unit @Rp4) Rp. 100.000
Harga Pokok Penjualan:
Biaya Produksi Bersama (30.000 unit @Rp2) Rp60.000
Persediaan Akhir (5.000 unit @Rp2) 10.000 –
50.000 –
Laba Bruto 50.000
Biaya Usaha:
Biaya pemasaran Rp.20.000
Biaya administrasi dan umum..................................10.000 +
30.000 –
Laba Bersih usaha Rp 20.000
Penghasilan Diluar usaha:
Pendapatan penjualan produk sampingan 4.000 +
Laba bersih Rp.24.000

Berikut adalah beberapa keterbatasan penggunaan metode ini (Mulyadi,

2015:344)

a) Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan produk

sampingan, maka timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan

pembuatan neraca perusahaan.

b) Dapat mengakibatkan penandingan pendapatan dengan biaya tidak

dalam periode yang tepat.

c) Tidak adanya pengawasan terhadap persediaan produk sampingan,

sehingga hal ini membuka kesempatan untuk terjadinya penggelapan

terhadap produk sampingan tersebut.

d) Meskipun nilai jual produk sampingan kecil, tetapi kalau pendapatan

penjualannya dilaporkan sebagai pengasilan diluar usaha, maka hal

ini akan mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha

perusahaan.

b. Diperlakukan sebagai penambah pendapatan penjualan produk utama.


Metode ini merupakan variasi metode pendapatan penjualan produk

sampingan diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha. Semua biaya

produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk untuk

mendapatkan laba bruto. Namun dalam metode ini tidak diadakan alokasi

biaya bersama. Dari contoh pada tabel 2.1, pendapatan penjualan produk

sampingan sebesar Rp.4.000 dicantumkan dalam laporan laba rugi

dibawah pos pendapatan penjualan produk utama, sehingga pendapatan

penjualan semua produk berjumlah Rp. 104.000. Angka-angka lain

dalam laporan tersebut tetap sama kecuali jumlah laba bruto dan laba

bersih usaha yang berbeda.

c. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pengurang harga Pokok penjualan.

Merujuk pada tabel 2.1 dalam metode ini pendapatan penjualan produk

sampingan sebesar Rp. 4.000 dikurangkan dari harga pokok penjualan

sehingga menghasilkan laba bruto Rp. 54.000 (Rp.100.000 – Rp46.000).

laba bersih sebelum pajak tetap sama.

d. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pengurang total biaya produksi.

Pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp.4.000 dikurangkan

dari total biaya produksi Rp. 60.000, sehingga biaya produksi turun

menjadi Rp.56.000. hal ini menyebabkan biaya produksi persatuan turun

menjadi Rp.1,87 (Rp56.000 : Rp.30.000). sehingga harga pokok


persediaan pokok akhir turun menjadi Rp.9.350. Perhitungan Laba Rugi

disajikan pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Contoh Penyajian Pendapatan Penjualan Produk Sampingan


Sebagai Pengurang Total Biaya Produksi
Pendapatan Penjualan Produk utama (25.000 unit @Rp4) Rp. 100.000
Harga Pokok Penjualan:
Biaya Produksi Bersama (30.000 unit @Rp2) Rp60.000
Hasil penjualan produk sampingan 4.000 -
Biaya produksi bersih produk utama Rp56.000
Persedian akhir produk utama (5000 x Rp. 1.87) 9.350 -
46.650 –
Laba Bruto 53.350
Biaya Usaha:
Biaya pemasaran Rp.20.000
Biaya administrasi dan umum..................................10.000 +
30.000 –
Laba Bersih usaha Rp 23.350

Pada metode sebelumnya biaya persediaan final dari produk utama

dihitung terlalu tinggi (overstated) karena menanggung biaya yag

seharusnya dibebankan ke produk sampingan. Keterbatasan ini kemudian

dikoreksi dengan metode ini (Pendapatan Penjualan Produk Sampingan

Sebagai pengurang Total biaya produksi) meskipun hanya sebagian,

karena yang dikurangi dari biaya produksi utama adalah nilai jual produk

sampingan bukan biaya produksinya (Carter, 2015:271).


2. Metode dengan Harga Pokok
Menurut Bustami dan Nurlela (2013:166) metode dengan harga pokok

merupakan suatu metode dimana produk sampingan memperoleh alokasi

biaya bersama sebelum dipisah dari produk utama. Metode dengan harga

pokok terdiri dari:

1) Harga Pokok pengganti

Siregar,dkk (2017:333) menjelaskan bahwa metode biaya pengganti

diterapkan pada perusahaan yang produk sampingannya digunakan

sebagai bahan dalam proses produksinya sehingga perusahaan tidak perlu

membeli bahan baku dan/atau bahan penolong tertentu dari pemasok

luar. Biaya produksi dari produk utama dikreditkan, dan debitnya

diposting ke departemen yang menggunakan produk sampingan tersebut.

Jumlah yang diposting oleh ayat jurnal tersebutmerupakan biaya

pembelian atau biaya penggantiannya (Carter,2015:273). Dari penjelasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa pada metode ini, hasil penjualan

produk sampingan mengurangi biaya produksi produk utama. Hal ini

karena pada metode harga pokok sampingan tidak dijual ke pasar tetapi

dikonsumsi sendiri oleh perusahaan.

2) Metode Biaya Reversal

Menurut Bustami dan Nurlela (2013:174) metode reversal adalah metode

dimana produk sampingan mendapat alokasi biaya terlebih dahulu

sebelum pisah dari produk utama sebesar taksiran nilai jual semua

produk sampingan dikurangi dengan taksiran laba kotor produk

sampingan, taksiran biaya proses lanjutan produk sampingan. Biaya


pemasaran dan administrasi produk sampingan. Metode ini mengurangi

biaya produksi dari produk utama, bukan dengan pendapatan aktual yang

diterima, melainkan dengan estimasi nilai produk sampingan pada saat

dijual (Carter,2015:274).

Dari beberapa metode perlakuan akuntansi produk sampingan diatas, akan

menghasilkan nilai yang berbeda sehingga akan berpengaruh pada harga pokok

produk utama begitu juga dengan pendapatan produk utama. Hal ini salah satunya

dapat disebabkan karna adanya perubahan dari biaya produksi yang dibebankan

ke produk utama.

Secara umum pendapatan produk merupakan keuntungan yang diperoleh dari

penjualan hasil produksi perusahaan selama periode tertentu. Tingkat pendapatan

dapat diketahui dengan melihat perbedaan harga pokok yang dihasilkan dari

penggunaan metode yang berbeda tersebut.


2.1 Tinjauan Empirik

Adapun beberapa penelitian terdahulu mengenai Analisis Metode Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan dalam

Meningkatkan Pendapatan Produk Utama adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Tinjauan Empirik


Nama Peneliti
No / tahun Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Evan Bawliing dan Analisis Perhitungan Hasil analisis yang Sama-sama Perbedaannya terletak
Vitorina Z, Jurnal Harga Pokok Dan dilakukan, penulis menggunakan metode pada metode perlakuan
EMBA, Vol.2, No. Perlakuan Akuntansi menyarankan agar penelitian analisis akuntansi untuk produk
2, Hal 745-754 Atas Produk perusahaan dapat deskriptif kuantitatif sampingan hal ini
(2014) Sampingan Pada UD menghitung harga disebabkan karna produk
Sinar Sakti. pokok produk samping yang diteliti
sampingan, dan oleh penulis tidak
pencatatannya, memerlukan pengolahan
disajikan secara rinci lebih lanjut sebelum
data taksiran biaya dijual
produksi untuk
mengolah produk
sampingan agar lebih
mudah dan akurat
dalam menghitung
harga pokok untuk
produk sampingan
yang lanjut diproses.
32
2 Nuzul Setianti, Analisis produk pendapatan penjualan Sama-sama Perbedaan terletak pada
Skripsi. Fakultas sampingan dalam produk sampingan menggunakan metode objek penelitian dimana
Keguruan dan Ilmu menentukan tingkat dapat meningkatkan penelitian analisis peneliti terdahulu
Pendidikan pendapatan produk pendapatan produk deskriptif kuantitatif
melakukan penelitian di
Universitas utama di UD Sumber utama, meskipun serta metode perlakuan
Nusantara PGRI Kartaya hanya memberikan akuntansi dimana produk pabrik pengngergajian
Kediri kontribusi yang kecil. sampingan yang kayu yang memproduksi
(2015) Dengan berkurangnya dihasilkan diperlakukan papan kayu sedangkan
biaya produksi akibat sebagai pengurang biaya penulis melakukan
penjualan produk produksi. penelitian di industri
sampingan secara pembuatan minyak
otomatis pendapatan
goreng
penjualan produk
utama juga meningkat.
Hal tersebut terlihat
dari perhitungan laba
dengan menggunakan
metode akuntansi
perlakuan produk
sampingan yaitu
sebesar Rp.8.400.143
pada bulan September
2014, Rp. 8.770.000
bulan Oktober 2014,
dan Rp. 3.226.724
pada bulan Desember
2014.
33
3 Dwi Anisa Pranata, Perlakuan akuntansi Berdasarkan hasil Persamaannya yaitu Perbedaan terletak pada
Yefni, Heri Ribut Terhadap penelitian, Penulis membahas tentang cara perhitungan
Yuliantoro, Jurnal merekomendasikan pengalokasi biaya akuntansi produk
Akuntansi Main Product dan By perusahaan untuk bersama pada produk sampingan yang
Keuangan dan Product serta menggunakan metode sampingan serta metode digunakan, hal ini
Bisnis Vol. 10, pengaruhnya terhadap hasil penjualan produk yang perlakuan disebabkan karna produk
No.1. (2017) laba perusahaan (Studi sampingan akuntansinya. sampingan pada
Kasus Pada Pabrik diperlakukan sebagai penelitian ini diproses
Tahu dan Tempe pengurang harga menjadi produk baru
Padang Tarok) pokok produksi. sebelum dijual.
Adapun perhitungan
produk utama dan
produk sampingan
menggunakan metode
nilai pasar dapat
diketahui bahwa biaya
produksi untuk produk
sampingan adalah
sebesarRp 24.573/kg.
Oleh karena itu,
penjualan
by product
meningkatkan laba
perusahaan sebesar
Rp138.551.310.

34
4 Evy Conny Maryati Analisis metode Apabila perusahaan Persamaannya yaitu Perbedaan terletak pada
Silaban, Skripsi perlakuan akuntansi memperlakukan hasil sama-sama membahas penggunaan metode
Fakultas Ekonomi produk sampingan penjualan produk tentang metode perlakuan akuntansi
dan Bisnis terhadap penentuan sampingan sebagai perlakuan akuntansi produk sampingan
Universitas harga pokok produksi penghasilan diluar produk sampingan
Lampung (2014) produk utama pada usaha atau sebagai
PT. Sinar Pematang penambah penjualan
Mulia produk utama, atau
sebagai pengurang
harga pokok
penjualan, maka akan
diperoleh laba
sebelum
pajak sebesar Rp.
83.417.083.137
Sedangkan apabila
perusahaan
memperlakukan hasil
penjualan produk
sampingan
sebagai pengurang
harga pokok produksi,
maka akan diperoleh
laba sebelum
pajak sebesar Rp.
82.699.621.975

35
36

2.2 Kerangka Konseptual

Entitas manufaktur terutama yang menghasilkan produk utama dan produk

sampingan membutuhkan perhitungan harga pokok produksi yang efektif dan

efisien guna mengahasilkan target laba yang diharapkan. Proses produksi produk

utama dan produk sampingan ini menggunakan biaya bersama yang berupa bahan

baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Sehingga dalam hal ini

dibutuhkan metode yang tepat dalam mengalokasikan biaya bersama kepada

setiap produk yang dihasilkan guna mendapatkan informasi harga pokok produksi

tepat pula.

Untuk produk sampingan yang dijual dalam bentuk aslinya tanpa

pemrosesan lebih lanjut sulit untuk dilakukan identifikasi biaya produksinya

sehingga titik berat pembahasannya adalah bagaimana memperlakukan

pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Dalam hal ini menurut Bustami

dan Nurlela (2013:166) produk sampingan dihitung menggunakan metode tanpa

harga pokok yakni suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak

memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah.

Untuk produk sampingan ada empat metode yang dapat digunakan dalam

memperlakukan pendapatan dari penjualan produk sampingan tersebut:

1. Diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain atau pendapatan diluar usaha,

2. Diperlakukan sebagai penambah pendapatan penjualan produk utama,

3. Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan,

4. Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi


Setelah dilakukan penilaian terhadap produk sampingan maka akan

dilakukan alokasi biaya bersama terhadap produk-produk utama yang dihasilkan

entitas bisnis. Alokasi biaya bersama dilakukan untuk mengetahui besarnya

kontribusi masing-masing produk utama serta untuk menentukan harga pokok

produk utama yang dihasilkan tersebut. Penggunaan metode akuntansi produk

sampingan yang berbeda diatas akan menghasilkan harga pokok produksi produk

utama yang berbeda salah satuya disebabkan karna adanya pengurangan biaya

produksi.

Secara sederhana kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai

berikut :
KSU UWAI BARANI

Analisis Biaya Produksi

Biaya Produksi Bersama

Produk Utama Produk Sampingan

Diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain atau pendapatan diluar usaha,


Diperlakukansebagaipenambahpendapatan penjualan produk utama,
Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan,
Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi

Alokasi Biaya Bersama untuk menentukan Harga Pokok Produk Utama

Analisis Tingkat Pendapatan

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif.

Rancangan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data dengan

merekomendasikan penggunaan metode akuntansi produk sampingan yang

dinyatakan dengan angka-angka.

Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta – fakta dan sifat – sifat

populasi atau daerah tertentu. Didalamnya terdapat upaya – upaya untuk mencari

informasi faktual yang mendetail yang mencandra gejala yang ada serta untuk

mengidentifikasi masalah – masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan

dan praktek – praktek yang sedang berlangsung (Suryabrata, 2014:75 – 76).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada KSU Uwai Barani yang terletak di Desa

Mombi Kecamatan Alu Kabupaten Polewali Mandar. Koperasi ini bergerak

dibidang industri dengan memanfaatkan buah kelapa sebagai bahan bakunya,

produk yang dihasilkan yaitu Minyak goreng dan Minyak Murni (Virgin

Coconut Oil)

38
39

2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
April Mei Juni
N
Kegiatan II I II I II I
o I II I II I II
I V I V I V
1 Penetapan Judul
Permintaan Izin
2
Penelitian
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
Analisis dan
5
Interpretasi
Penyusunan Hasil
6
Penelitian

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya. Sesuai dengan pendapat tersebut, populasi yang dijadikan

sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh data biaya produksi, laporan

penjualan serta laporan keuangan pada KSU Uwai Barani.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini

yaitu data biaya produksi, laporan penjualan serta laporan keuangan tahun

2019 pada KSU Uwai Barani.


3. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Nonprobability Sampling yaitu Sampling Purposive artinya pengambilan

sampel yang tidak memberikan peluang yang sama dalam setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Penentuan sampel ini

dilakukan dengan beberapa pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018:84-85).

3.4 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Secara umum data diartikan sebagai suatu fakta yang digunakan lewat

angka, dan tulisan yang merupakan keterangan atau sumber informasi

mengenai objek yang akan diteliti dan sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan. Jenis data terbagi menjadi dua yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif. (Sugiyono, 2015:230)

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah suatu data yang berbentuk kata atau gambar.

Dalam penelitian ini yakni sejarah berdirinya KSU Uwai Barani,

struktur organisasi, visi dan misi serta uraian proses produksi dari KSU

Uwai Barani Kabupaten Polewali Mandar.

b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam angka-angka yang

menunjukkan nilai terhadap besaran variabel yang diwakilinya. Data

yang diambil dalam penelitian ini yakni data biaya produksi, laporan

penjualan serta laporan keuangan tahun 2019 pada KSU Uwai Barani
2. Sumber Data

Data dapat diperoleh dari sumber primer dan sekunder. (Sekaran, U dan

Bougie, R.2017:41)

a. Data Primer

Data primer (Primary data) adalah data yang merujuk pada

informasi yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri melalui instrumen

seperti survey, wawancara, kelompok fokus, atau observasi. Dalam

penelitian ini yang termasuk data primer adalah data yang diperoleh

secara langsung dari pihak terkait melalui observasi dan wawancara

langsung dengan pimpinan atau pegawai KSU Uwai Barani mengenai

analisis metode perlakuan produk sampingan yaitu tempurung kelapa,

ampas kelapa dan bungkil kelapa.

b. Data Sekunder

Data sekunder (Secondary data) yaitu data yang telah ada dan tidak

perlu dikumpulkan oleh peneliti. Beberapa sumber data sekunder antara

lain buletin statistik, publikasi pemerintah, informasi yang dipublikasikan

atau tidak dipublikasikan dari dalam atau luar perusahaan, data yang

tersedia dari peneliti sebelumnya dan lain sebagainya. Dalam penelitian

ini adapun data sekunder berupa buku-buku, sumber dari arsip dokumen

pribadi serta dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan dalam

memperoleh dan menumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Adapun metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu :

1. Wawancara

Berupa pertanyaan yang diajukan melalui tanya jawab kepada pihak yang

terkait dalam penelitian. Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan Ketua

Koperasi Uwai Barani dan pegawai bagian keuangan. Pertanyaan berkaitan

permasalahan yang dihadapi koperasi beserta langkah yang dilakukan untuk

mengahadapi permasalahan tersebut serta metode yang digunakan terhadap

produk sampingan dan pencatatan akuntansinya.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan catatan-catatan penting yang bisa

digunakan sebagai data pelengkap. Dalam peneltian ini metode dokumentasi

digunakan untuk mendapatkan data berupa dokumentasi kegiatan bekerja

karyawan, sejarah berdirinya KSU Uwai Barani, struktur organisasi serta visi

dan misi KSU Uwai Barani.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh data atau

informasi tentang kelakuan manusia yang terjadi dalam kenyataannya.

Dengan metode ini peneliti melakukan pencatatan atau pengamatan secara

sistematis terhadap gejala yang diteliti. Observasi dilakukan dalam penelitian


ini pada saat karyawan atau pegawai bekerja dengan tujuan untuk melihat

secara langsung masalah yang dihadapi terkhusus pada produk sampingan

yang dihasilkan selama proses produksi.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif merupakan suatu

analisis data dengan merekomendasikan penggunaan metode akuntansi produk

sampingan yang dinyatakan dengan angka-angka. Tahapan analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan seluruh biaya dan mengklasifikasikan ke dalam biaya

produksi dan biaya non produksi sebagai dasar dalam perhitungan harga

pokok produksi

2. Mengelompokkan biaya produk bersama ke dalam

a. Biaya bahan baku

b. Biaya tenaga kerja

c. Biaya overhead

3. Biaya produk bersama tersebut kemudian dialokasikan kedalam produk

utama dan produk sampingan

4. Untuk perhitungan produk sampingan digunakan metode tanpa harga pokok

yakni suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh

alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah. Metode ini

terdiri dari:
a. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pendapatan lain-lain atau pengasilan diluar usaha

b. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah

pendapatan produk utama

c. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pengurang harga pokok penjualan

d. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pengurang biaya produksi.

3. Menghitung alokasi biaya bersama untuk produk-prduk utama yang

dihasilkan guna memperoleh harga pokok produksi. Dalam penelitian ini

digunakan metode nilai jual relatif sehingga akan diketahui besarnya

konstribusi masing-masing produk utama terhadap seluruh penghasilan

perusahaan

4. Menganalisis tingkat pendapatan produk utama berdasarkan penggunaan

metode perlakuan akuntansi produk sampingan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Singkat KSU Uwai Barani

Koperasi Serba Usaha (KSU) Uwai Barani dengan badan hukum

Nomor:207/BH/XXVI.2/2012. Koperasi ini berkedudukan di Desa Mombi

Kecamatan Alu Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Koperasi

ini didirikan pertama kali pada tahun 2012 dan sampai saat ini jumlah anggotanya

yakni 26 orang. Ruang lingkup keanggotaan koperasi ini meliputi Kelompok Tani

Desa Mombi.

Koperasi ini merupakan koperasi sektor riil yang bergerak dibidang

industri yakni mengolah buah kelapa menjadi minyak goreng dan minyak VCO

(Virgin Coconut Oil). KSU Uwai Barani didirikan dengan modal dari simpanan

wajib dan simpanan pokok anggota serta batuan oleh pemerintah setempat yang

bekerja sama dengan koperasi tersebut.

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan KSU Uwai Barani

1. Visi

Terwujudnya Usaha yang handal guna mendukung terciptanya

masyarakat yang mandiri, kreatif dan inovatif serta mampu berdayasaing.

45
46

2. Misi

Adapun misi dalam usaha ini adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkesinambungan

2) Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

3. Tujuan

1) Meningkatkan nilai ekonomi dari hasil perkebunan kelapa sehingga

pendapatan petani lebih meningkat

2) Untuk menghasilkan minyak kelapa yang lebih bermutu dan tahan

lama dan bisa bersaing dipasaran

3) Mengatasi ketergantungan harga kelapa yang senantiasa pasang surut

4) Dapat dijadikan patokan dan perbandingan terhadap pengolahan

pembuatan kopra dan minyak kelapa yang lebih menguntungkan

5) Mengatasi penjualan system ijon / rentenir dikalangan petani.

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat diartikan sebagai sebuah mekanisme

formaldengan nama organisasi yang dikelola. Struktur organisasi umumnya

berbentuk bagan yang menggambarkan pola hubungan kerja antara dua orang atau

lebih dalam susunan yang sah dan pertanggungjawaban masing-masing anggota

untuk mencapai tujuan tertentu.

Koperasi merupakan suatu organisasi yang terdiri atas beberapa orang

yang saling kenal dan melakukan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Struktur Organisasi pada KSU Uwai Barani meliputi

skema organisasi yang digambarkan sebagai berikut:

Rapat Anggota

Pengawas

Ketua
Jelisman, SP

Bendahara Sekretaris
Lisa Anugrah Hasmira H

Bagian Keuangan Bagian Produksi Bagian Pemasaran


Gambar 4.1. Struktur Organisasi KSU Uwai Barani

Dengan adanya struktur organisasi maka dapat diketahui tugas dan wewenang

masing-masing yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan sesuai dengan

tanggung jawab yang dipegang masing-masing. Adapun penjelasan dari struktur

organisasi KSU Uwai Barani sesuai dengan gambar 4.1 diatas yaitu sebagai

berikut:

A. Rapat Anggota

Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi, yang tercermin

dalam forum RapatAnggota, sering kali secara teknis disebut RAT (Rapat

Anggota Tahunan). Fungsi Rapat Anggota adalah :


1) Menetapkan Anggaran Dasar/ART.

2) Menetapkan Kebijaksanaan Umum di bidang organisasi, manajemen dan

usaha koperasi.

3) Menyelenggarakan pemilihan, pengangkatan, pemberhentian, pengurus

dan atau pengawas.

4) Menetapkan Rencana Kerja, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Koperasi serta pengesahan Laporan Keuangan.

5) Mengesahkan Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus dan Pengawas

dalam melaksanakan tugasnya.

6) Menentukan pembagian Sisa Hasil Usaha.

7) Menetapkan keputusan penggabungan, peleburan, dana pembubaran

Koperasi.

B. Pengurus

Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan

mewakili anggota dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha

koperasi. Pengurus dapat menunjuk manajaer dan karyawan sebagai

pengelola untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan ketentuan –

ketentuan yang ada, pengurus KSU Uwai Barani terdiri dari Ketua,

Sekretaris dan Bendahara.

1) Ketua Koperasi

Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari seorang Ketua yaitu

sebagai berikut :
a) Bertanggung jawab langsung kepada badan pemeriksa.

b) Menyusun rencana kerja koperasi, termasuk RAP dan RAB yang

telah disahkan dalam rapat anggota tahunan.

c) Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kerja dan

produk menurut ketentuan yang berlaku.

d) Mengkoordinasi kegiatan setiap bagian dan memeriksa administrasi

keuangan koperasi tentang kebenaran dan kelengkapan laporan-

laporan keuangan.

e) Memperhatikan kondisi koperasi.

2) Sekretaris

Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari seorang Sekretaris

yaitu sebagai berikut :

a) menyelenggarakan dan memelihara buku organisasi dan semua arsip.

b) Memelihara tata kerja merencanakan peraturan khusus serta

ketentuan lain.

c) merencanakan kegiatan operasional bidang ideal meliputi program

pendidikan, penyuluhan, dan sebagainya.

d) Bertanggung jawab dalam bidang administrasi organisasi kepada

ketua.

e) mengadakan hubungan antara bendahara dan manajer dalam bidang

berkaitan.
3) Bendahara.

Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari seorang Bendahara

yaitu sebagai berikut :

a) menyimpan rencana kerja dan pola pelaksanaan dibidang tugas

kebendaharaan.

b) mencari dana dan mengatur arus uang keluar masuk.

c) membantu dan mengawasi pekerjaan ketua dalam hal

penyelenggaraan administrasi keuangan koperasi.

d) memelihara harta kekayaan koperasi.

4) Pengawas Koperasi.

Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari seorang Pengawas

yaitu sebagai berikut :

a) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan koperasi.

b) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengwasannya.

c) Menyampaikan saran / masukan atas sesuatu hal kepada pengurus

apabila diperlukan.

d) Meneliti pembukuan.

e) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari pengurus.

f) Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.

5) Pengelola

Pengelola dipilih dan diangkat oleh pengurus untuk melaksanakan

fungsi pengelolaan operasional usaha koperasi. Pengelola pada KSU


Uwai Barani terbagi menjadi bagian keuangan, bagian produksi dan

bagian pemasaran

1. Bagian Keuangan

a) Mengatur dana koperasi agar secara efektif digunakan untuk

memaksimalkan keuntungan usaha sekaligus menjaga

penggunaan dana tersebut secara efisien

b) Memastikan setiap pengeluaran sejalan dengan budget yang

telah ditetapkan

c) Membuat laporan keuangan yang untuk dipergunakan pihak

internal koperasi saja.

2. Bagian Produksi

a) Mengumpulkan dan menyeleksi bahan baku

b) Melaksanakan proses produksi dari bahan baku menjadi produk

jadi yang siap dipasarkan

c) Melaporkan hasil produksi kepada ketua koperasi

d) Melakukan pengawasan terhadap material dan bahan – bahan

yang dibutuhkan dalam proses produksi

e) Mengecek dan melakukan observasi langsung mengenai kondisi

peralatan dan perlengkapan produksi

f) Melaksanakan pemantauan evaluasi hasil produksi


3. Bagian Pemasaran

a) Melayani konsumen dan mengadakan transaksi jual beli

b) Menerima pesanan dari konsumen baik secara langsung maupun

tidak langsung

c) Bertanggungjawab penuh tentang fungsi dan tugas bagian

pemasaran produk secara berkala

4.1.4 Proses Produksi

Untuk dapat bertahan dipasar, produk produk yang dihasilkan haruslah

memiliki karakteristik dan mutu yang baik. KSU Uwai Barani dalam setiap

melakukan proses produksinya selalu mempertahankan hal tersebut, hal ini

merupakan ketetapan yang telah disepakati bersama. Produk yang dihasilkan KSU

Uwai Barani adalah Minyak Goreng dan Minyak Virgin Coconut Oil (VCO),

kedua produk tersebut merupakan tujuan utama produksi dan melalu proses

pengolahan yang sama.berikut adalah uraian proses produksinya.

1. Kelapa dikupas sesuai dengan kebutuhan dengan alat pengupas.

2. Kelapa dibelah dengan menggunakan parang menjadi empat bagian, untuk

mempermudah pencungkilan dan pada saat diparut/ dipabrik.

3. Kelapa dicungkil /memisahkan tempurung dari daging kelapa.

4. Daging kelapa yang sudah terpisah dengan tempurung dimasukkan

kedalam bak dan diberi air rata dengan kelapa yang ada dalam bak selama

kurag lebih 12 jam, selanjutya dikeluarkan dan diistirahatkan (siap pabrik).


5. Siapkan ember dan saringan sebagai penada santan, tempatkan pada posisi

pabrik dimana santan keluar begitu juga halnya ember penada ampas,

selanjutnya pabrik sudah bisa dioperasikan

6. Kapasitas pabrik rata-rata 300 buah perjam, langkah prosesnya daging

kelapa yang sudah disiapkan diparut, kemudian hasil parutan turun

kebawah pada bagian lubang putaran pemerasan selanjutnya santan keluar

melalui sisi-sisi lubang pemerasan mangalir kebagian samping kiri pabrik

dan ampas keluar dari depan pabrik

7. Santan yang dihasilkan dalam keadaan kental, ikatan rangkap pada santan

asam lemak, air, minyak dan kotoran cukup kuat dan susah bergeser

sehingga untuk meningkatkan titik cair sebaiknya santan kental tersebut

dicampur dengan air bersih dengan perbandingan 1 : 3 (1 liter santan dan 3

air bersih) selanjutnya ditutup selama kurang lebih 12 jam agar ikatan

rangkap tersebut mudah untuk bergesernya ikatan rangka tersebut sehingga

cukup berpengaruh terhadap peningkatan mutu, sebab dengan perlakuan

ini akan membentuk 4 bagian asam lemak turun kebawah, kemudian air

diposisi kedua minyak pada posisi ke tiga dan kanil berada pada bagian

atas minyak. Kanil inilah yang kemudian diambil dan dilakukan proses

penyaringan sebanyak 4 kali sehingga menghasilkan minyak VCO

(Virgin Coconut Oil)

8. Keluarkan air melalui kran secara perlahan sampai batas minyak

selanjutnya tuangkan minyak kedalam wajan


9. Selanjutnya adalah proses pemasakan, pemasakan dilakukan sampai

bungkilannya sudah seperti pasir

10. Bila diperkirakan sudah masak / matang, bungkil sudah seperti pasir

barulah minyak tersebut dituang kedalam baskom yang dipasangi saringan,

biarkan menetes terus menerus sampai minyaknya habis tanpa diperas agar

kualitas minyak tetap terjaga.

4.1.5 Produk – produk KSU Uwai Barani

KSU Uwai Barani merupakan koperasi yang bergerak dibidang industri

dengan memanfaatkan buah kelapa sebagai bahan bakunya. Produk yang

dihasilkan terdiri dari produk utama dan produk sampingan Adapun beberapa

produk yang dihasilkan yakni sebagai berikut:

Produk Utama

1. Minyak goreng

Minyak goreng yang dihasilkan dalam Koperasi ini merupakan

minyak goreng asli dari suku mandar. Minyak goreng ini memiliki aroma

yang khas yang membedakan dengan minyak produksi yang lain dan terjaga

kualitasnya. Minyak ini memiliki daya tahan yang cukup lama hingga 12

bulan bahkan lebih, sekalipun tidak menggunakan bahan pengawet kimia

sintetik. Koperasi Uwai Barani mampu menghasilkan 1.200 Liter Minyak

goreng setiap bulannya sehingga total minyak goreng yang dihasilkan setiap

tahunnya adalah 14.400 Liter


2. Minyak VCO (Virgin Coconut Oil)

Virgin Coconut Oil (VCO) atau sering disebut sebagai minyak murni

adalah minyak kelapa yang dibuat dari kelapa segar diambil minyaknya atau

kernelnya diproses tanpa pemanasan sama sekali dan tidak mengandung

bahan kimia, sehingga dihasilkan minyak dengan warna bening, kadar asam

lemak bebas rendah dan awet dismpan. VCO mengandung banyak mineral

dan zat aktif yang sangat baik untuk tubuh maupun penangkal penyakit

seperti penyakit jantung, osteoporosis, radang sendi dan lain – lain. VCO dan

minyak goreng diproduksi dalam satu proses pengolahan yang sama.

Koperasi Uwai Barani mampu menghasilkan 500 Liter Minyak VCO setiap

bulannya sehingga total minyak VCO yang dihasilkan setiap tahunnya adalah

6.000 Liter.

Produk Sampingan

1. Tempurung Kelapa

Dikarenakan bahan baku yang digunakan berasal dari buah kelapa

maka dalam proses produksi minyak goreng dan minyak VCO tentunya akan

diperoleh tempurung kelapa. Tempurung ini akan dijual kepada para

pengusaha pembuatan arang yang ada di daerah khususnya Kabupaten

Polewali Mandar. Tempurung kelapa yang dihasilkan dapat mencapai 1.080

karung pertahunnya atau sekitar 900 karung tempurung kelapa perbula

2. Ampas Kelapa

Ampas kelapa merupakan limbah hasil samping dari pembuatan

santan. Ampas kelapa yang dihasilkan ini akan dijual ke berbagai pengusaha
ternak sebagai pakan ternak. Ampas kelapa yang dihasilkan dapat mencapai

540 karung pertahunnya atau sekitar 45 karung perbulan

3. Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa merupakan limbah dari hasil pengolahan minyak

kelapa. Bungkil kelapa yang dihasilkan ini akan dijual ke berbagai pengusaha

ternak sebagai pakan ternak. Bungil kelapa yang dihasilkan dapat mencapai

5.400 Kg pertahunnya atau sekitar 450 Kg perbulan.

Berikut ini data produk utama dan produk sampingan selama tahun 2019:

Tabel 4.1. Data Produk Utama Tahun 2019


Jenis Produk Jumlah Jumlah Harga jual
Utama Penjualan Produksi
Produk
Minyak VCO 5.400 Liter 6.000 Liter Rp. 60.000/Liter
Minyak Goreng 12.600 Liter 14.400 Liter Rp. 20.000/Liter
Jumlah 18.000 Liter 20.400 Liter
Sumber: KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

Tabel 4.2. Data Produk Sampingan Tahun 2019


Jenis Produk Jumlah Harga jual
Sampingan Penjualan
Produk
Ampas Kelapa 795 Karung Rp. 80.000/Karung
Tempurung Kelapa 1.400 Karung Rp. 40.000/Karung
Bungkil kelapa 5.700 kg Rp. 2.000/Kg
Sumber: KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

4.1.6 Perhitungan Sisa Hasil Usaha Menurut KSU Uwai Barani

Berdasarkan data primer yang diperoleh dari KSU Uwai Barani, akan

dianalisa menggunakan metode perlakuan akuntansi produk sampingan sementara

untuk mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk utama serta untuk


menentukan harga pokok produk utama yang dihasilkan akan dilakukan alokasi

biaya bersama terhadap produk utama menggunakan metode nilai jual relatif.

KSU Uwai Barani merupakan koperasi sektor riil yang bergerak dibidang

industri yang memproduksi Minyak goreng dan Minyak Virgin Coconut Oil

(VCO) sebagai produk utamanya, selain itu juga ada produk sampingan yaitu

tempurung kelapa, ampas kelapa dan bungkil kelapa. Koperasi ini tidak memiliki

akuntanbilitas publik, maka dipersyaratkan laporan keuangannya mengacu kepada

Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Adapun

pedoman umum akuntansi koperasi sektor riil telah diatur dalam Peraturan

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor

12/Per/M.KUKM/IX/2015. Namun berdasarkan hasil observasi selama ini KSU

Uwai Barani dalam pencatatan akuntansi masih menggunakan perhitungan

berdasarkan pengalaman yang didapatkan dan belum sesuai dengan kaidah

pencatatan akuntansi yang berlaku, sedangkan untuk penentuan harga jual produk

koperasi menetapkan harga berdasarkan nilai pasar.


Berikut adalah laporan sisa hasil usaha KSU Uwai Barani selama tahun 2019.
Tabel 4.3. Laporan Sisa Hasil Usaha Tahun 2019
Pendapatan
a. Pendapatan usaha
Penjualan VCO 5.400 Liter @ Rp. 60.000 Rp. 324.000.000
Penjualan Minyak goreng 12.600 liter @ Rp. 20.000 Rp.252.000.000
b. Pendapatan lain-lain
Penjualan ampas 795 karung @ Rp. 80.000 Rp. 63.600.000
Penjualan tempurung 1.400 karung @ Rp. 40.000 Rp. 56.000.000
Penjualan bungkil kelapa 5.700 kg @ Rp. 2.000 Rp. 11.400.000
Jumlah Rp. 707.000.000
Biaya – Biaya
a. Biaya Langsung
Biaya Bahan Baku
Pembelian kelapa 180.000 @ Rp. 1.500 buah Rp. 270.000.000
Tenaga Kerja Rp. 120.000.000
Biaya Overhead Pabrik
Kemasan VCO Rp. 36.000.000
Kemasan Minyak goreng Rp. 36.400.000
Biaya solar Rp. 6.480.000
Jumlah Rp. 468.880.000
b. Biaya tidak langsung
Biaya pemasaran Rp. 3.300.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 5.000.000
Beban Perkoperasian Rp. 6.100.000
Jumlah Rp. 14.400.000
Sisa Hasil Usaha
1. Pendapatan
Pendapatan Usaha Rp. 576.000.000
Pendapatan lain-lain Rp. 131.000.000
Jumlah Rp. 707.000.000
2. Biaya-biaya
Biaya Langsung Rp. 468.880.000
Biaya Tidak Langsung Rp. 14.400.000
Jumlah Rp. 483.280.000
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak Rp. 223.720.000

Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (belum diolah)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sisa hasil usaha selama

tahun 2019 adalah Rp. 223.720.000. Jumlah tersebut dipengaruhi oleh pendapatan

usaha dari penjualan produk utama dan produk sampingan serta dikurangi oleh

biaya langsung dan biaya tidak langsung. Namun berdasarkan observasi yang

dilakukan pada koperasi diketahui bahwa masih terdapat beberapa biaya yang

tidak dihitung oleh koperasi.


Berikut adalah uraian biaya-biaya yang diperhitungkan oleh koperasi

dalam pencatatan laporan sisa hasil usaha koperasi pada tahun 2019:

1. Biaya Bahan Baku

Bahan baku adalah segala sesuatu yang merupakan bahan pokok atau

bahan utama yang diolah dalam proses produksi menjadi bahan jadi.

Dalam usaha pembuatan minyak kelapa pada KSU Uwai Barani ini

tentunya menggunakan buah kelapa sebagai bahan bakunya. Adapun jenis

kelapa yang dibutuhkan adalah jenis Kelapa Dalam yang masih segar.

Setiap bulannya KSU Uwai Barani memproduksi minyak kelapa dengan

menggunakan 15.000 buah kelapa segar dengan harga Rp. 1.500/ buah.

2. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yang dimaksud disini balas jasa yang diberikan oleh

Koperasi kepada semua karyawan yang terlibat dalam proses produksi.

Dalam menjalankan usahanya, koperasi tidak membagi proses

produksinya kedalam beberapa departemen tertentu, dimana semua proses

produksi dari awal hingga akhir dikerjakan bersama – sama oleh

karyawan. Proses produksi baru akan dimulai ketika seluruh bahan sudah

tersedia. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak 20 orang dengan gaji

setiap tenaga kerja Rp. 500.000/ bulan.


3. Biaya Overhead Pabrik

a. Biaya Solar

Solar digunakan sebagai bahan bakar mesin pabrik kelapa. Dalam

setiap bulannya KSU Uwai Barani menggunakan 90 Liter Solar

dengan harga Rp. 6.000/ Liter

b. Biaya Kemasan Produk

Dalam mengemas produk minyak goreng koperasi menggunakan 2

bentuk kemasan yaitu botol plastik dengan ukuran 600ml dan jerigen

besar dengan ukuran 5000ml. Sementara untuk produk minyak VCO

dikemas dengan botol berukuran 250ml. Untuk perhitungan biaya

kemasan selama tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Biaya Kemasan Selama Tahun 2019


Keterangan Unit Kuantitas Harga Total
Produksi Satuan Harga
(Rp) (Rp)
Botol 600ml 8.400 liter 14.000 2.000 28.000.000
Jerigen 5000ml 6.000 liter 1.200 7.000 8.400.000
Botol 250ml 6.000 liter 24.000 1.500 36.000.000
Total Rp. 72.400.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

4. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran yang dimaksud disini adalah biaya yang dikeluarkan

apabila produk selesai dan siap dipasarkan, biaya ini meliputi semua biaya

yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam

gudang sampai produk tersebut dapat diubah menjadi uang tunai. Adapun

biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh KSU Uwai Barani selama tahun

2019 adalah senilai Rp.3.300.000.


5. Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh

koperasi yang berkaitan dukungan administrasi dan umum untuk

mendukung aktivitas operasional koperasi, biaya ini meliputi antara lain

biaya alat tulis kantor, biaya transport, biaya perawatan dan perbaikan aset

tetap serta biaya administrasi umum lainnya. Adapun biaya biaya

administrasi dan umum KSU Uwai Barani selama tahun 2019 adalah

senilai Rp.5.000.000.

6. Beban Perkoperasian

Beban perkoperasian adalah beban yang dikeluarkan oleh koperasi

sehubungan dengan gerakan perkoperasian dan tidak berhubungan dengan

kegiatan usaha. Biaya perkoperasian dalam hal ini meliputi beban rapat

anggota tahunan, beban rapat anggota biasa, beban pendidikan dan latihan

anggota koperasi serta beban perkoperasian lainnya. Adapun beban

perkoperasian KSU Uwai Barani selama tahun 2019 adalah senilai

Rp.6.100.000.

Sementara itu adapun biaya – biaya yang diabaikan oleh koperasi yaitu

biaya air, biaya listrik, biaya reparasi dan pemeliharaan, serta biaya depresiasi alat

produksi. Biaya ini masih terolong sebagai biaya overhead pabrik yang tentunya

akan berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

1. Biaya Air

Proses produksi minyak kelapa tentunya membutuhkan air untuk

digunakan mencuci daging kelapa yang sudah terpisah dari tempurungnya


serta dalam proses mengolah buah kelapa menjadi santan. Dalam

menentukan biaya air yang dikeluarkan pada proses produksi, koperasi

hanya melakukan estimasi yaitu sebesar Rp150.000 Setiap bulannya.

Biaya tersebut dianggap tetap setiap bulannya oleh koperasi.

2. Biaya Listrik

Dalam proses produksi biaya listrik yang digunakan koperasi

tersebut hanya menyisihkan sebagian biaya untuk pembayaran listriknya.

Hal ini disebabkan karena penggunaan listrik untuk proses produksi dan

pemakaian rumah tangga milik ketua koperasi menyatu. Adapun biaya

listrik yang dikeluarkan koperasi setiap bulannya dihitung tetap yaitu

sebesar Rp. 100.000.

3. Biaya Reparasi dan pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimaksud disini adalah

biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan perawatan alat produksi yang

dimiliki oleh KSU Uwai Barani. Biaya ini oleh koperasi dianggap biaya

tak terduga, hal ini disebabkan karena alat-alat produksi dalam koperasi

tidak setiap bulannya mengalami kerusakan sehingga perusahaan hanya

menyisihkan biaya sebesar Rp. 200.000 perbulannya untuk mengantisipasi

terjadinya kerusakan pada alat-alat produksi.

4. Depresiasi

Selama menjalankan bisnisnya KSU Uwai Barani tidak

menghitung biaya depresiasi alat produksinya. Hal ini disebabkan karena


koperasi menganggap beberapa alat produksi tidak mengalami penyusutan

sehingga yang diperhitungkan hanya biaya pemeliharaan dan reparasi saja.

Untuk menghitung biaya penyusutan maka perlu diketahui harga perolehan

dan taksiran umur ekonomis. Berikut rumus perhitungan biaya

depresiasi alat produksi menggunakan metode garis lurus.

Harga Perolehan – Nilai


Biaya depresiasi per tahun =
Residu Umur Ekonomis

Berdasarkan rumus perhitungan diatas, maka dapat diketahui

bahwa biaya depresiasi untuk masing-masing alat produksi setiap

tahunnya. Perhitungan biaya depresiasi alat-alat produksi dapat dilihat

pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Depresiasi Alat Produksi


Umur Harga Jumlah Harga Depresiasi
Alat Ekonomis Satuan Unit Perolehan Per Tahun
(A) (B) (AxB)
Mesin Parut 20 Tahun 120.000.000 1 120.000.000 6.000.000
kelapa
Mesin Genset 10 Tahun 14.000.000 1 14.000.000 1.400.000
Kendaraan 10 Tahun 50.000.000 1 50.000.000 5.000.000
Wajan 25 Tahun 20.000.000 1 20.000.000 800.000
Linggis 5 Tahun 100.000 6 600.000 120.000
(Pasukke)
Pencungkil 5 Tahun 25.000 10 250.000 50.000
Ember/Wadah 3 Tahun 50.000 30 1.500.000 500.000
Drom 10 Tahun 300.000 15 4.500.000 450.000
Spatula Besar 3 Tahun 35.000 3 105.000 35.000
Panci 40 Liter 5 Tahun 280.000 6 1.680.000 336.000
Total Rp.14.691.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

Dari hasil perhitungan tabel 4.5 dapat dilihat total biaya depresiasi

pertahun yaitu sebesar Rp.14.691.000, dimana dapat diketahui bahwa

biaya depresiasi tertinggi yaitu terdapat mesin parut kelapa sebagai alat
termahal yaitu Rp.6000.000 pertahunnya. Dan terendah yaitu spatula besar

hanya Rp. 35.000 pertahunnya.

5. Evaluasi biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik pada KSU Uwai Barani mengalami

beberapa masalah hal ini disebabkan karena koperasi tidak

memperhitungkan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Biaya – biaya tersebut terdiri dari biaya air, biaya listrik, biaya reparasi

dan pemeliharaan, serta biaya depresiasi alat produksi.

Setelah dilakukan observasi lebih lanjut pada koperasi, maka biaya

overhead pabrik selama tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6. Evaluasi Biaya Overhead Pabrik


Biaya Overhead Pabrik Total Biaya (Rp)
Biaya Solar 6.480.000
Biaya kemasan produk 72.400.000
Biaya Air 1.800.000
Biaya Listrik 1.200.000
Biaya reparasi dan pemeliharaan 2.400.000
Biaya depresiasi 14.691.000
Total Rp. 98.971.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

Tabel 4.6 diatas menunjukkan adanya pertambahan biaya overhead pabrik

sebesar Rp.20.091.000, nilai ini berasal dari hasil penjumlahan biaya air

Rp.1.800.000, biaya listrik Rp.1.200.000, biaya reparasi dan pemeliharaan

Rp. 2.400.000 dan biaya depresiasi Rp. 14.691.000. Sehingga total biaya

overhead pabrik pada tahun 2019 yaitu Rp.98.971.000.


Produk utama pada KSU Uwai Barani dibuat dalam proses pengolahan

yang sama sehingga biaya yang digunakan tergolong sebagai biaya bersama.

Berikut ini adalah rekapitulasi biaya bersama untuk produk utama pada KSU

Uwai Barani:

Tabel 4.7. Rekapitulasi Biaya Bersama Produk Utama


Biaya bersama Biaya (Rp)
Biaya Bahan Baku
Pembelian Kelapa 270.000.000
Tenaga Kerja 120.000.000
Biaya Overhead Pabrik
Kemasan VCO 36.000.000
Kemasan Minyak 36.400.000
goreng Biaya solar 6.480.000
Biaya Air 1.800.000
Biaya listrik 1.200.000
Biaya reparasi dan pemeliharaan 2.400.000
Biaya depresiasi 14.691.000
Total Biaya Bersama Rp. 488.971.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

Tabel 4.7 diatas menunjukkan adanya perubahan pada biaya bersama yang

awalnya senilai Rp.468.880.000 meningkat menjadi senilai Rp.488.971.000 hal

ini disebabkan adanya pertambahan pada biaya overhead pabrik senilai

Rp.20.091.000. Sehingga dengan bertambahnya biaya overhead ini maka

tentunya akan menyebabkan terjadinya perubahan pada sisa hasil usaha koperasi

yang awalnya senilai Rp. 223.720.000 turun menjadi senilai Rp.203.629.000.

4.1.7 Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan.

Titik berat pembahasan produk sampingan adalah bagaimana

memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Berdasarkan

hasil analisis biaya produksi yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa produk

sampingan yang dihasilkan koperasi dijual tanpa dilakukan pengolahan lebih


lanjut sehingga biaya produk sampingan sulit untuk diidentifikasi, maka untuk

menghitung sisa hasil usaha dengan adanya produk sampingan di KSU Uwai

Barani digunakan metode tanpa harga pokok yakni dengan cara tidak menentukan

harga pokok produk sampingan. Berikut ini perlakuan akuntansinya:

4.1.7.1 Pendapatan Produk Sampingan diperlakukan sebagai penghasilan

diluar

Pada metode ini produk sampingan yang dihasilkan diperlakukan sebagai

penambah pendapatan lain-lain diluar usaha, dan menjadi penambah terhadap

hasil usaha sebelum pajak. Berikut ini penerapan akuntansinya:

Tabel 4.8.
Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pendapatan Lain-Lain
Penjualan produk Utama:
VCO 5.400 L @Rp. 60.000 324.000.000
Minyak Goreng 12.600 L @ Rp. 20.000 252.000.000
Jumlah penjualan produk utama 576.000.000
Harga Pokok Penjualan
Biaya Bersama 488.971.000
Persediaan Akhir produk Utama:
VCO (600 L @ Rp. 49.900*) 29.940.000
Minyak Goreng (1.800L@ Rp. 13.200*) 23.760.000
Jumlah persediaan akhir (53.700.000)
Harga Pokok Penjualan (435.271.000)
Hasil Usaha Bruto 140.729.000
Beban Operasional
Biaya pemasaran 3.300.000
Biaya administrasi dan umum 5.000.000
Biaya perkoperasian 6.100.000
Jumlah beban operasional (14.400.000)
Hasil usaha Operasi 126.329.000
Pendapatan Lain-lain
Penjualan ampas 63.600.000
Penjualan tempurung 56.000.000
Penjualan bungkil kelapa 11.400.000
Jumlah penjualan Sampingan 131.000.000
Sisa Hasil Usaha sebelum pajak 257.329.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)
Catatan : (*) Lihat tabel 4.12
Pada tabel 4.8, Hasil usaha operasi yang diperoleh dari penjualan produk

utama pada tahun 2019 Rp. 126.329.000. Faktor yang mempengaruhi hasil usaha

operasi yaitu penjualan produk utama sebesar Rp. 576.000.000 dikurangi dengan

HPP Rp. 435.271.000 yang mengasilkan hasil usaha bruto Rp. 140.729.000

dikurangi dengan beban operasional sebesar Rp. 14.400.000. Dari perolehan hasil

usaha operasional tersebut dijumlahkan dengan pendapatan penjualan produk

sampingan sebesar Rp. 131.000.000 maka akan diperoleh sisa hasil usaha sebelum

pajak Rp. 257.329.000.

4.1.7.2 Pendapatan Produk Sampingan diperlakukan sebagai penambah

penjualan produk utama

Pendapatan dari hasil penjualan pada laporan sisa hasil usaha sebelumnya

merupakan penambah terhadap hasil usaha operasi. Pada metode ini pendapatan

produk sampingan dicatat sebagai penambah penjualan produk utama, sehingga

pendapatan penjualan berubah dan mengakibatkan sisa hasil usaha bruto

meningkat. Berikut ini penerapan perlakuan akuntansinya dalam laporan sisa hasil

usaha:
Tabel 4.9
Pendapatan Produk Sampingan Dicatat Sebagai Tambahan Produk Utama
Penjualan produk Utama:
VCO 5.400 L @Rp. 60.000 324.000.000
Minyak Goreng 12.600 L @ Rp. 20.000 252.000.000
Jumlah penjualan produk utama 576.000.000
Penjualan Produk Sampingan
Penjualan ampas 63.600.000
Penjualan tempurung 56.000.000
Penjualan bungkil kelapa 11.400.000
Jumlah penjualan Sampingan 131.000.000
Total Penjualan 707.000.000

Harga Pokok Penjualan


Biaya Bersama 488.971.000
Persediaan Akhir produk Utama:
VCO (600 L @ Rp. 49.900*) 29.940.000
Minyak Goreng (1.800L@ Rp. 13.300*) 23.760.000
Jumlah persediaan akhir (53.700.000)
Harga Pokok Penjualan (435.271.000)
Hasil Usaha Bruto 271.729.000
Beban Operasional
Biaya pemasaran 3.300.000
Biaya administrasi dan umum 5.000.000
Biaya perkoperasian 6.100.000
Jumlah beban operasional (14.400.000)
Sisa Hasil Usaha sebelum pajak 257.329.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)
Catatan : (*) Lihat tabel 4.12

Pada Tabel 4.9 Penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah

penjualan produk utama. Faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha operasi yaitu

penjualan produk utama sebesar Rp. 576.000.000 ditambahkan dengan hasil

penjualan produk sampingan sebesar Rp. 131.000.000, dikurangi dengan HPP

sebesar Rp. 435.271.000 yang menghasilkan hasil usaha bruto Rp. 271.729.000

dikurangi dengan beban operasional Rp. 14.400.000 sehingga sisa hasil usaha dari

penjualan produk utama pada tahun 2019 di KSU Uwai Barani sebesar

Rp.257.329.000.
4.1.7.3 Pendapatan Produk Sampingan diperlakukan sebagai pengurang

harga pokok penjualan

Pada metode ini penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pengurang HPP dan meningkatkan hasil usaha bruto serta serta SHU sebelum

pajak. Berikut ini penerapan perlakuan akuntansi dalam laporan sisa hasil usaha:

Tabel 4.10
Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang HPP
Penjualan produk Utama:
VCO 5.400 L @Rp. 60.000 324.000.000
Minyak Goreng 12.600 L @ Rp. 20.000 252.000.000
Jumlah penjualan produk utama 576.000.000
Harga Pokok Penjualan
Biaya Bersama 488.971.000
Persediaan Akhir produk Utama:
VCO (600 L @ Rp. 49.900*) 29.940.000
Minyak Goreng (1.800L@ Rp. 13.200*) 23.760.000
Jumlah persediaan akhir (53.700.000)
HPP sebelum dikurang by.product 435.271.000
Penjualan Produk Sampingan
Penjualan ampas 63.600.000
Penjualan tempurung 56.000.000
Penjualan bungkil kelapa 11.400.000
Jumlah penjualan Sampingan (131.000.000)
HPP setelah dikurang by.product (304.271.000)
Hasil Usaha Bruto 271.729.000
Beban Operasional
Biaya pemasaran 3.300.000
Biaya administrasi dan umum 5.000.000
Biaya perkoperasian 6.100.000
Jumlah beban operasional (14.400.000)
Sisa Hasil Usaha sebelum pajak 257.329.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)
Catatan : (*) Lihat tabel 4.12

Pada Tabel 4.10 Penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pengurang harga pokok penjualan. Faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha

operasi yaitu penjualan produk utama sebesar Rp. 576.000.000 dikurangi dengan

HPP sebesar Rp. 435.271.000 dan pendapatan hasil usaha penjualan produk

sampingan sebesar Rp.131.000.000 maka diperoleh nilai sebesar Rp.304.271.000


sebagai pengurang dari penjualan produk utama oleh karena itu diperolah hasil

usaha bruto Rp. 271.729.000. untuk sisa hasil usaha sebelum pajak nilai yang

diperoeh tetap sama dengan nilai dari kedua metode sebelumnya yakni senilai

Rp.257.329.000.

4.1.7.4 Pendapatan Produk Sampingan diperlakukan sebagai pengurang

biaya produksi

Pada perlakuan akuntansi yang mana produk sampingan diperlakukan

sebagai pengurang biaya produksi produk utama, maka jumlah ini akan

dikurangkan terhadap biaya produksi sehingga nilai harga pokok produksi

menjadi lebih kecil. Berikut ini perlakuan akuntansinya dalam laporan sisa hasil

usaha:

Tabel 4.11 Penjualan Produk sampingan diperlakukan sebagai


pengurang biaya produksi
Penjualan produk Utama:
VCO 5.400 L @Rp. 60.000 324.000.000
Minyak Goreng 12.600 L @ Rp. 20.000 252.000.000
Jumlah penjualan produk utama 576.000.000
Harga Pokok Penjualan
Biaya Bersama 488.971.000
Penjualan Produk Sampingan
Penjualan ampas 63.600.000
Penjualan tempurung 56.000.000
Penjualan bungkil kelapa 11.400.000
Jumlah penjualan Sampingan (131.000.000)
Biaya bersama bersih produk utama 357.971.000
Persediaan Akhir produk Utama:
VCO (600 L @ Rp. 36.500*) 21.900.000
Minyak Goreng (1.800 L @ Rp. 9.600*) 17.280.000
Jumlah persediaan akhir (39.180.000)
Harga Pokok Penjualan (318.791.000)
Hasil Usaha Bruto 257.209.000
Beban Operasional
Biaya pemasaran 3.300.000
Biaya administrasi dan umum 5.000.000
Biaya perkoperasian 6.100.000
Jumlah beban operasional (14.400.000)
Sisa Hasil Usaha sebelum pajak 242.809.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)
Catatan : (*) Lihat tabel 4.13
Pada tabel 4.11 Pendapatan dari hasil produk sampingan menjadi

pengurang pada total biaya produksi, sehingga biaya bersama berkurang menjadi

Rp. 357.971.000. Faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha koperasi yaitu

penjualan produk utama sebesar Rp. 576.000.000 dikurangi dengan harga pokok

penjualan yang mana total biaya bersama telah dikurangi dengan pendapatan

penjualan produk sampingan sebesar Rp. 318.791.000, sehingga diperoleh hasil

usaha bruto sebesar Rp. 257.209.000.

4.1.8 Penyajian Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Nilai Jual Relatif

Untuk mengetahui pengaruh adanya produk sampingan terhadap biaya

perunit produk utama, peneliti menyajikan pengalokasian biaya bersama dengan

metode nilai jual relatif dengan biaya bersama sebelum dikurangi produk

sampingan yaitu sebesar Rp. 488.971.000. Berikut perhitungannya:

Tabel 4.12. Alokasi Biaya Bersama dengan metode nilai jual relatif
sebelum dikurangi hasil penjualan produk sampingan
Jenis Jumlah Harga (1)x(2) (3) : jml. (4) x jml. (5) : (1)
produk produk jual / nilai jual By.
(Liter) Liter x 100% Bersama
Nilai Jual Nilai jual Alokasi Harga
relatif biaya pokok
bersama produk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
VCO 6.000 60.000 360.000.000 61,22% 299.348.046 49.900
Minyak 14.400 20.000 288.000.000 38,78% 189.622.954 13.200
Goreng
Jumlah 20.400 648.000.000 100% 488.971.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

Tabel 4.12 menunjukkan harga pokok VCO sebesar Rp. 49.900/ liter

sedangkan harga pokok minyak goreng sebesar Rp. 13.200, nilai ini merupakan

hasil dari pembagian antara persentase nilai jual relatif (61,22% untuk produk
VCO dan 38,78% untuk produk minyak goreng) dikalikan dengan jumlah biaya

bersama senilai Rp. 488.971.000.

Sedangkan untuk perhitungan pengalokasian Biaya bersama setelah

dikurangi dengan produk sampingan disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.13. Alokasi Biaya Bersama dengan metode nilai jual relatif setelah
dikurangi hasil penjualan produk sampingan
Jenis Jumlah Harga (1)x(2) (3) : jml. (4) x jml. (5) : (1)
produk produk jual / nilai jual By.
(Liter) Liter x 100% Bersama
Nilai Jual Nilai jual Alokasi Harga
relatif biaya pokok
bersama produk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
VCO 6.000 60.000 360.000.000 61,22% 219.149.846 36.500
Minyak 14.400 20.000 288.000.000 38,78% 138.821.154 9.600
Goreng
Jumlah 20.400 648.000.000 100% 357.971.000
Sumber : KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

Tabel 4.13 menunjukkan harga pokok VCO sebesar Rp. 36.500/ liter

sedangkan harga pokok minyak goreng sebesar Rp. 9.600, nilai ini merupakan

hasil dari pembagian antara persentase nilai jual relatif (61,22% untuk produk

VCO dan 38,78% untuk produk minyak goreng) dikalikan dengan jumlah biaya

bersama setelah dikurangi dengan pendapatan penjualan produk sampingan senilai

Rp. 357.971.000 (Rp. 488.971.000 – Rp. 131.000.000), sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan dikurangkannya produk bersama dengan hasil

penjualan produk sampingan akan berpengaruh pada turunnya harga pokok

produk utama.
4.2 Pembahasan

Dalam proses produksi ada beberapa usaha yang dapat menghasilkan dua

jenis produk sekaligus dalam satu kali produksi yaitu produk utama dan produk

sampingan. Produk utama adalah tujuan utama operasi perusahaan yang memiliki

kuantitas yang lebih banyak dan harga jual yang relatif lebih tinggi sedangkan

produk sampingan adalah produk yang bukan tujuan utama dari operasi

perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses produksi dan

memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan produk utama. Produk

utama dan produk sampingan ini diproses dengan menggunakan biaya bersama.

Kendala yang terjadi pada KSU Uwai Barani yaitu dalam pencatatan akuntansinya

masih sangat sederhana dan belum sepenuhnya sesuai dengan pencatatn akuntansi

yang berlaku, sehingga kurangnya catatan yang memadai untuk mengklasifikasian

biaya secara rinci, dari hasil observasi langsung dan wawancara yang dilakukan

oleh peneliti diketahui selama ini masih banyak biaya yang terabaikan oleh

koperasi terutama pada biaya overhead pabrik seperti biaya depresiasi alat

produksi, biaya air, biaya listrik serta biaya reparasi dan pemeliharaan yang jika

dijumlahkan nilainya mencapai Rp. 20.091.000 sehingga total biaya overhead

menjadi Rp.92.971.000. Pada penelitian ini telah dilakukan analisis biaya

produksi bersama pada koperasi dan diketahui bahwa biaya bersama dalam proses

produksi pada KSU Uwai Barani meliputi biaya bahan baku sebesar

Rp.270.000.000,- biaya tenaga kerja Rp. 120.000.000,- dan biaya overhead pabrik

Rp.98.971.000, dengan berubahnya total biaya bersama ini maka jika berdasarkan

perhitungan sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi terjadi penurunan yang pada
awalnya senilai Rp.223.720.000 turun menjadi Rp.203.629.000 (Rp. 223.720.000

– Rp. 20.091.000).

Kendala yang lain yang juga dialami koperasi yaitu selama ini koperasi

membebankan semua biaya produksi kepada produk utama sehingga biaya

produksi produk utama menjadi lebih tinggi dari yang sesungguhnya sementara

dalam penentuan harga jual koperasi menetapkan berdasrkan pada harga pasar

tanpa menghitung harga pokok perunit untuk setiap produk yang dihasilkan. Pada

kondisi ini, dalam mengitung harga pokok produk utama dapat dilakukan

pengalokasian biaya bersama menggunakan nilai jual relatif / nilai pasar.

Sementara itu untuk perlakuan akuntansi produk sampingan yang dijual tanpa

pemrosesan lebih lanjut dapat dilakukan dengan metode pengakuan atas

pendapatan kotor atau tanpa memperhitungkan harga pokok dari produk

sampingan.

Perbedaan yang mendasar antara pencatatan Laporan Sisa Hasil Usaha

yang dilakukan oleh koperasi dan peneliti adalah dalam penelitian ini laporan Sisa

Hasil Usaha KSU Uwai Barani disajikan berdasarkan peraturan Menteri Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 12/Per/M.KUKM/IX/2015. Hasil

penelitian yang didapat oleh peneliti menunjukkan bahwa.

1. Pendapatan Produk Sampingan diperlakukan sebagai penghasilan diluar

Usaha.

Jika hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

penambah penghasilan lain-lain diluar usaha, maka hasil usaha operasi yang

diperoleh dari penjualan produk utama pada tahun 2019 Rp.126.329.000.


Faktor yang mempengaruhi hasil usaha operasi yaitu penjualan produk utama

sebesar Rp.576.000.000 dikurangi dengan HPP Rp.435.271.000 yang

mengasilkan hasil usaha bruto Rp.140.729.000 dikurangi dengan beban

operasional sebesar Rp.14.400.000. Dari perolehan hasil usaha operasional

tersebut dijumlahkan dengan pendapatan penjualan produk sampingan

sebesar Rp.131.000.000 maka akan diperoleh sisa hasil usaha sebelum pajak

Rp.257.329.000. Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan

sebagai penambah pendapatan lain-lain yaitu Rp. 131.000.000 ayat jurnal

yang diperlukan sebagai berikut:

Kas / Piutang Rp. 131.000.000


Penjualan Produk Sampingan Rp. 131.000.000
2. Pendapatan Produk Sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan

produk utama

Pada dasarnya metode kedua ini hasilnya sama seperti metode

pertama, perbedaannya hanya terletak pada pengalokasian hasil penjualan

produk sampingannya. Pada metode kedua ini, hasil penjualan produk

sampingan diperlakukan sebagai penambah nilai penjualan produk utama,

sehingga nilai penjualan produk utama akan meningkat sebanding dengan

besarnya nilai penjualan produk sampingannya. Dengan mengalokasikan

hasil penjualan produk sampingan pada total nilai penjualan menurut

perhitungan sama dengan yang dihitung oleh koperasi yaitu sebesar

Rp.707.000.000 namun untuk selanjtnya terjadi perbedaan karena adanya

beberapa biaya yang sebelumnya terabaikan oleh koperasi.


Besarnya harga pokok penjualan yang diperoleh dari perhitungan pada

metode ini sama dengan yang diperoleh pada metode pertama yaitu sebesar

Rp.435.271.000. perbedaan pada metode pertama yaitu terletak pada hasil

usaha bruto yang dihasilkan koperasi. Pada metode pertama yakni pendapatan

penjualan diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain diperoleh hasil usaha

bruto senilai Rp.140.729.000 sedangkan pada metode yang kedua yakni hasil

penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan

produk utama terjadi peningkatan pada hasil usaha bruto senilai

Rp.271.729.000.

Perbedaan ini disebabkan karena pada metode pertama tidak

dilakukan alokasi produk sampingan pada penjualan produk utama melainkan

dialokasikan pada pendapatan diluar usaha sehingga hal ini hanya akan

mempengaruhi sisa hasil usaha sebelum pajak, sedangkan pada metode kedua

pendapatan produk sampingan dialokasikan secara langsung untuk

menambah pendapatan produk utama sehingga setelah dikurangi dengan

harga pokok penjualan akan menghasilkan nilai yang lebih besar

dibandingkan dengan metode pertama. Sedangkan sisa hasil usaha kena

pajak yang dihasilkan pada perhitungan dengan menggunakan metode kedua

ini tetap sama besarnya dengan penggunaan metode yang pertama yaitu

senilai Rp.257.329.000.

Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan

Rp.131.000.000 diperlakukan sebagai penambah penjualan prodik utama

sehingga penjualan produk utama mejadi Rp.707.000.000. Jurnal yang


digunakan untuk mencatat nilai penjualan produk sampingan tersebut adalah

sebagai berikut:

Kas / Piutang Rp. 131.000.000


Pendapatan Penjualan Rp. 131.000.000
3. Pendapatan Produk Sampingan diperlakukan sebagai pengurang harga pokok

penjualan

Pada penggunaan metode yang ketiga ini, besarnya harga pokok

penjualan akan berbeda dengan harga pokok penjualan pada kedua metode

sebelumnya, hal ini disebabkan karna pada metode ini pendapatan penjualan

produk sampingan dialokasikan sebagai pengurang harga pokok penjualan

sehingga nilai dari harga pokok penjualan menjadi Rp. 304.271.000, berbeda

dengan harga pokok penjualan menggunakan dua metode sebelumnya yaitu

Rp.435.271.000 penurunan ini tentunya sebanding dengan nilai pendapatan

penjualan produk sampingan. Pada metode ini besarnya hasil usaha bruto

yang diperoleh sama dengan yang dihasilkan pada metode kedua yakni

sebesar Rp.271.729.000. Adapun hasil usaha sebelum pajak untuk ketiga

metode yang dibahas sebelumnya tetap menghasilkan nilai yang sama yakni

sebesar Rp.257.329.000. Jurnal yang digunakan untuk mencatat nilai

penjualan produk sampingan Rp. 131.000.000 yang merupakan pengurang

harga pokok penjualan tersebut adalah sebagai berikut:

Kas / Piutang Rp. 131.000.000


Harga Pokok Penjualan Rp. 131.000.000
4. Pendapatan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Biaya

Produksi.

Pada perlakuan akuntansi yang mana pendapatan produk sampingan

senilai Rp.131.000.000 diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi

produk utama, maka jumlah ini akan dikurangkan terhadap biaya produksi

sehingga nilai harga pokok produksi menjadi lebih kecil. Biaya produksi

bersama setelah dikurangi dengan pendapatan penjualan produk sampingan

berubah menjadi Rp.357.971.000,- (Rp. 488.971.000 – Rp.131.000.000). Hal

ini akan mempengaruhi harga pokok produk utama yakni yang awalnya

senilai Rp. Rp. 49.900/Liter untuk produk VCO turun menjadi

Rp.36.500/Liter sedangkan untuk harga pokok produk minyak goreng yang

awalnya Rp.13.200/Liter juga turun menjadi Rp. 9.600/Liter. Dengan kondisi

seperti ini tentunya juga akan berpengaruh pada menurunnya nilai persediaan

akhir produk utama dari nilai sebelumnya sebesar Rp.53.700.000 turun

menjadi Rp. 39.180.000.

Dengan adanya perubahan biaya produksi bersama dan nilai

persediaan produk utama tentunya akan berpengaruh terjadinya perubahan

pada nilai harga pokok penjualan menjadi Rp.318.791.000. Untuk hasil usaha

bruto senilai Rp.257.209.000 dan setelah dikurangi dengan beban operasional

sebesar Rp.14.400.000 maka akan menghasilkan sisa hasil usaha sebelum

pajak senilai Rp.242.809.000 nilai ini rendah bila dibandingkan dengan tiga

metode sebelumnya yang menghasilkan sisa hasil usaha yang sama senilai
Rp.257.329.000. Jurnal yang digunakan untuk mencatat nilai penjualan

produk sampingan sebesar Rp.131.000.000 adalah sebagai berikut:

Kas / Piutang Rp. 131.000.000


Biaya Produksi Bersama Rp. 131.000.000

Secara umum perbandingan dari penggunaan ke empat metode perlakuan

akuntansi produk sampingan tersebut diatas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.14 Perbandingan Metode Pelakuan Akuntansi Produk Sampingan

Sebagai Sebagai Sebagai Sebagai


penghasilan penamba pengurang pengurang
Uraian diluar usaha h harga pokok biaya
penjualan penjualan produksi
(Rp) produk (Rp)
utama (Rp)
(Rp)
Total 576.000.000 707.000.000 576.000.000 576.000.000
Penjualan
Harga pokok (435.271.000) (435.271.000) (304.271.000) (318.791.000)
penjualan
Hasil Usaha 140.729.000 271.729.000 271.729.000 257.209.000
Bruto
Beban (14.400.000) (14.400.000) (14.400.000) (14.400.000)
operasional
Hasil Usaha 126.329.000
Operasi
Penjualan 131.000.000
Produk
Sampingan
Sisa hasil 257.329.000 257.329.000 257.329.000 242.809.000
usaha sebelum
pajak
Sumber: KSU Uwai Barani Tahun 2019 (diolah)

Untuk mengetahui adanya pengaruh produk sampingan terhadap biaya

perunit produk utama, pada tabel 4.12 dan 4.13 sebelumnya diatas telah disajikan

alokasi biaya bersama sebelum dan sesudah dikurangi produk sampingan dengan

menggunakan metode nilai jual relatif. Hasil perhitungan menunjukkan untuk


biaya bersama sebelum dikurangi hasil penjualan produk sampingan diperoleh

harga pokok produksi untuk produk VCO senilai Rp.49.900/Liter dan untuk

produk minyak goreng senilai Rp. 13.200/ liter. Sedangkan biaya bersama setelah

dikurangi hasil penjualan produk sampingan diperoleh harga pokok produksi

untuk produk VCO Rp.36.500/Liter dan Rp. 9.600/Liter untuk produk minyak

goreng. Perbandingan pendapatan produk utama sebelum dan setelah dikurangi

pendapatan produk sampingan dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.

Tabel. 4.15 Perbandingan pendapatan produk utama sebelum dan


setelah dikurangi pendapatan produk sampingan.

Sebelum Setelah dikurangi


dikurangi pendapatan
pendapatan produk sampingan
Uraian
produk (Rp)
sampingan
(Rp)
Harga Pokok Produksi per
unit 49.900 36.500
VCO 13.200 9.600
Minyak Goreng
Unit Penjualan
VCO 5.400 Liter 269.460.000 197.100.000
Minyak Goreng 12.600 Liter 166.320.000 120.960.000
Jumlah 435.780.000 318.060.000
Dikurangi Hasil Penjualan
Produk Utama Rp. 140.220.000 257.940.000
576.000.000
Sumber: KSU Uwai Barani tahun 2019 (diolah)

Hasil usaha yang diperoleh koperasi dari penjualan produk utama adalah

Rp.576.000.000 terdiri dari penjualan 5.400 liter produk VCO dengan total harga

senilai Rp.324.000.000 (5.400 liter @ Rp. 60.000/liter) dan penjualan 12.600 liter

produk minyak goreng dengan total harga Rp.252.000.000 (12.600 liter @

Rp.20.000). Dari tabel 4.15 diatas, jika dilakukan alokasi biaya bersama dengan
metode nilai jual relatif maka total harga pokok produksi produk utama yang

diperoleh pada metode dimana produk sampingan tidak diperlakukan sebagai

pengurang biaya produksi adalah Rp.435.780.000 dengan nilai ini berarti

keuntungan KSU Uwai Barani dari penjualan produk utama adalah sebesar

Rp.140.220.000 (Rp.576.000.000 - Rp. 435.780.000). Sementara itu nilai harga

pokok produksi berbeda diperoleh pada metode produk sampingan diperlakukan

sebagai pengurang biaya produksi yaitu senilai Rp.318.060.000 dengan nilai ini

berarti keuntungan KSU Uwai Barani dari penjualan produk utama dapat

mencapai Rp.257.940.000 (Rp.576.000.000 - Rp. 318.060.000) hal ini

menujukkan adanya kenaikan drastis dari metode sebelumnya yang keuntungan

bersih dari penjualan produk utamanya hanya senilai Rp.140.220.000.

Hasil uji ini sama dengan hasil penelitian dari Nuzul Setianti (2015)

mengenai analisis produk sampingan berupa serbuk kayu dalam menentukan

tingkat pendapatan produk utama yaitu berbagai jenis papan. Dengan demikian

maka diketahui bahwa metode pendapatan produk sampingan diperlakukan

sebagai pengurang biaya produksi pada penelitian ini lebih baik dalam

meningkatkan pendapatan produk utama dan sesuai dengan keadaan KSU Uwai

Barani serta memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam hasil penjualan

dan perolehan sisa hasil usaha koperasi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan di KSU Uwai Barani, serta berdasarkan

hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan Perlakuan akuntansi untuk produk sampingan pada KSU Uwai

Barani diperoleh hasil sebagai berikut

a. Jika pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pendapatan lain lain diluar usaha, akan diperoleh harga pokok

penjualan senilai Rp.435.271.000 dan sisa hasil usaha sebelum pajak

Rp.257.329.000.

b. Jika pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

penambah penjualan produk utama, akan diperoleh harga pokok

penjualan senilai Rp.435.271.000 dan sisa hasil usaha sebelum pajak

Rp.257.329.000.

c. Jika pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pengurang harga pokok penjualan, akan diperoleh harga pokok

penjualan senilai Rp.304.271.000 dan sisa hasil usaha sebelum pajak

Rp.257.329.000.

d. Jika pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai

pengurang biaya produksi, akan diperoleh harga pokok penjualan

senilai Rp.318.791.000 dan sisa hasil usaha sebelum pajak

Rp.242.809.000.

82
83

2. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang

biaya produksi dapat meningkatkan pendapatan produk utama senilai

Rp.257.940.000, sehingga metode ini dianggap lebih baik dan sesuai dengan

keadaan KSU Uwai Barani serta memberikan manfaat yang cukup

signifikan dalam hasil penjualan dan perolehan sisa hasil usaha koperasi

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan

yang menyebabkan hasil penelitian jauh dari kata sempurnah. Hal ini disebabkan

antara lain:

1. Penelitian ini hanya menganalisis menggunakan periode satu tahun dan

tidak ada pembanding lainnya, hal ini disebabkan catatan keuangan pada

KSU Uwai Barani masih sangat sederhana dan kurang lengkap sehingga

pihak koperasi hanya bersedia memberikan data selama satu periode yakni

tahun 2019.

2. Terdapat beberapa biaya yang tidak diperoleh oleh peneliti. Seperti data

mengenai beberapa alat produksi yang digunakan oleh koperasi dalam

melakukan proses produksi. Sementara itu data biaya khususnya biaya

listrik, biaya air, dan biaya pemeliharaan hanya berdasarkan estimasi yang

dilakukan oleh pihak koperasi.


5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat

beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi KSU

Uwai Barani, saran tersebut antara lain:

1. KSU Uwai Barani sebaiknya mempertimbangkan seluruh unsur-unsur biaya

overhead pabrik yang sesungguhnya atau biaya yang lebih akurat dan dapat

dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan harga pokok produksi.

2. KSU Uwai Barani sebaiknya mulai mempertimbangkan untuk melakukan

pencatatan akuntansi menggunakan salah satu dari 4 metode yang telah

penulis teliti diatas, agar koperasi dapat mengetahui lebih rinci laba atau

rugi yang diperoleh dalam 1 periode produksi.

3. Untuk meningkatkan pendapatan produk utama, KSU Uwai Barani

sebaiknya melakukan pencatatan akuntansi produk sampingan

menggunakan metode pendapatan penjualan produk sampingan

diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

4. KSU Uwai Barani sebaiknya mulai mempertimbangkan untuk

menggunakan metode alokasi biaya bersama pada produk utama dalam

menghitung harga pokok produksinya, mengingat ada dua produk utama

yang dihasilkan yaitu produk minyak VCO dan minyak goreng.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C., Ashari, L., & Indrayenti. 2010. Harga Pokok Produksi dalam
Kaitannya dengan Penentuan Harga Jual Untuk Pencapaian Target
Laba Analisis (Studi kasus Pada PT Indra Brother’s di Bandar
Lampung). Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.1, No.1, hal 79 – 94.

Bawiling, E., & Tirayoh, V. 2014. Analisis Perhitungan Harga Pokok dan
Pelakuan Akuntansi Atas Produk Sampingan Pada UD. Sinar Sakti.
Jurnal EMBA, Vol.2, No. 2, Hal 745-754.

Bustami, B., & Nurlela, 2013. Akutansi Biaya Edisi 4. Jakarta: Mitra Wacana
Media.

Carter, W. 2006. Cost Accounting:Fourteenth Edition. Terjemahan oleh Krista.


2015. Jakarta: Salemba Empat

Jusup, H. 2014. Dasar - Dasar Akuntansi. Jilid 2. Yogyakarta: STIE

Komara, B & Sudarman, A. 2016. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi


dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penetapan Harga Jual Pada
CV. Salwa Meubel. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi. Vol. 5, Edisi 9, Hal. 18
– 29.

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Pranata, D., Yefni. & Yuliantoro, H. 2017. Perlakuan akuntansi Terhadap Main
Product dan By Product serta pengaruhnya terhadap laba perusahaan
(Studi Kasus Pada Pabrik Tahu dan Tempe Padang Tarok). Jurnal
Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 10, No.1. Hal. 29 – 38.

Samsul, N. 2013. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan


Variabel Costing Untuk Harga Jual CV. Pyramid. Jurnal EMBA, Vol. 1,
No. 3, Hal. 366 – 373.

Sekaran, U dan Bougie, R. 2017. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 6.


Jakarta: Salemba Empat.

Silaban, E. 2014. “Analisis Metode Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan


Terhadap Penentuan Harga Pokok Produk Utama pada PT. Sinar
Pematang Mulia”. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Siregar, B. dkk. 2017. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

85
86

Setianti, N. 2015. “Analisis Produk Sampingan dalam Menentukan Tingkat


Pendapatan Produk Utama di UD. Sumber Karya”. Skripsi. Kediri:
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suryabrata, S. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers

Wijayanti, R. 2011. “Penerapan Activity-Based Costing System Untuk


Menentukan Harga Pokok Produksi pada PT. Industri Sandang Nusantara
Unit Patal Secang” Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
87
LAMPIRAN 1 VISI, MISI DAN TUJUAN KSU UWAI BARANI

KOPERASI SERBA USAHA


“UWAI BARANI”
DESA MOMBI KEC. ALU KAB. POLEWALI MANDAR
Alamat : Desa Mombi Kec.Alu Kab.Polman, Email : ksuuwaibarani@yahoo.co.id

VISI

Terwujudnya Usaha yang handal guna mendukung terciptanya masyarakat yang

mandiri, kreatif dan inovatif serta mampu berdaya saing.

MISI

Adapun misi dalam usaha ini adalah sebagai berikut :

3) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkesinambungan.

4) Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

TUJUAN

6) Meningkatkan nilai ekonomi dari hasil perkebunan kelapa sehingga

pendapatan petani lebih meningkat.

7) Untuk menghasilkan minyak kelapa yang lebih bermutu dan tahan lama dan

bisa bersaing dipasaran.

8) Mengatasi ketergantungan harga kelapa yang senantiasa pasang surut.

9) Dapat dijadikan patokan dan perbandingan terhadap pengolahan pembuatan

kopra dan minyak kelapa yang lebih menguntungkan.

10) Mengatasi penjualan system ijon / rentenir dikalangan petani.


LAMPIRAN 2 STRUKTUR ORGANISASI KSU UWAI BARANI

KOPERASI SERBA USAHA


“UWAI BARANI”
DESA MOMBI KEC. ALU KAB. POLEWALI MANDAR
Alamat : Desa Mombi Kec.Alu Kab.Polman, Email : ksuuwaibarani@yahoo.co.id

Rapat Anggota

Pengawas

Ketua
Jelisman, SP

Bendahara Sekretaris
Lisa Anugrah Hasmira H

Bagian Keuangan Bagian Produksi Bagian Pemasaran


Koordinator Koordinator
Andi Saprawah Koordinator Supardi Patruddin
Anggota Rusmadi, SH
Anggota Abd. Malik Rustam SahrilM. Yusuf Samil
M. Daali Dirwan Usman
Jabir Suaib Rosmiati Wardah Gunawan

Anggota Nurafiah
LAMPIRAN 3 LAPORAN SISA HASIL USAHA TAHUN 2019
KOPERASI SERBA USAHA
“UWAI BARANI”
DESA MOMBI KEC. ALU KAB. POLEWALI MANDAR
Alamat: Desa Mombi Kec.Alu Kab.Polman, Email : ksuuwaibarani@yahoo.co.id.

LAPORAN SISA HASIL USAHA


31 DESEMBER 2019
Pendapatan
a. Pendapatan usaha
Penjualan VCO 5.400 Liter @ Rp. 60.000 Rp. 324.000.000
Penjualan Minyak goreng 12.600 liter @ Rp. 20.000 Rp. 252.000.000
b. Pendapatan lain-lain
Penjualan ampas 795 karung @ Rp. 80.000 Rp. 63.600.000
Penjualan tempurung 1.400 karung @ Rp. 40.000 Rp. 56.000.000
Penjualan bungkil kelapa 5.700 kg @ Rp. 2.000 Rp. 11.440.000
Jumlah Rp. 707.000.000
Biaya–Biaya
a. Biaya langsung
Biaya Bahan Baku
Pembelian kelapa 180.000 @ Rp.1.500 buah Rp. 270.000.000
Tenaga Kerja Rp. 120.000.000
Biaya Overhead Pabrik
Kemasan VCO Rp. 36.000.000
Kemasan Minyak goreng Rp. 36.400.000
Biaya solar Rp. 6.480.000
Jumlah Rp. 468.880.000
b. Biaya tidak langsung
Biaya pemasaran Rp. 3.300.000
Biaya administrasi kantor Rp. 5.000.000
Beban Perkoperasian Rp 6.100.000
Jumlah Rp. 14.400.000
Sisa Hasil Usaha
a. Pendapatan
Pendapatan Usaha Rp. 576.000.000
Pendapatan lain-lain Rp. 131.000.000
Jumlah Rp. 707.000.000
b. Biaya-biaya
Biaya Langsung Rp. 468.880.000
Biaya Tidak Langsung Rp. 14.400.000
Jumlah Rp. 483.280.000
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak Rp. 223.720.000
Pajak (Rp 10.000.000)
Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak Rp 213.720.000
LAMPIRAN 4 LAPORAN NERACA TAHUN 2019

KOPERASI SERBA USAHA


“UWAI BARANI”
DESA MOMBI KEC. ALU KAB. POLEWALI MANDAR
Alamat : Desa Mombi Kec.Alu Kab.Polman, Email : ksuuwaibarani@yahoo.co.id.
NERACA
31 DESEMBER 2019

AKTIVA PASSIVA
Aktiva Lancar Hutang Jangka Pendek
Kas 196.470.000 Simpanan Suka rela 3.000.000
Piutang 82.800.000 Bagian SHU untuk anggota 20.400.000
Persediaan Barang 72.000.000 Dana pembagian daerah kerja 3.700.000
Jumlah Aktiva Lancar 351.270.000 Dana Sosial 3.100.000
Aktiva Tetap Jumlah Hutang Jangka Pendek 40.200.000
Peralatan kantor 11.300.000 Hutang Jangka Panjang
Akumulasi Penyusutan (1.140.000) Pinjaman Bank 110.280.000
Jumlah Aktiva Tetap 10.160.000 Hutang Ke pihak ketiga 80.500.000
Aktiva Lainnya Jumlah Hutang Jangka Panjang 190.780.000
Mesin 168.000.000 Modal Sendiri
Akm.Penyusutan Mesin (1.680.000) Simpanan Pokok 58.500.000
Kendaraan 13.000.000 Simpanan wajib 6.500.000
Akm.Penyusutan Kendaraan (650.000) Cadangan 28.000.000
Jumlah Aktiva lainnya 178.670.000 Sisa Hasil Usaha (SHU) 216.120.000
Jumlah Modal Sendiri 309.120.000

Total Aktiva Rp.540.100.000 Total Passiva Rp.540.100.000


LAMPIRAN 5 LAPORAN ARUS KAS 2019
KOPERASI SERBA USAHA
“UWAI BARANI”
DESA MOMBI KEC. ALU KAB. POLEWALI MANDAR
Alamat: Desa Mombi Kec.Alu Kab.Polman, Email : ksuuwaibarani@yahoo.co.id.
ALUR KAS SELAMA 12 BULAN TERAKHIR TAHUN 2019
I.Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan Kas

Penerimaan Kas dari penjualan Rp 707.000.000

Pengeluaran Kas

Pembayaran tenaga kerja Rp 120.000.000

Pembayaran biaya langsung Rp 270.000.000

Pembayaran Biaya overhead Rp 78.880.000

Pembayaran biaya pemasaran Rp 3.300.000

Biaya operasioal dan administrasi Rp 5.000.000

Biaya Perkoperasian Rp 6.100.000

Biaya Pajak Rp 10.000.000

Jumlah Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Rp 213.720.000

II. Arus Kas dari aktivitas pendanaan


Pengeluaran

Pembayaran pinjaman bank Rp30.000.000

Pembayaran dana pihak ketiga Rp15.250.000

Jumlah arus kas dari aktivita pendanaan Rp 45.250.000

Total Arus Kas Rp 168.470.000

Saldo Kas Awal Periode Rp 28.000.000

Saldo Kas Akhir Periode Rp 196.470.000


LAMPIRAN 7 DAFTAR ALAT PRODUKSI

KOPERASI SERBA USAHA


“UWAI BARANI”
DESA MOMBI KEC. ALU KAB. POLEWALI MANDAR
Alamat: Desa Mombi Kec.Alu Kab.Polman, Email : ksuuwaibarani@yahoo.co.id

DAFTAR ALAT PRODUKSI


Umur Harga Jumlah Harga
No. Aset Tetap
Ekonomis Satuan (Rp) Unit Perolehan
1 Mesin Parut 20 Tahun 120.000.000 1 120.000.000
kelapa
2 Mesin Genset 10 Tahun 14.000.000 1 14.000.000
3 Kendaraan 10 Tahun 50.000.000 1 50.000.000
4 Wajan 25 Tahun 20.000.000 1 20.000.000
5 Linggis (Pasukke) 5 Tahun 100.000 6 600.000
6 Pencungkil 5 Tahun 25.000 10 250.000
7 Ember/Wadah 3 Tahun 50.000 30 1.500.000
8 Drom 10 Tahun 300.000 15 4.500.000
9 Spatula Besar 3 Tahun 35.000 3 105.000
10 Panci 40 Liter 5 Tahun 280.000 6 1.680.000
LAMPIRAN 6 DATA PENJUALAN DAN BIAYA KEMASAN TAHUN 2019

KOPERASI SERBA USAHA


“UWAI BARANI”
DESA MOMBI KEC. ALU KAB. POLEWALI MANDAR
Alamat : Desa Mombi Kec.Alu Kab.Polman, Email : ksuuwaibarani@yahoo.co.id

DATA PENJUALAN PRODUK UTAMA TAHUN 2019


Jenis Produk Jumlah Jumlah Harga jual Total Harga
Utama Produksi Penjualan
Produk
Minyak VCO 6.000 Ltr 5.400 Ltr Rp. 60.000/Liter Rp. 324.000.000
Minyak Goreng 14.400 Ltr 12.600 Ltr Rp. 20.000/Liter Rp. 252.000.000
Jumlah 18.000 Ltr Rp. 576.000.000

DATA PENJUALAN PRODUK SAMPINGAN TAHUN 2019


Jenis Produk Jumlah Harga jual Total Harga
Sampingan Penjualan
Produk
Ampas Kelapa 795 Karung Rp. 80.000/Karung Rp.63.600.000
Tempurung Kelapa 1.400 Karung Rp. 40.000/Karung Rp. 56.000.000
Bungkil kelapa 5.700 kg Rp. 2.000/Kg Rp. 11.400.000
Jumlah Rp. 131.000.000

BIAYA KEMASAN TAHUN 2019


Harga Total
Unit
Keterangan Kuantitas Satuan Harga
Produksi (Rp) (Rp)
Botol 600ml 8.400 liter 14.000 2.000 28.000.000
Jerigen 5000ml 6.000 liter 1.200 7.000 8.400.000
Botol 250ml 6.000 liter 24.000 1.500 36.000.000
Total Rp. 72.400.000
LAMPIRAN 7 PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara 1

Hari / Tanggal : Sabtu / 6 Juni 2020

Informan : Bapak Jelisman ( Ketua Koperasi)

Tempat : Kantor KSU Uwai Barani

1. Apa saja produk yang dihasilkan KSU Uwai Barani?

Jawaban: “Produk yang dihasilkan KSU Uwai Barani terdiri dari produk

utama dan produk sampingan. Produk Utamanya yaitu Minyak Goreng

dan Minyak Murni (Virgin Coconut Oil) sedangkan untuk produk

sampingannya yaitu ampas kelapa, tempurung kelapa, dan bungkil

kelapa”.

2. Dimana saja produk tersebut dipasarkan?

Jawaban: “Untuk produk minyak goreng sudah dipasarkan ke luar pulau

sulawesi dan telah memiliki izin dari BPOM sementara untuk produk

VCO belum memiliki izin dari BPOM sehingga lingkup pemasarannya

hanya sekitar Prov. Sulbar saja. Adapun untuk produk sampingannya

dijual kepada pengusaha arang maupun peternakan”.

3. Apakah produk sampingan yang dihasilkan langsung dijual atau diolah

terlebih dahulu?

Jawaban: “Produk sampingan yang dihasilkan langsung dijual tanpa

diproses lebih lanjut. Untuk konsumennya kami telah memiliki

pelanggang tetap yang akan menjeput produk tersebut di Koperasi”


4. Apakah KSU Uwai Barani melakukan proses produksi setiap hari?

Jawaban: “Tidak. Kami hanya menargetkan untuk produk minyak goreng

1.200 liter/ bulan sementara untuk produk VCO 500 liter/bulan”.

5. Apakah jumlah produk sampingan yang dihasilkan selalu sama setiap

bulannya?

Jawaban: “produk sampingan yang dihasilkan tergantung dari bahan

bakunya sehingga jumlahnya kadang berubah-ubah, namun sejauh ini

jumlah rata-rata perbulan produk sampingan yang dihasilkan yaitu untuk

produk tempurung kelapa 900 karung, ampas kelapa 450 karung,

sementara untuk produk bungkil kelapa 450 kg.

Wawancara II

Hari/Tanggal : Sabtu/ 13 Juni 2020

Informan : Ibu Lisa Anugrah (Bendahara)

Tempat : Kantor KSU Uwai Barani.

1. Bagaimana KSU Uwai Barani mencatat pendapatan penjualan produk

sampingan pada laporan keuangannya?

Jawaban: “Selama ini pendapatan penjualan produk sampingan dianggap

sebagai penghasilan diluar usaha”.

2. Bagaimana KSU Uwai Barani dalam menentukan harga pokok produksi?

Jawaban: “Harga pokok produksi dihitung dengan cara menjumlahkan

biaya produksi yaitu terdiri dari biaya pembelian kelapa yang kami patok

dengan harga Rp 1.500/buah, biaya tenaga kerja yakni Rp.500.000/bulan ,

serta biaya solar dan biaya kemasan”.


3. Berapa biaya operasional seperti biaya air dan listrik, serta biaya reparasi

dan pemeliharaan?

Jawaban: “untuk biaya air sekitar kurang lebih Rp.150.000/bulan, untuk

pemakaian listrik masih menyatu dengan pemakaian rumah tangga milik

ketua koperasi kami hanya membayar jumlah yang tetap setiap bulan

Rp.100.000, sementara untuk biaya reparasi dan pemeliharaan adalah

biaya yang tidak terduga sehingga kami hanya menyisikan biaya sebesar

Rp.200.000/bulan”.

4. Bagaimana dengan perhitungan biaya penyusutan aktiva tetap?

Jawaban: “biaya penyusutan yang kami perhitungkan hanya biaya

kendaraan dan biaya mesin dengan penyusutan rata-rata 9%/ tahun,

sedangkan untuk alat-alat produksi kami tidak memperhitungkan

penyusutannya namun memperhitungkan biaya reparasi dan

pemeliharaannya saja”.

5. Bagaimana KSU Uwai Barani dalam menentukan harga jual produk?

Jawaban: “untuk harga jual kami hanya menetapkan berdasarkan harga

pasar dari produk yang kami hasilkan”.


LAMPIRAN 8 DOKUMENTASI KEGIATAN

Wawancara dengan Ketua KSU Uwai Barani

Wawancara dengan Bendahara KSU Uwai Barani

Foto Bersama Ketua Koperasi dan Pegawai Bagian Produksi


Proses Pemisahan daging kelapa dari tempurungnya

Proses Pemerasan Santan

Proses Penyaringan VCO


Proses Pemasakan Minyak Goreng

Pengemasan Produk Utama


Gambar Produk Utama KSU Uwai Barani

Minyak Goreng kemasan 600ml dan 5000ml

Minyak VCO Kemasan 250ml


Gambar Produk Sampingan KSU Uwai Barani

Ampas Kelapa

Tempurung Kelapa

Bungkil Kelapa
RIWAYAT HIDUP

Nuki Amala Sam, lahir di Lampa, Kecamatan Mapilli,

Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

pada tanggal 17 Maret 1998, sebagai anak kelima dari

enam bersaudara, merupakan buah kasih sayang dari

Ayahanda Muhammad Samil dan Ibunda Hardiningsih.

Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SDN 003 Lampa pada tahun 2004-

2010. Kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama

di MTs. DHI Guppi Mapilli pada tahun 2010-2013 dan Sekolah Menengah Atas

di SMK YPPP Wonomulyo pada tahun 2013-2016. Setelah berhasil

menyelesaikan studi pada jenjang Sekolah Menengah Atas, penulis melanjutkan

pendidikan Strata Satu (S.1) di Universitas Sulawesi Barat pada Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonom tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai