Anda di halaman 1dari 86

PAJAK DAN DINAMIKA SOSIAL DITENGAH PUSARAN

PANDEMIK: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI

SKRIPSI

ADRIAN PERDANA PUTRA


NIM: 105731121018

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR
2022
KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN :

PAJAK DAN DINAMIKA SOSIAL DITENGAH PUSARAN


PANDEMIK: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI

SKRIPSI

DISUSUN DAN DI AJUKAN OLEH :

ADRIAN PERDANA PUTRA


NIM: 105731121018

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Akuntansi Pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Mahakassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022

i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Orang Tua Saya Bekerja Terlalu Keras Untuk Saya,


Bukan Supaya Saya Tidak Hanya Menjadi Orang Biasa,
Tetapi Menjadi Orang Yang Luar Biasa.

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga
skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.
Alhamdulilah Rabbil’alamin

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta


Orang-orang yang saya sayang dan almamaterku

PESAN DAN KESAN


Universitas Muhammadiyah Makassar merupakan Perguruan Tinggi berbasis
islami yang tentunya menjadi kampus demokratis yang mengedepankan gerakan
kebaruan. Oleh karena itu, kita berharap nilai-nilai fastabiqul khairat tetap terjaga
sehingga membawa Unismuh makin eksis dan berjaya.

Bangga Menjadi Bagian dari Almamater Biru


Universitas Muhammadiyah Makassar

ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat

yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pajak Dan Dinamika

Sosial Ditengah Pusaran Pandemik: Sebuah Studi Fenomenologi”.

Skripsi yang penulis buat ini, bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

kedua orang tua penulis Bapak Basri H dan Ibu Syamsina yang senantiasa

memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus. Dan

saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan

semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala

pengorbanan, serta dukungan baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah

diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah

mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan

didunia dan diakhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang

setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

vii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Dr. H. Andi Jam’an, S.E.,M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Mira, SE.,M.Ak,Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Mira, SE.,M.Ak,Ak. selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi

selesai dengan baik.

5. Wa Ode Rayyani.,SE.,M.Si.,Ak.,CA, selaku Pembimbing II yang telah

berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian

skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan

ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Akuntansi Angkatan 2018 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit

bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu

persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan

dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

viii
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 10 Mei 2022

Adrian Perdana Putra

ix
ABSTRAK

ADRIAN PERDANA PUTRA, 2022. Pajak Dan Dinamika Sosial


Ditengah Pusaran Pandemik: Sebuah Studi Fenomenologi. Skripsi Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Mira dan Pembimbing II Wa Ode
Rayyani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kesadaran dan kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dengan berbagai dinamika yang dihadapinya. Jenis penelitian
yang digunakan adalah Metode Penelitian Kualitatif. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis fenomenologi Edmund
Husserl. Data yang diolah merupakan hasil wawancara dengan 5 orang informan
dari latar belakang pekerjaan yang berbeda. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah In depth Interview (wawancara mendalam)
yang dimana penulis melihat langsung keadaan dilapangan.
Hasil penelitian yang didapat penulis menemukan bahwa realitas existing
pajak hari ini yaitu pajak sebagai kebutuhan administrasi karena masyarakat minim
literasi pajak. Upah yang dibawah UMR sehingga wajib pajak merasa dilema
pajak: antara kewajiban dan sikap “bodo amat” karena ketidakmampuan untuk
memenuhi kewajiban. Sehingga wajib pajak merasa sanksi tinggal sanksi dari
adanya penundaan pembayaran pajak. Selain itu, bisa kita lihat bahwa kepatuhan
dalam pelaporan pajak hasil dari sebuah edukasi pemahaman terhadap pajak. Dari
hasil penelitian penulis dapat melihat berbagai dinamika sosial yang tengah dihadapi
wajib pajak.

Kata kunci: Pajak, Dinamika Sosial, Pandemi

x
ABSTRACT

ADRIAN PERDANA PUTRA, 2022. Taxes and Social Dynamics in the


Midst of the Pandemic: A Phenomenological Study. Thesis of Accounting
Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah
University of Makassar. Supervised by Supervisor I Mira and Supervisor II
Wa Ode Rayyani.
This study aims to reveal the awareness and compliance of individual
taxpayers with the various dynamics they face. The type of research used is the
Qualitative Research Method. The data analysis method used in this research is
the phenomenological analysis method of Edmund Husserl. The processed data
is the result of interviews with 5 informants from different work backgrounds. The
data collection method used in this research is In-depth Interview (in-depth
interview) where the author sees firsthand the situation in the field.
The results obtained by the authors found that the reality of the existing tax
today is tax as an administrative need because people have minimal tax literacy.
Wages are below the minimum wage so that taxpayers feel a tax dilemma:
between obligations and an attitude of "very stupid" because of the inability to fulfill
obligations. So that taxpayers feel that the sanctions are just sanctions from delays
in paying taxes. In addition, we can see that compliance in tax reporting results
from an understanding of tax education. From the research results, the authors can
see various social dynamics that are being faced by taxpayers.

Keywords: Tax, Social Dynamics, Pandemic

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN

SAMPUL

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEABSAHAN ................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ...................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... x

ABSTRACT ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7

A. Tinjauan Teori ..................................................................................... 7


1. Teori Atribusi (Atribusion Theory) ................................................. 7
2. Dinamika Sosial............................................................................. 7
3. Teori Fenomenologi..................................................................... 10
4. Pajak ........................................................................................... 11
B. Tinjauan Empiris ............................................................................... 15
C. Kerangka Pikir ................................................................................... 22

xii
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 24

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 24


B. Fokus Penelitian................................................................................ 24
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 25
D. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 25
E. Informan Penelitian ........................................................................... 25
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 26
G. Metode Analisis Data ........................................................................ 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 29

A. Gambar Umum Objek Penelitian ...................................................... 29


B. Hasil Penelitian ................................................................................ 30
C. Pembahasan ..................................................................................... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 45

A. Kesimpulan ...................................................................................... 45
B. Saran ............................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47

LAMPIRAN................................................................................................... 49

xiii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Penghasilan Kena Pajak .................................................................... 14

2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 15

4.1 Informan Penelitian ............................................................................ 29

xiv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ..................................................................... 23

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desember 2019 dunia mengalami kejadian luar biasa yakni munculnya

virus berbahaya yang dikenal dengan Corona Virus Disease (Covid-19),

merebaknya virus ini tidak hanya berdampak pada kesehatan namun berdampak

pada perekonomian negara. Presiden RI Joko Widodo secara resmi menetapkan

Covid-19 sebagai bencana nasional. Penetapan itu dinyatakan melalui Keputusan

Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan

Bencana Non-Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai

Bencana Nasional (bnpb.go.id).

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah guna menekan

penyebaran virus corona. Bekerja dari rumah saat ini merupakan tindak lanjut dari

himbauan Presiden Joko Widodo pada konferensi pers di Istana Bogor, Jawa

Barat. Masyarakat dihimbau untuk melakukan social distancing untuk mengurangi

kemungkinan penularan virus. Salah satu hal yang dilakukan sebagian besar

kantor untuk mengurangi kemungkinan terkena virus ini adalah dengan

menerapkan metode kerja Work From Home (WFH).

Banyak kendala yang dihadapi sejak pelaksanaan WFH ini, misalnya

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) salah satu lembaga Kementerian Keuangan yang

merupakan lembaga pelayanan bagi wajib pajak yang menjalankan kewajibannya

untuk melayani laporan wajib pajak setiap hari. Pelaporan pajak dapat dilakukan

secara manual di kantor pelayanan pajak, namun ditengah pandemi saat ini,

pelayanan tatap muka di kantor pajak dihentikan dan pelaporan secara manual

1
2

tidak dapat dilakukan. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor per

06/pj/2020 Tentang Tata cara penyampaian, penerimaan, dan pengolahan surat

pemberitahuan pajak penghasilan tahun pajak 2019 sehubungan dengan pandemi

corona virus disease 2019 maka pelaporan pajak harus melalui e-Filing, pos

dengan bukti pengiriman surat, atau perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir

dengan bukti pengiriman surat.

Dimasa pandemi insentif pajak merupakan salah satu kebijakan

pemerintah di tahun 2020 dalam menghadapi perlambatan ekonomi akibat

pandemi Covid-19. PEN Kemenkeu, DJP memberikan kemudahan bagi wajib

pajak yang terdampak pandemi melalui pemberian insentif pajak dan fasillitas

pajak. Kemudahan ini merupakan upaya yang tengah dilakukan untuk membantu

wajib pajak agar keadaan ekonominya tetap stabil. Adanya pandemi memberikan

tekanan bagi seluruh sendi perekonomian, sehingga diperlukan suatu pendalaman

mengenai sejauh mana setiap pihak telah berkontribusi secara adil. Menekankan

adanya momentum untuk meninjau ulang ketimpangan sosial-ekonomi ditengah

masyarakat melalui sistem pajak (djp.go.id).

Fenomena pandemi menimbulkan berbagai dinamika sosial yang terjadi

sehingga kesadaran membayar pajak perlu diperhatikan. Upaya pendidikan,

penyuluhan, dan sebagainya merupakan bagian dari proses penyadaran dan

kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya. Masyarakat cenderung

menghindari pelaporan dan pembayaran pajak dengan anggapan bahwa mereka

tidak menikmati dan merasakan manfaat secara langsung dari pembayaran pajak

(Rasulong, 2018). Disisi lain ancaman, hukuman, maupun sanksi dalam undang-

undang sudah cukup jelas terhadap wajib pajak yang bandel mengabaikan

kewajiban pajak.
3

Menurut Undang-Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007 yang sudah

dijelaskan yaitu salah satunya mengenai sanksi pajak, wajib pajak dapat

dikenakan sanksi denda yang berupa administrasi, bunga, dan sanksi pidana.

Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi, dengan

kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak

melanggar norma perpajakan. Akan tetapi aturan tersebut tidak serta merta

diindahkan oleh wajib pajak yang sudah seharusnya melaporkan dan membayar

pajak sesuai dengan aturan pajak yang berlaku. (Rasulong, 2018).

Dimasa pandemi bukan alasan bagi setiap wajib pajak orang pribadi untuk

tidak mau membayar pajak karena wajib pajak dapat menyetorkan dan

melaporkan SPT pajak secara elektronik (e-Filing). Selain itu, wajib pajak diberikan

kemudahan seperti, insentif pajak sampai penghapusan pajak terutang. Jika

ditinjau kembali ternyata sistem administrasi pajak di Indonesia yang semula

manual masih memiliki banyak kelemahan. (Nyoman.I.D dan Ketut Nurhayanti,

2020). Wajib pajak seringkali mengalami kendala dalam menyelesaikan

peyampaian SPT secara tepat waktu. Hal tersebut terjadi karena sistem pelaporan

manual mengharuskan wajib pajak untuk melaporkan SPT secara langsung ke

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang tentu memiliki keterbatasan jam kerja. Salah

satu strategi tepat yang dilakukan DJP guna menyikapi persoalan tersebut adalah

dengan melakukan modernisasi sistem perpajakan. Salah satu wujud

implementasi moderenisasi system perpajakan yang dilakukan oleh DJP yakni

melalui penyediaan layanan e-filling (djp.go.id).

Permasalahan sekarang yang dihadapi oleh wajib pajak adalah sulitnya

memenuhi kewajiban membayar pajak apabila nilai yang akan dibayar masih
4

dibawah angka penghasilan rutin (djp.go.id). Faktor ekonomi merupakan hal yang

paling fundamental saat ini, apalagi hanya untuk memenuhi kewajiban membayar

pajak. Masyarakat yang tergolong ekonomi kebawah akan menemukan kesulitan

untuk membayar pajak. Kebanyakan dari mereka akan memenuhi kebutuhan

hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak apalagi dimasa pandemi seperti

sekarang ini. Karena tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi

bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan

ketentuan hukum dan kewajibannya (djp.go.id)

Tujuan penelitian ini, untuk mengungkap kesadaran dan kepatuhan wajib

pajak orang pribadi dengan berbagai dinamika yang dihadapinya selama pandemi.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan (Istina Kurniasari, 2018) dalam

mengidentifikasi perilaku wajib pajak berdasarkan pemahaman dan pengalaman

fiskus di kota Samarinda. Dari pendekatan fenomenologi melalui wawancara yang

dilakukan ditemukan bahwa wajib pajak tidak sukarela membayar pajak, yang

mungkin karena mereka tidak menerima manfaat langsung dari pembayaran, dan

tidak tahu banyak tentang rincian pembayaran pajak. Oleh karena itu fiskus

memiliki peran yang besar dalam melakukan sosialisasi tentang pembayaran

pajak dan mengedukasi wajib pajak agar sadar akan pentingnya membayar pajak

dan memahami langkah-langkah dalam membayar pajak.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bertha Beloan tahun 2019,

dengan Eksplorasi Pemaknaan Pelaporan SPT Tahunan PPh 21 dari Kacamata

Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Fenomenologi Wajib Pajak Orang Pribadi pada

KPP Pratama Makassar Utara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan pengertian Pajak Penghasilan (PPh 21) dan pelaporan dari sudut

pandang wajib pajak orang pribadi. Mereka menganggap pajak itu memberatkan
5

bagi mereka termasuk pelaporan yang harus mereka laporkan ke kantor pajak

setiap tahun. Kurangnya edukasi dari pihak terkait mengenai tanggung jawabnya

sebagai wajib pajak. Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang lebih jauh terkait “Pajak dan Dinamika Sosial Ditengah

Pusaran Pandemik: Sebuah Studi Fenomenologi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian diatas, penulis

mengidentifikasi masalah untuk menjadi fokus penelitian ini adalah “Bagaimana

Pajak dan Dinamika Sosial Ditengah Pusaran Pandemik: Sebuah Studi

Fenomenologi?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk memahami Pajak dan Dinamika Sosial Ditengah

Pusaran Pandemik: Sebuah Studi Fenomenologi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian manfaat yang dapat diperoleh adalah

sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam

menambah ilmu pengetahuan terkait pemahaman pajak dan dinamika

sosial ditengah pusaran pandemik: Sebuah Studi Fenomenologi.

2. Bagi Akademisi

Hasil dari penelitian ini akan bermanfaat bagi akademisi khususnya

mahasiswa dalam menambah ilmu pengetahuan pemahaman pajak dan


6

dinamika sosial ditengah pusaran pandemik: sebuah studi fenomenologi.

Dan juga dapat digunakan akademisi sebagai bahan referensi selanjutnya

terkait kasus penelitian yang serupa.

3. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi wajib

pajak orang pribadi selaku objek penelitian terkait pemahaman dinamika

sosial dalam perpajakan dimasa pandemi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Teori Atribusi (Atribusion Theory)

Teori Atribusi pertama kali ditemukan oleh Heider (1958). Teori

atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan

mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan yaitu, atribusi

menyebabkan perilaku. Seseorang berusaha memahami mengapa orang

lain melakukan sesuatu yang mungkin merupakan satu atau lebih atribut

yang menyebabkan perilaku tersebut. Dengan kata lain teori atribusi

adalah bagaimana suatu individu menjelaskan penyebab dari perilaku yang

ada disekitar mereka (Weiner, 1992). Perilaku suatu individu ditentukan

oleh atribusi internal dan atribusi eksternal. Atribusi internal ditentukan oleh

sifat, karakter, dan sikap dari individu itu sendiri. Disisi lain, atribusi

eksternal dipengaruhi oleh situasi atau keadaan. Relevansi teori atribusi

dengan penelitian ini terletak pada penentuan sikap patuh atau tidak patuh

oleh wajib pajak orang pribadi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya

yang dipengaruhi oleh atribusi internal maupun atribusi eksternal.

2. Dinamika Sosial

Dinamika sosial secara umum merupakan metode khusus yang

bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi fenomena sosial yang

sedang berkembang, jelas secara mendalam. (Kingsley Davis, 1997)

mengemukakan bahwa dinamika sosial merupakan bentuk perubahan

perubahan yang telah mencakup kehidupan sosial masyarakat di dalam

skala yang cukup luas. Perubahan-perubahan yang terjadi ini meliputi

7
8

aspek- aspek secara khusus, yaitu struktur serta fungsi di dalam kehidupan

masyarakat.

a. Aspek Dinamika sosial

Adapun beberapa aspek mengenai dinamika sosial antara lain adalah

sebagai berikut.

• Pola Umum

Pola ini merupakan perubahan yang terjadi secara umum dalam

masyarakat. Dapat dicontohkan, tingkat pertumbuhan penduduk yang

terjadi dalam wilayah Ibu Kota, pada setiap tahunnya akan dapat diukur

dengan dapat pula diprediksi dalam kurun waktu yang akan datang

yaitu beberapa tahun kedepan, berdasarkan dari sebuah kebijakan.

• Sistem Sosial

Dinamika sosial ini pada dasarnya adalah bagian dalam cakupan

dari sistem sosial. Sistem sosial adalah sebuah kesatuan sosial yang

mempunyai kesamaan. Sistem sosial bisa meliputi pengelompokan

dari masyarakat berdasarkan dari usia, pendapatan dan lain

sebagainya. calah satu Contoh dari sistem sosial ini bisa dijumpai

dalam kehidupan masyarakat sehari- hari, seperti ketika seseorang

melakukan perubahan yang lebih baik maka akan berdampak pada

lingkungannya.

• Tingkat Perhitungan yang Jelas

Dinamika sosial dari segi mendasar dianalisis dapat menggunakan

rumus serta metode khusus yang dinilai mampu memperkirakan serta

memperhitungkan sebuah tren yang berkembang pada masa

mendatang. Tren yang berkembang pada masa mendatang kemudian


9

dilandasi dalam bentuk probabilitas. Selain itu data rekayasa- rekayasa

sosial umumnya diperoleh dari sebuah kajian yang memiliki sifat

prediktif.

• Tingkat Keseimbangan

Tingkat keseimbangan merupakan aspek dinamika sosial yang

berkaitan erat dari tingkat keseimbangan. Perubahan yang akan terjadi

dalam kehidupan sosial masyarakat merupakan pola umum yang

umumnya dirumuskan dari titik keseimbangannya. Sebagai contoh,

yaitu pada kebijakan dalam migrasi yang dapat di implementasikan

saat menutupi defisit dari jumlah penduduk negara untuk menghindari

perekonomian collapse.

• Tuntutan Terhadap Proses Terjadinya Perubahan Sosial

Aspek tuntutan dalam penekanan terhadap proses dari perubahan

meliputi tindakan yang akan berkelanjutan pada perubahan sosial.

Aspek dari tuntutan serta penekanan ini yang memperhatikan dengan

jelas serta saksama dari kemunculan hubungan dari sebab-akibat

perubahan yang beragam dari tingkatan, dari skala yang kecil sampai

skala besar. Seluruh masyarakat senantiasa akan mengalami

perubahan-perubahan. Perubahan ini menyangkut nilai-nilai, norma-

norma sosial, serta pola-pola dalam perilaku organisasi, susunan dari

lembaga-lembaga kemasyarakatan, serta lapisan-lapisan masyarakat,

kekuasaan berupa sebuah wewenang, interaksi sosial dan lain lainnya.

• Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial adalah perilaku dari sejumlah besar orang

yang dianggap sebagai hal tercela serta di luar batas toleransi.


10

Penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri di antaranya dapat untuk

didefinisikan, ada penyimpangan yang akan ditolak serta ada yang

justru akan diterima, penyimpangan yang relatif serta mutlak.

Menurut bukunya Hasbiansyah, 2005 (Pendekatan Fenomenologi-

Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi) yang

dialih bahasakan sosiologi perubahan sosial dalam teori hubungan

sosiokultural yang berubah-ubah konsep dasar dinamika sosial dikenal

terlebih dahulu untuk menjaga validitasnya dengan makna yang agak

berubah.

a) Perubahan sosial akan berbeda artinya antara suatu masyarakat

tertentu dalam jangka waktu yang berbeda.

b) Proses sosial merupakan rentetan kejadian atau peristiwa sosial.

c) Perkembangan sosial, kristalisasi sosial, dan artikulasi kehidupan

sosial.

d) Kemajuan sosial atau perkembangan sosial dipandang dari

sesuatu yang menguntungkan.

3. Teori Fenomenologi

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, pahainomenon, yang

secara harfiah berarti “gejala” atau apa yang telah menampakkan diri,

sehingga nyata bagi si pengamat. Fenomenologi, sesuai dengan namanya

adalah ilmu (logos) mengenai sesuatu yang tampak (phenomenon).

Dengan demikian, setiap penelitian atau setiap karya yang membahas cara

penampakan dari apa saja merupakan fenomenologi (Bertens, 1987:3).

Fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang berasal dari


11

kesadaran atau cara memahami suatu objek atau peristiwa dengan

mengalaminya secara sadar (Littlejohn, 2003:184).

Fenomenologi menurut Edmund Husserl (1859) menekankan

bahwa untuk memahami fenomena seseorang harus menelaah fenomena

apa adanya. Oleh karena itu, seseorang harus menyimpan sementara atau

mengisolasi asumsi, keyakinan, dan pengetahuan yang telah dimiliki agar

mampu melihat fenomena apa adanya atau melakukan proses bracketing.

Adapun metode analisis data fenomenologi oleh Edmund Husserl yakni:

noema, noesis, bracketing, Intentional Analysis, dan Eidetic Reduction.

4. Pajak

a) Definisi Pajak

Pajak didefinisikan sebagai iuran kepada kas Negara

berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran-

pengeluaran umum (Rochmat Soemitro, 2007). Sedangkan pajak

menurut Djajadiningrat (2014:2) adalah kewajiban menyerahkan

sebagian kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan,

kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu yang

bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan

pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal balik

dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan.

b) Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak Orang Pribadi adalah setiap orang yang

mempunyai penghasilan neto dalam satu tahun pajak diatas


12

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Untuk mendaftarkan diri wajib

pajak orang pribadi datang langsung pada Kantor Pelayanan Pajak

dengan mengisi formulir dan melampirkan persyaratan administrasi.

Wajib Pajak Orang Pribadi dibagi menjadi delapan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

yaitu:

1) Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima

penghasilan dari pekerjaan. Contoh: Pegawai Swasta, PNS.

2) Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima

penghasilan dari usaha. Contoh: Pengusaha Toko Emas,

Pengusaha Industri Mie.

3) Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima

penghasilan dari pekerja bebas. Contoh: Dokter, Notaris, Akuntan,

Konsultan.

4) Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima

penghasilan lain yang tidak bersifat final. Contoh: sehubungan

dengan permodalan seperti bunga pinjaman, Royalty.

5) Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima

penghasilan lain yang bersifat final. Contoh: seperti bunga deposito,

hadiah undian.

6) Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima

penghasilan yang bukan objek pajak. Contoh: bantuan/sumbangan.

7) Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima

penghasilan dari luar negri. Contoh: bunga, royalty PPh pasal 24.
13

8) Wajib Pajak orang pribadi yang semata-mata menerima

penghasilan dari berbagai sumber. Contoh: pegawai swasta tetapi

juga mempunyai usaha rumah makan, PNS tetapi membuka

praktek dokter.

c) Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Abdul Rahman (2010) “Kesadaran Wajib Pajak adalah

keadaan ketika wajib pajak yang tanpa paksaan dari pihak manapun

untuk membayar pajaknya sesuai dengan peraturan yang berlaku”.

Dalam membangun kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak, ada

beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Direktorat Jendral Pajak

antara lain:

(1) Melakukan sosialisasi.

(2) Memberika kemudahan dalam segala hal pemenuhan

kewajiban perpajakan dan meningkatkan mutu pelayanan

kepada Wajib Pajak.

(3) Menginkatkan Citra Good Goverance.

(4) Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidika khususnya

pendidikan perpajakan.

(5) Law enforcement.

(6) Membangun kepercayaan masyarakat terhadap pajak.

(7) Merealisasikan program sensus perpajakan nasional.

d) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pungutan pemerintah yang

dibebankan atas setiap transaksi jual-beli barang maupun jasa yang

dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah
14

menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Berdasarkan aturan baru tahun

2022, pemerintah telah memberlakukan tarif pajak dari 11% menjadi

12% (UU PPh). Sedangkan untuk tarif Pajak Penghasilan (PPh) wajib

pajak badan tetap sebesar 22%.

e) Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas objek

Pajak Penghasilan sebagaimana telah diatur pada Undang-Undang

Pajak Penghasilan (UU PPh). Pajak Penghasilan adalah pajak

yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan

yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Penghasilan

yang dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium,

hadiah, dan yang lainnya.

Berdasarkan aturan pajak ditahun 2022 pemerintah telah

memberlakukan tarif pajak dalam negeri yakni tarif pajak penghasilan

wajib pajak orang pribadi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak Tarif

Rp 0 – Rp 60.000.000 5%

>Rp 60.000.000 – Rp 250.000.000 15%

>Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 25%

>Rp 500.000.000 – Rp 5 Miliar 30%

>Rp 5 Miliar 35%

Sumber : UU PPh
15

Kemudian tarif PPh Badan naik sebesar 22% untuk tahun pajak

2022 dan seterusnya. Kenaikan ini sejalan dengan tren perpajakan global

yang mulai menaikkan penerimaan dari PPh.

B. Tinjauan Empiris

Peneliti merujuk pada penelitian terdahulu dalam melakukan penelitian,

yaitu disajikan secara ringkas dalam tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama dan
Metode
No Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Analisis
Penelitian
1 Tries Analisis Kesadaran Deskriptif Hasil penelitian bahwa tingkat
Handriman Wajib Pajak Dalam Kualitatif Kesadaran Pelaku E-Commerce
Jamain, Transaksi E- yang Rendah Selaku Wajib Pajak
2019 Commerce (Studi berpengaruh signifikan terhadap
Kasus Wajib Pajak penghambat pengenaan pajak
Orang Pribadi penghasilan karena didapat tingkat
(WPOP) Yang signifikan.
Merupakan Pelaku
E-Commerce Di
Kota DKI Jakarta
2 Rusli Amrul, Analisis Penerapan Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian
2021 E-Filling Dimasa Kualitatif Penerapan e-filling di KPP Pratama
Pandemi Covid 19 Mataram Barat pada masa
Sebagai pandemi telah sesuai dengan Tata
Upaya Cara Pendaftaran berdasarkan
Meningkatkan peraturan perundang-undangan
Kepatuhan Wajib perpajakan dan ketentuan
Pajak Orang Pribadi administrasi. Pemberlakuan social
distancing pada masa pandemi
covid 19 merupakan salah satu
kendala dalam mensosialisasikan
16

bentuk laporan SPT ke wajib pajak


melalui e-filling. Kepatuhan wajib
pajak orang pribadi dimasa
pandemi Covid -19 melaporkan
SPT tahunan melalui E-filling lebih
terkendala seperti wajib pajak
orang pribadi kebanyakan melapor
SPT tahunan pada akhir batas
waktu laporan, tidak semua wajib
pajak mengerti tentang teknologi
seperti komputer, akses internet
dan email, kemudian kurangnya
pengetahuan wajib pajak orang
pribadi dalam mengisi SPT
Tahunan secara online sehingga
banyak kesalahan dalam pengisian
SPT serta sistem jaringan di
website pajak online yang sering
mengalami gangguan akibat terlalu
banyak wajib pajak orang pribadi
yang mengakses website tersebut
pada bulan laporan pajak tahunan.
3 Mirna Analisis Pengaruh Statistik Hasil penelitian ini menunjukkan
Suryani, Kesadaran, Kualitas Deskriptif bahwa Kesadaran perpajakan,
2020 Pelayanan Pajak Kualitas Pelayanan Pajak Dan
Dan Sanksi Pajak Sanksi Pajak berpengaruh positif
Terhadap Tigkat dan signifikan terhadap kepatuhan
Kepatuhan Wajib wajib pajak orang pribadi. Hal ini
Pajak Orang Pribadi menunjukkan bahwa semakin
Di Kantor Pelayanan baiknya kesadaran wajib pajak
Pajak Pratama mengenai perpajakan maka akan
Depok Sawangan semakin berdampak baik terhadap
17

kepatuhan wajib pajak orang


pribadi.
4 Ismail Peranan Aspek Deskriptif Peranan aspek moralitas wajib
Rasulong, Moralitas, Kualitatif pajak dalam pelaporan pajak
2018 Kepatuhan, Dan penghasilan /SPT Pengujian
Pemahaman Hipotesis Pertama (H1), terdapat
Wajib Pajak Pribadi pengaruh positif moralitas wajib
Dalam Pelaporan pajak terhadap pelaporan SPT
Pajak Penghasilan yang artinya semakin tinggi
moralitas wajib pajak, maka dapat
meningkatkan atau memperbesar
terjadinya pelaporan SPT.
Moralitas wajib pajak dapat
mempengaruhi tingkat potensi
terjadinya pelaporan SPT, serta
semakin banyak orang atau
individu yang akan dapat
meningkatkan pelaporan SPT.
5 Rachmawat Kepatuhan Wajib Kualitatif, Hasil penelitian menunjukan bahwa
i Meita Pajak Memediasi Analisis variabel sanksi perpajakan dan
Oktaviani, Determinan Regresi pelayanan fiskus berpengaruh
2017 Penerimaan Pajak Berganda terhadap kepatuhan wajib pajak,
Penghasilan Dengan Uji kesadaran wajib pajak tidak
Jalur (Path berpengaruh terhadap kepatuhan
Analysis) wajib pajak, sanksi perpajakan,
kesadaran wajib pajak, dan
kepatuhan wajib pajak
berpengaruh terhadap penerimaan
pajak penghasilan, pelayanan
fiskus tidak berpengaruh terhadap
penerimaan pajak penghasilan.
Kepatuhan wajib pajak berhasil
memediasi hubungan antara
18

variabel pelayanan fiskus terhadap


penerimaan pajak penghasilan.
Kepatuhan wajib pajak tidak
berhasil memediasi pengaruh
sanksi perpajakan dan kesadaran
wajib pajak terhadap penerimaan
pajak penghasilan.
6 Bertha Eksplorasi Metode Hasil penelitian menunjukkan
Beloan, Pemaknaan Fenomenol bahwa, terdapat perbedaan
2019 Pelaporan SPT ogi Kualitatif pengertian Pajak Penghasilan
Tahunan PPh 21 (PPh 21) dan pelaporan
dari Kacamata Wajib dari sudut pandang wajib pajak
Pajak Orang Pribadi orang pribadi. Mereka
(Studi Fenomenologi menganggap pajak itu
Wajib Pajak Orang memberatkan bagi mereka
Pribadi Pada KPP termasuk pelaporan yang harus
Pratama Makassar mereka laporkan ke kantor pajak
Utara) setiap tahun. Kurangnya edukasi
dari pihak terkait mengenai
tanggung jawabnya sebagai wajib
pajak. Temuan lainnya adalah
keengganan mereka untuk
melaporkan pajak tahunan karena
tidak adanya sanksi yang mereka
terima karena ketidakpatuhan.
7 Yustina Niat Dan Perilaku Metode Peneliti menggunakan Theory of
Wahyu, Wajib Pajak Orang Fenomenol Planned Behavior sebagai dasar
2018 Pribadi Mengikuti ogi Kualitatif untuk menganalisis niat wajib pajak
Program dalam berperilaku mengikuti
Tax program pengampunan pajak.
Amnesty (Studi Hasil penelitian ini, wajib pajak
Fenomenologi) tidak melaporkan hartanya secara
keseluruhan karena pemerintah
19

tidak konsisten dengan program


sebelum program amnesti pajak.
Selain itu, banyaknya individu yang
memanfaatkan gap dan dana
pemerintah untuk kepentingan
pribadi membuat responden
enggan membayar pajak
8 Dewi Fenomenologi Fenomenol Hasil penelitian menunjukan bahwa
Kirowati, Penyampaian Surat ogi WPOP di Lingkungan Politeknik
2019 Pemberitahuan Transedent Negeri Madiun sebagian besar
Wajib Pajak Orang al memiliki penghasilan pokok
Pribadi Menurut Kualitatif dibawah PTKP, namun pegawai di
Peraturan PNM masih menerima penghasilan
Perpajakan lainnya. Sehingga, atas
penghasilan tersebut
Bendaharawan memotongkan PPh
21-nya lalu disetorkan. Namun
untuk SPT pegawai pada penelitian
ini, dilaporkan sendiri (Self
Assesment) oleh WPOP disertai
bukti potong dari Bendaharawan
Institusi. Kehadiran peraturan
perpajakan tersebut lebih
memudahkan bagi WPOP maupun
Bendaharawan Institusi dalam hal
penyampaian SPT.
9 Anak Agung Studi Fenomenologi: Pendekatan Hasil penelitian ini menunjukkan
Istri Makna Kualitatif bahwa adanya pengalaman buruk
Pradnyarani Ketidakpatuhan Studi yang dialami importir terhadap
Dewi, 2020 Wajib Pajak Importir Fenomenol perpajakan dan adanya praktik
ogi dengan pajak borongan sebagai wadah
Paradigma untuk meraup keuntungan besar
Interpretif. menjadi dua alasan utama
20

mengapa importir tidak patuh.


Berawal dari pengalaman buruk
yang dialami informan, hingga
pada akhirnya menimbulkan
kekecewaan dan ketidakpercayaan
lagi terhadap oknum yang bekerja
di otoritas pajak. Adanya praktik
pajak borongan sebagai wadah
untuk meraup keuntungan besar
juga menjadi alasan utama perilaku
ketidakpatuhan importir. Sintesis
dari penelitian ini adalah peran
pemerintah khususnya DJP sangat
berpengaruh untuk menekan
ketidakpatuhan wajib pajak
importir.
10 Istina Pemahaman Pendekatan Hasil penelitian ini menunjukkan
Kurniasari, Pegawai Direktorat Fenomenol bahwa perilaku wajib pajak tidak
2018 Jenderal Pajak (Djp) ogi bersedia secara sukarela dalam
Terhadap Perilaku Kualitatif hal membayar pajak, karena
Wajib Pajak: Sebuah mungkin tidak adanya
Studi Fenomenologi kontraprestasi atau timbal balik
yang dirasakan secara langsung,
dan juga perilaku wajib pajak yang
masih kurang pemahaman akan
teknis perpajakan. Oleh karena itu,
pegawai pajak diharapkan untuk
lebih banyak sosialisasi dan
mengedukasi wajib pajak sehingga
wajib pajak sadar akan pentingnya
pajak dan paham akan teknis
perpajakan. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
21

manfaat baik secara teoritis


maupun praktis terkait perilaku
wajib pajak kepada masyarakat,
pegawai pajak, maupun penelitian
selanjutnya.

11 Anak Agung Dilema Etis Pendekatan Hasil dari penelitian ini konsultan
Istri Konsultan Pajak Fenome pajak mempunyai beberapa bentuk
Pradnyarani dalam Tax Planning: nologi dilema, antara lain: dilema akibat
Dewi, 2018 Studi Fenomenologi Transcende ketidakjelasan peraturan yang
ntal berlaku dan rasa simpati terhadap
Kualitatif klien. Melalui pengalaman
konsultan pajak, dilema tersebut
dapat diatasi dengan beberapa
pertimbangan yaitu kesadaran
untuk mendalami peraturan dan
“siasat” untuk membangun
kesadaran wajib pajak.

1. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu maka disimpulkan :

Penelitian yang dilakukan Tries Handriman Jamain Tahun 2019 dan

Rusli Amrul Tahun 2021 dengan metode analisis deskriptif kualitatif telah

menemukan adanya kesadaran oleh wajib pajak yang berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun

kurangnya pengetahuan wajib pajak orang pribadi dalam mengisi SPT

Tahunan secara online menyebabkan adanya keterlambatan dan kendala

dalam melaporkan.

Disisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Bertha Beloan Tahun

2019 dengan metode analisis Fenomenologi Kualitatif telah menemukan

wajib pajak menganggap pajak itu memberatkan bagi mereka termasuk


22

pelaporan yang harus mereka laporkan ke kantor pajak setiap tahun.

Ditambah kurangnya edukasi dari pihak terkait mengenai tanggung

jawabnya sebagai wajib pajak. Temuan lainnya adalah keengganan

mereka untuk melaporkan pajak tahunan karena tidak adanya sanksi yang

mereka terima karena ketidakpatuhan. Diperkuat oleh temuan Yustina

Wahyu tahun 2018 yang menyatakan wajib pajak tidak melaporkan

hartanya secara keseluruhan karena pemerintah tidak konsisten dengan

program sebelum program amnesti pajak.

2. Berdasarkan hasil temuan penelitian terdahulu maka fokus penelitian ini :

Tujuan penelitian ini, untuk memahami pajak dan dinamika sosial

ditengah pusaran pandemik. Peneliti secara langsung terjun kelapangan

untuk menanyakan terkait kesadaran wajib pajak orang pribadi untuk mau

membayar pajak dengan metode analisis fenomenologi yang telah

dikembangkan Husserl untuk mengamati fenomena yang terjadi. Hasil

temuan yang akan dilakukan diharapkan adanya pandemi bukan alasan

bagi setiap wajib pajak orang pribadi untuk tidak mau memenuhi

kewajibannya karena menganggap terlalu ribet untuk melaporkan padahal

Direktorat Jenderal Pajak sudah memberikan layanan Online (e-filling)

yang memudahkan dalam melaporkan.

C. Kerangka Pikir

Pajak sangat berperan penting dalam membangun tatanan

perekonomian suatu negara. Di Indonesia, aktivitas perekonomian tidak

terlepas dari fungsi pajak sebagai sumber pembiayaan negara. Namun

adanya pandemi menimbulkan berbagai dinamika terjadi, sehingga

memperlambat ekonomi negara. Berdasarkan tinjauan teoritis maka


23

kerangka pikir yang dapat dipahami dalam penelitian ini adalah bagaimana

keterkaitan antara pajak dan dinamika sosial selama pandemi bagi wajib

pajak orang pribadi.

Wajib Pajak Orang Pribadi

Kewajiban Dinamika
Membayar Pajak Sosial

Pandemik

Mengumpulkan Data

Analisis Data dengan


Fenomenologi Husserl

Temuan Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berada dibawah payung paradigma kualitatif interpretif

dengan pisau analisis fenomenologi Husserl. Paradigma intepretif bertujuan

untuk menggali pengalaman informan atas fenomena yang dialami.

Menggunakan pendekatan fenomenologi transcendental bertujuan untuk

mendalami pengalaman informan secara murni tanpa ada campur tangan

peneliti. Wawancara dilakukan secara mendalam antara peneliti dan

narasumber untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

B. Fokus Penelitian

Pajak didefinisikan sebagai iuran kepada kas Negara berdasarkan

Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa

timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum. Namun

merebaknya virus Covid-19 berdampak pada perekonomian negara sehingga

memunculkan berbagai dinamika sosial yang terjadi.

Masyarakat dalam hal ini wajib pajak orang pribadi memiliki kewajiban

membayar pajak namun adanya pandemi menimbulkan persoalan baru yang

tengah dihadapi wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu,

fokus penelitian adalah pajak dan dinamika sosial ditengah pusaran pandemik:

sebuah studi fenemenologi.

24
25

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan,

dengan waktu penelitian adalah 1 bulan terhitung sejak bulan Maret - April

2022.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara oleh wajib pajak

orang pribadi dan sebuah pengamatan melalui pendekatan fenomenologi.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan data primer data yang langsung didapatkan

dari hasil wawancara. Sejumlah pertanyaan diajukan kepada wajib pajak

orang pribadi untuk menjelaskan bagaimana kesadaran dan kemampuan

membayar pajak dimasa pandemi.

E. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini terdiri dari wajib pajak orang pribadi yang

berkerja disektor swasta maupun negeri dirincikan sebagai berikut:

1. Bapak Nasruddin bekerja sebagai driver dalam aplikasi transportasi

berbasis online (Go Car) selama 5 tahun.

2. Ny. Wana bekerja sebagai karyawan perusahaan jasa makanan

(Catering) selama 10 tahun

3. Ibu Irna bekerja sebagai chef gizi di Rumah Sakit UNHAS Kota

Makassar selama 8 tahun.


26

4. Ibu dr. Irma bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Kota Makassar

5. Bapak N bekerja sebagai wiraswasta dalam usaha penyedia Bahan

Bangunan pada TB. Sinar Bangunan.

F. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan data primer melalui:

1. In Depth Interview (Wawancara Mendalam)

Metode ini digunakan dengan maksud mengetahui respon subyek yang

diteliti mengenai permasalahan yang ada. Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data melalui interaksi secara langsung dengan responden

melalui tanya-jawab guna memperoleh data yang diperlukan terutama

kepada pihak-pihak yang berhubungan. Kemudian dilakukan wawancara

mendalam berkaitan dengan pajak dimasa pandemi dan permasalahan

sosial yang terjadi bagi wajib pajak orang pribadi.

G. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis fenomenologi transcendental yang telah dikembangkan

oleh Edmund Husserl sebelumnya. Ada beberapa langkah-langkah yang

akan dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Noema dan Noesis

Noema dan noesis merupakan teknik analisis untuk memahami

sesuatu, bahwa setiap pengalaman memiliki sisi objektif (noema) dan

sisi subjektif (noesis). Sisi objektif fenomena yang artinya sesuatu yang

dapat dilihat, didengar, dirasakan, dan dipikirkan. Sedangkan sisi

subjektif fenomena adalah tindakan yang dimaksud seperti merasa,

mendengar, memikirkan, dan menilai ide. Meskipun pada prinsipnya


27

berbeda, akan tetapi noema dan noesis memiliki keterkaitan yang

sangat tinggi. Noesis tidak akan ada sebelum ada noema. Noesis

merupakan inti dari penelitian ini, inti dari fenomena yang tidak

ditekankan pada fisik melainkan esensi dari fenomena tersebut.

Pemahaman akan relasi dari Noema dan noesis ini akan lebih

bermakna lebih mendalam dan menjadi kesadaran murni yang muncul

akibat pengalaman.

2) Epoche (Bracketing)

Epoche merupakan konsep yang dikembangkan oleh Edmund

Husserl (1859-1938), yang terkait dengan upaya mengurangi atau

menunda penilaian (bracketing) untuk memunculkan pengetahuan di

atas setiap keraguan yang mungkin. Bracketing juga dapat dipahami

dalam kaitannya dengan aktivitas fenomenologis yang seharusnya

memungkinkan “membongkar” fenomena atau dengan kata lain,

secara sistematis mengupas makna simbolis. Dengan demikian, niat

dari subjektif seseorang dari fenomena diberi penekanan dan dianalisis

dalam kemurnian fenomenologis.

3) Intentional Analysis

Edmund Husserl (1859-1938) mengatakan bahwa pikiran itu

"disengaja" yang berarti sifat pikiran seseorang diarahkan ke suatu

objek. Berbicara tentang "isi yang disengaja" dari sebuah pemikiran

berarti berbicara tentang mode atau cara dimana sebuah pemikiran

sudah dipikirkan terlebih dahulu dari suatu objek. Intentional Analysis

merupakan pemahaman yang terbentuk dari relasi noema dan noesis


28

yang memungkinkan fenomenolog mengambil sebuah pemahaman

lanjutan tentang bagaimana dari sisi objektif membentuk sisi subjektif.

4) Eidetic Reduction

Eidetic Reduction merupakan teknik yang dilakukan dalam kajian

mengenaai intipati dalam hal fenomenologi yang tujuannya adalah

untuk mengenal pasti komponen asas fenomena. Pengurangan

Eidetic mensyaratkan bahwa peneliti ingin memilah inti dari objek

mental, baik itu tindakan mental yang sederhana, atau kesatuan

kesadaran itu sendiri, dengan tujuan untuk merangka komponen

yang benar-benar diperlukan dan tidak berubah yang menjadikan

objek mental itu. Pengurangan ini dilakukan dengan tujuan untuk

menghapus apa yang dirasakan, dan hanya meninggalkan apa

yang diperlukan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pajak dan dinamika sosial

ditengah pusaran pandemik dengan metode analisis fenomenologi Edmund

Husserl. Objek penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi di Kota Makassar

dengan 5 orang informan dari latar belakang pekerjaan yang berbeda untuk

melihat dinamika sosial masing-masing.

Tabel 4.1 Informan Penelitian

No Identitas Informan Latar Belakang Informan

1 Nasruddin Bekerja sebagai Driver Transportasi Online


(Gocar) selama 5 tahun. Memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP).
2 Wana Bekerja sebagai karyawan tidak tetap di
perusahaan jasa makanan (Catering) selama 10
tahun. Tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
3 Irna Bekerja sebagai karyawan tetap, chef gizi di
Rumah Sakit UNHAS Kota Makassar selama 8
tahun. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
4 dr. Irma Bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Kota
Makassar dan membuka praktek pribadi.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
5 Sinar Bangunan Bekerja sebagai pengusaha dalam bidang usaha
penyedia Bahan Bangunan sudah berdiri selama
17 Tahun. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2022

29
30

B. Hasil Penelitian

Tujuan penelitian ini, untuk memahami pajak dan dinamika sosial

ditengah pusaran pandemik dengan metode analisis fenomenologi Edmund

Hussert. Berdasarkan hasil analisis data fenomenologi, yakni: noema, noesis,

bracketing, Intentional Analysis, dan Eidetic Reduction.

Hasil wawancara diperoleh dari 5 orang informan dari latar belakang

pekerjaan yang berbeda untuk melihat kesadaran terdalam membayar pajak:

1. Informan Pertama

Hasil wawancara dengan informan pertama pada 5 April 2022 menyatakan

pemahaman terhadap pajak namun sudah tidak aktif lagi membayar pajak.

“Dulu waktu saya masih kerja di perusahaan, (itu dibayar langsung)


dipotong toh dan aktif bayar pajak. Tapi sekarang saya kerja di grab pajak
(langsung dipotong) oleh aplikasi”.

Pernyataan informan pertama (neoma) bahwa pajak dipotong langsung dari

penghasilan sewaktu masih bekerja di perusahaan dan begitupun saat ini,

langsung dipotong oleh sistem. Hal tersebut menjelaskan (neosis) bahwa

pajak sudah diatur proses pembayarannya, sisa bagaimana cara kita

menyikapinya. Dalam hal ini, kesadaran dalam membayar pajak oleh informan

pertama sudah tercipta dari dulu. Kita bisa menilai bahwa pajak yang

dikenakan tidak begitu rumit proses pemotongannya dan bahkan sama sekali

tidak mengetahui perhitungannya karena dipotong langsung.

Selanjutnya peneliti mempertanyakan apakah saat ini masih aktif dalam

membayar pajak. Informan pertama langsung menegaskan sama halnya dari

poin pertama.

“(Pajak apa dulu?) kan banyak pajak. Kalau pajak penghasilan sekarang
tidak mi. Tapi, (pajak langsung dipotong aplikasi itupun kalau capai targetji).
Jadi itukan ada targetnya, kalau capai target langsung dipotong. Biasanya
(sampai penghasilan Rp 3.000.000).”
31

Pernyataan tersebut (neoma) bahwa pengetahuan terhadap perpajakan

terlihat dari informan pertama sehingga mempertanyakan kembali “pajak apa

dulu?” terkait pajak seperti apa yang dimaksud. Dari pernyataan tersebut kita

bisa melihat (neosis) bahwa pajak yang dikenakan akan hanya dipotong biaya

administrasi bila tidak mencapai target dan akan terasa pemotongannya bila

melebihi dari angka 3 digit.

Setelah itu peneliti menanyakan kesediaan untuk memenuhi kewajiban setelah

memperoleh penghasilan yang sudah melebihi PKP.

“(Mau tidak mau pasti dibayar), penghasilan sudah melebihi”.

Terlihat (neoma) yang mau membayar pajak dan (neosis) bahwa kesadaran

dalam membayar pajak yang masih tergolong tinggi sehingga kesediaan

dalam membayar pajak penghasilan akan tetap diindahkan.

Selain itu, peneliti sempat menanyakan permasalahan yang tengah dihadapi

dalam memenuhi kewajiban membayar pajak di masa pandemi.

“(Naik 1% sekarang toh), apalagi pajak barang dan kendaraan.


(Tergantung lagi dari kondisi keuangan), kalau pas ada dibayarki, kalau
belumpi ada yah maumi diapa? karna kan adaji sanksinya toh, maksudnya
kalau dia menunggu juga tidak adaji masalah karena (adaji sanksinya).”

Naiknya pajak 1% telah memicu dampak lain untuk memenuhi kewajiban

membayar pajak (Neoma). Informan pertama juga menegaskan (Neosis)

masalah yang dihadapi saat mau membayar pajak akan bergantung pada

kondisi keuangan. Kutipan tersebut dapat dinilai adanya sikap sanksi ditinggal

sanksi yang mungkin karena ketidakmampuan memenuhi kewajiban

membayar pajak terlebih dahulu sehingga sikap lapang dada menerima resiko

yang akan dikenakan.


32

Selain itu, peneliti menanyakan seberapa besar kontribusi pemerintah dari

pajak. Informan pertama menyampaikan cukup merasakan manfaatnya karena

dapat dinikmati dan kembali ke masyarakat sebagaimana tujuannya (neoma).

Namun sangat disayangkan adanya mosi tidak percaya terhadap pemerintah

atas tata Kelola pemerintahan.

“Sekarang kan, (sudah dinikmatimi toh!) semua kan, jalanan, apa segala,
infrastruktur dari pajak semua. Jadi kegiatannya pemerintah untuk fasilitas
pajak bagus sebenarnya, karena maksudnya kita tong yang kembali kekita
nikmati (masyarakat). (Cuman orang-orang tertentu korupsi) yang
memanfaatkan dan sampai ke negara.”

Informan pertama cukup merasakan manfaat dari hasil pengelolaan pajak

yang dapat dinikmati. Namun sangat disayangkan, adapula rasa kekecewaan

yang tengah dirasakan karena dianggap pemerintah telah gagal menjalankan

tugasnya untuk kesejahteraan rakyat (neosis) sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa segala sesuatu yang sudah diberikan informan pertama

beranggapan “Pemerintah sekarang terkesan menggelapkan dana pajak”

melalui ungkapan tersebut. Neosis yang diperoleh telah menarik eidetic

reduction yaitu, informan pertama mempunyai rasa tidak percaya terhadap

pemerintah atas uang hasil pajak. Informan pertama berpendapat bahwa

pemerintah telah menggelapkan sebagian uang pajak (korupsi) dan tidak

digunakan semestinya.

Dari Hasil penelitian diperoleh temuan dinamika sosial yang tengah dihadapi

informan pertama, yaitu:

▪ Dilema pajak: antara kewajiban dan sanksi pajak

▪ Kelemahan dari kualitas sanksi pajak yang harus memaksa walau

dibenturkan oleh keadaan

▪ Adanya mosi tidak percaya terhadap pemerintah atas tata kelola pajak
33

▪ Menyatakan pemahaman terhadap pajak namun sudah tidak aktif lagi

membayar pajak penghasilan

▪ Pajak dipotong langsung oleh system

▪ Manfaat pajak sangat dirasakan.

Dinamika sosial yang dapat dilihat dari informan pertama adalah

ketidakmampuan membayar pajak dimasa pandemi. Sebelum pandemi

pengahasilan yang diperoleh besar dan pajak yang dibayar kecil sedangkan

dimasa pandemi penghasilan yang diperoleh kecil dan pajak yang akan

dibayarkan besar karena ada kenaikan tarif pajak.

2. Informan Kedua

Hasil wawancara dengan informan kedua pada 6 April 2022 menyatakan

ketidakpahaman terhadap pajak dan tidak membayar pajak penghasilan.

“Tidak pernahka membayar pajak, karna (penghasilanku dibawah


penghasilan kena pajakji.”)

Pernyataan tidak pernah membayar pajak sebagai bukti kesadaran selama ini

tidak pernah membayar pajak penghasilan (neoma) dan lebih lanjut dijelaskan

(neosis) alasan tidak membayar pajak karena penghasilan tidak kena pajak

(dibawah UMR).

Selain itu, karena ketidakpahaman terhadap pajak peneliti mencoba

menanyakan usaha petugas fiskus dalam memberikan sosialisasi pajak.

“Tidak ada, mungkin adaji datang ke catering, tapi tidak pernahka dapat.”

Dari pernyataan tersebut informan kedua memang belum pernah

mendapatkan sosialisasi pajak dan pemahaman terhadap pajak masih minim.


34

Selanjutnya peneliti menanyakan perihal porsi dari pajak apakah memang

memberatkan atau tidak? Informan kedua menyampaikan rasa memberatkan

terhadap pajak.

“Memberatkan, karna (kalau lagi tidak ada tidak dibayarmi) dan (dapat
lagi denda.”)

Informan kedua menyampaikan (neoma) bahwa pajak itu memberatkan dan

(neosis) lebih mengambil sikap pasrah (menerima denda) apabila tidak dapat

membayar pajak. Keberatan hati atau ketidaksediaan dalam membayar pajak

yang mungkin karena ketidakpahaman terhadap sanksi dari aturan yang

berlaku. Sehingga memupuk untuk tidak mau membayar pajak.

Kemudian peneliti mencoba menguji dengan menanyakan kesediaan dalam

membayar pajak apabila penghasilan yang diperoleh sudah melebih

penghasilan kena pajak. Informan kedua justru menyampaikan pengalaman

yang pernah diceritakan terkait realita existing hari ini dari pajak yaitu pajak

sebagai kebutuhan administrasi.

“Tidak, karna ituji terlalu (ribet lagi diurus). Itu saja suamina temanku bayar
pajak karna mau na lampirkan potongan pajak untuk berkasnya. Jadi kalau
memang tidak adaji mau di urus (tidak akan dibayar).”

Neoma yang dapat ditarik adalah ketidaksediaan dalam membayar pajak

karena ketidakpahaman dan menganggap terlalu ribet. Justru informan kedua

menyampaikan (neosis) yaitu pengalaman mengapa pajak tidak perlu karena

hanya sebatas kebutuhan administrasi. Dari pernyataan neosis yang

disampaikan, peneliti dapat menarik eidetic reduction yaitu karena

pengalaman tersebut informan kedua menganggap pajak hanya sebagai

kebutuhan admistrasi dan memupuk ketidaksediaan lagi untuk membayar

pajak karena hanya sebatas pra syarat.


35

Dari Hasil penelitian diperoleh temuan dinamika sosial yang tengah dihadapi

informan kedua, yaitu:

▪ Menyatakan ketidakpahaman terhadap pajak dan tidak membayar

pajak penghasilan

▪ Menganggap pajak memberatkan dan ribet

▪ Tidak pernah mendapat sosialisasi pajak

▪ Menganggap pajak hanya sebatas syarat dan kebutuhan administrasi

3. Informan Ketiga

Hasil wawancara dengan informan ketiga pada 1 April 2022 menyatakan

pemahaman terhadap pajak namun tidak membayar pajak karena penghasilan

belum kena pajak (dibawah UMR).

“Pajak sejak dulu ada dan bahkan sebelum saya bekerja. Untuk pajak
penghasilan, belumpa bayar pajak saya karna masih dibawah UMR. (Bayar
pajak itu kalau melebihi UMR), sesuai UMR.”

Pengetahuan tentang pajak penghasilan disampaikan oleh informan ketiga

(neoma). Namun informan ketiga pula menyatakan tidak membayar pajak

penghasilan karena masih dibawah UMR (neosis). Penyataan tersebut

disampaikan dengan maksud informan ketiga paham terhadap pajak namun

belum termasuk kategori penghasilan kena pajak karena masih dibawah Upah

Minimum Rakyat (UMR).

Kemudian peneliti menanyakan permasalahan yang tengah dihadapi dalam

memenuhi kewajiban membayar pajak semenjak covid-19.

“Memberatkan, apalagi sekarang (naik pajak) pasti (tambah


memberatkan).”

Kenaikan pajak telah memberatkan informan ketiga (neoma) seperti dari

kebiasaan membayar pajak pada bulan-bulan sebelumnya. Selain itu,


36

menyatakan pula (neosis) keberatan dalam membayar pajak yang mana

dimasa pandemi naik sebesar 1%. Informan ketiga mengasumsikan bahwa

dimasa pandemi pajak tambah memberatkan dikarenakan adanya kenaikan

tarif disamping penghasilan yang masih tetap. Selanjutnya peneliti

menanyakan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan dari hasi pajak.

Informan ketiga menyampaikan (neoma) kurang merasakan manfaatnya.

“(Kurang), kalau saat ini kurang fasilitasnya kayak jalan, itu banyak jalan
lobang sana lobang sini, lampu jalan juga kurang, BBM juga naik. Sangat
meresahkan masyarakat, (tidak ada beres). Lihatmi sekarang (semuanya
naik baru langka), terus BPJS ketenagakerjaan yang harusnya untuk hari
tua, gaji sendiri yang kita tabung tidak bisa langsung diambil ketika kita pas
keluar dari tempat kerja, nanti hari tua diambil.”

Adanya mosi tidak percaya terhadap pemerintah terhadap tata kelola pajak

yang dirasakan (neosis). Atas neoma dan neosis peneliti memperoleh eidetic

reduction yaitu adanya rasa kekecewaan yang timbul atas fasilitas

pembangunan selama ini. Informan ketiga merasa kurang merasakan manfaat

dari pembangunan yang tidak merata melalui pajak mulai dari pembangunan,

jalanan, hingga singgungan terhadap BPJS ketenagakerjaan untuk hari tua

seperti dikutip berikut.

Terakhir, peneliti menanyakan kesediaannya dalam membayar pajak apabila

penghasilan yang diperoleh sudah melebihi seperti apa yang diharapkan.

Informan ketiga menyampaikan (neoma) sikap “mau” lalu menegaskan

(neosis) kepatuhan dalam membayar pajak apabila penghasilan yang

diperoleh sesuai dengan harapan.

“Mau, karna memang masalahnya tidak cukup gaji.”

Kemauan dalam memenuhi kewajiban membayar pajak cukup diapresiasi

karena didasari pemahaman dan sanksi perpajakan yang berlaku namun

cukup terhalangi dengan upah yang diperoleh rutinnya.


37

Dari Hasil penelitian diperoleh temuan dinamika sosial yang tengah dihadapi

informan ketiga, yaitu:

▪ Menyatakan pemahaman terhadap pajak namun tidak membayar pajak

karena penghasilan dibawah UMR

▪ Kenaikan pajak dimasa pandemi menambah memberatkan

▪ Realitas Existing pajak hari ini, kemauan dalam membayar pajak

▪ Adanya mosi tidak percaya terhadap pemerintah atas tata kelola pajak.

4. Informan Keempat

Hasil wawancara dengan informan keempat pada 3 April 2022 menyatakan

pemahaman terhadap pajak dan aktif membayar pajak.

“Saya PNS Tahun 2004 itu, kami memang sudah dijelaskan pajak
penghasilan. Jadi sejak saat itu, saya tahu tentang pajak.”

Pernyataan tersebut (neoma) bahwa pemahaman terhadap pajak sudah ada

sejak dulu dan pemahaman terhadap pajak penghasilan yang paling

ditekankan. Selanjutnya peneliti menanyakan perhitungan pajak yang

dikenakan atas pajak penghasilan dan kegiatan praktik karena informan

keempat membayar pajak atas dua kegiatan usaha (jasa).

“Kalau pajak penghasilan itukan langsung dipotong dari penghasilan. Kalau


dari kegiatan praktik itu dihitung dengan persentase yang didapatkan,
dihitung berapa yang didapat baru dipotong dan (beda pajak yang
dikenakan.”)

Informan keempat telah menceritakan (neosis) bagaimana pemahaman

terhadap pajak yang sudah dipupuk sejak awal. Dari pemahaman terhadap

pajak peneliti memperoleh Intentional Analysis sebuah pandangan dari

kepatuhan membayar pajak hasil dari edukasi pajak. Pemahaman terhadap

pajak karena informan keempat melaporkan dan menghitung sendiri berapa

pajak yang dikenakan selama ini.


38

Dikarenakan pemahaman terhadap pajak yang cukup baik, peneliti

mempertanyakan bagaimana pajak yang dikenakan selama ini apakah

memberatkan juga atau seperti apa?

“Kalau pajak penghasilan untuk golongan-golongan tertentu itu (tidak


menjadi beban) tapi kalau (penghasilan rendah bisa saja sulit). Saya tidak
terlalu perhatikan, saya tidak perhatikan naik atau tidaknya. Tapi sepertinya
tidak naik karena tidak ada angsuran yang berarti, yang bikin kaget setiap
orang.”

Kutipan diatas bisa disimpulkan bahwa (neoma) pajak itu tidak memberatkan.

Hanya saja (neosis) bahwa bila penghasilan memang tidak cukup akan

menyulitkan bagi yang berpenghasilan rendah. Kenaikan pajak pun sempat

dibantah oleh informan keempat karena menurutnya tidak ada lonjakan yang

cukup mengagetkan dalam pelaporan pajak. Jadi, informan keempat merasa

aman-aman saja selama ini dalam membayar pajak karena sesuai dengan

kemampuan.

Terakhir peneliti menanyakan bagaimana pendapat terhadap pajak yang

dikenakan selama ini. Informan keempat justru menyatakan sikap dukungan

terhadap pajak karena terlihat dari segi manfaat yang sangat dirasakan untuk

kesejahteraan masyarakat.

“Dirasakan dari pihak ASKES (Asuransi Kesehatan) salah satunya itu


berasal dari anggaran pajak. Jadi pasti pasien yang menggunakan itu akan
merasakan bagaimana manfaat pajak tersebut”.

Pernyataan informan keempat (neoma) terkait manfaat pajak yang sangat

dirasakan dalam hal kesehatan. Informan keempat pun menyatakan (neosis)

bahwa manfaat pajak turut dirasakan oleh masyarakat dalam penggunaan

layanan ASKES (Asuransi Kesehatan). Pandangan informan keempat yang

menyatakan bahwa fasilitas kesehatan selama ini sangat dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat sendiri, terlihat dari program pemerintah untuk

siap melayani sebagaimana fungsi dari Asuransi Kesehatan.


39

Dari Hasil penelitian diperoleh temuan dinamika sosial yang tengah dihadapi

informan keempat, yaitu:

▪ Pemahaman terhadap pajak dan aktif membayar pajak

▪ Pajak tidak memberatkan untuk golongan tertantu

▪ Manfaat pajak dirasakan dalam hal kesehatan

5. Informan Kelima

Hasil wawancara dengan informan kelima pada 8 April 2022 menyatakan

pemahaman terhadap pajak dan aktif membayar pajak.

“Lamami kita tau pajak. Iye, biasanya istriku yang bayarkan. Dia kerja di
bank satu kali setor di bank toh.”

Pernyataan tersebut menyatakan (neoma) bahwa pengetahuan terkait pajak

sudah sejak lama diketahui. Sehingga peneliti juga telah melihat (neosis)

bahwa kepatuhan dalam membayar pajak langsung dibayar oleh informan

kelima yang disetor langsung di bank.

Selanjutnya peneliti menanyakan pemahaman terhadap perhitungan pajak

karena selama ini pajak dibayar langsung oleh istrinya.

Pemahamannya? saya tidak mengertimi, bayar pajak biasanya istriku yang


bayarkan, haha… dia yang aturkan pembayarannya apa.

Pemahaman terhadap pajak telah disampaikan oleh informan kelima yang

sudah tidak mengerti karena dibayarkan oleh pihak sang istri. Selanjutnya

peneliti menanyakan pandangan selama ini terhadap pajak yang dikenakan

apakah memberatkan atau tidak?

“Kalau dibilang memberatkan, tidak juga. Memang kita harus karena itukan
pemerintah juga butuh uang untuk pemakaian”.

Ungkapan tersebut menyatakan (neoma) bahwa pajak tidak memberatkan.

Selain itu, informan kelima menyatakan (neosis) manfaat pajak akan dirasakan

kembali karena akan dikelola oleh pemerintah. Dari ungkapan tersebut peneliti
40

dapat menarik Intentional Analysis bahwa pajak tidak memberatkan karena

informan kelima merasa akan kembali ke masyarakat manfaatnya. Sehingga

segala apa yang dipungut selama ini oleh pemerintah sejatinya hanya untuk

kepentingan rakyat.

Selain itu, peneliti juga menanyakan permasalahan yang tengah dihadapi

selama pandemi. Informan kelima menyatakan adanya permasalahan yang

cukup memberatkan (neoma) dalam memenuhi kewajiban membayar pajak

dimasa covid-19 yang sangat dirasakan informan kelima. Informan kelima pula

menyampaikan (neosis) yaitu keresahan karena kesulitan dalam membayar

jasa karyawan.

“Sementara ndk ada, situasinya sekarang”.

“Tidak adaji, karena istikuji yang langsung bayarkan di Bank toh, tapi
memang situasi sekarang susah juga”.

Menyikapi hal tersebut, informan kelima menyampaikan adanya pandemi telah

menimbulkan dinamika sosial yang tengah dihadapi seperti apa yang

dirasakan oleh informan kelima terkait sulitnya membayar gaji karyawan

karena pendapatan yang menurun selama pandemi.

Dari Hasil penelitian diperoleh temuan dinamika sosial yang tengah dihadapi

informan kelima, yaitu:

▪ Menyatakan pemahaman terhadap pajak dan aktif membayar pajak

▪ Sikap dukungan dan kesediaan dari pemungutan pajak

▪ Manfaat pajak dirasakan seperti infrastruktur

▪ Dimasa pandemi pajak sangat memberatkan


41

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, kita dapat melihat dinamika sosial yang

tengah dihadapi informan dari pengalaman yang dirasakan langsung selama

pandemi. Peneliti juga dapat melihat pemahaman, kesadaran, ketidaktahuan,

dan berbagai dinamika sosial yang dihadapi wajib pajak.

Dilema Pajak: Antara Kewajiban dan Sikap “Bodo Amat” Wajib Pajak

Seperti yang diungkap dalam kajian literatur lewat penelitian yang

dilakukan oleh Mirna Suryani, (2020) yang menyatakan bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan

tanggung jawabnya untuk membayar pajak adalah kesadaran perpajakan,

kualitas pelayanan pajak dan sanksi pajak, Hal ini kita dapat lihat dari

pernyataan Informan pertama “Mau tidak mau pasti dibayar, penghasilan

sudah melebihi.” Kebesaran hati untuk menggugurkan kewajiban atas

penghasilan yang diperoleh sebagai bentuk pertanggungjawaban informan

pertama. Namun disisi lain, ungkapan sikap dilema hati berbenturan antara

kewajiban dengan sikap pasrah (bodo amat) karena ketidakmampuan untuk

memenuhi kewajiban. Kesadaran dari informan terhadap pajak telah

memperlihatkan kita bagaimana kelemahan dari kualitas sanksi pajak yang

harus memaksa walau dibenturkan oleh keadaan.

Realitas Existing Pajak Hari Ini

Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan hari ini yaitu

ditetapkannya sanksi pajak dalam perundang-undangan yang berupa sanksi

administrasi (denda dan bunga). Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu

cambuk untuk membuat wajib pajak patuh dan taat untuk memenuhi
42

kewajibannya. Dewasa ini, semenjak pandemi telah mengubah persepsi dan

dinamika hidup setiap wajib pajak. Didesak diantara dua pilihan:

(1) Memenuhi kebutuhan terlebih dahulu, dan atau

(2) Apapun yang terjadi pajak tetaplah pungutan yang patut diindahkan.

Realita hari ini yang terjadi kewajiban wajib pajak diduakan dengan alasan

kebutuhan hidup merupakan kebutuhan primer yang perlu dipenuhi sedangkan

pajak merupakan aturan wajib yang boleh ditunda walaupun sanksi akan

menjerat. Disisi lain, ada pula pengalaman yang diperoleh dari informan kedua

menganggap pajak hanya sebagai kebutuhan administrasi dan memupuk

ketidaksediaan lagi untuk membayar pajak karena hanya sebatas pra syarat.

Masyarakat Minim Akan Literasi Pajak

Fenomena dari adanya pandemi telah melahirkan berbagai dinamika sosial

yang terjadi sehingga kesadaran membayar pajak perlu diperhatikan. Upaya

pendidikan, penyuluhan, dan sebagainya merupakan bagian dari proses

membangun kesadaran dan kepatuhan wajib pajak untuk tetap memenuhi

kewajibannya. Oleh karena itu fiskus memiliki peran yang besar dalam

melakukan sosialisasi tentang pembayaran pajak dan mengedukasi wajib

pajak agar sadar akan pentingnya membayar pajak dan memahami langkah-

langkah dalam membayar pajak seperti dari pengalaman yang dapat dilihat

oleh informan kedua. Karena kita dapat melihat seperti apa pernyataan dari

informan yang enggan mau membayar pajak dikarenakan kelemahan dari

kualitas sanksi pajak yang harus memaksa walau dibenturkan oleh keadaan

yang tidak diindahkan dikarenakan pemahaman terhadap pajak yang minim.


43

Upah di Bawah UMR

Permasalahan sekarang yang dihadapi oleh wajib pajak adalah sulitnya

memenuhi kewajiban membayar pajak apabila nilai yang akan dibayar masih

dibawah angka penghasilan rutin (UMR). Faktor ekonomi merupakan hal yang

paling fundamental saat ini, apalagi hanya untuk memenuhi kewajiban

membayar pajak. Masyarakat yang tergolong ekonomi kebawah akan

menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan dari mereka akan

memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak apalagi

dimasa pandemi seperti sekarang ini. Tingkat pendapatan seseorang dapat

mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan

kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya. Seperti dari beberapa

hasil wawancara informan yang mengeluhkan pendapatan dibawah UMR dan

didesak membayar pajak.

Kepatuhan Pelaporan Pajak: Hasil dari Sebuah Edukasi

Kontribusi pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

tiap tahun semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa peranan pajak

semakin besar dalam APBN. Oleh karena itu, Direktorat Jendral Pajak terus

berupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak. Salah satu jalan yang dapat

ditempuh adalah dengan pemahaman terhadap pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya. Seperti apa yang telah dialami oleh informan

keempat pengetahuan perpajakan telah menjadi kebiasaan karena kewajiban

yang patut dipenuhi. Edukasi yang baik akan membawa wajib pajak akan taat

dan patuh dalam melaksanakan kewajibannya.


44

Sanksi Tinggal Sanksi

Salah satu faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam

melaksanakan tanggungjawabnya untuk membayar pajak adalah sanksi.

Sanksi pajak sering kali dianggap beban moril tersendiri apabila ada

penundaan pembayaran. Disisi lain, kewajiban membayar pajak akan tetap

diindahkan apabila penghasilan yang diperoleh cukup untuk memenuhi

kebutuhan dan sebaliknya adanya rasa pasrah akan sanksi yang akan diterima

karena ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban seperti dalam pernyataan

informan pertama dan ketiga yang siap menerima sanksi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

oleh peneliti terkait Pajak Dan Dinamika Sosial Ditengah Pusaran

Pandemik: Sebuah Studi Fenomenologi, dapat disimpulkan bahwa:

1. Salah satu aspek yang mempengaruhi informan dalam memenuhi

tanggung jawabnya membayar pajak adalah kesadaran perpajakan

dan sanksi pajak. Disisi lain, kewajiban membayar pajak akan tetap

diindahkan apabila penghasilan yang diperoleh cukup untuk memenuhi

kebutuhan dan sebaliknya adanya rasa pasrah akan sanksi yang akan

diterima karena ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban dari upah

dibawah UMR.

2. Realita pajak hari ini, kewajiban wajib pajak diduakan dengan alasan

kebutuhan hidup merupakan kebutuhan primer yang perlu dipenuhi

sedangkan pajak merupakan aturan wajib yang boleh ditunda

walaupun sanksi akan menjerat. Disisi lain, ada pula pengalaman

informan yang menganggap pajak hanya sebagai kebutuhan

administrasi dan memupuk ketidaksediaan lagi untuk membayar pajak

karena hanya sebatas pra syarat.

3. Faktor ekonomi merupakan hal yang paling fundamental saat ini,

apalagi hanya untuk memenuhi kewajiban membayar pajak.

Masyarakat yang tergolong ekonomi kebawah akan menemukan

kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan dari mereka akan

45
46

memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak

apalagi dimasa pandemi seperti sekarang ini. Tingkat pendapatan

seseorang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut

memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan

kewajibannya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, sebagai bahan pertimbangan

kedepannya agar wajib pajak lebih memahami pajak dan kesadaran

membayar pajak akan tetap diindahkan walaupun kondisi yang tidak

memungkinkan.

1. Upaya petugas fiskus agar dapat memberikan pendidikan, penyuluhan,

dan sebagainya untuk membangun kesadaran dan kepatuhan wajib

pajak dalam memenuhi kewajibannya.

2. Ketidakmampuan dalam membayar pajak disebabkan karena upah

dibawah UMR lantas kebutuhan pokok yang langka dan mahal,

ditambah dengan pajak naik dimasa pandemi sehingga menjadi

catatan bagi pemerintah untuk dapat menstabilkan semua.

3. Keringanan pembayaran pajak sekiranya perlu untuk mengurangi

beban pembayaran wajib pajak.


47

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Anak, Istri Pradnyarani Dewi, And Zaki Baridwan. 2018. 2 Dilema Etis
Konsultan Pajak Dalam Tax Planning: Studi Fenomenologi.
Agung, Anak, Istri Pradnyarani, Dewi Dwika, And Tirta Mitrawan. 2020. “Studi
Fenomenologi: Makna Ketidakpatuhan Wajib Pajak Importir.” License Jurnal
Krisna: Kumpulan Riset Akuntansi 12 (1): Hal. 190–96.
Https://Ejournal.Warmadewa.Ac.Id/Index.Php/Krisna.
Amrul, Rusli, Sekolah Tinggi, Ilmu Ekonomi, And Amm Mataram. 2021. “Analisis
Penerapan E-Filling Dimasa Pandemi Covid 19 Sebagai Upaya
Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.” Viii(2).
Http://Djponline.Pajak.Go.Id.
Arifin. D. (2020) “Presiden Tetapkan Covid-19 Sebagai Bencana Nasional - Bnpb.”
(Online) Https://Bnpb.Go.Id/Berita/Presiden-Tetapkan-Covid19-Sebagai-
Bencana-Nasional (Diakses pada January 29, 2022).
Beloan, Bertha, Frischa Faradillaarwinda Mongan, Ni Nyoman, And Ayu
Suryandari. 2019. 9 Dari Kacamata Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi
Fenomenologi Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Makassar
Utara).
Darmayasa, I Nyoman, Bagus Putra Wibawa, And Ketut Nurhayanti. 2020. “E-
Filling Dan Relawan Pajak Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi.” Jurnal Kajian Akuntansi 4(2): 208.
DDTC. 2020. “Peran Pajak Sebagai Penyelamat Dampak Covid-19.” (Online)
Https://News.Ddtc.Co.Id/Peran-Pajak-Sebagai-Penyelamat-Dampak-Covid-
19-24258 (January 29, 2022).
Dwijayanti, W.Y., Hamidah. 2018. “Niat Dan Perilaku wajib Pajak Orang Pribadi
Mengikuti Programtax Amnesty (Studi Fenomenologi).”
Handriman Jamain, Tries. 2019. 2 Analisis Kesadaran Wajib Pajak Dalam
Transaksi E-Commerce (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
Yang Merupakan Pelaku E-Commerce Di Kota DKI Jakarta.
Https://Databoks.Katadata.Co.Id.
Hasbiansyah, O. 2005. “Pendekatan Fenomenologi-Pengantar Praktik Penelitian
Dalam Ilmu Sosial Dan Komunikasi.” Sk No.56/D.
Kirowati, I, Maulud, W.N. 2019. “Fenomenologi Penyampaian Surat
48

Pemberitahuan Wajib Pajak Orang Pribadi Menurut Peraturan Perpajakan.”


Jurnal Ilmu Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi; Issn: 2302 - 4747.
Http://Ekomaks.Unmermadiun.Ac.Id/Index.Php/Ekomaks.
Kurniasari, I. 2018. “Pemahaman Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Terhadap Perilaku Wajib Pajak: Sebuah Studi Fenomenologi.” Vol.6 No.2.
Https://Jimfeb.Ub.Ac.Id/Index.Php/Jimfeb/Article/View/4963.
Maithy, Sifera Patricia, Sutrisno Sutrisno, And Bambang Hariadi. 2019. “Studi
Keperilakuan Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan Terhadap Kepatuhan
Perpajakan.” Jurnal Akuntansi Dan Pajak 19(2): 108.
Rada, 2022. “Dinamika Sosial” https://dosenpintar.com/dinamika-
sosial/#Pengertian_Dinamika_sosial. (Diakses pada 28 April 2022)
Rahmah, S. Kom., M.Si., Mulia. 2020. “Analisis Pengaruh Kesadaran, Kualitas
Pelayanan Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Tigkat Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Depok Sawangan.” Jurnal
Akuntansi Dan Bisnis Krisnadwipayana 7(3).
Rasulong, I., Lisdayanti. 2018. “Peranan Aspek Moralitas, Kepatuhan, Dan
Pemahaman Wajib Pajak Pribadi Dalam Pelaporan Pajak Penghasilan.” Vol.1
No.2.Https://Journal.Unismuh.Ac.Id/Index.Php/JrpAmnesty/Article/View/291
8.
Siswanti, Tutik. 2019. “Mengukur Pengaruh Kesadaran Dan Penerapan E-Filling
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Karyawan Lepas.” Jurnal
Bisnis Dan Akuntansi Unsurya 4(2): 80.
Srimindari, Dan Et Al. 2017. Xxi Jurnal Akuntansi Kepatuhan Wajib Pajak
Memediasi Determinan Penerimaan Pajak Penghasilan. Volume XXI, No. 02
Susanto, H. 2012. “Membangun Kesadaran Dan Kepedulian Sukarela Wajib
Pajak.” (Online) Https://Www.Pajak.Go.Id/Id/Artikel/Membangun-Kesadaran-
Dan-Kepedulian-Sukarela-Wajib-Pajak: Diakses Pada 29 Januari 2022.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. 2008. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
49

N
50

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara Oleh Informan

No Pertanyaan Coding

1 Apakah Bapak/Ibu tahu pajak, sejak kapan? i1,i2.i3,i4,i5

2 Selama ini Bapak/Ibu bayar Pajak? i1,i2.i3,i4,i5

3 Apakah Bapak/Ibu mengerti bayar pajak? i1,i2.i3,i4,i5

4 Apakah Bapak/Ibu tahu sanksi atau denda saat


i1,i2.i3,i4,i5
melaporkan, apakah memberatkan?
5 Menurut Bapak/Ibu apakah pajak memberatkan? i1,i2.i3,i4,i5

6 Menurut Bapak/Ibu seberapa besar kontribusi


i1,i2.i3,i4,i5
pemerintah untuk kesejahteraan dari pajak?
7 Permasalahan apa yang dihadapi saat mengurus
i1,i2.i3,i4,i5
pajak?
8 Apabila penghasilan yang diperoleh diatas rata-rata
i1,i2,i3,
apakah masih bersedia bayar pajak?
9 Sejak kapan toko bapak berdiri? i5

10 Bagaimana selama ini, apakah tidak ada petugas


i2
fiskus yang memberikan sosialisasi pajak?
11 Bagaimana perhitungan pajak yang dikenakan dari
i4
penghasilan pribadi dengan kegiatan praktik pribadi?
12 Ada berapa karyawan yang dipekerjakan dalam usaha
i5
Bapak?
51

Transkip Wawancara

No Coding Transkip

1 i1 Dulu waktu saya masih kerja di perusahaan, “itu dibayar”


langsung dipotong toh dan aktif bayar pajak. Tapi sekarang
saya kerja di grab pajak langsung dipotong oleh aplikasi.
i2 Tidak pernahka membayar pajak, karna penghasilanku
dibawah penghasilan kena pajakji
i3 Pajak sejak dulu ada dan bahkan sebelum saya bekerja.
Untuk pajak penghasilan, belumpa bayar pajak saya karna
masih dibawah UMR. Bayar pajak itu kalau melebihi UMR,
sesuai UMR.
i4 Saya PNS Tahun 2004 itu, kami memang sudah dijelaskan
pajak penghasilan. Jadi sejak saat itu saya tahu tentang
pajak.
i5 Lamami kita tau pajak.
2 i1 Pajak apa dulu? kan banyak pajak. Kalau pajak penghasilan
sekarang tidak mi. Tapi, pajak langsung dipotong aplikasi
itupun kalau capai targetji. Jadi itukan ada targetnya, kalau
capai target langsung dipotong. Biasanya sampai
penghasilan Rp 3.000.000.
i2 Kalau pajak penghasilan tidak.
i3 Tidak, kalau pajak penghasilan.
i4 Iya, bayar.
i5 Iye, biasanya istriku yang bayarkan. Dia kerja di bank satu
kali setor di bank toh.
3 i1 Tidak, bagaimana caranya? tidak pernahma bayar pajak,
administrasi saja karna penghasilan tidak menentu dan
dibawah kena pajak jadi dia laporannya (tidak dikenakan
pajak). Jadi ada kategorinya, sekian yang dikenakan pajak.
i2 Tidak
i3 Mengertilah! tapi belumpa bayar pajak penghasilan saya,
karna dibawah UMR.
i4 Iya mengerti
i5 Pemahamannya? saya tidak mengertimi, bayar pajak
biasanya istriku yang bayarkan, haha… dia yang aturkan
pembayarannya apa.
4 i1 Apa sanksinya? tidak kutau. Paling sekarang dipotong
administrasimi, kan sudah tidak bekerja.
i2 Tidak, tapi sepertinya akan memberatlkan karna
penghasilan kadang tidak menentu.
i3 Tidak, denda terlambat kalau bayar, memberatkan ia
karena terlihat sekali perbandingannya sebelum dan setelah
ini corona.
i4 Mengerti, tidak pernah telat membayar karna memang
kalau pas waktunya dipotong sendiri dan memang harus
dibayar.
52

i5 Kalau pengecer belum, masih… saya satu bulannya masih


rendah, tokoku ji keliatan lebarki, haha… tapi saya tidak jual
besi, spandek, tegel, seng, barang-barang yang lancar
punya itu, yang belum saya jual, apa adanya. Bersyukurma
ini tokoku, umurku sudah 70 tahun dinikmati mami hari tua
apa adanya saja, haha.
5 i1 Tergantung penghasilanji toh karna kan “ada kategorinya”
penghasilan sekian, yang saya tau! sekian penghasilan
yang dikenakan.
i2 Memberatkan, karna kalau lagi tidak ada tidak dibayarmi
dan dapat lagi denda.
i3 Memberatkan, apalagi sekarang naik pajak pasti tambah
memberatkan.
i4 Kalau pajak penghasilan untuk golongan-golongan tertentu
itu tidak menjadi beban tapi kalau penghasilan rendah bisa
saja sulit. Saya tidak terlalu perhatikan, saya tidak
perhatikan naik atau tidaknya. Tapi sepertinya tidak naik
karena tidak ada angsuran yang berarti, yang bikin kaget
setiap orang.
i5 Kalau dibilang memberatkan, tidak juga. Memang kita harus
karena itukan pemerintah juga butuh uang untuk
pemakaian.
6 i1 Sekarang kan, sudah dinikmatimi toh! semua kan, jalanan,
apa segala, infrastruktur dari pajak semua. Jadi kegiatannya
pemerintah untuk fasilitas pajak bagus sebenarnya, karena
maksudnya kita tong yang kembali kekita nikmati
(masyarakat). Cuman orang-orang tertentu korupsi yang
memanfaatkan dan sampai ke negara.
i2 Dinikmati seperti pembangunan dan jalanan.
i3 Kurang, kalau saat ini kurang fasilitasnya kayak jalan, itu
banyak jalan lobang sana lobang sini, lampu jalan juga
kurang, BBM juga naik. Sangat meresahkan masyarakat,
tidak ada beres. Lihatmi sekarang semuanya naik baru
langka, terus BPJS ketenagakerjaan yang harusnya untuk
hari tua, gaji sendiri yang kita tabung tidak bisa langsung
diambil ketika kita pas keluar dari tempat kerja, nanti hari
tua diambil.
i4 Dirasakan dari pihak ASKES (Asuransi Kesehatan) salah
satunya itu berasal dari anggaran pajak. Jadi pasti pasien
yang menggunakan itu akan merasakan bagaimana
manfaat pajak tersebut.
i5 Kalau diliat sekarang dengan dulu lumayan besarmi
perkembangannya pembangunan.
7 i1 Naik 1% sekarang toh, apalagi pajak barang dan
kendaraan. Tergantung lagi dari kondisi keuangan, kalau
pas ada dibayarki, kalau belumpi ada yah maumi diapa?
karna kan adaji sanksinya toh, maksudnya kalau dia
menunggu juga tidak adaji masalah karena adaji sanksinya.
i2 Terlalu ribet
53

i3 Tidak ada uang, gaji tidak sesuai UMR, jadi bayar pajak
kalau ada yang mau dipake bayar. Tidak pernah dilupa
bayar pajak, tapi kan gaji sedikit jadi tidak dibayarmi.
i4 Tidak ada, karena pajak langsung dipotong dari
penghasilan.
i5 Tidak adaji, karena istikuji yang langsung bayarkan di Bank
toh, tapi memang situasi sekarang susah juga.
8 i1 Mau tidak mau pasti dibayar, penghasilan sudah melebihi.
i2 Tidak, karna ituji terlalu ribet lagi diurus. Itu saja suamina
temanku bayar pajak karna mau na lampirkan potongan
pajak untuk berkasnya. Jadi kalau memang tidak adaji mau
di urus tidak akan dibayar.
i3 Mau, karna memang masalahnya tidak cukup gaji.
9 i5 Sudah ada 17 tahun
10 i2 Tidak ada, mungkin adaji datang ke catering, tapi tidak
pernahka dapat.
11 i4 Kalau pajak penghasilan itukan langsung dipotong dari
penghasilan. Kalau dari kegiatan praktik itu dihitung dengan
persentase yang didapatkan, dihitung berapa yang didapat
baru dipotong dan beda pajak yang dikenakan.
12 i5 Sementara ndk ada, situasinya sekarang.
54

LAMPIRAN 2

DOKUMENTASI PENELITIAN

Doc. 6 April 2022

Doc. 5 April 2022

Doc.
1 April 2022
55

Doc. 3 April 2022

Doc. 24 April 2022


56

LAMPIRAN 3

SURAT IZIN PENELITIAN


57
58
59

LAMPIRAN 4

HASIL TURNITIN
60
61
62
63
64
65

LAMPIRAN 5

REVISI SEMINAR HASIL


66
67
68
69
70

LAMPIRAN 6

BIOGRAFI PENULIS

Adrian Perdana Putra, Sapaan Rian lahir di Jeneponto pada

tanggal 18 Maret 2000 dari pasangan suami istri Bapak Basri

H dan Ibu Syamsina. Peneliti merupakan anak pertama dari 4

bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di BTN Bukit

Antang Indah Blok A1 No.8, Kota Makassar, Sulawasi Selatan.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh peneliti yaitu SDI No.121 Balang Loe

Balang lulus tahun 2012, SMPN 1 Binamu lulus tahun 2015, SMKN 1 Jeneponto

tahun 2018 dan mulai tahun 2018 mengikuti Program S1 Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Program Studi Akuntansi kampus Universitas Muhammadiyah Makassar

sampai dengan sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih

terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program

Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Anda mungkin juga menyukai