PAJAK
PENGHASILAN
Nama Dosen
Program Studi
Agenda
Subyek Pajak
Obyek Pajak
Cara Menghitung
Pajak
Pelunasan Pajak
Fasilitas Pajak
2
UU PAJAK PENGHASILAN (UU 36/2008)
Perubahan keempat dari UU 7/1983
Ketentuan Umum
Subyek Pajak
Obyek Pajak
• Obyek; bukan obyek; pengurang
dan bukan pengurang
Cara Menghitung Pajak
• Tarif, struktur modal, harga
transaksi, pajak
Pelunasan revaluasi
dalam Tahun
Berjalan
• PPh 21; 22; 23; 24; 25; 26
Perhitungan pajak akhir tahun
•Ketentuan
PPh 28; PPh 29 Peralihan dan
lain-lain;
Penutup
3
Subyek Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 2 s/ d Pasal 3
UU Pajak Penghasilan
4
Subyek dan Obyek Pajak
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)
Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12
bulan; atau
Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
bertempat tinggal di Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara.
Warisan yang belum terbagi:
Menggantikan yang berhak. 9
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)
10. Bush & Co London Berkedudukan di luar negeri, dan memiliki SPLN
showroom di Indonesia.
Tempat Tinggal / Kedudukan WP
Pasal 2 Ayat (6)
Mulai:
Mulai:
Saat melakukan usaha/
Saat menerima/memperoleh
kegiatan melalui BUT di
penghasilan dari Indonesia.
Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ Berakhir:
memperoleh penghasilan dari Saat tidak lagi menjalankan
Indonesia. usaha melalui BUT di
Indonesia.
Kewajiban Pajak Subjektif
Pasal 2A Ayat (6)
Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan
20
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
• Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
46 Tahun 2013, merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur mengenai Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
• Yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) ini adalah Penghasilan dari USAHA yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan
jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik
pusat maupun cabangnya.
• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah: 1% dari jumlah peredaran bruto.
• Usaha meliputi usaha dagang, industri, dan jasa, seperti misalnya toko/kios/los
kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, waruing/rumah makan, salon,
dan usaha lainnya.
Peraturan Pemerintah 46 – Pajak UKM Final
• Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013 termasuk dalam:
PAJAK FINAL (Pasal 4 ayat 2)
• Setoran bulanan bukan PPh Pasal 25, Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh nal, tidak wajib PPh Pasal 25.
• Penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika SSP sudah validasi NTPN, Wajib Pajak tidak perlu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) karena
dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi NTPN.
• Penyetoran dimaksud dengan mencantumkan kode pada SSP Akun pajak 411128 kode setoran 420
• Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP Nomor 46 dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final dan/atau bersifat final.
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3)
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/
atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali
yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak
secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus
(deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)
Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan
penghasilan kantor pusat atas kegiatan bisnis yang serupa dengan
kegiatan BUT.
Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)
Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan; Penghasilan sebagaimana tersebut dalam
- penjualan barang; Pasal 26, selama terdapat hubungan
- pemberian jasa; efektif antara BUT dengan harta/ kegiatan
yang sejenis dengan yang dijalankan BUT yang memberikan penghasilan.
di Indonesia.
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3)
PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat
dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk memperoleh
semua penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan tersebut 100 milyar
merupakan penghasilan final. Perusahaan tidak dapat mengindentifikasi secara
spesifik beban yang terkait dengan penghasilan final tersebut. Berapakah
penghasilan kena pajak perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari perhitungan
penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final sebesar
500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan 500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak 125
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)
Jawaban :
Kompensasi kerugian di 2013 = 215.000.000,00 (Berasal dari
rugi fiskal 2012)
Kompensasi kerugian di 2015 = 765.000.000,00 (Berasal dari
rugi fiskal 2012)
Kompensasi kerugian di 2017 = Rugi fiskal 2012 + Rugi
fiskal 2014 + Rugi fiskal 2016
= 825.000.000 + 65.000.000 +
12.500.000
= Rp 902.500.000,00
Adapun rugi fiskal 2006 yang belum dikompensasikan, yaitu
senilai Rp 770.000.000,00 (1.750.000.000 - 215.000.000 -
765.000.000), tidak dapat dikompensasikan di 2017, sebab telah
melewati batas waktu lima tahun.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) – Rev 2016
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3)
Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa adalah anak
berusia 18 tahun dan belum pernah menikah
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1)
Non Bukan
Deductibl Objek
e Expense Pajak
Pihak
Melakukan Pihak Menerima
Pengeluaran Penghasilan
a
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (1)
b
su
W
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)
au
krm
aib
n
sa
aW
n
g
n
P
a
,n
W
b
an
n
p
ge,
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (2)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)
rd
sji
ei
b
kw
a
a
u
yt,
a
u
rad
Pengukuran Aset
Landasan Hukum:
Pasal 16 s/ d Pasal 19
UU Pajak Penghasilan
71
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Pasal 16
Syarat:
H
b
u
n
u
gan
p
e
yerta
n
n
o
m
d
al
gs
n
n
u
g
atu
t
id
H
ak
b
u
la
n
u
su
gan
H
g
n
u
eali
p
u
b
ga
n
asgre
u
n
d
keln
argsth
u
u
sed
5
2
P
W
arh
%
ao
p
sem
al
d
en
h
astu
d
satu
d
W
tu
alm
garisketlP
ip
rb
u
ad
h
u
st
aW
n
u
P
n
t
ain
lu
;te
ru
leb
sm
ih
asu
d
/kh
n
P
W
b
atu
lai
keu
g;
n
sam
ter
in
p
s
gam
n
k
satru
h
P
W
u
erajt.yb
d
gu
n
gan
d
a
iku
tr
asi.n
W
P
yan
gm
o
al
d
ya
n
e
m
n
jad
io
jek
b
p
en
yertan
.
Ketentuan Khusus atas Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (3), dan (3a)
Landasan Hukum:
Pasal 20 s/ d Pasal 29
UU Pajak Penghasilan
79
Cara Pelunasan Pajak
Pasal 20
2.PPh Pasal 22, 23, 24, 26, dan Final (Slide 3B)
Kredit Pajak WP dalam Negeri dan BUT
Pasal 28 Ayat (1), dan (2)
Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha
Kredit PPhdi 23
bidang lain.
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah
dan penghargaan.
Kredit PPh 24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh
dikreditkan.
Kredit PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang beralih
menjadi WP DN.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta
sanksi pidana berupa denda tidak boleh dikreditkan. 82
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)
WPOrang Pribadi
Beban pajak terutang 115,450,000
Kredit pajak
Pemotongan oleh pemberi kerja (PPh 21) (15,850,000)
Pemungutan oleh pihak lain (PPh 22) (3,250,000)
Pemotongan atas penerimaan penggunaan aset (PPh 23) (5,650,000)
Kredit pajak luar negeri (PPh 24) (16,525,000)
Pembayaran sendiri angsuran pajak (PPh 25) (23,825,000)
Total kredit pajak (65,100,000)
Pajak kurang (lebih)bayar Rp 50,350,000.00
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29
Landasan Hukum:
Pasal 31A s/ d Pasal 31E
UU Pajak Penghasilan
85
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A
80% 20%
Untuk Pemerintah Pusat Untuk Pemerintah Daerah
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E
Memperoleh pengurangan
tarif sebesar 50% dari tarif
Pasal 17 (tarif flat 25%).
Wajib pajak badan yang untuk bagian Penghasilan
memiliki nilai peredaran Kena Pajak dari
bruto kurang dari
Rp 50.000.000.000,00 Berlaku untuk bagian
Penghasilan Kena Pajak
dari bagian penghasilan
bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
Ilustrasi Tambahan
(Fasilitas Perpajakan)
Jawaban:
a. CV. Mandaraka memperoleh fasilitas pengurangan tarif, sebab
memiliki nilai peredaran bruto kurang dari
Rp50.000.000.000,00.
Bagian PKP yang memperoleh pengurangan tarif
=
= 10% x 12.000.000.000
= 1.200.000.000
Beban pajak terutang tahun 2010
= 50% x 25% x 1.200.000.000 + 25% x (12.000.000.000 –
1.200.000.000)
= 150.000.000 + 2.700.000.000
= Rp 2.850.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (3)
(Fasilitas Perpajakan)
Jawaban:
b. CV. Mandaraka memperoleh fasilitas pengurangan tarif, sebab
memiliki nilai peredaran bruto kurang dari
Rp50.000.000.000,00.
Bagian PKP yang memperoleh pengurangan tarif
=
= 10% x 2.000.000.000
= 200.000.000
Beban pajak terutang tahun 2011
= 50% x 25% x 200.000.000 + 25% x (2.000.000.000 –
200.000.000)
= 25.000.000 + 450.000.000
= Rp 475.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (4)
(Fasilitas Perpajakan)
Jawaban :
c. Peredaran bruto 2012 = 48.000.000.000 +
8.000.000.000
= Rp 56.000.000.000,00
CV. Mandaraka tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif,
sebab memiliki nilai peredaran bruto lebih dari Rp
50.000.000.000,00.
Beban pajak terutang
= 25% x (56.000.000.000 – 36.000.000.000)
= 25% x 20.000.000.000
= Rp 5.000.000.000,00
TERIMA KASIH
95
THANK YOU