Anda di halaman 1dari 83

IMPLEMENTASI PSAK 73 ATAS SEWA PADA CV.

TRI
PUTRA NURINDA MAKASSAR

Skripsi

Oleh:

ATIKA

105731131517

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2022

i
KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PSAK 73 ATAS SEWA PADA CV.TRI PUTRA


NURINDA MAKASSAR

SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Oleh:
ATIKA
105731131517

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana ekonomi pada program studi akuntansi fakultas

ekonomi dan bisnis universitas muhammadiya Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNUVERSITAS MUHAMMADIYA MAKASSAR
MAKASSAR
2022 M/1443 H

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jika sekarang bisa,


Mengapa harus menunggu nanti

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada allah swt atas ridho-nya serta karunianya

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk kedua orang tua saya yang tercinta
dan terkasih

Dosen-dosen, terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan sabar


dalam memberikan bimbingan dan arahan kepadaku

Dan almamaterku, serta untuk diriku sendiri sebagai bentuk apresiasi diri
selama proses pengerjaan skripsi ini.

iii
iv
v
vi
ABSTRAK

Atika, 2022, Implementasi PSAK 73 Atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda
Makassar 2020. Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh Bapak Ismail Badollahi
selaku pembimbing l dan Ibu Rini Sulistiyanti selaku pembimbing ll.

Penelitian ini dilaksanakan di CV.Tri Putra Nurinda Makassar yaitu sebuah


perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan PSAK 73 Atas
Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda. Dalam penelitian ini, jelas data yang di
gunakan adalah data sekunder yang dimana data yang diperoleh langsung dari
perusahaan yang meliputi data laporan keuangan. Metode analisis yang di
gunakan adalah deskriptif kualitatif.

Pada penelitian ini, CV.Tri Putra Nurinda belum menerapkan PSAK 73,
dikarnakan masih terdapat kontrak yang belum selesai. dan akan mulai
menerapkan PSAK 73 pada tahun 2021.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa dalam
menerapkan akuntansi sewa dalam perusahaan belum sesuai PSAK 73.

KATA KUNCI : Akuntansi Sewa, Implementasi PSAK 73

vii
ABSTRACT

Atika, 2022, Implementation of PSAK 73 on Rent at CV. Tri Putra Nurinda


Makassar 2020. Thesis, Accounting Study Program, Faculty of Economics and
Business, University of Muhammadiyah Makassar, supervised by Mr. Ismail
Badollahi as supervisor I and Mrs. Rini Sulistiyanti as supervisor II.

This research was conducted at CV.Tri Putra Nurinda Makassar, a company


engaged in construction services. The purpose of this study was to find out how
the application of PSAK 73 on Rent to CV.Tri Putra Nurinda. In this study, it is
clear that the data used are secondary data where the data obtained directly from
the company includes financial statement data. The analytical method used is
descriptive qualitative.

In this study, CV. Tri Putra Nurinda has not implemented PSAK 73, because
there are still unfinished contracts. and will start implementing PSAK 73 in 2021.

From the results of the research conducted, it can be seen that in applying rental
accounting in the company it is not in accordance with PSAK 73.

KEYWORDS : Lease Accounting, Implementation of PSAK 73

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat allah SWT, atas segala limpahan rahmat

dan hidayah-nya, dan tidak lupa shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada

nabi besar Muhammad SAW. Sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Implementasi PSAK 73 Atas Sewa pada CV.Tri Putra

Nurinda Makassar 2020”.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.Ak) pada Vakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih sebesar-

besarnya kepada kedua orang tua penulis Bapak Hido dan Ibu Nur Wahida

(Saoda) yang senang tiasa memberi harapan, semangat, perhatian dan doa tulus

dan semoga bangga dengan pencapaian saya saat ini. Serta kakak saya yang

tercinta yang senang tiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir

studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, serta dukungan

baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan

penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada

penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusun skripsi ini tidak akan berwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak di sampaikan dengan hormat

kepada:

ix
1. Bapak Prof. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Mira, SE.,M.Si.Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP selaku Pembimbing l

yang mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Rini Sulistiyanti,SE.,M.Si,Ak. Selaku pembimbing ll yang telah

berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian

skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten/Konsultan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak

menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Akuntansi Angkatan 2017 yang senantiasa mendukung dalam proses

penyelesaian ini.

9. Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu-

persatu yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi

sehingga penulis dapat merampung penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para

pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikanya

x
demi kesempurnaan skripsi ini. Muda-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat,


Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 18 Februari 2022

Penulis

Atika

xi
DA FTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA ........................................................ ii

MOTTO DAN PEMBAHASAN ...................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7

A. Tinjauan Teori ................................................................................... 7

1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 73 (PSAK 73) ............ 7

2. Sewa ........................................................................................... 15

B. Tinjauan Empiris ............................................................................... 25

C. Kerangka Pikir ................................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 35

B. Fokus Penelitian................................................................................ 35

xii
C. Pemilihan Lokasi Dan Situs Penelitian .............................................. 35

D. Sumber Data ..................................................................................... 36

E. Pengumpulan Data ........................................................................... 36

F. Instrument Penelitian......................................................................... 38

G. Teknik Analisis ................................................................................. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 40

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 40


B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ...................................................... 41
C. Analisis Dan Interpretasi (pembahasan) ............................................ 53

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 56

A. Kesimpulan ....................................................................................... 56
B. Saran ................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57

LAMPIRAN................................................................................................... 60

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 28

Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi CV.Tri Putra Nurinda ...................................... 45

Tabel 4.2 Neraca CV.Tri Putra Nurinda ....................................................... 46

Table 4.3 Laporan Arus Kas CV.Tri Putra Nurinda........................................ 48

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ........................................................................... 34

Gambar 3.1 Struktur Organisasi ................................................................... 37

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha kontraktor dimana

proses pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, dapat diselesaikan

sesudah memakan waktu lebih dari satu periode akuntansi. akibanya

timbul suatu masalah mengenai penentuan pendapatan dan beban yang

diakui pada setiap akhir periode akuntansi. Standar Akuntansi Keuangan

mengatur suatu cara yang tepat agar pengakuan pendapatan dapat

mencerminkan hasil yang sewajarnya. Dalam akuntansi pendapatan dan

beban yang menjadi permasalahan bagaimana perusahaan mengakui dan

mengukur komponen pendapatan dan beban dalam suatu periode tertentu

(magfirah, 2015).

Perusahaan konstruksi adalah perusahaan badan usaha yang

berhubungan dengan pembagunan saran maupun prasarana, seperti

gedung, rumah, sarana umum (jembatan,jalan waduk dan lain sebagainya),

dan isntalasi, baik itu di dalamnya termasuk perencanaan, pelaksanaan

kerja, maupun pengawasan pekerjaan konstruksi tersebut hingga bagunan

atau fasilitas yang di bangun selesai berdiri dan siap di gunakan untuk

umum (magfirah, 2015).

Dalam sector industry Indonesia termasuk salah satu Negara

berkembang yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi

yang cukup stabil. Peningkatan perekonomian sejalan dengan dunia bisnis

yang terus bertambah.

1
2

Dari pertumbuhan ekonomi tersebut di dukung dengan adanya peningkatan

dan penambahan dari jumlah sector industry yang mengalami persaingan

yang cukup tinggi dan selektif dalam menunjang pelayanan secara optimal

kepada komsumen. Sehingga, untuk mendapatkan perhatian dari para

konsumen perusahaan membutuhkan aset tetap (fixed aset) dalam

membantu kelancaran operasional perusahaan. Pada umumnya sebuah

perusahaan menggunakan sarana berupa asset tetap, Asset tetap tersebut

dapat berupa mesin, peralatan atau gedung. Jenis asset yang di gunakan

mencerminkan sifat bisnis dari perusahaan tersebut. Untuk menggunakan

asset tetap tersebut perusahaan dapat membelinya atau membuatnya

sendiri. Bentuk penggunaaan asset seperti ini adalah bentuk yang paling

klasik. Sebagai alternatif perusahaan tidak memilikinya tetapi menyewanya

dari pihak lain (Amrie Firmansyah, 2020).

Sewa adalah perjanjian antara lessor (pemilik asset) dengan lessee

untuk menggunakan suatu asset sewaan selama priode yang di sepakati.

Kemajuan dunia industri saat ini mengalami perkembangan yang pesat

dalam memaksimalkan kebutuhan masyarakat dalam berkonsumsi.

Kebutuhan pelayanan dan produksi yang semakin meningkat membuat

industri perlu menambah jumlah kapasitas aset tetap (Adam Wira Sanjaya,

2020). Aset tetap yang dimiliki oleh sebuah entitas untuk proses produksi

dan pelayanan bisa dimiliki langsung oleh entitas melalui proses jual beli

aset atau bisa melalui proses sewa menyewa aset tetap dari jasa penyewa

aset. Opsi sewa bisa digunakan pada sebuah perusahaan yang tidak

memiliki investasi yang cukup dalam melakukan pembelian aset. Sewa

aset tetap bisa dilakukan melalui dua opsi baik sewa operasional maupun
3

sewa pembiayaan. Keuntungan menggunakan opsi sewa dari pada

pembelian langsung salah satunya adalah beban operasional perusahaan

dalam bentuk penyusutan aset tetap tidak terlalu besar dibandingkan

dengan sistem sewa (Martani, 2018).

Standar Akuntansi yang di gunakan oleh beberapa perusahaan dalam

melakukan pelaporan keuangan dengan mengacu pada Standar Akuntansi

Keuanan(SAK).Standar ini mengalami revisi di dasarkan pada penyesuaian

standar yang di akibatkan oleh perkembangan ekonomi setiap waktunya.

hal ini mengakibatkan DSAK harus melakukan penyesuaian berupa revisi

standar bahkan penambahan dan penghapusan standar. dengan ini Dewan

Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah merilis tiga Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) baru. Ini merupakan bagian dari usaha

otoritas untuk mengadopsi system dari International Financial Reporting

Standar (IFRS) yang di keluarkan oleh otoritas Akuntan Internasional,

International Acconting Standard Board (IASB).

Peraturan tersebut telah di terbitkan sejak tahun 2017. Namun

implementasinya sendiri baru di wajibkan tahun 2020. Mulai tahun 2020

PSAK 73 sewa berlaku menggantikan PSAK 30 sewa. PSAK ini cukup

banyak perubahan terutama dari sisi penyewa. Di kenalkan aset baru

bernama Aset Guna atau Right Of Use Of Asset (AHG) (Ahalik, 2019).

PSAK ini tidak hanya berlaku untuk transaksi sewa namun juga untuk

transaksi yang mengandung sewa. saat ini PSAK 73 berlaku efektif mulai 1

Januari 2020, beberapa entitas publik yang berbasis PSAK IFRS telah

menerapkan sejak januari 2020.


4

Penerapan ini tentunya akan berdampak pada penyajian laporan keuangan

pada pengakuan aset hak guna dan liabilitas sewa. model akuntansi sewa

yang diterapkan secara tunggal pada PSAK 73 berdampak pada model

pencatatan dan pengakuan beban dan liabilitas sewa. Hal ini menjadi

kajian yang cukup menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Penelitian sebelumnya yang membahas tentang penerapan PSAK 73

di Indonesian telah dilakukan oleh Amelia et.al.(2018) tentang dampak

penerapan PSAK 73 atas sewa terhadap kinerja keuangan pada industri

manufaktur, pertambangan dan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018. Penelitian tersebut dilakukan sebelum PSAK 73 efektif

diberlakukan di Indonesia. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa

terjadi rata-rata kenaikan Debt To Asset (DAR), Debt To Equity (DER) serta

adanya penurunan dari rasio profitabilitas Return On Equity (ROE) dan

Return On Asset (ROA) setelah kapitalisasi sewa diterapkan pada industri

jasa, industri pertambangan dan manufaktur. Oleh karena itu dalam

penelitian ini penulis ingin melakukan kajian ulang atas dampak penerapan

PSAK 73 atas sewa yang telah dilakukan oleh (Safitri, 2018) dengan

menggunakan waktu pengamatan sejak PSAK 73 efektif diterapkan awal

tahun 2020. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah CV.Tri Putra

Nurindah Makassar tahun 2020. Dari uraian latar belakang di atas, penulis

tertarik untuk mengangkat judul “Implementasi PSAK 73 Atas Sewa pada

CV.Tri Putra Nurinda Makassar”.


5

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, adapun

perumusan masalahnya adalah “bagaimana Implementasi PSAK 73 atas

Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar Tahun 2020?.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penyusunan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Implementasi PSAK 73 atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Saya harapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat baik. Manfaat

secara akademis ataupun secara praktis. Dan secara umum akan

memberikan konstribusi kepada:

a. Manfaat Teoritis

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam

menyerap teori yang telah di berikan serta mampu memberikan

konstribusi terhadap ilmu akuntansi dan menjadi referensi untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan PSAK.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Investor

Harapan pertama ialah bisa membantu para investor untuk

menganalisa suatu laporan keuangan perusahaan yang terkait

dengan pengadopsian peraturan baru agar para investor dapat

mengambil keputusan berinvestasi dengan tepat.


6

2) Bagi Perusahaan

Diharapkan perusahaan dapat menjadikan penelitian ini

sebagai tambahan informasi yang dapat menentukan kebijakan

dalam menyusun laporan keuangan yang akan di publikasikan

kepada para investor.

3) Bagi Pihak Lain

Diharapkan dapat digunakan oleh pihak lain yang

berkepentingan, baik sebagai referensi penelitian maupun bahan

teori bagi penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 73 (PSAK 73)

Dikenal dengan nama PSAK, adalah singkatan dari Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan. Standar ini merupakan pedoman

prosedur dalam membuat laporan keuangan akuntansi. Bagi seorang

akuntan, pernyataan standar adalah pedoman yang digunakan untuk

menjalankan pekerjaan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku

(Amelia Safitri, 2018).

PSAK adalah singkatan pernyataan standar akuntansi keuangan

yang merupakan pedoman utama bagi akuntan dalam rangka

melakukan penyusunan laporan keuangan dalam bisnis. Standar

akuntansi keuangan adalah metode dan format baku yang digunakan

dalam penyajian informasi laporan keuangan. Standar akuntansi di

Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan

perkembangan dunia bisnis global, peraturan yang berlaku dan lain-lain.

Dalam PSAK menetapkan dasar-dasar penyajian laporan keuangan

dengan tujuan umum. Agar laporan keuangan bisa dibandingkan

dengan laporan keuangan sebelumnya ataupun laporan keuangan

lainnya. Tujuannya adalah agar tercipta keseragaman dalam

penyampaian laporan keuangan. Selain itu, standar akuntansi ini juga

dapat mempermudah siapapun untuk mendapatkan informasi dari

laporan keuangan yang ada.

7
8

Di dalam standar akuntansi berisi aturan-aturan yang berhubungan

dengan kegiatan mencatat, menyusun, melakukan, hingga menyajikan

sebuah laporan keuangan. Tidak hanya berisi aturan dan standar

pedoman ilmu akuntansi saja, PSAK berisi informasi dan data yang

sangat penting dan berhubungan dengan laporan keuangan. Data dan

informasi yang tercatat di standar akuntansi adalah aset perusahaan,

liabilitas ekuitas, pendapatan, dan beban. Informasi entitas berupa

kontribusi dari pemilik serta distribusi kepada pemilik, kerugian dan

keuntungan perusahaan, hingga laporan arus kas juga tersedia. Pada

dasarnya, pernyataan standar akuntansi keuangan ini dibuat dan

disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia atau (IAI). Pembuatan standar

akuntansi didasarkan pada kondisi yang sedang berjalan dan disepakati

serta disahkan oleh institut atau lembaga resmi di Indonesia (Amelia

Safitri, 2018).

Beberapa alasan pencabutan PSAK 30 atas sewa di antaranya

adalah Indonesia melakukan konfergensi ke IFRS, di mana pedoman

mengenai sewa sebelumnya yaitu IAS 17 pada tanggal 13 januari 2016

di ganti dengan IFRS 16 leases oleh IASB yang mulai berlaku efektif

sejak 1 januari 2019, sehingga isi pokok PSAK 30 tidak sesuai lagi

dengan IFRS 16 leases. Maka PSAK 30 pun ikut mengalami perubahan

menjadi PSAK 73 atas sewa yang mulai berlaku efektif tanggal 1 januari

2020. Dalam PSAK 73 atas sewa ini, penyewa tidak mengakui aset dan

liabilitas akibat adanya sewa operasi sehingga tidak memenuhi

kebutuhan para pembaca laporan keuangan.


9

Oleh sebeb itu DSAK IAI menerbitkan PSAK 73 yang mengatur

pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas sewa

khususnya bagi penyewa dengan hanya memperbolehkan

mengklasifikasikan sewa sebagai sewa pembiayaan tetapi bagi pesewa

tidak ada perubaha aturan apapun. Dalam PSAK 73 di sebutkan bahwa

penyewa harus mengakui asset hak guna dan liabilitas sewa. Tetapi

terdapat dua pengecualian opsional dalam pengakuan asset dan

liabilitas sewa, yaitu untuk sewa jangka pendek (kurang dari 12 bulan)

dan sewa asset pendasarnya bernilai rendah. Pada awal masa sewa,

pihak penyewa mengakui sewa pembiayaan sebagai asset hak guna

dan liabilitas sewa.

Pengakuan ini di lakukan atas dasar nilai wajar asset yang di sewa

atau jika lebih rendah, atas dasar nilai sekarang dari pembayaran sewa

guna minimum (minimum lease payments). Menurut PSAK 73 atas sewa

menjelaskan bahwa pada tanggal permulaan , penyewa mengukur asset

hak guna pada biaya perolehan (Amelia Safitri, 2018). Sedangkan untuk

memperoleh liabilitas sewa dapat di peroleh dari nilai terkini

pembayaran sewa di tambah dengan nilai terkini pembayaran

ekspektasian pada akhir sewa. Terdapat tiga poin penting untuk dapat

mengukur nilai kini pembayaran sewa:

1) Masa sewa yaitu priode sewa yang tidak dapat di batalkan (non

cancelable period) termasuk dalam opsi perpanjangan sewa atau

pembatalan (jika cukup pasti).


10

2) Pembayaran sewa adalah jumlah yang di peroleh dari

pembayaran tetap, pembayaran pariabel berdasarkan indeks

atau suku bunga, perkiraan jaminan atas nilai residu, harga

eksekusi opsi beli dan penalty karena mengakhiri sewa (jika

cukup pasti).

3) Tingkat diskonto yaitu menggunakan suku bunga inplisit apabila

dapat di tentukan atau suku bunga pinjaman ingkrimental apabila

tidak dapat di tentukan.

PSAK 73 sewa memperkenalkan model akuntansi tunggal penyewa dan

mensyaratkan agar penyewa mengakui asset dan liabilitas untuk seluruh

sewa. Penyewa di syaratkan untuk mengakui aset hak guna yang

merepresentasikan haknya untuk menggunakan aset pendasar sewaan

dan liabilitas sewa yang mereprentasikan kewajibanya untuk membayar

sewa (Amelia Safitri, 2018).

Pernyataan ini di terapkan untuk seluruh sewa,termasuk sewa aset

hak guna dalam subsewa, kecuali untuk:

a. Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral,

minyak, gas alam, dan sumber daya serupa yang tidak dapat di

perbarui.

b. Perjanjian konsesi jasa dalam ruang lingkup ISAK 16: perjanjian

konsesi jasa.

c. Lisensi kekayaan intelektual yang di berikan oleh pesewa dalam

ruang lingkup DE PSAK 72: pendapatan dari kontrak dan

pelanggan.
11

d. Hak yang di miliki oleh penyewa dalam perjanjian lisensi dalam

ruang lingkup PSAK 19: aset takberwujud untuk item seperti film,

rekaman video, karya panggung, manuskrip (karya tulis) hak

paten, dan hak cipta.

Selain itu penyewa dapat memiliki untuk tidak menerapkan persyaratan

tersebut untuk:

a. Sewa jangka pendek dan

b. Sewa yang aset pendasarnya bernilai rendah

Penyewa mengukur aset hak guna dengan cara yang serupa dengan

aset non keuangan lain (seperti aset tetap) dan liabilitas sewa dengan

cara yang serupa dengan liabilitas keuangan lainya. Sebagai

konsekuensinya, penyewa mengakui penyusutan aset hak guna dab

bunga atas liabilitas sewa, dan juga mengklasifikasikan pembayaran kas

untuk liabilitas sewa menjadi bagian pokok dan bagian bunga dan

menyajikanya dalam laporan arus kas dengan menerapkan PSAK

laporan arus kas (Amelia Safitri, 2018).

1) Sejarah PSAK

Standar akuntansi keuangan di Indonesia telah dimulai pada saat

zaman penjajahan, tahun 1602–1799 saat zaman kolonial telah

dilakukan pencatatan sederhana, pada tahun 1800–1942 saat zaman

penjajahan Belanda telah dilakukan pencatatan debit dan kredit.

Tahun 1942–1945 pencatataan tetap menggunakan debit dan kredit dan

belum terdapat banyak perubahan dalam pencatatan akuntansi

sedangkan pada tahun 1945 sampai dengan sekarang dilakukan

harmonisasi terhadap standar keuangan salah satunya harmonisasi


12

pada standar IFRS (Internasional Financial Accounting Standard). Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri sejak tahun 1957 merupakan

wadah profesi akuntansi di Indonesia yang terus melakukan

pengembangan standar untuk menyesuaikan dengan dunia usaha dan

profesi akuntansi dan merupakan anggota dari International Federation

Of Accountants (IFAC).

Pada tahun 1973 dibentuknya panitia penghimpunan bahan-bahan

dan struktur (GAAP) dan (GAAS) yang selanjutnya pada tahun 1974

dibentuk komite prinsip akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas

menyusun dan mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan. Pada

tahun 1994 komite (PAI) diubah menjadi komite standar akuntansi

keuangan yang kemudian pada tahun 1998 berubah menjadi Dewan

Standar Akuntansi Keuangan. (IAI) sebagai anggota dari (IFAC) memiliki

komitmen untuk melaksanakan semua Standar Internasional yang

ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di

Indonesia.

(IAI) memutuskan untuk melakukan harmonisasi terhadap

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) kepada International

Financial Reporting Standard (IFRS) yang kemudian dilanjutkan dengan

konvergensi terhadap IFRS. PSAK adalah aturan baku yang mengatur

pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan keuangan

sedangkan (IFRS) merupakan Standar Akuntansi Internasional.

Tahun 2012 mencatatkan satu momen penting, dimana pada tahun

ini dilakukan pengimplementasian (PSAK) berbasis (IFRS) di Indonesia.

Sehubungan dengan pengimplementasian (IFRS) tersebut, maka


13

terdapat beberapa perubahan dalam (PSAK) yang kemudian

disesuaikan dengan pengaturan dalam (IFRS).(PSAK-IFRS) ini

biasanya digunakan pada bisnis dan organisasi yang berskala publik

dan bersifat umum (IAI, 2017).

2) Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

Di Indonesia terdapat 5 standar akuntansi keuangan yang berlaku.

di antaranya, 4 macam standar akuntansi keuangan yang diterbitkan

oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK, IAI) 2017. Dan 1

acuan standar yang dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi

Pemerintah (KSAP). Standar Akuntansi Keuangan ini banyak dipakai

oleh kebanyakan entitas, baik swasta maupun lembaga pemerintahan.

a. PSAK-IFRS

Merupakan singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

International Financial Report Standard. Standar akuntansi ini

digunakan oleh badan usaha yang memiliki jenis akuntabilitas

publik.

Artinya, badan usaha tersebut telah terdaftar atau sedang dalam

proses mendaftar di pasar modal sebagai emiten. Contohnya

adalah perusahaan asuransi, (BUMN), perbankan, dan perusahaan

dana pensiun.

2. Sewa

Pengertian Sewa adalah kontrak perjanjian di mana penyewa

memperoleh hak dari pesewa untuk menggunakan aset tertentu pada

priode yang telah di sepakati kedua belah pihak dengan syarat penyewa

melakukan pembayaran sewa kepada pesewa. Klasifikasi sewa terbagi


14

menjadi dua yaitu, sewa pembiayaan (capital lease) adalah sewa saat

seluruh resiko dan manfaat yang berhubungan dengan kepemilikan

asset pesewa di alihkan secara subtansian kepada penyewa, dan sewa

operasi (operating lease) adalah sewa saat seluruh resiko dan manfaat

yang berhubungan dengan kepemilikan asset pesewa tidak di alihkan

secara subtansial kepada penyewa (Amelia Safitri, 2018).

Menurut (Diana dan lilis, 2017) sewa (leasing) adalah perjanjian

kontrak antara lessor (yang meminjamkan asset) lesse (peminjam),

dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan

asset tertentu milik lessor selama priode waktu yang di sepakati.

Sebagai imbalanya, lessee melakukan pembayaran (serangkaian

pembayaran) sewa kepada lessor. Sedangkan menurut (kieso dkk,

2018) sewa didefinisikan sebagai suatu perjanjian kontrak yang

memberikan hak lessor kepada penyewa (lessee) untuk menggunakan

properti, bangunan atau peralatan selama jangka waktu tertentu dengan

memberikan imbalan yang telah di pertimbangkan.

Memahami implementasi PSAK 73 dalam akuntansi penyewa,

adapun beberapa sewa dapat mensyaratkan dalam tanggal permulaan

penyewa yaitu:

a. Memperoleh pengakuan aset hak guna dan liabilitas sewa.

b. Memperhitungkan aset hak guna pada biaya perolehan.

c. Memperkirakan liabilitas sewa dalam pembayaran sewa yang belum

di bayar saat tanggal permulaan, di mana sewa hanya bisa

didiskontokan dengan menggunakan suku bunga implisit pada sewa

apabila suku bunga dapat di tentukan.


15

Namun jika suku bunga pinjaman incremental penyewaan implisit

maka sewa tersebut tidak dapat di tentukan (Accounting

standar,2020).

1. Jenis-jenis Leasing

Menurut (Diana dan lilis, 2017) sewa diklasifikasikan menjadi

dua yaitu: sewa pembiayaan (finance/capital lease) dan sewa

operasi (operating lease).

a. Sewa Pembiayaan (Finance Lease)

Sewa di klasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika mengalihkan

secara subtansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan

kepemilikan asset kepada lessee. Selain itu, suatu sewa di catat

sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut tidak dapat di

batalkan.

Berikut adalah 4 kriteria yang di gunakan untuk menentukan apakah

seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset di

alihkan secara substantial:

1. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lesse pada akhir

masa sewa

2. Lesse memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang di

perkirakan cukup rendah di bandingkan nilai wajar pada tanggal

opsi mulai dapat di laksanakan, sehingga pada awal sewa

dapat di pastikan bahwa opsi tersebut akan di laksanakan

sehingga menjadi cukup pasti

3. Massa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomi aset

meskipun hak milik tidak di alihkan. Dalam praktik, 75% di pakai


16

sebagai batas untuk menentukan apakah suatu kontrak sewa

mencakup sebagian besar umur ekonomi aset

4. Pada awal sewa, present volue (nilai kini) dari pembayaran

sewa minimum secara substantial mendekati (sama atau

melebihi) nilai wajar aset sewaan. Dalam praktik, 90% di pakai

sebagai batas untuk menentukan apakah present volue dari

pembayaran sewa minimum mendekati nilai wajar aset sewaan

(pendasar).

5. Aset pendasar bersifat khusus, penyewa dapat menggunakan

tanpa harus memodifikasi secara signifikan.

b. Sewa Operasi (Operating Lease)

Sewa operasi adalah perjanjian lease (sewa beli) yang dibelikan

diperlakukan sama dengan perjanjian lease biasa. Jika perjanjian

lease tidak dapat di kelompokkan ke dalam lease pembiayaan,

maka di kelompokkan ke dalam lease operasi.

2. Sewa Guna Usaha (leasing)

Definisi sewa guna usaha dari beberapa sumber mempunyai

pengertian yang sama. Menurut PSAK 73 dan IFRS 16, sewa adalah

sebuah kontrak yang memberikan hak dari lessor kepada lessee untuk

mengendalikan penggunaan aset selama jangka waktu yang telah di

tetapkan untuk di tukarkan dengan imbalan. Sedangkan menurut

kepututasan Menkeu RI No 1169/KMK.01/1991. Definisi Sewa guna

usaha adalah kegiatan pembiayaan dengan cara mengadaan barang

modal baik dengan hak opsi atau tidak dengan hak opsi yang digunakan

oleh penyewa dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran


17

berkala. Menurut kieso (2015), sewa guna usaha (lease) adalah suatu

perjanjian bersifat kontraktual antara lessor (pihak yang menyewakan)

dan lesse (pihak yang menyewa) yang memberikan lesse hak untuk

menggunakan property tertentu, yang di miliki oleh lessor, selama

jangka waktu tertentu sebagai ganti pembayaran uang sewa yang

umumnya dibayar secara periodic dan besarnya sudah di tetapkan.

Sedangkan, menurut Stice (2015), sewa guna usaha (lease) adalah

sebuah kontrak yang merinci persyaratan di mana pemilik property, yaitu

lessor (yang menyewakan) mentransfer hak pengguna property kepada

lessee (penyewa).

Menurut Stice (2015), terdapat beberapa keuntungan bagi lessee

dari pada pembelian, seperti tanpa uang muka, lessee dapat

menghindari resiko kepemilikan, dan fleksibel karena perusahaan dapat

dengan muda mengganti aktiva untuk menanggapi perubahan bisnis.

Menurut Stice (2015), lessor mendapat beberapa keuntungan dari

usaha sewa guna usaha (leasing), seperti peningkatan penjualan,

hubungan bisnis yang berkelanjutan melalui lease antara lessor dan

lessee, dan apabila kondisi ekonomi menghasilkan nilai sisa yang

signifikan pada akhir masa sewa, lessor dapat menyewakan property ke

lessee lain atau menjual properti dan mendapat keuntungan.

Menurut Stice (2015), untuk tujuan akuntansi, sewa guna usaha di

pisahkan menjadi dua bagian, sewa guna usaha modal (capital lease)

dan sewa guna usaha operasi (operating lease). Sewa guna usaha

modal di catat seolah-olah perjanjian sewa guna usaha mengalihkan

kepemilikan aktiva dari lessor kepada lessee.


18

Jika sewa guna usaha di catat sebagai sewa guna usaha modal, lessor

mengakui adanya penjualan aktiva pada saat penandatanganan sewa

guna usaha, lessee akan mengakui aktiva yang disewagunausahakan,

dan juga kewajiban untuk pembayaran di masa depan di neracanya.

Sedangkan, sewa guna usaha operasi di catat sebagai perjanjian sewa,

tanpa transfer kepemilikan aktiva yang berkaitan dengan sewa guna

usaha tersebut. Lessor tidak mengakui adanya penjualan aktiva pada

tanggal penandatanganan sewa guna usaha, melainkan mengakui

adanya pendapatan sewa guna usaha setiap tahunya saat penbayaran

di terima. Lessee tidak mengakui aktiva yang disewagunausahakan, dan

tidak ada kewajiban sewa guna usaha yang di laporkan, tetapi hanya

melaporkan beban sewa guna usaha periodic yang jumlahnya sama

dengan pembayaran tahunan sewa guna usaha. Dalam beberapa

pengertian tersebut, dapat di simpulkan bahwa dalam transaksi

perjanjian leasing terdapat beberapa unsur yaitu:

a. Lessor atau penyediaan barang modal (aktiva)

b. Lesse yaitu pihak yang memakai barang modal (penyewa

guna usaha)

c. Adanya perjanjian yang sifatnya tidak biasa dibatalkan (non

cancelled)

d. Adanya barang modal atau aktiva yang di asingkan

e. Adanya hak pilih (opsi) bagi lesse setelah berakhirnya kontrak

leasing untuk membeli atau barang modal (aktiva) yang

bersangkutan.

f. Adanya pembayaran secara berkala atau angsuran.


19

g. Adanya nilai sisa yang di peroleh bersama.

Kegiatan sewa guna usaha diperkenalkan untuk pertama kalinya di

Indonesia pada tahun 1974 dengan di keluarkanya keputusan bersama

mentri keuangan, mentri perdagangan dan mentri perindustrian NO.

kep-122/MK/2/1974 dan NO.30 /KPB/1/74 tanggal 7 februari 1974

tentang “perjanjian usaha leasing”. Sejak saat itu dan khususnya sejak

tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha makin bertambah dan

meningkat dari tahun ketahun untuk membiayai penyediaan barang-

barang modal dalam dunia usaha. Dalam finance lesse biasanya

memilih barang modal yang di butuhkan dan atas nama lessor

melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal

yang menjadi objektif transaksi leasing. Operating adalah kegiatan

leasing di mana lesse tidak operating, lessor sebagai pemilik barang

modal maka barang modal tersebut seperti asumsi pajak (Stice, 2015).

3. Sewa guna usaha menurut PSAK 73

PSAK 73 tentang sewa resmi di terapkan secara efektif pada

tanggal 1 januari 2020. PSAK ini menggantikan:

a. PSAK 30 sewa

b. ISAK 8 penentuan apakah suatu perjanjian mengandung suatu

sewa

c. ISAK 23 sewa operasi-insentif

d. ISAK 24 evaluasi subtansi beberapa transaksi yang melibatkan

suatu bentuk legal sewa dan

e. ISAK 25 hak atas tanah


20

Perubahan menjadi PSAK73 ini bertujuan untuk memastikan bahwa

penyewa dan pesewa menyediakan informasi yang relevan yang

mempersentasikan dengan tepat transaksi tersebut. Informasi ini

memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai

dampak transaksi sewa pada posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

arus kas entitas. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang

biasanya diukur dalam satuan uang, baik yang telah terjadi, sedang

terjadi, atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Berbagai hal dalam kegiatan kita juga tak lepas dari biaya,apalagi

bagi sebuah proyek di perusahaan. Dalam proyek konstruksi, biaya

merupakan salah satu elemen yang sangat krusial dan penting. Hal

yang terkait dengan biaya proyek harus terlampir dan dicatat dalam

laporan untuk dipertanggungjawabkan. Biaya proyek konstruksi sendiri

ada jenis-jenisnya. Bagi Anda yang tengah berkecimpung di proyek

perusahaan seperti konstruksi, maka perlu mengetahui perbedaan dari

jenis-jenis biaya tersebut. Termasuk yang juga sangat penting adalah

soal biaya overhead. Untuk lebih jelasnya, berikut pembahasan tentang

jenis-jenis biaya dalam proyek. Jenis-Jenis Biaya Proyek,Setidaknya

ada dua jenis pengelompokkan biaya dalam perhitungan estimasi biaya

proyek, konstruksi yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak

langsung (indirect cost):

1. Biaya langsung (direct cost) biaya langsung langsung adalah semua

biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan

proyek konstruksi di lapangan.


21

Biaya langsung pada proyek konstruksi dapat diperkirakan

jumlahnya dengan cara menghitung volume pekerjaan dan biaya

proyek berdasarkan harga satuan pekerjaan. Biaya langsung sendiri

bisa dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Biaya Material, yaitu semua biaya untuk pembelian bahan dan

material yang dihitung dengan analisis harga satuan. Dalam

perhitungan biaya material ini harus diperhatikan beberapa hal

seperti bahan sisa, harga terbaik, harga loco atau franco, serta

cara pembayaran kepada supplier.

b. Biaya Upah Buruh, yaitu biaya untuk membayar upah atas

pekerja yang diperhitungkan terhadap satuan item mata

pembayaran tertentu dan biasanya sudah memiliki standar harga

satuannya. Untuk perhitungan biaya upah buruh ini harus pula

diperhatikan beberapa hal seperti perbedaan antara upah harian

atau borongan, kapasitas kerja, asal dari mana buruh

didatangkan, serta juga mempertimbangkan undang-undang

perburuhan yang berlaku.

c. Biaya Peralatan atau Equipments, yaitu biaya terhadap peralatan

untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Dalam perhitungan

biaya ini pula perlu diperhatikan beberapa hal seperti ongkos

keluar masuk gudang, ongkos buruh pengopersi, dan biaya

operasi jika peralatan merupakan barang sewaan serta investasi,

depresiasi, reparasi, pemeliharaan, dan ongkos mobilisasi jika

peralatan merupakan barang tidak disewa.


22

2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung (Indirect Cost) adalah semua biaya proyek yang

tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan.

Meskipun begitu, biaya tidak langsung harus ada dan tidak bisa

dilepaskan dari proyek yang tengah berjalan. Biaya tidak langsung ini

belum secara eksplisit dihitung pada tiap proyek konstruksi tetapi perlu

diperkirakan guna alokasi biaya di luar pekerjaan konstruksi. Biaya-

biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah sebagai

berikut.

a. Biaya tak terduga atau unexpected costs, merupakan biaya yang

disiapkan untuk kejadian-kejadian yang mungkin terjadi ataupun

mungkin tidak terjadi. Sebagai contoh adalah jika terjadi banjir di

lokasi proyek, tentu akan ada biaya khusus untuk mengatasinya.

Biaya tak terduga sendiri umumnya diperkirakan antara 0,5 sampai

5% dari biaya total proyek.

Hal-hal yang termasuk dalam biaya tak terduga ini adalah Akibat

Kesalahan, seperti gambar kerja yang tidak lengkap atau kontraktor

yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ketidakpastian Subjektif,

artinya ada interpretasi yang subjektif terhadap sesuatu seperti

penggunaan bahan tertentu yang diartikan berbeda oleh pekerja.

Ketidakpastian Objektif, artinya ada ketidakpastian akan perlu

tidaknya suatu pekerjaan karena ditentukan oleh objek diluar

kemampuan manusia.
23

Contohnya adalah pemasangan sheet pile untuk pondasi yang

ditentukan oleh tinggi rendahnya muka air tanah. Variasi Efisiensi,

yaitu ada tidaknya efisiensi dari sumber daya seperti buruh, material,

dan peralatan.

b. Keuntungan atau profit, yaitu semua hasil yang didapat dari

pelaksanaan sebuah proyek. Keuntungan ini tidak sama dengan gaji

karena dalam keuntungan terkandung usaha, keahlian, ditambah

pula dengan adanya faktor risiko.

c. Biaya Overhead, yaitu biaya tambahan yang tidak terkait langsung

dengan proses berjalannya proyek tetapi harus tetap dimasukkan ke

dalam anggaran layaknya biaya lain agar proyek dapat berjalan

dengan baik. Untuk lebih jelas mengenai biaya Overhead ini, akan

dijelaskan pada poin berikut.

3. Biaya Overhead pada Proyek

Biaya overhead masuk dalam salah satu unsur harga pokok produk

konstruksi. Biaya ini menjadi elemen biaya konstruksi yang terbilang

relatif besar dan juga sulit pengendaliannya serta tidak mudah

dibebankan secara langsung kepada suatu hasil produksi tertentu.

Persentase untuk biaya overhead ini umumnya memiliki besaran

maksimal 15% dari total biaya proyek.

B. Tinjauan Empiris

Berdasarkan hasil peninjauan penulis terhadap hasil penelitian

sebelumnya, khususnya yang berhubungan dengan aspek yang akan di teliti

oleh penulis terhadap beberapa penelitian yang relevan. Berikut adalah

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan PSAK 73:


24

a. Penelitian yang di lakukan oleh Budiarso N dan Pangkerego R

(2015).Penerapan PSAK No.30 tentang Perlakuan Akuntansi Sewa

Aktiva Tetap pada PT.Sinar Karya Mega Persada. Hasil penelitian yaiutu

kegiatan sewa yang di lakukan PT. Karya Sinar Mega Persada

tergolonga pada sewa operasi (operating lease), karena kegiatan-

kegiatan sewa yang di lakukan oleh perusahaan tidak menggambarkan

perusahaan melakukan kegiatan sewa yang di lakukan oleh perusahaan

tidak menggambarkan perusahaan melakukan kegiatan sewa

pembiayaan (capital lease). Pada akhir massa sewa tidak ada opsi dari

lessor untuk menyerahkan peralatan yang di sewa menjadi milik yang di

lesse, melainkan peralatan sewa tersebut di tarik kembali dari lesse

sesuai perjanjian sewa.

b. Penelitian yang di lakukan oleh Amelia Safitri1, Utami Puji Lestari2 , Ida

Nurhayati3 (2018). Dengan judul Analisis Dampak Penerapan PSAK 73

Atas Sewa Terhadap Kinerja Keuangan pada Industri Manufaktur,

Pertambangan dan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Tahun 2018. Hasil penelitian ini Berdasarkan metode dan perhitungan

yang telah dilakukan, dapat diperoleh rangkuman dampak kapitalisasi

sewa berdasarkan PSAK 73 pada masing-masing industri diperoleh

informasi bahwa kapitalisasi sewa berdampak signifikan pada ketiga

industri tersebut, terutama industri jasa. Dapat dilihat bahwa perubahan

aset dan liabilitas pada industri jasa mengalami kenaikan rata-rata yang

sangat tinggi, yaitu sebesar 83.23% dan 121.38%. Sedangkan, rata-rata

ekuitas pada industri jasa mengalami penurunan di angka - 70.38%.

Kemudian, diikuti oleh industri pertambangan dan manufaktur yang


25

mengalami perubahan aset dan liabilitas yang meningkat dengan

masing-masing sebesar 6.86% dan 9.74% serta 1.34% dan 2.57%.

Sedangkan, ekuitas pada kedua industri tersebut hanya mengalami

perubahan sedikit yaitu -3.50% dan -0.38%.

c. Penelitian yang di lakukan oleh Ahalik (2019). Dengan judul

Perbandingan Standar Akuntansi Sewa PSAK 30 Sebelum dan Sesudah

Adopsi IFRS serta PSAK 73. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang

Definisi perbandingan antara PSAK 73 DAN PSAK 30. sewa menurut

PSAK 73 adalah pada tanggal insepsi kontrak, entitas menilai apakah

kontrak merupakan, atau mengandung, sewa. Suatu kontrak

merupakan, atau mengandung, sewa jika kontrak tersebut memberikan

hak untuk mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama suatu

jangka waktu untuk dipertukarkan dengan imbalan. Berbeda halnya

dengan PSAK 30, hampir dapat dipastikan bahwa semua sewa masuk

kategori sewa pembiayaan karena syarat untuk menjadi sewa operasi

menurut analisa peneliti menjadi lebih ketat.

d. Penelitian yang di lakukan oleh Yudho Bintoro Sandi, Adam Wira

Sanjaya, Amrie Firmansyah (2020). Dengan judul IMPLIKASI

PENERAPAN DINI PSAK 73 TENTANG SEWA (LEASES) PADA PT

UNILEVER INDONESIA TBK. Hasil penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis implikasi penerapan dini PSAK 73 terkait dengan

perubahan kebijakan akuntansi, pelaporan, dan kinerja keuangan pada

PT Unilever Indonesia Tbk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan analisis konten. Data dan informasi berupa laporan

keuangan tahunan audited 2018 (belum menerapkan PSAK 73), serta


26

laporan keuangan interim I dan III tahun 2019 yang telah menerapkan

PSAK 73.

e. Wulandari dkk, (2016) meneliti mengenai analisis pembiayaan melalui

finance dan aplikasi perlakuan akuntansi leasing berdasarkan PSAK

NO.30 tahun 2012 pada PT.Adira Dinamika Multi Finance Tanjung

Pinang berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kriteria klasifikasi

sewa guna usaha yang di terapkan didalam PASAK no.30 tentang sewa

pada PT.Adira Dinamika munlti finance tanjung pinang merupakan suatu

sewa pembiayaan (finance) dengan model direct financing atau

pembiayaan secara langsung pada akhir sewa pihak lesse memiliki aset

sewa guna usaha yang telah di bayarkan setiap bulannya kepada

lessor.

f. Husain dan wokas, (2016) meneliti tentang analisis penerapan PSAK

no.30 (revisi 2011) atas akuntansi leasing pada PT.Federal Internasional

finance (FIF) cabang manado dalam penerapan PSAK no.30 (revisi

2011) atas akuntansi leasing oleh PT.Federal Internasional Finance

cabang manado (FIF) telah sesua standar yang berlaku pada

PT.Federal Internasional Finance cabang manado (FIF), menggunakan

model akuntansi leasing capital dapat di ketahui dari ketentuan dalam

surat perusahaan tersebut, yang menyatakan adanya hak opsi bagi

pihak pada saat berakhirnya masa, dimana ketentuan ini tergolong

dalam satu kriteria yang ada pada capital.


27

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini merupakan penjelasan terhadap masalah yang

menjadi objek dalam penelitian ini. Kerangka pikir ini di buat untuk

memberikan gambaran penelitian yang akan di lakukan yaitu mengenai

Implementasi PSAK 73 pada perusahaan. Pemikiran penulis berangkat dari

hadirnya PSAK 73 Sebagai standar baru yang mengetur mengenai sewa.

Untuk lebih jelasnya dapat di uraikan secara skematis sebagai berikut:

CV.TRI PUTRA NURINDA


MAKASSAR

Implementasi PSAK 73

Hasil Penelitian

Gambar 2.1 skema kerangka pikir penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini adalah penelitian lapangan, yakni

penelitian yang di lakukan dalam sebuah perusahaan yang bergerak di

bidang penjualan ruko. Penelitian ini dilakukan di CV.Tri Putra Nurinda

Makassar dan sifatnya adalah deskriptif kualitatif.

B. Fokus Penelitian

(sugiyono 2017;) pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih di

dasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan reabilitas masalah yang

akan di pecahkan. Penelitian ini difokuskan meliputi:

1. Bagaimana Implementasi PSAK 73 Atas Sewa pada Perusahaan.

PSAK 73 merupakan standar baru tentang Sewa yang mulai efektif

pada Januari 2020 lalu. PSAK ini berposisi menggantikan beberapa

standar sebelumnya,antara lain PSAK 30 mengenai Sewa. dalam

penerapanya, PSAK 73 yang diadopsi dari IFRS 16 ternyata

memberikan dampak yang besar terhadap transaksi Sewa. PSAK 73

berpengaruh besar pada transaksi sewa, dampak ini paling banyak

dirasakan oleh para penyewa. Hal ini disebabkan tidak adanya lagi

pemisahan antara Sewa Operasi dan Sewa Pembiayaan sehingga

penyewa diharuskan mengklasifikasikan hampir seluruh transaksi

sewanya sebagai Sewa Pembiayaan dengan memunculkan aset dan

liabilitas Sewa di dalam laporan posisi keuangan.

35
36

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi dari penelitian ini di lakukan pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar

yang beralamat di Jl. Tamalate Vl STP.1 NO.85 Makassar. Waktu yang di

gunakan dalam penelitian ini selama dua bulan yaitu dari bulan September

sampai dengan bulan Oktober 2021.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang di peroleh secara

langsung dari sumber asli. data primer secara khusus di kumpulkan oleh

peneliti dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

dalam penelitian ini data-data primer yang di perlukan adalah berupa

gambaran umum mengenai CV.Tri Putra Nurinda Makassar.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang di peroleh

peneliti secara langsung melalui media perantara (diperoleh dan di catat

dari pihak lain) umumnya berupa statistik, ataupun keterangan-

keterangan publikasi lainya serta bahan-bahan pustaka yang berkaitan

dengan topik permasalahan penelitian.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karna tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan (sugiyono,

2016;224) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka

teknik pengumpulan data dapat di lakukan dengan cara, observasi,


37

wawancara, angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini, peneliti

hanya memakai 3 teknik pengumpulan data yaitu:

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang

sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan

atau keyakinan pribadi (Sutrisno Hadi, 1986) mengemukakan bahwa

anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan

metode interview atau wawancara itu sendiri dan juga kuisioner (angket)

adalah sebagai berikut:

1. Bahwa subjek responden adalah orang yang paling tahu tentang

dirinya.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah

benar dan dapat dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang di

masukkan oleh peneliti.

Wawancara juga dapat dilakukan dengan cara terstruktur maupun tidak

terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face)

maupun dengan menggunakan telepon.

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu teknik

wawancara dan kuesioner. wawancara dan kuesioner selalu

berkomunikasi dengan orang maka observasi tidak terbatas pada orang

tetapi juga objek-objek yang lain. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan


38

bahwa observasi merupakan satu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua

diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.

Teknik pengumpulan data observasi dilakukan bila, penelitian

berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam

dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses

pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi

observasi berperan serta (participant observation) dan non participant

observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka

observasi dapat di bedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak

terstruktur.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-karya

monumental dari seseorang. dokumen yang berbentuk tulisan misalnya

catatan harian, secara kehidupan (life histories), cerita, biografi,

peraturan, kebijakan, dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,

gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Studi dokumentasi merupakan

pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi dalam

penelitian kualitatif.

F. Instrument Penelitian

Pada prinsipnya peneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih

tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian.


39

Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat

dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985). dalam penelitian

kualitatif yang menjadi intrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu

sendiri.

Oleh karena itu peneliti sebagai intrumen juga harus “divalidasi”

seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya

turun kelapangan. validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi

validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki

objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Penelitian

kualitatif sebagai human intrumen, berfungsi menetapkan focus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas semuanya.

Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan di cari dari objek

penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang

diharapkan semuanya belum jelas. rancangan penelitian masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek

penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif

berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistic (menyeluruh), dinamis, tidak

dapat dipisah-pisahkan variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian

dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan intrumen penelitian

sebelumnya masalah yang di teliti jelas sama sekali.


40

G. Teknik Analisis

Teknik analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. adapun yang di maksud Teknik analisis desktiptif kualitatif adalah

proses pengumpulan, pengujian, dan meringkas berbagai karekteristik data

dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai

mengenai Implementasi PSAK 73 atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda

Makassar
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. CV.Tri Putra Nurinda Makassar merupakan sebuah perusahaan yang

bergerak di bidang penjualan ruko. Perusahaan ini berlokasi di

Makassar, yang di dirikan sejak pada tanggal 29 september 2000 oleh

robinson tanggulungan sebagai pemilik perusahaan dan sekaligus

bertindak sebagai pimpinan perusahaan.

Perusahaan CV.Tri Putra Nurinda Makassar di dalam

menjalankan kegiatanya telah mendapat surat izin dari menteri

kehakiman RI NO.J.A 7/9/22 juga surat izin akta pendirian dari No. 24

tanggal 29 september 2000.

Pendirian perusahaan ini bertujuan untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan pembagunan ruko bagi masyarakat yang membutuhkan untuk

melakukan usaha sehingga menciptakan kemakmuran rakyat guna

meningkatkan kesejahteraan untuk kepentingan umum seperti yang di

cita-citakan dalam kemerdekaan bangsa Indonesia.

Fungsi perusahaan adalah untuk menyelenggarakan kegiatan

yang bermanfaat bagi kepentingan umum,berupa kegiatan-kegiatan

produktif di bidang pelaksanaan pembangunan ruko beserta saran dan

prasarananya. Selain itu, untuk mendapatkan keuntungan dan

membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran serta

meningkatkan penerimaan daerah.

40
41

2. Visi dan Misi CV.Tri Putra Nurinda

Adapun visi dan misi CV.Tri Putra Nurinda sebagai berikut:

a. Visi perusahaan

Menjadi perusahaan jasa konstruksi terkemuka, yang mampu

memberikan kepuasan kepada pelanggan melalui produk serta

pelayanan yang berkualitas dan inovatif.

b. Misi Perusahaan

Selalu menawarkan jasa konstruksi terbaik dengan

memperhatikan apa yang di inginkan serta di butuhkan oleh klien

dan memberikan rasa aman dan nyaman melalui tiga hal:

ketepatan waktu, kualitas pengerjaan dan transparansi harga.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan unsur penting dalam suatu badan

usaha, karena struktur organisasi menggambarkan bagian-bagian

yang ada dalam perusahaan dan dengan adanya struktur organisasi

yang teratur memudahkan dalam melakukan pekerjaan, karena setiap

departemen terdiri dari beberapa personil dapat mengetahui tugas

yang menjadi tanggung jawab dan geris perintah serta garis kerja

sama antar departemen lainya sehingga sasaran yang ingin di capai

oleh perusahaan dapat terlaksanakan dengan sukses. Selain itu

struktur organisasi yang baik dapat menimbulkan suasana di mana

keputusan perorangan dan keputusan pimpinan dapat terwujud

sehingga dorongan kerja sama serta keinginan untuk melakukan

sesuatu yang positif untuk perusahaan tanpa adanya perintah.


42

STRUKTUR ORGANISASI

CV.TRI PUTRA NURINDA MAKASSAR

Direktur Utama
Robinsun
Tanggulungan,ST

Bidang Proyek Bidang Operasional Bidang Keuangan


Endik Widodo, ST Tri Himawan dan Umum
Susanto, SE Baharuddin, SE

Bagian ADM Bagian


Bagian Keuangan
Kontrak dan
Perencanaan Vivi Lestari
Dokumentasi Proyek
Agus
Purnomo, ST
Aminah,S.pd

Bagian Sekretaris
Bagian Operasional
Bagian Anggaran dan Personalia
dan Peralatanan
Agung Setyabudi, ST Soim
Restu Dewi K.S.ST
Muzakkir,S.ST

Bagian
Pembekalan/Pengadaan

Wadli Cahyadi

Gambar 3.1. Struktur Organisasi

Sumber: CV. Tri Putra Nurinda Makassar


43

Adapun fungsi dan tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi


tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1). Direktur Utama
Tugas secara umum direktur utama adalah sebagai berikut:

a. Sebagai coordinator para manajer

b. Memimpin dan bertanggung jawab sebelumnya atas pengelolaan

perusahaan

c. Merencanakan dan menetapkan kebijaksanaan perusahaan baik untuk

jangka pendek maupun jangka panjang

d. Secara langsung mengawasi proyek yang di pimpin oleh kepala proyek

e. Mewakili perusahaan dalam mengadakan hubungan perjanjian kontrak

dan lain sebagainya dengan pihak luar

2). Bidang Proyek

Tugas dan tanggung jawab bidang proyek adalah sebagai berikut:

a. Mencari informasi adanya proyek-proyek baru

b. Menyiapkan dan mengurus pra kualifikasi dan tender

c. Menyelenggarakan dokumentasi,statistic dan analisis laporan tender

d. Memimpin bagian administrasi kontrak dan dokumentasi proyek serta

bagian anggaran dalam melaksanakan tugasnya dan bertanggung jawab

atas seluruh kegiatan pemasaran perusahaan

3). Bagian Administrasi Kontrak dan Dokumentasi Proyek

a. Menyiapkan penyusunan,pembuatan dan penyelesaian kontrak proyek-

proyek

b. Menyiapkan penyusunan, pembuatan dan penyelesaian kontrak proyek-

proyek yang sedang berjalan


44

c. Menyusun perencanaan penerimaan uang muka, berita acara kemajuan

dan termin proyek sesuai jadwal di dalam kontrak

4). Bagian Anggaran

a. Membuat dan menyelesaikan dokumentasi penewaran proyek

b. Mempersiapkan rencana anggaran biaya untuk pelaksanaan proyek

(RAP)

c. Membuat analisis harga satuan pekerjaan

5). Bidang Operasional

a. Memimpin dan bertanggung jawab atas jalanya selutuh kegiatan

operasional perusahaan

b. Memeriksa dana kerja berdasarkan cash flow

c. Mengurus investasi, inventarisasi dan pemeliharaan peralatan

d. Menyusun jadwal penggunaan peralatan

6). Bagian Perencanaan

a. Merumuskan metode pelaksanaan pekerjaan yang tepat

b. Membuat rencana pelaksanaa (construction planning) setiap tender

c. Menyajikan data-data evaluasi pelaksanaan proyek yang meliputi waktu

pelaksanaan, mutu dan biaya

7). Bagian Perbekalan/Pengadaan

a. Mencari dan memberikan informasi tentang sumber serta harga bahan

yang di perlukan

b. Mengevaluasi harga penawaran supplier dan menyampaikan kepada

atasan

c. Membuat rencana untuk pelaksanaan pembelian bahan

d. Mengurus pengadaan dan pengiriman bahan ke lokasi proyek


45

e. Membuat laporan tentang, pembelian, penyimpanan dan pemakaian

bahan proyek secara berkala

8). Bidang Keuangan dan Umum

a. Mengatur segala masalah keuangan dan umum yang berhubungan

dengan perusahaan

b. Memimpim,mengatur dan mengawasi semua kegiatan perusahaan baik

dalam hubungan dengan bagian-bagian lain yang ada dalam perusahaan

sendiri maupun dengan hubunganya dengan pihak luar

9). Bagian Keuangan

a. Melaksanaan pembukuan dan pemeriksaan atau verivikasi terhadap

bukti pembayaran

b. Melaksanakan penagihan piutang dan pembayaran hutang atau tagihan

langsung

c. Mengurus fasilitas perbankan seperti bank garansi

d. Mengurus polis asuransi dan perpajakan

e. Membuat laporan keuangan secara berkala

10). Bagian Sekretariat dan Personalia

a. Melaksanakan tata usaha surat menyurat

b. Melaksanakan tata usaha pimpinan

c. Mengatur perjalanan dinas dan penggunaan perlengkapan dinas serta

perlengkapanya

d. Membuat laporan kepengawaian dan inventarisasi


46

B. Hasil Penelitian

1. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha pada CV.Tri Putra Nurinda

Dalam usaha mendukung kelancaran operasional perusahaan,

maka perusahaan menambah aktiva tetapnya melalui sumber

pembebanan dalam bentuk sewa guna usaha dari pihak lessor.

diharapkan dengan menambah aktiva tersebut perusahaan dapat

melakukan usahanya secara optimal. Penerapan transaksi leasing pada

CV.Tri Putra Nurinda menggunakan metode capital lease adalah barang

modal yang di sewakan harus di perlakukan dan di catat sebagai aktiva

sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan.

pembayaran sewa guna usaha (lease payment) selama tahun

berjalan yang di peroleh dari penyewa guna usaha di akui dan di catat

berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha

meskipun pembayaranya sewa guna usaha mungkin di lakukan dalam

jumlah yang tidak sama dalam setiap priode. Penyusutan aktiva yang di

sewa guna usahakan harus di lakukan dalam jumlah yang layak

berdasarkan jumlah taksiran masa manfaatnya. Kalau aktiva yang di

sewa guna usahakan di jual maka perbedaan antara nilai buku dan nilai

jual harus di akui dan di catat sebagai keuntungan dan kerugian tahun

berjalan.

Pada hakikatnya dalam sewa pembiayaan seluruh resiko dan

manfaat yang terkait dengan kepemilikan hukum dialihkan oleh lessor

kepada lesse, dan dengan menerima piutang sewa di perlakukan oleh

lessor sebagai pembayaran pokok dan pendapatan keuangan yang di

terima sebagai penggantian atas imbalan atas investasi dan jasanya.


47

Pandangan Robinsun Tanggulungan selaku pimpinan perusahaan


menyatakan bahwa perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang di
terapkan sangat di butuhkan, sejalan dengan berkembangnya dunia
bisnis dan persaingan yang ketat, lembaga pembiayaan dapat menjadi
alternative bagi pengembangan beberapa sektor usaha. Selain itu, sewa
guna usaha juga merupakan solusi ketika suatu perusahaan
memerlukan sebagian barang modal tentunya secara tiba-tiba tetapi
tidak mempunyai dana yang cukup. Dengan melakukan sewa guna
usaha, akan lebih menghemat biaya pengeluaran, di bandingkan
dengan harus membeli secara tunai (Direktur Utama,Robinsun
Tanggulungan.ST)

leasing atau sewa guna usaha merupakan kegiatan pembiayaan

dalam bentuk penyediaan barang atau modal yang di lakukan dalam

jangka waktu tertentu. Kegiatan leasing ini telah di atur dalam keputusan

mentri keuangan republic Indonesia nomor: 1169/KMK.01/1991 tentang

kegiatan sewa guna usaha (leasing). Keuntungan yang di peroleh jika

memilih pembiayaan dengan leasing adalah fleksibel. Fleksibel dalam

struktur kontrak serta penentuan besar pembayaran dan waktu yang

harus di tempuh. Prosedur dalam leasing cukup sederhana, tentu

menjadikan pelayanan lebih cepat. Perusahaan leasing juga membiayai

100% untuk modal yang nasabah butuhkan. Adanya pembiayaan dari

lessor (perusahaan leasing) ini tentu menghemat modal bagi

perusahaan lessee (pengguna modal).

2. Sistem Akuntansi Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda

Dalam kegiatan sewa, CV.Tri Putra Nurinda melakukan beberapa

transaksi sewa selama tahun 2020. dan sekarang mencatat transaksi

sewa sebagai sewa operasi. Dalam PSAK 73 diatur mengenai klasifikasi

yang di bagi menjadi dua yaitu sewa pembiayaan serta sewa operasi,di

mana pada masing-masing klasifikasi di atur bagaimana mengatur serta

mengungkapkan akuntansi sewa.


48

1. Sewa Pembiayaan

Sewa pembiayaan adalah sewa yang mengalihkan secara subtansial

seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu

aset. hak milik pada akhirnya dapat di alihkan, dapat juga tidak.

Suatu sewa di klasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sudah

memenuhi beberapa faktor berikut ini:

a. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lesse pada akhir

masa sewa.

b. Lesse memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup

rendah di bandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat

di laksanakan,sehingga pada awal sewa dapat di pastikan

bahwa opsi memang akan dilaksanakan.

c. Masa sewa adalah sebagian besar umur ekonomis meskipun

hak milik tidak di alihkan.

d. Pada awal masa sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa

minimum secara subtansial mendekati nilai wajar aset sewaan.

e. Aset sewaan bersifat khusus di mana hanya lesse yang dapat

menggunakanya tanpa perlu modifikasi secara material.

2. Sewa Operasi

Suatu sewa dikatakan sebagai sewa operasi apabila tidak memenuhi

criteria sewa pembiayaan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu

standar yang di gunakan oleh sebuah perusahaan yang telah go

public dalam menyusun laporan keuangan di mana laporan


49

keuangan tersebut di gunakan oleh para pihak eksternal baik itu

kreditur, pemerintah maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Pandangan baharuddin selaku staf keuangan perusahaan menyatakan


bahwa sistem akuntansi sewa pada CV.Tri Putra Nurinda yaitu sewa
operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan serta
jika sewa tidak mengalihkan secara subtansial seluruh resiko dan
manfaat terkait dengan kepemilikan aset (Bidang Keuangan dan
Umum,Baharuddin.SE)

Suatu perjanjian atau komitnmen sewa dapat membuat suatu

persyaratan untuk menyesuaikan pembayaran sewa karena perubahan

dalam konstruksi atau biaya akuisisi property sewaan karena perubahan

dalam ukuran biaya atau nilai lainya seperti tingkat harga umum atau

biaya pembiayaan yang di keluarkan oleh lessor. definisi sewa yang

telah dijelaskan di atas termasuk kontrak untuk menyewa aset dengan

suatu persyaratan yang memberikan opsi kepada penyewa untuk

memporoleh hak milik atas aset dengan memenuhi ketentuan yang di

sepakati dan kontrak ini sering di sebut sebagai kontrak sewa beli.

Laporan Keuangan CV.Tri Putra Nurinda Makassar

Laporan laba rugi di susun agar perusahaan dapat menggambarkan

hasil usaha pada suatu priode. Pendapatan dan beban yang diperoleh

pada suatu periode harus di bandingkan dengan biaya-biaya pada

priode yang sama. Hal ini untuk mengetahui laba atau rugi untuk priode

itu. Adapun laba rugi perusahaan CV.Tri Putra Nurinda Makassar untuk

bulan desember 2020 adalah sebagai berikut:


50

Tabel 4.1

CV.Tri Putra Nurinda


Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2019 -2020

2020 2019

PENDAPATAN

Total Pendapatan 27.818.078.920,00 28.100.117.875,00

BIAYA

Total Biaya 20.738.435.559,18 12.447.017.334,61

Laba Sebelum Pajak 7.079.643.360,82 15.623.046.540,39

Pajak Penghasilan (71.133.641,49) (32.518.024,50)

Laba sesudah kena pajak 7.008.509.719,33 15.590.528.497,89

Sumber : laporan keuangan CV.Tri Putra Nurinda

Berdasarkan dari tabel 4.1 yang dapat di ketahui dari laporan laba rugi

CV.Tri Putra Nurinda mengalami penurunan, dapat dilihat dari pendapatan pada

tahun 2019 sebesar Rp.28.100.117.875,00 sedangkan pada tahun 2020 menjadi

Rp.27.818.078.920,00

Berdasarkan dari tabel 4.1 yang dapat di ketahui dari laporan laba rugi

CV.Tri Putra Nurinda mengalami peningkatan biaya, dapat di lihat pada tahun

2019 total biaya Rp.12.447.071.334,61 dan pada tahun 2020 meningkat menjadi

sebesar Rp.20.738.435.559,18

Selain itu dari laba rugi yang dapat di ketahui adalah laba sesudah kena

pajak. Laba sesudah kena pajak CV.Tri Putra Nurinda mengalami penurunan.

Pada tahun 2019 sebesar Rp.15.590.528.497,89 dan pada tahun 2020 turun

menjadi Rp.7.008.509.719,3.
51

Tabel 4.2
CV.Tri Putra Nurinda
Neraca
Per 31 Desember 2019-2020

2020 2019

AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas dan setara kas 541.529.943,97 851.825.319,61
Piutang usaha 466.557.500,00
Piutang lain-lain 16.800.000,00 17.050.000,00
Tagihan bruto kpd pemb.kerja 987.206.102,70 487.522.439,71
Persediaan 29.105.510499,50 14.217.628.253,50
Biaya dibayar di muka 10.153.624.912,00 10.147.467.625,92
Pajak dibayar di muka 760.288.960.365,97 760.288.907,00
41.564.960.365,97 26.948.340.045,74
Aktiva Tetap
Aset tetap(harga perolehan) 28.021.304.328,70 26.481.472.249,74
Akumulasi penyusutan (9.212.910.674,,18) (7.740.647.012,27)
18.808.393.654,52 18.740.824.237,47
Total Aktiva 60.373.354.020,49 45.689.164.283,21

PASSIVA
HUTANG
Hutang lancar
488.891.471,67 410.432.966,77
Hutang bank dan cerukan
Hutang usaha Kpd pihak
ketiga 1.754.326,00
69.781.500,00 68.000.000,00
Hutang pajak
10.247.388,33 99.590.336,69
Pendapatan diterima di muka
10.130.060.293,73 6.888.715.992,9
Uang muka proyek

10.700.734.979,73 6.888.715.992,19
MODAL
Laba Ditahan 38.809.448.291,01 23.186.401.752,62
Laba (Rugi) Tahun ini 10.863.170.749,75 15.623.406.538,40
49.672.619.040,76 38.809.448.291,02

Total Passiva 60.373.354.020,49 45.698.164.283,21

Sumber : laporan keuangan CV.Tri Putra nurinda


52

Berdasarkan dari tabel 4.2 yang dapat di ketahui dari neraca selama priode
2019 sampai 2020 total aktiva mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2019
jumlah total aktiva Rp.45.689.164.283,21 sedangkan pada tahun 2020
Rp.60.373.354.020,49
Berdasarkan data dari tabel 4.2 yang dapat di ketahui dari neraca selama
priode 2019 sampai 2020 total vassive mengalami peningkatan, yakni pada
tahun 2019 jumlah total vassive Rp.45.689.164.283,21 sedangkan pada tahun
2020 Rp.60.373.354.020,49.
53

Tabel 4.3
CV.Tri Putra Nurinda
Laporan Arus Kas
Per 31 Desember 2019-2020

2020 2019

ARUS KAS DARI AKTIFITAS


OPERASI
Penerimaan kas dari
pelanggan. 28.100.117.875,00 2.390.110.037,00
Pembayaran kepada
karyawan. (625.211.090,36) (775.466.665,35)
Kas dihasilkan dari operasi 27.474.906.784,64 1.614.643.372
Pembayaran pajak
penghasilan
71.133.641,49 32.518.042,50
Kas bersih kegiatan operasi
27.546.040.426,13 1.647.161.414,15
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
INVESTASI
(499.683.662,79) (198.628.994,20)
Kas yang dibayarkan untuk
Perolehan persediaan
(2.700.000,00) (7.860.000,00)
Pembelian peralatan
(1.539.832.080,00) (2.506.205.110,00)
Perolehan aset tetap

(2.042.215.742,79) (2.712.694.104,20)
Kas bersih aktivitas investasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
PENDANAAN
Pembayaran deviden 1.940.472.415,00 1.159.320.088
Kas bersih aktivitas
pendanaan
1.940.472.415,00 1.159.320.088

Kenaikan (penurunan) kas (310.295.375,64) 585.849.909,64


Saldo kas awal 851.825.319,61 265.975.409,97

Saldo kas akhir tahun 541.529.943,97 851.825.319,61

Sumber : laporan keuangan CV.Tri Putra Nurinda


54

Berdasarkan dari tabel 4.3 yang dapat di ketahui dari laporan kas bersih

kegiatan operasi, di tahun 2019 sebesar Rp.1.647.161.414,15 dan di tahun 2020

meningkat menjadi Rp.27.564.040.426,13

Dan dari kas bersih aktivitas investasi mengalami penurunan, pada tahun 2019

Rp.2.712.694.104,20 dan pada tahun 2020 turun menjadi Rp.2.042.215.742,79

Sedangkan kas bersih aktivitas pendanaan mengalami peningkatan, di tahun

2019 sebesar Rp.1.159.320.088 di tahun 2020 meningkat menjadi

Rp.1.940.472.415,00. Selain itu dari arus kas kita dapat mengetahui saldo kas

akhir tahun CV.Tri Putra Nurinda Makassar mengalami penurunan, di tahun 2019

sebesar Rp.851.825.319,61 dan di tahun 2020 turun menjadi Rp.541.529.943,97.

Efektifitas pengelolaan dana ialah kemampuan suatu perusahaan atau

organisasi untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan pada perkiraan dana dan

kemampuan suatu perusahaan atau organisasi untuk maksimalkan uang yang

tersedia dalam menjalankan aktifitas dana tersebut, dengan melakukan

perbandingan laporan cashflow dari tahun ke tahun.


55

3. Akuntansi Sewa Berdasarkan PSAK 73

DSAK IAI telah mengadopsi IFRS 16 (lease) menjadi PSAK 73

(sewa) yang diberlakukan secara efektif mulai 1 januari 2020. PSAK 73

menggantikan beberapa ketentuan yang ada pada standar akuntansi

keuangan seperti PSAK 30 (sewa), ISAK 8 (penentuan apakah suatu

perjanjian mengandung sewa,ISAK 32 (sewa operasi insentif), ISAK 24

(evaluasi subtansi beberapa transaksi yang melibatkan suatu bentuk

legal sewa) dan ISAK 25 (ha katas tanah).

Penerapan PSAK 73 memberikan perlakuan akuntansi yang

berbeda, terutama bagi lesse yang melakukan pencatatan. Dalam PSAK

73, penyewa di wajibkan untuk mencatat seluruh sewa, baik financial

lease ataupun operating lease di laporan posisi keuangan penyewa,

yang akan merefleksikan hak lease untuk memanfaatkan suatu aset

selama masa manfaatnya. Di samping itu, penyewa juga harus

mengakui liabilitas untuk membayar sewa. Peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang sewa guna usaha yaitu KMK nomor

1169 yang telah berlaku sejak 19 januari 1991 dan masih berlaku hingga

saat ini. Dalam pasal 2 ayat (1) KMK 1169 aktivitas sewa di bedakan

menjadi dua yaitu sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)

dan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), tergantung

kesepakatan perjanjian antara lesse dan lessor. Tujuan dari PSAK 73

adalah menetapkan prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian dan

pengungkapan atas sewa dengan memperkenalkan model akuntansi

tunggal khususnya untuk penyewa.


56

Sedangkan yang menjadi pokok pengaturan PSAK 73 antara lain:

a. Penyewa disyaratkan untuk mengakui aset hak guna (right-of-use

assets) dan liabilitas sewa. Pengecualian: sewa jangka pendek dan

sewa yang aset pendasarnya (underlying assets) bernilai rendah.

b. Pesewa mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa operasi atau

sebagai sewa pembiayaan dan mencatat kedua jenis sewa tersebut

secara berbeda.

4. Implementasi PSAK 73 Atas Sewa pada CV.Tri Putra Nurinda

CV.Tri Putra Nurinda Makassar belum menerapkan PSAK 73 pada

tahun 2020, dikarnakan masih terdapat proyek yang belum bisa di

bukukan karna masih dalam tahap pengerjaan. Dan juga karna adanya

wabah Virus Corona yang masih jadi penghambat proses

pembangunan. Yang dimana untuk menerapkan PSAK 73 harus

memperhatikan hukum positif yang berlaku terkait sewa sebagaimana

diatur dalam KUH perdata dan peraturan perundang-undangan terkait

lainya. Penerapan PSAK 73 juga harus memperhatikan UU No.5 tahun

1960 tentang peraturan dasar poko-pokok agraria (UU PA) dan PP

No.40 tahun 1996 tentang hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak

pakai atas tanah (PP 40/1996) telah mengatur berbagai jenis ha katas

tanah.

Penerapan PSAK 73 memberikan perlakuan akuntansi yang

berbeda, terutama bagi lessee yang melakukan pencatatan. Berbeda

dengan PSAK 30 yang memberikan kriteria yang sama yang di gunakan

untuk lessee dan lessor dalam menentukan apakah sewa, PSAK 73

tidak memberikan pedoman yang mirroring.


57

Penyewa wajib melakukan kapitalisasi atas sewa walaupun masa sewa

hanya dua tahun dengan melakukan pengakuan atas aset hak guna.

Dalam mengimplementasikan PSAK 73 terkai Sewa, kami harus

melakukan assessment terhadap kontrak yang sudah ada. CV.Tri Putra

Nurinda dalam menerapkan PSAK 73 tentu mengalami kendala dalam

pelaksanaanya. Kendala antara perusahaan satu dengan yang lain tentu

tidak sama namun kendala tersebut bisa di jadikan sebagai persiapan

bagi perusahaan lain yang akan menerapkan PSAK 73. Kendala yang

dihadapi oleh CV.Tri Putra Nurinda dalam hal sewa atas tanah terlebih

ISAK 25 hak atas tanah telah di cabut dan harus menggunakan

ketentuan PSAK 73, akan tetapi kendala tersebut tidak berdampak

besar bagi perusahaan dikarenakan CV.Tri Putra Nurinda tidak memiliki

entitas anak perusahaan.

dalam implementasi PSAK 73 sewa di perusahaan, ada hal yang

harus di perhatikan dalam penerapan tersebut yaitu:

1. Mengidentifikasi kontrak terdapat sewa maupun tidak

Kebijakan PSAK 73 sebagai pihak menyewa harus dapat

mengklasifikasi apakah sewa tersebut termasuk sewa guna usaha

maupun sebagai sewa operasi sejak adanya kontrak sewa. Namun

apabila aset terindikasi secara subtansial dan memberikan manfaat

ekonomi, hingga dapat mengarahkan penggunaan aset. maka anda

dapat mengkategorikan kontrak tersebut mengandung sewa.


58

Adapun kontrak yang berkaitan dengan PSAK 73 sewa meliputi:

adanya kontrak memiliki jangka waktu di bawah 12 bulan, penyewa

dasar aset degan nilai rendah misalnya computer atau laptop,

perjanjian kontrak sewa tidak melewati nilai materialitas.

2. Biaya melekat pada kontrak sewa

Berbagai jenis-jenis biaya yang melekat dalam kontrak sewa dapat

meliputi yaitu biaya perawatan, renovasi, restorasi, dan semacam

biaya lainya yang terdapat dalam kontrak sewa.

3. Aset hak guna dan liabilitas penerapan dalam aset hak guna akan

sama dengan pengukuran aset lainya, di mana liabilitas hak guna

juga di ukur sesuai dengan pengukuran liabilitas keuangan yang

lainya.

C. PEMBAHASAN

CV.Tri Putra Nurinda Makassar belum menerapkan PSAK 73 pada

tahun 2020, dan akan mulai menerapkan pada tahun 2021, dikarnakan

masih terdapat proyek yang belum bisa di bukukan karna masih dalam tahap

pengerjaan. Dan juga karna adanya wabah Virus Corona yang masih jadi

penghambat proses pembangunan.Yang dimana untuk menerapkan PSAK

73 harus memperhatikan hukum positif yang berlaku terkait sewa

sebagaimana diatur dalam KUH perdata dan peraturan perundang-

undangan terkait lainya. Penerapan PSAK 73 juga harus memperhatikan UU

No.5 tahun 1960 tentang peraturan dasar poko-pokok agraria (UU PA) dan

PP No.40 tahun 1996 tentang hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak

pakai atas tanah (PP 40/1996) telah mengatur berbagai jenis ha katas tanah.
59

Penerapan PSAK 73 memberikan perlakuan akuntansi yang berbeda,

terutama bagi lessee yang melakukan pencatatan. Berbeda dengan PSAK

30 yang memberikan kriteria yang sama yang di gunakan untuk lessee dan

lessor dalam menentukan apakah sewa, PSAK 73 tidak memberikan

pedoman yang mirroring. Penyewa wajib melakukan kapitalisasi atas sewa

walaupun masa sewa hanya dua tahun dengan melakukan pengakuan atas

aset hak guna. Perlakuan akuntansi sewa guna usaha pada CV.Tri Putra

Nurinda Makassar menggunakan metode capital lease adalah barang modal

yang di sewakan harus di perlakukan dan di catat sebagai aktiva sewa guna

usaha berdasarkan harga perolehan. Pembayaran sewa guna usaha (lease

payment) selama tahun berjalan yang di peroleh dari penyewa guna usaha

di akui dan di cata berdasarkan metode garis lurus sepanjang sewa guna

usaha meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin di lakukan dalam

jumlah yang tidak sama dalam setiap priode.

Penyusutan aktifa yang di sewa guna usahakan harus dilakukan dalm

jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya. Kalau aktiva

yang di sewa guna usahakan di jual maka perbedaan antara nilai buku dan

nilai jual harus di akui dan di catat sebagai keuntungan dan kerugian tahun

berjalan. System akuntansi sewa pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar

sekarang mencatat transaksi sewa sebagai sewa operasi. Dalam PSAK 73

diatur mengenai klasifikasi yang di bagi menjadi dua yaitu sewa pembiayaan

(finance lease) adalah sewa yang mengalihkan secara subtansial seluruh

resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset.


60

hak milik pada akhirnya dapat di alihkan, dapat juga tidak di alihkan serta

sewa operasi (operating lease) adalah sewa yang tidak mengalihkan secara

subtansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan

suatu aset.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang di lakukan penulis pada CV.Tri Putra

Nurinda Makassar maka dapat di ambil kesimpulan bahwa berdasarkan

hasil analisis menunjukkan bahwa CV.Tri Putra Nurinda belum

menerapkan PSAK 73 terkait Sewa. Dan masih menggunakan teknik

pembiayaan capital lease. Karena pada akhir masa sewa, pihak lessee

memiliki aset yang di sewa guna usahakan. Transaksi leasing yang terjadi

pada CV.Tri Putra Nurinda Makassar tergolong dalam transaksi capital

lease menurut PSAK 30 tentang akuntansi leasing (sewa guna usaha).

B. Saran

Penelitian yang selanjutnya di harapkan mampu menghasilkan

penelitian yang lebih berkualitas. beberapa saran dalam penelitian ini

perhitungan kontrak Sewa yang dilakukan perusahaan pada dasarnya telak

mengikuti ketentuan PSAK 30 terkait Sewa, namun untuk perhitungan dan

pencatatan serta pelaporan keuangan selain PSAK 30 harus diterapkan

PSAK 73 sehingga dapat sesuai sepenuhnya dengan PSAK yang berlaku

yang di keluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indomesia.

CV.Tri Putra Nurinda hendaknya melakukan perhitungan berdasarkan

PSAK 73. Jika belum bisa hendaknya pengawai akuntan di berikan

pelatihan dan workshop rutin agar dapat melakukan perhitungan dan

pencatatan keuangan terutama kontrak sewa sesuai PSAK 73. CV.Tri

Putra Nurinda bisa menyewa jasa dari Kantor Jasa Akuntan (KJA) untuk

membuatkan laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK sehingga

61
62

laporanya dapat akuntabel dan bisa mendapatkan kepercayaan kreditor

dan penanam saham dan dapat mendapat modal usaha lebih besar lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahalik. (2019). Perbandingan standar akuntansi sewa PSAK 30 sebelum dan


sesudah adopsi IFRS serta PSAK 73. Jurnal aset (akuntansi riset), 11(1),
169-178.

Dwi Martani, Sylvia Veronika, Ratna Wardhani, Aria Fahmia, Edward Tanujuan,
Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK edisi 1 Buku 1, Salemba
Empat, 2015.

Diana dan L. Setiawati, Akuntansi Keuangan Menengah Berdasarkan standar


Akuntansi Keuangan Terbaru, Yogyakarta: Andi 2017.

Fahmi, l. (2016). Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep Dan


Kinerja (pertama). Jakarta: Mitra Wacana Media.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2015). Pernyataan standar akuntansi keuangan


nomer 73 tentang sewa. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2017). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


Nomor 72 Tentang Pendapatan Dari Kontrak Dengan Pelanggan. Jakarta:
Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba,


2018.

Keiso, D. E., Weygandt, J J., and Warfield, T. D. (2014) Intermediate Accounting:


IFRS Edition. 2nd ed. New York: Wiley.

Paleni, H. 2015. Analisis laporan keuangan dengan menggunakan metode du


point dan model altman score pada primer koperasi produsen tahu tenpe
Indonesia (PRIMKOPTI) mura kota lubuklinggau. STIE MURA
Lubuklinggau.

Safitri, A., Lestari, U. P., dan Nurhayati, 1. (2019). Analisis dampak penerapan
PSAK 73 atas sewa terhadap kinerja keuangan pada industrei
manufaktur, pertambangan dan jasa yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2018. Prosiding industrial research workshop and
national seminar, 10(1), 955-964.

Samsul, Muhammad. (2006). Pasar modal dan manajemen portofolio. Edisi


pertama. Jakarta : Erlangga.

S. S. Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2011.

Stice, Earl K, James D Stice dan Fred Skousen, 2009 Akuntansi Keuangan
Menengah, edisi 16, buku 2. Edisi bahasa Indonesia. Terjemahan oleh Ali
Akbar. PT. Salemba Empat: Jakarta.

Sandi, Y. B., Sanjaya, A. W., dan Firmansyah, A. (2020). Implikasi penerapan


dini PSAK 73 tentang sewa pada PT Uniliver Indonesia Tbk. Bunga
Rampai Studi kasus Akuntansi keuangan, 311-338.

62
63

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantutatif, kualitatif, dan R dan D, Cetakan


ke 22. Bandung: Alfabeta, cv.

Sugiyono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan.


Grasindo, Jakarta.

Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan ke 26. Bandung:


Alfabeta,cv.
64
66
67
68
69
70
71
72
73
74

BIODATA PENULIS

Atika Tuu Panggilan Atika/Tika lahir di Kahu-Kahu pada

tanggal 04 April 1997 dari pasangan suami istri Bapak Hido’

Tuu dan Ibu Saoda. Peneliti adalah anak ke enam dari 6

bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di Jl.Tidung

6 STP 1, Makassar Sulawesi Selatan. Pendidikan yang di

tempuh oleh peneliti yaitu SD Negri Kahu-Kahu Kabupaten Kepulauan Selayar

lulus tahun 2010. SMP Negri 2 Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar lulus

tahun 2013. SMK Kesehatan Terpadu Mega Rezky Makassar lulus tahun 2016.

Dan mulai tahun 2017 mengikuti Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Akuntansi Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar sampai

dengan sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini masih terdaftar sebagai

Mahasiswa Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Anda mungkin juga menyukai