Anda di halaman 1dari 144

MONITORING PAJAK RESTORAN SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH


MELALUI PENGGUNAAN ALAT TAPPING BOX
DI BADAN PENDAPATAN DAERAH
KABUPATEN MAMUJU

SKRIPSI

RESKY VIVI ELFHITA


NIM: 105731132518

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2022
KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN:

MONITORING PAJAK RESTORAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN


PENERIMAAN PAJAK DAERAH MELALUI PENGGUNAAN ALAT
TAPPING BOX DI BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN
MAMUJU

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

RESKY VIVI ELFHITA


105731132518

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana


Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2022

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak

akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan

pernah melewatkanku (Umar bin Khattab)”

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada allah SWT atas ridho-nya serta karunianya sehingga

skripsi ini telah terselesaikan dengan baik

Alhamdulillah Rabbil’alamin

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang kuncintai

beserta seluruh orang yang ku sayangi dan almamaterku

PESAN DAN KESAN

Jangan jadi manusia yang amatir yang ingatannya hanya dipakai untuk

menyimpan dendam, lalu amnesia terhadap segala bentuk kebaikan

iii
HAALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

iv
HALAMAN PENGESAHAN

v
SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN

vi
HALAMAN PERNYATAAN

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat

yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Monitoring Pajak

Restoran Sebagai Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah

Melalui Penggunaan Alat Tapping Box Di Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Mamuju” Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

kedua orang tua penulis bapak Muh. Ramli. B dan Ibu Jusmani yang senantiasa

memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus. Dan

saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan

semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala

pengorbanan, serta dukungan baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah

diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah

mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan

di dunia dan di akhirat.

viii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang

setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Mira, SE.,M.Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Muhammad Nur Abdi, SE., MM, Selaku Pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

Skripsi selesai dengan baik.

5. Ainun Arizah., S. PD., M.Si, selaku Pembimbing II yang telah berkenan

membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan

ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Kedua orang tua saya Bapak Muh. Ramli. B dan Ibu Jusmani, beserta

adek-adek saya yang saya cintai dan segenap keluarga besar saya yang

telah memberikan semangat, motivasi dan bantuan moril maupun material

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

ix
9. Kepada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju Yang telah

meluangkan waktunya dan mengizinkan penulis dalam melakukan

wawancara.

10. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Akuntansi

Angkatan 2018. Terkhusus Ak 18H dan ASP4 yang selalu membersamai

dan memberikan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

11. Terimah kasih untuk semua kerabat dan teman yang tidak bisa saya tulis

satu per satu yang memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis

mampu merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para

pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya

demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 10 Mei 2022

Penulis

x
ABSTRAK

RESKY VIVI ELFHITA. 2022. Monitoring Pajak Restoran Sebagai Upaya


Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah Melalui Penggunaan Alat Tapping
Box Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju. Skripsi. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar. Dibimbing oleh : Pembimbing 1 oleh Bapak Muhammad Nur Abdi,
dan Pembimbing 2 oleh Ibu Ainun Arizah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan monitoring pajak


restoran sebagai upaya peningkatan penerimaan pajak daerah melalui
penggunaan alat tapping box di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan jenis
data primer dan data sekunder. Data yang diolah merupakan hasil wawancara
dengan pegawai BAPENDA Kabupaten Mamuju sebanyak 3 (tiga) orang. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data observasi, wawancara, dan
teknik dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) monitoring pajak restoran melalui


penggunaan alat tapping box didasari oleh kebijakan pembayaran pajak secara
self assement system yang mengakibatkan adanya kebocoran pajak, 2)
pelaksanaan monitoring yang dilakukan BAPENDA Kabupaten Mamuju terhadap
pajak restoran dengan memasangkan alat tapping box direstoran selanjutnya
melalui pengecekan di aplikasi, 3) dalam penerapan tapping box dapat
meningkatkan penerimaan pajak restoran yang menopang peningkatan realisasi
penerimaan pajak daerah, 4) kendala yang terjadi dalam pelaksanaan monitoring
pajak berypa kendala teknis dan non teknis, 5) Upaya menangani kendala teknis
yaitu: BAPENDA Kabupaten Mamuju memerintahkan untuk merekap manual
penjualan setelah bagus jaringan barulah wajib pajak menginput penjualan,
memerintahkan orang lapangan bersama tim IT untuk melakukan kunjungan
pengecekan alat yang rutin dilaksanakan tiap minggu. Upaya menanggulangi non
teknis yaitu: dengan memasangkan tapping box terlebih dahulu kepada restoran
yang berpotensi, melakukan sosialisasi pendekatan personal kepada wajib pajak,
dan memberikan surat teguran ataupun blangko hingga mengadakan satgas dan
memberikan sanksi yang paling berat.

Kata Kunci : Monitoring, Pajak Restoran, Tapping Box

xi
ABSTRACT

RESKY VIVI ELFHITA. 2022. Restaurant Tax Monitoring as an Effort to


Increase Regional Tax Revenue through the Use of the Tapping Box Tool at
the Regional Revenue Agency of Mamuju Regency. Essay. Department of
Accounting, Faculty of Economics and Business, University of
Muhammadiyah Makassar. Supervised by : Supervisor 1 by Mr. Muhammad
Nur Abdi, and Supervisor 2 by Mrs. Ainun Arizah.

This study aims to determine the implementation of restaurant tax


monitoring as an effort to increase local tax revenue through the use of the tapping
box tool at the Regional Revenue Agency of Mamuju Regency. This research is a
descriptive qualitative research using primary data and secondary data. The
processed data is the result of interviews with 3 (three) BAPENDA Districts Mamuju
employees. Data collection methods in this study were observation, interview data
and documentation techniques.

The results of the study show that, 1) monitoring of restaurant taxes through
the use of a tapping box tool is based on a self-assessment system tax payment
policy which results in tax leakage, 2) the implementation of monitoring carried out
by BAPENDA Districts Mamuju on restaurant taxes by installing a tapping box tool
in the next restaurant through checking at the restaurant. the application, 3) in the
application of the tapping box can increase restaurant tax revenue which
contributes to the increase in the realization of local tax revenues, 4) obstacles that
occur in the implementation of tax monitoring in the form of technical and non-
technical, 5) Efforts to deal with technical problems, namely: BAPENDA Districts
Mamuju ordered to recap the sales manual after the network was good, then the
taxpayer inputted sales, ordered field personnel and the IT team to conduct routine
inspections of equipment every week. Efforts to overcome non-technical matters
are: by first installing tapping boxes to potential restaurants, socializing a personal
approach to taxpayers, and giving warning letters or blanks to holding a task force
and providing the most severe sanctions.

Keywords : Monitoring, Restaurant Tax, Tapping Box

xii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL .............................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………...v

SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN……………………………………………...vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………....vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iviii

ABSTRAK .......................................................................................................... xi

ABSTRACT ....................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9

xiii
BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................................. 11

A. Tinjuan Teori............................................................................................. 11

1. Theory of reason action (Teori Aksi Beralasan) ...................................... 11

2. Pajak ...................................................................................................... 13

3. Pajak Daerah ......................................................................................... 18

4. Pajak Restoran ....................................................................................... 20

5. Monitoring .............................................................................................. 22

6. Tapping Box ........................................................................................... 25

B. Tinjauan Empiris/Penelitian Terdahulu...................................................... 29

C. Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 35

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 36

B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 36

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................................... 37

D. Jenis Sumber Data ................................................................................... 37

E. Informan ................................................................................................... 38

F. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 39

G. Teknis Analis Data .................................................................................... 40

H. Teknik Pengabsahan Data........................................................................ 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 44

A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 44

xiv
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 50

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 81

A. Kesimpulan ............................................................................................... 81

B. Saran ........................................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84

LAMPIRAN........................................................................................................ 85

xv
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penggunaan Tapping Box Di Kabupaten Mamuju Tahun 2019

– 2021 ............................................................................................... 4

Tabel 1.2 Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Restoran di Kabupaten

Mamuju Pada Tahun 2017-2018 ....................................................... 5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 29

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai PNS Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Mamuju ........................................................................................... 47

Tabel 4.2 Jumlah PNS Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

(Berdasarkan Jabatan dan Tingkat Pendidikan) .............................. 47

Tabel 4.3 Jumlah PNS Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

(Berdasarkan Golongan Atau Pangkat) ........................................... 48

Tabel 4.4 Daftar Beberapa Kunjungan Februari 2022 ..................................... 60

Tabel 4.5 Realisasi Pemasangan Tapping Box Tahun 2019-2021 .................. 67

Tabel 4.6 Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Restoran Kabupaten Mamuju

Tahun 2019-2021 ............................................................................ 68

Tabel 4.7 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Mamuju

Tahun 2019-2021 ............................................................................ 69

xvi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Alur Sistem Monitoring ................................................................ 24

Gamber 2.2 Proses Data Monitoring............................................................... 25

Gambar 2.3 Printer Data Capture ................................................................... 27

Gambar 2.4 Server Data Capture ................................................................... 28

Gambar 2.5 Topologi Server Data Capture..................................................... 28

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir ....................................................................... 35

Gambar 3.1 Langkah Dalam Analisa Data ...................................................... 41

Gambar 4.1 Aplikasi Monitoring Penerimaan Daerah Pada Sektor Pajak Hotel,

Restoran, Hiburan & Parkir ......................................................... 53

Gambar 4.2 TMD ............................................................................................ 54

Gambar 4.3 M-Pos ......................................................................................... 55

Gambar 4.4 Monitoring Laporan Transaksi Restoran...................................... 55

Gambar 4.5 Laporan Transaksi Restoran yang menggunakan TMD .............. 56

Gambar 4.6 Laporan Transaksi Restoran menggunakan M-Pos .................... 57

Gambar 4.7 Peta Monitoring ........................................................................... 58

Gambar 4.8 Mekanisme Kinerja TMD ............................................................. 63

Gambar 4.9 Mekanisme Kinerja M-Pos .......................................................... 64

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendapatan di Indonesia salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

Peran pajak sangat besar dalam mempengaruhi rancangan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya. Didalam APBN

tercantum rincian rencana penerimaan serta pengeluaran negara sejak

tanggal 1 Januari hingga 31 Desember di setiap tahun anggaran. APBN

berfungsi sebagai pedoman belanja dan pendapatan negara dalam

melaksanakan berbagai macam program dan kegiatan. Pajak memiliki

kontribusi paling besar dalam rancangan pendapatan dalam APBN. Dengan

kata lain, aktivitas dan program negara terutama kegiatan ekonomi tidak dapat

lepas dari peran pajak itu sendiri. Pajak yang dibayarkan nantinya akan

berkontribusi untuk kepentingan masyarakat.

Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara yang digunakan

untuk membiayai pengeluara-pengeluaran kegiatan pemerintah. Sesuai Pasal

1 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) menyebutkan

bahwa “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara yang sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.”

Jenis-jenis pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah.

Pajak pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang

dilaksanakan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak

yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Sedangkan pajak

1
2

daerah adalah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah yang

dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran daerah dengan tujuan untuk kemakmuran rakyat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menyatakan bahwa

pemungutan pajak daerah terbagi atas pajak provinsi dan pajak

kabupaten/kota dimana pajak kabupaten/kota terdiri dari; pajak hotel, pajak

restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral

bukan logam dan bantuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung

walet, pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan, Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah mewajibkan pemungutan pajak restoran

menggunakan self assessment yaitu suatu sistem yang memberikan

kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

memperhitungkan dan membayar sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai

dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Reformasi perpajakan daerah

terbaru dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91

Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan

Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak. Penerapan

self assessment system dalam pemungutan pajak restoran mengakibatkan

wajib pajak dituntut untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menghitung,

menyetor, melaporkan, dan menentukan kewajiban pajaknya sendiri kepada

petugas pajak. Akibat dalam penerapan ini banyak wajib pajak kurang patuh

dan jujur dalam menyetorkan pajaknya, bahkan terjadi kecurangan dalam

pelaporan pajaknya. Contohnya tidak melaporkan seluruh penghasilan ke kas


3

daerah, telat membayar pajak, dan masih banyak lagi akibat dari penerapan

self assement system. Mengingat kepatuhan merupakan faktor penting

penerapan self assessment system dalam peningkatan penerimaan pajak

yang salah satunya adalah lemahnya sistem administrasi. Maka dari itu,

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Direktorat Jenderal pajak (DJP)

salah satunya mengadakan penerapan sistem monitoring pelaporan

pembayaran pajak (MP3) secara online menggunakan perangkat tapping box

diseluruh Indonesia.

E-Monitoring yaitu sistem monitoring yang dilakukan secara online

dengan menggunakan perangkat bernama tapping box. Pelaksanaan

monitoring pajak restoran menggunakan tapping box sebagai alat yang

memproses data transaksi restoran secara real time. E-Monitoring dengan

perangkat tapping box ini dilakukan untuk pajak daerah yakni pajak hotel,

pajak restoran, pajak parkir, dan pajak hiburan. Namun di Kabupaten Mamuju

penggunaan alat tapping box hanya di berlakukan di hotel dan restoran.

Tapping box merupakan perangkat yang mirip seperti Electronic Data

Capture (EDC) dan akan mengirimkan data transaksi atau omset penjualan

secara online ke server yang terpasang di handphone atau computer petugas

yang berwenang di badan pendapatan daerah sehingga pihak badan

pendapatan daerah akan secara langsung mengetahui transaksi dan omset

setiap harinya di restoran tersebut.

Tahun 2019 Badan Pendapatan Derah Kabupaten Mamuju melakukan

pemasangan dan pemanfaatan tapping box untuk mengoptimalkan dan

memaksimalkan fungsi pengawasan dari Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Mamuju terhadap pajak restoran. Sistem penggunaan tapping box


4

pada restoran secara bertahap yang jumlahnya ditingkatkan. Pemasangan

alat tapping box pada tiap restoran yang ada di Kabupaten Mamuju bertujuan

untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah yang tentunya akan

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak, mempermudah proses perhitungan pajak

restoran sekaligus meminimalisir terjadinya kecurangan pelaporan oleh wajib

pajak. Pemerintah kabupaten Mamuju telah menerapkan sejumlah kebijakan

penggunaan alat tapping box yaitu Mobile Payment Online System (M-Pos)

dan Transaction Monitoring Device (TMD). Pemasangan alat ini kepada wajib

pajak restoran karena di dalam setiap transaksi penjualan terdapat hak

pemerintah sebesar 10% yang di bebankan ke konsumen.

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju menerapkan

penggunaan tapping box di bulan juli/agustus 2019. Sebelum penggunaan

alat ini terjadi kebocoran pajak restoran. Kebocoran pajak yang dimaksud

yaitu beberapa restoran yang memiliki tidak membayar pajak sesuai dengan

penghasilanya.

Tabel 1.1
Jumlah Penggunaan Tapping Box Di Kabupaten Mamuju Tahun 2019 –
2021
No Tahun Penggunaan Tapping Box Di
Restoran/Rumah Makan
1 2019 47 Unit
2 2020 59 Unit
3 2021 70 Unit
Jumlah 176 Unit
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju, 2021

Menurut penanggung jawab KPK Wilayah Sulawesi Barat Mohammad

Jonathan (2019) menilai pajak daerah kabupaten mamuju masih sangat minim

masuk ke kas daerah. Kabupaten Mamuju di Sul-Bar menjadi percontohan


5

inovasi pemungutan pajak lebih parah dari Polman dan Majene. Hal ini terjadi

karena adanya kebocoran pajak hiburan, restoran dan hotel. Oleh karena itu,

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusulkan segera memasang alat

perhitungan pajak di setiap daerah. Selanjutnya Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) memberikan evaluasi kepada pemerintah daerah yaitu BAPENDA untuk

mengadakan pemasangan dengan melaksanakan penerapan Sistem

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) menggunakan perangkat

tapping box.

Tabel 1.2
Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Restoran di Kabupaten Mamuju
Pada Tahun 2017-2018
No Tahun Jumlah Target Realisasi Keterangan
Restoran
1 2017 171 Rp. 1,900,330,245 Rp. 1,463,765,321 Tidak
Tercapai
2 2018 211 Rp. 2,550,310,964 Rp. 1,733,351,602 Tidak
Tercapai
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju, 2021

Bapenda Mamuju selama ini kesulitan untuk memperkirakan besaran

pajak yang disetor pemilik restoran. Pasalnya, omset yang didapat oleh wajib

pajak tidak pasti. Dengan tapping box setiap transaksi di restoran dapat

terukur, seperti halnya tingkat kepatuhan wajib pajak. Tingkat kepatuhan wajib

pajak restoran di kabupaten Mamuju relative rendah, hal ini dibuktikan dengan

data target dan realisasi wajib pajak restoran yang terdaftar di Badan

Pendapatan Daerah kabupaten Mamuju yakni pada tahun 2017 terdapat 171

restoran dengan realisasi pendapatan pajak restoran sebanyak Rp.

1,463,765,321 padahal target yang ditetapkan sebesar Rp. 1,900,330,245

yang berarti pada tahun tersebut terjadi ketidakcapean target dengan selisih
6

kekurangan sebanyak Rp. 436,564,924 atau setara dengan 22,97% dari

target yang telah ditetapkan.

Pada tahun 2018 terjadi penambahan jumlah restoran sebanyak 40,

namun pada tahun tersebut ini terjadi ketidakcapean target pendapatan pajak

restoran sebesar 32,03% atau setara dengan Rp. 816,959,362 padahal target

pada tahun tersebut adalah Rp. 2,550,310,964. Berarti pendapatan pajak

restoran hanya sebanyak Rp. 1,733,351,602. Penyebab tidak tercapainya

target pajak restoran kabupaten Mamuju ialah masih banyak wajib pajak yang

tidak jujur dalam membayar pajak dan tidak sesuai dengan omzet yang pelaku

usaha dapatkan sehingga terjadi kebocoran pajak.

Penulis memfokuskan penelitian di Pajak Restoran yang mencakup

rumah makan, cafe, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa

boga/catering karena kabupaten Mamuju sebagai ibu kota Sulawesi Barat

menjadi salah satu destinasi kunjungan bagi wisatawan dan juga pencari

kerja. Bentuk usaha restoran yang terus berkembang yaitu cafe, dikarenakan

seiring bertambahnya penduduk dan anak muda yang banyak menggemari

setiap harinya untuk kumpul dan menghabiskan waktu di tempat kumpul yang

keberadaannya semakin hari semakin banyak tersebar disetiap tempat di

Kabupaten Mamuju. Menurut Bupati Mamuju Hj. Sitti Sutinah Suhardi (2022)

yang menghadiri grand opening cafe mengaku semakin optimis terhadap

pertumbuhan ekonomi masyarakat yang dinilai semakin membaik, ditandai

dengan menggeliatnya berbagai jenis usaha termasuk cafe yang terus

memeriahkan berbagai sudut kota mamuju. Pembangunan pusat

perbelanjaan dan mayoritas para pengusaha akan tertarik menanamkan

saham atau berinvestasi serta berlomba-lomba untuk membuka usaha. Maka


7

dari itu sumber-sumber pajak daerah, khususnya dari pajak restoran tentunya

juga akan meningkat semakin besar pula pemasukan untuk pendapatan asli

daerah di kabupaten Mamuju.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada Bapak Syuaib, SE selaku

staf bagian koordinator pendapatan pajak restoran di Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Mamuju maka peneliti menyimpulkan terjadi fenomena

kebocoran pajak restoran. Kebocoran pajak yang dimaksud kurangnya

kesadaran masyarakat dalam hal pembayaran pajak restoran untuk

melaporkan pemasukan yang diterimanya yang mengakibatkan wajib pajak

tidak membayar pajak sesuai dengan penghasilannya. Sedangkan transaksi

penjualan terdapat hak pemerintah sebesar 10% yang dibebankan ke

konsumen dan pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang sangat

penting. Maka perlu dilakukan pengawasan atas pelaporan data transaksi

usaha wajib pajak melalui online system untuk optimalisasi penerimaan pajak

daerah. Untuk itu penulis tertarik meneliti pelaksanaan monitoring pajak

restoran melalui penggunaan tapping box. Tapping box atau alat perekam

transaksi keuangan yang merupakan bentuk amanat dari instruksi Kementrian

Dalam Negeri dan imbauan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk

melaksanakan reformasi tata kelola pajak dan optimalisasi penerimaan

negara dalam Intruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 dan Tahun 2017,

implementasi optimalisasi penerimaan negara dari penerimaan pajak dan non

pajak yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh

Awaluddin et al (2021) meneliti tentang “Penerimaan Pajak Daerah Kota


8

Bandar Lampung Sebelum dan Sesudah Penggunaan Tapping Box”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem elektronik tapping box

dapat meningkatkan jumlah wajib pajak baru untuk melaporkan pajaknya ke

kas daerah.

Kurniawan et al (2017) “Efektivitas Pelaksanaan Monitoring Pajak Daerah

Berbasis Sistem Informasi Pada Industri Perhotelan Di Kabupaten Bulelang”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) latar belakang pelaksanaan

monitoring pajak hotel adalah untuk mengawasi kepatuhan wajib pajak dalam

rangka penerapan self assessment system dalam pemungutan pajak, 2)

pelaksanaan monitoring pajak hotel ini belum berjalan dengan efektif apabila

dilihat dari nilai koefisien efektivitas yang menunjukkan nilai 33,33%, 3)

kendala yang terjadi dalam pelaksanaan monitoring pajak ini berupa kendala

secara teknis dan non teknis, 4) upaya yang dilakukan Badan Keuangan

Daerah (BKD) dalam menanggulangi kendala tersebut adalah dengan

melakukan sosialisasi dan pemberian penghargaan kepada wajib pajak.

Perbedaan penelitian terdahulu yaitu lokasi, subjek, fokus penelitiannya

yang berbeda berdasarkan kemampuan dan potensi yang dimiliki peneliti.

Penelitian yang dilakukan didetailkan pada penerapan penggunaan tapping

box sebagai monitoring/pengawasan pembayaran pajak pada restoran.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian

dengan judul “MONITORING PAJAK RESTORAN SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH MELALUI PENGGUNAAN

ALAT TAPPING BOX DI BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN

MAMUJU”.
9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana pelaksanaan

monitoring pajak restoran sebagai upaya peningkatan penerimaan pajak

daerah melalui penggunaan alat tapping box di Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Mamuju ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah

Untuk mengetahui pelaksanaan monitoring pajak restoran sebagai upaya

peningkatan penerimaan pajak daerah melalui penggunaan alat tapping box

di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan antara lain

1. Bagi Universitas

Penelitian ini menambah bahan untuk referensi mengenai

pengembangan teori yang berkaitan dengan pajak.

2. Bagi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

Hasil dari penelitian diharapkan dapat digunakan oleh instansi selaku

pihak yang menerapkan penggunaan tapping box dalam monitoring pajak

daerah terkhususnya pajak restoran sebagai masukan, dan tambahan

informasi dalam menyusun kebijakan-kebijakan baru pada tahun-tahun

berikutnya dalam monitoring penggunaan tapping box

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan wawasan

pengetahuan, dan informasi baik secara teori maupun praktiknya


10

mengenai Monitoring pajak restoran melalui penggunaan alat tapping box

di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju.

4. Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan,

pengetahuan, informasi, dan referensi yang dijadikan sebagai kajian dan

perbandingan penelitian yang relevan dengan permasalahan yang

sejenisnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori

1. Theory of reason action (Teori Aksi Beralasan)

Penelitian ini menggunakan teori aksi beralasan atau theory of

reason action karena teori ini mampu menjelaskan sikap atau perilaku

suatu individu dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Imeldi (dalam

Suardani:2017:3) Relevansi teori aksi beralasan dalam penelitian ini

adalah bahwa seseorang dalam menentukan perilaku dan niatnya

dalam melakukan suatu tindakan seperti melaksanakan kebijakan

monitoring pajak dipengaruhi oleh rasionalitas dalam

mempertimbangkan manfaat dari kebijakan monitoring serta

pengaruhnya terhadap lingkungan internal maupun eksternal yang

berkaitan dengan pembentukan norma subjektif yang mempengaruhi

keputusan perilaku.

Menurut Sari (2021:293) niat akan menentukan perilaku seseorang.

berdasarkan teori aksi beralasan niat perilaku adalah fungsi dari sikap

dan norma subjektif. Sikap terdiri atas kepercayaan tentang

konsekuensi melakukan perilaku dikali valuasinya akan konsekuensi

tersebut. Norma subjektif dilihat dari kombinasi ekspetasi, persepsi, dari

individual relevan atau grup bersama dengan keinginan untuk

memenuhi ekspetasi ini.

Menurut Sari (2021:294) Komponen dalam theory of reasond action

terdiri atas:

11
12

a. Niat/Intention/Intensi

Niat merupakan kecenderungan untuk bertindak dengan tujuan

yang berfungsi sebagai syarat untuk kesiapan individu untuk

melakukan perilaku. Secara umum, jika seseorang individu memiliki

niat untuk melakukan suatu tindakan, individu tersebut cenderung

untuk melakukan tindakan itu. Niat untuk melakukan suatu tindakan

dapat diukur dengan sikap perilaku, norma subjektif, dan control

perilaku yang dirasakan

b. Sikap / Attitude

Sikap adalah persepsi individu tentang perilaku (apakah

menguntungkan atau tidak menguntungkan). Sikap terhadap perilaku

mempertimbangkan pro dan kontra dari mengambil tindakan dan

mempertimbangkan konsekuensi dari mengambil tindakan. Secara

khusus, sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai sejauh mana

seorang individu mengevaluasi perilaku secara positif atau negatif.

Secara umum, semakin banyak orang percaya bahwa suatu tindakan

akan memiliki konsekuensi positif, semakin besar kemungkinan

mereka berniat untuk melakukan tindakan tersebut. Sebaliknya,

semakin banyak orang menilai perilaku tersebut memiliki

konsekuensi negatif, semakin besar kecenderungan mereka untuk

tidak berniat mengambil perilaku tersebut.

c. Norma Subjektif / Subjective Norm

Norma subjektif yaitu pada penilaian subjektif individu tentang

preferensi orang lain dan dukungan untuk berperilaku. Norma

subjektif merupakan keyakinan atau penilaian seseorang terhadap


13

bagaimana dan apa yang dipikirkan orang jika suatu tindakan

dilakukan dan dorongan bagi seseorang untuk mengikuti apa

pendapat orang lain.

d. Perilaku / Behavior

Perilaku adalah tindakan nyata yang benar-benar disengaja.

Individu menunjukkan niat dalam bentuk tindakan.

2. Pajak

a. Definisi Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahum 2009 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang Undang

Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan, menyatakan bahwa Pajak Adalah Kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Pajak ialah iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbalan (kontraprestasi)

yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

Pengertian pajak Menurut Mira et al (2021:Praktikum

Perpajakan:1) menyatakan bahwa:


14

Secara keseluruhan dapat disimpulkan pajak merupakan iuran


wajib bagi raktar, yang lahir dari kesadaran individual maupun
kelompok yang dikelola oleh Negara dengan tujuan yang mulia
yaitu kemakmuran rakyat dan kembali kerakyat.
b. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Melyanti (2019:25) ada tiga sistem pemungutan pajak,

yaitu Official Assesment System, Self Assesment System, dan With

Holding Assesment System.

1) Official Assesment System

Official Assement System adalah suatu system

pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak. Adapun ciri-ciri system ini adalah:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya jumlah pajak

terutang yang diberikan kepada pihak fiskus

b) Wajib pajak bersifat pasif dalam menghitung pajak yang

terutang

c) Utang pajak timbul setalah dikeluarkan Surat Ketetapan

Pajak (SKP) oleh fiskus

2) Self Assesment System

Self Assesment System adalah suatu system

pemungutan pajak yang memberikan wewenang dan

kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menentukan

sendiri besarnya pajak terutang. Adapun ciri-ciri system ini

adalah:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya jumlah pajak

terutang yang diberikan kepada wajib pajak yang


15

terutang, dimana fiskus hanya mengawasi dan tidak boleh

ikut campur.

b) Wajib pajak bersifat aktif dalam mengitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c) Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya dikeluarkan sebagai

produk hukum dari hasil pemeriksaan pajak oleh fiskus.

3) With Holding Assesment System

With Holding Assesment System adalah suatu system

pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang.

Adapun ciri-ciri system ini adalah wewenang untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga selain fiskus dan wajib pajak.

c. Teori Pemungutan Pajak

Menurut Thian (2021:26) Berikut adalah teori-teori yang

mendukung pemungutan pajak:

1) Teori Asuransi

Menurut teori ini, negara bertugas melindungi

keselamatan dan keamanan jiwa, harta benda, dan hak-hak

negaranya. Oleh karena itu warga negara harus membayar

pajak sebagai premi asuransi

2) Teori Kepentingan

Menurut teori ini pembayaran pajak didasarkan pada

kepentingan individu (masing-masing orang) yang diperoleh


16

dari negara. Semakin besar kepentingan seseorang

terhadap negara maka semakin tinggi pajak yang harus

dibayarkan.

3) Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya.

Artinya menurut teori ini pajak dibayar sesuai dengan daya

pikul masing-masing individu.

4) Teori Daya Bakti

Teori ini secara sederhana menyatakan bahwa warga

negara membayar pajak karena buktinya kepada negara.

Teori bakti disebut juga teori kewajiban mutlak.

5) Teori Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada penyelenggaran

kepentingan masyarakat dalam pemungutan pajak.

maksudnya pemungutan pajak berarti mengambil daya beli

dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara,

dan kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat

untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakt.

d. Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Thian (2021:29) Berikut adalah syarat-syarat yang

harus dipenuhi dalam pemungutan pajak:

1) Syarat Keadilan

Syarat pemungutan pajak yakni mencapai keadilan

yang pelaksanaan pemungutan pajak harus adil, yaitu

dikenakan kepada orang-orang pribadi yang sebanding


17

dengan kemampuannya untuk membayar (ability to pay)

pajak tersebut, dan sesuai dengan manfaat yang akan

diterimanya.

2) Syarat Yuridis

Pemungutan pajak harus didasarkan undang-undang

karena bersifat memaksa, di mana hak dan kewajiban Wajib

Pajak maupun petugas pajak harus diatur di dalamnya.

Pembayaran pajak harus seimbang dengan kekuatan atau

kemampuan membayar Wajib Pajak. Hal ini jaminan hukum

untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun

warganya.

3) Syarat Ekonomis

Yaitu bahwa dalam pemungutan pajak harus tetap

menjaga keseimbangan ekonomi, dalam arti tidak

mengganggu perekonomian dari Wajib Pajak.

4) Syarat Finansial

Sesuai fungsi budgetering, maka biaya pemungutan

pajak hendaknya lebih rendah dari jumlah penerimaan pajak,

agar ada penerimaan yang masuk ke kas begara atau kas

daerah.

e. Berdasarkan Wewenang Pemungutannya

Menurut Thian (2021:29) Berdasarkan wewenang

pemungutannya, pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:


18

1) Pajak Pusat atau Pajak Negara

Pajak pusat merupakan pajak yang wewenangnya

dipungut oleh pemerintah pusat, yang pelaksanaanya

dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat

Jendral Pajak dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara. Pajak pusat ini diatur dalam undang-undang dan

hasilnya akan masuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN). Pajak pusat atau pajak negara yang

berlaku saat ini adalah: Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Materai, dan Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan.

2) Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang wewenangnya

dipungut oleh pemerintah daerah, yang pelaksanaannya

dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah diatur

dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Terdiri

atas lima jenis pajak daerah provinsi dan sebelas jenis pajak

daerah kabupaten atau kota.

3. Pajak Daerah

a. Defenisi Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut dengan


19

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

b. Jenis-Jenis Pajak Daerah

Pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18

Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah

dengan Undang-Undang dengan Nomor 34 Tahun 2000 dan terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri atas lima jenis pajak daerah

provinsi dan sebelas jenis pajak daerah kabupaten atau kota.

Pajak Daerah Provinsi, meliputi:

1) Pajak Kendaraan Bermotor

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4) Pajak Rokok

Pajak Daerah Kabupaten atau Kota, meliputi:

1) Pajak Hotel

2) Pajak Restoran

3) Pajak Hiburan

4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan

6) Pajak Mineral Bukan Logan dan Batuan


20

7) Pajak Parkir

8) Pajak Air Tanah

9) Pajak Sarang Burung Walet

10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

4. Pajak Restoran

a. Defenisi Pajak Restoran

Disesuaikan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak

Daerah dan Retribusi Daerah dan UU No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan bahwa restoran adalah usaha jasa penyediaan

makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan

perlengkapan untuk proses pembuatan dan dikonsumsi ditempat

pelayanan maupun di tempat lain dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin warung, bar, dan

sejenisnya termasuk jasa boga/catering.

b. Nama, Objek, Dan Subjek

Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Pajak Restoran Pasal 2

1) Dengan nama Pajak Restoran atas pelayanan yang disediakan

restoran.

2) Objek Pajak Restoran Adalah Pelayan yang disediakan oleh

restoran.

3) Objek pajak restoran sebagaimana dimaksud ayat (2) meliputi

pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang


21

dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan

maupun ditempat lain.

Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Pajak Restoran Pasal 3

Tidak termasuk objek pajak restoran sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai

penjualannya tidak melebihi batas Rp. 1,500,000 / bulan.

Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Pajak Restoran Pasal 4

1) Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang

membeli makanan atau minuman dari restoran.

2) Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang

mengusahakan restoran.

c. Wajib Pajak

Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Pajak Restoran menyebutkan bahwa wajib pajak restoran

adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang undangan perpajakan daerah.

Secara garis besarnya, wajib pajak restoran adalah pengusaha

restoran yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang

dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaanya melakukan usaha

dibidang kuliner. Apabila disimpulkan, subjek pajak dan wajib pajak

restoran tidak sama. Konsumen yang menikmati pelayanan restoran


22

merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak

sedangkan pengusaha restoran bertindak sebagai wajib pajak yang

diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subjek

pajak) dan melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya.

d. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak

1) Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang

diterima atau yang seharusnya diterima restoran.

2) Tarif pajak restoran ditetapkan sebesar 10%

3) Besaran pokok pajak yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif dengan dasar pengenaan.

e. Jenis Sistem Informasi Perpajakan

Menurut Suardani et al (2017) menyatakan bahwa beberapa

jenis sistem informasi perpajakan adalah sebagai berikut:

1) E-registration (sistem pendaftaran WP dengan pengukuhan


PKP melalui internet yangbterhubung langsung secara online
dengan sistem DJP).
2) E-NPWP (aplikasi untuk mendaftarkan karyawan secara
massal).
3) E-Filling (aplikasi penyampaian surat pemberitahuan yang
dilakukan melalui sistem online dan real time).
4) E-SPT (aplikasi yang dibuat untuk digunakan oleh Wajib Pajak
dalam menyampaikan SPT secara online)
5) E-Payment (sistem pembayaran pajak yang dilakukan WP
secara online yang terhubung dengan tempat pembayaran).
6) E-Monitoring (sistem monitoring yang dilakukan secara online
dengan menggunakan perangkat bernama tapping box).

5. Monitoring

a. Pengertian Monitoring

Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi

dan memantau dalam rangka pengendalian komponen-komponen

program dalam jaringan seperti server dan client yang ditujukan


23

untuk mengetahui/mengamati perkembangan dari kebijakan yang

dilakukan (Tafonao, 2019:130).

Kegiatan monitoring lebih berfokus pada kegiatan yang sedang

dilaksanakan. Monitoring dilakukankan dengan cara menggali untuk

mendapatkan Informasi secara reguler berdasarkan indikator

tertentu, dengan maksud mengetahui apakah kegiatan yang sedang

berlangsung sesuai dengan perencanaan dan prosedur yang telah

disepakati. Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan

sedang berlangsung guna memastikan kesesuain proses dan

capaian sesuai rencana atau tidak. Bila ditemukan penyimpanan atau

kelambanan maka segera dibenahi sehingga kegiatan dapat berjalan

sesuai rencana dan targetnya.

b. Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Erni, Daly (dalam Pratama et al:2021:170), berdasarkan

fungsi dan perannya jenis-jenis pengawasan dapat dibedakan

sebagai berikut:

1) Pengawasan Internal dan Eksternal

Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan

oleh orang/unit/instansi/ yang ada didalam lingkungan unit

organisasi yang bersangkutan. Pengawasan eksternal adalah

pengawasan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada

diluar unit organisasi yang diawasi.

2) Pengawasan Preventif dan Refresif

Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan

terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakn


24

sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan atau

pelanggan. Pengawasan refresif adalah pengawasan yang

dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu

dilakukan.

3) Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat atau aktif dilakukan sebagai bentuk

pengawasan yang di laksanakan ditempat kegiatan yang

bersangkutan. Pengawasan jauh atau pasif yang melakukan

pengawasan melalui penelitian dan pengujian terhadap surat

surat pertanggungjawaban dan pengeluaran.

4) Pengawasan Kebenaran Formil Menurut Hak dan Kebenaran

Materiil Mengenai Maksud dan Tujuan Pengeluaran

Pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil

menurut hak (recmatighead) adalah pemeriksaksaan terhadap

pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak

kedaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya. Pengawasan

kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran

(doelmatigheid) adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran

apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran

tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.

c. Alur Sistem Monitoring Pajak Secara Online

Gambar 2.1
Alur Sistem Monitoring
Sumber : http://publishing-widyagama.ac.id
25

1) Capturing. Tapping box mencatat setiap transaksi yang

dikeluarkan oleh mesin kasir lalu dikirimkan ke Server melalui

jaringan GSM dalam bentuk RAW Data

2) Profiling & Parsing. Proses RAW Data berdasarkan Profile Struk

dan menghasilkan data text: id device, nomor wp, nomor struk,

waktu transaksi dan nilai transaksi. Data disimpan ke dalam

database transaksi

3) Monitoring. Proses data dari hasil parsing dan profiling

direpresentasikan dalam bentuk interface dashboard, report dan

alarm.

Gambar 2.2
Proses Data Monitoring
Sumber : http://publishing-widyagama.ac.id

6. Tapping Box

a. Defenisi Tapping Box

Menurut Naimi (dalam Raihan et al:2021:94) Tapping box adalah

alat perekam transaksi yang digunakan untuk membantu perekam

pajak, bentuknya kotak hitam agak Panjang menyerupai tape

recording. Menurut Firdaus (2020:94 dalam Raihan et al:2021:94)


26

Tapping box berguna untuk untuk melakukan monitoring pada setiap

transaksi usaha.

b. Fungsi Tapping Box

1) Pemasangan tapping Box di sektor pajak hotel, restoran, parkir,

dan hiburan, dengan adanya alat tersebut, pendapatan pajak

dari wajib pajak akan diketahui secara real time, alat tersebut

dikolaborasikan dengan mesin kasir si pemilik usaha (Larasati,

and Buga dalam Raihan et al:2021:94).

2) Tapping box dipasang untuk mencegah korupsi atau kecurangan

yang dilakukan wajib pajak dan mencegah kebocoran wajib

pajak, sehingga diperlukan kerjasama dengan pihak perbankan,

untuk melakukan pencatatan secara daring dan autodebet

(Firdaus, Larasati, and Buga dalam Raihan et al:2021:94).

c. Metode Pengambilan Data Transaksi

1) Printer Data Capture

Dipasang di Wajib Pajak yang pastinya mencetak

receipt/struk. Jika metode pengambilan data menggunakan

metode ini, maka Tim Teknis dari penyedia akan melakukan

survei ke setiap lokasi wajib pajak. Mekanisme pengambilan

Printer Data Capture alat ini dipasang diantara mesin kasir dan

printer, kemudian jenis ini akan menangkap dan merekam

segala data transaksi yang dilakukan Wajib Pajak, kemudian

data transaksi tersebut dikirimkan ke server Bapenda.

Berikut adalah ilustrasi mengenai mekanisme pengambilan

Printer Data Capture dapat dilihat melalui gambar berikut


27

Gambar 2.3
Printer Data Capture
Sumber : http://publishing-widyagama.ac.id

2) Server Data Capture

Dipasang di Wajib Pajak yang tidak selalu mencetak

receipt/struk. Jika metode pengambilan data menggunakan

metode server data capture tim teknis dari penyedia akan

berkordimasi lebih lanjut dengan Tim IT internal dari masing-

masing Wajib Pajak untuk membicarakan secara teknis

mengenai informasi data-data yang perlu disediakan atau

dikonfigurasi. Mekanisme pengambilan Server Data Capture

dipasang dan disinkronkan didalam jaringan LAN internal Seperti

Wajib Pajak Hotel/Resort. Kemudian Wajib Pajak menyediakan

akses Read Only ke database transaksi (production ataupun

staging). Informasi yang disediakan adalah: jenis database,

nama database, port, nama table, username dan password.

Berikut adalah ilustrasi mengenai mekanisme pengambilan

Printer Data Capture untuk alat TMD di restoran/rumah makan

dapat dilihat melalui gambar berikut.


28

Gambar 2.4
Server Data Capture
Sumber : http://publishing-widyagama.ac.id

Gambar 2.5
Topologi Server Data Capture
Sumber : http://publishing-widyagama.ac.id

d. Jenis Tapping Box

1) Tapping box aktif. Jenis tapping ini adalah tapping yang langsung

terhubung dengan server wajib pajak. sehingga transaksi yang

terekam dan terhubung ke dashboard Badan Pendapatan Daerah

adalah transaksi realtime.

2) Tapping box pasif. Jenis tapping ini tidak langsung dapat

terhubung ke dashboard Badan Pendapatan Daerah secara real

time, melainkan akan diperoses H+1.


29

3) Cash register. Adalah berbasis android tapping ini khusus untuk

wajib pajak yang tidak memakai komputer (sistem) dalam

transaksinya.

B. Tinjauan Empiris/Penelitian Terdahulu

Dari judul penelitian tentang penggunaan tapping box dalam

monitoring pajak restoran di badan pendapatan daerah Kabupaten

Mamuju, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang terkait

dengan judul tersebur disajikan dibawah ini.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul Metodologi
No Peneliti / Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Tahun
1. Gusti Ayu Efektivitas Penelitian ini Hasil penelitian ini
Purnamawati Pelaksanaan merupakan menunjukkan bahwa, 1)
, dan Putu Monitoring penelitian latar belakang pelaksanaan
Sukma Pajak Daerah kualitatif monitoring pajak hotel
Kurniawan/2 Berbasis deskriptif adalah untuk mengawasi
017 Sistem dengan kepatuhan wajib pajak
Informasi menggunakan dalam rangka penerapan
Pada Industri jenis data self assessment system
Perhotelan Di primer dan data dalam pemungutan pajak,
Kabupaten sekunder. 2) pelaksanaan monitoring
Bulelang Metode pajak hotel ini belum
pengumpulan berjalan dengan efektif
dalam penelitian apabila dilihat dari nilai
ini adalah koefisien efektivitas yang
dengan menunjukkan nilai 33,33%,
wawancara, 3) kendala yang terjadi
observasi, dan dalam pelaksanaan
Teknik monitoring pajak ini berupa
dokumentasi kendala secara teknis dan
non teknis, 4) upaya yang
dilakukan BKD dalam
menanggulangi kendala
tersebut adalah dengan
melakukan sosialisasi dan
pemberian penghargaan
kepada wajib pajak.
30

2. Ni Made Effect of Tax Metode Hasil analisis menunjukkan


Galih Masari Knowledge, pengambilan bahwa pengetahuan
dan I Wayan Service data yang perpajakan berpengaruh
Suartana/20 Quality, Tax digunakan positif terhadap kepatuhan
19 Examination, dalam penelitian wajib pajak daerah.
and ini Pemeriksaaan pajak
Technology menggunakan berpengaruh positif
of metode angket. terhadap daerah
Compliance kepatuhan wajib pajak.
Regional Tax teknologi ini memiliki efek
Mandatory positif pada wajib pajak
daerah.
3. AA Sagung Examination Teknik Hasil menunjukkan bahwa
Ary Nur and Use Tax pengambilan yang pertama sistem self
Arista dan Effect of Self sampel dalam assement berpengaruh
INyoman Assesment penelitian ini positif terhadap
Wijana Moderating menggunakan penerimaan pajak hotel.
Asmara Technology metode kedua pengujian
Putra/2019 System in purposive memperlemah pengaruh
Hotel Tax sampling, yaitu sistem self-assement
Revenue in pengambilan system terhadap
Denpasar sampel penerimaan pajak hotel.
berdasarkan
pertimbangan
atau kriteria.
Teknik analisis
data yang
digunakan
adalah uji
Moderated
Regresssion
Analysisi (MRA).
4. Marlia Eka Governmet Penelitian ini Hasilnya menunjukkan
Putri AT, Supervision dilakukan bahwa penggunaan
Nurmayani, On Tapping dengan tapping box dapat
Fenny Box Policy pendekatan meminimalisir terjadinya
Andriani/201 To Improve melalui metode kebocoran pajak restoran
9 Restaurant legislasi dan lain apalagi jika wajib pajak
Tax Payer lain dokumen restoran yaitu pengusaha
Compliance terkait yang restoran mau patuh
In Bandar berlaku di mengoperasikan mesin
Lampur bidang penyadap sepanjang
pengawasan waktu.
pemerintah
terhadap
kebijakan kotak
sadap aebagai
bahan hukum
yang akan
dianalisis
31

dengan metode
Hukum
Perpajakan dan
teori hukum
responsive.
5. Dewi Citra Evaluasi Pendekatan Dimana diperoleh hasil
Larasati, dan Kegiatan kualitatif bahwa kegiatan
Kresensia Pemasangan digunakan pemasangan tapping box
Egi Tapping Box dengan telah dilakukan oleh Badan
Buga/2020 Dalam menggunakan Pendapatan Daerah
Rangka interview, bekerjasama dengan Bank
Menunjang documentation, Jatim dan CV. Subaga.
Implementasi dan observation Bapenda telah
Pajak Online dalam merealisasikan 85% target
pengumpulan yang diminta oleh KPK
data. Dalam yaitu dengan melakukan
riset kebijakan pemasangan 210 alat
ini, peneliti tapping box pada wajib
menggunakan pajak restoran, hotel, parkir
teknik deskriptif dan tempat hiburan.
evaluative. Namun pencapaian ini
masih ditemui pula
beberapa permasalah yang
dihadapi seperti ketidak
singkronan database,
peralatan wajib pajak yang
tidak up to date, adanya
persaingan antar vendor
sehingga proses
konfigurasi tidak bias
segera dilakukan, tapping
printer yang tidak bias
digunakan dan minimnya
teknisi IT yang dimiliki oleh
CV Subaga.
6. Ishak Analisis Penelitian ini Hasil penelitian ini
Awaluddin, Penerapan merupakan menunjukkan bahwa
Ika Maya Sistem penelitian penerapan sistem
Sari, dan Elektronik deskriptif elektronik tapping box
Arbiyanto/20 Tapping Box kualitatif dengan dapat meningkatkan jumlah
20 Sebagai menggunakan wajib pajak baru untuk
Upaya jenis data melaporkan pajaknya ke
Meningkatka primer dan data kas daerah. Dimana,
n sekunder. dengan adanya tapping
Pendapatan Metode box wajib pajak
Daerah pengumpulan mendapatkan kemudahan
(Pada Badan data dalam fasilitas dalam melaporkan
Pengelola penelitian ini pajaknya. Selain itu, hasil
Pajak Dan adalah dengan penelitian ini juga
Retribusi Teknik menunjukkan bahwa
32

Daerah Kota wawancara dan penerapan sistem


Kendari) dokumentasi elektronik tapping box
dapat meningkatkan
pendapatan daerah kota
Kendari. Dengan adanya
penerapan sistem
elektronik tapping box
pemerintah kota Kendari
tidak lagi menggunakan
sistem penetapan yang
besar pajaknya sama
disetiap periode, sehingga
dengan tapping box
besaran pajakyang
dibayarkan menyesuaikan
sesuai dengan penghasilan
yang diperoleh wajib pajak.
7. Firdaus/2020 Inovasi Metode yang Hasil penelitian ini
Administrasi digunakan menunjukkan bahwa
Perpajakan metode kualitatif Pemerintah Kota Kendari
Dalam dengan telah membentuk
Optimalisasi pendektan kerjasama melalui Nota
Penerimaan deskriptif. Kesepahaman
Pajak Daerah (Memorandum of
(Studi Unsderstanding) dengan
Pemasangan Komisi Pemberantasan
Tapping Box Korupsi (KPK) pada Bidang
Pada Pajak Koordinasi, Supervisi dan
Hotel, Pencegahan (Korsubgah)
Restoran dan Bank Sultra. Salah
Dan Hiburan satu kesepakatan yang
Di Kota dibangun adalah
Kendari) kerjasama pemasangan
alat perekam pajak
(Tapping box) pada usaha
perhotelan, restoran, dan
hiburan.
8. Muhammad Penerimaan Penelitian ini Hasil penelitian ini
Raihan, Susi Pajak Daerah merupakan menunjukkan bahwa
Sarumpaet, Kota Bandar penelitian mixed terdapat perbedaana
dan Dewi Lampung methods signifikan penerimaan
Sukmasari/2 Sebelum (metode pajak restoran, hotel,
021 Penggunaan campuran) yang hiburan, dan parkir antara
Tapping Box menggunakan sebelum dan sesudah
pendekatan penggunaan tapping box.
kuantitatif dan Implementasi penggunaan
kualitatif. tapping box berjalan
Dimana analisis dengan baik dan dibuktikan
kualitatif penerimaan pajaka
sebagai restoran, hotel, huburan,
33

pendukung dan parkir tiap bulan


analisis meningkat. Jadi, dengan
kuantitatif menggunakan tapping box
akan memberikan
pengawasan kepada wajib
pajak sehingga kebocoran
pajak dapat diminimalisir
dan meningkatkan
pendapatan asli daerah
kota Bandar Lampung.
9. Ni Ketut Tapping Box Penelitian ini Hasil penelitian ini
Rasmini dan Application, menggunakan menunjukkan bahwa
Ni Putu Sri Quality pendekatan penerapan tapping box,
Harta Service, Tax kuantitatif dalam kualitas layanan, dan
Mimba/2021 Knowledge, bentuk asosiatif pengetahuan perpajakan
Tax Payer’s berpengaruh positif
Obedience terhadap kepatuhan Wajib
With Tax Pajak Hotel dan Restoran
Penalty As
Moderating
Variable
10. Aisyah Inovasi Metode Hasil penelitian ini adalah
Nurterra, dan Kebijakan penelitian yang pelaksanaan inovasi
Mayarni/202 Tapping-Box digunakan kebijakan tapping box
1 Dalam dalam penelitian dalam meningkatkan
Meningkatka ini adalah pendapatan pajak hotel di
n Pajak Hotel kualitatif Kota Pekanbaru masih
Di Kota deskriptif belum maksimal
Pekanbaru dengan Teknik dikarenakan terkendala
pengumpulan dengan keterbatasan
data antara lain jumlah tapping box yang
wawancara, ada.
observasi, dan
dokumentasi

C. Kerangka Pikir Penelitian

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju melakukan

pemungutan kepada wajib pajak restoran yang terdaftar di Bapenda, jenis

pajak ini termasuk dalam pajak daerah. Wajib pajak restoran melakukan

pelaporan pembayaran pajak secara online system yang langsung

terhubung oleh server Bapenda kabupaten Mamuju dengan penggunaan

alat tapping box.


34

Jenis tapping box yang digunakan untuk wajib pajak restoran di

Mamuju ada dua yaitu tapping box aktif yang langsung terhubung dengan

server wajib pajak sehingga transaksi yang terekam dan terhubung ke

dashboard Badan Pendapatan Daerah adalah transaksi realtime. Jenis

tapping box aktif yang digunakan yaitu TMD. Kedua tapping box cash

register adalah berbasis android tapping box ini khusus untuk wajib pajak

yang tidak memakai komputer (sistem) dalam transaksinya jenis tapping

box cash register yang digunakan yaitu M-Pos.

Peran tapping box sebagai monitoring akan merekam transaksi

penjualan harian wajib pajak restoran secara real time dan terhindar dari

kebocoran pajak yang dialami Bapenda. Monitoring melakukan

pengawasan dan memantau pengendalian program dalam jaringan seperti

server untuk mengetahui/mengamati perkembangan penggunaan tapping

box yang di terapkan di restoran apakah kegiatan sesuai dengan

perencanaan dan prosedur yang telah disepakati dan memastikan

kesesuain proses dan capain sesuai rencana atau tidak.

Tapping box bukan hanya merekam transaksi tetapi juga melakukan

sinkronisasi antara pajak yang terlapor oleh wajib pajak dan data penjualan

harian yang terekam oleh tapping box. Rekapitulasi penjualan harian wajib

pajak restoran yang terekam oleh tapping box dan pajak yang terlapor oleh

wajib pajak restoran akan dikoreksi kembali oleh pegawai BAPENDA

Kabupaten Mamuju sebagai monitoring.


35

Badan Pendapatan Daerah


Kabupaten Mamuju

Pemungutan Wajib Pajak Restoran Pajak Daerah


Yang Terdaftar Di Bapenda

Pelaporan Pembayaran Wajib Pajak

Tapping Box

Tapping Box Aktif Tapping Box Cash Register

Transaction Monitoring Mobile Payment Online


Device (TMD) System (M-Pos)

Monitoring

Peningkatan Pajak Daerah

Gambar 2.6
Kerangka Berpikir
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif, dimana penelitian dimulai dengan mengumpulkan dan

menyaring seluruh keterangan yang masuk secara menyeluruh dan detail

kemudian diuraikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas.

Menurut Hardani (2020:39) Penelitian kualitatif adalah penganut aliran

fenomenologis, yang menitik beratkan kegiatan penelitian ilmiahnya

dengan jalan penguraian (describing) dan pemahaman (understanding)

terhadap gejala-gejala sosial yang diamatinya dan mengumpulkan

data/informasi selengkap-lengkapnya sehingga memungkinkan bagi

peneliti bersifat kompleks serta memahami fenomena-fenomena tersebut

secara utuh.

Teknik analisis kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan,

menyusun dan menarik kesimpulan mengenai pelaksanaan monitoring

terhadap pajak restoran sebagai upaya peningkatan pendapatan

penerimaan pajak daerah melalui penggunaan alat tapping box, dan

kendala penggunaan alat tapping box.

B. Fokus Penelitian

Untuk membuat penelitian ini lebih terarah maka fokus (ruang lingkup)

dari penelitian ini adalah pelaksanaan monitoring pajak restoran sebagai

upaya peningkatan pendapatan penerimaan pajak daerah melalui

penggunaan alat tapping box dan kendala dalam penerapan tapping box.

Hal ini tentu saja didasarkan pada sebelum penggunaan alat tapping box

36
37

indikasi kebocoran pajak dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal

pembayaran pajak.

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi atau objek penelitian dilakukan di Badan Pendapatan Daerah

Jl. Ahmad Kirang No. 39, Kabupaten Mamuju (Sul-Bar). Waktu penelitian

kurang lebih dua bulan. 6 April – 6 Juni 2022.

D. Jenis Sumber Data

Data merupakan unsur penting dalam penelitian yang diperoleh

berdasarkan fakta yang relevansi dilapangan. Data yang digunakan dalam

penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Nurterra dan

Mayarni (2021:14) Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden

atau informan melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data

hasil wawancara yang kemudian harus diolah lagi. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel,

jurnal dan laporan keuangan, dan publikasi media massa. Sumber data

yang digunakan penelitian ada dua yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dengan mengumpulkan

sejumlah keterangan atau fakta melalui wawancara dengan karyawan

badan pendapan daerah dan restoran yang menggunakan tapping box

serta observasi langsung ke badan pendapatan daerah dan restoran

yang menggunakan tapping box jenis TMD dan M Pos .


38

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau lewan dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini berupa

rekapan jumlah restoran yang telah menggunakan tapping box jenis

TMD dan M Pos, dan realisasi pendapatan pajak restoran tahun 2017-

2021, realisasi penerimaan pajak daerah tahun 2019-2021, surat

edaran penggunaan alat transaksi elektronik secara online, surat

permintaaan penghapusan device, surat berita acara serah terima

barang, dan surat pencabutan alat perekam transaksi, dan berita acara

kunjungan.

E. Informan

Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang

mengetahui, memahami, dan wewenang penanganan monitoring pajak

khususnya pajak restoran di Badan Pendapatan Daerah.

1. Kasubid Pendaftaran, Penetapan dan Pemungutan Pajak dan

Retribusi Daerah

Bapak Irwan Surya, SE selaku kasubid pendaftaran, penetapan dan

pemungutan pajak dan retribusi yang memberikan informasi secara

umum mengenai monitoring tapping box di restoran dan hotel.

2. Kasubid Pengembangan dan Intensifikasi Pendapatan

Pak Alif, SE selaku kasubid pengembangan dan intensifikasi

pendapatan daerah yang memberikan informasi monitoring tapping

box dalam pajak restoran.


39

3. Staf Koordinator Pajak Restoran

Bapak Syaib, SE selaku staf bagian koordinator pendataaan pajak

restoran/rumah makan yang mengetahui berapa banyak yang telah

mengikuti penerapan monitoring alat tapping box serta data mengenai

penerimaan pajak sebelum dan setelah penggunaan alat monitoring

tapping box.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Lapangan

Menurut Hardani (2020:124) Observasi merupakan metode

pengumpulan data yang sistematis terhadap terhadap objek penelitian.

yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun observasi yang dilakukan adalah peneliti melakukan observasi

awal di kantor Badan Pendapatan Daerah terkait penggunaan tapping

box sebagai monitoring pajak restoran. Pengamatan ini dilakukan untuk

melengkapi data yang diperlukan dan sebagai bahan informasi atas

data penelitian.

2. Wawancara

Menurut Nurterra dan Mayarni (2020:14) Wawancara ialah tanya jawab

lisan antara dua orang atau lebih yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu secara langsung atau

percakapan dengan maksud tertentu. Teknik yang dilakukan yaitu

tanya jawab secara langsung dengan beberapa karyawan Bapenda

dan restoran sehubungan dengan penggunaan tapping box sebagai

monitoring
40

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan

mencatat data-data yang sudah ada. Menurut Hamidi (dalam

Suardani:2017:4) Teknik dokumentasi adalah informasi yang

didapatkan oleh peniliti dari objek penelitian berupa catatan penting

baik dari Lembaga ataupun organisasi maupun dari perorangan. Teknik

pengumpulan data dokumentasi ialah pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen. Teknik yang dilakukan penulis

yaitu melalui pencatatan dan pengcopyan atas data untuk

mendapatkan data sekunder yang mendukung penelitian ini.

G. Teknis Analis Data

Menurut I Made Whinarta (dalam Awaluddin:2020:136), metode analis

deskriptif kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas

berbagai kondisi, situasi dan berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil

wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi

di lapangan. Teknik analis kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan,

menyusun, dan menarik kesimpulan mengenai penerapan penggunaan

tapping box dalam monitoring pajak restoran. Dengan mengumpulkan data

secara kualitatif yang telah diperoleh dengan wawancara dan pengamatan

kemudian diuraikan dalam bentuk deskriptif secara pragmatis dengan apa

yang terjadi di lapangan, sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk

mencapai tujuan penelitian yang diinginkan.

Menurut Sekaran dan Bougie (2019:161) ada tiga langkah dalam analisis

data yaitu sebegai berikut:


41

Gambar 3.1
Langkah Dalam Analisa Data

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Resuksi data mengacu pada proses memilih, merangkum,

memfokuskankan, mengodekan, dan memilih dan memfokuskan data.

Pengkodian data (data coding) untuk secara bersamaan membangun

ide bagaimana data disajikan, seperti halnya menarik beberapa

kesimpulan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti

untuk melakukan pengumpulan data. Dalam mereduksi data, setiap

peneliti dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merujuk pada menentukan atau menyajikan dengan

cara yang teroganisasi dan singkat. Pemilihan kutipan, matriks, grafik,

dan bagan yang menunjukkan pola dalam data dapat membantu anda

untuk menarik kesimpulan pada akhirnya lebih mudah berdasarkan

pola dalam kelompok data yang direduksi.

3. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan untuk melihat hasil reduksi data tetap

yang mengarah pada perumusan pertanyaan yang didasari oleh tujuan


42

yang ingin dicapai. Data tetap tersebut ingin dibandingkan untuk

memperoleh jawaban atas pertanyaan yang ada.

H. Teknik Pengabsahan Data

Pengabsahan data adalah untuk menjamin atau memastikan secara

objektif bahwa semua yang telah diamati dan diteliti penulis sesuai dengan

data yang sesungguhnya dan memang benar-benar terjadi melalui

berbagai sumber, metode, atau teknik analisis.

Guna memperoleh tingkat keabsahan data penulis menggunakan

triangulasi, yaitu mengadakan perbandaingan antara sumber data yang

satu dengan yang lain. Menurut Meleong (2004:Edisi Revisi Metodologi

Penelitian Kualitatif:330) menyatakan bahwa:

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang


memanfaatkan yang lain. Diluar data itu berbentuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Menurut Meleong (2004:330) empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian

yaitu:

1. Triangulasi Data/Sumber (Data Triangulation)

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan

jalan:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.
43

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang

pemerintahan.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

2. Triangulasi Peneliti (Investigator Triangulation)

Triangulasi peneliti ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat

kepercayaan data.

3. Triangulasi Metodologis (Methodological Triangulation)

Triangulasi metodologis terdapat dua strategis:

a) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data.

b) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

4. Triangulasi Teoritis (Theoretical Triangulation)

Triangulasi teoritis dapat dilaksanakan dan hal ini dinamakan

penjelasan banding (rival explanation).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

Pada awal masa sebelum dibentuk Badan Pendapatan Daerah

(Bapenda) Kabupaten Mamuju, awalnya bernama Dinas Pendapatan

Daerah (Dipenda) Kabupaten Mamuju. Dimana Dipenda Kabupaten

Mamuju tergabung dalam satu OPD (Organisasi Perangkat Daerah),

yaitu dengan DPPKA (Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Aset). Namun seiring dengan kebutuhan peningkatan kinerja

pemerintah dan organisasi, maka DPPKA (Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset) Kabupaten Mamuju dipecah

menjadi dua OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yakni BPKAD

(Badan Pendapatan Keuangan Daerah).

Kemudian Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

merupakan restrukturisasi organisasi dimana pembentukan

kelembagaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju

Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat

Daerah Kabupaten Mamuju, maka Dinas Pendapatan Daerah

(Dipenda) Kabupaten Mamuju berganti nama menjadi Badan

Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Mamuju. Pengaturan lebih

lanjut mengenai Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

(Bapenda) mengacu pada peraturan Bupati Mamuju Nomor 2 Tahun

2018 tentang perubahan atas Peraturan Bupati Mamuju Nomor 47

Tahun 2017 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,

44
45

dan Tata Kerja Kerja Perangkat Daerah Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Mamuju. Badan Pendapatan Daerah merupakan unsur

pelaksana penyenglenggara pemerintah daerah dibidang pendapatan

daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan.

Waktu pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 13 – 23 April

2022 yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan

keadaan dan kondisi penulis serta jam kerja Badan Pendapatan

Daerah (Bapenda) Mamuju.

2. Visi dan Misi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

Visi

a. KREATIF. Pemerintah yang senantiasa melahirkan inovasi,

adapti terhadap kemajuan baik dari sektor pertanian,

perkebunan, peternakan, jasa dan pariwisata.

b. EDUKATIF. Penyelenggaraan Pendidikan yang dilakukan untuk

semua.

c. RAMAH. Kondisi social masyarakay yang mengedepankan

pendekatan agama, budaya serta kearifan social.

d. ENERGIK. Kondisi masyarakat Mamuju yang sehat, kuat dan

penuh semangat.

e. NYAMAN. Ketersediaan instruktur yang memadai di kota dan di

desa.

Misi

a. Menjadikan pajak sebagai sumber utama pendapatan daerah

b. Meningkatkan sistem pengelolaan pajak secara transparan dan

akuntabel
46

3. Tugas dan Fungsi Badan Pendapatan Daerah (Bapenda)

Kabupaten Mamuju

Badan Pendapatan Daerah mempunyai tugas membantu Bupati

dalam melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang

pendapatan daerah yang menjadi kewenangan daerah.

Badan Pendapatan Daerah dalam melaksanakan tugas

mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan dan pengembangan

pendapatan daerah:

b. Perumusan dan penyusunan kebijakan teknis pengelolaan

pendapatan daerah;

c. Monitoring dan sinkronisasi regulasi yang terkait dengan

pendapatan daerah;

d. Pengendalian dan evaluasi sistem administrasi pelayanan

pajak daerah dan retribusi daerah;

e. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dan dukungan teknis

pengelolaan pendapatan daerah;

f. Pemantauan. Evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas serta

dukungan teknis pengelolaan pendapatan daerah;

g. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang

urusan pemerintahan bidang Pengelolaan Pendapatan Daerah;

dan

h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Bupati.


47

4. Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia

Tabel 4.1
Jumlah Pegawai PNS Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Mamuju

No. Pegawai Jumlah (Orang)


1. Laki-laki 30
2. Perempuan 16
3. Jumlah 46
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

Jumlah pegawai PNS di Kantor Badan Pendapatan

Daerah adalah sebanyak 46 orang, dengan jumlah pegawai

laki-laki 30 (tiga puluh) orang, dan pegawai perempuan terdiri

atas 16 (enam belas) orang.

Tabel 4.2
Jumlah PNS Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Mamuju
(Berdasarkan Jabatan dan Tingkat Pendidikan)

Tingkat Pendidikan
No Jabatan SMA D3 S1 S2 Jumlah
1 Eselon I 0
2 Eselon II 1 1
3 Eselon III 3 1 4
4 Eselon IV 1 8 9
5 Non-Eselon 19 1 11 1 32
Total 19 2 22 3 46
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

Jumlah pegawai PNS Badan pendapatan Daerah

Kabupaten Mamuju berdasarkan dari jabatan dan tingkat

Pendidikan, terdiri atas 46 (empat puluh enam) orang.

Diantaranya adalah eselon II sebanyak 1 (satu) orang, eselon

III sebanyak 4 (empat) orang, eselon IV sebanyak 9 (sembilan)

orang, dan non eselon sebanyak 32 (tiga dua) orang.


48

Tabel 4.3
Jumlah PNS Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Mamuju
(berdasarkan golongan atau pangkat)

No Jabatan Jumlah Pegawai


PNS (Orang)
IV 2
III 25
II 19
Jumlah 46
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

Berdasarkan golongan/pangkatnya, PNS Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju terbagi menjadi 3

(tiga), yaitu pegawai golongan IV sebanyak 2 (dua) orang,

pegawai golongan III sebanyak 25 (dua puluh lima) orang, dan

pegawai golongan II sebanyak 19 (sembilan belas) orang.

b. Sumber Daya Finansial

1) Komposisi Umum Sarana Kerja

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju hingga saat

ini belum memiliki ruangan rapat tersendiri. Sehingga

berdasarkan pertimbangan kebutuhan, Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Mamuju masih membutuhkan 1 (satu)

ruang rapat, dan ruang arsip.

2) Komposisi pendapatan

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju memiliki

tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan di

bidang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


49

5. Struktur Organisasi

KEPALA BADAN

SEKRETARIAT

SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
UMUM,
KEUANGAN DAN
PERENCANAAN DAN
KEPEGAWAIAN
EVALUASI

BIDANG BIDANG
BIDANG
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN DAN
PENGELOLAAN
PENGEMBANGAN EVALUASI
PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG


PERUMUSAN TEKNIS PENDAFTARAN, PENGENDALIAN DAN
PERENCANAAN, PENETAPAN DAN EVALUASI PAJAK
INTENSIFIKASI DAN PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN
ANALISIS REGULASI DAN RETRIBUSI RETRIBUSI DAERAH
PENDAPATAN DAERAH

SUB BIDANG SUB BIDANG


ADMINISTRASI SUB BIDANG PENGELOLAAN DAN
PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN DAN PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI INTENSIFIKASI SISTIM INFORMASI
INFORMASI PAJAK DAN PENDAPATAN DAERAH PELAYANAN PAJAK
RETRIBUSI DAERAH DAERAH DAN
RETRIBUSI DAERAH

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG


PENYULUHAN, BIDANG PENDATAAN,
KONSULTASI DAN PELAPORAN PENETAPAN DAN
KOORDINASI PAJAK PENDAPATAN KEBERATAN PAJAK
DAN RETRIBUSI DAERAH DAN RETRIBUSI
DAERAH DAERAH

UPTD
50

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Monitoring Pajak Restoran

Kebijakan penerapan tapping box adalah adanya peraturan yang

mengharuskan semua jenis pajak untuk menggunakan sistem online.

Dalam rangka pelaksanaan pembayaran pajak yang dibayar sendiri

oleh Wajib Pajak (self assessment) sebagaimana diatur dalam Pasal 4

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010

Tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan

Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak, perlu dilakukan

pengawasan atas pelaporan data transaksi usaha wajib pajak melalui

online system untuk optimalisasi capaian Pendapatan Asli Daerah

(PAD) khususnya pada sektor Pajak Hotel/Wisma/Penginapan/Rumah

Kost, Pajak Hiburan dan Pajak Restoran/Rumah

Makan/Warung/Cafe/Warkop. Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Tim

Kopsurgah KPK RI dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju

pada tanggal 21 Maret 2019 bertempat di Ruang Rapat Bupati Mamuju,

maka diharapkan kesediaan wajib pajak untuk menggunakan alat

perekam transaksi (tapping box) sebagai alat pengawasan

pemungutan pajak 10% dari konsumen.

Menurut Bapak IS (tanggal 16 April jam 1 siang) dimana

wawancaranya disalah satu restoran. Mengungkapkan bahwa latar

belakang diterapkannya tapping box sebagai monitoring pajak restoran

adalah sebagai berikut:

“Latar belakangnya itu pada awalnya itu, kami mengadakan


pemungutan penetapan secara langsung hal hasil para audit
termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kelapangan untuk
memerintahkan kita untuk menggunakan alat monitoring untuk
51

peningkatan PAD. Kemudian dulu juga ditemui adanya ‘kebocoran’


Penerimaan Pajak Daerah pada tahun 2017 dan 2018 kalau tidak
salah ingat yah nah dari situ kami adakan alat ini, kan kamu sudah
liatkan penerimaan pajak tahun 2017 dan 2018 dimana targetnya
tidak sesuai dengan realisasi”.

Sehingga penulis menyimpulkan berdasarkan pernyataan dari

beberapa narasumber, observasi dan dokumentasi yang dilakukan dan

dari data realisasi pajak restoran pada tahun 2017-2018 terjadi

kebocoran pajak yang diakibatkan kurangnya kesadaran dan kejujuran

Wajib Pajak dalam melaporkan omzet sebetulnya. Tapping box juga ini

merupakan inovasi yang bertujuan menanggulangi tingkat kecurangan

yang dilakukan oleh para Wajib Pajak restoran.

Kebocoran pendapatan pajak restoran yang terjadi pada tahun

2017-2018 ini merupakan titik balik bagi BAPENDA Kabupaten Mamuju

untuk mengoptimalkan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah yang dapat

juga menopang Pendapatan Pajak Daerah, maka BAPENDA

Kabupaten Mamuju melaksanakan monitoring pajak restoran melalui

penggunaan tapping box berdasarkan imbaun dan usulan Supervisi

Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (KORSUPGAH KPK RI) dan

kerjasama antara pimpinan PT. Bank Sulselbar Cabang Mamuju.

BAPENDA Kabupaten Mamuju melaksanakan pengawasan tersebut

juga dikuatkan dengan dikeluarkannya surat edaran dari Bupati Mamuju

Provinsi Sulawesi Barat Nomor 009/1144/IVV/2019 perihal Penggunaan

Alat Perekam Transaksi Elektronik Secara Online kemudian diikuti surat

penyampaian dari Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju

Nomor: 940/280/VII/2019.
52

Berdasarkan observasi peneliti kebijakan penerapan tapping box

telah dilaksanakan terhadap wajib pajak restoran merupakan langkah

awal dalam kedisiplinan perpajakan secara online. Langkah berikutnya

dalam kebijakan tersebut adalah pembayaran pajak secara online (e-

payment) inovasi melalui tapping box. Namun, untuk menerapkan

tapping box kepada wajib pajak yang bertujuan untuk meningkatkan

kejujuran yang pada akhirnya diharapkan berdampak positif pada

peningkatan penerimaan pajak restoran tentu akan digunakan dalam

jangka panjang maka dari itu perlu juga di laksanakan monitoring

pengawasan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak IS (16 April

2022 jam 1 siang). Mengatakan bahwa:

“Jadi begini kami itu melakukan monitoring itu kita liat kan ini
menggunakan aplikasi jadi ketika kita memasang diwarung-warung
kita bisa proscek dikantor atau dimana saja termasuk KPK,
Keuangan, Inspektorat itu bisa liat. Kita liat alatnya ketika berwarna
merah, hijau kuning itukan ada. Ketika dia merah itukan tidak
digunakan alat itu ketika dia merah kita turun survey. Jadi tidak kita
harus jaga 24 jam disitu, kita hanya memonitoring aplikasi kalau
memang dia gunakan maka kita survey turun lapangan. Kita ajak,
bujuk bagaimana dia menggunakan alat itu. Warna merah kan tidak
digunakan alasannya biasanya apakah dia tutup kita tidak tau. Kan
bisa dilihat dari aplikasi, jadi gini sistem elektronik tapping box
didalamnya sudah ada ditanamkan aplikasi yang disebut dashboard
fungsi aplikasi ini adalah memantau secara keseluruhan aktifitas
wajib pajak dari aktifitas penjualan, jumlah pajak yang harus mereka
bayarkan, jumlah penghasilan, dan keaktifan alat ini dapat dipantau
dari komputer atau HP kami”.

Maka berdasarkan wawancara dari ketiga informan, observasi, dan

dokumentasi data yang diliat maka penulis menyimpulkan bahwa dalam

pemasangan monitoring ini langkah awalnya mereka turun langsung

selama seminggu untuk memonitor secara langsung penggunaan alat

tapping box, setelah itu mereka monitoring dengan data yang terhubung
53

keserver BAPENDA Kabupaten Mamuju. Upaya pengawasan

selanjutnya melakukan pengecekan melalui aplikasi yang diakses

melalui https://sulselbar.simpada.co.id/sulselbar-taxmonitoring/ yang

dimana pegawai BAPENDA Kabupaten Mamuju yang berwenang dalam

hal ini melakukan monitoring terus secara realtime sesuai himbaun dari

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan memasukkan user

admin. Gambarnya seperti berikut.

Gambar 4.1
Aplikasi Monitoring Penerimaan Daerah Pada Sektor Pajak
Hotel, Restoran, Hiburan & Parkir
Sumber: https://sulselbar.simpada.co.id/sulselbar-taxmonitoring/

Upaya pengawasan yang dilakukan oleh BAPENDA Kabupaten

Mamuju adalah dengan membuka aplikasi monitoring seperti yang

gambar 4.1 secara realtime dimana aplikasi tersebut dimana saja boleh

dicek oleh pegawai BAPENDA Kabupaten Mamuju termasuk KPK,

keuangan, dan Inspektorat.


54

Sistem elektronik tapping box ini dalam pelaksanaanya seluruh

penghasilan, maupun penjualan kena pajak dapat terpantau dan

disetorkan ke kas daerah. Adapun penerapan sistem elektronik menurut

pengamatan peneliti dalam hal transparansi data penjualan,

penghasilan, serta jumlah pajak yang nantinya wajib pajak bayarkan

yaitu:

a. Pertama wajib pajak akan diarahkan untuk menjalankan Tapping

Box di antara TMD atau M-Pos. kreteria penentuan tersebut

berdasarkan wawancara dan pengamatan untuk TMD minimal

sudah mempunyai komputer dan kasir, kemudian mempunyai

aplikasi keuangan seperti power pro pawon dan lainnya, dan dari

segi pendapatan restoran tersebut. Sedangkan untuk M-Pos bagi

mereka yang tidak mempunyai server dan aplikasi maka

dipasangkan tapping box M-pos. Berikut gambar TMD dan M-Pos

di restoran yang telah peneliti temui.

Gambar 4.2
TMD
Sumber: Restoran Ayam Penyet Ria Matos
55

Gambar 4.3
M-Pos
Sumber: Restoran Yummy

b. Kedua pihak BAPENDA Kabupaten Mamuju dapat memantau dan

melihat salah satu transaksi penjualan yang dilakukan oleh pihak

wajib pajak, pada tahap ini data wajib pajak akan ditampilkan dalam

bentuk laporan transaksi penjualan harian, bulanan, dan tahunan

yang akan masuk diaplikasi monitoring. Laporan transaksi ini yang

ada di tapping box dan terhubung ke server menjadi acuan bagi

BAPENDA Kabupaten Mamuju bahwa sekian pembayaran pajak

yang harus dibayarkan oleh wajib pajak tiap bulannya.

Gambar 4.4
Monitoring Laporan Transaksi Restoran
Sumber: https://sulselbar.simpada.co.id/sulselbar-taxmonitoring/
56

Seperti yang terlihat di gambar 4.4 dimana diaplikasi monitoring

BAPENDA Kabupaten Mamuju setelah pegawai memasukkan user

mereka maka tampilan awal seperti gambar tersebut, yang

didalamnya sudah ada laporan transaksi yang akan di monitoring

setiap waktu. Berikut laporan transaksi harian salah satu restoran

yang menggunakan Tapping Box TMD.

Gambar 4.5
Laporan Transaksi Restoran yang menggunakan TMD
Sumber: https://sulselbar.simpada.co.id/sulselbar-taxmonitoring/

Jelas terlihat pada gambar diatas bahwa data laporan

transaksi penjualan restoran (KFC) dari tanggal transaksi dan

jamnya terlihat secara realtime.


57

Gambar 4.6
Laporan Transaksi Restoran menggunakan M-Pos

Sumber: https://sulselbar.simpada.co.id/sulselbar-taxmonitoring/

Jelas terlihat pada gambar diatas bahwa data laporan

transaksi penjualan restoran (Yummy) dari tanggal transaksi dan

jamnya terlihat tidak realtime namun restoran berdasarkan data

pengamatan dan wawancara dari narasumber penginputan tetap

dilakukan disebabkan oleh beberapa kendala. Digambar nomor

41,42, dan 43 tetap melakukan penginputan dijam 12 malam

berdasarkan penjualan yang ada dalam hari itu.

c. Ketiga pihak BAPENDA Kabupaten Mamuju dapat memantau dan

melihat dari aplikasi kejujuran wajib pajak dalam menggunakan alat

tapping box. Dimana dalam aplikasi tersebut BAPENDA Kabupaten


58

Mamuju melakukan monitoring yang dapat dilihat dari peta yang

menunjukkan indikator lampu yang memiliki arti tiap warna. Apabila

lampu bewarna hijau maka alat tersebut aktif digunakan, lampu

bewarna kuning 3 jam tidak digunakan, lampu berwarna orange tiga

hari tidak digunakan, apabila lampu tersebut berwarna merah maka

4 hari tidak digunakan, dan lampu bewarna abu-abu belum aktif

(alat rusak atau WP yang ingin dipasangkan tapi ditunggu alatnya

datang).

Gambar 4.7
Peta Monitoring
Sumber: https://sulselbar.simpada.co.id/sulselbar-taxmonitoring/

Kepatuhan wajib pajak dalam menggunakan tapping box seperti

dari ungkapan narasumber diliat dari lampu yang terhubung keserver


59

BAPENDA Kabupaten Mamuju. Jika ditemui lampu bewarna merah

maka BAPENDA KABUPATEN Mamuju akan mendatangi atau

menghubungi restoran tersebut apakah alatnya rusak atau lain-lain.

Monitoring ini juga bisa berhasil dasarnya orang lapangan BAPENDA

Kabupaten Mamuju.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak S (tanggal 20

April jam 9 pagi), mengatakan bahwa:

“Pengawasannya makanya setiap minggu kita menstens dengan


TMD kita ada pengecekan dan kalau M-Pos tiap minggu juga.”

Dari hasil pengamatan peneliti betul bahwa setiap minggu

koordinasi lapangan bersama Tim IT dari Makassar melakukan

kunjungan pemeliharaan dan pengecekan sistem/perangkat yang

dikuatkan dengan adanya Surat Berita Acara Kunjungan. Diberita acara

tersebut ada catatan hasil kunjungan yang diperoleh tim pelaksana

lapangan.

Pelaksanaan penerapan tapping box sebagai monitoring pajak

daerah terhadap wajib pajak restoran sudah dikatakan tepat karena

sudah ada interaksi antara pelaksana kebijakan dalam hal ini restoran

dengan pembuat kebijakan. Interaksi dengan wajib pajak restoran

diadakan dengan cara melakukan sosialisasi kunjungan untuk

pengecekan alat dan lain-lain. Penjelasan mengenai beberapa

kunjungan yang pernah dilaksanakan oleh BAPENDA Kabupaten

Mamuju dijelaskan melalui tabel berikut:


60

Tabel 4.4
Daftar Beberapa Kunjungan Februari 2022
Tanggal Nama Alamat Hasil Kunjungan
Restoran
3 Februari Bangi Kopi Yos Sudarso Data tidak lengkap, koneksi
Mamuju dialihkan ke modem, dan
traik data dari tanggal 21
January kirim FTP soived
4 Februari Bigbar Yos Sudarso Sistem sudah di alihkan ke
Mamuju Moca.
14 Februari KFC Mamuju Sudirman Modem mati, reset modem,
VPN tidak aktif, Run VPN
Memori TMD full, tarik data
kirim FTP
15 Februari Level V Yos Sudarso Check kelengkapan data,
IT baru input data, IP server
berubah, set IP statistic,
back up data, des jan & feb
kirim FTP
17 Februari Coto Martadinata M-Pos Offline, wajib pajak
Parakaitte I tidak ingin diaktifkan tarik
sementara
21 Februari Nal Cafe K.S Tubun M-Pos Offline, pengunjung
sepi, edukasi WP untuk
aktifkan alat
21 Februari Cici Catering Jl. Martadinata M-Pos offline (lemot), alat
dialihkan dari aduan
kesamsung non aktif, up
date otomatis, edukasi
wajib pajak
22 Februari Sop Saudara Poros Sulawesi M-Pos Offline, Print tidak
koneks, edukasi wajib
pajak
22 Februari RM Sudirman M-Pos Offline, cas hilang,
Lamongan input hari ini, ubah
Mas Anto pengaturan tanggal
penginputan, edukasi wajib
pajak
23 Februari WR Mas Sudirman M-Pos Offline, akttifkan alat
Agung tes terakhir 27/11/22,
sinkronisasi data, edukasi
wajib pajak
23 Februari WR Mie Roso P. Malolo M-Pos offline, aktifkan alat,
edukasi data, input data
24 Februari RM. Yummy Yos Sudarso M-Pos Offline, aktif
digunakan sinkronisasi
data, edukasi wajib pajak
Sumber: BAPENDA Kabupaten Mamuju
61

Tabel 4.4 menunjukkan beberapa kunjuangan dalam penerapan

tapping box yang dilakukan oleh BAPENDA Kabupaten Mamuju kepada

wajib pajak restoran. Kunjungan yang dilakukan bertujuan untuk

melakukan edukasi berupa wawasan kepada wajib pajak pentingnya

tapping box dalam pembayaran pajak untuk mengoptimalkan dan

meningkatkan pendapatan pajak restoran sehingga dapat menopang

penerimaan pajak daerah, kemudian melakukan pengecekan dan

perbaikan dari alat tapping box. Tabel diatas menunjukkan monitoring

yang dilakukan BAPENDA Kabupaten Mamuju dan menunjukkan

bahwa interaksi yang dilaksanakan BAPENDA Kabupaten Mamuju

sebagai pembuat kebijakan dan wajib pajak sebagai pelaksana telah

memenuhi standar pelaksanaan.

Penggunaan tapping box Kabupaten Mamuju ada dua jenis yaitu

tapping box jenis TMD dan Jenis M-Pos. Berdasarkan pengamatan

penggunaan jenis M-Pos akan menimbulkan kecurangan karena sistem

alat ini wajib pajak sendiri yang menginput penjualan mereka melalui

alat tersebut berbeda dengan TMD yang alat ini langsung terhubung

kekasir atau aplikasi keuangan restoran yang digunakan. Segala

kecurangan akan tetap terjadi baik melalui penggunaan jenis M-Pos

ataupun TMD karena tidak ada yang menjamin kejujuran setiap wajib

pajak maka dari itu diperlukan pengawasan yang baik. Tapping box ini

digunakan untuk meningkatkan kejujuran wajib pajak selain itu juga

untuk mengetahui berapa pendapatan wajib pajak setiap perhari,

perbulan hingga pertahun. Alat monitoring online menggunakan tapping

box dijadikan sebagai sarana untuk pemeriksaan pembayaran tiap


62

bulannya. Apa bila BAPENDA Kabupaten Mamuju ingin menagih

pembayaran wajib pajak maka mereka akan melihat melalui aplikasi

kemudian petugas pajak pun akan memeriksa kebenaran pelaporan

wajib pajak dan BAPENDA Kabupaten Mamuju juga akan

membandingkan dengan pendapatan bulan lalu. Perlu diketahui awal

pemasangan ini BAPENDA Kabupaten Mamuju akan mengawasi

secara langsung di restoran selama satu bulan sehingga secara tidak

langsung pihak BAPENDA Kabupaten Mamuju akan mengetahui rata-

rata pendapatan mereka diluar itu jika terjadi selisih yang cukup banyak

maka BAPENDA Kabupaten Mamuju juga melihat kondisi dilapangan

pada saat itu karena pajak restoran ini juga banyak tidaknya pendapatan

dipengaruhi oleh berbagai hal.

Seperti yang di ungkapan Bapak NA (14 April jam 2 siang)

mengungkapkan bahwa:

“Kecuranganya misalnya ada pembeli ini kan kalau alat perekam itu
keefektifitas itukan diukur dari tingkat kejujurannya jadi kalau dia
tidak mencatat transaksi apa lagi yang M-Pos itu yang paling
berisiko ini karena mereka yang mencatat tidak sama dengan TMD
kan harus masuk ke server nya mereka jadi kami tanam diservernya
mereka. Kalau menurut saya mengurangi tindakan kecurangan
menggunakan M-Pos itu kan ada omset rata-rata jadi bisa
diklasifikasi oh warung A rata-rata pajaknya yang dibayar
kebapenda 1.000.000 paling dia itu naik sedikit atau turun sedikit itu
tidak masalah, tetapi kalau drastis turun itu kan jadi pertanyaan jadi
biasa petugas kesana petugas pengawasan untuk cek lokasi ada
apa pertama apakah tutup, kedua apakah alat, ketiga baru apakah
ada indikasi kesengajaan setelah itu kami langsung laporkan ke
satuan Polisi Pamong Praja dulu sempat memang dibentuk satuan
tugas tapi karena ada kekurangan dana mungkin covid kita semua
secara nasional makanya untuk sementara kami melapor secara
manual dulu jadi satgasnya. ”

Maka jika ditemui masalah seperti diatas tindakan yang dilakukan

adakan pengawasan dan melihat rata rata pendapatan. Perlu diketahui


63

bahwa alat ini dipasang untuk mengukur parometer potensi dan masih

banyak lagi fungsi dari alat ini.

Cara kerja monitoring pajak restoran menggunakan perangkat

tapping box TMD dan M-Pos terbagi menjadi dua yaitu secara aktif atau

dan secara cash register. Cara monitoring dengan tapping box secara

aktif dalam hal ini TMD yaitu dengan menghubungkan perangkat keras

yang digunakan oleh wajib pajak untuk menginput data-data transaksi

dengan tapping box yang disediakan oleh BAPENDA Kabupaten

Mamuju yang bekerja sama dengan Bank SulSelBar selaku vendor.

Tapping box tersebut berfungsi untuk melakukan merekam data-data

transaksi yang ada pada restoran kemudian hasilnya akan terkirim ke

database BAPENDA Kabupaten Mamuju. Berikut adalah alur monitoring

tapping box TMD.

Komputer/aplikasi keuangan
Wajib Pajak Restoran

Tapping Box merekam


transaksi penjualan Wajib
Pajak Restoran

Data Base BAPENDA


Mamuju

Laporan hasil perekaman


Tapping Box pajak restoran

Gambar 4.8
Mekanisme Kinerja TMD

Sumber: Pengamatan peneliti di Restoran


64

Selanjutnya adalah mekanisme tapping box jenis cash register yaitu

M-Pos adalah wajib pajak restoran menginput laporan transaksi

penjualan. Wajib pajak restoran membuat akun pelaporan pajak dan

medapatkan IP beserta Password untuk akun penjualan tersebut. Wajib

pajak akan melakukan pelaporan dengan memasukkan IP dan

Password untuk login ke server BAPENDA Kabupaten Mamuju,

kemudian wajib pajak akan menginput transaksi pembelian mereka

setiap saat, didalam tapping box M-Pos BAPENDA Kabupaten Mamuju

beserta Tim IT sudah membuat pelaporan keuangan sedemikian rupa

yang didalamnya sudah ada menu-menu makanan hingga harga yang

ada di restoran tersebut. Perbedaan tapping box TMD dan M-Pos

adalah, TMD secara otomatis akan merekam transaksi penjualan yang

ada di database wajib pajak. sedangkan tapping box, wajib pajak secara

manual menginput data transaksi penjualan harian mereka. Tapping

Box M-Pos ini merupakan berbasis Android. Berikut mekanisme kinerja

tapping box M-Pos:


M-Pos

Wajib Pajak Restoran secara manual


memasukkan data transaksi penjualan
harian

Data Base BAPENDA Kabupaten Mamuju

Laporan hasil perekaman Tapping Box


Restoran
Gambar 4.9
Mekanisme Kinerja M-Pos

Sumber: Pengamatan peneliti di Restoran


65

Adapun jenis monitoring atau pengawasan yang dilakukan oleh

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Mamuju adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan

sebelum suatu rencana atau kebijakan dilaksanakan. Tujuan

pengawasan ini adalah untuk mencegah terjadinya kesalahan

dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Bentuk pengawasan

preventif yang dilakukan BAPENDA Kabupaten Mamuju adalah

melalui cara sebagai berikut:

1) Menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan

sistem, prosedur, dan tata kerja

2) Membuat program kerja, dalam hal ini Anggaran Pengadaan

Perangkat Tapping Box

3) Menentukan tugas dan wewenang masing-masing orang yang

bertanggung jawab dalam pelaksanaan monitoring

4) Menetapkan sanksi terhadap wajib pajak yang melakukan

tindak kecurangan.

b. Pengawasan Represif

Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah

adanya pelaksanaan dari suatu rencana atau kegiatan. Tujuan dari

pengawasan ini adalah untuk menjamin kelangsungan suatu

rencana atau kegiatan agar hasilnya sesuai dengan yang

diharapkan. Bentuk pengawasan represif yag dilakukan oleh

BAPENDA Kabupaten Mamuju adalah sebagai berikut:


66

1) Membandingkan antara hasil kegiatan dengan rencana yang

telah ditetapkan. Dalam hal ini membandingkan antara

Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran setelah

pelaksanaan monitoring serta membandingkan antara tapping

box yang diterapkan dengan yang digunakan apakah berjalan

sampai saat ini.

2) Mencari penyebab terjadinya kendala-kendala dalam

pelaksanaan monitoring tersebut serta solusi dalam

menghadapi kendala yang ada.

c. Pengawasan Aktif

Pengawasan aktif atau dekat dilakukan sebagai bentuk

pengawasan yang dilaksanakan ditempat kegiatan yang

bersangkutan.

2. Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran sebagai Upaya

Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah

Pelaksanaan penerapan tapping box sebagai monitoring pajak

daerah dikatakan tepat apabila realisasi dilapangan sesuai dengan

yang direncanakan. Tentunya jika sesuai dengan rencana yang

ditetapkan maka akan meningkatkan penerimaan pajak restoran yang

akan berhasil meningkat penerimaan pajak daerah .


67

Tabel 4.5
Data Tapping Box Yang terpasang Tahun 2019-2021

Jumlah Jenis Tapping Keterangan


Tahun yang Box
terpasang TMD M-Pos Kondisi baik, Kurang
terpakai terpakai
realtime
2019 47 8 39 43 4
2020 59 15 44 41 18
2021 70 25 45 50 20
Sumber: BAPENDA Kabupaten Mamuju

Tabel 4.5 menunjukkan keterangan kondisi baik yang terpakai

secara realtime sedangkan kurang terpakai itu alat rusak atau jaringan

tidak bagus tetapi tetap melaporkan pendapatannya. Kondisi baik

menandakan perangkat tapping box yang dipasangi di wajib pajak

restoran dalam kondisi yang baik sehingga dapat dioperasikan.

Keterangan realtime menandakan wajib pajak restoran telah

melakukan pelaporan transaksi harian secara optimal, apabila wajib

pajak telah melakukan pelaporan secara realtime maka pemasangan

tapping box bisa dikatakan tepat. Keterangan alat rusak menandakan

perangkat tapping box yang dipasang di wajib pajak restoran dalam

kondisi yang tidak dapat dioperasikan. Keterangan rusak menandakan

server yang dimiliki oleh wajib pajak restoran tidak berfungsi yang

mengakibatkan wajib pajak tidak mengoperasikan tapping box.

Data pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa data tapping box

yang terpasang selama tahun 2019 sampai 2021 terjadi peningkatan

jumlah tapping box yang terpasang dari awalnya 47, kemudian 59

sampai 70. Namun dari tapping box yang terpakai tersebut jumlah

tapping box yang dalam kondisi baik dan terpakai secara real time di
68

tahun 2019 sampai 2021 bagus. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi

pemasangan tapping box sesuai dengan yang direncanakan dan

mendakan bahwa kebijakan penerapan tapping box sebagai monitoring

sesuai dengan rencana. Akan tetapi dari data tersebut ada sejumlah

tapping box yang tidak terpakai dari awalnya 4 kemudian 18 hingga

meningkat menjadi 18 hal tersebut disebabkan oleh kendala teknis dan

non teknis.

Meningkatnya pendapatan daerah dikarenakan adanya penerapan

tapping box. Salah satu fungsi diterapkan tapping box sebagai

monitoring pelaporan pembayaran pajak adalah untuk memantau wajib

pajak yang dalam pelaksanaanya wajib pajak tidak dapat memanipulasi

data penjualan maupun penghasilan. BAPENDA Kabupaten Mamuju

dalam penerapan tapping box diharapkan agar mendorong wajib pajak

melakukan pembayaran secara realtime atau sesuai dengan nominal

yang ada dilapangan, sehingga realisasi penerimaan pajak restoran

dapat meningkat. Dapat ditinjau dari tabel berikut

Tabel 4.6
Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Restoran Kabupaten
Mamuju Tahun 2019-2021

No Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Keterangan %


1. 2019 1.183.046.849 1.189.887.771 Tercapai 5,7%
2. 2020 1.873.000.000 1.997.497.991 Tercapai 6,6%
3. 2021 2.327.000.000 2.552.990.556 Tercapai 9,7%
Sumber: BAPENDA Mamuju
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa penerimaan pajak restoran

tahun 2019, 2020, dan 2021 selalu mencapai target dan terus

meningkat tiap tahunnya, hal ini merupakan suatu hal posisif yang

akan menopang penerimaan pajak daerah.


69

Realisasi penerimaan pajak restoran meningkat dan mencapai

target diharapkan berhasil menopang penerimaan pajak daerah.

Dapat ditinjau dari tabel berikut:

Tabel 4.7
Target dan realisasi Penerimaan Pajak Daerah
Kabupaten Mamuju 2019-2021

No Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Keterangan %


1. 2019 21.502.688.952 21.904.228.536 Tercapai 1,8%
2. 2020 34.315.019.748 25.915.030.836 Tidak 24,4%
Tercapai
3. 2021 32.061.920.046 33.517.268.129 Tercapai 4,5%
Sumber: BAPENDA Mamuju
Apabila dilihat secara keseluruhan, realisasi penerimaan pajak

daerah Kabupaten Mamuju mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun, walaupun sempat terjadi penurunan pada tahun 2020, terjadi

penurunan.

Target adalah batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai.

Dengan cara melihat, dan mendata potensi pajak pada suatu daerah.

Pencapaian target merupakan prestasi sendiri, sebab disinilah diliat

peran Pemerintah Daerah dalam keberhasilannya memanfaatkan

segala sumber daya yang tersedia, serta objek pajak, penagihan

pajak, sampai pada pengawasan kejujuran wajib pajak dalam

menyetorkan pajaknya.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dianalisis bahwa penerimaan pajak

daerah Kabupaten Mamuju sudah optimal dan keberhasilan

monitoring BAPENDA Kabupaten Mamuju melalui alat tapping box

sudah sesuai tujuan awal untuk meningkatkan kejujuran wajib pajak

yang akan menopang penerimaan pajak daerah yang salah satunya


70

dari pajak restoran. Hal ini diliat berdasarkan penerapan tapping box

sejak tahun 2019, 2020, dan 2021 realisasi penerimaan pajak selalui

tercapai dari target yang ditentukan dan juga mengalami peningkatan

penerimaan pajak daerah, meskipun pada tahun 2020 terjadi ketidak

capean target hal ini berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara

diakibatkan oleh covid-19 yang berdampak langsung pada

pendapatan restoran yang menurun. Perlu diketahui bahwa

penerimaan pajak daerah yang didalamnya termasuk restoran

tergantung dari omzet pemilik usaha. Sesuai penjelasan Bapak S

(tanggal 20 April jam 9 pagi) yang mengatakan:

“Untuk covid awalnya itukan ditahun 2020 bulan ke 3 masuk ke


bulan 4 sangat drastis turun untuk pendapatan daerah ditiap-tiap
usaha dan untuk masalah alat itu jarang terpakai bahkan ada yang
tutup dikarenakan adanya covid-19 setelah terus berjalan covid-19
itu pemerintah mengadakan PPKM mungkin disitu juga menurun
sekalipeningkatan untuk pajak daerah terus kemudian hari tahun
berikutnya kita dapat bencana lagi sudah ada perkembangan tapi
ada lagi gempa kalau tidak salah 6,3 disitu ada beberapa bulan dari
bulan 1-4 kalau tidak salah itu peningkatan minim sekali nanti
masuk dibulan 7 baru sedikit-sedikit ada peningkatan karna dari
bulan 2-4 itu dia masih perbaikan untuk usahanya. Jadi, dia fokus
untuk perbaikan usaha dulu setelah usahanya berjalan baru dia ada
peningkatannya maksudnya pembayaran dari usahanya masing-
masing”.

Perkembangan penggunaan tapping box juga diungkapkan oleh

Bapak NA (14 April jam 2 siang) menyatakan bahwa:

“Yah kalau untuk perkembangan pelaksanaanya memang sih dari


yang sebelum perbandingan menggunakan tapping box dan
dengan yang setelah digunakan tapping box memang agak
signifikan memang pendapatan kita.”

Dari tabel tersebut menunjukkan pemasangan tapping box yang

dioperasikan sejak 2019 hingga sekarang berhasil meningkatkan


71

penerimaan pajak daerah. Kebijakan penerapan tapping box sebagai

monitoring pajak daerah dinilai telah sesuai dengan permasalahan dan

kebutuhan yang ada jika ditunjukkan dari pernyataan pihak BAPENDA

Kabupaten Mamuju.

Dalam pelaksanaan monitoring pajak restoran melalui tapping box

sudah sesuai dengan masalah, yaitu diperlukan suatu pengawasan

atau monitoring atas pelaporan data transaksi usaha wajib pajak

melalui online system dan untuk meningkatkan kejujuran wajib pajak

dalam melaporkan pajaknya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam mengoptimalkan penerimaan

pajak suaru daerah, dapat diwujudkan dengan adanya kerja sama

antara Pemerintah Daerah, Badan Pendapatan Daerah, dan pemilik

restoran sebagai Wajib Pajak. Jika salah satu komponen tidak ada

atau kurang partisipasinya, maka peningkatan penerimaan pajak akan

menjadi sesuatu yang sangat sulit dan bahkan tidak mungkin

terlaksanakan.

3. Kendala yang Dihadapi Dalam Penggunaan Tapping Box

Kendala-kendala pasti terjadi dalam suatu kebijakan yang

diterapkan baik kendala diawal penerapan maupun saat penerapan

tidak menutup kemungkinan pasti terjadi. Terdapat banyak kendala

yang ditemukan dalam penerapan tapping box sebagai monitoring

wajib pajak restoran, hal ini ditemukan berdasarkan penelitian yang

dilakukan. Kendala tersebut dapat digolongkan menjadi kendala teknis

dan non teknis. kendala teknis berupa kendala yang datang dari
72

perangkat tapping box yang berhubungan dengan kebijakan tapping

box. Kendala non teknis adalah kendala yang terjadi diluar hambatan

teknis. kendala bukanlah hal yang baru dalam penerapan suatu

kebijakan. Kendala merupakan hal yang wajar terjadi. Kendala

merupakan sebuah tanda atau petunjuk bahwa sebuah kebijakan yang

berjalan belum sempurna untuk diperbaiki kembali.

a. Kendala Teknis

1) Server/Jaringan

Kendala yang sering dialami dalam monitoring pajak restoran

menggunakan alat tapping box yaitu jaringan yang tidak bagus hal

ini dirasakan oleh wajib pajak dan BAPENDA Kabupaten Mamuju.

Akibat yang dirasakan oleh BAPENDA Kabupaten Mamuju seperti

saat BAPENDA Kabupaten Mamuju memonitoring melalui aplikasi

terkadang akibat dari jaringan ini mereka tidak dapat membuka

aplikasi tersebut yang terhubung langsung ke tapping box yang

terpasang di wajib pajak restoran kemudian pelaporan dari wajib

pajak restoran juga menjadi tidak realtime sehingga pelaksanaan

pelaporan dari beberapa restoran lambat masuk ke server

BAPENDA Kabupaten Mamuju. Maka dari itu, kendala teknis yang

lebih sering muncul dalam kebijakan penerapan tapping box

kendala jaringan.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak IS (16 April jam 1)

“Kalau bicara kendala tergantung lagi dari aplikasinya


termasuk seperti kemarin jaringan kau liat kemarin lalod itu juga
biasa orang sudah mau pulang ini ditunggui lagi jadi salah satu
kendalanya dijaringan”
73

Kendala jaringan atau server mengakibatkan data pembelian

yang ada direstoran menjadi tidak realtime terutama pada Tapping

Box jenis M-Pos yang menggunakan tablet yang mengakibatkan

wajib pajak sendiri yang menginput penjualan mereka berbeda

dengan tapping box jenis TMD yang sistemnya terhubung dengan

kasir, komputer, dan aplikasi keuangan yang digunakan oleh

pemilik retoran.

2) Tapping Box Mengalami Gangguan Atau Kerusakan

Kendala teknis lain yang dirasakan berdasarkan pengamatan

seperti tapping box rusak, kertas print habis, modem mati, memori

full, cas tidak bagus, dan masih masih banyak lagi sehingga tidak

dapat difungsikan. Seperti yang diungkapkan Bapak S (tanggal 20

April jam 9 pagi) mengatakan bahwa:

“Yah kendalanya dari jaringan pada awalnya juga banyaknya wajib


pajak yang tidak bisa mengeporasikan alat yang telah dipasangkan.
alatnya rusak atau bagaimana, casnya tidak bagus atau bahkan
tidak mau terbuka aplikasinya sehingga tidak mau lagi dipakai, tapi
kalau masalah TMD dialatnya.”

b. Kendala Non Teknis

1) Penolakan Pemasangan Tapping Box

Pada awal pelaksanaan pemungutan pajak online ini,

permasalahan awal yang dihadapi adalah rendahnya kesadaran

wajib pajak untuk pemasangan tapping box bahkan terjadi

penolakan dengan berbagai alasan. Implementasi kebijakan

tapping box dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak semua wajib

pajak memahami mekanisme dan prosedur penggunaan alat

tapping box. Selain itu, dengan adanya implementasi pelaksanaan


74

pajak online, wajib pajak merasa usahanya seperti dimata-matai

sehingga membuat beberapa wajib pajak pada awalnya menolak

untuk melakukan pemasangan tapping box.

Seperti yang diungkapkan Bapak IS (16 April jam 1 siang),

“Yah jadi begini awalnya Namanya sesuatu yang baru kita mau
buka itu pasti ada benturan-benturan ada kendala-kendala
banyak sekali rintangan kendala segala macam. Ada juga yang
tidak mau tapi kita pelan-pelan coba bujuk kan kewajiban juga
bayar pajak. toh pajak juga dibebankan kepelanggan”.

Kendala yang berasal dari wajib pajak yang berupa

keengganan serta penolakan yang ditunjukkan dengan berbagai

alasan merupakan salah satu dari teori aksi beralasan (theory of

reason action) dimana teori ini menjelaskan sikap atau perilaku

suatu individu dalam melaksanakan kegiatan. Relevansi teori aksi

beralasan dalam penelitian ini adalah bahwa seseorang dalam

menentukan perilaku dan niatnya dalam melakukan sesuatu

tindakan seperti melaksanakan kebijakan penerapan tapping box

dipengaruhi oleh rasionalitas atau sikap dalam mempertimbangkan

manfaat dari kebijakan monitoring serta pengaruh terhadap

lingkungan internal maupun eksternal yang berkaitan dengan

pembentukan norma subjektif yang mempengaruhi perilaku

BAPENDA Kabupaten Mamuju dalam melaksanakan kebijakan

serta mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk menerima serta

menolak pelaksanaan kebijakan penerapan tapping box.

2) Terbatasnya Ketersedian Tapping Box

Kendala teknis lainnya yaitu terbatasnya ketersediaan tapping

box yang disediakan oleh pihak ketiga dalam hal ini Bank SulSelBar
75

selaku pihak ketiga atau vendor maka dari itu beberapa wajib pajak

yang dipasangi merasa tidak merata sehingga wajib pajak protes

terkait hal itu bahkan ada yang tidak menggunakan alat tersebut

dengan alasan adanya ketidakmerataan penggunaan tapping box.

Pada tahun ini permasalah ini yang selalui ditemui

Seperti yang diungkapkan Bapak NA(14 april jam 2 siang)

mengatakan:

“….karena ini diadakan oleh Bank Sulselbar jadi kami


menunggu kalau ada saya tidak apakah prosesnya disana
bagaimana karena kami disini meminta 58 pak tapping box
kami mau pasangi! Itu tidak serta merta kita minta langsung ada
itu kami takutkan ada kecemburuan antara pihak yang
dipasangi dengan pihak yang tidak terpasang”

3) Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)

kendala yang selanjutnya berdasarkan pengamatan kurangnya

sumber daya manusia (SDM) yang ada di BAPENDA Kabupaten

Mamuju untuk menjalankan monitoring terhadap pajak restoran

sehingga mereka bekerja diluar jam kerja seharusnya. Bahkan

kedepannya pihak BAPENDA Kabupaten Mamuju ingin adanya

pemerataan penggunaan alat ini sedangkan SDM yang dimiliki

BAPENDA Kabupaten Mamuju yang memonitor langsung

kelapangan dan memberikan sosialisasi jika terjadi kendala dalam

penggunaan alat ini hanya 3 orang dari BAPENDA Kabupaten

Mamuju dan 1 orang dari tim IT sedangkan wajib pajak restoran di

tahun 2019 sebanyak 138 restoran dan ditahun 2020 sebanyak 133

restoran, tentunya jika dilihat dari jumlah wajib pajak dengan SDM

BAPENDA Kabupaten Mamuju yang melakukan monitoring,


76

sosialisasi hingga pemungutan pajak terjadi ketidak seimbangan

tenaga kerja.

4. Upaya Menangani Kendala Penerapan Tapping Box

Ada beberapa upaya yang dilakukan BAPENDA Kabupaten

Mamuju dalam menangani kendala teknis dan non teknis dari

penerapan penggunaan alat tapping box.

a. Upaya Menanggulangi Kendala Teknis

1) Merekap Manual

Upaya menanggulangi jaringan atau server diungkapkan oleh

Bapak Syuaib selaku Koordinator Lapangan Pajak Restoran (20

April jam 9 pagi),

“Dari jaringan kami berikan perintah terutama M-Pos untuk


menulis manual dulu setelah bagus jaringannya barulah
diinput, dan kami juga sigap memberikan sosialisasi.”

Bentuk tanggung jawab BAPENDA Kabupaten Mamuju dalam

menanggulangi kendala teknis yang ada dijaringan atau server

dengan memerintahkan wajib pajak apabila dalam penggunaan

jaringan jelek maka BAPENDA Kabupaten Mamuju memerintahkan

untuk merekap manual sendiri dulu penjualan mereka setelah

bagus jaringan maka wajib pajak wajib menginput penjualan

mereka. BAPENDA Kabupaten Mamuju juga dalam menanggulangi

hal ini apa lagi tidak ada yang menjamin kejujuran maka langkah

mereka berdasarkan pengamatan peneliti selain memerintahkan

untuk merekap manual juga BAPENDA Kabupaten Mamuju akan


77

memperhatikan data yang mereka input melalui aplikasi dan

pertimbangan juga diliat dari kondisi lapangan yang sebenarnya.

2) Melakukan Perbaikan

Kemudian kendala teknis lainnya seperti alat rusak maka pihak

BAPENDA Kabupaten Mamuju akan memerintahkan orang

lapangan bersama tim IT untuk kunjungan perbaikan. Pihak

BAPENDA juga rutin tiap minggu untuk mengecek keadaan alat

bersama dengan Tim IT.

b. Upaya Menanggulangi Kendala Non Teknis

1) Melakukan Pendataan

Pada awalnya melakukan pendataan dimana restoran yang

berpotensi dan pendataan ini atas perintah Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK). Bagi warung yang berpotensi maka akan

dipasangkan tapping box setelah tingkat kejujurannya sudah bagus

dan BAPENDA Kabupaten Mamuju telah mengetahui rata-rata

pendapatan dari pengawasan atau monitoring maka alat tapping

box akan dipindahkan lagi ke restoran yang berpotensi. Namun,

dalam pemindahannya juga BAPENDA Kabupaten Mamuju tidak

serta merta dapat memindahkan diperlukan juga persetujuan dari

KPK, Bank SulSelBar, dan keputusan pemerintah daerah serta

hasis sampling dan tinjuan lapangan. Pemindahan alat atau

pencabutan alat diikuti dengan surat pencabutan alat perekam

transaksi atau surat permintaan penghapusan device yang

dikeluarkan oleh BAPENDA Kabupaten Mamuju untuk ditanda

tangani oleh wajib pajak.


78

Seperti yang diungkapkan Bapak IS (tanggal 16 april 2022 jam

1 siang)’

“… kita liat yang berpotensi kan bisa aja kita pasangkan warung
kecil kalau dia berpotensi kita bisa saja pasangkan seperti itu.
Ketika dia sudah lancar, mantap, apa segala macam, sudah
bagus, dan peningkatan kejujuran pengusaha sudah ada yah
sudah kita tarik alatnya kita kasi kewarung yang berpeluang.
Contohnya rata-rata dia bayar 1.000.000 kemudian dia bayar
1.500.000 oke ini sudah rata-rata nah warung sana coba lagi
kita pasangkan alat, seandainya sudah banyak alat nggapain
ditarik lagi. Mana lagi objek pajak baru kan rumah makan itu
hari ini di rame disana besok-besok di rame disini tidak
menentu juga, jadi yang berpotensi. Kuncinya PAD itu orang
lapangan. Pondasinya peningkatan PAD itu orang lapangan
karna dia tau kondisi.”

2) Melakukan Sosialisasi

Pihak BAPENDA Kabupaten Mamuju melakukan pendekatan

secara personal kepada wajib pajak restoran. Hal ini agar wajib

pajak restoran membuka fikiran dan memahami kepentingan

tapping box kemudian memberi pengertian bahwa pemasangan

tapping box ini dilakukan untuk kepentingan bersama

Seperti yang diungkapkan Bapak NA (14 April jam 2 siang)

mengungkapkan bahwa:

“Kalau sepanjang saya, kemarin sempat ikut waktu


pemasangan alat dibeberapa saya menyiapkan blangko tidak
setuju dan pihak Bank SulSelbar dan IT nya bawa blangko
pemasangan jadi kalau dia tidak setuju dipasangkan saya
sodorkan blangko tidak setuju dan setuju jadi begitu saya
perlihatkan rata-rata semua setuju dipasangi.

Petugas pajak merupakan mata rantai komunikasi antara

pemerintah dengan masyarakat sehingga petugas pajak

mempunyai kecakapan tersendiri antara masyarakat dengan cara

berkomunikasi dan berinteraksi dengan rasa saling percaya.


79

Kedekatan ini akan membuat wajib pajak patuh dan menuruti

terhadap apa yang menjadi kewajiban.

Petugas pajak mempunyai peran aktif dalam proses dan

pelaksanaan yang akan membawa kedekatan dengan masyarakat.

Kedekatan ini yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa simpati

yang menghasilkan kepercayaan dengan masyarakat khususnya

wajib pajak. Hal ini pada akhirnya akan bermanfaat dan

berpengaruh terhadap pembayaran pajak di Kabupaten Mamuju

jika dilaksanakan pendekatan kepada masyarakat secara

maksimal. Arti maksimal disini secara rutin dan menyeluruh,

sehingga seluruh masyarakat mengetahui pentingnya Pajak

Daerah bagi pembangunan daerah.

3) Dibentuknya Tim SATGAS (Tim Satuan Tugas)

Tim satgas berfungsi untuk melakukan pengawasan

dilapangan terkait tindak kecurangan dalam penggunaan tapping

box selain itu SATGAS juga melakukan pendataan wajib pajak baru

dengan rutin,yakni sekali dalam sebulan. Jika ditemui kecurangan

dan lain sebagainya sanksi yang diberikan dari surat teguran,

mengadakan SATGAS, hingga menutup tempat usahanya

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak S (20 April jam 9

pagi),

“Agar mereka patuh untuk kedepannya kami adakan satgas.


Satgas itu tim untuk pengawasan dilapangan artinya
pemberitahuan untuk dilapangan seperti kepolisian, kejaksaan,
Pamong Praja dan orang-orang BAPENDA. Biasanya surat
teguran kalau sampai tetap tidak mau biasanya sampai paling
berat kami menutup tempat usahanya.”
80

Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang masih terkait

dengan tema yang penulis kaji yaitu Penelitian yang dilakukan oleh

Kurniawan et al (2019) menghasilkan temuan bahwa latar belakang

pelaksanaan monitoring pajak hotel adalah untuk mengawasi

kepatuhan wajib pajak dalam rangka penerapan self assessment

system dalam pemungutan pajak, pelaksanaan monitoring tersebut

ternyata belum efektif dikarenakan monitoring pajak ini memiliki

berbagai kendala baik teknis maupun non teknis oleh karena itu upaya

yang dilakukan Oleh BKD Daerah Kabupaten Buleleng adalah dengan

menanggulangi kendala tersebut dengan melakukan sosialisasi dan

pemberian penghargaan kepada wajib pajak.

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan

memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu

penelitian terdahulu data yang menjadi acuan adalah industri

perhotelan yang ada di Kabupaten Buleleng sedangkan dalam

penelitian ini data yang menjadi acuan adalah restoran di Kabupaten

Mamuju dengan temuan bahwa latar belakang pelaksanaan monitoring

pajak restoran adalah adanya kebijakan pembayaran pajak secara self

assement system, pelaksanaan monitoring melalui pengecekan

aplikasi, dalam penerapan tapping box ini dapat meningkatkan

penerimaan pajak daerah, namun dalam penerapan ini memiliki

beberapa kendala teknis dan non teknis.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Monitoring pajak restoran melalui penggunaan alat tapping box didasari

olek kebijakan pembayaran pajak secara self assement system yang

mengakibatkan adanya kebocoran pajak. Maka dari itu adanya himbaun

dan usulan dari Supervisi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi

(KORSUPGAH KPK RI) bekerja sama dengan Bank SulSelBar selaku

pihak ketiga atau vendor yang menyediakan tapping box untuk

menggunakan alat tapping box di restoran.

2. Pelaksanaan monitoring atau pengawasan yang dilakukan BAPENDA

Kabupaten Mamuju terhadap pajak restoran dengan memasangkan alat

tapping box direstoran selanjutnya dengan melakukan pengecekan di

aplikasi https://sulselbar.simpada.co.id/sulselbar-taxmonitoring/

3. Dalam penerapan tapping box dapat meningkatkan penerimaan pajak

restoran yang menopang peningkatan realisasi penerimaan pajak

daerah, yang mana sebelum penggunaan alat ini terjadi kebocoran

pajak yaitu penerimaan pajak atau realisasi pajak tidak sesuai dengan

target yang yang ditetapkan. Namun sejak diterapkan dari tahun 2019,

2020, dan 2021 penerimaan pajak restoran selalu mencapai target dan

meningkat setiap tahunnya.

81
82

4. Kendala yang dihadapi ada dua yaitu kendala teknis dan non teknis.

kendala teknis seperti: jaringan/server jelek, alat rusak, dan gangguan

pada software atau hardware sehingga tidak dapat digunakan, hingga

tidak pahamnya wajib pajak pada awalnya terkait mekanisme prosedur

penggunaan alat ini. Kendala non teknis yaitu: terbatasnya ketersediaan

tapping box, adanya penolakan pemasangan pada awal dimulainya

kebijakan ini hingga saat ini, kemudian akibat ketidak merataan terjadi

protes, kecurangan, dan kurangnya SDM untuk menjalankan monitoring

pajak restoran.

5. Upaya menangani kendala teknis yaitu: BAPENDA Kabupaten Mamuju

memerintahkan untuk merekap manual penjualan setelah bagus

jaringan barulah wajib pajak menginput penjualan, memerintahkan

orang lapangan bersama tim IT untuk melakukan kunjungan

pengecekan alat yang rutin dilaksanakan tiap minggu. Upaya

menanggulangi non teknis yaitu: dengan memasangkan tapping box

terlebih dahulu kepada restoran yang berpotensi, melakukan sosialisasi

pendekatan personal kepada wajib pajak, dan memberikan surat

teguran ataupun blangko hingga mengadakan satgas dan memberikan

sanksi yang paling berat.

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian yaitu

1. Bagi BAPENDA Kabupaten Mamuju sekiranya tahun 2021 hingga

kedepannya ada pemerataan penggunaan alat bagi wajib pajak restoran.

2. Kemudian adanya penambahan SDM yang akan ikut mmebantu

mengurus perangkat tapping box. Tidak hanya sekedar banyak tetapi


83

juga berkualitas terutama yang memahami teknologi dan punya daya

analis.

3. Bagi wajib pajak kedepannya bisa lebih terbuka dengan inovasi yang

dikembangkan pemerintah dalam upaya peningkatan pendapatan daerah

untuk kepentingan sosial. Saran lainnya adalah agar wajib pajak bisa

selalu membayar pajak tepat waktu

4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan adanya pengembangan penelitian

penggunaan tapping box tidak hanya dipajak restoran tetapi juga di hotel,

restoran, hiburan dan hotel.


DAFTAR PUSTAKA

Arista, A.S.A.N., dan Putri, I.N.W.A. 2019. Examination and Use Tax Effects of Self
Assessment Moderating Technology System in Hotel Tax Revenue In
Denpasar. Research Journal of Finance and Accounting. Vol. 10, No. 5, 2019.
ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online)
Awaluddin, I., Sari, I.M., dan Arbiyanto. 2020. Analisis Penerapan Sistem
Elektronik Tapping Box Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Daerah
(Pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Kendari). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan (JAK). Vol. 5 No. 2, Tahun 2020. Page 133-145. e-
ISSN: 2088-4656
Thian, A. 2021. Hukum Pajak. Edisi satu. Andi : Yogyakarta
Firdaus. 2020. Inovasi Administrasi Perpajakan Dalam Optimalisasi Penerimaan
Pajak Daerah (Studi Pemasangan Tapping Box Pada Pajak Hotel, Restoran
Dan Hiburan Di Kota Kendari). Jurnal Ilmiah Administrasi Bisnis Dan Inovas
(JIABI). Vol. 4 No. 2, Tahun 2020. Hal 143–161.
Hardani et al. 2020. Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. CV. Pustaka
Ilmu: Yogyakarta
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tentang
Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya. 2013. Jakarta
Selatan: Direktorat Jenderal Pajak
Larasati, D. C., dan Buga, K. E. 2020. Evaluasi Kegiatan Pemasangan Tapping
Box Dalam Rangka Menunjang Implementasi Pajak Online. In Conference on
Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH). Vol 3
No 1. Hal 155–166. ISSN Cetak 2622-1276. ISSN Online 2622-1284
Mamujukab. 2022. Geliat Kafe Terus Berkembang Bupati Optimis Ekonomi
Mamuju Terus Bangkit. (http://mamujukab.go.id/geliat-usaha-cafe-terus-
berkembang-bupati-optimis-ekonomi-mamuju-terus-bangkit/, diakses 21
Januari 2020)
Masari, N. M. G., dan Suartana, I. W. 2019. Effect of tax knowledge, service quality,
tax examination, and technology of compliance regional tax mandatory.
International Research Journal of Management, IT and Social Sciences. Vol
6 No 5, pages: 175-183. ISSN: 2395-7492
Melyanti, S., Hasan, M., dan Dinar, M. 2019. Buku Saku Ekonomi Berbasis Mind
Mapping Perpajakan. UNM: Makassar
Mira et al. 2021. Praktikum Perpajakan. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. LPP
Unismuh: Makassar
Moleong, Prof.,DR.,L.,J.,M.,A. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung
Nurterra, A., dan Mayarni. 2021. Inovasi Kebijakan Tapping-Box Dalam
Meningkatkan Pendapatan Pajak Hotel Di Kota Pekanbaru. Jurnal
Administrasi Publik & Bisnis (JAPaBIS). Vol. 2 No. 2, Agustus 2020. Hal 10–17

84
85

Pedoman Umum Pajak Daerah Dan Retribusi Derah. 2019. Jakarta: Direktorat
Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis
Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau
Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak
Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pajak
Restoran
Pratama, C., et al 2021. Dasar Ilmu Manajemen. Media Sains Indonesia: Bandung
Putri, M.E.A.T., Nurmayani., dan Andriani, F. 2019. Government Supervision on
Tapping Box Policy To Improve Restaurant Tax Payer Compliance In Bandar
Lampung. University of Lampung BLU DIPA. Hal 1–7
Raihan, M., Sarumpaet, S., dan Sukmasari, D. 2021. Penerimaan Pajak Daerah
Kota Bandar Lampung Sebelum Dan Sesudah Penggunaan Tapping Box.
IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita. Vol 10 No 1, Juni 2021. Hal 91–
108. pISSN 2303-3568. eISSN 2684-8228
Rasmini, N.K., dan Mimba, N.P.S.H. 2021. Tapping Box Application, Quality
Service, Tax Knowledge, Tax Payer’s Obedience With Tax Penalty As
Moderating Variable. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan (JEKT). Vol. 14 No.
1. Februari 2021. Pages 1-23. pISSN: 2301-8968. eISSN: 2303-0186
Sari, R. C. 2021. Akuntansi Keperilakuan. C.V Andi Offset dan UNY PRESS:
Yogyakarta
Suardani, N. L. P. R., Purnamawati, G. A., & Kurniawan, P. S. 2017. Efektivitas
Pelaksanaan Monitoring Pajak Daerah Berbasis Sistem Informasi Pada
Industri Perhotelan di Kabupaten Buleleng. E-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol 8 No 2, Tahun 2017. Hal 1–11
Sulbarkita. 2019. KPK Temukan Kebocoran Pajak Terparah Di Mamuju.
(https://sulbarkita.com/kpk_temukan_kebocoran_pajak_terparah_di_mamuju_
berita648.html, diakses 6 Januari 2022)
Tafonao, J., Fatkhiyah, E., dan Rachmawati, Rr.Y.K. 2019. Perancangan Dan
Implementasi Monitoring Server Owncloud. Jurnal JARKOM. Vol. 7 No. 2
Desember 2019. Hal. 95-102. E- ISSN : 2338-6304
L

86
87

LAMPIRAN I

DAFTAR RESPONDEN & CODING

No Nama Jabatan Coding


1. Irwan Surya, SE Kasubid Pendaftaran IS
Penetapan dan Pemungutan
Pajak Daerah
2. Nur Alif Kasubid Pengembangan dan NA
Intensifikasi Penerapan
Pendapatan Daerah
3. Syuaib Koordinasi Lapangan Pajak S
Restoran

PEDOMAN WAWANCARA

No Pertanyaan Coding
1. Bagaimana latar belakang pelaksanaan monitoring IS, NA, S
melalui penerapan tapping box?
2. Bagaimana perkembangan pelaksanaan monitoring IS, NA, S
melalui penerapan tapping box?
3. Apakah penggunaan tapping box pada wajib pajak IS, NA, S
sudah berjalan efektif seperti yang diharapkan?
4. Apakah ada peningkatan penerimaan pajak setelah IS, NA, S
menggunakan tapping box pada pajak restoran?
5. Bagaimana cara monitoring yang dilakukan bapenda IS, NA, S
terhadap alat tapping box yang terpasang di restoran
(Misal kita tau jam operasional usaha jam 8 pagi
sampai 5 sore apakah dari jam tersebut bapenda terus
memonitoring alat tapping box)?
6. Kalau alat rusak atau tiba-tiba mati tanpa alasan IS, NA, S
apakah pegawai bapenda secara langsung dapat
mengetahui atau bapenda ditelfon oleh wajib pajak
restoran untuk mengetahui bahwa alat tersebut rusak?
7. Apakah ada rekaman tiap restoran misal restoran A IS, NA, S
dari jam 8 pagi sampai 5 sore menggunakan tapping
box nya untuk merekam laporan keuangan?
8. Bagaimana jika ditemui indikasi kecurangan IS, NA, S
bagaimana penangananya?
9. Bagaimana bentuk data yang masuk ke server IS, NA, S
bapenda terkait rekaman transaksi keuangan restoran
A?
10. Apakah ada syarat-syarat tertentu bagi restoran/rumah IS, NA, S
makan yang akan dipasangkan tapping box aktif jenis
TMD dan tapping box cash register jenis M-Pos?
88

11. Bagaimana mekanisme kinerja tapping box aktif jenis IS, NA, S
TMD dan tapping box pasif jenis cash register?
12. Bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak sebelum dan IS, NA, S
sesudah penggunaan?
13. Bagaimana respon pihak restoran dengan adanya IS, NA, S
monitoring menggunakan alat tapping box?
14. Bagaimana kendala penerapan tapping box sebagai IS, NA, S
monitoring pajak daerah?
15. Bagaimana upaya bapenda mengatasi kendala IS, NA, S
tersebut?
16. Adakah sanksi yang diberikan kepada restoran yang IS, NA, S
menolak di pasangkan alat tapping box? (Usahakan
mendalam)
17. Bagaimana cara mengetahui restoran yang patuh dan IS, NA, S
tidak patuh dalam penerapan tapping box?
18. Mengapa sebelum penggunaan alat tapping box IS, NA, S
pendapatan daerah cenderung mengalami
penurunan?
19. Apakah ada beberapa kebijakan yang dihilangkan IS, NA, S
setelah penggunaan sistem elektronik tapping box
demi meningkatkan pendapatan daerah?

TRANSKIP WAWANCARA PEGAWAI BAPENDA

No Coding Transkip
1. IW Latar belakangnya itu pada awalnya itu, kami mengadakan
pemungutan penetapan secara langsung hal hasil para
audit termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
kelapangan untuk memerintahkan kita untuk menggunakan
alat monitoring untuk peningkatan PAD. Kemudian dulu
juga ditemui adanya ‘kebocoran’ Penerimaan Pajak Daerah
pada tahun 2017 dan 2018 kalau tidak salah ingat yah nah
dari situ kami adakan alat ini, kan kamu sudah liatkan
penerimaan pajak tahun 2017 dan dan 2018 dimana
targetnya tidak sesuai dengan realisasi”.
NA Latar belakangnya ini sebenarnya di tahun 2019 kemarin
adalah program dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
melalui kegiatan Koordinasi Super Visi dan Pencegahan
(KORSUPGAH) jadi mereka melihat mungkin tingkat
kejujurannya wajib pajak yang ada di semua kabupaten,
dan ini berlangsung secara nasional. Bukan hanya tapping
box tapi tapping box TMD dan M-pos.
S Latar belakang pelaksanaan tapping box khusus restoran
latar belakang diterapkan itu alat mungkin kita liat dari
aturan yah karna aturan itu harus kita jalankan di Wajib
Pajak untuk masing-masing usaha.
2. IW Penerapannya itu kami mencoba mendata melakukan
pendataan dimana warung-warung atau restoran yang
89

berpotensi kita coba memasangi alat hal hasil alhamdulillah


hasil kerja keras kami ada beberapa warung yang coba
kami pasang alat transaksinya ada sekitar 40an kalau saya
tidak salah pada waktu itu. 40an itu pada tahun 2019
berjalan alat tapping box ini alhamdulillah peningkatan PAD
itu meningkat. Jadi, kami coba berupaya untuk menambah
alat-alat tersebut supaya peningkatan PAD semakin baik.
NA Ya kalau untuk perkembangan pelaksanaannya memang
sih dari yang sebelum perbandingan menggunakan tapping
box dan dengan yang setelah digunakan tapping box
memang agak signifikan memang pendapatan kita.
S Perkembangan tapping box yang ada Wajib Pajak itu ada
peningkatan dari tempat usaha adanya tempat usaha itu
untuk wajib pajak itu sangat ada perkembangannya begitu
kita pasangkan alat tapping box.
Untuk covid awalnya itukan ditahun 2020 bulan ke 3 masuk
ke bulan 4 sangat drastis turun untuk pendapatan daerah
ditiap-tiap usaha dan untuk masalah alat itu jarang terpakai
bahkan ada yang tutup dikarenakan adanya covid-19
setelah terus berjalan covid-19 itu pemerintah mengadakan
PPKM munkin disitu juga menurun sekalipeningkatan untuk
pajak daerah terus kemudian hari tahun berikutnya kita
dapat bencana lagi sudah ada perkembangan tapi ada lagi
gempa kalau tidak salah 6,3 disitu ada beberapa bulan dari
bulan 1-4 kalau tidak salah itu peningkatan minim sekali
nanti masuk dibulan 7 baru sedikit-sedikit ada peningkatan
karna dari bulan 2-4 itu dia masih perbaikan untuk
usahanya. Jadi, dia fokus untuk perbaikan usaha dulu
setelah usahanya berjalan baru dia ada peningkatannya
maksudnya pembayaran dari usahanya masing-masing.
3. IS Semua kendala-kendala yang ada dilapangan itu semua
daerah kayaknya pasti. Tergantung kondisi dan keadaan
kalau kami di Mamuju ini karna adanya alat tapping box ini
yaitu apa yah penerimaan pajak menggunakan tapping box
peningkatannya sangat luar biasa. Cuman kami tidak bisa
juga berbuat apa-apa para pengusaha khususnya warung
atau restoran yang menggunakan secara tidak jujur.
NA Ya kalau untuk efektifitas memang ini sudah berjalan
secara efektif cuman jumlah tapping box untuk wajib pajak
restoran kita bicara khusus direstoran masih kurang,
karena ini diadakan oleh Bank Sulselbar jadi kami
menunggu kalau ada saya tidak tau apakah prosesnya
disana bagaimana karena kami disini meminta 58 pak
Tapping Box kami mau pasang! Itu tidak serta merta kita
minta langsung ada Itu yang kami takutkan ada
kecemburuan antara pihak yang dipasang dengan pihak
yang tidak dipasang.
S Untuk sekarang tapping box itu masih ini yah, beda dengan
pemasangan yang kemarin sekarang itu pemasangan yang
sekarang itu beda karna kebanyakan Wajib Pajak butuh
90

pemerataan untuk pemasangan alat dia tidak mau pake


kalau tidak ada pemasangan yang lain jadi ada beberapa
Wajib Pajak yang mengerti untuk masalah pemasangan
alat itu. Jadi dari 100% persen pemasangan kemarin itu
hanya 30% yang terpakai ada yang terpasang tapi tidak
mau pakai. Alat ini tidak merata karena tergantung dari
kesediaan alat.
Kriteria bahwa warung A yang deluan dipasangkan kemarin
itu maksudnya yang berpotensi bedanya berpotensi dan
tidak berpotensi artinya KPK kemarin maunya kita kasi
yang berpotensi dulu dari atas kebawah. Kemarin
kebanyakan Wajib Pajak bilang kenapa disana tidak
dipasangi disini dipasangi disana tidak dipasangi alasan
saya kan disini kita berpotensi ibu/mba/mas. Disana akan
ada nanti tapi alatnya kan bertahap datang jadi mungkin
dikemudian hari atau bagaimana akan dipasangi jelas ada
nanti pemerataan.
4. IS Yah itu sudah saya sampaikan kita kembali keawal karna
adanya alat ini otomatis peningkatan PAD ini meningkat jadi
sangat membantu adanya alat tapping box ini.
NA Ya signifikan naiknya sampai 100%.
S Untuk peningkatan pajak pada restoran dari alat itu yah
alhamdulillah ada.
5. IS Jadi begini kami itu melakukan monitoring itu kita liat kan ini
menggunakan aplikasi jadi ketika kita memasang diwarung-
warung kita bisa proscek dikantor atau dimana saja
termasuk KPK, keuangan, inspektorat itu bisa liat. Kita liat
alatnya ketika berwarna merah, hijau, kuning itu kan ada.
Ketika dia merah itukan tidak digunakan alat itu ketika dia
merah kita turun survey. Jadi tidak kita harus jaga 24 jam
disitu. Kita hanya memonitoring diaplikasi kalau memang
dia tidak gunakan maka kita survey turun kelapangan. Kita
ajak, bujuk bagaimana dia menggunakan alat itu. Warna
merah kan tidak digunakan alasannya biasanya apakah dia
tutup kita tidak tau.
Kecurangaanya nah kalau kita bicara jujur dimana-mana itu
semua daerah itu kalau kita mau bicara jujur 100%,
kejujuran itu tidak ada pasti ada kecurangan. Nah itu
bagaimana cara meredamnya makanya kita gunakan alat
seperti ini.
Kalau ditemui kecurangan tindakan yang dilakukan Kita
adakan perhitungan ulang kan ada bagian pengawasan
juga kan kita liat rata-ratanya juga. Sekedar kita perlu tahu
bahwa ini alat yang kita pasang ini alat untuk mengukur
parometer potensi. Jadi, ketika alat ini berfungsi dengan
bagus peningkatannya juga warung-warung pajaknya
meningkat kita sudah bisa merata-ratakan bahwa sekian
pemasukannya perhari kita rata-ratakan besok lusa atau
kapan saja ketika kita ini kita sudah tau titik terendahnya
berapa kok dia bisa dibawah rata-rata? Seperti itu. Jadi, ini
91

barometer untuk mengukur rata-rata pemasukan omzet


yang dimiliki sekaligus alat transaksi. Kan bisa saja
pengusaha ini tidak gunakan alat mana kita tau karna tidak
ada cctv tidak ada apa cuman menggunakan alat transaksi
ketika tidak menggunakan alat mana kita tau. Tapi kalau
peningkatannya ada alhamdulillah 2019 sampai sekarang.
NA Kalau masalah tapping box kan dia adalah alat perekam
jadi begitu ada transaksi didalamnya kalau untuk awal kami
langkah kami untuk memasang tapping box kami turun
sekitar 1 minggu melihat perkembangan yang ada di wajib
pajak apakah mereka konsisten menggunakannya atau
tidak. Setelah kita liat konsisten baru kita lepas. Diawasi
secara langsung itu langkah awal tapi 1 minggu karena
tidak mungkin kita awasi secara terus menerus nanti untuk
monitoringnya ada dipengawasan langkah-langkahnya itu
ada dipengawasan.
Misalnya langkah pengawasan ada yang namanya omset
seperti setiap bulan itu misalnya warung A omsetnya
2.000.000 biasanya itu tidak lari signifikan misalnya
2.600.000 tapi jika tiba-tiba dia melakukan, kita liat alat
perekamnya turun drastis itu kami biasa uji petik kita liat
perkembangannya dari pengawasan apakah dia
menggunakannya atau tidak. Untuk melihat yang
menggunakan atau tidak ciri-cirinya kalau ndak salah dalam
waktu 3 jam dia akan berubah menjadi kuning berarti tidak
ada transaksi disitu, warna hijau untuk yang aktif
digunakan, kalau 3 hari tidak digunakan itu sudah masuk
proses tritikal dia warna merah. Itu tidak apa-apa warna
merah sepanjang dia melapor ke bapenda bahwa dalam
tiga hari kedepan pak saya pulang kampung dulu nah itu
tidak masalah tapi kalau ada 3 hari yang tidak digunakan
biasanya ada dari bidang pengawasan yang langsung turun
menanyakan ada apa ini, apakah alatnya yang rusak.
S Dulu kan ada pengawasan otomatis kita langsung
melakukan pengawaan ditempat masing-masing sekarang
karna keadaan sekarang masih terganggu adanya covid-19
ini pihak kantor Bapenda juga was-was untuk menurunkan
setiap saat anggota untuk pengawasan kembali tapi kita
awasi dalam jaringan maksudnya entahkah kami telfon
mereka atau bagaimana cara kami kan terbaca dari kami
semua transaksi mereka. Setelah reda covid-19 bisa kami
turun kelapangan untuk beraktifitas seperti biasanya seperti
pengawasan untuk sekarang kita lakukan pengawasan
lewat alat aplikasi monitoring Mamuju.
Kalau tiga hari tidak aktif kami datangi saya sendiri
langsung datangi karena saya sebagai koordinatornya
restoran saya langsung dikasi tanggung jawab untuk
mendatangi setiap wajib pajak yang punya permasalahan.
Jika saya datangi mereka biasanya alasannya kalau
memang pasti ada juga masuk akalnya apakah alatnya
92

rusak atau bagaimana, casnya tidak bagus, atau bahkan


tidak mau terbuka aplikasinya sehingga dia tidak mau lagi
pakai karna disitu diketik-ketik loding lama sehingga dia
tidak terpakai sehingga pihak Wajib Pajak juga
mengharapkan sama kita kelengkapan atau pergantian dari
alat tapping box itu (Ini yang masalah untuk M-Pos).
biasanya jaringan tapi kalau masalah TMD dialatnya tidak
masalah ji sebenarnya yang bermasalah biasanya jaringan
karna dia coneck langsung sama kasir dengan komputer
dia kan punya komputer apa pun yang diketik kan terbaca
juga (hal yang masalah untuk TMD). Pengawasannya
makanya setiap minggu itu kita menstens dengan TMD kita
ada pengecekan dan kalau M-Pos tiap minggu juga
6. IS Ada yang menelfon ada juga yang tidak. Tapi kan kita bisa
monitor dan liat langsung dari komputer atau hp kami yang
terhubung dengan alat ini disitu jelas bahawa warung a
menggunakan atau tidak.
Kalau misal rusak ini nantinya alatnya diambil kembali terus
kapan lagi dipasangkan alat sekitaran berapa lama Jadi
kembali seperti katakan tadi bahwa alat ini adalah alat
untuk parometer nah ketika kita sudah mengatakan bahwa
ini sudah bagus sudah dia gunakan sebagaimana mestinya
sudah diatas rata-rata kita bisa saja tarik dari warung A kita
pindahkan ke warung B. kita liat yang berpotensi kan bisa
saja kita pasangkan warung kecil kalau dia berpotensi kita
bisa saja pasangkan seperti itu. Ketika dia sudah lancar,
mantap, apa segala macam, sudah bagus, dan
peningkatan kejujuran pengusaha sudah ada yah sudah
kita tarik alatnya kita kasi ke warung yang berpeluang.
Contohnya rata-ratanya dia bayar 1.000.000 kemudian dia
bayar 1.500.000 oke ini sudah rata-rata nah warung sana
lagi kita coba pasangkan alat, seandainya sudah banyak
alat nggapain ditarik lagi. Mana lagi objek pajak baru kan
rumah makan itu hari ini dia rame disana besok-besok di
arame disini tidak menentu juga jadi yang berpotensi.
Kuncinya PAD itu orang lapangan. Pondasinya
peningkatan PAD itu orang lapangan karna dia tau kondisi.
NA Dua-duanya ada yang nanti kritikal baru ditau bahwa dia
alatnya yang rusak, ada juga yang begitu rusak itu dia tidak
bisa gunakan dia korpratif dengan Bapenda, ada juga yang
tidak melapor tingkat kepatuhan masih beragam disini.
S Yah bisa diketahui dari warna yang terhubung keserver
kami kemudian juga banyak yang menelfon setelah itu kami
kunjungi apa masalahnya. Kalau alatnya bagus bisa
diketahui karna kita sesuaikan omzet yang masuk,
seumpamanya warung si A itu umpanya dalam satu hari
satu malam kurang lebih 80 porsi sedangkan yang diketik
itu hanya 20 porsi itu sangat beda dengan apa yang ada
penghasilannya dengan omzet yang masuk dengan
penghasilan mereka. Artinya pihak Wajib Pajak tidak
93

membantu untuk memungut pajak ditempatnya artinya


membantu tapi hanya sekian yang dimasukkan.
Kalau tiga hari tidak aktif kami datangi saya sendiri
langsung datangi karena saya sebagai koordinatornya
restoran saya langsung dikasi tanggung jawab untuk
mendatangi setiap wajib pajak yang punya permasalahan.
Jika saya datangi mereka biasanya alasannya kalau
memang pasti ada juga masuk akalnya apakah alatnya
rusak atau bagaimana, casnya tidak bagus, atau bahkan
tidak mau terbuka aplikasinya sehingga dia tidak mau lagi
pakai karna disitu diketik-ketik loding lama sehingga dia
tidak terpakai sehingga pihak Wajib Pajak juga
mengharapkan sama kita kelengkapan atau pergantian dari
alat tapping box itu (Ini yang masalah untuk M-Pos).
biasanya jaringan tapi kalau masalah TMD dialatnya tidak
masalah ji sebenarnya yang bermasalah biasanya jaringan
karna dia connect langsung sama kasir dengan komputer
dia kan punya komputer apa pun yang diketik kan terbaca
juga (hal yang masalah untuk TMD).
Pembayaran sesuai dengan alat tapi kadang juga tidak
sesuai dengan alat. Umpamanya 500.000 yang dialat itu dia
bayar 700.000 kalau memang Wajib Pajak itu mengerti
dengan keadaannya alat mungkin itu yang ditambah atau
mungkin dia catat langsung dipungut 10% dari konsumen
jadi hasilnya itu ditambah dengan dialat. Anggaplah yang
dipantai kalau saya rata-ratakan itu omzet pajak yang
masuk 3.000.000 itu paling dibawah kalau paling diatas dia
mentok di 5.000.000.
Warung yang tidak berpotensi kami tarik kembali alatnya
tapi yang berpotensi tetap disitu. Artinya untuk alat itu kami
tidak bisa pindah-pindah langsung kasi penetapan tidak
bisa. Penetapan itu langsung dari omset yang masuk.
Sebagai kecurangannya lebih besar sebagai ada juga yang
lebih kecil artinya tidak seberapa kecuranganya. Artinya
tidak sesuailah dengan dialat.
Pengawasannya makanya setiap minggu itu kita menstens
dengan TMD kita ada pengecekan dan kalau M-Pos tiap
minggu juga.
7. IS Kita melaporkan kebagian pengawasan bahwa omzet yang
yang diberikan tidak sesuai dengan sebenarnya coba di
prospek. Bisa saja ketika di prospek pernah kejadian ini kita
jaga 1 bulan itu warung. Kita coba jaga dari pagi sampai
magrib hal hasil digunakan. Memang kan disini tidak
selamanya bahwa 1.000.000 terus pasti ada naik turunya
apa lagi bulan puasa saat ini pasti kalau kita liat banyak
yang merah. Apalagi ini habis gempa kemarin banyak yang
rusak, jatuh. Tapi yang masih bagus masih digunakan.
Kalau kita turun kelapangan pasti kita tanya kenapa tidak
dinyalakan alatnya apakah casnya yang rusak kita ganti lagi
yang baru seperti itu intinya adalah pengawasan ta
94

dilapangan. Semua itu orang lapangan kita pantau alat


kenapa itu restoran A di server berwarna ini kita
perintahkan lagi bagian lapangan syuap nah dia langsung
kelapangan nah langsung melaporkan alatnya rusak
makanya IT nya langsung datang dari Makassar. IT nya itu
yang sering sama dengan syuap maka mereka sering cek
apanya lagi kendalanya oh kertasnya printnya habis kasi
lagi
NA Yah nanti bisa dilihat terkait transaksi
S Ada dikami jelas bahwa restoran A gunakan atau tidak.
8. IS Kita melaporkan kebagian pengawasan bahwa omzet yang
yang diberikan tidak sesuai dengan sebenarnya coba di
prospek. Bisa saja ketika di prospek pernah kejadian ini kita
jaga 1 bulan itu warung. Kita coba jaga dari pagi sampai
magrib hal hasil digunakan. Memang kan disini tidak
selamanya bahwa 1.000.000 terus pasti ada naik turunya
apa lagi bulan puasa saat ini pasti kalau kita liat banyak
yang merah. Apalagi ini habis gempa kemarin banyak yang
rusak, jatuh. Tapi yang masih bagus masih digunakan.
Kalau kita turun kelapangan pasti kita tanya kenapa tidak
dinyalakan alatnya apakah casnya yang rusak kita ganti lagi
yang baru seperti itu intinya adalah pengawasan ta
dilapangan. Semua itu orang lapangan kita pantau alat
kenapa itu restoran A di server berwarna ini kita
perintahkan lagi bagian lapangan syuap nah dia langsung
kelapangan nah langsung melaporkan alatnya rusak
makanya IT nya langsung datang dari Makassar. IT nya itu
yang sering sama dengan syuap maka mereka sering cek
apanya lagi kendalanya oh kertasnya printnya habis kasi
lagi
Yah betul yang adek katakan tindak kecurangan M-Pos
lebih besar makanya itu kita mau liat bukan hanya
memasang saja kita juga harus memantau secara langsung
kita coba adakan pengawasan disana kembali ke semula
inti semua pengawasan adalah orang lapangan jadi kalau
kita tidak gesit kita cuma berandai-andai duduk dikantor itu
secara logis juga tidak meningkatkan PAD. Itu kita liat
dikomputer ohh dia tidak gunakan 3 jam sehingga berwarna
ini nah kita langsung turun oh kenapa tidak digunakan
apakah ada alasannya atau apa makanya orang lapangan
harus gesit. Kalau dia tidak mau membayar pajak itu bukan
mi urusan Bapenda tapi urusannya mi Perda yang turun
dilapangan Satuan Polisi Pamong Praja. Tapi kalau dia
masih mau membayar itu urasnnya Bapenda.
NA Kecuranganya misalnya ada pembeli ini kan kalau alat
perekam itu keefektifitas itukan diukur dari tingkat
kejujurannya jadi kalau dia tidak mencatat transaksi apa
lagi yang M-Pos itu yang paling berisiko ini karena mereka
yang mencatat tidak sama dengan TMD kan harus masuk
ke server nya mereka jadi kami tanam diservernya mereka.
95

Kalau menurut saya mengurangi tindakan kecurangan


menggunakan M-Pos itu kan ada omset rata-rata jadi bisa
diklasifikasi oh warung A rata-rata pajaknya yang dibayar
kebapenda 1.000.000 paling dia itu naik sedikit atau turun
sedikit itu tidak masalah, tetapi kalau drastis turun itu kan
jadi pertanyaan jadi biasa petugas kesana petugas
pengawasan untuk cek lokasi ada apa pertama apakah
tutup, kedua apakah alat, ketiga baru apakah ada indikasi
kesengajaan setelah itu kami langsung laporkan ke satuan
Polisi Pamong Praja dulu sempat memang dibentuk satuan
tugas tapi karena ada kekurangan dana mungkin covid kita
semua secara nasional makanya untuk sementara kami
melapor secara manual dulu jadi satgasnya.
S Saya kan koordinator lapangan langsung berapa kali saya
ada dapat kecurangan artinya omzet lebih banyak masuk
tapi pembayaran minim dan saya langsung kelapangan
kalau bisa langsung dipakai mas artinya kecurangan itu
seperti ini dia punya pembayaran 300.000 dalam sebulan
tapi omzet yang masuk itu jutaan tapi yang dialat tidak
sampai 100.000 ribu itu namanya kecurangan. Maka
penanganannya saya berikan teguran apakah bisa tidak
dibayar sesuai dengan pemasukannya makanya mereka
sendiri yang menambahkan jumlah pembayaran setelah
saya menegurnya. Toh kan mereka bukan yang membayar
pajak mereka kan membantu pemerintah untuk memungut
pajak ditempat mereka.
Agar mereka patuh untuk bulan kedepannya kami adakan
satgas. Satgas itu tim untuk pengawasan dilapangan
artinya pemberitahuan untuk dilapangan seperti kepolisian,
kejaksaan, pamong praja dan orang-orang Bapenda.
9. IS Nanti liat langsung yah di Syuaib Ada.
NA Nanti liat langsung yah di Syuaib Ada. Ada itu laporan
transaksi misalnya jam 8 dia bayar nah itu jelas data yang
masuk dikita jam sekian pembelian.
S Bisa diliat nanti.
10. IS Yah ada yang berpotensi masa yang tidak berpotensi kita
pasangkan alat sedangkan yang berpotensi tidak dan
tingkat kecurangan yang ada pasti yang berpotensi.
NA Kalau dia TMD biasanya kan minimal sudah punya vendor
apaya aplikasi keuangan seperti power pro, pawoon itu
mereka ada semua. Yang siapkan aplikasi pihak ketiganya
mereka. Pernah masuk di rumah benyayi? Itu ada
aplikasinya itu ada pengembangnya khusus jadi mereka
tinggal Tarik dari server kalau ada yang mau menyayi sama
dengan kayak hotel maleo mereka memakai power pro itu
semua langsung ketahuan jadi mereka tidak boleh
memakai aplikasi lain selain itu mereka itu bayar sewa
tergantung gemuknya perusahaan itu. Itu harus
dipasangkan TMD karena mereka punya server. Kalau
yang manual maksudnya cash register baru dipasangkan
96

tapping box karena sama semuanya itu pengganti


kalkulator cuman agak ini to karna ada daftar harga daftar
menu. Sudah kita liat aplikasi M-Posnya? Semua menu ada
sebenarnya tinggal tunjuk sih. Dari segi pendapatan
restoran sebenarnya tergantung kalau mereka restoran
yang punya aplikasi dan server kita pasangkan TMD
mereka langsung mencatat dan lebih aman sebenarnya itu
dari pada M-pos. yang terpasang lebih banyak itu M-pos
karena belum semua warung berhasil.
S Kriterianya diliat dari pendapatannya dan ketersediaan
komputer. Paling banyak dipasang M-Pos paling banyak
memasukkan pendapatan TMD.
11. IS Kalau mekanisme itu itu juga saya tidak terlalu paham kan
itu bagian IT saya tidak terlalu kuasai saya cuma bisa
memonitor memerintah kan bagaimana alat itu. Saya
selaku kepala seksinya saya cuma bisa bengontrol.
NA Kalau TMD itu merekam data yang ada pada tabel data
basenya itu langsung dikirimkan secara real time ke
Bapenda dalam hal ini dibuatkan oleh Bank SulSelBar jadi
dia otomatis ter connect begitu ada transaksi disana kita
bisa langsung liat secara realtime. M-Pos sebenanya
realtime cuman kadang karna dia menggunakan jaringan
kartu kadang memang agak lambat jadi memang didesain
sedemikian rupa jadi dia menyimpan ditablet dulu nanti
misalnya jam 12 malam baru ada konversi data. Masuk
memang datanya tapi biasa kita tarik ulang kita refresh
namanya karna jangan sampai ada pi datanya mereka yang
tidak ini jangan sampai mereka sudah bayar ternyata
pindah bulan baru terhitung itu kan kurang bayar. Pindah
bulan maksudnya sudah menyebrang bulan baru bagis mi
alatnya baru pindah naik ke desword itukan jadi harus teliti
memang.
S Kalau jenis TMD dan M-Pos itu beda yang bagus dia punya
kinerja itu TMD karna M-pos kinerja itu kurang sekali.
Seperti itu tadi banyak dia punya permasalahan kalau TMD
paling jaringan tapi lama-kelamaan bagus juga seperti itu.
12. IS Ketika alat belum ada memang kita hanya penetapan kita
hanya datang tanyakan berapa omzetnya misal 1.000.000
nah berarti kali 10% besok kita lagi datangi turun lagi. Nah
akibat adanya alat ini kepatuhan wajib pajak juga
meningkat. Kemudian yang saya rasakan juga sangat
membantu dari awalnya 1.000.000 bisa naik sampai
3.000.000 kita ditunjuk untuk kerja untuk meningkatkan
PAD. Mempermudah juga kita tidak perlu interaksi
bagaimana dengan wajib pajak jadi saya syukur ada alat
ini. Tapi kalau tingkat kejujuran wajib pajak meningkat
ngapain lagi kita pasangi alat.
NA Kepatuhan wajib pajak saya rasa kalau tingkat kepatuhan
di Mamuju masih tidak stabil masih banyak yang belum
tidak taat pajak tetapi dengan dipasangkannya alat ini rata-
97

rata dulunya yang cuma bayar 100.000 perbulan mereka


bisa bayar 300.000-500.000 per bulan.
S Tingkat kepatuhan Wajib Pajak bagus
13. IS Yah jadi begi awalnya namanya sesuatu yang baru kita
mau buka itu pasti ada benturan-benturan adan kendala-
kendala banyak sekali rintangan kendala segala macam
tapi kita coba sosialisasi secara pelan-pelan dan syukurnya
ini ada para audit KPK yang ikut turun terjung langsung
kelapangan untuk pemasangan alat ini. Mana yang
berpotensi ada juga yang tidak mau tapi kita pelan-pelan
coba bujuk kan kewajiban juga bayar pajak. karna kan
kemarin kita juga berikan ketetapan sekian dibayar nah
dengan menggunakan alat kita tidak bisa tetapkan
tergantung alatnya berapa omset. Jika, dibawah rata-rata
kita survey kenapa kok cuma segini kita tanyakan biasanya
mereka jawab bahwa hanya segitu pelanggan kalau kita
ada rasa-rasa curiga kita tugaskan aku untuk menjaga di
warung ini kita liat hasilnya oh ternyata betul tidak
begunakan alat ini. Toh pajak juga dibebankan
kepelanggan.
NA Kalau sepanjang saya, kemarin sempat ikut waktu
pemasangan alat dibeberapa saya menyiapkan blangko
tidak setuju dan pihak bank sulselbar dan IT nya bawa
blangko pemasangan jadi kalau dia tidak setuju dipasang
saya yang sodorkan blangko tidak setuju dan setuju jadi
begitu saya perlihatkan rata-rata semua setuju dipasangi.
S Responnya yah bermacam-macam ada yang menolak ada
juga yang setuju. Itu kita adakan sosialisasi terdahulu
berikan penjelasannya
14. IS Kalau bicara kendala tergantung lagi dari aplikasinya
termasuk seperti kemarin jaringan kau liat kemarin lalod itu
juga biasa orang sudah mau pulang ini ditunggui lagi jadi
salah satu kendala itu jaringan. Jadi modelnya itu
pengusaha-pengusaha saya liat dia gunakan ada catatan
kecilnya sebentar ketika bagus dia input dan akan terbaca
dikami bahwa dia input atau masuk datanya dikami pada
jam sekian. Para pengusaha catat yang masuk jam sekian
100.000 sebentar baru mereka rekap makanya kejujuran
tergantung dari wajib pajak. kalau jaringan bagus satu kali
enter selesai print out transaksinya. Kendala nya juga dari
jumlat alatnya tapi ini kan dianggarkan bukan biaya sedikit
besar juga biasanya makanya pelan-pelan juga.
NA Kendalanya itu jumlah tapping box yang kami minta ke bank
sulselbar tidak langsung disediakan begitu kami meminta
jadi untuk pemerataan belum bisa maksimal dan masih ada
yang ini kami takutkan memang ada terjadi kecemburuan
antara yang sudah dipasang dengan yang tidak. Kalau
menolak berarti dia tidak setuju dengan peraturan
perundang-undangan daerah mungkin ada sebelumnya
kan kita tetap ada sosialisasi sebelum kita pasangkan alat
98

kita sosialisasi dulu bahwa akan ada alat yang dipasang


setelah dipasang kalau mereka sudah dengan sosialisasi
mereka tidak mau di pasangi kami langsung serahkan ke
bagian penertiban dalam hal ini kan satpol. Nanti satpol
yang tindak lanjuti kan bukan kewenangan kami jika sudah
melanggar kami cuma pemungut dan menetapkan.
S Yah kendala dari jaringan pada awalnya juga banyaknya
Wajib Pajak yang tidak bisa mengoperasikan alat yang
telah dipasangkan kemudian kurangnya alat dalam hal ini
pemerataan masih kurang sehingga menimbulkan
beberapa komplen dari restoran.
15. IS Yah itu selalu kita adakan koordinasi sosialisasi. Kita juga
tidak boleh paksakan bahwa dia tidak gunakan mana juga
kita biasa liat, yang kita liat cuma aktif tidaknya kenapa ini
tiga jam tidak ada transaksi kuning, hijau, merah. Bukan
hanya Bapenda tau para audit juga ada aplikasinya.
NA Kalau saya sih ini kan masih dalam apa ya pihak ketiga ini
dalam hal bank sulsebar kita juga tidak bisa melihat apakah
ada prosesnya melalui proses itu jg karena disisi kita mau
memaksimalkan pendapatan daerah nah sementara disisi
bank sulselbar mungkin mereka punya pusat. misal kita di
Mamuju tidak langsung meminta dimamuju diharuskan
bermohon ke Makassar dulu nanti disetui di Makassar baru
dikasi seperti itu tapi kalau untuk saya, yah mudah-
mudahan bank sulselbar bisa lebih ini lebih respondsif
masalah penyediaan alat kalau untuk dari kami kami kami
sudah coba kemarin menyediakan alat perekam itu sekitar
600 juta tapi kami ditahan oleh tim KPK tidak usah saya
sudah siapkan penyedia dalam hal ini bank sulselbar.
S Dari jaringan kami berikan perintah terutama M-Pos untuk
menulis manual dulu setelah bagus jaringannya barulah di
input, kemudian kami juga sigap memberikan sosialisasi
dan kami juga sarankan agar alatnya untuk tahun 2022 ini
ada pemerataanlah.
16. IS Kita berikan sosialisasi dan apabila masih batas wajar
dapat ditoleransi namun apabila diluar batas misal tidak
mau lagi membayar pajak maka kita serahkan ke Satuan
Polisi Pamong Praja biasanya tindakan yang mereka
lakukan pemasnagan baliho di tempat usaha sampai yang
terberat yaitu menutup tempat usaha wajib pajak yang tidak
mau mengindakan peraturan daerah.
NA Membarikan sanksi berupa surat teguran, mencabut izin
usaha sementara, bahkan mencabut izin usaha permanen
apabila pelaku usaha menolak dan mematikan tapping box,
melakukan sosialisasi terus menerus kepada pelaku usaha,
pemasangan spanduk/banner pada tempat usaha.
S Biasanya surat teguran kalau sampai tetap tidak mau
biasanya sampai yang paling berat kami menutup tempat
usahanya.
99

17. IS Kan bisa diliat dari aplikasinya. Jadi gini sistem elektronik
tapping box didalamnya sudah ada ditanamkan aplikasi
yang disebut dashboard fungsi aplikasi ini adalah
memantau secara keseluruhan aktifitas wajib pajak dari
aktifitas penjualan, jumlah pajak yang harus mereka
bayarkan, jumlah penghasilan, dan keaktifan alat ini dapat
dipantau dari komputer atau hp kami.
NA Tingkat kepatuhan berdasarkan riwayat bayarnya karna
misalnya setiap bulannya itu kan misalnya setiap bulan pak
syuib datang melihat, ini pak tagihan ta sekian! kalau dia
langsung bayar berarti dia patuh, tapi ada juga beberapa
yang masih tunggu dulu. Jadi tingkat kepatuhan untuk
melihat dan mencatat adalah dari responnya apakah dia
menggunakan alat secara terus-menerus kan di alat nanti
akan kelihatan setiap menitnya transaksi itu kan terekam
perdetik secara realtime tapi tidak bisa semua juga kita lihat
dari alar perekam itu jadi kita bisa beralih ke
pembayarannya apakah dia rajin ji membayar seperti itu.
S Kan dilihat dari server yang terhubung jelas disitu
banyaklah cara kami melihat bisa juga dari tepat waktunya
melakukan pembayaran begitu.
18. IS Karena sebelum adanya tapping box Bapenda belum bisa
memantau secara pasti berapa besar penghasilan wajib
pajak per hari sehingga pembebanan pajak masih
menggunakan manual.
NA Ya memang karna tidak ada yang bisa mendasari kejujuran
wajib pajak bahwa sekian omset ku tidak ada dasarnya.
Karena kalau dia yang disuruh menulis sebelum ada
tapping box itu kan ada Namanya blangko STTPDI itu
dalam satu bulan itu kan di isi semua orang kan capek itu
yang bikin agak ini itu juga tingkat pengawasan agak
rendah jika menggunakan manual.
S Yah cenderung menurun
19. IS Setelah adanya tapping box sistem penetapan dihilangkan,
dengan adanya tapping box penentuan besaran tarif pajak
ditentukan berdasarkan penghasilan yang diperoleh oleh
wajib pajak yaitu 10%.
NA Tidak ada yang dihilangkan dan tidak ada yang
ditambahkan tetap ji karna kita merujuk ke UU 28 TAHUN
2009 kiblat kami disitu. Dari undang undang turun ke perda
kemudian turun ke perbub.
S Ada awalnya kan penetapan kemudian ditentukan
berdasarkan penghasilan Wajib Pajak sebesar 10%.
100

LAMPIRAN II
DATA DOKUMENTASI

Ket : 1. Wawancara dengan Bapak Nur Alif (Dikantor Bapenda, 14 April 2022,
jam 2 siang)
2. Wawancara dengan Bapak Irwan Surya (Direstoran Aroma, 16 April
2022, jam 1 siang)
3. Wawancara dengan Bapak Syuaib (Dikantor Bapenda, 20 April 2022,
jam 9 pagi)
101

Penerapan Perda Tentang Pajak Restoran


102

Pelaporan Keuangan Tapping Box Jenis TMD


103

Pajak 10%

Struk yang Keluar dari Alat Tapping Box


104
105
106
107
108
109
110

LAMPIRAN III
PERSURATAN
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127

BIOGRAFI PENULIS

Resky Vivi Elfhita panggilan Resky lahir di

Bulukumba pada tanggal 10 Mei 2000 dari

pasangan suami istri Bapak Muh. Ramli. B dan Ibu

Jusmani. Peneliti adalah anak kesatu dari empat

bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di

Jl. Soekarno Hatta Kelurahan Karema, Kecamatan

Mamuju Sulawesi Barat. Pendidikan ditempuh oleh

peneliti yaitu SD Inpres Padang Panga, lulus pada

tahun 2012. MTs Negeri 1 Mamuju, lulus pada tahun 2015. SMA Negeri 2 Mamuju,

lulus pada tahun 2018. Mengikuti Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Akuntansi Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar sampai

dengan sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar

sebagai mahasiswa Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar

Anda mungkin juga menyukai