KELOMPOK 1 :
01 WAJIB PAJAK
06 KASUS
WAJIB PAJAK
UU Nomor 11 Tahun 2020 Pasal 2 (2)
WPDN
WPLN
Dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima Dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang
atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
Indonesia (world wide income)
Penghasilan yang dikenakan pajak adalah
Penghasilan yang dikenakan pajak adalah penghasilan bruto dengan tarif sepadan, kecuali
penghasilan netto dengan tarif umum WPLN tersebut menjalankan usaha melalui
Bentuk Usaha tetap di Indonesia dimana BUT
memiliki kewajiban pajak yang sama dengan
Wajib menyampaikan SPT WPDN.
Proyek konstruksi, instalasi, Pemberian jasa dalam Orang atau badan yang bertindak Agen atau pegawai dari
atau proyek perakitan adalah bentuk apa pun oleh selaku agen yang kedudukannya perusahaan asuransi
proyek konstruksi, instalasi, pegawai atau orang tidak bebas; dan Orang atau yang tidak didirikan
atau proyek perakitan yang lain, sepanjang badan yang bertindak selaku dan tidak bertempat
merupakan usaha atau dilakukan lebih dari 60 agen yang kedudukannya tidak kedudukan di Indonesia
kegiatan Orang Pribadi Asing (enam puluh) hari bebas merupakan bentuk usaha yang menerima premi
atau Badan Asing di dalam jangka waktu 12 tetap sepanjang orang pribadi asuransi atau
Indonesia. (dua belas) bulan atau badan bertindak untuk dan menanggung risiko di
atas nama Orang Pribadi Asing Indonesia.
atau Badan Asing.
Penggolongan Penghasilan Bentuk Usaha Tetap
(UU Nomor 11 Tahun 2020 Pasal 5)
Penghasilan dari usaha atau kegiatan Bentuk Penghasilan kantor pusatnya dari usaha atau Penghasilan yang diterima oleh kantor pusat
Usaha Tetap tersebut dan dari harta yang kegiatan penjualan barang atau pemberian (wajib pajak luar negeri) dari Indonesia,
dimiliki atau dikuasai (Penghasilan BUT jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang sepanjang terdapat hubungan efektif antara
sendiri) dijalankan/dilakukan oleh BUT di Indonesia. BUT-nya dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan tersebut.
Cara menghitung Penghasilan Kena Pajak BUT
UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 (1), KEP - 62/PJ./1995
Biaya administrasi Kantor Pusat yang berkaitan dengan Biaya-biaya yang berkenaan dengan penghasilan BUT
usaha/kegiatan BUT (KEP-62/PJ/1995), yaitu: tersebut di atas (biaya-biaya untuk mendapatkan,
Biaya administrasi Kantor Pusat yang berkaitan dan dalam menagih, dan memelihara penghasilan BUT).
rangka menunjang usaha atau kegiatan BUT yang bersangkutan.
Maksimum sebanding dengan besarnya peredaran usaha BUT di
Indonesia terhadap seluruh peredaran usaha perusahaan di
seluruh dunia. Pembayaran BUT kepada Kantor Pusat yang Tidak Dapat
BUT di Indonesia yang mengurangkan biaya administrasi Kantor Dibebankan Sebagai Biaya adalah :
Pusat tersebut di atas wajib melampirkan dalam SPT-nya Royalty atau imbalan lainnya sehubungan dengan
Laporan Keuangan Konsolidasi yang meliputi seluruh penggunaan harta, patent, atau hak-hak lainnya.
usaha/kegiatan di seluruh dunia untuk tahun pajak yang Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa-
bersangkutan. jasa lainnya.
Laporan Keuangan Konsolidasi tersebut harus telah diaudit oleh Bunga, kecuali berkenaan dengan usaha perbankan.
Akuntan Publik dan mengungkapkan rincian peredaran usaha
perusahaan serta jenis dan besarnya biaya administrasi yang Dalam hal sebaliknya (pembayaran-pembayaran tersebut di
dibebankan pada masing-masing BUT di negara tempat BUT atas diterima oleh BUT dari Kantor Pusatnya), juga bukan
tesebut berada. merupakan obyek PPh, kecuali bunga yang berkenaan dengan
usaha perbankan
Branch Profit Tax
Penghitungan PPh Pasal 26 atas Laba Setelah Pajak yang Diperoleh BUT (14/PMK.03/2011)
Tambahan PPh atas laba setelah pajak yang diperoleh BUT tersebut tidak
dikenakan apabila laba setelah pajak BUT tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia, dengan syarat :
a. Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan
di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri;
Pajak 20% b. Penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan
Laba setelah pajak
di Indonesia sebagai pemegang saham;
c. Pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh Bentuk Usaha Tetap untuk
menjalankan usaha Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia; atau
d. Investasi berupa aktiva tidak berwujud oleh Bentuk Usaha Tetap untuk
menjalankan usaha Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia.
Syarat Tambahan
Untuk penanaman kembali di Indonesia dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri, harus memenuhi tambahan persyaratan sebagai berikut:
01 a. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia secara aktif telah melakukan kegiatan usaha sesuai akta
pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak perusahaan tersebut didirikan; dan
b. Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas penyertaan modal paling sedikit dalam jangka waktu
2 (dua) tahun sejak perusahaan baru dimaksud berproduksi komersial.
Untuk penanaman kembali di Indonesia dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan
berkedudukan di Indonesia sebagai pemegang saham, harus memenuhi tambahan persyaratan sebagai berikut:
02 a. Perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia mempunyai kegiatan usaha aktif di Indonesia; dan
b. Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas penyertaan modal paling sedikit dalam jangka
waktu 3 (tiga) tahun sejak penyertaan modal.
1. Siapkan dokumen
secara tertulis 2. Datang keKepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat
Isi pemberitahuan secara tertulis mengenai realisasi Wajib Pajak terdaftar
penanaman kembali yang telah dilakukan, paling sedikit
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi
Pajak Penghasilan dari Bentuk Usaha Tetap dan
Tahun Pajak yang bersangkutan; dan
b. Bentuk penanaman kembali, jumlah realisasi
penanaman kembali, dan Tahun Pajak dilakukan
realisasi penanaman kembali.
3. Siapkan SPT
Tahunan Pada
4. Serahkan
Tahun yang
kepada Petugas
Bersangkutan
Saat berproduksi komersial adalah saat perusahaan yang baru didirikan
tersebut telah mulai memproduksi barang untuk dijual bagi perusahaan
manufaktur atau saat perusahaan mulai melakukan penjualan barang
dan/atau jasa bagi perusahaan selain manufaktur.
Apabila jangka waktu telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak
menerbitkan surat keputusan tentang saat berproduksi komersial, saat
WP BUT MELAKUKAN PENANAMAN MODAL KEMBALI HARUS berproduksi komersial adalah berdasarkan pemberitahuan tertulis yang
MENYAMPAIKAN PEMBERITAHUAN SECARA TERTULIS disampaikan oleh Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan.
MENGENAI SAAT MULAI BERPRODUKSI KOMERSIAL
Dalam hal penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh BUT
dikenakan PPh yang bersifat final, maka dasar pengenaan PPh Pasal 26
ayat (4) adalah Penghasilan Kena Pajak yang dihitung berdasarkan
pembukuan yang sudah dikoreksi fiskal dikurangi dengan PPh yang
bersifat final.
Layanan OTT (Over-The-Top)
Penentuan BUT menurut P3B (SE - 04/PJ/2017)
Layanan Over-The-Top yang selanjutnya disebut Layanan OTT meliputi Layanan Aplikasi melalui Internet dan/atau Layanan Konten melalui Internet.
Berdasarkan P3B, secara umum penentuan hak pemajakan atas laba usaha SPLN BUT adalah suatu tempat usaha tetap dimana seluruh
yang berasal dari negara mitra atau yurisdiksi mitra P3B adalah berdasarkan atau sebagian usaha dari suatu perusahaan dijalankan.
keberadaan BUT. Laba usaha yang diterima atau diperoleh dari usaha atau Definisi ini mengandung adanya persyaratan:
kegiatan oleh SPLN hanya dapat dikenai pajak di Indonesia sepanjang usaha atau 1. Keberadaan suatu tempat usaha (place of
kegiatan SPLN tersebut dilakukan melalui BUT di Indonesia. business) yang dapat berbentuk tempat
(premises), fasilitas (facilities), atau instalasi
Penentuan BUT dalam bentuk server yang berada di Indonesia dapat dilakukan (installation);
sepanjang SPLN menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui server 2. Keberadaan suatu tempat usaha tersebut bersifat
tersebut. BUT dapat berupa pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai tetap (fixed) atau permanen yaitu diselenggarakan
atau oleh orang lain di Indonesia, sepanjang memenuhi ketentuan tentang time di suatu tempat tertentu yang tidak bersifat
test dalam P3B antara Indonesia dengan negara mitra atau yurisdiksi mitra, atau sementara; dan
adanya agen yang kedudukannya tidak bebas di Indonesia yang mempunyai 3. Tempat usaha yang bersifat tetap (fixed place of
kewenangan atau melakukan kegiatan sebagaimana diatur dalam P3B. Penentuan business) tersebut digunakan untuk menjalankan
keberadaan suatu BUT di Indonesia dilakukan dengan memperhatikan bahwa usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
usaha atau kegiatan yang dilakukan SPLN tersebut tidak bersifat persiapan
(preparatory) atau penunjang (auxiliary).
BUT bagi SPLN yang menyediakan Layanan OTT
28% (Tahun2009) 25% (Tahun 2010 – 2019) 22% (Tahun 2020 – 2021) 20% (Tahun 2022)
KASUS 1
BRANCH PROFIT TAX Pendapatan Usaha
Rp. 3.000.000.000,-
Sudah dimodifikasi dengan ketentuan terbaru.
(40,82%)
Pendapatan Usaha
Rp. 4.000.000.000,-
(54,42%)
Indonesia
Penghitungan Pengenaan Pajak di Indonesia
*) PPh Pasal 17 Tahun 2020 sebesar 22% Sesuai UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 (1) huruf b & penjelasan, UU No. 2 Tahun 2020 Pasal 5 &
penjelasan, PER – 08/PJ/2020
Penghitungan Pengenaan Pajak di Indonesia
Apakah Kewajiban
pajak dari BUT Chekov
atas kegiatan
pelayaran tersebut?
Pembahasan