Pajak Penghasilan
(PPh)
Maret 2021
1
AGENDA
1 Konsep Pajak Penghasilan
2
1. Konsep PPh
3
1 1 Dasar Hukum
5
1 2 Pengenaan Pajak
Note:
• Tahun pajak adalah tahun takwim. Jika tahun buku tidak sama,
dapat menggunakan tahun buku asalkan berdurasi 12 bulan.
6
2. Subjek Pajak dan Bukan
Subjek Pajak
Landasan Hukum: Pasal 2 s.d. Pasal 3 UU Cipta Kerja
7
2 1 Subjek Pajak
8
2 1 Subjek Pajak
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)
a b
9
a
Subjek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 Ayat (3)
Orang Pribadi :
baik yang merupakan Warga Negara Indonesia maupun warga negara
asing yang:
• bertempat tinggal di Indonesia;
• berada dalam di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau
• dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia;
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
• Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
• Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
• Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
• Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara.
Warisan yang belum terbagi: Menggantikan yang berhak. 10
b
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)
• orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia;
• warga negara asing yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan;
• Warga Negara Indonesia yang
berada di luar Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan serta memenuhi
persyaratan:
• tempat tinggal;
• pusat kegiatan utama;
• tempat menjalankan
kebiasan;status subjek pajak;
dan/atau
• persyaratan tertentu lainnya 11
b
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)
12
c
Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Pasal 2 Ayat (5)
Orang pribadi
sebagai
Untuk subjek pajak LN
menjalankan Bentuk
usaha atau usaha yang
kegiatan di dipergunak
Indonesia. an oleh:
Badan
sebagai
subjek pajak LN
13
c Dipertegas dengan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) PMK No-35
Pasal 2 Ayat (5) /PMK.03/2019
SP DN SP LN
Penghasilan dari Indonesia Penghasilan hanya yang
dan dari luar Indonesia berasal dari Indonesia saja
(World Wide Income) (Source Concept of Income)
Dasar Pengenaan Pajak dari Dasar Pengenaan Pajak dari
Penghasilan Neto Penghasilan Bruto
Dikenakan Tarif Umum Dikenakan Tarif Ps. 26
(Ps.17) (atau sesuai Tax Treaty)
Wajib Menyampaikan SPT Tidak Wajib Menyampaikan
SPT
Ilustrasi Indentifikasi Subjek Pajak
Peraturan perpajakan membedakan Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN), Subjek Pajak Luar
Negeri (SPLN), dan bukan subjek pajak. Berikut informasi identitas orang pribadi dan
badan. Bagaimanakah status pajaknya?
No Nama Tempat Tinggal Keterangan Status
. /
Kedudukan
1. Andi Palembang Tinggal dan bekerja di kota kelahiran.
2. Amir Makassar Sejak 1 April 2012 pindah ke New York,
berencana menetap dan bekerja di kota
tersebut.
3. Ari Medan Berada di Indonesia antara 2 Februari 2012 –
11 November 2012.
4, Alfi Bandung Bekerja selama 1 bulan dan berencana
menetap.
5. Ajeng Washington Pemilik saham satu perusahaan yang
beroperasi di Indonesia.
18
Ilustrasi 2.1 (2) (Subjek Pajak)
19
3. Objek Pajak dan Bukan
Objek Pajak
(Pasal 4 s/ d Pasal 15 UU Cipta Kerja)
20
3 1 Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
22
Bagan Pajak Perusahaan
Dipotong
PPh 23 atas
penghasilan jasa Badan
Memotong
PPh 21 atas
gaji
Penentuan Penghasilan
penghasilan Tidak dikenakan
sebagai Objek Pajak Final
Pajak
Non Taxable
Income
(Pasal 4 ayat 3
UU PPh)
3 3 Objek Pajak Penghasilan
Penghasilan –
tambahan kemampuan
Penghasilan –tidak Tidak dikenakan
ekonomis yang diterima
dimasukkan ke pajak, tidak
wajib pajak
penghitungan PKP, dimasukkan ke
Baik dari Indonesia
namun dikenakan penghitungan PKP
maupun luar Indonesia
tarif khusus
dan dimasukkan ke
penghitungan PKP
25
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1)
26
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1)
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan
modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
iii.Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa
pun;
iv.Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat
dan badan keagamaan, pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak yang bersangkutan; dan
v. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan; 27
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1)
Ayat 1a
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), warga
negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri dikenai Pajak
Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia dengan ketentuan:
a. memiliki keahlian tertentu; dan
b. berlaku selama 4 (empat) tahun pajak yang dihitung sejak menjadi subjek
pajak dalam negeri.
Ayat 1b
Termasuk dalam pengertian penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) berupa penghasilan yang
diterima atau diperoleh warga negara asing sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan di Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan di luar Indonesia.
30
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1c-1d)
Ayat 1c
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) tidak berlaku terhadap
warga negara asing yang memanfaatkan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda antara pemerintah Indonesia dan pemerintah negara mitra atau
yurisdiksi mitra Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda tempat warga
negara asing memperoleh penghasilan dari luar Indonesia.
Ayat 1d
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keahlian tertentu serta tata cara
pengenaan Pajak Penghasilan bagi warga negara asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1a) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
31
3 3 2 Objek Pajak Penghasilan Final
Pasal 4 Ayat 2
32
3 3 2 Objek Pajak Penghasilan Final
Pertimbangan Pengenaan:
Dorongan
Kesederhana Pengurangan Pemerataan Pengembang Perkembang
an Beban Pengenaan an Investasi an Ekonomi
Pemotongan Administratif Pajak dan dan Moneter
Tabungan
33
3 3 2 Objek Pajak Penghasilan Final
b. Warisan;
c. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final
atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
e. pembayaran dari perusahaan asuransi karena kecelakaan, sakit
atau karena meninggalnya orang yang tertanggung, dan
pembayaran asuransi beasiswa;
36
3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
3 Pasal 4 Ayat (3)
f. dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
1. dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak:
• orang pribadi dalam negeri sepanjang dividen tersebut diinvestasikan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu;
dan/atau
• badan dalam negeri;
2. dividen yang berasal dari luar negeri dan penghasilan setelah pajak dari suatu
bentuk usaha tetap di luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan
dalam negeri atau Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, sepanjang
diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu, dan memenuhi
persyaratan berikut:
a. dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut paling
sedikit sebesar 30% (tiga puluh persen) dari laba setelah pajak; atau
b. dividen yang berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa efek diinvestasikan di Indonesia sebelum Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas dividen tersebut
sehubungan dengan penerapan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang ini;37
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
3. dividen yang berasal dari luar negeri sebagaimana dimaksud pada angka 2
merupakan:
a. dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang
sahamnya diperdagangkan di bursa efek; atau
b. dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sesuai dengan proporsi
kepemilikan saham;
6. dalam hal dividen yang berasal dari badan usaha di luar negeri yang
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek diinvestasikan di Indonesia
setelah Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas
dividen tersebut sehubungan dengan penerapan Pasal 18 ayat (2) Undang-
Undang ini, dividen dimaksud tidak dikecualikan dari pengenaan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 2; 39
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
8. pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 7, berlaku
ketentuan:
a. tidak dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang;
b. tidak dapat dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan; danf
atau
c. tidak dapat dimintakan pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
40
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
9. dalam hal Wajib Pajak tidak menginvestasikan penghasilan dalam jangka
waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 7, berlaku
ketentuan:
a. penghasilan dari luar negeri tersebut merupakan penghasilan pada tahun
pajak diperoleh; dan
b. Pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan tersebut merupakan kredit pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 Undang-Undang ini;
41
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
42
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang
unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
• Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
• Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia; 43
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan. 44
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
o. dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
dan/atau BPIH khusus, dan penghasilan dari pengembangan
keuangan haji dalam bidang atau instrumen keuangan tertentu,
diterima Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
46
4. Konsep Penghitungan
Pajak Penghasilan
Landasan Hukum: Pasal 16 s/ d Pasal 19 UU Pajak Penghasilan
47
4 1 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
(Pasal 16)
48
4 2 Tarif Pajak
(Pasal 17)
49
4 2 Tarif Pajak
50
4 2 Tarif Pajak
51
Ilustrasi Tambahan
(Fasilitas Perpajakan)
PT. Mulia memiliki total penjualan 24 milyar, beban yang boleh dikurangkan sebesar 20
milyar. Hitunglah PPh yang harus dibayar PT Mulia.
Jawaban:
Perusahaan berhak mendapat fasilitas karena penghasilan bruto < 50 milyar
Hitung PKP:
Penghasilan kena pajak = 24 milar – 20 milyar = 4 milyar
Hitung porsi yang mendapat fasilitas:
Porsi penghasilan yang mendapat fasilitas 4,8 /24 = 20%
Penghasilan yang mendapat fasilitas 4 millyar x 20% = 800 juta
Total PPh yang harus dibayar =
= (800 juta x 25% x50%) + (3.,2 milyar x 25%) = 100 + 800 = 900 juta
53