Anda di halaman 1dari 95

Perpajakan

Indonesia
Agenda

Subyek Pajak

Obyek Pajak

Cara Menghitung Pajak

Pelunasan Pajak

Fasilitas Pajak

2
UU PAJAK PENGHASILAN (UU 36/2008)
Perubahan keempat dari UU 7/1983

Ketentuan Umum

Subyek Pajak

Obyek Pajak
• Obyek; bukan obyek; pengurang dan bukan pengurang

Cara Menghitung Pajak


• Tarif, struktur modal, harga transaksi, revaluasi

Pelunasan pajak dalam Tahun Berjalan


• PPh 21; 22; 23; 24; 25; 26

Perhitungan pajak akhir tahun


• PPh 28; PPh 29

Ketentuan lain-lain; Peralihan dan Penutup

3
Subyek Pajak

Landasan Hukum:
Pasal 2 s/ d Pasal 3
UU Pajak Penghasilan

4
Subyek dan Obyek Pajak

ak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pa


atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
• PPh dapat dikenakan atas bagian
tahun pajak jika kewajiban subjektif
mulai dari bagian tahun.
• Tahun pajak adalah tahun takwim.
Jika tahun buku tidak sama, dapat
menggunakan tahun buku asalkan
berdurasi 12 bulan.
Dasar Hukum
Undang – Undang (UU) No. 36 Tahun
2008
Tentang
Perubahan Keempat atas
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan

Peraturan Pemerintah (PP)


Keputusan Presiden (Keppres)
Peraturan & Keputusan Menkeu (PMK & KMK)
Peraturan, Keputusan, dan Surat Edaran Dirjen Paja
(PER, KEP, dan SE DJP)
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)

Orang Pribadi (OP)


Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan, bersifat
menggantikan yang berhak.
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT),
merupakan subyek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan
dengan subyek pajak badan.
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)

Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)

Dalam Negeri Luar Negeri


Subjek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 Ayat (3)

Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam 12 bulan; atau
Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan
perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya
Warisan diperiksa oleh aparat
yang belum pengawasan
terbagi:
fungsional negara.
Menggantikan yang berhak. 9
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di


Indonesia/ berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam 12 bulan.
Badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia.

Menjalankan usaha Menerima atau


atau kegiatan melalui memperoleh
BUT di Indonesia. penghasilan dari
Indonesia bukan dari
menjalankan usaha
atau kegiatan melalui
Bentuk Usaha Tetap (1)
Pasal 2 Ayat (5)

Bentuk usaha yang dipergunakan oleh:

Orang pribadi sebagai Badan sebagai


subjek pajak LN subjek pajak LN

Untuk menjalankan usaha


atau kegiatan di Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap (1)
Pasal 2 Ayat (5)

a. Tempat kedudukan m.Pemberian jasa, sepanjang


manajemen; dilakukan lebih dari 60
b. Cabang perusahaan; (enam puluh) hari dalam
c. Kantor perwakilan; jangka waktu 12 (dua
d. Gedung kantor; belas) bulan;
e. Pabrik; n. Orang atau badan selaku
f. Bengkel; agen yang kedudukannya
g. Gudang; tidak bebas;
h. Ruang untuk promosi dan o. Agen atau pegawai dari
penjualan; perusahan asuransi yang
i. Pertambangan dan tidak didirikan dan
penggalian sumber alam; berkedudukan di Indonesia
j. Wilayah kerja yang menerima premi
pertambangan minyak asuransi atau menanggung
dan gas bumi; risiko di Indonesia; dan
k. Perikanan, peternakan, p. Komputer, agen elektronik,
Ilustrasi Indentifikasi Subjek Pajak

Peraturan
Peraturan perpajakan
perpajakan membedakan
membedakan Subjek Subjek Pajak
Pajak
Dalam
Dalam Negeri
Negeri (SPDN),
(SPDN), Subjek
Subjek Pajak
Pajak Luar
Luar Negeri
Negeri
(SPLN),
(SPLN), dan
dan bukan
bukan subjek
subjek pajak.
pajak. Berikut
Berikut informasi
informasi
identitas
identitas orang
orang pribadi
pribadi dan
dan badan.
badan. Bagaimanakah
Bagaimanakah
No Nama Tempat Tinggal Keterangan Status
status pajaknya pada tahun pajak
status pajaknya pada tahun pajak 2017?
/ 2017?
Kedudukan
1. Budi Palembang Tinggal dan bekerja di kota kelahiran. SPDN Orang
Pribadi
2. Beri Makassar Sejak 1 April 2017 pindah ke New York, Bukan Subjek
berencana menetap dan bekerja di kota Pajak
tersebut.
3. Berna Medan Berada di Indonesia antara 2 Februari SPDN Orang
2017 – 11 November 2017. Pribadi
4, Bamban Bandung Bekerja selama 1 bulan dan berencana SPDN Orang
g menetap. Pribadi
5. Ben Washington Pemilik saham satu perusahaan yang SPLN
beroperasi di Indonesia.
Ilustrasi 2.1 (2) (Subjek Pajak)

No. Nama Tempat Keterangan Status


Tinggal /
Kedudukan
6. PT. Jakarta Didirikan di Indonesia oleh WNA. SPDN BUT
Bianglala
7. PT. Biara Medan Berkedudukan di Indonesia, namun SPDN Badan
seluruh penghasilannya bersumber dari
investasi di luar negeri.
8. PT. Buana Lombok Didirikan di Indonesia, namun berencana SPDN Badan
untuk memindahkan kedudukan dan
operasinya ke luar negeri.
9. Bart & Co. Berlin Berkedudukan di luar negeri, namun SPLN
memiliki investasi saham atas satu
perusahaan di Indonesia.
10. Bush & Co London Berkedudukan di luar negeri, dan SPLN
memiliki showroom di Indonesia.
Tempat Tinggal / Kedudukan WP
Pasal 2 Ayat (6)

Tempat Tinggal Tempat Kedudukan


Orang Pribadi Badan

Ditetapkan oleh Dirjen


Pajak

Menurut keadaan yang sebenarnya.


Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Dalam Negeri

Orang Badan Warisan yang


Pribadi belum terbagi
Mulai: Mulai: Mulai:
- Saat Saat didirikan/ Saat timbulnya
dilahirkan. berkedudukan warisan.
- Saat berada di Indonesia.
atau Berakhir:
berniat Saat dibubarkan Berakhir:
tinggal di atau tidak lagi Saat warisan
Indonesia. berkedudukan selesai
Berakhir: di Indonesia. dibagikan.
- Saat
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (2)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Luar Negeri


Orang Pribadi Badan

Mulai:
Mulai:
Saat
Saat melakukan usaha/
menerima/memperoleh
kegiatan melalui BUT di
penghasilan dari
Indonesia.
Indonesia.

Berakhir: Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ Saat tidak lagi
memperoleh penghasilan menjalankan usaha
dari Indonesia. melalui BUT di Indonesia.
Kewajiban Pajak Subjektif
Pasal 2A Ayat (6)

Kewajiban pajak subjektif


orang pribadi yang
berada atau bertempat
tinggal di Indonesia
Hanya meliputi sebagian
dari tahun pajak

gian tahun pajak tersebut menggantikan tahun paja


Tidak Termasuk Subjek Pajak
Pasal 3

a. Kantor perwakilan negara asing;


b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat
lain dari negara asing dan orang yang diperbantukan/ yang
bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka dengan
syarat :
Bukan warga negara Indonesia; dan
Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut;
serta
Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik;
c. Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan
Menkeu, dengan syarat:
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
Objek Pajak

Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan

20
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

Merupakan setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang:
- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib
pajak.
Dengan nama dan dalam bentuk
apapun
Klasifikasi Umum Penghasilan

Penghasilan dari pekerjaan dan hubungan kerja dan


pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, dan sebagainya.

Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

Penghasilan dari modal berupa harga gerak ataupun tidak


gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa dan
keuntungan penjualan harga atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha.
Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan
hadiah.
Ketentuan Khusus atas Penghasilan

 Semua penghasilan digabungkan dalam


satu tahun pajak.
 Jika menderita kerugian dikompensasikan
dengan penghasilan lain kecuali kerugian
dari luar negeri.
 Untuk penghasilan dikenakan final atau
dikecualikan dari objek pajak tidak boleh
digabungkan.
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)

a. Penggantian atau imbalan berkenaan


dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam UU Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (1)

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan


harta termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada
pemegang saham, sekutu, atau anggota yang
diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya;
iii.Keuntungan karena likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan
nama dan dalam bentuk apa pun;
iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan
kepada keluarga sedarah garis keturunan lurus satu
derajat dan badan keagamaan, pendidikan, sosial
Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (1)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang


telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran
berkala;
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam
Undang - Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
Definisi Pajak Final

Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan


diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh
pemberi penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan.

Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir


tahun, penghasilan yang dikenakan pajak final bukan
sebagai penambah penghasilan dan pajak final tidak
dapat menjadi kredit pajak.
Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut
Pertimbangan Pengenaan

Kesederhanaan Pemotongan

Pengurangan Beban Administratif

Pemerataan Pengenaan Pajak

Dorongan Pengembangan
Investasi dan Tabungan
Perkembangan Ekonomi dan
Moneter
Objek Pajak Dikenai Pajak Final
Pasal 4 Ayat (2)

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga


obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pelaksana Pajak Final
Penghasilan dari transaksi penjualan saham di
bursa efek.
Penghasilan PP
dariNo. 14 Tahun
bunga 1997
deposito dan tabungan
serta diskonto SBI.
PPdari
Penghasilan No. hadiah
131 Tahun 2000PP No. 132
undian.
Tahun 2000
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau
bangunan.
Penghasilan PP No. 5 Tahun
dari pengalihan 2002
hak atas tanah
dan/ atau bangunan.
PenghasilanPP No. 71bunga/
berupa Tahun diskonto
2008 obligasi
yang dijual di bursa efek.
PP No.
Penghasilan dari 16 jasa
usaha tahun 2009
konstruksi. PP No. 40
Tahun 2009
Penghasilan dari UMKM. PP No. 46 Tahun 2013
Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final

• Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)


Nomor 46 Tahun 2013, merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur
mengenai Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
• Yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) ini adalah Penghasilan dari USAHA
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet)
yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto
(omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua
gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah: 1% dari jumlah peredaran
bruto.
• Usaha meliputi usaha dagang, industri, dan jasa, seperti misalnya
toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit,
waruing/rumah makan, salon, dan usaha lainnya.
Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final

• Objek Pajak TIDAK DIKENAI PAJAK MENURUT PP 46 :


• Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas,
seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris,
PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara, dan
sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut;
• Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat
(2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa
konstruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh
usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersendiri.
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final

Yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46, adalah:


• Orang Pribadi;
• Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima
penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 adalah:
• Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa
yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan
menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.
misalnya: pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area
kaki-lima, dan sejenisnya.
• Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto (omzet) melebihi Rp4,8 miliar.
Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final

• Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013


termasuk dalam:
PAJAK FINAL (Pasal 4 ayat 2)

• Setoran bulanan bukan PPh Pasal 25, Jika penghasilan semata-


mata dikenai PPh nal, tidak wajib PPh Pasal 25.
• Penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika SSP sudah validasi
NTPN, Wajib Pajak tidak perlu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4
ayat (2) karena dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi NTPN.
• Penyetoran dimaksud dengan mencantumkan kode pada SSP Akun
pajak 411128 kode setoran 420
• Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP Nomor 46 dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai
pajak final dan/atau bersifat final.
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3)

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima


oleh badan/ lembaga amil zakat yang disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, sosial
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3)

c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan
pajak secara final atau WP dengan Norma
Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada
orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau


diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi,
badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik
negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang
disetor;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3)

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh


dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3)

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu


yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan
atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling
lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Ilustrasi 2.2 - (Objek Pajak)

Firma
Firma Mulia
Mulia menjual
menjual mobil
mobil yang
yang digunakan
digunakan untuk
untuk
kegiatan
kegiatan usaha.
usaha. Nilai
Nilai buku
buku menurut
menurut fiskal
fiskal RpRp
200.000.000,00.
200.000.000,00. Mobil
Mobil tersebut
tersebut dijual
dijual dengan
dengan harga
harga
Rp
Rp 300.000.000,00.
300.000.000,00.
a.
a. Bagaimanakah
Bagaimanakah pengakuan
pengakuan penghasilan
penghasilan oleh
oleh
Firma
Firma Mulia?
Mulia?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika
jika mobil
mobil tersebut
tersebut dijual
dijual kepada
kepada
seorang
seorang sekutu
sekutu dengan
dengan harga
harga Rp
Rp
260.000.000,00?
260.000.000,00?
Jawaban:
Jawaban:
c.
c. Keuntungan
Keuntungan yang yang diperoleh
diperoleh dari
dari penjualan
penjualan
mobil
mobil sebesar
sebesar Rp Rp 100.000.000,00
100.000.000,00 diakui
diakui
sebagai
sebagai penghasilan
penghasilan oleholeh Firma
Firma Kelana
Kelana dan
dan
merupakan
merupakan objek
objek pajak.
pajak.
Objek Pajak BUT
Pasal 5 Ayat (1)

- Usaha/ kegiatan BUT.


Penghasilan dari: - Harta yang dimiliki/ dikuasai BUT.

- Usaha atau kegiatan.


Penghasilan kantor pusat dari: - Penjualan barang-barang.
- Pemberian jasa.

Dilakukan di Indonesia dan sejenis


dengan yang dilakukan BUT.

Penghasilan sebagaimana tersebut


Sepanjang ada hubungan efektif
dalam Pasal 26, yang diterima atau
antara BUT dengan harta/ kegiatan ya
diperoleh kantor pusat: memberikan penghasilan.
Ilustrasi 2.3 - (Objek Pajak BUT)

Arctic
Arctic Co.
Co. didirikan
didirikan dan
dan berkedudukan
berkedudukan di di luar
luar negeri,
negeri,
serta
serta memiliki
memiliki BUT
BUT didi Indonesia.
Indonesia. Arctic
Arctic Co.Co. Dan
Dan
BUTnya
BUTnya melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan penjualan
penjualan chassis
chassis busbus di
di
Indonesia.
Indonesia. Selama
Selama 2012,
2012, penjualan
penjualan yang
yang dilakukan
dilakukan
sendiri
sendiri oleh
oleh Arctic
Arctic Co.
Co. Rp Rp 3.500.000.000,00,
3.500.000.000,00,
penjualan
penjualan BUTnya
BUTnya Rp Rp 8.250.000.000,00.
8.250.000.000,00. ArcticArctic Co.
Co.
Juga
Juga melakukan
melakukan transaksi
transaksi penjualan
penjualan mesin
mesin bis
bis senilai
senilai
Rp
Rp 1.525.000.000,00.
1.525.000.000,00. BUTnya
BUTnya tidak
tidak menyediakan
menyediakan
produk
produk tersebut.
tersebut. Berapakah
Berapakah nilainilai objek
objek pajakpajak
penghasilan
penghasilan atas
atas BUT
BUT milik
milik Arctic
Arctic Co.?
Co.?

Jawaban:
Jawaban:
Objek
Objek pajak
pajak bagi
bagi BUT
BUT meliputi
meliputi penghasilan
penghasilan oleh
oleh
BUT
BUT sendiri
sendiri dan
dan penghasilan
penghasilan kantor
kantor pusat
pusat atas
atas
Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)

Berca
Berca Inc.
Inc. berkedudukan
berkedudukan di di luar
luar negeri
negeri dan
dan memiliki
memiliki
Bentuk
Bentuk Usaha
Usaha Tetap
Tetap didi Indonesia.
Indonesia. Kemenkes
Kemenkes RI RI
mengadakan
mengadakan perjanjian
perjanjian langsung
langsung dengan
dengan Berca
Berca Inc.
Inc.
untuk
untuk membayar
membayar royalti
royalti atas
atas paten
paten vaksin
vaksin senilai
senilai Rp
Rp
2.750.000.000,00
2.750.000.000,00 agar agar vaksin
vaksin tersebut
tersebut dapat
dapat
diproduksi
diproduksi oleh
oleh BUMN
BUMN Farmasi.
Farmasi. Dalam
Dalam kontrak
kontrak
dipersyaratkan
dipersyaratkan bahwa
bahwa Kemenkes
Kemenkes wajibwajib menggunakan
menggunakan
jasa
jasa konsultansi
konsultansi teknis
teknis dari
dari BUT
BUT dengan
dengan kontrak
kontrak
terpisah
terpisah senilai
senilai Rp
Rp 325.000.000,00.
325.000.000,00. Berapakah
Berapakah nilai
nilai
objek
objek pajak
pajak penghasilan
penghasilan atas
atas BUT
BUT milik
milik Berca
Berca Co.?
Co.?
Jawaban:
Jawaban:
Objek
Objek pajak
pajak bagi
bagi BUT
BUT meliputi
meliputi penghasilan
penghasilan oleh
oleh BUT
BUT
sendiri
sendiri dan
dan penghasilan
penghasilan kantor
kantor pusat
pusat atas
atas atas
atas harta
harta
(paten)
(paten) yang
yang memiliki
memiliki hubungan
hubungan efektif
efektif dengan
dengan BUT.
BUT.
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2)

liputi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pus

Sehubungan dengan:
a atau kegiatan; Penghasilan sebagaimana tersebut
ualan barang; Pasal 26, selama terdapat hubun
berian jasa; efektif antara BUT dengan harta/ ke
sejenis dengan yang dijalankan
yang
BUTmemberikan penghasilan
di Indonesia.
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3)

Biaya administrasi kantor pusat yang boleh


dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan
usaha atau kegiatan BUT, berdasar besaran yang
Pembayaranditentukan oleh Dirjen
kepada kantor Pajak.tidak boleh
pusat yang
dibebankan sebagai biaya meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan
harta, paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan
jasa lainnya.
 Bunga, kecuali
Pembayaran daribunga
kantoryang berkenaan
pusat dengan
yang bukan sebagai
usaha perbankan.
penghasilan BUT meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan
harta, paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan
Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

Biaya 3M bersifat dapat dikurangkan (deductible)


atas penghasilan bruto :
a. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha,
meliputi:
i. Biaya pembelian bahan baku;
ii. Biaya tenaga kerja;
iii. Bunga, sewa, dan royalti;
iv. Biaya perjalanan;
v. Biaya pengolahan limbah;
vi. Premi asuransi;
vii. Biaya promosi, sesuai ketentuan PMK;
viii.Biaya administrasi
ix. Pajak selain PPh.
b. Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya
aya untuk Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara (3M) Penghasilan (
Pasal 6 Ayat (1)

e. Kerugian dari selisih kurs;


f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan
yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata – nyata tak dapat ditagih,
dengan syarat:
• Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan
laba rugi komersial;
• Daftar piutang yang tidak dapat ditagih telah
diserahkan kepada Ditjen Pajak;
• Telah diserahkan perkara penagihannya
kepada PN atau BUPLN;
• Ada perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/ pembebasan utang
antara kreditur dan debitur;
• Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
Ketentuan Khusus Atas Biaya 3M

 Biaya 3M yang dapat dibebankan hanyalah biaya – biaya


yang dikeluarkan terkait penghasilan yang ditetapkan
sebagai objek pajak.
 Biaya 3M yang dikeluarkan terkait penghasilan yang
dikenai pajak final atau penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak, tidak dapat dibebankan.
 Jika diketahui nilai biaya secara total, penghitungan biaya
3M yang dapat dibebankan atau tidak, dapat ditetapkan
berdasar metode pro rata berdasar proporsi penghasilan
Ilustrasi 2.5 - (Deductible Expenses)

PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat
dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk
memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan
tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final. Perusahaan tidak dapat
mengindentifikasi secara spesifik beban yang terkait dengan penghasilan
final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak perusahaan?

Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari
perhitungan penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final
sebesar 500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan 500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak 125
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)

Kerugian dapat dikompensasikan dengan


penghasilan mulai tahun pajak berikutnya,
berturut-turut sampai dengan 5 tahun.

Atas penanaman modal di bidang – bidang


usaha tertentu atau di daerah – daerah
tertentu, kompensasi kerugian dapat
diberikan hingga paling lama 10 tahun.
Ilustrasi 2.6 (1) - (Kompensasi Kerugian)

PT.
PT. Melati
Melati perusahaan
perusahaan yang
yang didirikan
didirikan di
di tahun
tahun
2011.
2011. Pada
Pada awal
awal operasinya
operasinya menghadapi
menghadapi
pasang
pasang surut
surut usaha.
usaha. Berikut
Berikut laba
laba dan
dan rugi
rugi fiskal
fiskal
semenjak
semenjak pertama
pertama kali
kali berdiri.
berdiri.
Tahun2011
Tahun2011 Rugi
Rugi Rp
Rp 1.750.000.000,00
1.750.000.000,00
2012
2012 Rugi
Rugi Rp
Rp 825.000.000,00
825.000.000,00
2013
2013 Laba
Laba Rp
Rp 215.000.000,00
215.000.000,00
2014
2014 Rugi
Rugi Rp
Rp 65.000.000,00
65.000.000,00
2015
2015 Laba
Laba Rp
Rp 765.000.000,00
765.000.000,00
2016
2016 Rugi
Rugi Rp
Rp 12.500.000,00
12.500.000,00
Jika
Jika perusahaan
perusahaan memperoleh
memperoleh laba laba senilai
senilai RpRp
1.975.000.000,00
1.975.000.000,00 di di tahun
tahun 2017,
2017, berapakah
berapakah
Penghasilan
Penghasilan Kena
Kena Pajak
Pajak PT.
PT. Melati
Melati tahun
tahun 2017?
2017?
Ilustrasi 2.6 (2) - (Kompensasi Kerugian)

Jawaban
Jawaban::
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2013
2013= = 215.000.000,00
215.000.000,00
(Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi fiskal
fiskal 2012)
2012)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2015
2015= = 765.000.000,00
765.000.000,00
(Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi fiskal
fiskal 2012)
2012)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2017
2017= = Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2012
2012 + +
Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2014
2014 + + Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2016
2016
== 825.000.000
825.000.000 + + 65.000.000
65.000.000 + +
12.500.000
12.500.000
== Rp
Rp 902.500.000,00
902.500.000,00
Adapun
Adapun rugi
rugi fiskal
fiskal 2006
2006 yang
yang belum
belum
dikompensasikan,
dikompensasikan, yaitu yaitu senilai
senilai Rp
Rp 770.000.000,00
770.000.000,00
(1.750.000.000
(1.750.000.000 -- 215.000.000
215.000.000 -- 765.000.000),
765.000.000), tidak
tidak
dapat
dapat dikompensasikan
dikompensasikan di di 2017,
2017, sebab
sebab telah
telah
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) – Rev 2016
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3)

No. Elemen PTKP


1 WP Sendiri Rp 54.000.000,00
2 Status Kawin Rp 4.500.000,00
3 Tanggungan, per orang, dengan jumlah Rp 4.500.000,00
maksimal tiga orang tanggungan.
4 PTKP bagi istri yang penghasilannnya Rp 54.000.000,00
digabung.

ggungan meliputi anggota keluarga sedarah atau semenda d


ris keturunan lurus (orang tua, mertua, anak kandung, anak
atau anak angkat.
nerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pa
atau awal bagian tahun pajak
Penghasilan Wanita Bersuami
Pasal 8 Ayat (1)

Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang


telah kawin dianggap sebagai penghasilan
atau kerugian suaminya.
Ketentuan di atas berlaku, kecuali jika:
1. Penghasilan tersebut semata – mata
berasal dari satu pemberi kerja dan telah
dipotong PPh Pasal 21; dan
2. Pekerjaan istri tersebut tidak ada
hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota
keluarga lainnya.
Ilustrasi 2.7 (1) -(PTKP)

Harun
Harun merupakan
merupakan seorangseorang pegawai
pegawai yangyang bekerja
bekerja
untuk
untuk sebuah
sebuah perusahaan
perusahaan perbankan.
perbankan. Ia Ia telah
telah
menikah
menikah dan dan bertempat
bertempat tinggal tinggal di di satu
satu kavling
kavling
apartemen
apartemen milik sendri.
milik Tanggal
sendri. Berikut merupakan susunan
Nama Lahir BerikutStatus
merupakan susunan
Pekerjaan
anggota
anggota keluarga
Dewi keluarga
Harun
Harun
3 Oktober 1967
11 Maret
Maret
Istri
2018
2018Ibusebelum
sebelum
Rumah
mengisi
mengisi SPT.
SPT. Tangga
Darsi 6 Mei 1994 Anak Kandung Mahasiswa S2
Hani 17 Agustus1999 Anak Kandung Pelajar
Indra 4 Juni 2000 Anak Angkat Pelajar
Guna 15 Meil 2002 Anak Asuh Pelajar
Batara 1 Juli 1990 Menantu PNS
Istri Darsi
Kunthi 2 Februari 1950 Ibu Kandung -
Arya 8 Maret 1955 Paman Pensiunan
Pemisahan Pajak Suami - Istri
Pasal 8 Ayat (2), dan (3)

Jika suami – istri Penghitungan PKP dan


hidup berpisah: pengenaan pajaknya
dilakukan sendiri –
sendiri.
Jika suami – istri
mengadakan
perjanjian
pemisahan harta Penghitungan pajaknya
dan penghasilan berdasar kepada
secara pembagian prorata atas
Jika tertulis.
istri
penghasilan netto suami
menghendaki
– istri yang digabung.
memenuhi
kewajiban
perpajakannya
Ilustrasi 2.8 (1)
(Penghasilan Suami – Istri)

Haryadi
Haryadi seorang
seorang notaris
notaris yang
yang memiliki
memiliki kantor
kantor
sendiri
sendiri dengan
dengan penghasilan
penghasilan netto
netto di di tahun
tahun 2017
2017
sebesar
sebesar Rp Rp 1.500.000.000,00.
1.500.000.000,00. IstriIstri bekerja
bekerja sebagai
sebagai
dosen
dosen dengan
dengan gaji
gaji sebesar
sebesar RpRp 10.000.000,00
10.000.000,00 per per
bulan
bulan dan dan memiliki
memiliki usaha
usaha dengan
dengan penghasilan
penghasilan
netto
netto RpRp 400.000.00
400.000.00 setahun.
setahun. Permadi
Permadi dan dan istrinya
istrinya
memiliki
memiliki dua dua orang
orang anak
anak dan
dan menanggung
menanggung ayah ayah
dan
dan ibunya
ibunya pensiunan
pensiunan PNS PNS untuk
untuk hidup
hidup bersama
bersama
dalam
dalam keluarganya.
keluarganya.
a.
a. Berapakah
Berapakah pajak
pajak penghasilan
penghasilan yang yang harus
harus
dibayar
dibayar didi tahun
tahun 20172017 oleh
oleh Haryadi
Haryadi dan dan
istrinya?
istrinya?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika jika kemudian
kemudian di di tahun
tahun 2017
2017
Haryadi
Haryadi dan
dan istrinya
istrinya hidup
hidup berpisah
berpisah dengan
dengan
Penghasilan Anak yang belum Dewasa
Pasal 8 Ayat (4)

Penghasilan yang diterima atau diperoleh anak yang


belum dewasa digabungkan dengan penghasilan
orang tuanya.

Mekanisme penggabungan berlaku umum tanpa


mempertimbangkan dari manapun sumber
penghasilan anak tersebut.

Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa


adalah anak berusia 18 tahun dan belum pernah
menikah
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non


deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, anggota atau
anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang
ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha
Non Deductible Expenses (2)
Pasal 9 Ayat (1)

d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa,


dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar
oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak
yang mempunyai hubungan istimewa;
Non Deductible Expenses (3)
Pasal 9 Ayat (1)

i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang
perpajakan.
Ketentuan Khusus Atas Natura

Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah


tertentu adalah imbalan yang terkait dengan:
 Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
 Pelayanan kesehatan.
 Pendidikan.
 Peribadatan.
 Pengangkutan.
 Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terbang layang.
Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan di antaranya dapat
berupa seragam bagi petugas pengamanan, atau penginapan bagi kru
pelayaran atau penerbangan.
Dialektika Pajak: Asas Resiprokalitas

Penghasilan yang dikategorikan sebagai bukan objek pajak


bagi pihak yang menerima penghasilan bersangkutan  biaya
– biaya dari pihak yang melakukan pengeluaran terkait
penghasilan tersebut, tidak dapat dikurangkan (non
deductible).

Non Bukan
Deductible Objek
Expense Pajak

Pihak
Melakukan Pihak Menerima
Pengeluaran Penghasilan
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (1)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

Bantuan atau sumbangan, selain sumbangan


keagamaan yang bersifat wajib, serta sumbangan
bencana alam, litbang, sosial, pendidikan, dan
olahraga yang ditetapkan PP.

Warisan

Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan,


selain yang diberikan oleh bukan WP, WP dikenai
pajak final, atau WP menggunakan Norma
Penghitungan Khusus.
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (2)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

Premi dan polis asuransi kesehatan,


kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa
bagi WP orang pribadi.

Iuran dana pensiun yang dibayarkan oleh


perusahaan.

Bagian laba yang diterima anggota


persekutuan yang tidak terdiri atas saham.
Pengukuran Aset

1.
Pengukuran Aset (Slide 5)
Penghitungan Penghasilan Netto
Pasal 14, dan 15

Subjek pajak melakukan


Ketentuan Umum pembukuan dan
menghitung penghasilan
netto berdasar hasil
Wajib Pajak yang
memiliki peredaran Subjekpembukuan.
pajak melakukan
bruto kurang dari Rp pencatatan dan
4.800.000.000,00 per menghitung penghasilan
tahun dan netto berdasar
memberitahukan persentase Norma
kepada Dirjen Pajak di Penghitungan
Wajib Pajak yang tidak Subjek pajak melakukan
3dapat
bulandihitung
pertama Penghasilan Netto
pembukuan dan
periode pajak. (NPPN).
penghasilan nettonya menghitung penghasilan
berdasar ketentuan netto berdasar
Pasal 16 Ayat (1) dan persentase Norma
Penerapan NPPN di Luar Ketentuan
Pasal 14 Ayat (5)

WP wajib pembukuan
atau pencatatan
namun tidak bersedia
memperlihatkan Peredaran bruto
pencatatan atau bukti ditentukan berdasar cara
pendukungnya. yang ditetapkan PMK dan
penghasilan netto
WP tidak atau tidak dihitung berdasar NPPN.
sepenuhnya
menyelenggarakan
pembukuan atau
pencatatan.
Peraturan Pelaksana
Norma Penghitungan Khusus
Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.
KMK No. 628/ KMK.04/ 1991
Kantor perwakilan dagang WP luar negeri.
KMK No. 433/ KMK.04/ 1994
Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun,
Guna, Serah (BOT).
KMK No. 248/ KMK.04/ 1995
Perusahaan pelayaran dalam negeri.
KMK No. 416/ KMK.04/ 1996
Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan
luar negeri.
KMK No. 417/ KMK.04/ 1996
Perusahaan penerbangan dalam negeri.
KMK No. 475/ KMK.04/ 1996
Perusahaan maklon mainan anak – anak.
KMK No. 543/ KMK.03/ 2002
Cara Menghitung
Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 16 s/ d Pasal 19
UU Pajak Penghasilan

71
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Pasal 16

Wajib pajak orang Penghasilan, dikurangi


pribadi dalam negeri. biaya yang dapat
dikurangkan, dikurangi
PTKP, dikurangi
Wajib pajak badan Penghasilan, dikurangi
kompensasi kerugian.
biaya yang dapat
dalam negeri, serta dikurangkan, dikurangi
WP BUT. kompensasi kerugian.
Wajib Pajak yang Penghasilan dikalikan
dengan NPPN, dikurangi
menggunakan NPPN. PTKP untuk WP orang
Wajib Pajak yang pribadi.
Penghasilan netto
terutang pajak dalam
disetahunkan
bagian tahun pajak.
Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00 15%

3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%


500.000.000,00

4 Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Tarif pajak progresif berlaku bagi WP orang pribadi.


k bagi WP badan adalah 28% untuk penghasilan sebelum ta
dan 25% untuk penghasilan setelah tahun 2010.
Ketentuan Khusus Atas Tarif Pajak
 Tarif pajak tertinggi dapat diturunkan menjadi
25%, diatur dengan PP.
 Tarif bagi WP badan dapat berlaku 5% lebih
rendah, jika memenuhi persyaratan minimal
40% sahamnya diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia dan persyaratan lain sesuai ketentuan
PP.
 Nilai Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke
bawah menuju ribuan terdekat.
 Bagian pajak terutang bagi WP yang terutang
dalam bagian tahun pajak adalah:

Atas kurun waktu satu bulan penuh diasumsikan


setara dengan 30 hari.
Perbandingan Utang dan Modal;
Serta Saat Diperolehnya Dividen
Pasal 18 Ayat (1), dn (2)

Menkeu berwenang menetapkan:

Besarnya perbandingan antara utang Saat diperolehnya dividen oleh


dan modal untuk keperluan WP DN atas penyertaan modal pada
penghitungan pajak badan usaha di luar negeri yang tidak
menjual sahamnya di bursa efek.

Syarat:
Besarnya penyertaan modal WP
DN, secara sendiri atau bersama –
sama dengan WP DN lain, paling
rendah 50 % dari jumlah saham
yang disetor.
Pengertian Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (4)

Hubungan penyertaan modal langsung atau tidak


langsung paling rendah 25 % oleh satu WP pada
satu atau lebih WP lain; termasuk hubungan antar
WP yang modalnya menjadi objek penyertaan.

Hubungan penguasaan satu WP pada satu atau


lebih WP lain; termasuk hubungan antar WP yang
dikuasai.

Hubungan keluarga sedarah semenda dalam garis


keturunan lurus dan/ atau ke samping satu derajat.
Ketentuan Khusus atas Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (3), dan (3a)

 Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali


besarnya penghasilan dan pengurangan
penghasilan, serta menentukan utang sebagai
modal untuk menghitung PKP atas pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
 Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian
dengan wajib pajak dan bekerjasama dengan
pihak otoritas pajak negara lain untuk
menentukan harga harga transaksi antara pihak
– pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Revaluasi Aset
Pasal 19

 Menteri berwenang menetapkan peraturan


penilaian kembali aktiva tetap atau faktor
penyesuaian.
 Atas selisih penilaian kembali diterapkan tariff
pajak tersendiri diterapkan tariff pajak
sepanjang tidak melebihi tarif pasal 17
PMK-79/PMK.03/2008 Revaluasi Aset - PER 12/2009
• Tarif final 10%%
• Jika aset yang direvaluasi dijual dikenakan tambahan pajak
(tertinggi – 10%)

PMK No.191/PMK.010/2015 diubah 233/PMK.03/2015,


Revaluasi yang Diajukan 2015 dan 2016  bersifat
sementara
• Tariff insentif 3%, 4% atau 6%;
Pelunasan Pajak

Landasan Hukum:
Pasal 20 s/ d Pasal 29
UU Pajak Penghasilan

79
Cara Pelunasan Pajak
Pasal 20

Pajak tahun berjalan dapat dilunasi melalui

Pembayaran oleh wajib pajak sendiri. Pemotongan atau pemungutan oleh


(PPh Pasal 25) pihak lain.
(PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 26)

Merupakan pelunasan pajak yang


boleh dikreditkan terhadap PPh
yang terutang untuk tahun pajak
berjalan, kecuali untuk pembayaran
PPh yang bersifat final.
Hyperlink

1. Pasal 21 dan 26 (Slide 3A)


PPh

2. 22, 23, 24, 26, dan Final (Slide 3B)


PPh Pasal
Kredit Pajak WP dalam Negeri dan BUT
Pasal 28 Ayat (1), dan (2)

Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau
kegiatan.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor
atau kegiatan
Kreditusaha di bidang lain.
PPh 23
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti,
sewa, hadiah
Kredit dan
PPh penghargaan.
24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri
yang boleh
Kredit dikreditkan.
PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak
sendiri.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang
beralih berupa
Sanksi administrasi menjadibunga,
WP DN.denda dan
kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda
82
tidak boleh dikreditkan.
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29

Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa:

Pajak kurang bayar. Pajak lebih bayar.


Ketika beban pajak terutang melebihi Ketika beban pajak terutang kurang
total kredit pajak. dari total kredit pajak.

Wajib dilunasi selambat – Akan dikembalikan/ direstitusikan,


lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah dilakukan pemeriksaan
setelah tahun pajak berakhir, serta diperhitungkan dengan sanksi
sebelum SPT tahunan disampaikan. dan kewajiban pajak lain.
Fasilitas
Perpajakan
Landasan Hukum:
Pasal 31A s/ d Pasal 31E
UU Pajak Penghasilan

85
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A

Wajib pajak yang Berdasar penetapan PP


melakukan dapat memperoleh
penanaman modal di fasilitas berupa:
bidang – bidang usaha a. Pengurangan
tertentu. penghasilan paling
tinggi 30% dari jumlah
penanaman modal
yang dilakukan.
b. Penyusutan dan
amortisasi yang
Wajib pajak yang dipercepat (tarif dua
melakukan kali lebih tinggi).
penanaman modal di c. Kompensasi kerugian
daerah – daerah yang lebih lama,
Ketentuan Khusus Atas Fasilitas Perpajakan
PP No. 52 Tahun 2011

 Fasilitas dalam bentuk pengurangan penghasilan sebesar 30% dari


penanaman modal diberikan secara bertahap dalam jangka 6 tahun, dengan
besaran pengurangan 5% dari penaman modal di setiap tahunnya.
 Fasilitas dalam bentuk perpanjangan masa kompensasi kerugian diberikan
jika kegiatan memenuhi persyaratan berikut:
 Penanaman modal dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat.
 Mempekerjakan minimal 500 tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun
berturut - turut.
 Penanaman modal memerlukan investasi untuk infrastruktur ekonomi
dan sosial minimal Rp 10.000.000.000,00.
 Mengeluarkan biaya litbang di dalam negeri minimal 5% dari investasi
dalam jangka 5 tahun.
 Menggunakan minimal 70% bahan baku atau komponen produksi
dalam negeri sejak tahun ke – 4.
Untuk setiap satu persyaratan yang dipenuhi, perusahaan berhak atas satu
tahun perpanjangan masa kompensasi.
Perimbangan Penerimaan Pajak
Pasal 31C

Penerimaan atas PPh orang pribadi dan


PPh 21 yang dipotong oleh pemberi kerja.

80% 20%
Untuk Pemerintah Pusat
Untuk Pemerintah Daerah
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E

Memperoleh
pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif
Wajib pajak badan Pasal 17 (tarif flat
yang memiliki nilai 25%). untuk bagian
peredaran bruto Penghasilan Kena
kurang dari Pajak dari
Berlaku untuk bagian
Rp Penghasilan Kena
50.000.000.000,00 Pajak dari bagian
penghasilan bruto
sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
Ilustrasi Tambahan
(Fasilitas Perpajakan)

PT.
PT. Mulia
Mulia memiliki
memiliki total
total penjualan
penjualan 24 24 milyar,
milyar,
beban
beban yang
yang boleh
boleh dikurangan
dikurangan sebesar
sebesar 2020 milyar.
milyar.
Pengaslan
Pengaslan kena
kena pajak
pajak =
= 24
24 milar
milar –– 20
20 milyar
milyar == 44
milyar
milyar
Porsi
Porsi penghasilan
penghasilan yang
yang mendapat
mendapat fasilitas
fasilitas 4,8/24
4,8/24
== 20%
20%
Penghasilan
Penghasilan yang
yang mendapat
mendapat fasilitas
fasilitas 44 millyar
millyar xx
20%
20% = = 800juta
800juta
Total
Total pajak
pajak =
= (8000juta
(8000juta xx 25%
25% x50%)
x50%) + + (3.,2
(3.,2
milyar
milyar xx 25%)
25%) == 100
100 ++ 800
800 =
= 900juta
900juta
Ilustrasi 2.15 (1)
(Fasilitas Perpajakan)

CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka perusahan
perusahan yangyang bergerak
bergerak didi bidang
bidang
pengalengan
pengalengan ikan
ikan dan
dan melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan ekspor.
ekspor.
Sepanjang
Sepanjang tahun
tahun 2010,
2010, CV.CV. Mandaraka
Mandaraka mencatatkan
mencatatkan
penghasilan
penghasilan bruto
bruto senilai
senilai Rp
Rp 48.000.000.000,00
48.000.000.000,00 dan dan
mencatatkan
mencatatkan nilai
nilai biaya
biaya yang
yang dapat
dapat dikurangkan
dikurangkan
sesuai
sesuai ketentuan
ketentuan perpajakan
perpajakan sebesar
sebesar Rp
Rp
36.000.000.000,00.
36.000.000.000,00.
a.
a. Berapakah
Berapakah nilai
nilai pajak
pajak terutang
terutang oleh
oleh CV.CV.
Mandaraka
Mandaraka didi tahun
tahun 2010?
2010?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jikajika didi tahun
tahun 2011
2011 perusahaan
perusahaan
memperoleh
memperoleh penghasilan
penghasilan bruto
bruto yang
yang tetap
tetap
namun
namun mencatatkan
mencatatkan biaya
biaya Rp
Rp
10.000.000.000,00
10.000.000.000,00 lebih
lebih tinggi?
tinggi?
c.
c. Bagaimana
Bagaimana jikajika didi tahun
tahun 2012
2012 perusahaan
perusahaan
Ilustrasi 2.15 (2)
(Fasilitas Perpajakan)

Jawaban:
Jawaban:
a.
a. CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka memperoleh
memperoleh fasilitas
fasilitas pengurangan
pengurangan
tarif,
tarif, sebab
sebab memiliki
memiliki nilai
nilai peredaran
peredaran bruto
bruto kurang
kurang
dari
dari Rp50.000.000.000,00.
Rp50.000.000.000,00.
Bagian
Bagian PKPPKP yang
yang memperoleh
memperoleh pengurangan
pengurangan tariftarif
==
== 10%
10% xx 12.000.000.000
12.000.000.000
== 1.200.000.000
1.200.000.000
Beban
Beban pajak
pajak terutang
terutang tahun
tahun 2010
2010
== 50%50% xx 25%25% xx 1.200.000.000
1.200.000.000 + + 25%
25% xx
(12.000.000.000
(12.000.000.000 –– 1.200.000.000)
1.200.000.000)
== 150.000.000
150.000.000 +
+ 2.700.000.000
2.700.000.000
== Rp
Rp 2.850.000.000,00
2.850.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (3)
(Fasilitas Perpajakan)

Jawaban:
Jawaban:
b.
b. CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka memperoleh
memperoleh fasilitas
fasilitas pengurangan
pengurangan
tarif,
tarif, sebab
sebab memiliki
memiliki nilai
nilai peredaran
peredaran bruto
bruto kurang
kurang
dari
dari Rp50.000.000.000,00.
Rp50.000.000.000,00.
Bagian
Bagian PKPPKP yang
yang memperoleh
memperoleh pengurangan
pengurangan tarif
tarif
==
== 10%
10% xx 2.000.000.000
2.000.000.000
== 200.000.000
200.000.000
Beban
Beban pajak
pajak terutang
terutang tahun
tahun 2011
2011
== 50%50% xx 25% 25% xx 200.000.000
200.000.000 + + 25%
25% xx
(2.000.000.000
(2.000.000.000 –– 200.000.000)
200.000.000)
== 25.000.000
25.000.000 ++ 450.000.000
450.000.000
== Rp
Rp 475.000.000,00
475.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (4)
(Fasilitas Perpajakan)

Jawaban
Jawaban::
c.
c. Peredaran
Peredaran bruto
bruto 20122012 == 48.000.000.000
48.000.000.000 + +
8.000.000.000
8.000.000.000
=
= Rp
Rp 56.000.000.000,00
56.000.000.000,00
CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka tidak tidak memperoleh
memperoleh fasilitas
fasilitas
pengurangan
pengurangan tarif,
tarif, sebab
sebab memiliki
memiliki nilai
nilai peredaran
peredaran
bruto
bruto lebih
lebih dari
dari Rp
Rp 50.000.000.000,00.
50.000.000.000,00.
Beban
Beban pajak
pajak terutang
terutang
== 25%
25% xx (56.000.000.000
(56.000.000.000 –– 36.000.000.000)
36.000.000.000)
== 25%
25% xx 20.000.000.000
20.000.000.000
== Rp
Rp 5.000.000.000,00
5.000.000.000,00
TERIMA KASIH

Dwi Martani - 081318227080


martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/ 95

Anda mungkin juga menyukai