Anda di halaman 1dari 104

ANALISIS ANGGARAN FLEKSIBEL SEBAGAI ALAT

PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA


PT. PABRIK GULA CAMING
KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Oleh

MUHAMMAD TAKBIR
NIM 105730543615

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
ANALISIS ANGGARAN FLEKSIBEL SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA
PT. PABRIK GULA CAMING
KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Oleh
MUHAMMAD TAKBIR
NIM 105730543615

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
❖ Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan

sesungguhnya yang demikian sungguh berat, kecuali bagi

orang-orang yang khusyu’ (QS. Al-Baqarah : 45)

❖ Ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang dapat memberi manfaat

(imam muslim)

❖ Cita-cita, usaha, dan doa yang tulus akan menuntun kita menuju

kesuksesan.

Terlambat lulus atau tidak lulus tepat waktu bukan sebuah

kejahatan, bukan sebuah aib. Alangkah kerdilnya jika mengukur

kepintaran seseorang hanya dari siapa yang paling cepat lulus.

Bukankah sebaik- baiknya skripsi adalah skripsi yang selesai? Baik

itu selesai tepat waktu maupun tidak tepat waktu.

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur saya ucapkan Alhamdulillahrabbil’alamin

kepadah Allah SWT, karena berkatnya saya mampu menyelesaikan

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Karya kecil ini kupersembahkan

untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan

motivasi dan doa-doa terbaik untuk anak-anaknya. Almamater

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas

Muhammadiyah Makassar
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan

akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Alhamdulillahirabbil’alamin atas karunia Allah SWT. Penulis yakin dan

percaya bahwa jika ada kesulitan maka didalamnya terdapat dua kemudahan.

Melalui kerja yang maksimal dengan segenap kemampuan, pikiran, waktu dan

tenaga serta berbagai hambatan, cobaan, dan godaan, akhirnya skripsi ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan dalam menyelesaikan

skripsi ini, tetapi lepas dari semuanya itu mengingat penulis juga masih dalam

tahap belajar, tentunya tak luput dari berbagai kekurangan dan ketidak-

sempurnaan, namun inilah hasil maksimal yang dapat penulis berikan.

Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua

orang tua tercinta Ayahanda dan Almarhuma Ibunda tersayang atas segala

pengorbanan, doa, dan motivasi yang telah diberikan. Penyelesaian laporan

skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.


3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CSP, Selaku Ketua Program

Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Asriati, SE., M.Si Selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai

dengan baik.

5. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CSP, Selaku Pembimbing II

yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga

ujian skripsi

6. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan

ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Akuntansi Angkatan 2015 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit

bantuannya dan dorongan dalam aktifitas studi penulis.

9. Terimakasih Teruntuk orangtua Ibnu hajar, Hara dan calon istri Annisa

S.Pd dan sepupu Adi sugiarto yang telah memberikan semangat,

kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat

merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak

utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa

mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.


Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fi Sabilil haq, fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum WR.Wb

Makassar,

MUHAMMAD TAKBIR

ABSTRAK

Muhammad takbir, 2019. Skripsi ini membahas tentang Analisis Anggaran


Fleksibel Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Pabrik Gula
Camming Kab. Bone. Apakah anggaran fleksibel telah digunakan sebagai alat
pengendalian biaya produksi pada PT. Pabrik Gula Camming Kab. Bone.

Jenis penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kualitatif. Data kuantitatif
adalah data yang dapat dihitung atau data yang berupa angka-angka, dalam hal
ini data yang merupakan anggaran dan realisasi biaya overhead. Teknik
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan
dan penelitian pustaka. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Varians Biaya Bahan Langsung, Varians Tenaga Kerja Langsung,
Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik.
Berdasarkan hasil analisis data perbandingan antara anggaran statis dan
anggaran fleksibel, anggaran yang lebih menguntungkan sebagai alat bantu
pengendalian biaya produksi apabila diterapkan di perusahaan adalah anggaran
fleksibe, karena biaya yang dikeluarkan lebih efisien dibanding dengan anggaran
statis. Dari hasil perhitungan varians harga beli bahan baku dalam produksi Gula
tidak terdapat selisih, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Berbeda
dengan varians efisiensi bahan baku terdapat selisih, baik yang menguntungkan
maupun merugikan. Untuk realisasi pada biaya overhead pabrik mengalami
kerugian karena lebih besar biaya yang direalisasikan daripada dianggarkan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa anggaran
fleksibel lebih menguntungkan dari anggaran statis maka dari itu masalah varians
efisiensi overhead yang menyebabkan varians overhead tidak efisien yaitu
sebaikny adalam menyusun anggaran biaya produksi untuk periode yang akan
datang elbih memperhatikan prediksi pemakaian biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Untuk mengatasi masalah varians biaya tenaga kerja langsung
yang tidak efisien bisa dilakukan dengan training karyawan dan buruh agar
memerhatikan masalah gaji buruh dan memberlakukan sistem kontrak yang jelas
agar masalah kenaikan gaji yang pengaruhnya sangat siginifikan bisa teratasi di
masa yang akan datang.

Kata Kunci: Biaya produksi dan Anggaran Fleksibel

DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………….….i
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………...ii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO…………………………………....iii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………...iv
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….v
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………….vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………………vii
ABSTRAK…………………………………………………………………………..ix
ABSRACT…………………………………………………………………………..x
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..xii
LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………...4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………..4

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………...4

BAB II TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian Anggaran………………………………………………,…6

B. Karakteristik Anggaran………..………………………………………8

C. Manfaat Anggaran…………………………………………………....10

D. Pengertian Anggaran Fleksibel……………………………………..11

E. Pengertian Biaya Produksi……………………………...................16

F. Unsur-unsur Biaya Produksi………………………………………..19

G. Pengertian Pengendalian ............................................................20

H. Kebijakan Akuntansi…………………………………………………22

I. Analisis Varians………………………………………………………24

J. Kerangka Pikir………………………………………………………..26

K. Hipotesis………………………………………………………………26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian………………………………………………………28

B. Sumber Data…………………………………………………………28
C. Metode Pengumpulan Data………………………………………...29

D. Metode Analisis Data………………………………………………..29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan ………………………………………32

B. Struktur Organisasi …………………………………………………41

C. Hasil Penelitian………………………………………………………52

D. Pembahasan…………………………………………………………75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………..79

B. Saran ………………………………………………………………...80

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….....81

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Produksi Tahun 2018 Pabrik Gula Camming

Tabel 4.2 Data Realisasi Produksi Pabrik Gula Camming Tahun 2018

Tabel 4.3 Data Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung

Tabel 4.4 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tabel 4.5 Data Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2018

Tabel 4.6 Data Realisasi Bahan Baku Langsung Tahun 2018

Tabel 4.7 Data Realisasi Anggaran Biaya Tenaga Langsung

Tabel 4.8 Realisasi Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2018


Tabel 4.9 Data Anggaran Dan Realisasi Biaya Produksi Gula Tahun 2018

Tabel 4.10 Klarifikasi Anggaran Dan Biaya Produksi Sebelum Dilakukan


Pemisahan Biaya Semi Variabel

Tabel 4.11 Anggaran Biaya Produksi Setelah Pemisahan Biaya Semi Variabel

Tabel 4.12 Realisasi Biaya Produksi Pemisahan Biaya Semi Variabel

Tabel 4.13 Besarnya Biaya Variabel Perton Dan Biaya Tetap Dalam Memproduksi
Gula (Menutut Anggaran Fleksibel)

Tabel 4.14 Anggaran Biaya Produksi ( Anggaran Fleksibel) Tahun 2017

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Varians Biaya Produksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang

berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manager dapat

melaksanakan kegiatan organisai secara lebih efektif dan efesien. Anggaran

digunakan oleh maneger tingkat atas sebai suatau alat untuk melaksanakan

tujuan-tujuan organisai kedalam dimensi kuantitatif dan waktu, serta

mengkomunikasikannya kepada manejer-manejer tingakat bawah sebagai

rencana jangka pendek dan jangka panjang. Sebagai alat perencanaan,

anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang
akan dicapai oleh para manejer dalam melaksanakan serangkaian kegiatan

tertentu pada masa yang akan datang.

Sebuah anggaran merupakan alat bantu manajemen dalam

menjalankan fungsi perencanaan, koordinasi, komunikasi dan pengendalian

anggaran merupakan alat manajemen yang sangat penting untuk

mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen di dalam suatu organisasi,

mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasikan aktivitas.

Suatu penganggaran merupakan proses sejak tahap persiapan yang

diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai

data dan informasi yang perlu, pembagian tugas perencanaan, penyusunan

rencana sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya

tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil rencana itu.

Kemajuan perusahaan sangat bergantung pada pengelola yang baik,

sehingga tujuan dan sasaran perusahaan dapat tercapai. Keputusan yang

diambil manajemen untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dengan

penyusunan anggaran. Perusahaan kecil maupun besar sudah seharusnya

membuat anggaran, karena anggaran dapat digunakan oleh manajemen

sebagai alat perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan untuk

mencapai tujuan di masa mendatang. Jadi, pada dasarnya anggaran

merupakan rencana kerja organisasi di masa yang akan mendatang.

Anggaran merupakan perencanaan dari seluruh kegiatan perusahaan

yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan

saling mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai

tujuan dan sasaran perusahaan. Anggaran merupakan rencana tertulis


mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan

umumnya dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu.

Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Salah

satu anggaran yang paling penting dalam perusahaan yaitu biaya produksi

yang didalamnya terdapat biaya produksi. Biaya produksi ini terdiri dari biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, dimana biaya-

biaya tersebut saling berhubungan. Adanya perbandingan antara hasil

realisasi biaya produksi dengan anggaran biaya produksi yang sudah

dianggarkan perusahaan dapat digunakan untuk menganalisis apakah telah

terjadi penyimpangan baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.

Dalam pelaksanaan anggaran merupakan pendekatan yang formal

dansitematis pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam

perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Anggaran disusun setelah semua

tujuan dan program kerja disusun. Ada beberapa kegunaan dari anggaran

yaitu dapat dipakai untuk merumuskan anggaran sebelum adanya data

taksiran tingkat aktivitas, dapat dipakai setelah adanya data untuk menghitung

beberapa seharusnya biaya untuk tingkat aktivitas aktual dan mmbantu

manajemen dalam menghadapi ketidakpastian dengan memampukan mereka

untuk melihat taksiran hasil dalam kisaran aktivitas tertentu.

Sebuah anggaran fleksibel yaitu anggaran yang menyesuaikan atau

untuk perubahan volume aktivitas anggaran fleksibel lebih canggih dan

berguna daripada anggaran yang statis tetap pada satu jumlah terlepas dari

volume kegiatan. Anggaran ini mengaitkan volume aktivitas dengan jumlah

rupiah yang dianggarkan bermanfaat terutama dalam menaksir dan

mengedalikan biaya pabrik dan operasi. Anggaran fleksibel disusun


berdasarkan pola perilaku biaya, dimana biaya terebih dahulu dipisahkan

menjadi dua kelompok yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Anggaran ini

disebut fleksibel karena dapat disesuaikan dengan volume kegiatan yang

sebenarnya terjadi, sehingga dalam pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan

dengan lebih tetap dan akurat. Anggaran ini mengaitkan volume aktivitas

dengan jumlah rupiah yang dianggarkan.

Sebuah anggaran fleksibel dapat membantu manajer unuk membuat

perbandingan lebih valid. Hal ini dirancang untuk menujukkan pendapatan

yang diharapkan dan pengeluaran diizinkan untuk jumlah yang aktual dan

pendapatan mungkin untuk membedakan efensiasi asli. Sebelum anggaran

fleksibel dapat dihasilkan, manajer harus mengidentfikasi biaya tetap dan

variabel. Pengeluaran diperoleh pada biaya variabel kemudian dapat

meningkat atau menurun sebagai tingkat perubhan aktivitas. Sebuah

anggaran yang fleksibel diharapkan dapat menunjukkan pendapatan dan

biaya untuk berbagai tingkat produksi atau aktivitas penjualan. Sebuah

perusahaan dengan menggunakan anggaran fleksibel dapat membandingkan

hasilnya dengan model yang relevan sepanjang masa anggaran. Sebuah

anggaran fleksibel ini juga berguna untuk perencanaan selama periode lebih

lama dari siklus anggaran.

Motivasi peniliti untuk melakukan penelitian ini yaitu sebagaimana di

ketahui bahwa PT. Pabrik Gula Camming dalam menyajikan data anggaran

dan realisasi biaya dengan mengunakan anggaran statis, di mana anggaran

statis berisikan perkiraan tingkat operasiona perusahaan yang tidak akan

berubah selama periode anggaran..


Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik akan melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Pengendalian Biaya

Produksi Pada PT. Pabrik Gula Camming Kab. Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah pokok yang

muncul yaitu apakah anggaran fleksibel dapat dijadikan sebagai alat bantu

pengendalian biaya produksi pada, PT pabrik Gula Camming Kab. Bone?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah mengetahui apakah

anggaran fleksibel telah digunakan sebagai alat pengendalian biaya produksi

pada PT, pabrik Gula Camming Kab. Bone.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi dan refrensi di

bidang Akuntansi Biaya dan Manajemen terutama dalam pengolahan

Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi.

b. Dapat digunakan refrensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi

mahasiswa perguruan tinggi yang melakukan penelitian di bidang

Akuntansi Biaya dan Manajemen.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat di gunakan oleh manajemen keuangan

PT. Pabrik Gula Camming dalam pengelolahan Anggaran Fleksibel

Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi.

b. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini, bagi penulis dapat digunakan sebagai

latihan dan penerapan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku

perkuliahan dan dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam

Menganasis Anggaran Fleksibel Sebagai Alat Pengendalian Biaya

Produksi, serta dapat berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Anggaran

Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam

bentuk angka dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi semua aktivitas

perusahaan untuk jangka waktu (periode) tertentu dimasa yang akan datang.

Oleh sebab itu rencana yang disusun dinyatakan bentuk unit moneter, maka

anggara sringkali disebut juga dengan rencana yang di susun di nyatakan

dalam bentuk unit moneter, maka anggaran seringkali di sebut juga rencana

kuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menepati posisi

penting dalam arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang,

sehingga bisa diukur pencapain efesiensi dan efektivitas dari kegiatan yang

dilakukan.

Anggaran sering juga disebut sebagai rencana keuangan karena

anggaran yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter. Anggaran

dalam perusahaan adalah proses untuk merencanakan dan mengendalikan

sebagai upaya mengestemasikan keuangan perusahaan. Suatu bisnis dalam

perusahaan wajib memiliki perencanaan anggaran sebagai bentuk

pemantauan laju pertumbuhan ekonomi internal perusahaan. Suatu bisnis


dalam perusahaan wajib memiliki perencanaan anggaran sebagai bentuk

pemantauan laju pertumbuhan ekonomi internal perusahaan.

Anggaran fleksibel berasal dari jenis-jenis anggaran sebagai alat

perencanaan dan pengendalian, di mana anggaran fleksibel ini bertujuan

untuk membantu manajer untuk membuat perbandingan lebih valid. Hal ini

dirancang untuk menunjukan pendapatan yang di harapkan dan pengeluaran

diizinkan untuk jumlah aktual unit yang diproduksi dan dijual. Anggaran

fleksibel membandingkan dengan pengeluaran aktual dan pendapatan adalah

mungkin untuk membedakan efesiensi asli. Anggaran dalam biaya fleksibel

bermanfaat terutama dalam menaksir dan mengendalikan biaya pabrik dan

beban operasi. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak akan menambah

atau mengurangi rentang aktivitas tertentu. Sebuah anggaran yang fleksibel

diharapkan menunjukkan pendapatan dan biaya untuk berbagai tingkat

produksi atau aktivitas penjualan.

Sasongko dan Parulian (2015: 2) mendefinisikan anggaran adalah rencana


kegiatan yang dijalankan oleh manajemen dalam suatu periode yang
tertuang secara kuantitatif. Informasi yang dapat diperoleh dari anggaran
adalah jumlah produk dan harga jualnya tahun depan.

Julita (2015: 5) mengemukakan anggaran sebagai rencana tertulis


mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif
selama jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan
uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan barang.

Menurut sasangko dan parulian (2015: 3) kelompok fungsi angaran

anggaran yaitu :

1) Perencanaan

Anggaran memberikan arahan bagi penyusunan tujuan dan kebijakan

perusahaan.

2) Koordinasi
Anggaran dapat mempermudah koordinasi antara bagian bagian dalam

perusahaan

3) Motivasi

Anggaran membuat manajemen dapat menetapkan target target tertentu

yang harus dicapi dalam perusahaan.

4) Pengendalian

Keberadaan anggaran diperusahaan memungkinkan manajemen untuk

melakukan fungsi pengendalian atas aktifitas aktifitas yang dilaksanakan

dalam perusahaan

Dari kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi anggaran

memiliki fungsi yang terkait dengan fungsi perencanaan, fungsi

pengoganisasian, fungsi menggerakkan dan fungsi pengawasan

Secara garis besar anggaran merupakan alat manajemen untuk

mencapai tujuan. Sehingga dalam proses penyusunan dibutuhkan data dan

informasi, baik yang bersifat terkendali maupun yang bersifat tak terkendali

untuk dijadikan bahan taksiran. Hal ini disebabkan karena data dan informasi

tersebut akan berpengaruh terhadap keakuratan taksiran dalam proses

perencanaan anggaran.

B. Karakteristik Anggaran

Anggaran merupakan bagian yang penting untuk perencanaan efektif

jangka pendek dan kntrol dam organisasi. Penyelngaraan anggaran biasaya

meliputi waktu satu tahun dan menyataan pemasukan dan pengeluaran

selama satu tahun itu.


Menurut Anthony dan Govindarajan (2015:12) anggaran mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

1) Anggaran memperkirakan keuntungan yang potensial dari unit

perusaahaan.

2) Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter didukung

dengan jumlah non-moneter (contoh: unit yang terjual atau diproduksi)

3) Biaya meliputi waktu selama setahun.

4) Merupakan prjanjian manajemen, bahwa manejer setuju untuk

bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan dari anggaran.

5) Usaha anggaran diperiksa dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi

dari pembuat anggaran.

6) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

7) Secara berkala kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan

anggaran dan pemberdayaannya dianalisis dan dijelaskan.

Penganggaran ( budgeting) merupakan proses yang dilakukan

untuk mengembangkan anggaran organiasi. Jadi penganggaran adalah

proses kegiatan yang menghasilkan anggaran tersebut sebagai suatu

hasil kerja (output) serta proses kegiatan yang berkaitan dengan

pelaksanaan fungsi-fungsi anggaran, mulai tahap persiapan yang

dilakukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan

berbagai data dan informasi yang diperlukan sebelum dimulainya

penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang

diperlukan, pembagian tugas perencanaan,penyusunan rencananya

sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada tahap

pengawasan dan evaluasi dari hasil rencana itu.

Karakteristik anggaran yang baik yaitu:


1) Anggaran disusun berdasarkan program

Penyusunan program merupakan proses pengambilan keputusan

mengenai program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dan

penaksiran sumber yang dialokasikan kepada setiap program tersebut.

Rencana jangka panjang yang dituangkan dalam program memberikan

arah kemana kegiatan perusahaan ditujukanddalam jangka panjang.

2) Anggaran disusun berdasarkan karakterisrtik pusat pertanggung

jawaban yang dibntuk dalam organisasi perusahaan.

Tiap tipe pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi

memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, penyusunan anggaran

yang tidak didasarkan pada karakteristik pengendalian masing-masing

tipe pertanggungjawaban akan menghasilkan tolak ukur kinerja yang tidak

sesuai dengan karakterisik kegiatan pusat pertanggungjawaban yang

diukur kinerjanya.

3) Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian.

Agar proses penyusunan anggaran dapat menghasilkan anggaran

yang dapat berfungsi sebagai alat pengendalian, proses penyusunan

anggaran harus mampu menanamkan “sense of commitment” dalam diri

penyusunannya. Proses penyusunan anggaran yang tidak berhasil

menambahkan “sense of commitment” dalam diri penyusunannya

berakibat anggaran yang disusun tidak lebih hanya sebagai alat

perencanaan belaka.

C. Manfaat Anggaran

Dalam perakteknya banyak perusahaan yang beroperasi tanpa

membuat suatu anggaran. Fungsi anggaran sebai alat bantu manajemen


perusahaan akan tetap ada, baik itu dipergunakan perusahaan kecil,

perusahaan menegah ataupun perusahaan besar. Anggaran merupakan

suatu rancangan yang disusun secara sistematis yang dinyatakan dalam

bentuk angka yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka

waktu atau periode tertentu pada masa yang akan datang. Dalam

anggaran ini angka tersebut dinyatakan dalam bentuk unit moneter,

karena dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran sering kali

desebut dengan nama rencana keuangan.

Dengan penyusunan anggaran usaha-usaha perusahaan akan

lebih banyak berhasil apabila ditunjang oleh kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang terarah dan dibantu oleh perencanaan-perencanaan

yang matang. Perusahaan yang berkecendrungan memandang ke

depan, akan selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukannya pada

masa yang akan datang.

Dalam perusahaan manufaktur ( pabrik ) kegiatan akan dilakukan

dengan lebih efesien dan tingkat keuntungan akan lebih besar apabila

manajemen memperhatikan rencana untuk aktivitas-aktivitasnya di masa

depan. Manfaat utama dari business budgeting adalah dapat

ditentukannya kegiatan-kegiatan yang paling menguntungkan yang akan

dilakukan.

Nafarin (2015: 19) anggaran mempunyai manfaat antara lain :

a. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapain tujuan bersama.

b. Dapat dipergunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan

pegawai.

c. Dapat memotivasi pegawai.


d. Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai.

e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu

f. Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan dan dana yang dapat

dimanfaatkan seefesien mungkin.

D. Pengertian Anggaran Fleksibel

Menurut Bastian dan Bustami Nurlela (2015 : 91) bahwa

Anggaran fleksibel atau anggaran variabel merupakan anggaran


yang jumlah rupiahnya untuk suatu masa didasarkan atas tingkat aktivitas
produksi (volume). Anggaran fleksibel menyesuaikan pendapatan, biaya
dan beban dengan volume actual yang dialami serta membandingkan
jumlah tersebut dengan hasil sesungguhnya. Anggaran fleksibel
memasukkan perubahan volume untuk menyediakan dasar perbandingan
yang sah dengan biaya actual.”

Anggaran fleksibel bertujuan untuk memberikan informasi yang

didperlukan kepada manajemen untuk mencapai tujuan utama, yakni

pengendalian melalui anggaran yang sebagaimana dikemukakan oleh

Bastian dan Bustami Nurlela (2017 : 91) meliputi :

1) Perencanaan anggaran fleksibel

2) Sebagai alat untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas berbagai

divisi perusahaan.

3) Suatu dasar pengendalian biaya

Rumus :

BAF = ( Vs x X ) + BF

BAF = Besarnya anggaran fleksibel

VS = Biaya variabel satuan


X = Unit (volume)

BF = Biaya tetap

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai anggaran fleksibel,

terlebih dahulu akan membahas tentang anggaran statis. Anggran statis

atau static bugget adalah anggaran yang dibuat berdasarkan satu titik

aktivitas (tingkat aktivitas tertentu) yang ditentukan lebih dulu. Charles T.

Hornegen et.a.l (1994 : 228) memberikan definisi tentang anggaran

stastis : “A static budget is a budget that is based on one level of output

and it is not adjusted or altered it is finalized”.

Anggaran fleksibel memiliki karakteristik sebaagai berikut:

1) Disusun untuk suatu rentangan aktivitas dan bukan untuk satu tingkat

aktivitas saja.

2) Memberi dasar yang dinamis untuk membuat perbandingan-

perbandingan, karena mereka secara otomatis akan memberikan

informasi yang menyangkut tingkatan volume yang berbeda-beda.

Anggaran fleksibel memiliki banyak kegunaan baik sebelum dan

sesudah periode yang bersangkutan. Anggaran fleksibel akan banyak

gunanya saat manajer berusaha memilih diantara berabgai rentangan

aktivas untuk tujuan perencanaan. Juga sangan membantu pada akhir

periode, apabila manajer mencoba menganalisis hasil-hasil yang actual.

Anggaran fleksibel merupakan anggaran yang bersifat dinamis,

dimana didalamnya memua anggaran dari beberapa aktivitas. Lazimnya,

penyusunan anggaran fleksibel selalu dikaitkan dengan biaya overhead

pabrik, dan biaya overhead pabrik itu sendiri meliputi overhead pabrik

variable dan overhead pabrik tetap.


Dalam model anggaran fleksibel, anda dapat mengtur setiap item

baris beban baik sebagai akun beban baik sebagai akun beban fleksibel

atau satu yang tetap dalam berbagai tinggat pendapatan. Jika tetap, tidak

ada perlunya perubahan kecualai, kecualai ada perubahan besar dalam

tingkat pendapatan dianggarakan. Namun demikian, beban lainnya akan

bervariasi secara langsung dengan pendapatan; dalam kasus ini, adalah

mungkin untuk merevisi formula anggaran sehingga mereka terdaftar

sebbagai persentase dari tingkat pendapatan bulanan.

Dari definisi di atas, anggaran statis nampaknya sulit untuk

dijadikan alat bantu untuk mengevaluasi kinerja. Hasil yang

sesungguhnya selalu dibandingkan dengan biaya yang dianggarkan pada

tingkat aktivitas mula-mula. Jika volume produksi secara relatif tetap dari

waktu ke waktu, maka anggaran statis akan berfungsi dengan baik. Jika

realisasi produksi berbeda dengan yang telah direncanakan, maka

perbandingan antara raelisasi dengan anggaran tetap dapat

menyesatkan. Dengan kata lain pendekatan ini sesuai untuk tujuan

perencanaan, namun tidak sesuai untuk mengevaluasi bagaimana biaya-

biaya dikendaliakan.

Agar penilaian prestasi dapat dilakukan dengan tepat dan teliti,

maka kesulitan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan anggaran

fleksibel. Lebih lanjut Supriyono : ( 2016 : 340) mendefinisikan anggaran

fleksibel sebagai beikut:

“Anggaran fleksibel atau anggaran skala naik turun adalah

anggaran yang penyusunannya didasarkan deret atau seri tingktan

kegiatan yang mungkin dicapai perusahaan untuk periode tertentu yang

akan datang”.
Dari beberapa definisi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa

anggaran fleksibel meliputi perubahan-perubahan rekening biaya yang

terjadi dalam pencatatan biaya produksi. Anggaran fleksibel menyediakan

perkiraan-perkiraan berapakah biaya untuk setiap tingkat aktivitas dalam

rentang tertentu. Pada saat anggaran fleksibel digunakan dalam evaluasi

kinerja, biaya sesungguhnya dibandingkan dengan biaya yang

seharusnya terjadi pada tingkat aktivitas sesungguhnya selama periode

tertentu, bukan biaya yang dianggarkan dari orginal budget.

Anggaran yang disusun dalam suatu range tingkat aktivitas

bertujuan untuk meminimumkan pengaruh ketidakpastian di dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan, memudahkan penyesuaian

rencana bila tingkat aktivitas aktual berbeda dengan tingkat yang

diharapkan, dan penilaian yang layak terhadap pengukuran varians

tingkat efisiensi.

Anggaran fleksibel mempunyai beberapa keunggulan, Kamarudin

Ahmad (2017 : 179) menjelaskan kegunaan utama anggaran fleksibel

yaitu :

a. Untuk memudahkan persiapan anggaran fleksibel bagi Pusat

Pertanggung jawaban untuk dicantumkan dalam Rencana LabaTaktis.

b. Menyajikan sasaran yang jelas dari pengeluaran bagi para manajer di

Pusat Pertanggungjawaban selama periode yang tercakup dalam

kerangka rencana laba.

c. Menyuguhkan jumlah-jumlah anggaran pengeluaran yang disesuaikan

dengan aktivitas aktual untuk perbandingan-perbandingan (terhadap

pengeluaran aktual) dalam laporaran kinerja bulanan.


Supriyono (2016 : 340) juga menjelaskan beberapa keunggulan

anggaran fleksibel. Keunggulannya terletak pada dua hal, yaitu :

1) Anggaran fleksibel dapat dipakai sebagai alat perencanaaan laba

dengan lebih baik yaitu melalui analisa hubungan biaya-volume-laba.

2) Anggaran fleksibel dapat digunakan untuk menganalisis

penyimpangan biaya dengan lebih baik.

Anggaran Fleksibel dapat diterapkan dalam semua fungsi

perusahaan (Produksi, Penjualan dan Administratif) dan lebih sering

digunakan dalam Pusat tanggungjawab pada fungsi produksi, karena :

a. Operasional cenderung berulang

b. Terdapat pengeluaran-pengeluaran heterogen yang sangat besar

c. Keluaran atau aktivitas dapat diukur secara realisitis

Penyusunan anggaran fleksibel ditandai oleh kesadaraan

manajemen akan kondisi lingkungan usaha yang dinamis. Dalam

anggaran fleksibel ini, varians diantisipasi dengan menjadwalkan biaya-

biaya yang menunjukkan bagaimana setiap elemen biaya tersebut

berubah karena perubahan volume atau tingkat aktivitas perusahaan.

Dengan sifatnya yang dinamis, anggaran fleksibel sering dipakai sebagai

alat pengendalian biaya karena dapat menunjukkan berapa seharusnnya

biaya dikeluarkan pada berbagai tingkat aktivitas.

E. Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang

dibutuhkan dalam proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan

suatu produk atau barang. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja, biaya operasional barang atau pabrik, dan lain

sebagainya. Biaya produksi ini harus diakumulasi secara cermat untuk


kemudian dihitung dan dibandingkan dengan laba kotor perusahaan.

Selisih pendapatan dikurangi dengan biaya produksi akan menjadi laba

bersih perusahaan atau total keuntungan yang diperoleh. Biaya produksi

ini diperlukan untuk mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi

produk jadi yang siap dipasarkan dikonsumen.

Biaya produksi adalah keseluruhan biaya produksi ekonomi yang

dibutuhkan dalam kegiatan produksi suatu barang. Biaya produksi ini

memiliki defenisi yang berbeda dedngan biaya operasional. Bedanya

dengan biaya operasional adalah biaya operasional merupakan biaya

atau pengeluaran oleh suatu perusahaan untuk mendukung system

kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Menurut Garrison dan Norren (2016 : 188) terjemahan A. Totok

Budisantoso mengemukakan bahwa :

“Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input)

menjadi keluaran (out put). Masukan merupakan pengorbanan biaya

yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap

pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat

menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung

biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya

produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus

dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya

produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan

karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit

diidentifikasikan dan hitungannya”.

Garrison dan Norren, terjemahan A. Totok Budisantoso (2016 :

188) telah mengklarifikasikan biaya sebagai berikut :


a) Biaya produksi : biaya ini merupakan biaya yang mula-mula berwujud

persediaan barang dagangan, persediaan dalam proses maupun

persediaan barang jadi yang nantinya dipotong dari penghasilan atau

pendapatan setelah barang tersebut dijual dan khususnya untuk

barang dalam proses yaitu barang-barang yang telah dikerjakan

namun belum selesai.

b) Biaya Non Produksi :Biaya ini merupakan biaya yang selalu

dibebankan pada periode yang sama, yaitu pada saat terjadi. Biaya ini

dipotongkan dari penghasilan dimana biaya ini terjadi, yang meliputi

harga pokok penjualan, biaya penjualan, dan administrasi umum.

Dari beberapa definisi di atas memberikan pengertian bahwa

proses produksi adalah pengubahan bahan baku menjadi barang/jasa

melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Hal ini sangat

berkaitan erat dengan beberapa pertimbangan tentang biaya yang harus

dikeluarkan karena adanya kegiatan produksi dalam perusahaan

tersebut.

Berikut adalah unsur-unsur biaya produksi :

a) Bahan langsung: Ini merupakan unsure yang penting yang dipakai di

dalam produksi untuk dirubah menjadi barang jadi dengan

penambahan upah langsung dan biaya overhead. Harga pokok dari

bahan ini dibagi ke dalam bahan baku dan bahan penolong.

b) Tenaga kerja langsung: Istilah tenaga kerja langsung digunakan untuk

biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi.

c) Biaya overhead pabrik: Adalah semua biaya selain dari bahan baku

dan buruh langsung, untuk memproduksi suatu produk.


Aspek produksi yaitu semua suatu hal yang diperlukan untuk

menghasilkan barang dan juga layanan. Aspek produksi yang dapat

dipakai dalam system produksi adalah sumber daya alam, sumber daya

manusia, sumber daya modal, dan sumber daya pengussaha.

Dalam analisa ekonomi kemampuan pabrik digambarkan oleh

kurva biaya keseluruhan rata-rata atau juga Average Biaya (AC).

Peminimuman biaya periode panjang bergantung, tingkat produksi yang

mengiginkan dicapai dan karakter dari pilihan kemampuan pabrik yang

tersedia

Aspek yang bakal memastikan kemampuan produksi yang

digunakan yaitu tingkat produksi yang mengiginkan diraih.teori biaya

produksi erat hubunganya dengan teori manfaat pengeluaran. Kedua-

duanya membedakan analisisnya pada periode pendek dan juga periode

panjang. Kedua-duanya juga dipengaruhi oleh hukum produksi marjinal

yang semakin menyusut.

F. Unsur-Unsur Biaya Produksi

Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan

untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk pada

akhir periode akuntansi masih dalam proses. Unsur-unsur biaya produksi

meliputi

1. Biaya bahan baku langsung (Direct Material).

Ini merupakan bahan secara langsung dipakai untuk memproduksi

suatu barang jadi yang siap dipasarkan. Bahan baku tersebut

mencakup semua bahan yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai

bagian dari produk jadi.

2. Biaya tenaga kerja langsung (Direct Labour)


Mengkonversi bahan baku langsung menjadi suatu barangjadi

yang siap dipasarkan. Direct Labour merupakan biaya-biaya bagi

semua tenaga kerja langsung yang ditetapkan dan diberdayakan

dalam menangani kegiatan produksi secara langsung.

3. Biaya overhead pabrik ( Factory Orverhead)

Overhead parbrik adalah semua biaya manufaktur yang tidak

ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Beberapa elemen biaya

overhead pabrik diantaranya biaya bahan baku tidak langsung, biaya

tenaga kerja tidak langsung, biaya depresiasi dan amortisasi aktia tetap,

biaya reparasi dan pemeliharaa mesin, biaya listrik dan air pabrik, biaya

asuransi pabrik dan biaya overhead lain-lain.

Dalam penyusunan anggaran biaya produksi, perlu diperhatikan

unsur-unsur yang terdapat dalam anggaran biaya produksi agar dalam

kegiatan pengerealisasianya dapat berjalan denga mudah ke arah

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu yang

dianggarakan.

G. Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen.

Pengendalian dilakukan dengan tujuan suapaya apa yang direncanakan

dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian

merupakan salah satu tugas dari manager. Pengendalian (kontrol) adalah

salah satu fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian,

pengaturan staff, dan mengarahkan. Mengendalikan merupakan fungsi

penting karena membantuk untuk memeriksa kesalahan dan mengambil

tindakan korektif sehingga meminilkan penyimpanan dari standar dan


mengatakan bahwa tujuan organisasi telah tercapai dengan cara yang

baik.

Menurut Romney dan steinbart (2015: 216) pengendalian internal

merupakan: sebuah proses yang diimplementasikan untuk memberikan

jaminan yang memenuhi beberapa objektif dari pengendalian internal,

diantaranya yaitu menjaga aset, menjaga catatan dan detail yang cukup

untuk pelaporan aset perusahaan yang tepat dan akurat, menyediakan

informasi yang akurat dan dapat di percaya, menyiapkan laporan

keuangan dengan kriteria yang ditentukan, mendorong ketaatan dalam

hal manajerial, dan memenuhi persyaratan dari regulasi dan peraturan

yang ada.

Asas asas pengendalian:

1) Asas tercapainya tujuan, Pengendalian harus ditujukan ke arah

tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk

menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.

2) Asas efesiensi, pengendalian itu efesien, jika dapat menghindari

penyimpangan rencana.

3) Asas tanggung jawab pengendalian, pengendalian hanya dapat

dilaksanakan jika manajer bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

rencana.

4) Asas pengendalian terhadap masa depan, pengendalian yang efektif

harus ditujukan kea rah pencegahan penyimpangan-penyimpangan

yang akan terjadi, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan

datang.

5) Asas pengendalin langsung, teknik kontrol yang paling efektif ialah

mengusahakan adanya bawahan yang berkualitas baik.


6) Asas refleksi rencana, pengendalian harus disusun dengan baik,

sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan rencana.

7) Asas penyesuaian dengan organisasi, pengendalian harus dilakukan

dengan struktur organisasi.

8) Asas pengendalian individual, pengendalian dan teknik pengendalian

harus sesuai dengan kebutuhan manajer.

9) Asas standar, pengendalian yang efektif dan efesien memerlukan

standar yang tepat yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur

pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.

10) Asa pengendalian terhadap strategi, pengendalian yang efektif dan

efesien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-

faktor yang strategis dalam perusahaan.

11) Asas pengecualian, afesian dalam pengendalian membutuhkan

adanya perhatian yang ditujuhkan terhadap faktor pengecualian dalam

keadaaan tertentu atau tidak sama.

12) Asas pengendalian fleksibel, pengendalian harus luwes untuk

menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.

13) Asas peninjauan kembali, system pengendalian harus ditinjau

berkali-kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai

tujuan.

14) Asas tindakan, pengendalian dapat dilakukan, apabila ada ukuran-

ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana,

orgnisasi, staffing, dan actuating.

H. Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-

prinsip akuntansi yang spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-


prinsip tersebut yang dinilai oleh manajemen dari entitas tersebut sebagai

yang paling sesuai dengan kondisi yang ada untuk menyajikan secara

wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi keuangan,

dan hasil operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

umum dan karena itu telah diadopsi untuk membuat laporan keuangan.

Menurut Elden S Hendriksen diterjemahkan oleh Marius Sinaga

(2015 : 109) mengatakan bahwa: “Kebijakan akuntansi adlah prosese

pemilihan metode pelaporan, alternatif, sistem pengukuran dan teknik

pengungkapan tertentu dintara semua yang mungkin tersedia untuk

pelaporan keuangan tersebut.

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsp, dasar-dasar,

konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam

penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan

akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan

atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran

pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas

ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan

hasil operasi.

Tujuan kebijkan akuntansi yaitu:

1) Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan keuangan

untuk pengambilan keputusan.

2) Dapat diandalkan, dengan pengertian: mencerminkan kejujuran

penyajian hasil dan posisi keuangan organisasi, menggambarkan

substansi ekonomi dari suatu kejadian untuk suatu transaksi dan

tidak semata-mata bentuk hukumnya, netral yaitu bebas dari


berpihakan, mencerminkan kehati-hatian, dan mencakup semua hal

yang material.

Pertimbangan kebijakan akuntansi ada tiga yaitu:

1) Pertimbangan sehat

Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya

diakui dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak

membenarkan penciptaan rahasia atau disembunyikan.

2) Substansi mengungguli bentuk

Tranaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan sesuai

dengan hakikat transaksi dan realitas kejadian, tidaksemata-mata

mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.

3) Materialitas

Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang

cukup material untuk mempengaruhi evaluasi dan keputusan-

keputusan.

Laporan keuangan harus jelas dan pada dimengerti, berdasarkan

pada kebijakan akuntansi yang berbeda diantara suatu perusahaan dan

perusahaan lain, dalam satu negara maupun antarnegara.

Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan

dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti.

Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari laporan keuangan. Pengungkapan hal ini sangat

membantu pemakai laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan

yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu komponen neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias dari

pengungkapan kebijakan terpilih.

I. Analisis Varians (Penyimpangan)

Menurut Kamaruddin Ahmad (2017-221), penyimpangan

(variance) pada dasarnya dibagi dalam dua kategori utama;

1. Penyimpangan (Varians) Efektivitas

Efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Penyimpangan ini umum pula disebut penyimpangan volume

atau penyimpangan target yang ditentukan.

2. Varians Tenaga Kerja Langsung

a. Varians Upah Tenaga Kerja

PUTK = JSs x (USs – Ust)

b. Varians Efisisensi Tenaga Kerja

PETK = USt x (JSs – JSt)

c. Varians Tenaga Kerja Anggaran Fleksibel

PTKAF = PUTK + PETK

Dimana analisis ini menggunakan singkatan sebagai berikut:

PTKAF = Varians Tenaga Kerja Anggaran Fleksibel

JSs = Jam Sesungguhnya

PUTK = Varians Upah Tenaga Kerja

JSt = Jam Standar

USs = Upah Seseungguhnya

PETK = Varians Efisiensi Tenaga Kerja

Oss = Output Sesungghnya

3. Penyimpangan Biaya Overhead

a). Varians Tarif Overhead


PTOH = JSs x (TOHSs – TOHSt)

b). Varians Efisisensi Overhead

PEOH = TOHSt x (JSs – JSt)

c). Varians Overhead Anggaran Fleksibel

POHAF = PTOH + PEOH

Dimana analisis ini menggunakan singkata sebagai berikut:

POHAF = Varians Overhead Anggaran Fleksibel

PTOF = Varians Tarif Overhead

OHSs = Overhead Sesungguhnya

TOHSt = Tarif Overhead Standar

OSs = Output Sesungguhnya

PEOH = Varians Efisiensi Overhead

JSt = Jam Kerja Standar

JSs = Jam Sesungguhnya

J. Kerangka Pikir

PABRIK GULA
CAMMING

TEBU RAKYAT

ANGGRAN KEUANGAN

REALISASI ANGGARAN
ANGGARAN ANGGARAN
STATIS FLEKSIBEL

PENGENDALIAN

K. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka hipotesis yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

Diduga penerapan anggaran fleksibel dapat dijadikan sebagai alat

bantu pengendalian biaya produksi pada PT. Pabrik Gula Camming Kab.

Bone.

TABEL 2.1

Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL HASIL PENELITIAN


PENELITI PENELITIAN

1 Riana dan Penerapan Bertujuan untuk mengendalikan


Nur Anggaran Fleksibel biaya overhead pabrik dengan
Rahmanti Sebagai Alat Biaya menerapkan anggaran fleksibel
Ratih (2016) Overhead Pabrik pada PG Maritjan Kediri. Teknik
(Studi Kasus Pada analisis data yang digunakan
PG MERITJAN dalam penelitian ini adalah
Kediri) analisis deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan alat
analisis varians biaya overhed
pabrik, dengan dasar jam kerja
langsung menunjukkan bahwa
masih belu efiisen. Dalam
analaiis varians pengeliaran
overhead variable yang
membandingkan antara total
2 Alfonsus Analisis Biaya biaya standar dengan totol biaya
Verdian Produksi Sebagai aktual karena masih banyak
Widiarsane Dasar Untuk selisih yang tidak
dan Siti Menyusun Anggaran menguntungkan, hal ini
Sunrowiyati Fleksibel Pada PR. disebabkan karena kurang
(2016) Semanggimas tepatnya pengendalian biaya
Tulungagung. overhead pabrim pad PG
Maritjan Kediri.
Hasil penelitian ini adalah untuk
biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya
overhead pabrik untuk tahun
2012 , 2013, an 2014 secara
keseluruhan mengalami selisih
yang menguntungkan
3 Annisa Penerapan Hasil menunjukkan bahwa
Sabrina dan Anggaran Fleksibel perusahaan menggunakan
Nur Kusnia Sebagai Alat anggaran statis sebagai dasar
Indrawati Perencanaan Dan perbandingan realisasi biaya
(2016) Pengendalian Biaya produksi peruahaan. Oleh
Produksi Pada PT. karena itu, varians menujukkan
Ansar Terang perbeaan yang besar yang tidak
Krushindo. menguntungkan jika anggaran
fleksibel yang digunakan
sebagai perencanaan, varians
biaya produksi semakin kecil
karena disesuaikan dengan
realisasi volume produksi,
implementasi anggaran fleksibel
digunakan dengan membagi
pola perilaku biaya memisahkan
biaya tetap dan variabel dan
menentukan rentang kegiatan.
4 Santiasari Anggaran Fleksibel Hasil dari penelitian ini mencatat
dan Berdasarkan bahwa dalm laporan kinerja yang
Anitasepti Aktivitas Dalam Alat disusun dengan konsep
2014 Bantu Perencanaan anggaran fleksibel diperoleh
Dan Pengendalian informasi seluruh mata anggaran
Biaya Pada PT. yang dimiliki oleh PT. Petani
Petani Persero UPB Persero UPB Jombang ,
Jombang menunjukkan selisih yang tidak
menguntungkan atau
unfavourable. Dari analisis
varians yang digunakan juga
menunjukkan bahwa dalam
penyajian laporan kinerja untuk
tahun-tahun berikutnya dapat
dilakukan potensi perencanaan
dan pengendalian biaya
produksi secara tepat, sehingga
pemborosan biaya produksi dan
kinerja yang kurang dapat
segera dibenahi.

5 Elfiana dan Aktifitas Peran Hasil penelitian ini mencatat


Tri Litsya Berdasarkan bahwa PT. Petrokimia Gresik
(201) Anggaran Fleksibel menyusun anggaran dengan
Dalam Menunjang konsep bottom up anggaran
Efektivitas fleksibel diterapkan pada PR
Perencanaan Dan Petrokimia Gresik banyak
Pengendalian Biaya mengandalkan peralatan
Produksi PT. sehingga menyebabkan
Petrokimia Gresik. anggaran lebih besar dari yang
sebenarnya. Penyiapan
anggaran fleksibel berbasis
aktivitas anggaran dengan
informasi biaya yang lebih akurat
sehingga memudahkan
manajemen dalam
mengevaluasi dan
mengendalikannya. Dan dengan
perencanaan aktivitas berbasis
anggaran fleksibel dan
pengendalian biaya proudksi
lebih efisien.
6 Muliati dan Analisis Berdasarkan hasil penelitian
Lisiti (2015) Perbandingan Biaya yang diperoleh dalam penelitian
Operasonal Dengan menyatakan bahwa anggaran
Metode Anggaran fleksibel lebih efisien dan lebih
Fleksibel Dan akurat dalam menentukan biaya
Anggaran Statis operasional dibandingkan dngan
(Kasus Biaya metode anggaran statis.
Operasional
Tracking ULI PT.
Dekamarketing
Research Bandung
(2015)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif. Data kuantitatfi adalah data yang dapat dihitung atau data yang

berupa angka-angka, dalam hal ini data yang merupakan anggaran dan

realisasi biaya overhead.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah letak penelitian akan dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan

permasalahan. . Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah PT.

Pabrik Gula Camming Kab. Bone.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurung waktu kurang lebih 2 bulan,

satu bulan pengumpulan data dan satu bulan pengolahan data yang

meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan

berlangsung.

B. Sumber Data

Sumber data merupakan hal yang paling urgen dalam proses

penelitian, disebabkan sumber data adala suatu komponen utama yang

dijadikan sebagai sumber informasi sehingga dapat menggambarkan hasil


dari suatu penelitian. Sumber data yang digunakan untuk memperoleh data dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data yang bersumber dari observasi langsung baik dalam bentuk

informasi dan maupun dalam bentuk angka-angka.

2. Data Sekunder

Data yang bersumber dari dokumen-dokumen perusahaan,

literature, serta artikel yang relevan dengan objek penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis

menggunakan metode sebagai berikut :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung

dan wawancara dengan beberapa staf dan karyawan guna memperoleh

data yang akan digunakan dalam penulisan ini.

2. Penelitian Pustaka (Library Research)

Penelitian dengan menggunakan literature dan tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan penulisan ini yang dimaksudkan untuk memperoleh

landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah yang diteliti.

D. Metode Analisis Data

Teknik analisis data ini diperoleh di lapangan diolah sedemikian rupa

sehingga memberikan data yang sistematis, faktual dan akurat mengenai

permasalahan yang diteliti. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan

dlam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah


ditangkap maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi tentang

gejala tersebut.

1. Varians Biaya Bahan Langsung

a. Varians Harga Beli

PHB = QBSs (HSs – HSt)

b. Varians Efisiensi Bahan

PEB = HSt (ISs – Ist)

c. Varians Anggaran Fleksibel

PBAF = PEB – PHB

Di mana analisis ini mengunakan singkatan sebagai berikut

PBAF = Varians Bahan Anggaran Fleksibel

PHB = Varians Harga Bahan

PEB = Varians Efisiensi Bahan

QBSs = Harga Bahan Sesungguhnya

HSt = Harga Bahan Standar

Oss = Output Sesungguhnya

ISs = Input Sesungguhnya

ISt = Input Standar

2. Varians Tenaga Kerja Langsung

a. Varians Upah Tenaga Kerja

PUTK = JSs x (USs – Ust)

b. Varians Efisisensi Tenaga Kerja

PETK = USt x (JSs – JSt)

c. Varians Tenaga Kerja Anggaran Fleksibel

PTKAF = PUTK + PETK


Dimana analisis ini menggunakan singkatan sebagai berikut:

PTKAF = Varians Tenaga Kerja Anggaran Fleksibel

JSs = Jam Sesungguhnya

PUTK = Varians Upah Tenaga Kerja

JSt = Jam Standar

USs = Upah Seseungguhnya

3. Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik

a. Varians Tarif Overhead

PTOH = JSs x (TOHSs – TOHSt)

b. Varians Efisisensi Overhead

PEOH = TOHSt x (JSs – JSt)

c. Varians Overhead Anggaran Fleksibel

POHAF = PTOH + PEOH

Dimana analisis ini menggunakan singkata sebagai berikut:

POHAF = Varians Overhead Anggaran Fleksibel

PTOF = Varians Tarif Overhead

OHSs = Overhead Sesungguhnya

TOHSt = Tarif Overhead Standar

OSs = Output Sesungguhnya

PEOH = Varians Efisiensi Overhead

JSt = Jam Kerja Standar

JSs = Jam Sesungguhnya


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagai bahan pendahuluan pada bab ini, peneliti akan menerangkan

terlebih dahulu tentang gambaran PT. Pabrik Gula Camming Kab. Bone

sebagai tempat/lokasi penelitian. Pada pembahasan selanjutnya peneliti akan

menjelaskan mengenai hasil penelitian yang didapatkan di lokasi penelitian

sesuai dengan judul yaitu “ Analisis Anggaran Fleksibel Sebagai Alat

Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Pabrik Gula Camming Kab. Bone”

sebagai berikut:

A. Sejarah Singkat Pabrik Gula Camming

Perkebunan Indonesia sudah di perkenalkan oleh pemerintahan

colonial belanda sejak daang ke Indonesia dengan keuntungan yang

melimpah ha ini merupakan salah satu sisi sejarah yang mempunyai pengaruh

yang cukup panjang. Belanda sebagai salah satu Negara penjajah

mempunyai peran dalam sejarah perkebunan adalah meningkatkan

penghasilan devisa, pendapatan petani perkebunan, memperluas lapangan

kerja dan meningkatkan hasil-hasil perkebunan bagi sector-sektor lain

terutama sektor industri.

Usaha perkebunan rakyat di Indonesia melibatka petani dalam jumlah

yang banyak. Oleh sebab itu, sektor perkebunan khususnya perkebunan

rakyat merupakan lapangan kerja bagi penduduk pedesaan serta menjadi

sumber utama pendapatan penduduk. Perkebunan rakyat sebagai usaha tani

keluarga mencakup berbagai tanaman perdangangan seperti karet, kopi,

tebu, lada, tembakau, dan cengkeh. Jenis-jenis komoditi tersebut memberikan


sumbangan yang tidak sedikit bagi perekonomian Indonesia. Sebagai salah

satu sektor yang tidak sedikit bagi perekonomian Indonesia. Sebagai salah

satu sektor yang di andalkan, perkebunan di tuntut ikut bertanggung jawab

dalam menangani masalah penganggaran yang semakin banyak dari tahun

ketahun. Selain tanggung jawab tersebut, tanggung jawab lain yang harus

dipikul adalah peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarga.

Salah satu komoditas perkebunan yang potensial untuk

pengembangan adalah tebu, Indonesia bagian timur memiliki 4 pabrik gula,

yaitu PG Tolanghula di Gorontalo serta Pg Takalar, Pg Camming dan PG

Arasoe di Sulawesi Selatan.

Sampai saat ini keempat PG ini cukup eksis berkontribusi terhadap

pergulaan nasional. Industri gula di wilayah ini dalam perjalanannya terus

mengalami dinamika, baik berdasarkan catatan produktivitas gula maupun

luas pengunaan lahanya. Keempat PG yang terdapat di kawasan ini

sesungguhnya dapat menjadi contoh keberhasilan industri di masing-maing

wilayahnya dalam mendorong pembangunan perokonomian yang turut

membantu mensejahterahkan masyarakat di sekitarnya.

Salah satu pabrik gula yang terletak di Kabupaten Bone, Sulawesi

selatan adalah pabrik gula camming. Yang didirkan pada tahun 1981, Studi

kelaikan Prola Camming Sulsel. SK Bupati Bone No 84/DnY/Kpts/V/1981

tanggal 18 mei 1981. Pada tahun 1981 Prol Camming di bangun berdasarkan

SK mentan No. 668/Kpta/org/1981 tanggal 11 Agustus 1981 PTP XX (persero)

selaku pengembangan SK melakukan penanam tebu diwilayah Camming,

pada tahun 1985 PTP XX (persero) berkerjasama dengan The Triveni E.W

India melakukan pembangunan Pabrik Gula berkapasitas 3.000 TCD pada


Tahun 1986 dilakukan giling perdana pabrik Gula Camming, PP No. 5 Tahun

1991 dan SK Menkeu RI No. 950/KMK-013/1991 dan No. 951/KMK-013/1991

Dibentuk PTP XXXII (persero). pada tahun 1996 ibentuk PTP Nusantara XIV

(persero) PP RI No. 173/KMK.016/1996 SK Mentan RI No.

334/Kpts/KP.501/94, SK Meneg BUMN No. 363 tanggal 29 juli 2009

pengolahan PG Bone dan PG Camming dialihkan ke PTPN X (persero) pada

tanggal 7 desember 2011 dikeluarkan SK Meneg BUMN No. 563 tentang

pengelolhan 3 pabrik Gula yaitu : PG Bone, PG camming dan PG Takalar

oleh PTPN X (persero).

Areal perkebunan tebu di wilayah camming mencapai 10%, dari total

areal. Pabrik gula camming memiliki kapasitas produksi terpasang 3000 TCD.

Dari total luas lahan seluas HGB :173,00 Ha dan HGU : 9.837,04 Ha. Pada

2009 pabrik ini hanya mampu memproduksi 8.504 ton dan pada tahun 2010

diperkirakan baru akan mencapai 9.000 ton. Adanya potensi ini tentu akan

mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitar pabrik yang muaranya bisa

menjadi lebih baik atau lebih buruk.

Kehadiran pabrik gula Camming cepat atau lambat membawa

perubahan bagi kehidupan masyarakat. Perubahan ini meliputi berbagai

aspek seperti aspek sosial, ekonomi maupun budaya. Daerah ini memiliki

potensi ekonomi, yang perlu untuk terus dikembangkan. Potensi ekonomi

yang perlu untuk terus dikembangka berada pada sektor pertanian, industri

dan jasa ( administrasi), termasuk sektor perkebunan. Untuk potensi sosial,

ketersediaa berbagai pranata yang cukup lengkap yang dapat digunakan

sebagai instrument penting dalam menangani berbagai permaalahan sosial.


Dari aspek kesejahteraa masyarakat pemerintah memiliki program

kerakyatan yang mendukung pemanfaatan sumber daya yang dimiliki demi

meningkatkan pendapatan rakyat disekitar pabrik gula. Adanya dukungan

pemerintah, msyarakat memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam pengolahan

lahan dan tidak sedikit pengusaha swasta yang memiliki modal berminat

dalam pemanfaatan teknologi untuk menolah hasil tanaman. Bentuk

kemitraan yang diterapkan pabrik gula dengan petani tebu rakyat yaitu pola

kemitraan Inti Plasma, dimana pabrik gula bertindak sebagai inti dan petani

tebu rakyat sebagai Plasma. Pabrik gula sebagai pihak inti berperan dalam

memberikan bantua kepada pihak Plasma.

Pengelompokan petani berdasarkan usaha petani yang mereka

lakukan yaitu petani pemilik, petani penggarap, petani, penyewa, buruh tani

dan buruh tebang angkut. Hubungan yang tercipta dari beberapa komponen

tersebut yaitu antara petani pemilik, petani penyewa dan buruh tani tersebut

dapat kita sebut dengan hubungan saling menguntungkan antara satu dan

yang lainnya terdapat saling ketergantungan, keberadaan suatau pabrik gula

dapat mempengaruhi keidupan masyarakat disekitar pabrik. Dengan

keberadaan pabrik gula tersebut tentunya berdampak pada kehidupan

ekonomi masyarakat sekitar pabrik. Selain itu, dengan adanya pabrik gula

terebut kebudayaan masyarakat camming semakin berkembang.

a. Potensi Gula

Investasi pembangunan insustri gula berbasis tebu memerlukan areal

penanaman tebu yang cukup luas di Indonesia sesuai dengan karakteristik

sumber daya lahan dan persyaratan tumbuh tebu yang spesifik, areal

pertanian yang dapat dikelola untuk perkebunan tebu pada skala cukup
luas dengan aksesibilitas yang memadai menjadi sangat terbatas. Pulau

Jawa yang selama ini dianggap sebagai habitous utama tebu, sudah sulit

lagi melakukan pengembangan areal bagi keperluan 46 pabrik gula (PG)

yang ada. Sementara diluar Jawa, pengembangan komoditas tebu

terhambat minimnya informasi potensi sumberdaya lahan, karakteristik

lingkungan maupun aksesibiitasnya. Meskipun demikian, selaras dengan

upaya pemerataan pembangunan nasional, pengembangan industri Gula

baru lebih disarankan untuk ekspansi diluar Jawa, khususnya Indonesia

bagian timur.

Potensi sumberdaya lahan Indonesia bagian timur diduga masih cukup

banyak. Diwilayah ini, untuk melacak informasi keberadaan pengunaan

dan kesesuaian lahan pada umumnya masih mengunakan Peta dasar

skala kecil (skalatimjau). Namun dii beberapa tempat, seperti di Pulau

Sulawesi dan Papua, pelacakan lahan potensial sudah dilakukan verifikasi

sampai tingkat skala semi detil. Pada tingkat survei semi detil, areal sesuai

dan siap dikembangkan untuk tebu sekitar 120 ribu Ha tersebar di

Kabupaten di Marauke-Papua, Kabupaten Tinanggea-Sulawesi Tenggara,

Kabupaten Wajo-Sulawesi Selatan dan Kabupaten Sambas-Klimantan

Selatan. Apabila dibandingkan dengan potensi lahan secara keseluruhan,

kawasan areal potensial yang siap dikembangkan untuk areal industri gula

relatif kecil. Selain itu, potensi lahan yang tersedia pada suatu hamparan

sangat luas sangat terbatas. Namun demikian, sumber daya lahan ini tentu

memiliki karakteristik fisik lingkungan yang memiliki daya tarik dan peluang

tersendiri untuk mengembangkan industri gula baru.


Indonesia bagian Timur selain memiki areal potensial untuk

pengembangan tebu, juga memiliki 4 pabrik gula, yaitu PG Tolanghula di

Gorontalo serta PG Takalar, PG Camming dan PG bone di Sulawesi Selatan

yang hingga saat ini cukup eksiber terhadap pergulaan Nasional. Industri gula

di wilayah ini perjalanannya terus mengalami dinamika, baik berdasarkan

catatan produktivitas gula mupun luas pengunaan lahanya. Keempat PG yang

terdapat pada kawasan ini sesungguhnya dapat menjadi contoh keberhasilan

industri gula di masing-masing wilayah dalam mendorong pembangunan

perekonomian yang turut membantu mensejahterkan masyarakat

disekitarnya.

Kebutuhan gula tertinggi terkonsentrasi di Sulawesi, diikuti oleh

Kalimantan dan Bali-Nusatenggara. Papua dengan jumlah penduduk yang

relatif sedikit, konsumsi gulanya hanya mencapai 6% dari kebutuhan

konsumsi gula wilayah timur. Meskipun demikian, dapat diperkirakan bahwa

gula Indonesia bagian Timur utamanya dicukupi oleh PG Tolanghula-

Gorontalo dan PG-PG di Sulawesi Selatan. Pada 2 tahun terakhir, produksi

gla diwilahayh ini rata-rata 58.393 ton/tahun, dimana sektar 67% dihasilkan

oleh PG Tolanghula 33% dari PG-PG di Sulawesi Selatan. Produksi gula di

Indonesia bagian timur khususnya PG-PG di Sulawesi Selatan 5 tahun

terakhir cenderung mengalami penurunan yang selaras dengan

kecenderungan penurunan areal dan produktivitas.

b. Indsutri Gula

Industri merupakan suatu kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, yaitu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik sehingga

pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi


mempunyai tujuan pokok untuk meningkatkan kesejahteraan masayarakat

disekitarnya. Menurut Undang Undang No. 5 tahun 1984 tentang

perindustrian memberikan pengertian industri “Industri adalah kegiatan

ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah

jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi

untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancangbangun dan

perekayasaan industri”.

Dari uraian diatas, industry dapat dikatakan sebagai sektor pemimpin

(Leading Sector), yaitu dengan adanya pembangunan industri maka akan

memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor

perdagangan, pertanian ataupun sektor jasa. Dengan berkembangnya sektor-

sektor lanjutan dari sektor tersebut, maka akan mendukung laju pertumbuhan

industri. Dengan demikian maka akan menyebaban meluasnya peluang kerja

yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan

masyarakat (daya beli). Selain itu pembangunan industri juga dapat untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan kemampuannya

memanfaatkan sumber daya secara optimal.

Tujuan pembangunan industry yang termaktub dalam unddang-

Undang No. 5 tahun 1998 sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemakmura dan kesejahteraan rakyat secara adil dan

merata dengan memanaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau budidaya

serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan

hidup.

2. Meningkatkan pertumbuhan secara bertahap, mengubah struktur

perekonomian kea rah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk menwujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas

bagi pertumbuhan eonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah

bagi pertumbuhan indutri pada khusunya.

3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya

teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap

kemampuan dunia usaha nasional.

4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan

ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam

pembangunan industri.

5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi indusri.

6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil

produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui

pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negri, guna mengurangi

ketergantungan kepada luar negri.

7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang

pembangunan daerah dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara.

8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka

memperkokoh ketahanan Nasional.

Industri gula di Indonesia khususnya bagian timur terdapat di

Gorontalo (PG Tolanghula) dan di Sulawesi selatan (Pg takalar, PG Camming

dan PG Bone). Luas areal perkebunan tebu di wilayah ini mencapai antara

16.058-17.909 Ha, terdiri dari fi PG Tolanghula 48%, Takalar 22%, Camming

10% dan Bone 20%, dari total areal pada periode 10 tahun terakhir, luasan

areal perkebunan mengalami penurunan sekitar 1,1% per tahun. Secara


signifikan penurunan areal di pengaruhi oleh penurunan areal di pengaruhi

oleh penurunan luas perkebunan tebu untuk 3 PG yang terdapat di Sulawesi

selatan yang rata-rata mengalami penurunan sekitar 4,7% per tahun.

Sedangkan industry gula di Gorontalo mengalami sebaliknya luasan areal

perkebunannya rata-rata mengalami peningkatan sekitar 7,8% per tahun.

Sebagai gambaran, luas area perkebunan di PG Tolanghula pada tahun 1999

sekitar 5.292 Ha, yang pada tahun 2005 luasnya meningkat 47% menjadi

1.782 Ha. Sedangkan pabrik gula di Sulawesi Selatan pada tahun 1999 untuk

PG Takalar, PG Camming dan PG Bone berturut-turut sekitar 6.000 Ha, 3.300

Ha dan 3.310 Ha, yang kemudian pada tahun 2005 luasnya berturut-turut

menjadi 4.823, 3.214 dan 3.124 Ha. Penurunan areal perkebunan tebu di

Indonesia bagian timur tentu akan berdampak terhadap pencapaian produksi

gula di wilayah ini yang menjadi berkurang dari potensinya. Untuk

perencanaan strategis peningkatan produksi gula di Indonesia bagian timur

sesungguhnya berpeluang masih dapat di tingkatkan dengan

mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya lahan hinterlandnya.

Tim persiapan Revitalisasi Pergulaan Indonesia dalam Indraningsih

memberikan rekomendasi kebijakan dalam massa transisi untuk

meningkatkan produktivitas dan daya saing industry gula nasional, antara lain

1. Pengembangan lahan kering yang sesuai untuk usaha tani tebu, sebagai

landasan pengembangan industry gula yang berbasis sumberdaya lahan

kering

2. Peningkatan efesiensi teknis PG, melalui peningkatan produktivitas gula

hablur pada lahan kering sebesar 6 ton/Ha.


3. Peningkatan efesiensi ekonomis PG melalui rasionalisasi pembiayaan,

dengan sasaran biaya produksi sebesar Rp. 1.600/kg gula.

4. Re-enginering PG melalui penerapan prinsip zero waste dan total value

creation, dengan menerapkan prinsip bagi hasil yang adil antara petani dan

PG.

5. Persiapan pengembangan industry gula di luar jawa dan pengem bangan

sweeteners.

B. Struktur Organisasi

Sumber: PT. Pabrik Gula Camming Kab. Bone


Tugas (Job Description):

1. Administratur

a) Melaksanakan dan mengamankan program kegiatan secara

keseluruhan yang telah ditetapkan Direksi dalam pengelolaan Pabrik

Gula.

b) Memimpin dan mengkoordinir tugas para Kepala Bagian di Pabrik

Gula agar terdapat kesatuan tindak dalam melaksanakan kegiatan

operasional yang terpadu guna mencapai target produksi secara

efektif dan efisien.

c) Mengelola serta mempertanggung-jawabkan penggunaan sumber

daya manusia, sumber dana dan sarana/peralatan pabrik termasuk

Pengadaan Bahan, Barang dan Jasa sesuai norma yang berlaku.

2. Kepala Bagian Tuk/Umum

a) Bagian TUK/Umum membantu Administratur dalam merencanakan,

mengatur dan mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan-

kegiatan di Sub. Bagian Pembukuan, Gudang, Keuangan dan

HAK/Umum, untuk memenuhi system, tata cara dan ketentuan yang

digariskan Direksi.

b) Merencanakan tugas-tugas di Bagian TUK/Umum sesuai dengan

system dan peraturan yang berlaku dengan berpedoman pada

RKAP.

c) Merencanakan dan mengatur pemanfaatan Sumber Daya Manusia

di Bagian TUK/Umum.

d) Mengkoordinir penyusunan Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan

dan Permintaan Modal Kerja (PMK) dari seluruh Bagian.


3. Rc. Akuntansi

a) Menjalankan kebijaksanaan dan rencana kerja yang telah ditetapkan

oleh Kepala Bagian TUK/Umum dalam bidang pembukuan sesuai

penggarisan Administratur dan Direksi.

b) Membantu Kepala Bagian Tuk/Umum dalan merencanakan

penyususnan RKAP Pabrik Gula.

c) Merencanakan/peraturan tugas – tugas di Sub. Bagian Pembukuan.

d) Mengkoordinasikan tugas – tugas bidang KVA/Pengadaan,

MVA/Gudang Material, Administrasi Hasil dan Gudang Gula.

4. Rc Keuangan

a) Penyelesaian Laporan Keuangan/NERACA

b) Wasrik administrasi Hasil, Gudag Gula.

c) Wasrik Laporan LM. Umum.

d) Pembukuan analisa, Prognosa/Exercise.

e) Kompilir Penyusunan RKAP..

5. Kepala Hak/Umum

a) Melaksanakan kebijaksanaan dan neraca kerja yang telah ditetapkan

oleh Kepala TUK/Umum dalam Bidang Sumber Daya Manusia sesuai

penggarisan Administratur dan Direksi.

b) Menyelenggarakan administrasi kepegawaian.

c) Mengkoordinir pembuatan daftar gaji dan mengawasi pembayaran

gaji, pensiunan, santunan social, upah tebang, IPL dan semua hak-

hak yang berhubungan dengan karyawan.


d) Menyelenggarakan urusan kepegawaian meliputi urusan pendidikan,

urusan Asuransi serta urusan dengan instansi yang terkait dalam hal

ketenagakerjaan.

6. Staf Keuangan

a) Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan operasional Bidang

Keungan menurut kebijaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan

oleh Administratur Cq. Kabag. TUK/Umum.

b) Mengawasi/memonitor/mengamankan setiap penyimpanan,

penerimaan dan pengeluaran uang dan kertas berharga sesuai

prosedur yang telah ditetapkan.

c) Mengawasi tugas-tugas bawahan dan monitor bidang keuangan atas

pelayanan untuk masing-masing pihak dan dijamin kebenarannya.

d) Pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai pembantu Kepala Bagian TUK.

7. Staf Gudang Material

a) Menjalankan kebijakan dan rencana kerja bidang pergudangan sesuai

ketetapan Kepala TUK/Umum berdasarkan penggarisan Administratur

dan Direksi.

b) Membantu Kepala TUK/Umum dalam hal perencanaan,

pengorganisasian, serta pengawasan karyawan Bagian Gudang

Material.

c) Menyelenggarakan Administrasi Gudang Material (MVA) sesuai

ketentuan yang berlaku.

d) Mengatur menjaga keselamatan dan keamanan barang yang disimpan

di Gudang dengan resiko yang seminimal mungkin, antara lain


penyusutan jumlah (fisik), kemerosotan kualitas dan kemungkinan

kehilangan.

8. Staf Gudang Gula

a) Menjalankan kebijakan dan rencana kerja bidang pergudangan sesuai

ketetapan Kepala TUK/Umum berdasarkan penggarisan Administratur

dan Direksi.

b) Membantu Kepala TUK/Umum dalam hal perencanaan,

pengorganisasian, serta pengawasan karyawan Bagian Gudang Gula.

c) Menyelenggarakan Administrasi Gudang Gula sesuai ketentuan yang

berlaku.

d) Mengatur menjaga keselamatan dan keamanan gula yang disimpan di

gudang dengan resiko yang seminimal mungkin, antara lain

penyusutan jumlah (fisik), kemerosotan kualitas dan kemungkinan

kehilangan.

e) Membuat Laporan Mutasi penerimaan dan pengeluaran gula.

9. Staf Pengadaan

a) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala TUK untuk

mengadakan/menyiapkan bahan barang yang dibutuhkan tiap bagian

dengan pedoman RKAP, Persdiaan Gudang dan prinsip-prinsip

Pengadaan (5 Tepat : Tepat Waktu, Kwalitas, Harga dan Tempat).

b) Mengkoordinir seksi pengadaan bahan/barang.

c) Merencanakan pengadaan bahan/barang sesuai keputusan tiap

bagian dengan memperhatikan persediaan Gudang dan dana yang

tersdia.

d) Menyiapkan baha/barang yang diminta tiap bagian sesuai tepat waktu.


10. Kepala Bagian Tanaman

a) Pimpinan/koordinator pengolahan produksi tanaman tebu dan

pembina produktivitas kerja Bagian Tanaman.

b) Memimpin koordinator Bagian Tanaman sebagai Profit Center, antara

lain.

c) Penyusunan Angka Dasar RKAP Tanaman & Pelayan Teknik (Peltek),

Ternak dan Tebangan.

d) Pembentukan susunan Organisasi Tanaman & Pelayan Teknik,

Ternak dan Tebangan.

e) Penentuan target produksi & sasaran kerja masing-masing Rayon

Tanaman.

11. Sinder Kebun Kepala

a) Pimpinan/Koordinator pengelolaan produksi tebu dan pembina

produktivitas kerja Bagian Tanaman.

b) Memimpin, mengkoordinir, melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi tugas pekerjaan, kultur tehnis tanaman dan

administrasinya sesuai dengan kuantitatif, kualitatif waktu dan biaya

yang ditentukan.

c) Membantu secara aktif Kepala Tanaman dalam menyusun Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

d) Membuat rencana kerja mingguan dan bulanan.

12. Kepala Tebang & Angkut

a) Memimpin/membawahi beberapa Sub. Seksi.

b) Sebagai Cost Center pada Perk.513.00.


c) Mengontrol/memberi petunjuk/saran di dalam pelaksanaan macam

pekerjaan di masing-masing Sub. Seksi.

d) Menyetujui/pengawasan permintaan biaya-biaya pelaksanaan

pekerjaan.

e) Memimpin pelaksanaan pasca panen (tebang angkut) kelancaran

tebangan/angkutan sesuai kapasitas pabrik, perbaikan Infra Struktur,

Pengolahan, Angkutan.

f) Membuat proposal tebang angkut.

13. Kepala Pelayanan Teknik

a) Melaksanakan kebijaksanaan dan rencana kerja yang telah ditetapkan

Kepala Tanaman dalam Bidang Peltek sesuai penggarisan

Administratur dan Direksi.

b) Menyusun rencana anggaran belanja, anggaran modal kerja.

c) Memimpin, merencanakan, mengkoordinir dan mengendalikan

kegiatan dalam bengkel meliputi revisi dan pemeliharaan baik fisik

maupun secara administrasi.

d) Menyusun rencana kebutuhan bahan bakar, pelumas, suku cadang

dan lai-lain lewat AU, 20 atau MPBB.

14. Kepala Bagian Instalasi

a) Mengkordinir kegiatan masinis dalam melaksanakan tugas agar lebih

efektif dan efisien.

b) Memimpin, merencanakan, mengkordinir serta mengendalikan semua

aktifitas didang instalasi.

c) Membuat RJP/RKAP Bidang instalasi


d) Membuat/menyusun permintaan modal kerja (PMK) daftar permintaan

kebutuhan bahan/barang instalasi, serta mengendalikan

penggunaannya.

e) Membuat laporan kemajuan pekerjaan revisi peralatan diluar masa

giling.

f) Membuata laporan pelaksanaan giling serta hambatan-hambatan dan

upaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.

15. Masinis/Pembantu Masinis St.Pemurnian, Penguapan&Water Treatment

a) Membantu Kepala Instalasi di Boiling I mengarahkan karyawan untuk

taat kepada kedisiplinan bekerja dan keselamatan kerja.

b) Perencana, mengkordinasi, melaksanakan, mengawasi dan

mengendalikan pelaksanaan pekerjaan revisi di Boiling I.

c) Membantu secara efektif Kepala Instalasi dalam menyusun RKAP

Stasiun Pemurnian, Penguapan dan Water Treatment, baik rencana

Investasi maupun rencana Eksploitasi.

d) Membuat rencana biaya/kebutuhan bahan PMK sesuai skala prioritas

pekerjaan di Boiling I dengan berpedoman kepada RKAP.

e) Mencatat dan mengawasi pelaksanaan/kemajuan pekerjaan revisi

Boiling I, disertai evaluasi kemajuan biayanya/penggunaan dana.

16. Masinis/Pembantu Masinis St.Listrik

a) Memimpin mengkoordinasikan, merencanakan dan mengkordinasikan

serta mengendalikan semua kegiatan di stasiun listrik sesuai

kebijakansanaan dan rencana kerja.

b) Merencanakan, mengedalikan mengkordinasikan semua kegiatan di

stasiun listrik.
c) Membantu kepala instalasi dalam menyusun RKAP.

d) Membuat rencana biaya bulanan (PMK), berdasarkan skala prioritas

pekerjaan dengan pedoman RKAP.

e) Menyiapkan, merawat/memelihara dan mengamankan semua

peralatan bidang stasiun listrik.

17. Masinis/Pembantu Masinis St.Besali

a) Melaksanakan perawatan, pemelihaan, pengamanan, seluruh

peralatan besali sehingga peralatan tersebut siap dioperasikan dalam

masa giling maupun luar masa giling.

b) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan karyawan besali agar semua

aktifitas pekerjaan dapat efektif dan efisien dalam rangka mencapai

sasaran yang ditetapkan.

c) Membantu kepala instalasi menyusun RKAP Stasiun Besali.

d) Menyusun kebutuhan bahan/barang untuk keperluan revisi dalam

skala mingguan dan bulanan.

e) Membuat schedule pelaksaan revisi peralatan dan mengevaluasi

setiap tengah bulan, kemudian hasil evaluasi dilaporkan ke kepala

instalasi.

18. Masinis/Pembantu Masinis St.Ketel

a) Melaksanakan perawatan, pemeliharaan, pengamanan, seluruh

peralatan ketel sehingga peralatan tersebut siap dioperasikan dalam

masa giling.

b) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan karyawan ketel agar semua

aktifitas pekerjaan dapat efektif dan efisien dalam rangka mencapai

sasaran yang ditetapkan.


c) Menyusun kebutuhan bahan/barang untuk keperluan revisi dalam

skala mingguan dan bulanan (PMK).

d) Membuat schedule pelaksanaan revisi peralatan dan mengevaluasi

setiap tengah bulan, kemudian hasil evaluasi dilaporkan ke kepala

Instalasi.

e) Mengkoordinasi seluruh karyawan ketel, agar semua aktifitas

pekerjaan revisi alat dapat efektif dan efisien, melalui pembinaan dan

motivasi.

19. Pengawas Stasiun Teknik Sipil Instalasi

a) Melaksanakan aturan perusahaan yang dijabarkan oleh Administratur

/ Kepala Instalasi demi tercapainya hasil akhir yang menguntungkan

perusahaan.

b) Menyusun rencana kerja dan anggaran pendapatan (RKAP) St. Teknik

Sipil Instalasi.

c) Menyusun rencana kerja dan anggaran pendapatan (RKAP) St. Teknik

Sipil Instalasi

d) Membuat rencana kerja luar masa giling dan dalam masa giling st.

Teknik Sipil Instalasi

e) Mengawasi langsung pelakssanaan pekerjaan dan memberikan

motivasi kepada karyawan dibawahnya

f) Membuat usulan kondite karyawan pelaksana di st. Teknik Sipil

Instalasi untuk bahan pertimbangan Kepala Instalasi/Administratur

untuk kenaikan pangkat/golongan.

g) Masinis/Pembantu Masinis St.Turbine, Diesel, Instrument


h) Membantu secara aktif terhadap pelaksanaan tugas-tugas atasan

untuk mempersiapkan pabrik pada Bagian Turbine/Diesel/Instrument

baik keputusan secara Teknik maupun non Teknik.

i) Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) pada

Stasiun Turbine?Diesel/Instrument.

j) Menjembatani hubungan dua arah, baik dari Kepala Instalasi ke

karyawan atau sebaliknya.

k) Membina kerjasama yang baik dalam Masa Giling maupun Luar Masa

Giling.

l) Mengendalikan pemakaian biaya sesuai dengan RKAP yang

ditetapkan oleh atasan.

20. Masinis/Pembantu Masinis St.Gilingan

a) Perencana mengkoordinasikan, melaksanakan, mengawasi dan

mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di St. Gilingan.

b) Membantu Kepala Instalasi dalam menyusun RKAP di St. Gilingan.

c) Mencatat dan mengawasi pelaksanaan kemajuan revisi di St. Gilingan.

d) Mengusulkan kenaikan golongan dan promosi karyawan St. Gilingan.

e) Mengusulkan sanksi kepada karyawan yang tidak disiplin.

21. Kepala Bagian Pengolahan

a) Memimpin, merencanakan, mengkoordinir serta mengawasi

pelaksanaan semua kegiatan bidang Pengolahan sesuai

kebijaksanaan dan rencana kerja yang telah ditetapkan administrates

Administratur sesuai penggarisan Direksi.

b) Bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi pabrikasi, mulai tebu

terambang sampai pengarungan gula agar dapat mencapai mutu


produksi secara efektif serta pengolahan Water Treatment plant dan

Effluent Treatment Plant.

c) Membantu secara efektif Administratur dalam menyusun RKAP Bidang

Pengolahan.

d) Mengkoordinir dan mengendalikan seluruh aktivitas di Bagian

Pengolahan termasuk melakukan usaha pencegahan dan pemecahan

masalah teknis dalam proses pengolahan tebu.

e) Bersama-sama Kepala Bagian Teknik merencanakan dan

menyelenggarakan investasi dan rehabilitasi pabrik.

22. Kemiker Kepala/Pembantu Kemiker Pengolahan

a) Secara aktif membantu pelaksanaan tugas-tugas Kepala Pabrikasi

dalam menjalankan kebijaksanaan atas kelancaran jalannya proses

pengolahan (produksi) yang benar dan ekonomis.

b) Membantu melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan yang cermat dan akurat atas jalannya

proses produksi sesuai rencana kerja yang ditetapkan oleh kepala

Pabrikasi.

c) Melaksanakan kebijaksanaan yang ditetapkan Kepala Pabrikasi

sesuai digariskan Administratur.

d) Membantu Kepala Pabrikasi dalam melaksanakan koordinasi dengan

Bagian Instalasi (DMG/LMG).

e) Mewakili Kepala Pabrikasi dalam hal yang bersangkutan berhalangan

hadir karena sakit, cuti.


C. Hasil Penelitian

1. Kebijakan Akuntansi Manajemen PT. Pabrik Gula Camming

Peran akuntansi manajemen dalam perusahaan menekankan pada

pencapaian goal dan objektif suatu organisasi saat ini. Akuntan puncak di

sebagian besar organisasi para pengendali. Semua fungsi akuntansi melapor

kepada individu ini, termasuk para akuntan biaya, akuntan keuangan dan

pajak dan auditor internal. Peran akuntan manajemen dalam suatu organisasi

merupakan salah sau peran pendukung. Akuntan manajemen membantu

orang-orang yang bertanggung jawab melaksanakn tujuan dasar organisasi.

Posisi yang bertanggung jawab langsung terhadap tujuan dasar organisasi

disebut sebagai posisi staf.

Manajer ini adalah orang yang membuat kebijakan dan keputusan

yang berpengaruh trhadap produksi. Melalui penyediaan dan

penginterpretasian informasi akuntansi, akuntansi manajemen dapa memiliki

masukan yang penting dalam berbagai kebijakan dan keputusan yang

berkaitan dengan akuntansi biaya.

Kebijaan akuntansi manajemen yang digunagakn oleh PT. Pabrik Gula

Camming adalah:

a. Entitas atau perusahaan harus menyaikan laporan keuangan komparatif,

yaitu penyajian laporan keuangan satu periode yang lalu. Misal, untuk

menyajikan laporan keuangan tahun 2017, maka laporan keuangan tahun

2016 juga ikut disajikan secara berdampingan.

b. Jika terdapat aset lancar dan aset tidak lancar pada laporan posisi

keuangan, maka aset atau liabilitas pajak tangguham tidak diklasifikasikan


sebagai aset lancar, tetapi dimasukan ke golongan liabilitas jangka

pendek.

c. Persediaan biasa dihitung atau dinilai dengan mengunakan beberapa

metode, yaitu metode first in first out (fifo) atau masuk pertama keluar

pertama, dan metode biaya rata-rata tertimbang. Entitas atau perusahaan

harus menetukan metode mana yang akan digunakan konsisten untuk

menghitung persediaan

d. Pencatatan persediaan barang dagang bisa dilakukan dengan dua

metode, yaitu metode periodik (periodic inventory system) dan metode

permanen (perpetual system). Entitas atau perusahaan harus

menentukan metode mana yang akan digunakan secara konsisten untuk

pencacatan persediaan.

e. Entitas atau perusahaan mengunakan rumus biaya yang sama untuk

persediaan yang sifat dan kegunaannya berbeda.

f. Adanya pengelompokan pos-pos persediaan sesuai dengan persamaan

sifat dan fungsi atau kegunaan.

2. Analisis Anggaran biaya produksi

Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk

membantu manajemen dalm pelaksanaan fungsi perencanaan, koordinasi,

pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan

perusahaan untuk tujuan yang telah di tetapkan.

Salah satu anggaran paling besar manfaatnya daam suatu

perusahaan adalah anggara biaya produksi. Anggaran biaya produksi

anggaran yang di keluarkan oleh perusahaan dalam menjalankan suatu


kegiatan produksi, yang didalamnya terdiri dari biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Pentingnya peranan anggaran sebagai alat pengendalian biaya

produksi, maka yang menjadi titk pokok dalam penelitian ini adalah anggaran

fleksibel. Anggaran fleksibel berkaitan dengan anggaran yang dibuat

berdasarkan beberapa titik aktifitas, alasan memilih anggaran fleksibel karena

dengan penyusunan anggaran perusahaan lebih mudah dalam

mengendalikan biaya produksi.

Tabel 4.1

Data Produksi Tahun 2018

Pabrik Gula Camming

Bulan Tebu Rakyat

Agustus 659,12

September 661,50

Oktober 641,12

November 697,66

Jumlah 2.659.40

Sumber: PT. Pabrik Gula Camming

Hak rakyat ini adalah bentuk kerja sama yang di lakukan oleh

perusahaan dengan masyarakat di mana rakyat berberan menanam tebu

yang digunakan sebagai bahan dasar proses produksi PG Camming. Dalam

prakteknya rakyat menanam tebu di lahan atau tanah milik pribadi kemudian

hasil panen di beli oleh PG Camming dengan harga yang telah disepakati.

Berdasarkan table 4.1 data produksi PG Camming, mulai dari agustus

sampai dengan november 2018 menurut anggaran (target) sebanyak


17.779,6 terdiri dari hak guna usaha (HGU) sebesar 15.678,90 dan tebu

rakyat sebesar 2.100,70. Selanjutnya akan disajikan data realisasi produksi

PG camming dari bulan agustus sampai oktober tahun 2018 yang dapat di

sajikan sebagai berikut ini :

Tabel 4.2

Data Realisasi Produksi

Pabrik Gula Camming 2018

Bulan Tebu Rakyat


Agustus 622,15
September 611,14
Oktober 614,41
November 600,78
Jumlah 2.448,48
Sumber: PT . Pabrik Gula Camming

Berdasarkan Tabel 4.2 Data realisasi produksi pabrik hak rakyat

sebesar 1.902,50.

Sebelum dilakukan analisis anggaran fleksibel sebagai alat

pengendalian biaya produksi maka terlebih dahulu akan di sajikan data biaya

bahan baku anggaran dan realisasi produksi tahun 2017 yang dapat

diuraikan seebagai berikut:

a. Biaya bahan baku langsung

Besarnya biaya bahan baku langsung untuk memproduksi gula PG

camming sebesar Rp 1.462.670.000 ; rincianya dapat disajikan melalui tabel

berikut ini :
Tabel 4.3

Data Anggaran

Biaya Bahan Baku Langsung

No Jenis satuan Kuantitas Harga Anggaran


bahan beli/kuintal biaya bahan
baku (Rp) baku
langsung langsung

1. Tebu (tebu ton 2.659.40 550.000 1.462.670.000


rakyat)
Jumlah 1.462.670.000

Sumber: PT . Pabrik Gula Camming

Tabel 4.3 yakni biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan

dalam produksi Gula selama setahun 2018 adalah Rp 1.462.670.000;

b. Anggaran biaya tenaga kerja langsung

Besarnya biaya tenaga kerja langsung tahun 2018 sebesar Rp.

576.000.000, sehingga jam tenaga kerja langsung selama setahun dapat

dihitung sebgai berikut:

Tabel 4.4

Anggaran Biaya

Tenaga Kerja Langsung

Bulan Jam Hari Upah Jumlah Anggaran Biaya Tenaga


Kerja kerja Per Tenaga Kerja Langsung
Jam Kerja
Agustus 8 25 10.000 96 192.000.000

September 8 25 10.000 96 192.000.000

Oktober 8 25 10.000 96 192.000.000

November 8 25 10.000 96 192.000.000

Jumlah 768.000.000
Sumber: PT . Pabrik Gula Camming

Jam tenaga kerja langsung selama setahun = (8 jam x 25 hari x 4 bulan)

= 800 jam.

Berdasarkan tabel tersebut diatas nampak bahwa jumlsh jam kerja

yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah 8 jam, jumlah hari kerja selama satu

bulan 25 hari dan jam tenaga kerja yang dibutuhkan selama tiga bulan adalah

600 jam.

c. Anggran Biaya Overhead Pabrik

Besarnya anggaran biaya overhead pabrik tahun 2018 sebesar Rp

6.292.602.200, hal ini dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5

Data Anggaran Biaya

Overhead Pabrik Tahun 2018

No jenis Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya


Overhead Pabrik

1 Biaya Bahan Penolong 800.000.000

2 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 700.648.000

3 Biaya Operasional 926.744.000

4 Biaya Angkut 900.848.200

5 Biaya Listrik 1.500.488.000

6 Biaya Pemeliharaan 1.200.334.000

7 Biaya Umum 600.540.000

Jumlah 6.629.602.200

Sumber: PT . Pabrik Gula Camming


Beberapa biaya dapat dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik

diantara sebagai berikut:

1. Biaya bahan penolong adalah biaya yang digunakan untuk membantu

perusahaan dalam menyelesaikan suatu produk misalnya: biaya peralatan

penunjang.

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah upah yang diberikan kepada

karyawan pabrik yang secara ini antara lain upah fisik tidak berhubungan

proses pembuatan produk. Misalnya: upah pengawas (supervisor), gaji

manajer produksi, gaji pegawai administrasi.

3. Biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu

perusahaan untuk mendukung operasi atau kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan tersebut. Misalnya: biaya pengelolaan kantor dan biaya

penyusutan peralatan kantor.

4. Biaya angkut adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman barang,

misalnya: biaya angkut kendaraan.

5. Biaya listrik adalah biaya yang digunakan untuk membayar listrik dari

kegiatan operasi perusahaan.

6. Biaya pemeliharaan adalah biaya yang digunakan untuk perbaikan dan

perawatan mesin, gedung-gedung pabrik, dan peralatan pabrik.

7. Biaya umum adalah biaya-biaya untuk mngkoordinasikan kegiatan-

kegiatan produksi perusahaan, misalnya: biaya pengawasan terhadap

kegiatan perusahaan.
3. Realisasi Biaya Produksi

a. Realisasi Biaya Bahan Baku

Realisasi bahan baku produksi Gula PG Camming selama tahun 2018

yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6

Data Realisasi

Bahan Baku Langsung Tahun 2018

No Jenis Satuan Kuantitas Harga Anggaran


bahan beli biaya bahan
baku (Rp) baku
langsung langsung

1. Tebu (tebu Ton 2.448,48 500.000 1.224.240.000


rakyat)
Jumlah 1.224.240.000

Sumber: PT . Pabrik Gula Camming

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan realisasi biaya bahan baku

langsung dalam kegiatan produksi Gula tahun 2018 maka biaya bahan baku

langsung (menurut aktual) sebesar Rp 1.224.240.000; dalam proses

pembuatan gulan ini, dapat didefinisikan dapat mengalami keuntungan dari

target produksinya hal ini terjadi karena realisasi bahan baku bertambah dan

harga tebu mengalami penurunan.

b. Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung

Untuk mengetahui realisasi tenaga kerja langsung dapat diuraikan

sebagai berikut:
Tabel 4.7

Data Realisasi

Biaya Tenaga Langsung

Bulan Jam Kerja Hari Upah Jumlah Realisasi Biaya


kerja Per Jam Tenaga Tenaga Kerja
Kerja Langsung

Agustus 7.5 25 10.000 96 180.000.000

September 7.5 25 10.000 96 180.000.000

Oktober 7.5 25 10.000 96 180.000.000

November 7.5 25 10.000 96 180.000.000

Jumlah 720.000.000

Sumber: PT . Pabrik Gula Camming

Jam kerja langsung selama masa produksi (7.5 jam x 25 hari x 4 bulan)

= 750 jam

c. Realisasi Biaya Overhead Pabrik

Berdasarkan biaya overhead pabrik yang terealisasi selama satu tahun adalah

sebesar Rp 6.514.410.000; realisasi biaya overhead pabrik di sajikan pada tabel

berikut ini:
Tabel 4.8

Realisasi Anggaran Biaya

Overhead Pabrik Tahun 2018

No Jenis Biaya Overhead Realisasi Biaya Overhead Pabrik


Pabrik
1 Biaya Bahan Penolong 900.000.000
2 Biaya Tenaga Kerja Tidak 700.000.000
Langsung
3 Biaya Operasional 984.200.000
4 Biaya Angkut 900.450.000
5 Biaya Listrik 1.550.000.000
6 Biaya Pemeliharaan 1.400.500.000
7 Biaya Umum 600.700.000
Jumlah 7.035.850.000

Sumber: PT . Pabrik Gula Camming

Berdasarkan realisasi anggaran biaya overhead pabrik yang

digunakan oleh PT. Pabrik Gula Camming adalah sebesar Rp 7.035.850.000;

untuk realisasi pabrik ini mengalami kenaikan. Dari data diatas jenis biaya

overhead pabrik yang mengalami kerugian yaitu. Dari data diatas jenis biaya

overhead biaya bahan penolong, biaya operasional, biaya angkut, biaya listrik,

pemeliharaan dan biaya umum. Di mana salah satu penyebabnya adalah

meningkatnya volume bahan baku kerusakan mesin dan keterlambatan

teknisi. Sedangkan pada biaya angkut dan biaya tenaga kerja tidak langsung

terjadi efesiensi yang menguntungkan karena karena anggaran lebih besar

dari realisasinya.

4. Anggaran Biaya Produksi Statis Dan Anggaran Fleksibel

Anggaran statsis adalah anggaran yang disiapkan hanya untuk suatu

level aktivitas tertentu yang direncanakan. Kelemehan mengunakan anggaran


statis adalah munculnya kesulitan dalam menilai kinerja aktivitas apabila

aktivitas aktual berbeda dengan aktivitas yang direncanakan. Untuk dapat

menilai aktivitas aktual dengan lebih baik, anggaran harus dibuat fleksibel.

Anggaran fleksibel memberikan rencana detail untuk mengontrol

biaya, terutama overhead untuk beberapa level aktivitas dalam range yang

relevan bagi perusahaan, anggran fleksibel dapat memberikan dasar lebih

baik dalam membandingkan biaya sesungguhnya dan estimasi biaya pada

jumlah aktivitas aktual.

a. Anggaran Biaya Produksi Secara Statis

salah satu upaya yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan

jumlah produksi adalah menerapkan menerapkan anggran fleksibel sebagai

alat pengawasan dan pengendalian biaya produksi, sebab dengan adanya

anggaran fleksibel perusahaan akan lebih mudah dalam melakukan

pengawasan dari setiap biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam

proses produksi demikan halnya dengan PT. Pabrik Gula Camming di Bone

dalam melakukan pengawasan dari setiap biaya produksi yang dikeluarkan

perusahaan dalam produksi Gula digunakan anggaran statis. Dalam

menerapkan anggaran statis oleh PT. Pabrik Gula Camming di Bone adalah

di dasari dengan membuat rincian biaya yang ditetapkan terlebih dahulu

didasari dan didasari menurut aktivitas tertentu. Kemudian perlu di tambahkan

bahwa sebelu di lakukan pembahasan mengenai anggaran fleksibel, terlebih

dahulu akan disajikan pembahasan mengenai anggran statis dan realisasi

anggaran produksi menurut PT. Pabrik Gula Camming akan di sajikan pada

Tabel 4.9 sebagai berikut:


Tabel 4.9

Data Anggaran dan Realisasi Biaya

Produksi GULA Tahun 2018

No Uraian Anggaran Realisasi Varians/selisi


h

I Biaya
Langsung
Biaya produksi 1.462.670.000 1.224.240.000 238.430.000

Tenaga kerja 768.000.000 720.000.000 48.000.000


langsung

Jumlah biaya 2.230.670.000 1.994.240.000 314.842.500


langsung

Il Biaya Tak
Langsung
Biaya overhead
pabrik
Biaya bahan 800.000.000 900.000.000 (100.000.000)
penolong
Biaya Tenaga 700.648.000 700.000.000 684.000
kerja Tidak
Langsung
Biaya 926.744.000 984.200.000 (54.456.000)
Operasional
Biaya Angkut 900.848.200 900.450.000 398.200

Biaya Listrik 1.500.484.000 1.550.000.000 (49.516.000)

Biaya 1.200.344.000 1.400.500.000 (200.156.000)


Pemeliharaan
Biaya Umum 600.540.000 600.700.000 (160.000)

Jumlah Biaya 6.629.602.200 7.035.850.000 - 403.047.400


Tak Langsung

Jumlah Biaya 8.860.272.000 9.030.090.000 -88.204.900


Produksi
Sumber: PT . Pabrik Gula Camming
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa selama satu periode

perusahaan tidak berhasil dalam mengendalikan biaya produksinya dan

selama satu periode ini. Hal ini terlihat dari varians (selisih) yang bernilai

negatife. Selama satu periode perusahaan gagal mengefisiensi biaya sebesar

Rp. 88.204.900; diketahui bahwa biaya produksi pada PT. Pabrik Gula

Camming di Bone ini mengalami kerugian pada biaya overhead pabrik. Untuk

biaya material bahan baku mengalami bahan baku mengalami kendala dalam

proses pengendaliannya. Begitu pula dengan biaya tenaga kerja langsung

yang efesiensi biayanya mengalami kerugian (unvaforable) meskipun

keuntungan yang diperoleh kecil. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik ini

mengalami kerugian karena terdapat biaya yang inefiensi dengan selisih yang

cukup besar yaitu pada biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya listrik

dan biaya umum yang realisasinya lebih besar dari biaya yang di anggarkan.

Tetapi meskipun mengalami kerugian karena tertutupi dengan biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Anggaran Fleksibel

Anggaran fleksibel dibuat dalam rentang aktivitas, artinya beberapa

aktivitas di pecah-pecah dari suatu rentang relevan. Sehingga dalam

penyusunan anggaran fleksibel menurut Kamaruddin Ahmad (215:2017)

maka langkah-langkah dasar dalam rangka penyusunan anggaran fleksibel

sebagai berikut:

1. Menetukan relevan range, yang dapat diharapkan pada range ini aktivitas

akan berfluktuasi selama periode yang akan datang.


2. Menganalisa biaya yang akan dikeluarkan range relevan ini, dengan

menentukan pola perilaku biaya (biaya variable, biaya tetap dan biaya semi

variable)

3. Memisahkan biaya berdasarkan pola prilakunya, menentukan rumusbiaya

variabel dan biaya semi variabel.

4. Dengan mengunakan rumus biaya variable, anggaran fleksibel disusun

dengan biaya yang akan dikeluarkan pada berbagai tingkat aktivitas

sepanjang range relevan.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dikeluarkan diatas maka

akan disajikan analisis penyusunan anggaran fleksibel pada PT. Pabrik Gula

Camming yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Menetukan relevan range, yang dapat diharapkan range ini aktivitas ini

akan berfluktasi selama periode yang akan datang.

Penetuan relevan range dimaksud untuk menetukan tingkat aktivitas yang

akan dijadikan sebagai dasar penyusunan anggaran fleksibel. Menurut

data perusahaan PT. Pabrik Gula Camming di Bone relevant rangenya

antara 15.049,08 ton sampai 16.264,5 ton untuk tahun 2017 atau berkisar

89,87% sampai 100%.

2. Menganalisis biaya yang akan dikeluarkan pada range relevan ini, dengan

menentukan pola prilaku biaya (biaya variable, biaya tetap dan biaya semi

variabel).

Sebelum dilakukan analisis biaya yang akan dikeluarkan pada range

relevan maka disajikan terlebih dahulu klasifikasi anggaran dan realisasi biaya

produksi sebelum dilakukan pemisahan biaya semi variabel, berikut ini:


Tabel 4.10

Klasifikasi Anggaran

dan Biaya Produksi Sebelum

dilakukan Pemisahan Biaya Semi Variabel

NO Jenis Biaya Produksi Anggaran Realisasi

1. Biaya Bahan Baku Langsung 1.518.082.500 1.224.240.000

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 768.000.000 720.000.000

3. Biaya Overhead Pabrik - -

Biaya Bahan Penolong 800.000.000 900.000.000

Biaya Tenaga Kerja Tidak 700.648.000 700.000.000


Langsung
Biaya Operasional 926.744.000 984.200.000

Biaya Angkut 900.848.200 900.450.000

Biaya listrik 1.500.484.000 1.550.000.000

Biaya Pemeliharaan 1.200.344.000 1.400.500.000

Biaya Umum 600.540.000 600.700.000

Jumlah Biaya Overhead Pabrik 6.629.608.200 7.035.850.000

Total Biaya Produksi 8.915.690.700 8.980.090.000

Sumber : Hasil Olahan Data 2019

Dari data mengenai klasifikasi anggaran biaya produksi sebelum

dilakukan pemisahan biaya semi variabel, maka diperoleh bahwa total

angaran biaya produksi adalah sebesar Rp 8.915.690.700; dengan jumlah

biaya overhead pabrik Rp 6.629.608.200; sedangkan realisasi anggaran biaya

produksi sebelum dilakukan pemisahan biaya semi variabel adalah sebesar

Rp 8.980.090.000; dengan jumlah biaya overhead pabrik Rp 7.035.850.000;

Dalam produksi terdapat perlakuan biaya semi variabel yang ditentukan

pada biaya variabel saja karena variabel ini selalu mengikuti perubahan
volume produksi, sehingga biaya variabel yang terdapat dalam biaya semi

variabel harus di pisahkan biaya tetapnya. Selanjutnya akan disajikan data

mengenai anggaran biaya produksi setelah dilakukan pemisahan biaya semi

variabel yang dapat di lihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 4.11

Anggaran Biaya Produksi

Setelah Pemisahan Biaya Semi Variabel

NO Jenis Biaya Biaya Tetap Biaya Total Biaya


Produksi Variabel
1. Biaya Bahan Baku 1.518.082.500 1.518.082.500
Langsung
2. Biaya Tenaga Kerja 768.000.000 768.000.000
Langsung
3. Biaya Overhead - - -
Pabrik
- Baiaya 800.000.000 800.000.000
Bahan
Penolong
- Baiya 700.648.000 700.648.000
Tenaga
Kerja
Langsung
- Biaya 926.744.000 926.744.000
Operasional
- Biaya 900.848.200 900.848.200
Angkut
- Biaya Listrik 1.500.484.000 1.500.484.000

- Biaya 1.200.344.000 1.200.344.000


Pemeliharan
- Biaya Umum 600.540.000 600.540.000

Jurnal Biaya 2.501.532.000 4.128.076.200 6.629.608.200


Overhead Pabrik

Total Biaya 2.501.532.000 6.414.158.700 8.915.690.700


Produksi
Sumber: Hasil olahan 2019

Tabel 4.11 yakni anggaran biaya produksi setelah di lakukan

pemisahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Ternyata dapat dilihat
bahwa besarnya biaya variabel Rp 6.414.158.700; sedangkan biaya tetap

sebesar 2.501.532.000; sehingga total biaya produksi setelah dilakukan

pemisahan biaya semi variabel adalah Rp 8.915.690.700; kemudian akan

disajikan realisasi biaya produksi antara biaya tetap dan biaya variabel yang

dapat disajikan melalui tabel berikut ini.

Tabel 4.12

Realisasi Biaya Produksi

Pemisahan Biaya Semi Variabel

NO Jenis Biaya Biaya Tetap Biaya Total Biaya


Produksi Variabel
1. Biaya Bahan Baku 1.224.240.000 1.224.240.000
Langsung

2. Biaya Tenaga Kerja 720.000.000 720.000.000


Langsung

3. Biaya Overhead - - -
Pabrik
- Baiaya 900.000.000 900.000.000
Bahan
Penolong
- Baiya 700.000.000 700.000.000
Tenaga
Kerja
Langsung
- Biaya 984.200.000 984.200.000
Operasional
- Biaya 900.450.000 900.450.000
Angkut
- Biaya Listrik 1.550.000.000 1.550.000.000

- Biaya 1.400.500.000 1.400.500.000


Pemeliharan
- Biaya 600.540.000 600.540.000
Umum
Jurnal Biaya 2.701.040.000 4.334.650.000 7.035.690.000
Overhead Pabrik
Total Biaya 2.701.040.000 6.278.890.000 8.979.930.000
Produksi
Sumber: Hasil Olahan Data 2019

Tabel 4.12 yakni realisasi biaya produksi setelah dilakukan pemisahan

antara biaya tetap dan biaya variabel ternyata besarnya biaya variabel Rp

6.278.890.000; sedangkan biaya tetap sebesar Rp 2.701.040.000; sehingga

total biaya produksi setelah dilakukan pemisahan biaya semi variabel adalah

sebesar Rp 8.979.939.000;.

3. Memisahkan biaya berdasarkan pola prilakunya, menetukan rumus biaya

variabel dan semi variabel.

Berdasarkan hasil pemisahan semi variabel, dilihat dari perilaku biaya

produksi tetap sebessar Rp 2.701.040.000; sedangkan biaya produksi

variabel Rp 6.278.890.000. oleh karena itu sebelum di sajikan anggaran

fleksibel terlebih dahulu akan disajikan biaya produksi variabel per unit

sebagai berikut:

a. Biaya bahan baku langsung

Besarnya biaya bahan baku langsung per ton dapat dihitung sebagai

berikut:

1.462.670.000
Biaya bahan baku langsung per ton =
2.659.40

= Rp 550.000

Dari jumlah anggaran biaya bahan baku Gula tahun 2018 yaitu

sebesar Rp 1.462.670.000; dan dengan target sebesar 2.448,48 ton maka

dapat diperoleh besarnya biaya bahan baku untuk per ton produksi adalah

sebesar Rp 550.000;

b. Biaya tenaga kerja langsung

Besarnya biaya tenaga kerja langsung per unit dapat dihitung

sebagai berikut:
768.000.000
Biaya tenaga langsung per ton =
2.659,40

=Rp 289.087,76

Dari jumlah anggaran biaya tenaga kerja langsung tahun 2018 sebesar

Rp 768.000.000; dan dengan target produksi 2.659,40 ton maka dapat

diperoleh biaya tenaga kerja langsung semi variabel per ton produksi adalah

Rp 289.087,76;

c. Biaya overhead pabrik

Besarnya biaya overhead pabrik per ton dapat dihitung sebagai

berikut:

800.000.000
Biaya bahan penolong = = Rp 3.014.318,01
2.659,40

926.744.000
Biaya operasional = = Rp 348.478,60
2.659,40

900.848.200
Biaya angkut = = Rp 338.741,14
2.659,40

1.500.488.000
Biaya listrik = = Rp 564.220,50
2.659,40

Adapun perhitungan biaya overhead pabrik semi variabel ini yang

terdiri dari biaya bahan penolong, biaya operasional, biaya angkut dan biaya

listrik yaitu sama halnya dengan perhitungan pada biaya bahan baku dengan

biaya tenaga kerja langsung dimana anggaran yang ditetapkan di bagi dengan

target produksi.\

Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka untuk lebih jelasnya

dapat dilihat melalui tabel berikut ini:


Tabel 4.13

Besarnya Biaya

Variabel PerTon dan Biaya Tetap Dalam

Memproduksi Gula (Menurut Anggaran Fleksibel)

N Jenis Biaya Biaya Tetap Biaya Total biaya


O Produksi Variabel
1. Biaya Bahan 550.000 550.000
Baku Langsung
2. Biaya Tenaga 289.087,76 289.087,76
Kerja Langsung
3. Biaya Overhead - - -
Pabrik
- Biaya 3.014.318,01 3.014.318,01
Bahan
Penolong
- Biaya 700.648.000 700.648.000
tenaga
kerja tidak
langsung
- Biaya 348.478,60 348.478,60
operasion
al
- Biaya 338.741,14 338.741,14
angkut
- Biaya 564.220,50 564.220,50
Listrik
- Biaya 1.200.334.000 1.200.334.000
Pemelihar
aan
- Biaya 600.540.000 600.540.000
Umum
Jumlah Biaya 2.501.532.000 4.265.758,25 2.505.787.758,25
Overhead Pabrik
Total Biaya 2.501.532.000 5.104.766.01 2.506.626.846,01
Produksi
Sumber: PT Pabrik Gula Camming diolah tahun 2019

Berdasarkan data mengenai besarnya biaya Variabel per unit dalam

dalam memproduksi Gula menurut anggaran sebesar Rp 681.309,34;

sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan dalam perusahaan produksi Gula


sebesar Rp 2.501.532.000; jadi total biaya produksi setelah pemisahan biaya

sebesar semi variabel adalah sebesar Rp 1.906.086.766,01;

d. Dengan mengunakan rumus biaya variabel, dengan fleksibel disusun

dengan biaya yang akan di keluarkan pada berbagai tingkat aktivitas

sepanjang range ralevan.

Tabel 4.14

Anggaran Biaya Produksi

(Anggaran Fleksibel) Tahun 2018

Jenis Biaya Biaya Per Ton Tingkat aktivitas yang di harapkan


Produksi
92,07% 100%

2.448,48 2.659.40

Biaya Bahan 550.000 1.224.240.000 1.462.670.000


Baku
Biaya Tenaga 289.087,76 720.000.000 768.000.000
Kerja
Langsung
Biaya 2.505.787.758,25 7.035.850.000 6.629.602.200
Overhead
Pabrik
Jumlah 2.506.626.846,01 8.980.090.000 8.860.272.200

Sumber: PT. Pabrik Gula Caming Hasil Olahan Data 2019

Berdasarkan data mengenai anggaran fleksibel maka diperoleh baiaya

anggaran fleksibel maka di peroleh biaya anggaran fleksibel sebesar Rp

2.506.626.846,01 berdasarkan biaya per ton dari anggran biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, jadi tingkat aktivitaas yang di

harapkan 92,07% jumlahnya sebesar Rp 8.980.090.000; sedangkan dengan

jumlah tingkat aktivitas 100% dengan jumlah biaya sebesar Rp 8.860.272.200;


4. Analisis Varians Biaya Produksi

Berdasarkan hasil analisis mengenai pelaksanaan penyusunan

anggran fleksibel dalam produksi Gula khususnya pada PT. Pabrik Gula

Camming di Bone, maka langkah yang di lakukan adalah dengan melakukan

analisis varians anggaran biaya produksi adalah untuk menganalisis selisih

anggaran biaya produksi dengan realisasi biaya produksi.

Adapun analisis varians biaya produksi dapat di lihat melalui

perhitungan brikut ini:

a. Varians bahan baku

Varians harga beli

PHB = QBSs (HSs – HSt)

= 500.000 (500.000 – 550.000)

= -25.000.000

Varians efesiensi bahan

PEB = HSt (ISs – Ist)

= 500.000 (2.448,48 -2.659.40)

= -105.460.000

Variann anggaran fleksibel

PBAF = PEB – PHB

= -105.460.000 – -25.000.000

= -80.460.000 (unfavourable)

b. Varians biaya tenaga kerja langsung

Varians tenaga kerja

PUTK = JSs x (USs – Ust)


= 750 (10.000 x 96) – (10.000 x 96)

= 750 x (960.000 - 960.000)

=0

Varians Efesiensi Tenaga Kerja

PETK = USt x (JSs – JSt)

= 10.000 x 96 orang (750 –800 )

= - 48.000.000

Varians tenaga kerja anggaran fleksibel

PTKAF = PUTK + PETK

= 0 + (- 48.000.000)

= - 48.000.000 (unfavorabel)

c. Varins biaya overhead pabrik

Sebelum dilakukan perhitungan varians biaya overhead pabrik, maka

terlebih dahulu akan disajikan perhitungan tariff biaya overhead pabrik yaitu:

4.128.076.200
Tarif overhead tetap (anggaran) = = 1.552.258,48
2.659,40

2.501.532.000
Tarif overhead tetap = = 940.637,74
2.659,40

Jumlah tarif overhead = 2.492.896,22

4.334.650.000
Tarif overhead variabel (realisasi) = = 1.629.935,93
2.659.40
2.701.040.000
Tarif overhead tetap = = 1.015.657,66
2.659.40

Jumlah tariff overhead = 2.645.611,59

Berdasarkan hasil perhitungan varians biaya overhead pabrik maka akan di

sajikan perhitungan selisih biaya overhead pabrik yaitu sebagai berikust:

Varians tariff overhead

PTOH = JSs x (TOHSs – TOHSt)

= 750 x ( 2.645.611,59 - 2.492.895,87)

= 114.536.790 (favourable)

Varians efesiensi overhead

PEOH = TOHSt x (JSs – JSt)

= 2.492.896,22 x (750 –800 )

= 124.644.811 (unfavourable)

Varians overhead aggaran fleksibel

POHAF = PTOH + PEOH

= 114.536.790 + (-124.644.811)

= -10.108.021 (unfavourable)

Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan varians biaya produksi dapat

dilihat melalui tabel berikut ini:


Tabel 4.15

Hasil Perhitungan

Varians Biaya Produksi

NO Jenis Biaya Anggaran Realisasi Varians Ket

1. Varians Biaya 1.462.670.000 1.224.240.000 238.430.000 F


Bahan Baku

2. Varians Biaya 768..000.000 720.000.000 48.000.000 F


Tenaga Kerja
Langsung
3. Varians Biaya 6.629.608.200 7.035.690.000 406.081.800 UF
Overhead Pabrik

Jumlah Varians 8.915.690.700 8.997.930.000 692.511.800 UF


Biaya
Produksi
Sumber: hasil olah data, 2018

Ket: F = menguntungkan

UF = Merugikan

Berdasarkan tabel mengenai hasil perhitungan varians biaya produksi,

pada analisis varians terjadi selisih yang unfavourable dari segi anggaran dan

dari segi realisasinya. Hal ini terjadi anggaran lebih kecil daripada realisasinya

seperti yang telah ditetapkan. Seperti pada biaya bahan baku,dapat dilihat

mengalami keuntungan (foufavorable) meskipun hanya mengalami

keuntungan yang sedikit. Hal yang mempengaruhi biaya bahan baku

mengalami keuntungan adalah menurunya harga tebu akan tetapi menurunya

harga tebu akan mempengaruhi prudiktivitas petani tebu dengan

berkurangnya jumlah tebu . Pada biaya tenaga kerja langsung mengalami

keuntungan (foufavorable) hal ini di sebabkan menurunya jam kerja dan

efektifitas teknologi pengelolaan tebu. Sedangkan pada biaya overhead pabrik


mengalami kerugian karena terdapat biaya yang lebih besar di realisasikan di

banding biaya yang di anggarkan.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan anggran

anggran fleksibel dapat dijadikan sebagai alat pengendali biaya produksi, dan

dari rumusan masalah pada bab sebelumnya maka dapat dijelaskan bahwa

apakah penerapan anggran fleksibel dapat dijadikan sebagai alat bantu

pengendalian biaya produksi pada PT. Pabrik Gula Camming Kab. Bone.

Dari hasil perbandingan antara anggaran statis denga anggaran

fleksibel, anggaran disusun dengan biaya yang akan dikeluarkan pada

berbagai tingkat aktivitas range relevan.tingkat aktivitas yang di harapkan

yaitu 92,07% sampai 100% dan range relevan 2.448,48 samapai 2.659.40 ton

produksi Gula maka dapat diperoleh anggran statis pada tahun 2018 sebesar

Rp 8.860.272.200; sedangkan realisasi sebesar Rp; 8.980.090.000, hal ini

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Sedangkan anggran fleksibel

sebesar Rp 2.506.626.846,01; hal ini dianggap menguntungkan bagi

perusahaan.

Untuk varians yang terdapat pada anggaran statis sebesar Rp

82.239.300 perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Sedangkan

dari hasil perhitungan varians dengan mengunakan rumus varians anggaran

fleksibel maka, diperoleh hasil yaitu untuk perhitungan varian bahan baku

pada varians pada varians harga beli bahan baku dalam memproduksi Gula

tidak terdapat selisih menguntungkan atau merugikan. Berbeda dengan

varians efesiensi bahan baku terdapat selisih efesiensi sebesar Rp


238.430.000; jadi dapat diperoleh varians anggaran fleksibel pada varians

bahan baku sebesar Rp 238.430.000;(foufavorable) hal ini di karenakan

menurunya harga tebu rakyak..

Selanjutnya untuk hasil perhitungan varians biaya tenaga kerja

langsung mengunakan varians anggaran fleksibel diperoleh untuk varians

upah tenaga kerja tidak mengalami selisih yang menguntungkan ataupun

merugikan. Pada varians efesiensi tenaga kerja langsung mengalami selisih

yang efesien yaitu Rp 48.000.000; jadi dapat diperoleh varians anggaran

fleksibel pada varians tenaga kerja langsung sebesar Rp 48.000.000;

(foufavorable). Hal ini disebabkan hal ini di sebabkan menurunya jam kerja

dan efektifitas teknologi pengelolaan tebu .

Kemudian untuk hasil perhitungan varians biaya overhead pabrik

dengan mengunakan varians anggaran fleksibel maka di peroleh untuk

varians tarif overhead diperoleh selisih yang tidak efesien sebesar Rp

114.536.790; sedangkan varians efesiensi overhead juga juga memperoleh

selisih yang tidak efesien sebesar Rp 1.246.444.793,5; jadi dapat di peroleh

varians anggaran fleksibel dan varians overhead pabrik sebesar Rp

1.294.444.793,5; (unfavourable) . Hal ini di sebabkan karena perusahaan teliti

dalam penyusunan anggaran biaya overhead pabrik. Jadi perhitungan varians

dengan mengunakan anggaran fleksibel pada varians biaya produksi sebesar

Rp 173.144.811; (unfavourable), jadi dari hasil perbandingan antara varians

anggaran statis sebesar Rp 82.239.300; sedangkan pada anggaran fleksibel

sebesar Rp 173.144.811; hal ini di sebabkan realisasi lebih besar disbanding

dengan anggaran pada PT. Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone. Hal ini

disebabkan karena lebih besarnya realisasi dibandingkan dengan anggran


yang telah di tetapkan. Jadi anggaran fleksibel dapat di jadikan sebagai alat

bantu pengendali biaya produksi pada PT. Pabrik Gula Camming Kabupaten

Bone.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka akan disajikan

beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Dari hasil perbandingan antara anggaran statis dengan anggaran fleksibel,

anggaran yang lebih menguntungkan sebagai alat bantu pengendalian

biaya produksi apabila diterapkan di perusahaan adalah anggaran

fleksibel, karena biaya yang dikeluarkan lebih efisien disbanding dengan

anggaran statis. Pada anggaran fleksibel biaya yang dianggarkan sebesar

Rp 2.505.787.758,25; sedangkan anggaran statis sebesar Rp

8.860.272.200; dan realisasi pada anggaran statis sebesar Rp

8.980.090.000; dengan menggunakan anggaran statis perusahaan

mengalami kerugian karena realisasi lebih banyak mengeluarkan biaya

daripada anggaran.

2. Dari hasil perhitungan varians harga beli bahan baku dalam produksi Gula

tidak terdapat selisih, baik yang menguntungkan maupun merugikan.

Berbeda dengan varians efisiensi bahan baku terdapat selisih yang efisien

merugikan sebesar Rp 500.000; karena kurangnya pengawasan dan

pengendalian pada pengolahan bahan baku. Dari hasil perhitungan biaya

tenaga kerja langsung dalam produksi Gula yaitu pada varians upah tenaga

kerja tidak mengalami keuntungan dan kerugian. Pada varians efisiensi

tenaga kerja langsung mengalami selisih efesiensi yaitu Rp 48.000.000;

(unfavourable). Untuk realisasi pada biaya overhead pabrik mengalami

kerugian karena lebih besar biaya yang direalisasikan daripada


dianggarkan. Untuk tarif overheadnya mengalami keuntungan yaitu

Rp114.536.790; (favourable) sedangkan varians efisiensi overhead

mengalami kerugian sebesar Rp 10.108.021; (unfavourable)

B. Saran

Adapun saran – saran syang dapat diberikan sehubungan dengan hasil

analisis ini adalah sebagai berikut:

1. Solusi tepat bagi perusahaan untuk masalah varians efesiensi overhead

yang menyebabkan varians overhead tidak efisien yaitu sebaiknya dalam

menyusun anggaran biaya produksi untuk periode yang akan datang lebih

memperhatikan prediksi pemakaian biaya-biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan.

2. Solusi untuk mengatasi varians biaya tenaga kerja langsung yang tidak

efisien bisa dilakukan dengan melakukan training karyawan dan buruh dan

seharusnya bagian personal lebih memperhatikan masalah gaji buruh dan

memberlakukan sistem kontrak yang jelas agar masalah kenaikan gaji yng

pengaruhnya sangat signifikan bisa teratasi dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kamaruddin, 2007, Akuntansi Manajemen Dasar-Dasar Konsep Biaya Dan


Pengambilan Keputusan, edisi revisi kelima, Penerbit: RajaGrafindo Persada,
Jakarta

Ahmad Dunia Firdaus dan Wasila, 2009, Akuntansi Biaya, edisi kedua, Penerbit:
Salemba Empat, Jakarta

Ambarwati Titiek dan M. Jihadi, 2003, Anggaran Perusahaan, edisi pertama,


cetakan pertama, Penerbit : UNM, Press, Malang

Anthony, Robert N. and Vijay 1999, Management Control System, IRWIN Inc,
U.S.A.

Bustami Bastian, dan Nurlela, 2009, Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan


Manajerial, edisi pertama, Penerbit: Mitra Wacana Media, Jakarta

Cashin, James A. dan Polimeni, Ralp, S., 1986. Akuntansi Biaya, (Terjemahan :
Gunawan Hutauruk), Penerbit : Erlangga, Jakarta

Garrison, Ray G. dan Noreen, Eric W. 2000. Akuntansi Manajerial, (Terjemahan :


A. Totok Budisantoso), Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Charles T. Horngren dan George Foster, 1994, Akuntansi Biaya Suatu Pendekatan
Manajerial, edisi keenam, jilid satu, Penerbit : Erlangga, Jakarta

Halim, Abdul, 2001, Dasar-dasar Akuntansi Biaya, edisi keempat, cetakan ketiga,
BPFE, Gadjah Mada, Yogyakarta

Hariadi, Bambang, 2002, Akuntansi Manajemen, edisi pertama, cetakan pertama,


Penerbit : BPFE, Yogyakarta

Karyoso, 2005, Manajemen Perencanaan dan Penganggaran, Penerbit : PTIK


PRESS & Restu Agung, Jakarta

Munandar, M. 2002. Budgeting. Penerbit : BPFE, Yogyakarta.

Munawir, S, 2002, AkuntansiKeuangan Dan Manajemen, edisi pertama, cetakan


pertama, Penerbit : BPFE, Yogyakarta

Nafarin, M, 2004, Penganggaran Perusahaan, edisi ketiga, Penerbit : Salemba


Empat, Jakarta.

Prawironegoro, Darsono, dan Ari Purwanti, 2009, Akuntansi Manajemen, edisi


Ketiga, Penerbit: Mitra Wacana Media, Jakarta

Rahmawati, Anisa, 2006, Penerapan Anggaran Fleksibel Sebagai Alat


Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Tlogomas Abadi
Jaya Engineering Plastik Industri Malang. Tesis Universitas
Muhammadiyah,Malang

Simamora, Hendry, 1999, Akuntansi Manajemen, Penerbit: Salemba Empat,


Jakarta

Sunarto, 2004, Akuntansi Biaya, edisi revisi, Penerbit: Amus, Yogyakarta.

Supriyono, R.A., 2009. Akuntansi Manajemen : Proses Manajemen. Yogyakarta :


Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Welsch, Glenn A, Ronald W. Hilton, Paul N. Gordon, 1998. Budgeting : Planning


and Profit Control, New Jersey Prentice-Hall Inc.

Yamin Sofyan dkk, 2011, Regresi dan Korelasi Dalam Genggaman Anda, edisi
pertama, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai