Anda di halaman 1dari 86

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED-COSTING

PADA TOKO KUE PUJI JENEPONTO


SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

Suhandi Kadir
105731108217

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022

ii
ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED-COSTING
PADA TOKO KUE PUJI JENEPONTO
SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Oleh:

Suhandi Kadir
105731108217

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

”Doa ibu saya lebih luas daripada langit,

Dimanapun saya berada saya berteduh di bawahnya”

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya Sederhana Ini Untuk:

“Keluargaku Tercinta, Saudara-saudariku, dan Teman-temanku”

iii
iv
v
vi
ABSTRAK

SUHANDI KADIR. 2022. Analisis Penerapan Activity Based-Costing pada


Toko Kue Puji Jeneponto Sulawesi Selatan. Skripsi.Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar,
dibimbing oleh pembimbing I Hj Ruliaty dan pembimbing II Mira.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Activity


Based-Costing terhadap penentuan harga pokok penjualan.Penelitian ini
dilaksanakan pada Toko Kue Puji yang terletak di desa Tarowang
Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan.Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa diterapkannya Metode Activity Based-Costing
dalam perhitungan harga pokok penjualan pada Toko Kue Puji dapat
dilihat adanya perbedaan hasil.

Hasil ini menunjukkan bahwa produk Toko Kue Pujitergolong


menguntungkan.Hal ini disebabkan karena perbedaan dasar pembebanan
biaya overhead pabrik. Sistem yang digunakan sebelumnya hanya
menggunakan satu cost driver sedangkan metode ABC menggunakan
lebih dari satu cost driver sehingga pembebanannya lebih tepat.
Kata Kunci: Biaya, Activity Based-Costing, Harga Pokok Penjualan

vii
ABSTRACT

SUHANDI KADIR. 2022. Analysis of the Application of Activity Based-


Costing at The Puji Cake Shop Jeneponto South Sulawesi. Thesis.Faculty
of Economis and Business Department of Accounting, Muhammadiyah
University Makassar.Supervised by Advisor I Hj. Ruliaty and Advisor II
Mira.
This study aims to determine the application of Activity Based-
Costing methods to determine Cost of Goods Sold. This research was
conducted at Puji Cake Shop location of Tarowang Village, Jeneponto
Regency, South Sulawesi. This type of research used in research is
quantitative descriptive research. The results of this study indicate that the
application of the Activity Based-Costing Method in the calculation of cost
of goods sold on Puji Cake Shop can be seen rhe differences in results.
These results indicate that the Puji Cake Shop product is classified
as undercost. This is due to differences in the basic loading of factory
overhead costs. The system used previously only uses one cost driver
while the ABC method uses more than one cost driver so the loading is
more precise.
Keywords: Cost, Activity Based-Costing, Cost Of Good Sold

viii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang

berjudul “Analisis Penerapan Activity Based-Costing pada Toko Kue Puji

Jeneponto Sulawesi Selatan”.

Skripsi ini dibuat sebagai tahap sebelum akhir dari rangkaian

pembelajaran sekaligus sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian

sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis sadar bahwa di setiap penulisan penelitian ini tentu ada

dorongan moril dan support dari berbagai pihak, baik dari pihak keluarga,

kerabat, dosen, teman dekat ataupun pihak lain yang mendukung dalam

penyelesaian penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

ix
3. Ibu Mira, SE., M.Ak.,selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Hj. Ruliaty, MM.,selaku Dosen pembimbing Iyang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,

sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Mira, SE.,M.Ak., selaku Dosen pembimbing II yang telah berkenan

membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar atas ilmu dan nasihat yang telag diberikan,

seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar atas bantuannya.

7. Bapak dan ibu tercinta serta saudara-saudariku tersayang yang

senantiasa mendukung, menasehati, memberikan doa serta

tuntunannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan informasi dan bimbingan,

sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini

masih sangat jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kepada semua

pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa

mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

x
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Billahi fisabilil Haq fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr. Wb

Makassar, 22 Februari 2022

Suhandi Kadir

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................. i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori....................................................................... 7
B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 31
C. Kerangka Konsep ................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ...................................................................... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 35
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 36
D. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 36
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................... 39
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 41
C. Analisis Data........................................................................... 47
D. Pembahasan .......................................................................... 58

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 61
B. Saran ...................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 63


LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
4.1 Pemakaian Bahan Baku Toko Kue Puji .......................................... 44
4.2 Data Bahan Penolong Toko Kue Puji .............................................. 44
4.3 Biaya Tenaga Kerja Toko Kue Puji ................................................. 45
4.4 Biaya Overhead Pabrik Toko Kue Puji ............................................ 46
4.5 Data Biaya Produksi Toko Kue Puji ................................................ 47
4.6 Perhitungan Harga Pokok Penjualan Sebelum Metode ABC .......... 49
4.7 Daftar Biaya Produksi ..................................................................... 50
4.8 Identifikasi Aktivitas Biaya dan Level Aktivitasnya .......................... 50
4.9 Identifikasi Cost Driver .................................................................... 51
4.10 Menentukan Cost Driver ................................................................. 52
4.11 Menentukan Tarif per Unit Cost Driver ............................................ 53

4.12 Pembebanan Biaya ke Produk........................................................ 56


4.13 Perhitungan Harga Pokok Penjualan Menggunakan Metode ABC . .57
4.14 Ringkasan Harga Pokok Penjualan Sebelum dan Sesudah ABC.58

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
2.1 Skema Kerangka Konsep ................................................................. 34
4.1 Struktur Organisasi Toko Kue Puji .................................................... 40

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Dokumentasi Toko Kue Puji .............................................................. 66

2. Data Biaya Pemakaian Bahan Baku .................................................. 68

3. Data Biaya Bahan Penolong.............................................................. 68

4. Data Biaya Tenaga Kerja................................................................... 68

5. Data Biaya Overhead Pabrik ............................................................. 69

6. Data Biaya Produksi .......................................................................... 69

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas membawa

perubahan bagi dunia usaha di Indonesia. Salah satu dampaknya bagi

perusahaan dalam negeri yaitu semakin ketatnya persaingan yang

harus dihadapi. Perusahaan tidak hanya harus mampu bersaing

dengan perusahaan internasional. Persaingan harga, kualitas,

strategidan sebagainya menjadikan perusahaan agar mampu

menghadapi persaingan. Untuk mencapai hal tersebut, maka

perusahaan dituntut untuk bisa menjalankan manajemen

perusahaannya agar menjadi lebih efesien dan kompetitif.

Perusahaan kecil dan menengah untuk mampu bertahan hidup

di antara para pesaing dengan cara menghasilkan produk-produk yang

memiliki mutu baik dan dengan harga terjangkau. Produk dengan

kualitas baik dengan biaya rendah memerlukan pengelolaan dan

pengendalian biaya secara efesien. Perusahaan memerlukan standar

sebagai tolak ukur pengendalian biaya., tujuan utama perusahaan

adalah mendapatkan laba dan mempertahankan umur perusahaan.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perusahaan dituntut untuk

menghasilkan produk yang kompetitif, seperti menciptakan inovasi

1
2

produk yang baik dan memperhatikan harga pokok produksi, serta

harga jual dari produk tersebut.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, jenis-jenis

produk semakin bertambah jumlahnya. Seiring dengan itu pula,

persoalan yang dihadapi perusahaan terutama perusahaan manufaktur

akan semakin kompleks. Hal ini menuntut manajemen perusahaan

untuk menentukan suatu tindakan denganmemilih berbagai alternatif

dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan yang sebaik-baiknya

agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Salah satu tujuan yang paling

utama adalah optimalisasi laba atau keuntungan. Perusahaan yang

ingin berkembang atau paling tidak bertahan hidup harus mampu

menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik. Oleh

karena itu, dalam penentuan harga dibutuhkan metode yang tepat agar

perusahaan tetap bertahan dalam usahanya. Metode yang dapat

digunakan untuk menentukan haradalah metode a pokok penjualan

adalah activity-based costing.

Sofia dan Septian (2015), mendefinisikan Activity Based-Costing

sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan

biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan

menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang

tidak berkaitan dengan volume (non volume-related faktor). Activity

Based-Costing (ABC) memfokuskan pada biaya yang melekat pada

produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi,


3

menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang produk yang

bersangkutan. Activity Based-Costing menganggap bahwa timbulnya

biaya disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk.Activity

based-costing adalah sebuah sistem informasi akuntansi yang

mengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam

suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang

ada dari aktivitas tersebut. Activity based-costing dapat disimpulkan

sebagai pendekatan biaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi

sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.

Metode Activity-Based Costing (ABC) System menghitung

setiap biaya pada masing-masing aktivitas dengan dasar alokasi yang

berbeda untuk masing-masing aktivitas.Banyak perusahaan-

perusahaan di Indonesia belummengadopsi metode ini dalam

perhitungan biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap

produk.Umumnya metode yang digunakan oleh perusahaan yang

berada di Indonesia adalah pemerataan biaya secara umum untuk

masing-masing produk. Padahal maisng-masing produk tersebut

kenyataannya tidak menggunakan sumber daya dalam jumlah yang

sama. Pemerataan biaya dapat menyebabkan kekurangan atau

kelebihan biaya produk. Perusahaan yang produknya mengalami

kekurangan biaya bias jadi melakukan penjualan yang sebenarnya

mengahsilkan kerugian, meskipun perusahaan tersebut menganggap

penjualan produknya tersebut menghasilkan keuntungan. Jadi


4

penjualan yang dilakukan menghasilkan lebih sedikit pendapatan

dibanding biaya sumber daya yang digunakan, sementara perusahaan

yang produknya mengalami kelebihan biaya bisa jadi menetapkan

harga yang terlalu tinggi, sehingga produknya kehilangan daya saing

disbanding produk sejenis yang diproduksi perusahaan lain (Dicky &

Martusa, 2011).

Dien Permata Sari pada tahun 2020 melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Penerapan Metode Activity Based-Costing

dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Harris”, menyatakan

bahwa hasil perhitungan di Hotel Harris Batam dengan metode ABC

System pada kamar Harris Orange room, Harris Room memberikan

hasil perhitungan yang lebih kecil dari pada harga pokok kamar yang

telah ditentukan oleh pihak manajemen hotel Harris Batam dan sisanya

Harris Family, Harris Room Suite, Harris Room Beach Acces, dan

Harris Room Pool Acces melalui perhitungan ABC System

menghasilkan Harga Pokok Kamar yang lebih tinggi dari yang telah

ditentukan oleh pihak manajemen Hotel Harris Batam.

Metode Activity Based-Costing (ABC) sangat efektif digunakan

dalam penentuan harga pokok penjualan kue, dikarenakan Activity

Based-Costing (ABC) memfokuskan pada biaya yang melekat pada

produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi,

menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang produk yang

bersangkutan. Activity Based-Costing menganggap bahwa timbulnya


5

biaya disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk.

Pendekatan ini menggunakan penggerak biaya pada aktivitas yang

menimbulkan biaya dan akan lebih akurat diterapkan pada perusahaan

yang menghasilkan beraneka ragam jenis produk secara individual.

Activity Based-Costing dapat disimpulkan sebagai pendekatan

penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya

yang disebabkan karena aktivitas.

Toko Kue Puji merupakan bisnis rumahan yang bergerak dalam

bidang kue tradisional beralamat di desa Tarowang, Kabupaten

Jeneponto, Sulawesi Selatan. Dimana toko kue ini menyajikan jenis

kue tradisional dengan harga terjangkau, pemilik toko ini bernama

Supiati yang berumur 55 tahun yang mendirikan usaha sejak tahun

2013. Toko kue ini cukup terkenal di desa Tarowang, Jeneponto,

Sulawesi Selatan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Penerapan Activity Based-Costingpada Toko Kue Puji Jeneponto

Sulawesi Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

“Bagaimana penerapan metode Activity Based-Costing terhadap

penentuan harga pokok penjualan?


6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui penerapan metode

Activity Based-Costing terhadap penentuan harga pokok penjualan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian ini:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi dan masukan-masukan yang berarti untuk melakukan

perbaikan-perbaikan yang berkaitan dengan penerapan metode

Activity Based-Costing sebagai alat pengendalian manajemen.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan atau pemikiran perusahaan menggunakan

metode Activity Based-Costing dalam penentuan harga pokok

penjualan kue.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi, Konsep dan Klasifikasi Biaya

a. Definisi Biaya

Biaya diungkapkan (Widi Andriyanto & Aifrid Agustina, 2016)

merupakan harga perolehan, kas atau nilai setara kas yang

dikorbankan dalam rangka memperoleh penghasilan yang

diharapkan member manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang

bagi suatu organisasi. Akuntansi biaya adalah suatu dasar

pengukuran, penganalisis, pelaporan serta pengambilan keputusan

sehingga dapat dihasilkan oleh akuntansi biaya dan dimanfaatkan

bagi manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan (Evi Apriyani, 2017).

Menurut (Murnitasari, 2019) “Biaya dapat dikelompokkan

berdasarkan perilaku biaya yang umumnya dapat dideskripsikan

apakah biaya berubah seiring dengan perubahan keluaran.

Pengelompokkan biaya tersebut adalah:

1) Biaya tetap yaitu biaya yang jumlah keseluruhannya tidak

berubah-ubah dalam rentang yang saling berkaitan ketika

aktivitas keluaran berubah.

7
8

2) Biaya variabel merupakan biaya yang total keseluruhan

bermacam-macam sejalan dengan perubahan output produksi.

3) Biaya campuran adalah biaya yang didalamnya terdapat

komponen tetap dan variabel.

Akuntansi biaya sebagai salah satu strategi yang dilakukan

oleh perusahaan industri manufaktur untuk melaporkan semua

kegiatanusahanyadalam bentuk laporan biaya produksi, laporan

harga pokok produksi, laporan harga pokok penjualan dan laporan

laba/rugi. Manajemen sangat perlu melakukan strategi ini sebagai

bentuk pertanggungjawaban khususnya pada perusahaan industri

manufaktur yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang

siap untuk dipasarkan (Ramdhani dkk, 2020).

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya

adalah sistem informasi yang bertujuan untuk menyediakan

informasi biaya kepada manajemen yang dapat digunakan untuk

berbagai tujuan yang berbeda.

b. Konsep Biaya

Menurut Sofia dan Septian (2015:1), konsep biaya

merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama

halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan,

akuntansi biaya dengan akuntansi yang lain adalah kajian datanya.

Akuntansi biaya mengkaji data biaya untuk digolongkan,dicatat,

dianalisis dandilaporkan dalam laporan informasi akuntansi.


9

Akuntansi biaya pernah dianggap hanya berlaku dalam

perusahaan manufaktur, tetapi pada saat ini setiap jenis dan

ukuran organisasi memperoleh manfaat dari penggunaan akuntansi

biaya. Misalnya akuntansi biaya yang digunakan institusi keuangan,

perusahaan transportasi, firma jasa profesional, rumah sakit,

lembaga pendidikan serta aktivitas pemasaran dan administrasi

dalam perusahaan manufaktur.

Akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara

perhitungan atas nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan

harga pokok penjualan yang dilaporkan laba rugi. Pandangan ini

membatasi cakupan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen

untuk pengambilan keputusan menjadi sekedar data biaya prduk

guna memenuhi aturan pelaporan eksternal. Definisi yang terbatas

seperti itu tidak sesuai untuk masa sekarang dan tidak cukup

menggambarkan kegunaan informasi biaya.

Ditinjau dari aktivitasnya, akuntansi biaya dapat didefinisikan

sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan

penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan barang jadi

(produk) atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu serta

menafsirkan hasilnya. Apabila ditinjau dari fungsinya, akuntansi

biaya dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang

menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai sebagai dasar

pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen.


10

c. Klasifikasi Biaya

Menurut Sofia dan Septian (2015: 10), biaya adalah sumber

daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan

tertentu di masa depan. Beban adalah biaya yang telah digunakan

untuk memperoleh pendapatan.Klasifikasi biaya sangat penting

untuk membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya, konsep

klasifikasi biaya ialah penggunaan biaya yang berbeda untuk tujuan

yang berbeda (different cost for different purpose).

(Hamli Syaifullah, 2014) menyatakan bahwa biaya

dikelompokkan kedalam 2 kategori fungsional utama, yaitu:

1. Biaya produksi

Biaya produksi ialah biaya yang diperlukan suatu

perusahaan dalam memproduksi drai bahan baku langsung,

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya

produksi juga termasuk bagian dari persediaan.

a) Biaya bahan baku langsung, adalah bahan baku yang tidak

dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri

langsung ke produk selesai. Contoh: tepung dalam

pembuatan ku, kertas dalam pembuatan buku, kayu dalam

pembuatan lemari.

b) Tenaga kerja langsung, ialah pekerja yang diterapkan dalam

mengolah bahan baku menjadi produk selesai dan dapat

ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.


11

c) Biaya overhead pabrik, berbagai bahan baku langsung dan

tenaga kerja langsung, akan sebaliknya biaya yang mampu

membantu mengubah bahan menjadi produk selesai.

2. Biaya non-produksi

Biaya non-produksi merupakan biaya yang tidak

berhubungan dengan proses produksi.

a) Beban pemasaran, biaya yang dikeluarkan apabila produk

selesai dan siap dipasarkan ke tangan konsumen.

b) Beban administrasi, biaya yang dikeluarkan dalam hubungan

dengan kegiatan penentu kebijakan, pengarahan,

pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar

dapat berjalan efektif dan efesien.

c) Beban keuangan, biaya yang terkait dengan pelaksanaan

fungsi-fungsi keuangan.

2. Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen atau disebut juga Akuntansi Manajerial

(Managerial Accounting) adalah penyediaan informasi akuntansi bagi

pengguna internal di perusahaan. Akuntansi manajemen merupakan

akuntansi yang menyediakan data dan informasi untuk pihak internal

khususnya manajer di semua level dalam satu organsisasi. Manajer

membutuhkan data untuk memastikan divisi yang menjadi tanggung

jawabnya bekerja sesuai dengan harapan dan selaras dengan tujuan

utama organisasi (Suripto dkk, 2021).


12

L.M. Samryn (2015), menyatakan bahwa akuntansi manajemen

ialah bidang akuntansi yang berfokus pada penyediaan, termasuk

pengembangan dan penafsiran informasi akuntansi bagi para manajer

untuk digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi

dan dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan fungsi tersebut,

maka akuntansi manajemen dapat digunakan sebagai pendukung

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam bidang riset dan

pengembangan, produksi, pemasaran, distribusi dan logistic, serta

pelayanan pelanggan.

Selain menyediakan informasi bagi para pemakainya,

keterampilan khusus dalam pengelolaan data akuntansi penting pula

dipahami. Data dan infomasi tersebut dapat bermanfaat jika dapat

mengurangi ketidakpastian dari pemakainya dan dapat diadaptasikan

serta memenuhi kapasitas para pemakainya.

Khusus akuntansi manajemen yang memiliki tanggung jawab

dalam mediator konflik, spesialisasi ini dapat juga membantu

manajemen dalam proses pengambilan keputusan agar sumber-

sumber ekonomi yang dikuasainya atau kekayaan perusahaan dapat

dialokasikan dan ditransformasikan secara lebih efektif serta efisien,

termasuk pula tanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai

aspek-aspek disfungsional yang ditimbulkan oleh konflik-konflik intra

organisasi.
13

Tujuan utama akuntansi manajemen adalah menghasilkan

informasi bagi pihak internal perusahaan, antara lain manager,

eksekutif dan karyawan. Dikarenakan akuntansi manajemen digunakan

oleh internal perusahaan maka akuntansi manajemen disebut juga

sebagai akuntansi internal (Internal Accounting).

3. Harga Pokok Produksi

Murnitasari (2019), menyatakan bahwa harga pokok mempunyai

dua konsep, yaitu konsep different cosh of different purpose dan

kontemporer.Arti harga pokok menurut konsep different cosh of

different purpose, tergantung pada kepentingan manajemen

perusahaan. Sedangkan konsep kontemporer, harga pokok produksi

merupakan kepentingan manajemen bersifat operasional yang meliputi

biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya pelayanan kepada

konsumen.

Harga pokok produksi merupakan suatu pengorbanan sumber

ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi maupun

belum terjadi untuk mendapatkan penghasilan (Agus Khazin Fauzi,

2020). Sedangkan menurut Ayu Esa Dwi Prastiti & Muhammad Saifi,

2016) mengatakan bahwa harga pokok produksi juga merupakan

semua biaya produksi digunakan untuk proses dari bahan mentah ke

barang jadi dalam satu periode tertentu yang akan mempunyai

peranan penting dalam menerima atau menolak pesanan.


14

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok

produksi mencakup seluruh biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas

perusahaan serta biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu

produk atau jasa.

4. Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah salah satu komponen dari

laporan laba rugi, yang menjadi perhatian manajemen perusahaan

dalam mengendalikan operasional perusahaan.Harga pokok penjualan

mencakup semua biaya produksi yang terjadi untuk membuat barang

yang terjual. Perhitungan harga pokok penjualan yang tepat dan akurat

dapat mempengaruhi nilai laba yang didapatkan oleh perusahaan atau

kerugian yang ditanggung perusahaan. Oleh karena itu, semakin tepat

perhitungan HPP yang dilakukan, maka akan menghasilkan laporan

laba rugi perusahaan yang semakin akurat.

Dalam perhitungan harga pokok penjualan, ada beberapa

unsur-unsur pembentuk harga pokok penjualan yang perlu dipahami

sebagai berikut:

a. Persediaan Awal Barang Dagangan

Persediaan awal barang dagangan adalah persediaan

barang dagangan yang tersedia pada awal suatu periode atau

tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal perusahaan dagang

terdapat pada neraca saldo periode berjalan atau pada neraca awal

perusahaan atau laporan neraca tahun sebelumnya.


15

b. Persediaan Akhir Barang Dagangan

Persediaan akhir barang dagangan adalah persediaan

barang-barang pad akhir suatu periode atau tahun buku berjalan.

Saldo persediaan akhir perusahaan akan diketahui dari data

penyesuaian perusahaan pada akhir periode.

c. Pembelian Bersih

Pembelian bersih ialah seluruh pembelian barang dagangan

yang dilakukan perusahaan baik secara tunai maupun kredit.

d. Biaya Bahan Baku

Bahan baku merupakan dasar yang akan digunakan untuk

membentuk bagian yang menyeluruh menjadi produk jadi. Bahan

baku yang digunakan dapat diperoleh melalui pembelian local,

impor atau local. Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua

bahan yang dapat diidentifikasi dengan pembuatan suatu jenis

produk.

e. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung atau upah adalah biaya yang

dibayarkan kepada tenaga kerja langsung. Istilah tenaga kerja

langsung digunakan untuk menunjuk tenaga kerja (buruh) yang

terlibat secara langsung dalam proses pengolahan bahan baku

menjadi barang jadi.


16

f. Biaya Overhead

Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya bahan

pembantu, tenaga kerja tidak langsung, gaji, listrik, telepon,

perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi,

penyusutan bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin pabrik,

penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan pabrik dan

lain-lain.

Secara sederhana harga pokok penjualan adalah biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh barang dagang atau bisa juga disebut

harga perolehan dari barang yang dijual. Perhitungan HPP merupakan

perbandingan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan

barang yang dijual dengan hasil dari barang-barang yang djual (nilai-

nilai dan harga jual). Harga pokok penjualan setidaknya memiliki dua

manfaat diantaranya sebagai patokan untuk menentukan harga jual

dan untuk mengetahi laba yang diiginkan perusahaan yaitu harga jual

lebih besar dari harga pokok penjualannya akan memperoleh laba dan

sebaliknya harga jual yang lebih rendah dari harga pokok penjualan

akan mengalami kerugian.

Alur perhitungan “Harga Pokok Penjualan perusahaan

manufaktur melalui 4 tahapan sebagai berikut:

a. Tahap 1, perhitungan “Bahan baku yang digunakan”

Bahan baku yang digunakan = Saldo awal persediaan bahan


baku + Pembelian bahan baku
– Saldo akhir bahan baku.
17

b. Tahap 2, Perhitungan “Total biaya produksi”

Total biaya produksi = bahan baku yang digunakan + biaya

tenaga kerja langsung = Overhead

c. Tahap 3, Perhitungan “Harga Pokok Produksi”


produksi.

Harga pokok produksi = Total biaya produksi + Saldo awal

persediaan barang dalam proses –

Saldo akhir persediaan barang dalam


d. Tahap 4, Perhitungan “Hargaproses.
pokok penjualan”

Barang tersedia untuk dijual = Harga pokok produksi = Saldo

awal persediaan barang jadi.

Harga pokok penjualan = Barang tersedia untuk dijual – Saldo

akhir persediaan barang jadi.

5. Perusahaan Manufaktur

Menurut Rudianto (2012) perusahaan manufaktur adalah

perusahaan yang membeli bahan baku, mengolahnya hingga menjadi

produk jadi yang siap pakai, dan menjual kepada konsumen yang

membutuhkannya.

Perusahaan manufaktur memproduksi sendiri barang-barang

yang akan dijualnya melalui proses suatu proses pengolahan

tersendiri. Pengolahan mulai dari bahan-bahan baku dengan campur

tangan tenaga kerja langsung dan berbagai bahan penolong sehingga


18

menjadi barang jadi yang siap dijual ke konsumen. Karakteristik yang

ada di perusahaan manufaktur, harus ada bahan-bahan baku, ada

sistem pengolahan barang yang diproses, dan menghasilkan barang

jadi (Shocib, 2018).

Dalam perusahaan manufaktur terdapat beberapa jenis

persediaan yang berbeda dengan perusahaan perdagangan.

Persediaan dalam perusahaan manufaktur dapat dikategorikan

menjadi:

a. Persediaan Bahan Baku. Proses produksi memerlukan bahan baku

yakni bahan menjadi bagian utama produk jadi. Misalnya tepung

merupakan bahan baku produk roti, kulit merupakan bahan baku

produk sepatu.

b. Persediaan Barang Dalam Proses. Proses produksi dilakukan

dengan beberapa unsur yakni bahan baku, tenaga kerja langsung,

dan overhead pabrik. Ketiga unsur tersebut mengalami pengolahan

proses produksi yang disebut dengan persediaan barang dalam

proses.

c. Persediaan Barang Jadi. Proses produksi akan menghasilkan

produk dan telah menyerap penuh bahan baku, tenaga kerja

langsung, overhead yang disebut dengan persediaan barang jadi.

Misalnya: roti, sepatu.


19

6. Activity Based-Costing (ABC)

1. Pengertian Activity Based-Costing (ABC)

Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan harga

pokok produk adalah dengan menggunakan metode Activity Based-

Costing (ABC). Activity Based-Costing dapat digunakan pula untuk

menghitung komponen harga pokok produk dengan detail

(Sujarweni, 2020).

Sofia dan Septian (2015: 61), mendefinisikan Activity Based-

Costing sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat

penampungan biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih dari

satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu

atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non volume-

related factor). Activity Based-Costing System adalah sistem

akuntansi yang berfokus pada aktivitas yang dilakukan untuk

memproduksi produk. Produk memerlukan aktivitas-aktivitas dalam

mengkonsumsi sumber daya. Aktivitas merupakan tindakan yang

berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis.Aktivitas menjadi titik

fundamental. Biaya ditelusuri ke aktivitas dan aktivitas ditelusuri ke

produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk.

Metode Activity Based-Costing (ABC) adalah sistem

akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan

menggunakan berbagai cost driver, yang dilakukan dengan

menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya


20

aktivitas ke produk. Mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian

ke produk merupakan langkah dalam menyusun activity based

costing system (Hansen & Mowen, 2012). Sedangkan menurut

(Rudianto, 2013:160) Activity Based-Costing adalah pendekatan

penentuan biayake produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber

daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya

ini ialah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh

aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan

sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.Sumber daya

dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan ke objek

biaya berdasarkan penggunaannya. ABC memperkenalkan

hubungan sebab akibat antara pemicu biaya (cost driver dengan

aktivitas).

Pada dasarnya ABC adalah suatu metode akuntansi biaya,

dimana pembebanan harga pokok produk merupakan penjumlahan

seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan (produksi) barang atau

jasa.Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadi biaya

produksi barang atau jasa disebut sebagai Cost Driver.Dengan

demikian, ABC didefinisikan sebagai suatu metode pengukuran

produk atau jasa yang didasarkan atas penjumlahan biaya (cost

accumulation) dari pada kegiatan atau aktivitas yang timbul

berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut (Witjaksono,

2013:235).
21

Tujuan activity based costing adalah untuk mengalokasikan

biaya-biaya produksi berdasarkan aktivitas yang dilaksanakan,

kemudian mengalokasikan biaya tersebut berdasarkan aktivitas-

aktivitasnya.

Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Activity

based costing adalah salah satu cara yang digunakan untuk

menghitung setiap biaya yang dikeluarkan pada masing-masing

aktivitas dengan alokasi yang berbeda pada setiap aktivitas yang

lebih berfokus pada biaya produk yang bersumber dari proses

selama produksi berlangsung.

2. Konsep Dasar Activity Based-Costing (ABC)

Pada dasarnya konsep penghitungan activity based costing

lahir karena sistem akuntansi biaya tradisional dirasa kurang

mampu memenuhi kebutuhan informasi penghitungan harga pokok

yang dibutuhkan secara akurat. Ada dua asumsi penting yang

mendasari Metode Activity based Costing, yaitu:

a) Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya, bahwa

sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung

menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan

bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya.

b) Produk atau pelanggan jasa, dimana produk menyebabkan

timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat

produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang


22

menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas

tersebut.

Activity Based-Costing (ABC) adalah suatu sistem yang

menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya

yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.

Aktivitas adalah setiap kejadian atau kegiatan yang merupakan

pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor penyebab

dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini

menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya

ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk.Sistem ABC

mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi

sumber daya dan bukannya produk.

3. Keunggulan dan Kelemahan Activity Based-Costing (ABC)

a. Keunggulan Activity Based-Costing

Keunggulan activity based-costing system merupakan

penentuan biaya dasar aktivitas membantu mengurangi distorsi

yang disebabkan oleh alokasi biaya tradisional.Sistem ini

memberikan gambaran yang jernih tentang bagaimana bauran

dari beraneka ragam produk, jasa dan aktivitas memberikan

kontribusi kepada laba usaha dalam jangka panjang.ABC

terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk

menghasilkan produk atau jasa sehingga mencerminkan

penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.


23

Kemudian, ABC mampu menyediakan informasi mengenai

aktivitas dan sumber daya (resources), misalnya gaji dan bahan

baku yang digunakan dalam melaksanakan suatu aktivitas.

b. Kelemahan Activity Based-Costing

1) Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan

karena sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut.

Contohnya pembersihan pabrik dan pengelolaan proses

produksi.

2) Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari

analisis. Contoh iklan, riset, pengembangan, dan

sebagainya.

3) Pengeluaran dan waktu yang dikomsusikan, selain

memerlukan biaya yang mahal juga memerlukan waktu yang

cukup lama.

4. Manfaat Activity Based-Costing (ABC)

Dalam Activity Based-Costing juga menekankan bahwa

produk-produk atau jasa yang dihasilkan tidak secara langsung

menyerap Overhead yang dibebankan=tarif kelompok x unit-unit

cost yang digunakan sumber daya, tetapi menyerap aktivitas-

aktivitas. Menurut Abdul Halim (1999:469) Activity Based-Costing

diakui sebagai sistem manajemen biaya yang baru sebagai

pengganti sistem akuntansi biaya tradisional, karena mempunyai

manfaat-manfaat sebagai berikut:


24

a. Mendorong perusahaan-perusahaan untuk membuat

perencanaan secara spesifik atas aktivitas-aktivitas dan

sumberdaya untuk mendukung tujuan strategis.

b. Memperbaiki sistem pelaporan memperluas ruang lingkup

informasi tidak hanya berdasar unit-unit organisasi tertentu.

Sistem pelaporan yang dimaksud lebih luas disini meliputi

interdependensi antara satu unit dengan unit organisasi yang

lain.

c. Dengan adanya interpedensi akan dapat mengenal aktivitas-

aktivitas yang perlu dieliminasi dan yang perlu dipertahankan.

d. Penggunaan aktivitas-aktivitas sebagai pengidentifikasi yang

alamiah akan lebih memudahkan pemahaman bagi semua

pihak yang terlihat dalam perusahaan.

e. Lebih berfokus pada pengukuran aktivitas yang nonfinansial.

f. Memberikan kelayakan dan kemampuan untuk ditelusuri atas

pembebanan biaya overhead terhadap biaya produksi dengan

menggunakan pemandu biaya sebagai basis alokasi.

g. Member dampak pada perencanaan strategis, pengukuran

kinerja, dan fungsi manajemen yang lain.

5. Penerapan Sistem Activity Based-Costing (ABC)

Terdapat beberapa indikasi atau tanda-tanda yang membuat

sistem ABC sebaiknya diterapkan, yakni:


25

a. Jumlah biaya tidak langsung signifikan dialokasikan

menggunakan satu atau dua kelompok.

b. Semua atau kebanyakan biaya tidak langsung merupakan biaya

pada tingkat unit produksi (yakni hanya sedikit biaya tidak

langsung yang berada pada tingkatan biaya kelompok produksi,

biaya pendukung produk, atau biaya pendukung fasilitas).

c. Terdapat perbedaan akan permintaan sumber daya oleh

masing-masing produk akibat adanya perbedaan volume

produksi, tahap-tahap pemprosesan, ukuran kelompok produksi,

atau kompleksitas.

d. Produk yang dibuat dan dipasarkan dengan baik oleh

perusahaan menunjukkan keuntungan yang rendah sementara

produk yang kurang sesuai untuk dibuat dan dipasarkan

perusahaan justru memiliki keuntungan yang tinggi.

e. Staf bagian operasi memiliki perbedaan pendapat yang

signifikan dengan staf akuntansi mengenai biaya manufaktur

dan biaya pemasaran barang dan jasa.

Menurut Ahmad (2005), tahap-tahap dalam penerapan

Activity Based-Costing ialah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas. Pengidentifikasian aktivitas-

aktivitas menghendaki adanya daftar jenis-jenis pekerjaan yang

terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan proses

produksi.
26

b. Memberikan biaya ke aktivitas-aktivitas. Setiap kali suatu

aktivitas ditetapkan, maka biaya pelaksanaan aktivitas tersebut

ditentukan.

c. Menentukan activity drive. Langkah berikutnya adalah

menentukan activity based costing untuk masing-masing

aktivitas yang merupakan faktor penyebab pengendali dari

aktivitas-aktivitas tersebut.

d. Menentukan tarif. Dalam menentukan tarif ini, total biaya dari

setiap aktivitas dibagi dengan total activity driver yang

digunakan untuk aktivitas tersebut.

e. Membebankan biaya ke produk. Langkah selanjutnya ialah

mengalihkan tarif yang diperoleh untuk setiap aktivitas tersebut

dengan activity driver yang dikonsumsi oleh tiap-tiap jenis

produk yang diproduksi kemudian membaginya dengan jumlah

unit yang di produksi untuk tiap produk.

6. Sistem Biaya Tradisional

Menurut Homgren (2016), mengatakan bahwa sistem kalkulasi

biaya tradisional (tradisional costing system) adalah sistem akuntansi

yang tidak mengakumulasi atau melaporkan biaya aktivitas atau

proses individual. Sistem ini sering kali menggunakan satu pool biaya

untuk semua biaya produksi tidak langsung dengan dasar alokasi

biaya berdasarkan tenaga kerja.


27

Sistem biaya tradisional mempunyai karakteristik khusus, yaitu

penggunaan ukuran yang berhubungan dengan volume sebagai acuan

untuk mengalokasikan overhead ke ouput.Ketika perusahaan

menghitung biaya pokok produk menggunakan sistem biaya

tradisional, maka pembebanan biaya atas biaya tidak dapat langsung

dilakukan, harus sesuai dengan dasar pembebanan menyeluruh dari

semua departemen.Dari penjelasan (Soedarsa, 2019) sistem biaya

tradisional adalah perhitungan harga pokok produksi yang dasar

pembebanan biayanya sesuai dengan perubahan unit produk yang

diproduksi. Sistem biaya konvensional dapat mengukur harga pokok

produk dengan tepat bila semua sumber daya dikonsumsi oleh produk

memiliki keseimbangan yang sama dengan jumlah unit yang

diproduksi, sistem ini juga menggunakan dasar pembebanan sehingga

produk mengkonsumsi sebagian besar sumber daya pendukung yang

keseimbangan atau perbandingannya tidak sama dengan unit yang

dihasilkan, maka terjadilah distorsi biaya (Chandra, 2019).

Sistem akuntansi biaya tradisional menekankan pada tujuan

penentuan.

a. Harga pokok produk yamg dijual berkaitan dengan biaya overhead

sistem akuntansi biaya tradisional terlalu memusatkan pada

distribusi dan alokasi biaya overhead ketimbang keap mengurangi

pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai

tambah.
28

b. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab

akibat biaya karena sering kali beranggapan bahwa biaya

ditimbulkan oleh faktor tunggal, seperti volume produk atau jam

kerja langsung.

c. Sistem akuntansi biaya tradisonal sering kali menghasilkan

informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan

pembuatan keputusan yang justru menimbulkan konflik dengan

keunggulan perusahaan.

d. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung

dan tidak langsung serta biaya tetap dan biaya variabel hanya

berdasarkan faktor penyebab tunggal, yaitu volume produk.

e. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu

perusahaan ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban yang kaku

dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.

f. Sistem akuntansi biaya tradisonal memusatkan perhatian pada

perhitungan selisih biaya pusta-pusat pertanggungjawaban dalam

suatu perusahaan dengan menggunakan standar tertentu.

7. Cost Pool dan Cost Driver

a. Cost Pool

Menurut Ahmad (2015: 14), menjelaskan bahwa biaya yang

terjadi jika sumber daya digunakan untuk tujuan tertentu. Kadang-

kadang biaya dikumpulkan kedalam kelompok tertentu yang disebut

cost pool. Cost Pool digunakan untuk mempermudah manajemen


29

dalam membebankan biaya-biaya yang timbul.Cost poolberisi

aktivitas yang biayanya memiliki korelasi positif antara cost driver

dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biaya-biaya

dari transaksi-transaksi yang homogeny. Semakin tinggi tingkat

kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam perusahaan, semakin

sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya

tersebut. Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost pool

akan lebih menjelaskan hubungan sebab-akibat antara biaya yang

timbul dengan produk yang dihasilkan.

Cost poolberguna untuk menentukan cost pool untuk

menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead

pabrik per unit cost driver yang dihitung untuk setiap kelompok

aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya

overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar

pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

b. Cost Driver

Cost driveradalah suatu penyebab timbulnya biaya

produk/jasa kemudian akan menjadi dasar untuk mempengaruhi

seluruh biaya dan kegiatan secara total. Terdapt tiga faktor yang

digunakan untuk memilih cist driver dalam penjelasan (qurnain,

2016) sebagai berikut:

1) Tingkat korelasi (degree of correlation). Pembebanan biaya dari

setiap aktivitas-aktivitas yang ada didalam suatu produk, dan


30

keakuratan pengalokasian setiap biaya tergantung tingkat

korelasi antara konsumsi aktivitas dengan konsumsi cost driver.

2) Cost measuremen adalag desain informasi yang memerlukan

cost benefit trade offs.

3) Behavioural effect merupakan sistem informasi yang berpotensi

untuk memfasilitasi keputusan serta mempengaruhi perilaku

pengambilan keputusan.

8. Pembebanan Biaya Aktivitas

Sistem biaya Activity Based-Costing (ABC) merupakan suatu

sistem biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas dan

kemudian ke produk yang dihasilkan.Dalam sistem biaya ABC ini juga

dikenal adanya prosedur pembebanan biaya aktivitas kepada produk

berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang

dihasilkan tersebut. Tahap yang dimiliki oleh sistem ABC dalam

analisisnya dapat dibagi dalam dua tahapan, yaitu sebagai berikut:

a. Prosedur tahap I. Pada tahap pertama ini, dilakukan pembebanan

biaya pemakaian sumber daya kepada aktivitas-aktivitas yang

menggunakannya dalam kalkulasi biaya berdasarkan sistem activity

based-costing (ABC) tahap pertama, biaya overhead dibagi ke

dalam kelompok biaya yang homogeny, suatu kelompok biaya yang

homogen merupakan suatu kumpulan drai biaya overhead, yaitu

variasi biaya dapat dijelaskan oleh suatu pemicu biaya (cost driver).
31

Aktivitas overhead yang homogeny apabila mereka mempunyai

rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

b. Prosedur Tahap II. Pada tahap kedua ini, biaya setiap kelompok

biaya (cost pool) ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan

menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama

dan dikalikan dengan jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh

setiap produk.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang penulis anggap relevan untuk

mendukung temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rebbecca Kapojos, Jullie J. Sondakh, dan Stanley Kho

Waladouw (2014) dengan judul penelitiannya mengenai “Penerapan

Metode Activity Based-Costingdalam Penentuan Harga Pokok

Produksi pada Perusahaan Roti Lidya Manado” menunjukkan bahwa

perhitungan HPP menggunakan Activity Based-Costing (ABC)

memberikan hasil yang lebih tinggi dari cara tradisional pada

perusahaan Roti Lidya memberikan perhitungan harga HPP yang lebih

rendah dibandingkan dengan metode Activity Based-Costing

dikarenakan perhitungan dengan sistem tradisional hanya

menggunakan satu Cost Driver sehingga banyak terjadi distorsi biaya

dan menghasilkan perhitungan HPP yang tidak relevan. Perusahaan

sebaiknya mengevakuasi kembali sistem pembebanan biaya dalam

menentukan HPP.
32

Syakhirul (2017). Dalam penelitiannya mengenai “Analisis

Penerapan Metode Activity Based-Costing System dalam Penetapan

Tarif Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit Bhayangkara Makassar”

menunjukkan bahwa (1) metode yang diterapkan RS. Bhayangkara

Makassar untuk menentukan tarif jasa rawat inap dengan tariff untuk

kelas VIP sebesar Rp. 180.000, kelas I sebesar Rp. 150.000, kelas II

sebesar Rp. 55.000, dan untuk kelas III sebesar Rp. 40.000, (2) tarif

jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based-Costing

untuk VIP sebesar Rp. 152.559,20, kelas I sebesar Rp. 87.168,43,

kelas II sebesar Rp. 65.149,92, dan kelas III sebesar Rp. 58.023,64,

(3) Activity Based-Costing memberikan hasil yang lebih murah kecuali

pada kelas II dan III. Perbedaan yang terjadi disebabkan karena

pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada

metode unit cost biaya overhead pada masing-masing produk

dibebankan pada satu cost driver saja yaitu jumlah hari rawat inap.

Pada Activity Based-Costing System biaya overhead pada masing-

masing produk dibebankan pada cost driver sehingga Activity Based-

Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap

produk secara tepat berdasar konsumsi masing-masing aktivitas.

Dien Permata Sari (2020). Dalam penelitiannya mengenai

“Analisis Penerapan Metode Activity Based-Costing dalam Penentuan

Harga Pokok Kamar Hotel Harris” menunjukkan bahwa hasil

perhitungan di Hotel Harris Batam dengan metode ABC System pada


33

kamar Harris Orange room, Harris Room memberikan hasil

perhitungan yang lebih kecil dari pada harga pokok kamar yang telah

ditentukan oleh pihak manajemen hotel Harris Batam dan sisanya

Harris Family, Harris Room Suite, Harris Room Beach Acces, dan

Harris Room Pool Acces melalui perhitungan ABC System

menghasilkan Harga Pokok Kamar yang lebih tinggi dari yang telah

ditentukan oleh pihak manajemen Hotel Harris Batam.

Nur Hanimah (2020) dengan judul “Analisis Penerapan Metode

Activity Based-Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi

Kasus Raihan Bakery and Cake Shop Medan)”. Menunjukkan bahwa

perhitungan harga pokok produksi (HPP) menggunakan ABC

memberikan hasil yang lebih kecil dari cara tradisional pada Raihan

Bakery and Cake Shop Medan. Sistem tradisional memberikan

perhitungan harga pokok produksi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan metode Activity Based-Costing, dikarenakan perhitungan

dengan sistem tradisional hanya menghasilkan perhitungan harga

pokok produksi yang tidak relevan.Perusahaan sebaiknya

mengevaluasi kembali sistem pembebanan biaya dalam menentukan

harga pokok produksi (HPP).


34

C. Kerangka Konsep

Toko Kue Puji

Biaya Produksi

Activity Based-Costing

Harga Pokok Penjualan

Hasil

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep

Activity Based-Costing adalah suatu sistem perhitungan biaya

dimana tempat penampungan biaya overhead pabrik jumlahnya lebih

besar dari satu, dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan

satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non

volume-related factor).

Jadi, dengan penetapan metode Activity Based-Costing

terhadap penentuan harga pokok penjualan akan lebih akurat karena

Activity Based-Costingmemfokuskan pada biaya yang melekat pada

produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi,

menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang produk yang

bersangkutan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

kuantitatif dengan pendekatan studi kasus.Adapun pengertian

deskriptif menurut Sugiono (2013; 29) adalah metode yang berfungsi

untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang

diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana

adanya.

Menurut Sugiono (2013:13) metode penelitian kuantitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya, dilakukan secara

random, pegumpulan data menggunakan instrument penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Toko

Kue Puji berlokasi di desa Tarowang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi

Selatan yang berlangsung selama 1 bulan (Januari).

35
36

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Mengumpulkan data dengan cara meninjau langsung objek penelitian

yang akan diteliti serta mengamati kegiatan-kegiatan yang ada di

perusahaan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

a) Observasi

Penulis melakukan observasi langsung dilokasi penelitian,

untuk memperoleh informasi mengenai proses penentuan harga

pokok penjualan.

b) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

pelengkap, berupa data perhitungan harga pokok produksi

perusahaan.

2. Penelitian Perpustakaan (Library Research)

Penelitian perpustakaan yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara mempelajari dan mengumpulkan bahan-bahan

kepustakaan, dan literature-literatur yang ada kaitannya.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a) Data kuantitatif adalah jenis data dalam bentuk angka-angka

yang diperoleh dari perusahaan.


37

b) Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka-

angka atau tidak dapat dihitung melainkan dalam bentuk kata-

kata.

2. Sumber Data

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan

mengumpulkan dokumen-dokumen serta arsip-arsip perusahaan

yang ada kaitannya dengan penulisan ini.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisis yang berdasarkan

keputusan pada penilaian obyektif. Langkah-langkah analisis dalam

penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi aktivitas dan biaya yang terjadi.

2. Mengklasifikasikan biaya berdasarkan aktivitas ke dalam berbagai

aktivitas yang digolongkan menjadi 3 kategori yaitu:

a) Unit-Level Activities

b) Batch-Level Activities

c) Product-Sustaining Activities

3. Mengidentifikasi cost driver

4. Menentukan tarif per unit cost driver

Jumlah Aktivitas
Tarif Per Unit Cost Driver = 𝐶𝑜𝑠𝑡𝐷𝑟𝑖𝑣𝑒𝑟
38

5. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost

driver dan ukuran aktivitas. Pembebanan biaya overhead dari tiap

aktivitas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BOP yang Dibebankan = Tarif Per Unit Cost Driver x Cost

Driver harga pokok penjualan pada Toko Kue Puji


6. Perhitungan
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Toko Kue Puji adalah usaha rumahan yang bergerak di bidang

kuliner, Toko kue puji saat itu usaha rumahan yang hanya menjual kue

dengan menggunakan alat-alat sederhana dan tidak memiliki

karyawan.Produksi tidak dilakukan setiap hari mengingat ownernya

saat itu masih sendiri dan tidak memiliki karyawan.Setelah melihat

peluang yang ada dan tuntutan sebagai seorang ibu dan istri, ibu

Supiati memutuskan untuk memulai usaha dibidang kuliner dirumah.

Saat itu ia rencana untuk membuka usaha toko kue di tempat

lain, namun rencana tersebut masih belum sepenuhnya ia pikirkan.

Masih dalam perencanaan karena masih belum punya keberanian,

“Ungkapnya”.Berbekal pengalaman pernah membantu dalam toko kue

maka ia pun memberanikan diri memulai usaha toko kuenya tersebut.

Tak mudah baginya menjalankan usaha sendiri, menurutnya membuat

suatu usaha menjadi menghasilkan tidaklah mudah apalagi dengan

modal bekal yang seadanya. Namun, seiring ia punya rekan dan

keluarga yang mendukung dan menyemangatinya untuk terus optimis.

Jadilah pada tahun pertama yaitu tahun 2013 memulai usaha kue

tradisional yang diberi dengan nama Toko Kue Puji.

39
40

2. Visi dan Misi

Visi : Mengembangkan Usaha Tanpa Modal Riba

Misi : a) Berbisnis Secara Syariah

b) Menciptakan Makanan yang enak dan sehat tanpa

pengawet dengan harga yang terjangkau.

3. Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Toko Kue Puji

Pemilik

Kasir Produksi

Tugas :

a. Pemilik Toko Kue Puji

1) Sebagai pemilik dalam usaha, harus memberikan pedoman

kerja kepada karyawannya dan bertanggung jawab penuh

terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

2) Menentukan tujuan usaha untuk jangka pendek maupun jangka

panjang.

3) Mengembangkan rencana jangka panjang atau suatu

kebijaksanaan perusahaan dalam usahanya meningkatkan

penjualan dan laba usaha.

4) Mengangkat atau memberhentikan karyawan.

5) Memberikan gaji karyawan.


41

6) Menentukan jumlah dari macam barang yang diproduksi.

b. Kasir

1) Menjalankan proses penjualan dan pembayaran.

2) Melakukan pencatatan atas semua transaksi.

3) Membantu pelanggan dalam memberikan informasi mengenai

suatu produk.

4) Melakukan proses transaksi pelayanan jual beli serta melakukan

pembungkusan.

c. Produksi

1) Bertanggung jawab dalam pembuatan kue atas kualitas dan

kehigenisan.

2) Bertanggung jawab atas menyediakan bahan baku dan bahan

penolong yang dibutuhkan dalam produksi kue.

4. Produk Perusahaan

Sebagai usaha rumahan yang bergerak di bidang kuliner,

produk yang dihasilkan Toko Kue Puji adalah aneka kue. Kue yang

dihasilkan adalah sebagai berikut:

1) Baruasa

2) Bagea

B. Hasil Penelitian

1. Sistem Akuntansi Penjualan Produk Toko Kue Puji

Sistem informasi akuntansi penjualan adalah suatu sistem

informasi yang mengorganisasikan serangkaian prosedur dan metode


42

yang dirancang untuk menghasilkan, menganalisa, menyebarkan dan

memperoleh informasi guna mendukung pengambilan keputusan

mengenai penjualan. Sistem akuntansi penjualan yang dapat

memberikan informasi yang tepat dan cepat terhadap penjualan

sekarang maupun penjualan yang akan datang merupakan sistem

akuntansi penjualan yang baik.

Dalam perusahaan manufaktur pendapatan diperoleh dari

penjualan produk dari hasil produksi perusahaan. Agar penjualan

sesuai dengan yang diinginkan perusahaan, maka penjualan harus

dilakukan dengan cara baik sesuai sistem yang tepat diterapkan pada

perusahaan. Sistem informasi penjualan terbagi menjadi 2 yaitu sistem

penjualan tunai dan sistem penjualan kredit.Dalam penelitian ini sistem

yang digunakan Toko Kue Puji ialah sistem penjualan tunai.

Sistem penjualan tunai adalah penjualan yang pembayarannya

diterima sekaligus pada saat terjadinya transaksi.Perusahaan

memproduksi beberapa produk untuk dijual dan konsumen yang telah

menentukan pilihannya pada produk selanjutnya melakukan transaksi

jual beli antara kasir dan konsumen dengan sistem penjualan tunai.

Konsumen dapat melakukan transaksi dengan cara langsung ke Toko

Kue Puji.
43

2. Penentuan Biaya Produksi Produk Toko Kue Puji

a. Pemakaian Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian

menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasi

dengan produk atau pesanan tertentu dengan nilainya yang relative

besar. Misalnya dalam penelitian ini, bahan baku adalah terigu,

telur, gula, gula merah, kelapa, beras dan sagu. Biaya yang timbul

akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.

Biaya bahan baku adalah biaya yang digunakan untuk

memperoleh semua bahan baku yang akan digunakan untuk

proses produksi dan dapat dikalkulasikan secara langsung ke

dalam biaya produksi. Besarnya biaya bahan baku ditentukan oleh

biaya perolehannya yaitu dari pembelian sampai dengan biaya

dapat digunakan dalam proses produksi.

Biaya bahan baku adalah unsur utama dari biaya produksi,

berdasarkan tabel dibawah ini jumlah pemakaian bahan baku pada

Toko Kue Puji pada tahun 2021 adalah Rp. 89.520.000 untuk

semua produk penjualan. Adapun bahan baku yang digunakan

dalam produksi kue-kue pada Toko Kue Pujitahun 2021 di sajikan

pada tabel berikut ini:


44

Tabel 4.1 Pemakaian Bahan Baku Toko Kue Puji Tahun 2021

Bahan
Jumlah Satuan Harga Tahun
Baku
Terigu 960 Kg 10.000 9.600.000
Telur 480 Rak 48.000 23.040.000
Gula Pasir 720 Kg 12.000 8.640.000
Gula Merah 1.440 Kg 13.000 18.720.000
Kelapa 960 Biji 2.000 1.920.000
Beras 1.200 L 7.000 8.400.000
Sagu 2.400 L 8.000 19.200.000
Total 89.520.000
Sumber Data: Toko Kue Puji, 2021

b. Pemakaian Bahan Penolong

Bahan penolong merupakan bahan yang dipakai dalam

proses produksi yang tidak dapat diidentifikasi dengan produk jadi

dan nilainya relative kecil. Biaya yang ditimbulkan karena

pemakaian bahan penolong disebut biaya bahan penolong.Biaya

bahan penolong merupakan bagian dari unsur biaya

overheadpabrik (biaya produksi tidak langsung).

Tabel 4.2 Data Bahan Penolong Toko Kue Puji Tahun 2021
Bahan
Jumlah Satuan Harga Tahun
Penolong
TBM 240 Bks 2.000 480.000
Potas 240 Bks 5.000 1.200.000
Vanili 240 Bks 2.000 480.000
Kayu Manis 240 Bks 3.000 720.000
Total 2.880.000
Sumber: Toko Kue Puji, 2021
45

Data bahan penolong untuk produksi kue Toko Kue Puji

pada tahun 2021 adalah Rp. 2.880.000.Terdiri dari 4 bahan

penolong yaitu TBM, Potas, Vanili dan Kayu Manis.

c. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan

sebagai akibat pemanfaatan tenaga kerja dalam melakukan

produksi. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang

dikeluarkan untuk penggunaan tenaga kerja langsung dalam

pengolahan suatu produk dari bahan baku menjadi barang jadi.

Biaya tenaga kerja langsung meliputi kompensasi atas

seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan

cara yang ekonomis. Contoh biaya tenaga kerja langsung adalah

gaji atau tunjangan yang dibayarkan kepada tenaga kerja bagian

produksi yang memproduksi bahan baku menjadi barang jadi.

Tabel 4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung Toko Kue Puji

Jumlah
Biaya Satuan Harga Tahunan
Karyawan
Gaji 1 Bulan 650.000 7.800.000
Total 7.800.000
Sumber: Toko Kue Puji

Biaya Tenaga Kerja Langsung Toko Kue Puji selama

setahun adalah Rp. 7.800.000, dimana usaha rumahan ini masih

menggunakan 1 karyawan saja dalam produksinya.


46

d. Biaya OverheadPabrik

Biaya Overhead pabrik adalah seluruh biaya produksi yang

tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku atau biaya

tenaga kerja langsung serta yang tidak dapat ditelusuri ke unit

produksi secara individual. Biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung merupakan biaya utama dari suatu produk, namun

biaya overhead pabrik juga harus terjadi untuk membuat suatu

produk.

Tabel 4.4 Biaya Overhead Pabrik Toko Kue Puji Tahun 2021

Biaya Jumlah Satuan Harga Tahun


Gas 144 Tabung 20.000 2.880.000
Listrik 0 Kwh 71.000 852.000
Kemasan 3.132.000
Pemasaran 2.400.000
Total 9.264.000
Sumber:Toko Kue Puji

Biaya listrik dan tabung gas setahun adalah 3.732.000

dimana tabung yang digunakan adalah Rp. 2.880.000, biaya listrik

adalah Rp. 852.000, biaya kemasan adalah 3.132.000, dan biaya

pemasaran adalah Rp. 2.400.000.

Berdasarkan data produksi Toko Kue Puji yang telah

diuraikan beberapa tabel diatas yaitu data bahan baku, bahan

penolong, tenaga kerja langsung dan overheadpabrik. Maka pada

tabel 4.5 dibawah ini diketahui biaya produksi Toko Kue Puji tahun

2021 adalah sebagai berikut:


47

Tabel 4.5 Biaya Produksi Toko Kue Puji Tahun 2021

No. Keterangan Jumlah (Rp)


1. Biaya Bahan Baku Rp. 89.520.000
2. Biaya Bahan Penolong Rp. 2.880.000
3. Tenaga Kerja Langsung Rp. 7.800.000
4. Biaya Overhead Pabrik Rp. 9.264.000
Jumlah Biaya Produksi Rp. 109.464.000
Data Hasil Olahan, 2021

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang digunakan dan

dikeluarkan untuk memproduksi produk. Biaya produksi Toko Kue

Puji Tahun 2021 yaitu Rp. 109.464.000, termasuk didalamnya biaya

bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overheadpabrik.

C. Analisis Data

Berdasarkan data-data produksi Toko Kue Puji diatas, maka

peneliti dapat menghitung Harga Pokok Penjualan sebagai berikut:

1. Perhitungan Harga Pokok Penjualan sebelum menggunakan


metode Activity Based Costing.

Salah satu cara yang biasa digunakan untuk membebankan

biaya overhead pabrik pada produk adalah dengan menghitung tarif

tunggal dengan menggunakan Cost Driver berdasar unit.

Perhitungan biaya Overhead pabrik dengan tarif tunggal terdiri dari

2 tahap yaitu:
48

a) Tahap Pertama

Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik yang

dijumlahkan menjadi satu kesatuan untuk seluruh biaya pabrik

dengan cara membebankan biaya pada unit produk.

Perhitungan tarif tunggal berdasarkan unit produk dapat

disajikan sebagai berikut.

Tarif Tunggal berdasarkan unit produk:

Jumlah Biaya Overhead


=
Jumlah Produksi

9.264.000
=
34.800

=266,20Per Unit

b) Tahap Kedua

Tahap kedua yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke

produk dengan cara mengalihkan tarif tunggal per unit dengan

biaya yang digunakan produk. Perhitungan Harga Pokok

Penjualan sebelum menggunakan metode Activity Based-

Costing disajikan pada tabel berikut:


49

Tabel 4.6
Perhitungan Harga Pokok Penjualan Toko Kue Puji Sebelum
Menggunakan Metode Activity Based-Costing Tahun 2021

Uraian Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 89.520.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 7.800.000
Biaya OverheadPabrik (266,20 x 34.800) Rp. 9.264.000
Total Biaya Produksi Rp. 106.584.000
Jumlah Produk yang dijual 34.800
Harga Pokok Produksi Rp. 8.000
Laba yang diharapkan 50% Rp. 4.000
Harga Jual Rp. 10.000
Jumlah Produk yang dijual 34.800
Harga Pokok Penjualan Rp. 348.000.000
Data Hasil Olahan, 2021

Harga Pokok Penjualan mencakup semua biaya produksi

yang terjadi untuk membuat produk yang terjual.Harga Pokok

Penjualan Toko Kue Puji sebelum menggunakan metode

Activity Based-Costing yaitu Rp. 348.000.000, dengan

perhitungan harga Rp. 10.000per unit.

2. Perhitungan Harga Pokok Penjualan setelah menggunakan


metode Activity Based-Costing

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung harga

pokok penjualan menggunakan metode Activity Based-Costing

(ABC):
50

a) Mengidentifikasi Biaya dan Aktivitas yang terjadi

Mengidentifikasi biaya-biaya yang terjadi dalam produksi

pada Toko Kue Puji.

Tabel 4.7
Daftar Biaya Produksi Toko Kue Puji Selama Tahun 2021
No. Biaya Produksi Jumlah (Rp)
1. Biaya Bahan Baku Rp. 89.520.000
2. Biaya Bahan Penolong Rp. 2.880.000
3. Biaya Tenaga Kerja Rp. 7.800.000
4. Biaya Listrik Rp. 852.000
5. Biaya Tabung Gas Rp. 2.880.000
6. Biaya Kemasan Rp. 3.132.000
7. Biaya Pemasaran Rp. 2.400.000
Total Biaya Produksi Rp. 109.464.000
Sumber: Data Hasil Olahan, 2021

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang digunakan dan

dikeluarkan untuk memproduksi produk. Daftar biaya produksi

Toko Kue Pujiselama tahun 2021 yaitu Rp. 109.464.000

b) Mengidentifikasi aktivitas biaya dan level aktivitasnya

Tabel 4.8
Identifikasi Aktivitas Biaya dan Level Aktivitasnya
No. Aktivitas Level Aktivitas
1. Aktivitas Listrik Unit Level
2. Aktivitas Tabung Gas Unit Level
3. Aktivitas Tenaga Kerja Batch Level
4. Aktivitas Pemasaran Product Sustaining
5. Aktivitas Pengemasan Product Sustaining
Sumber: Data Hasil Olahan, 2021
51

Identifikasi aktivitas pada Toko Kue Puji, seperti yang

dapat dilihat yaitu aktivitas listrik dan aktivitas tabung gas level

aktivitasnya adalah Unit Level, dimana unit level adalah biaya

yang meningkat saat satu produksi. Biaya ini adalah satu-

satunya biaya yang selalu dapat dibebankan secara akurat

proporsional terhadap volume. Aktivitas tenaga kerja level

aktivitasnya adalah Batch Level, dimana batch level adalah

biaya yang disebabkan oleh jumlah batch meliputi biaya

persiapan dan kebanyakan biaya penanganan bahan baku.

Aktivitas pengemasan dan aktivitas pemasaran level

aktivitasnya adalah Product Sustaining, dimana product

sustaining adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah

produk berbeda yang dihasilkan.

c) Mengidentifikasi Cost Driver

Tabel 4.9
Mengidentifikasi Cost Driver
Aktivitas Level Aktivitas Cost Driver
Aktivitas Listrik Unit Level Jumlah Kwh
Aktivitas Tabung Gas Unit Level Jumlah Kg
Aktivitas Tenaga Kerja Batch Level Jumlah Jam
Kerja
Aktivitas Pemasaran Product Sustaining Jumlah Unit
Aktivitas Pengemasan Product Sustaining Jumlah Unit
Sumber: Data Hasil Olahan, 2021
52

Tabel 4.9 menjelaskan bahwa cost driverdari berbagai

level aktivitas yaitu aktivitas pemakaian bahan baku cost driver

adalah jumlah biaya bahan baku, aktivitas listrik dan aktivitas

tabung gas cost driver jumlah unit, aktivitas pemakaian bahan

baku tambahan cost driver jumlah biaya bahan baku penolong,

aktivitas pemasaran cost driver jumlah unit, aktivitas tenaga

kerja cost driver jumlah jam kerja, dan aktivitas pemasaran cost

driver jumlah unit.

d) Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver

Tabel 4.10
Menentukan Cost Driver
Aktivitas Cost Driver Jumlah
Aktivitas Listrik Jumlah Kwh 20,96 Kwh
Aktivitas Tabung Gas Jumlah Tabung 432 Kg
Aktivitas Tenaga Kerja Jumlah Jam Kerja 2.160 Jam
Aktivitas Pemasaran Jumlah Unit 34.800 Box
Aktivitas Pengemasan Jumlah Unit 34.800Box
Sumber: Data Hasil Olahan, 2021

Aktivitas dengan jumlah cost driver yaitu aktivitas listrik

jumlah cost drivernya adalah 20,96 Kwh, aktivitas tabung gas

cost drivernya adalah 432 Kg, aktivitas tenaga kerja adalah

2.160 Jam, aktivitas pemasaran dan pengemasan dalam

setahun adalah 34.800 Box.


53

Tabel 4.11
Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver
Tarif per
Jumlah Cost
Aktivitas Unit Cost
Aktivitas Driver
Driver
Aktivitas Listrik Rp. 852.000 20,96 Kwh 40.648,85
Aktivitas Tabung Gas Rp. 2.880.000 432 kg 6.666
Aktivitas Tenaga Kerja Rp. 7.800.000 2.160 Jam 3.611,11
Aktivitas Pemasaran Rp. 2.400.000 34.800 Box 68,96
Aktivitas Pengemasan Rp. 3.132.000 34.800 Box 90
Sumber: Data Hasil Olahan, 2021
Menghitung tarif per unit cost driver dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Jumlah Aktivitas
Tarif Per Unit Cost Driver= Cost Driver

1. Aktivitas Listrik

Jumlah aktivitas listrik = Rp. 852.000

Cost driver = 20,96 Kwh

852.000
Tarif per unit cost driver =
20,96

= 40.648,85

Aktivitas listrik adalah aktivitas yang memperhitungkan

biaya listrik dengan cara biaya listrik dibagi dengan jumlah

Kwh pemakaian listrik. Jadi tarif per unit cost driver

padaaktivitas listrik pada Toko Kue Puji adalah 40.648,85.


54

2. Aktivitas Tabung Gas

Jumlah aktivitas tabung gas = Rp. 2.880.000

Cost driver = 432 Kg

2.880.000
Tarif per unit cost driver =
432

= 6.666

Aktivitas tabung gas adalah seluruh biaya pembelian

gas dan jumlah tabung gas yang digunakan selama

produksi. Jadi, tarif per unit cost driver padaaktivitas tabung

gas adalah 6.666.

3. Aktivitas Tenaga Kerja

Jumlah aktivitas tenaga kerja = Rp.7.800.000

Cost driver = 1 x 8 jam x 270 hari

= 2160

7.800.000
Tarif per unit cost driver =
2.160

=3.611,11

Aktivitas tenaga kerja adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk upah karyawan sesuai jam kerja. Jadi, tarif

per unit cost driver pada aktivitas tenaga kerja adalah

3.611,11.

4. Aktivitas Pemasaran

Jumlah aktivitas = Rp. 2.400.000

Cost driver = 34.800 Box


55

2.400.000
Tarif per unit cost driver =
34.800

= 68,965

Aktivitas pemasaran adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk mendukung kegiatan penjualan produk.

Jadi, tarif per unit cost driver pada aktivitas penjualan adalah

68,965.

5. Aktivitas Pengemasan

Jumlah aktivitas = Rp. 3.132.000

Cost driver = 34.800 Box

3.132.000
Tarif per unit cost driver =
34.800

= 90

Aktivitas pengemasan adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian kemasan produk, kemasan

yang menarik akan mempengaruhi daya beli konsumen.

Jadi, tarif per unit cost driver pada aktivitas pengemasan

adalah 90.
56

e) Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost


driver dan ukuran aktivitas
Tabel 4.12
Pembebanan Biaya ke produk dengan menggunakan tarif
cost driver pada Toko Kue Puji
Tarif Per
Aktivitas Unit Cost Cost Driver Total Biaya
Driver
Aktivitas Listrik 40.648,85 20,96 Kwh Rp. 851.999,896
Aktivitas Tabung Gas 6.666 432 Kg Rp. 2.879.712
Aktivitas Tenaga Kerja 3.611,11 2.160 Jam Rp. 7.799.997,6
Aktivitas Pemasaran 68,965 34.800 Box Rp. 2.399.982
Aktivitas Pengemasan 90 34.800 Box Rp. 3.132.000
Data Hasil Olahan, 2021

Pembebanan biaya dari beberapa aktivitas-aktivitas yang

dilakukan untuk produksi Toko Kue Puji menggunakan cara tarif

per unit cost driver pada masing-masing aktivitas dikali dengan

cost driver masing-masing aktivitas.

f) Perhitungan Harga Pokok Penjualan Toko Kue Puji Tahun 2021

Harga pokok penjualan mencakup semua biaya produksi

yang terjadi untuk membuat produk yang terjual.Perhitungan

harga pokok penjualan yang tepat dan akurat mempengaruhi

pendapatan dan kerugian yang ditanggung perusahaan.

Berdasarkan pembebanan biaya overhead yang telah

dilakukan, maka perhitungan harga pokok penjualan dengan


57

menggunakan metode Activity Based-Costing pada Toko Kue

Pujitahun 2021 dapat disajikan pada tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13

Perhitungan Harga Pokok Penjualan dengan menggunakan


metode Activity Based-Costing pada Toko Kue Puji
Tahun 2021

Uraian Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 89.520.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 7.799.997,6
Biaya Overhead Pabrik:
Biaya Bahan Baku Penolong Rp. 2.880.000
Biaya Listrik Rp. 851.999.896
Biaya Tabung Gas Rp. 2.879.712
Biaya Pemasaran Rp. 2.399.982
Biaya Kemasan Rp. 3.132.000
Total Biaya Produksi Rp. 109.464.000
Jumlah Produk yang dijual 34.800
Harga Pokok Produksi Rp. 8.000
Laba yang diharapkan 50% Rp. 4.000
Harga Jual Rp. 12.000
Jumlah Produk yang dijual 34.800
Harga Pokok Penjualan Rp. 417.600.000
Data Hasil Olahan, 2021

Harga pokok penjualan sesudah menggunakan metode

Activity Based-Costing adalah Rp. 417.600.000pada Toko Kue

Puji Tahun 2021.

Berdasarkan perhitungan Harga Pokok Penjualan sebelum

dan sesudah menggunakan metode Activity Based-Costing


58

pada Toko Kue Puji tahun 2021 dapat disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 4.14

Ringkasan Harga Pokok Penjualan sebelum dan sesudah


menggunakan metode Activity Based-Costing

Sebelum Metode Sesudah Metode


Keterangan
ABC ABC
HPP Rp. 348.000.000 Rp. 417.600.000
Harga Jual Rp. 10.000 Rp. 12.000
Selisih HPP Rp. 69.600.000
Selisih Harga Jual Rp. 2.000
Data Hasil Olahan, 2021

Harga pokok penjualan sebelum menggunakan metode

ABC memperoleh hasil lebih rendah yaitu Rp. 348.000.000,

dibandingkan dengan sesudah menggunakan metode ABC

memperoleh hasil yang lebih tinggi yaitu Rp. 417.600.000.

D. Pembahasan

Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti ingin meneliti

adalah bagaimana penerapan metode Activity Based Costing terhadap

Penentuan Harga Pokok Penjualan pada Toko Kue Puji.

Harga pokok penjualan pada dasarnya adalah segala cost yang

timbul dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual.

Terdapat beberapa tahapan dalam perhitungan harga pokok penjualan

metode Activity Based-Costing pada Toko Kue Puji antara lain


59

mengidentifikasi aktivitas dan biaya yang terjadi, mengidentifikasi biaya

berdasarkan aktivitas ke dalam berbagai aktivitas, mengidentifikasi

cost driver, menentukan tarif per unit cost driver, dan membebankan

biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran

aktivitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh suatu

penjelasan bahwa Toko Kue Puji sebelum menggunakan sistem ABC

dan sesudah menggunakan sistem ABC terdapat perbedaan.

Perhitungan harga pokok penjualan setelah pembebanan biaya

aktivitas pada produk, seperti yang telah dilihat pada hasil penelitian

diatas bahwa perhitungan harga pokok penjualan sebelum

menggunakan metode ABC memperoleh hasil yang lebih rendah yaitu

Rp. 348.000.000, sedangkan perhitungan sesudah menggunakan

metode ABC memperoleh hasil yang lebih tinggi yaitu Rp.

417.600.000yang menunjukkan selisih HPP dengan menggunakan

metode ABC, menguntungkan. Hal ini dikarenakan perhitungan

dengan sistem tradisional hanya menggunakan satu cost driver

sehingga banyak terjadi distorsi-distorsi biaya dan menghasilkan

perhitungan HPP yang tidak akurat. Sedangkan pada metode ABC,

biaya overhead pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada

beberapa cost driver.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rebecca Kapojos,

Jullie J. sondakh dan Stanley Kho Walandouw (2014), yang


60

menyatakan bahwa perhitungan harga pokok produksi pada

perusahaan Lidya Manado menggunakan metode ABC memberikan

hasil yang lebih tinggi daripada tradisional, dimana harga pokok

produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan metode activity

based-costing dikarenakan perhitungan dengan sistem tradisional

hanya menggunakan satu cost driver sehingga banyak terjadi distorsi

biaya dan menghasilkan perhitungan HPP yang relevan. Perusahaan

seharusnya mengevaluasi kembali sistem pembebanan biaya dalam

penentuan HPP.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Diterapkannya metode activity based-costing dalam perhitungan

harga pokok penjualan pada Toko Kue Puji dapat dilihat adanya

perbedaan hasil. Hasil perhitungan harga pokok penjualan sebelum

menggunakan metode ABC memperoleh hasil yang lebih rendah

sedangkan perhitungan sesudah menggunakan metode ABC

memperoleh hasil yang lebih tinggi.

2. Hasil ini menunjukkan bahwa produk Toko Kue Puji tergolong

menguntungkan pada perolehan laba, hal ini disebabkan karena

perbedaan dasar pembebanan biaya overhead pabrik. Sistem yang

digunakan sebelumnya hanya menggunakan satu cost driver

sedangkan metode ABC menggunakan lebih dari satu cost driver

sehingga pembebanannya lebih tepat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis

mengajukan saran penelitian sebagai berikut:

1. Bagi Toko Kue Puji agar dapat mempertimbangkan menggunakan

perhitungan harga pokok penjualan dengan metode Activity Based-

61
62

2. Costing. Metode ini dapat membantu dalam mengalokasikan biaya

overhead secara tetap. Selain itu dapat menelusuri biaya-biaya

secara lebih menyeluruh, tidak hanya ke unit produk, tetapi ke

aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan produk.

3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis. Khususnya

yang memproduksi lebih dari satu jenis produk diharapkan meneliti

perusahaan lain yang lebih besar dan penelitian untuk metode

Activity Based-Costing tidak hanya pada perusahaan manufaktur,

tapi juga perusahaan jasa misalnya rumah sakit atau hotel agar

memperoleh informasi yang lebih beragam.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, K. 2015. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar Konsep Biaya dan


Pengambilan Keputusan. Edisi Revisi. Cet.10. Jakarta:
Rajawali Pers.

Andriyanto, W., Agustina, A., & Kholil, M. 2016.Analisis Biaya Perbaikan


Ulir di PT. Alloy Mas Oilfield Services dengan Metode
Activity Based Costing.Spektrum Industri, 14(2), 109-114.

Apriyani, E., & Salesti, J. 2017. Analisa Penerapan Activity Based Costing
System dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Produksi
Project Rov’s pada PT. Oceaneering Batam.Measurement:
Journal of the Accounting Study Program, 11(1).

Awalia, A. P., Nusantoro, J., & Ali, K. 2021. Analisis Penerapan Activity
Based-Costing dalam Pengendalian Biaya Produksi (Studi
Kasus pada Bintang Bakery Lampung Tengah).Jurnal
Akuntansi AKTIVA, 2(1), 33-38.

Caroline, T. C., &Wokas, H. R. (2016).Analisis Penerapan Target Costing Dan


Activity-Based Costing Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam
Pengendalian Biaya Produksi Pada Ud. Bogor Bakery. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi .
4(1), 593–603.

Cindrawati, S.D. 2014. Penerapan Activity Based Costing System Sebagai


Dasar Menentukan Harga Pokok Kamar Hotel (Studi Kasus
Pada Hotel Pelangi Malang Periode 2012). Jurnal
Administrasi Bisnis, 8(2).

Dewi, S. P., & Kristianto, S. B. 2013. Akuntansi Biaya.


Dicky, Y. & Martusa, R. (2011). Perencanaan Activity Based Costing
(ABC) System dalam Perhitungan Profitabilitas Produk. Jurnal
Akuntansi. 3(1): 69-89
Hanimah, Nur. 2020. Analisis Metode Activity Based Costing Dalam
Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus Raihan
Bakery Cake Shop Medan). Skripsi.Diterbitkan. Medan.
Universitas Islam Sumatra Utara.

Homgren, C. T. dkk. 2016. Pengantar Akuntansi Manajemen. Jilid I.


Jakarta: Erlangga.

63
64

Kapojos, R., Sondakh, J. J., & Waladouw, S. 2014. Penerapan Metode


Activity Based Costing Dalam Penentuan Harga Pokok
Produksi Pada Perusahaan Roti Lidya Manado. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi. 2(2).

Murnitasari, A. T. 2019. Analisis Penggunaan Activity Based Costing


(ABC) Untuk Menentukan Haroti Maros. Iii (April), 1a,21.

Rahim, Rindi. 2018. Penerapan Metode Activity Based-Costing (ABC)


Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan
Kami Saiyo. Skripsi.Diterbitkan.Batusangkar.Institut Agama
Islam Negeri Batusangkar.

Ramdhani, D dkk. (2020). Akuntansi Biaya (Konsep dan Implementasi di


Industri Manufaktur). Yogyakarta: CV Markumi.

Samryn, L. M. 2015. Akuntansi Manajemen Informasi Biaya Untuk


Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Investasi.Edisi Revisi.
Jakarta: Prenadamedia.

Sari, Dien Permata. 2020. Analisis Penerapan Metode Activity Based-


Costing dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Harris.
Skripsi.Diterbitkan.Batam. Universitas Putera Batam.

Sochib. 2018. Buku Ajar Pengantar Akuntansi 1. Yogyakarta: Deepublish


Publisher.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Suripto, dkk. 2021. Akuntansi Manajemen. Bandung: Penerbit Media


Sains Indonesia.

Syakhirul. 2017. Analisis Penerapan Metode Activity Based-Costing


Dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap pada Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar. Skripsi.Diterbitkan.Makassar.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
65

N
66

1. Dokumentasi Toko Kue Puji


67
68

2. Data Pemakaian Bahan Baku

Bahan Baku Jumlah Satuan Harga Tahun


Terigu 960 Kg 10.000 9.600.000
Telur 480 Rak 48.000 23.040.000
Gula Pasir 720 Kg 12.000 8.640.000
Gula Merah 1.440 Kg 13.000 18.720.000
Kelapa 960 Biji 2.000 1.920.000
Beras 1.200 L 7.000 8.400.000
Sagu 2.400 L 8.000 19.200.000
Total 89.520.000

3. Data Bahan Baku Penolong

Bahan
Jumlah Satuan Harga Tahun
Penolong
TBM 240 Bks 2.000 480.000
Potas 240 Bks 5.000 1.200.000
Vanili 240 Bks 2.000 480.000
Kayu Manis 240 Bks 3.000 720.000
Total 2.880.000

4. Data Tenaga Kerja

Jumlah
Biaya Satuan Harga Tahunan
Karyawan
Gaji 1 Bulan 650.000 7.800.000
Total 7.800.000
69

5. Data Biaya Overhead Pabrik

Biaya Jumlah Satuan Harga Tahun


Gas 144 Tabung 20.000 2.880.000
Listrik 0 Kwh 71.000 852.000
Kemasan 3.132.000
Pemasaran 2.400.000
Total 9.264.000

6. Data Biaya Produksi

No. Keterangan Jumlah (Rp)


1. Biaya Bahan Baku Rp. 89.520.000
2. Biaya Bahan Penolong Rp. 2.880.000
3. Tenaga Kerja Langsung Rp. 7.800.000
4. Biaya Overhead Pabrik Rp. 9.264.000
Jumlah Biaya Produksi Rp. 109.464.000
70

RIWAYAT HIDUP

Suhandi Kadir. Lahir di Tanrusampe pada tanggal 10

September 1999.Peneliti adalah anak terakhir dari 4

bersaudara, peneliti sekarang bertempat tinggal di

Tanrusampe, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi

Selatan.Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Negeri 81

Tanrusampe lulus tahun 2005, SMP Negeri 1 Binamu lulus tahun 2011, SMA

Negeri 1 Jeneponto lulus tahun 2017 , dan mulai tahun 2017 mengikuti Program

S1 Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang.

Penulisan skripsi ini, peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.


71

Anda mungkin juga menyukai