Anda di halaman 1dari 53

Pertemuan 2

Pajak Penghasilan
(PPh)
Maret 2021

1
AGENDA
1 Konsep Pajak Penghasilan

2 Subjek Pajak Penghasilan

3 Objek Pajak Penghasilan

4 Penghitungan Pajak Penghasilan

2
1. Konsep PPh

3
1 1 Dasar Hukum

Undang-Undang (UU) No. 11 Tahun 2020


tentang Cipta Kerja
Undang – Undang (UU) No. 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan

Diatur lebih lanjut dengan:


• Peraturan Pemerintah (PP)
• Peraturan & Keputusan Presiden (Perpres & Keppres)
• Peraturan & Keputusan Menkeu (PMK & KMK)
• Peraturan, Keputusan, dan Surat Edaran Dirjen Pajak
(PER, KEP, dan SE DJP)
4
Situs Unduh Aturan Perpajakan
• https://pajak.go.id/
• http://ortax.org/ortax/
• http://perpajakan.id/

5
1 2 Pengenaan Pajak

Pasal 1 UU No. 36 tahun 2008:


Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.

Note:
• Tahun pajak adalah tahun takwim. Jika tahun buku tidak sama,
dapat menggunakan tahun buku asalkan berdurasi 12 bulan.

6
2. Subjek Pajak dan Bukan
Subjek Pajak
Landasan Hukum: Pasal 2 s.d. Pasal 3 UU Cipta Kerja

7
2 1 Subjek Pajak

Orang Pribadi (OP)

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,


bersifat menggantikan yang berhak.
Subjek
Pajak
Pasal 2 Ayat (1) Badan
Pasal 2 Ayat (1a)

Bentuk usaha tetap (BUT),


merupakan subyek pajak yang perlakuan pajaknya
dipersamakan dengan subyek pajak badan.

8
2 1 Subjek Pajak

Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)

a b

Dalam Negeri Luar Negeri

9
a
Subjek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 Ayat (3)

Orang Pribadi :
baik yang merupakan Warga Negara Indonesia maupun warga negara
asing yang:
• bertempat tinggal di Indonesia;
• berada dalam di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau
• dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia;
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
• Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
• Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
• Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
• Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara.
Warisan yang belum terbagi: Menggantikan yang berhak. 10
b
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)
• orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia;
• warga negara asing yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan;
• Warga Negara Indonesia yang
berada di luar Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan serta memenuhi
persyaratan:
• tempat tinggal;
• pusat kegiatan utama;
• tempat menjalankan
kebiasan;status subjek pajak;
dan/atau
• persyaratan tertentu lainnya 11
b
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)

Menerima atau memperoleh


penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha Badan yang tidak didirikan
atau kegiatan melalui BUT di dan tidak bertempat
Indonesia. kedudukan di Indonesia.

Menjalankan usaha atau


kegiatan melalui BUT di
Indonesia.

12
c
Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Pasal 2 Ayat (5)

Orang pribadi
sebagai
Untuk subjek pajak LN
menjalankan Bentuk
usaha atau usaha yang
kegiatan di dipergunak
Indonesia. an oleh:
Badan
sebagai
subjek pajak LN

13
c Dipertegas dengan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) PMK No-35
Pasal 2 Ayat (5) /PMK.03/2019

a. Tempat kedudukan manajemen; m. Pemberian jasa, sepanjang dilakukan


b. Cabang perusahaan; lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam
c. Kantor perwakilan; jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
d. Gedung kantor; n. Orang atau badan selaku agen yang
e. Pabrik; kedudukannya tidak bebas;
f. Bengkel; o. Agen atau pegawai dari perusahan
g. Gudang; asuransi yang tidak didirikan dan
h. Ruang untuk promosi dan penjualan; berkedudukan di Indonesia yang
i. Pertambangan dan penggalian menerima premi asuransi atau
sumber alam; menanggung risiko di Indonesia; dan
j. Wilayah kerja pertambangan minyak p. Komputer, agen elektronik, atau
dan gas bumi; peralatan otomatis yang dimiliki,
k. Perikanan, peternakan, pertanian, disewa, atau digunakan oleh
perkebunan, atau kehutanan; penyelenggara transaksi elektronik
l. Proyek konstruksi, instalasi, atau untuk menjalankan kegiatan usaha
proyek perakitan; melalui internet. 14
2 2 Tidak Termasuk Subjek Pajak
Pasal 3

Terdiri atas: c. Organisasi-organisasi internasional,


yang ditetapkan Menkeu, dengan
a. Kantor perwakilan negara asing; syarat:
b. Pejabat perwakilan diplomatik dan • Indonesia menjadi anggota
konsulat atau pejabat lain dari negara organisasi tersebut; dan
asing dan orang yang diperbantukan/ • Tidak menjalankan usaha atau
yang bekerja dan bertempat tinggal kegiatan lain untuk memperoleh
bersama mereka dengan syarat : penghasilan dari Indonesia selain
• Bukan warga negara Indonesia; memberikan pinjaman kepada
dan pemerintah yang dananya berasal
• Di Indonesia tidak menerima atau dari iuran para anggota;
memperoleh penghasilan di luar d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
jabatan atau pekerjaannya internasional (c) dengan syarat bukan
tersebut; serta warga negara Indonesia dan tidak
• Negara bersangkutan memberikan menjalankan usaha, kegiatan, atau
perlakuan timbal balik; pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia. 15
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif
2 3 Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN)

Orang Pribadi Badan Warisan yg blm terbagi

Mulai: Mulai: Mulai:


- Saat dilahirkan. Saat didirikan/ Saat timbulnya warisan.
- Saat berada atau berkedudukan di
berniat tinggal di Indonesia.
Indonesia.
Berakhir:
Berakhir: Berakhir:
Saat warisan selesai
- Saat meninggal. Saat dibubarkan atau
dibagikan.
- Meninggalkan tidak lagi berkedudukan
Indonesia untuk di Indonesia.
selamanya.
16
Perbedaan Subyek Pajak Dalam Negeri dengan Subyek Pajak Luar
Negeri

SP DN SP LN
Penghasilan dari Indonesia Penghasilan hanya yang
dan dari luar Indonesia berasal dari Indonesia saja
(World Wide Income) (Source Concept of Income)
Dasar Pengenaan Pajak dari Dasar Pengenaan Pajak dari
Penghasilan Neto Penghasilan Bruto
Dikenakan Tarif Umum Dikenakan Tarif Ps. 26
(Ps.17) (atau sesuai Tax Treaty)
Wajib Menyampaikan SPT Tidak Wajib Menyampaikan
SPT
Ilustrasi Indentifikasi Subjek Pajak

Peraturan perpajakan membedakan Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN), Subjek Pajak Luar
Negeri (SPLN), dan bukan subjek pajak. Berikut informasi identitas orang pribadi dan
badan. Bagaimanakah status pajaknya?
No Nama Tempat Tinggal Keterangan Status
. /
Kedudukan
1. Andi Palembang Tinggal dan bekerja di kota kelahiran.
2. Amir Makassar Sejak 1 April 2012 pindah ke New York,
berencana menetap dan bekerja di kota
tersebut.
3. Ari Medan Berada di Indonesia antara 2 Februari 2012 –
11 November 2012.
4, Alfi Bandung Bekerja selama 1 bulan dan berencana
menetap.
5. Ajeng Washington Pemilik saham satu perusahaan yang
beroperasi di Indonesia.
18
Ilustrasi 2.1 (2) (Subjek Pajak)

No. Nama Tempat Keterangan Status


Tinggal /
Kedudukan
6. PT. Nusa Jakarta Didirikan di Indonesia oleh WNA.
Merupakan dependent agent dari
perusahaannya yang berbasis di Singapura.
7. PT. Buana Medan Berkedudukan di Indonesia, namun seluruh
penghasilannya bersumber dari investasi di
luar negeri.
8. Leipz & Co. Berlin Berkedudukan di luar negeri, namun
memiliki investasi saham atas satu
perusahaan di Indonesia.
9. Hush & Co London Berkedudukan di luar negeri, dan memiliki
showroom di Indonesia.
10 PT. Kiara Lombok Didirikan di Indonesia, namun berencana
untuk memindahkan kedudukan dan
operasinya ke luar negeri.

19
3. Objek Pajak dan Bukan
Objek Pajak
(Pasal 4 s/ d Pasal 15 UU Cipta Kerja)

20
3 1 Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

• Merupakan setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang:
– Diterima atau diperoleh wajib pajak.
– Berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia.
– Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak.

Dengan nama dan dalam bentuk apapun


21
3 2
Ketentuan Khusus Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

 Semua penghasilan digabungkan dalam satu tahun pajak.


 Jika menderita kerugian dikompensasikan dengan
penghasilan lain kecuali kerugian dari luar negeri.
 Untuk penghasilan dikenakan final atau dikecualikan dari
objek pajak tidak boleh digabungkan.

22
Bagan Pajak Perusahaan

Dipotong
PPh 23 atas
penghasilan jasa Badan
Memotong
PPh 21 atas
gaji

Penghitungan Pajak Perusahaan PPN atas


Penghasilan XXX PBB penyerahan
Bea Materai barang/ jasa
Beban yang dapat dikurangkan (XXX)
BPHTB
Penghasilan Kena Pajak XXX Pajak Daerah
Dikalikan tarif pajak
Pajak terutang setahun fiskal XXX Lapor
Kredit pajak (XXX) KPP
•Dipotong pihak lain (PPh 22, 23)
•Pajak luar negeri (PPh 24)
•Angsuran pajak (PPh 25)
Pajak kurang/ lebih bayar (PPh 29/28) Setor
XXX Kas negara
Penghasilan
dikenakan Pajak
Final
(Pasal 4 ayat 2
Taxable Income UU PPh)
(Pasal 4 ayat 1 UU
PPh)

Penentuan Penghasilan
penghasilan Tidak dikenakan
sebagai Objek Pajak Final
Pajak

Non Taxable
Income
(Pasal 4 ayat 3
UU PPh)
3 3 Objek Pajak Penghasilan

OBJEK PAJAK OBJEK PAJAK BUKAN OBJEK


SECARA UMUM FINAL PAJAK
4 AYAT 1 4 AYAT 2 4 AYAT 3

Penghasilan –
tambahan kemampuan
Penghasilan –tidak Tidak dikenakan
ekonomis yang diterima
dimasukkan ke pajak, tidak
wajib pajak
penghitungan PKP, dimasukkan ke
Baik dari Indonesia
namun dikenakan penghitungan PKP
maupun luar Indonesia
tarif khusus
dan dimasukkan ke
penghitungan PKP

25
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1)

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa


yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU Pajak
Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
c. Laba usaha;

26
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1)
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan
modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
iii.Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa
pun;
iv.Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat
dan badan keagamaan, pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak yang bersangkutan; dan
v. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan; 27
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan


sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
28
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1)

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang
yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
29
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1a-1b)

Ayat 1a
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), warga
negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri dikenai Pajak
Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia dengan ketentuan:
a. memiliki keahlian tertentu; dan
b. berlaku selama 4 (empat) tahun pajak yang dihitung sejak menjadi subjek
pajak dalam negeri.

Ayat 1b
Termasuk dalam pengertian penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) berupa penghasilan yang
diterima atau diperoleh warga negara asing sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan di Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan di luar Indonesia.
30
Objek Pajak Penghasilan
3 3 1
Pasal 4 Ayat (1c-1d)

Ayat 1c
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) tidak berlaku terhadap
warga negara asing yang memanfaatkan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda antara pemerintah Indonesia dan pemerintah negara mitra atau
yurisdiksi mitra Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda tempat warga
negara asing memperoleh penghasilan dari luar Indonesia.

Ayat 1d
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keahlian tertentu serta tata cara
pengenaan Pajak Penghasilan bagi warga negara asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1a) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

31
3 3 2 Objek Pajak Penghasilan Final
Pasal 4 Ayat 2

Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan


diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh pemberi
penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan.

Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir tahun,


penghasilan yang dikenakan pajak final bukan sebagai
penambah penghasilan dan pajak final tidak dapat menjadi
kredit pajak.
Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut

32
3 3 2 Objek Pajak Penghasilan Final

Pertimbangan Pengenaan:

Dorongan
Kesederhana Pengurangan Pemerataan Pengembang Perkembang
an Beban Pengenaan an Investasi an Ekonomi
Pemotongan Administratif Pajak dan dan Moneter
Tabungan

33
3 3 2 Objek Pajak Penghasilan Final

Objek PPh Final - Pasal 4 Ayat (2):


a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya
yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
34
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
a. 1. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/
lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan; 35
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)

b. Warisan;
c. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final
atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
e. pembayaran dari perusahaan asuransi karena kecelakaan, sakit
atau karena meninggalnya orang yang tertanggung, dan
pembayaran asuransi beasiswa;

36
3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
3 Pasal 4 Ayat (3)
f. dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
1. dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak:
• orang pribadi dalam negeri sepanjang dividen tersebut diinvestasikan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu;
dan/atau
• badan dalam negeri;

2. dividen yang berasal dari luar negeri dan penghasilan setelah pajak dari suatu
bentuk usaha tetap di luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan
dalam negeri atau Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, sepanjang
diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu, dan memenuhi
persyaratan berikut:
a. dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut paling
sedikit sebesar 30% (tiga puluh persen) dari laba setelah pajak; atau
b. dividen yang berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa efek diinvestasikan di Indonesia sebelum Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas dividen tersebut
sehubungan dengan penerapan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang ini;37
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
3. dividen yang berasal dari luar negeri sebagaimana dimaksud pada angka 2
merupakan:
a. dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang
sahamnya diperdagangkan di bursa efek; atau
b. dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sesuai dengan proporsi
kepemilikan saham;

4. dalam hal dividen sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b) dan


penghasilan setelah pajak dari suatu bentuk usaha tetap di luar negeri
sebagaimana dimaksud pada angka 2 diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia kurang dari 30% (tiga puluh persen) dari jumlah laba setelah
pajak sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a) berlaku ketentuan:
a. atas dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut,
dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan
b. atas selisih dari 30% (tiga puluh persen) laba setelah pajak dikurangi
dengan dividen dan/atau penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan
sebagaimana dimaksud pada huruf a) dikenai Pajak Penghasilan; dan
c. atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen dan/atau penghasilan
setelah pajak yang diinvestasikan sebagaimana dimaksud pada huruf 38 a)
serta atas selisih sebagaimana dimaksud pada huruf b), tidak dikenai Pajak
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
5. dalam hal dividen sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b dan
penghasilan setelah pajak dari suatu bentuk usaha tetap di luar negeri
sebagaimana dimaksud pada angka 2, diinvestasikan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebesar lebih dari 30% (tiga puluh persen) dari
jumlah laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a)
berlaku ketentuan:
a. atas dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan
tersebut dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan; dan
b. atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen danf atau
penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan sebagaimana
dimaksud pada huruf a), tidak dikenai Pajak Penghasilan;

6. dalam hal dividen yang berasal dari badan usaha di luar negeri yang
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek diinvestasikan di Indonesia
setelah Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas
dividen tersebut sehubungan dengan penerapan Pasal 18 ayat (2) Undang-
Undang ini, dividen dimaksud tidak dikecualikan dari pengenaan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 2; 39
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)

7. pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari luar negeri tidak


melalui bentuk usaha tetap yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan
dalam negeri atau Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikecualikan dari
pengenaan Pajak Penghasilan dalam hal penghasilan tersebut diinvestasikan
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu
dan memenuhi persyaratan berikut:
a. penghasilan berasal dari usaha aktif di luar negeri; dan
b. bukan penghasilan dari perusahaan yarlg dimiliki di luar negeri;

8. pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 7, berlaku
ketentuan:
a. tidak dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang;
b. tidak dapat dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan; danf
atau
c. tidak dapat dimintakan pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

40
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
9. dalam hal Wajib Pajak tidak menginvestasikan penghasilan dalam jangka
waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 7, berlaku
ketentuan:
a. penghasilan dari luar negeri tersebut merupakan penghasilan pada tahun
pajak diperoleh; dan
b. Pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan tersebut merupakan kredit pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 Undang-Undang ini;

10. ketentuan lebih lanjut mengenai:


a. kriteria, tata cara dan jangka waktu tertentu untuk investasi sebagaimana
dimaksud pada angka 1, angka 2, dan angka 7;
b. tata cara pengecualian pengenaan pajak penghasilan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, angka 2, dan angka 7; dan
c. perubahan batasan dividen yang diinvestasikan sebagaimana dimaksud
pada angka 4 dan angka 5, diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;

41
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya


telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;

42
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang
unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
• Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
• Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia; 43
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan. 44
3 3 3 Dikecualikan sebagai Objek Pajak
Pasal 4 Ayat (3)
o. dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
dan/atau BPIH khusus, dan penghasilan dari pengembangan
keuangan haji dalam bidang atau instrumen keuangan tertentu,
diterima Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan

p. sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga sosial


dan keagamaan yang terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana
dan prasarana sosial dan keagamaan dalam jangka waktu paling
lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, atau
ditempatkan sebagai dana abadi, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
45
Notes
• Asuransi
-- premi asuransi diterima oleh perush asuransi => obyek pajak
-- klaim asuransi => non obyek pajak
• Pensiun
-- iuran pensiun diterima oleh perusahaan dana pensiun => non obyek
pajak
-- uang pensiun diterima oleh pensiunan => obyek pajak

46
4. Konsep Penghitungan
Pajak Penghasilan
Landasan Hukum: Pasal 16 s/ d Pasal 19 UU Pajak Penghasilan

47
4 1 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
(Pasal 16)

Wajib pajak orang pribadi dalam Penghasilan, dikurangi biaya yang


negeri. dapat dikurangkan, dikurangi PTKP.

Penghasilan, dikurangi biaya yang


Wajib pajak badan dalam negeri,
dapat dikurangkan, dikurangi
serta WP BUT.
kompensasi kerugian.
Wajib Pajak yang menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Penghasilan dikalikan dengan NPPN,
Neto (NPPN). dikurangi PTKP untuk WP orang
pribadi.
Wajib Pajak yang terutang pajak
dalam bagian tahun pajak. Penghasilan netto disetahunkan

48
4 2 Tarif Pajak
(Pasal 17)

1. Tarif pajak progresif berlaku bagi WP orang pribadi

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 15%
250.000.000,00
3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%
500.000.000,00
4 Di atas Rp 500.000.000,00 30%

2. Sesuai Perppu 1 Tahun 2020, Tarif PPh Badan:


- Tahun Pajak 2020 dan 2021: 22%
- Tahun Pajak 2022 dst: 20%

49
4 2 Tarif Pajak

KETENTUAN KHUSUS ATAS TARIF PAJAK:


 Nilai Penghasilan Kena Pajak dibulatkan kebawah menuju
ribuan terdekat.
 Bagian pajak terutang bagi WP yang terutang dalam bagian
tahun pajak adalah:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑥 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
360
 Atas kurun waktu satu bulan penuh diasumsikan setara dengan
30 hari.

50
4 2 Tarif Pajak

KETENTUAN KHUSUS ATAS TARIF PAJAK:


 Tarif bagi WP badan dapat berlaku 5% lebih rendah, jika
memenuhi persyaratan minimal 40% sahamnya
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan persyaratan lain
sesuai ketentuan PP.
 Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima
puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan
Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)

51
Ilustrasi Tambahan
(Fasilitas Perpajakan)

PT. Mulia memiliki total penjualan 24 milyar, beban yang boleh dikurangkan sebesar 20
milyar. Hitunglah PPh yang harus dibayar PT Mulia.
Jawaban:
Perusahaan berhak mendapat fasilitas karena penghasilan bruto < 50 milyar
Hitung PKP:
Penghasilan kena pajak = 24 milar – 20 milyar = 4 milyar
Hitung porsi yang mendapat fasilitas:
Porsi penghasilan yang mendapat fasilitas 4,8 /24 = 20%
Penghasilan yang mendapat fasilitas 4 millyar x 20% = 800 juta
Total PPh yang harus dibayar =
= (800 juta x 25% x50%) + (3.,2 milyar x 25%) = 100 + 800 = 900 juta

*Asumsi tarif pajak: 25% 52


TERIMA KASIH

53

Anda mungkin juga menyukai