Anda di halaman 1dari 39

SISTEM

ADMINISTRASI
PERPAJAKAN
Oleh: Yoan Yohana Tallane, S.E., M.Acc
PERTEMUAN 3

Sistem Administrasi Perpajakan terkait Undang-undang Pajak


Penghasilan Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2008 dan
Perubahan yang Terdapat dalam UU No.7 Tahun 2021 (UU HPP)
Agenda Pertemuan 3
01 SUBJEK PAJAK BESERTA CONTOH

02 OBJEK PAJAK BESERTA CONTOH

CARA MENGHITUNG PAJAK BAGI


03 PENGUSAHA KENA PAJAK

04 TATA CARA PEMBAYARAN DAN


PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN
Agenda Pertemuan 3
05 PERHITUNGAN PAJAK PADA AKHIR
TAHUN KETENTUAN LAIN
1. SUBJEK PAJAK BESERTA CONTOH
1.1. SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008

a. b. c.

1. orang pribadi; badan Bentuk Usaha Tetap.

Bentuk Usaha Tetap merupakan


2. warisan yang belum subjek pajak yang perlakuan
terbagi sebagai satu perpajakannya dipersamakan
kesatuan dengan subjek pajak badan.
menggantikan yang
berhak;
1.1. SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang


a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan
yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
usaha tetap di Indonesia; dan

b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,


b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: 1.
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan
pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan
undangan; 2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
Pemerintah Daerah; dan 4. pembukuannya diperiksa oleh aparat
bentuk usaha tetap di Indonesia.
pengawasan fungsional negara; dan

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan


yang berhak.
2. OBJEK PAJAK BESERTA CONTOH
2.1. OBJEK PAJAK
Apa yang dimaksud
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau dengan Objek
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun Pajak?
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

Laba usaha;

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta


2.1. OBJEK PAJAK
Apa yang dimaksud
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau dengan Objek
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun Pajak?
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak;

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;


2.2. GAMBARAN PPH BADAN
BERAPA JUMLAH PAJAK YANG DIKENAKAN PADA SEBUAH BADAN DILIHAT DARI
BERAPA LABA DARI PERUSAHAAN TERSEBUT  ACUANNYA: LAPORAN LABA RUGI

Apakah semua komponen


PENGHASILAN penghasilan dan beban yang
(REVENUE) terdapat pada laporan laba
rugi (incame statement)
komersial dapat digunakan
sebagai dasar dalam
perhitungan pajak badan?
BEBAN
(EXPENSES)
2.2. GAMBARAN PPH BADAN
BERAPA JUMLAH PAJAK YANG DIKENAKAN PADA SEBUAH BADAN DILIHAT DARI
BERAPA LABA DARI PERUSAHAAN TERSEBUT  ACUANNYA: LAPORAN LABA RUGI

PENGHASILAN
(REVENUE)

BEBAN
(EXPENSES)
2.2. GAMBARAN PPH BADAN
BERAPA JUMLAH PAJAK YANG DIKENAKAN PADA SEBUAH BADAN DILIHAT DARI
BERAPA LABA DARI PERUSAHAAN TERSEBUT  ACUANNYA: LAPORAN LABA RUGI
Karena tidak semua komponen dalam laporan keuangan komersial
digunakan dalam perhitungan pajak, maka perlu dilakukan:

PENGHASILAN
(REVENUE) REKONSILIASI FISKAL

Proses pencocokan antara laporan keuangan


komersial (yang disusun menggunakan standar
BEBAN akuntansi keuangan) dengan peraturan perpajakan
(EXPENSES) yang berlaku.
2.2. GAMBARAN PPH BADAN
BERAPA JUMLAH PAJAK YANG DIKENAKAN PADA SEBUAH BADAN DILIHAT DARI
BERAPA LABA DARI PERUSAHAAN TERSEBUT  ACUANNYA: LAPORAN LABA RUGI
Pasal 4 UU PPh
Penghasilan:
- Setiap tambahan ekonomis
PENGHASILAN - Yang diterima (cash basis) atau diperoleh (accrual basis) Wajib Pajak
- Baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
(REVENUE) - yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan; dan
- Dengan nama dan dalam bentuk apapun

1. Biaya yang dapat dikurangkan (Deductable Expense)


BEBAN (Pasal 6 ayat 1 UU PPh)
(EXPENSES)
2. Biaya yang tidak dapat dikurangkan (Non Deductable Expense)
(Pasal 9 ayat 1 UU PPh)
2.3. KONSEP PENGHASILAN
PPh Final
Objek Pajak

PPh Tidak Final


PENGHASILAN
(REVENUE)
Bagaimana cara menghitung
Bukan Objek Pajak penghasilan yang menjadi objek
pajak PPh Badan tidak final?

Total seluruh penghasilan (A)


Penghasilan yang bukan objek pajak (B)
Penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final (C) –
Penghasilan yang menjadi Objek Pajak Tidak Final = A-B-C
2.3. KONSEP PENGHASILAN
PT Sukacita Furniture PPh Final
1. Penjualan furniture 5M (2 dan 3)
2. Pendapatan bunga deposito Objek Pajak
200jt (1, 2, 3 dan 4)
3. Pendapatan sewa ruko PPh Tidak Final
150jt (1 dan 4)
4. Pendapatan sewa
kendaraaan 50jt
5. Hibah pemerintah 100jt Bagaimana cara menghitung
Bukan Objek Pajak
penghasilan yang menjadi objek
(5)
pajak PPh Badan tidak final?

Total seluruh penghasilan 5,5M


Penghasilan yang bukan objek pajak 100jt
Penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final 350jt–
Penghasilan yang menjadi Objek Pajak Tidak Final = 5,05M
2.3. KONSEP PENGHASILAN
PPh Final
Objek Pajak

PENGHASILAN
•Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lain, bunga obligasi dan
(REVENUE) surat utang negara dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi pribadi

Berupa hadiah undian

Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif


yang diperdagangan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau penghasilan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura.
Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha reak estate dan persewaan tanah
dan bangunan.
2.3. KONSEP PENGHASILAN

Objek Pajak

PPh Tidak Final


PENGHASILAN
(REVENUE)

•Kegiatan operasional utama perusahaan

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23

PPh Pasal 24
2.3. KONSEP PENGHASILAN

Objek Pajak

PPh Tidak Final


PENGHASILAN
(REVENUE)
Royalti, Sewa dan
penghasilan lain
Laba Usaha Dividen Bunga
sehubungan
penggunaan harta

Hadiah dari Keuntungan krn Keuntungan krn selisih


pekerjaan/kegiatan dan Tax Refund
pembebasan utang kurs mata uang asing
penghargaan

iuran yg diterima atau iuran yg diterima atau


diperoleh perkumpulan diperoleh perkumpulan
Premi asuransi dari anggotanya yg dari anggotanya yg
termasuk reasuransi terdiri dari WP yg terdiri dari WP yg
menjalankan usaha / menjalankan usaha /
pekerjaan bebas pekerjaan bebas
2.3. KONSEP PENGHASILAN

•Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang


diterima oleh badan amil zakat

PENGHASILAN Harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah


dalam garis keturunan lurus atau satu derajat
(REVENUE)
Bukan Objek Pajak
Warisan

Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh


badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal.

Pengganti atau imbalan sehubungan dengan


pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh
2.4. KONSEP BEBAN

Deductable Expense

BEBAN
(EXPENSES)
Non Deductable Bagaimana cara menghitung
beban yang dapat menjadi
Expense
pengurang dalam PPh Badan?

Total seluruh beban (A)


Non deductable expenses (C)–
Deductable expenses (B)
2.4. KONSEP BEBAN

Deductable Expense Biaya-biaya yang boleh


dikurangkan

BEBAN
(EXPENSES)
• Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain :
- biaya pembelian bahan
- berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji dll yang diberikan dalam
bentuk uang
- biaya sewa dan royalti
- biaya perjalanan
- biaya pengolahan limbah
- premi asuransi
- biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan MenKeu
- biaya administrasi
- pajak kecuali pajak penghasilan
2.4. KONSEP BEBAN

Deductable Expense Biaya-biaya yang boleh


dikurangkan

BEBAN
(EXPENSES)

• Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan


amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
• Iuran kepada dana pensiun
• Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan
2.4. KONSEP BEBAN

Deductable Expense Biaya-biaya yang boleh


dikurangkan

BEBAN
(EXPENSES)
• Kerugian selisih kurs mata uang asing
• Penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
• Biaya beasiswa, magang dan pelatihan
• Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
• Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan PP
• Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan PP
• Pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan PP
• Sumbangan fasilitas pendidikan
• Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga.
2.4. KONSEP BEBAN

• Pembagian laba dengan nama dan


dalam bentuk apapun seperti deviden,
BEBAN pembagian SHU
(EXPENSES) • Biaya untuk kepentingan pribadi
Non Deductable pemegang saham, sekutu atau
Expense anggota
• Pembentukan dana cadangan
• Premi asuransi kesehatan,
Biaya-biaya yang tidak boleh kecelakaan, jiwa, dwiguna dn asuransi
dikurangkan beasiswa yang dibayar WPOP
• Penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diberikan dalam bentuk
natura
2.4. KONSEP BEBAN

• Jumlah yang melebihi kewajaran


BEBAN yang dibayarkan pemegang saham
atau kepada pihak yang memiliki
(EXPENSES) hubungan istimewa
Non Deductable
Expense • Harta yang dihibahkan
• Pajak penghasilan
• Bunga yang dibebankan untuk
kepentingan pribadi
Biaya-biaya yang tidak boleh
dikurangkan • Gaji yang dibayarkan anggota
persekutuan, firma, CV yang
modalnya tidak terbagi atas saham
2.4. KONSEP BEBAN

• Sanksi administrasi
• Pengeluaran yang memiliki masa
manfaat lebih dari 1 tahun
BEBAN • Biaya untuk mendapat, menagih
(EXPENSES) dan memelihara penghasilan yang
Non Deductable bukan merupakan objek pajak
Expense • Biaya untuk mendapatkan,menagih
dan memelihara penghasilan
penghasilan yang pengenaan
pajaknya bersifat final.
Biaya-biaya yang tidak boleh
dikurangkan • Pajak penghasilan yang ditanggung
pemberi penghasilan
• Kerugian dari harta atau utang
yang tidak dimiliki yang tidak dapat
digunakan dalam usaha
3. CARA MENGHITUNG PAJAK BAGI
PENGUSAHA KENA PAJAK
3.1. MENGHITUNG PPH BADAN

Bagaimana Langkah 1: Perhatikan berapa peredaran bruto dalam 1 tahun


caranya
menghitung
PPh Badan? < 4,8M =/> 4,8M

=> 4,8M tapi


Pencatatan Pembukuan > 50M
tidak > 50M

PPh Final Fasilitas Fasilitas dan Non


TBK Bukan TBK
0,5% dari PB (50% x 22%) Fasilitas

Non Fasilitas
Tarif PPh Badan (Umum): 22% – 3%
22%
1. Tahun 2019 dan sebelumnya: 25% dari PKP
2. Tahun 2020 dan 2021: 22% dari PKP
3. Tahun 2022: 22% dari PKP
3.1. MENGHITUNG PPH BADAN

Bagaimana Langkah 2: Menghitung berapa Penghasilan Neto Fiskal


caranya
menghitung
PPh Badan?
Penghasilan neto yang diterima oleh
wajib pajak dalam negeri, baik dari
Penghasilan
kegiatan usaha maupun bukan, setelah
Neto Fiskal
melewati proses rekonsiliasi fiskal
yang berdasarkan ketentuan perpajakan
3.1. MENGHITUNG PPH BADAN

Bagaimana Langkah 3: Menghitung berapa Penghasilan Kena Pajak


caranya
menghitung
PPh Badan?
Penghasilan Penghasilan Neto Kompensasi
Kena Pajak Fiskal Kerugian Fiskal
(PKP)
3.1. MENGHITUNG PPH BADAN

Bagaimana Langkah 5: Menghitung PPh Terutang


caranya
menghitung
PPh Badan?

Penghasilan Kena
PPh Terutang Tarif
Pajak

Tarif yang berlaku sesuai


penentuan peredaran
bruto pada Langkah 1
3.1. MENGHITUNG PPH BADAN

Bagaimana Langkah 6: Menghitung PPh Kurang/Lebih Bayar


caranya
menghitung
PPh Badan?
PPh
Kurang/Lebih PPh Terutang Kredit Pajak
Bayar

Kredit Pajak  Pajak yang sudah dibayar sendiri/dipotong atas transaksi dengan
pihak lain.

1. PPh yang sudah dibayarkan melalui mekanisme pemotongan (Withholding Tax)


oleh pihak ketiga (PPh 23 dan PPh 22).
2. Angsuran PPh Badan yang telah dicicil dan dibayarkan sendiri (PPh 25 Badan).
3. PPh yang telah dibayarkan di luar Indonesia (PPh 24 Kredit Pajak Luar Negeri).
4. TATA CARA PEMBAYARAN DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN
4.1. BATAS WAKTU PEMBAYARAN DAN PELAPORAN
PAJAK
4.1. BATAS WAKTU PEMBAYARAN DAN PELAPORAN
PAJAK
4.2. PELAPORAN SPT MASA
Batas akhir penyetoran PPh masa yaitu tanggal 10 dan tanggal 15 di bulan berikutnya. Tanggal 15 sendiri
diperuntukkan bagi bukti setor dan tanggal 10 bagi bukti pemotongan/pemungutan.

Tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak untuk SPT Masa:

1. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran pajak pada hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, makan pembayaran
dilakukan pada hari kerja berikutnya.

2. Apabila tanggal batas akhir pelaporan pada hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.

3. Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan umum yang ditetapkan oleh
Pemerintah dan cuti bersama nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan
oleh Pemerintah.

4. Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT masa berdasarkan jenis pajak:
4.1. TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=JOdYWv5QVTU
TERIMA KASIH

TUHAN MEMBERKATI 

Anda mungkin juga menyukai