Anda di halaman 1dari 32

Pajak Penghasilan

Pajak Langsung
Overview Pajak Penghasilan
1. Subjek dan Objek Pajak
2. Bukan Subjek dan Bukan Objek Pajak
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
5. Biaya-biaya yang boleh dibebankan sebagai pengurang Penghasilan Bruto
6. Biaya-biaya yang tidak boleh dibebankan sebagai pengurang Penghasilan Bruto
7. Harga Perolehan
8. Penyusutan
9. Perhitungan Persediaan
10. Tarif PPh
11. Norma Penghitungan Khusus
12. Hubungan Istimewa
13. Jenis-jenis PPh: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 24, PPh
Pasal 25, PPh Pasal 26, dan PPh Pasal 29
14. Penghitungan Pajak Penghasilan
15. Insentif dan Fasilitas Pajak Penghasilan
Subjek Pajak
UU PPh Pasal 2

Subjek Pajak  OP bertempat tinggal di Indonesia,


Dalam Negeri  OP berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
 OP dalam 1 tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia

 Badan yang didirikan/bertempat


kedudukan di Indonesia kecuali
1.Pembentukannya berdasarkan UU
 Warisan yang belum terbagi sebagai 2.Pembiayaannya bersumber CONTOH
satu kesatuan menggantikan yang berhak dari APBN/APBD
3.Penerimaannya masuk ke anggaran Kementerian
Pempus/Pemda, dan
4.Pembukuannya diperiksa aparat
pengawasan fungsional negara

Subjek Pajak  OP tidak bertempat tinggal di Indonesia,


Luar Negeri  OP berada di Indonesia kurang dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan,
 Badan yang tidak didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
yang

Menjalankan usaha/ Dapat menerima penghasilan dari Indonesia


melakukan kegiatan tidak dari menjalankan usaha/melakukan
melalui BUT di Indonesia kegiatan melalui BUT di Indonesia

CONTOH Freeport Representative Office (RO) perusahaan asing


UU CIPTA
POKOK PERUBAHAN Pasal 2 ayat (3) huruf a KERJA

PASAL
111
Termasuk subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi, baik
yang merupakan Warga Negara Indonesia maupun warga
negara asing yang:
1. bertempat tinggal di Indonesia;
2. berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
atau
3. dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.

Aturan sebelumnya

Hanya menyebutkan kriteria orang pribadi, tanpa menyebutkan


status kewarganegaraan.
UU CIPTA
POKOK PERUBAHAN Pasal 2 ayat (4) huruf a, b dan c KERJA

PASAL
111
Termasuk subjek pajak luar negeri yaitu:
a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
b. warga negara asing yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan;
c. Warga Negara Indonesia yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan serta memenuhi persyaratan:
1. tempat tinggal;
2. pusat kegiatan utama;
3. tempat menjalankan kebiasan;
4. status subjek pajak; dan/atau
5. persyaratan tertentu lainnya
yang ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Catatan:

Memperjelas penentuan status subjek pajak bagi WNI yang berada di luar Indonesia > 183
hari.
Tidak Termasuk Subjek Pajak
UU PPh Pasal 3

CONTOH
KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING Kedutaan Besar Negara Asing dan
Para Pejabatnya sepanjang Bukan
PEJABAT-PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT WNI dan di Indonesia tidak
ATAU PEJABAT-PEJABAT LAIN DARI NEGARA ASING, DAN memperoleh penghasilan lain di
ORANG-ORANG YANG DIPERBANTUKAN KEPADA MEREKA luar jabatannya
YANG BEKERJA PADA DAN BERTEMPAT TINGGAL BERSAMA- UU PPh Pasal 3
SAMA DENGAN SYARAT TERTENTU

ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH Sekretariat ASEAN


MENTERI KEUANGAN DENGAN SYARAT TERTENTU Dan
Para Pejabatnya dengan
PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YANG syarat bukan WNI dan tidak
DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN DENGAN SYARAT menjalankan usaha, kegiatan
TERTENTU atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di
Indonesia
PMK 215/PMK.03/2008 sttd
PMK 166/PMK.011/2012
OBYEK PAJAK
UU PPh Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG:


•Diterima atau diperoleh Wajib Pajak
•Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
•Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN
UU CIPTA
POKOK PERUBAHAN Pasal 4 ayat (1a), (1b), & (1c) KERJA

PASAL

WNA
111
4 TAHUN
PERTAMA
warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri
dikenai Pajak Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh dari Indonesia dengan ketentuan:
a. memiliki keahlian tertentu; dan
b. berlaku selama 4 tahun pajak yang dihitung sejak menjadi subjek pajak
dalam negeri.
 Termasuk penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan di Indonesia yang dibayarkan di luar Indonesia.
 Tidak berlaku terhadap WNA yang memanfaatkan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda.

Aturan sebelumnya

Dikenakan PPh atas penghasilan baik berasal dari Indonesia maupun


luar Indonesia.
UU HPP 2021

Pasal 4 ayat (1), (1a), dan (2) diubah


Kunci Perubahan
Pasal 4 ayat (1d) dihapus

(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, ………., termasuk:

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya termasuk natura dan/atau kenikmatan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini:

(1a) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), warga negara asing yang telah menjadi subjek
pajak dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia dengan ketentuan:
a. memiliki keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. berlaku selama 4 (empat) tahun pajak yang dihitung sejak menjadi subjek pajak dalam negeri.

SEBELUMNYA
4 (1) huruf a
penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain
dalam Undang-Undang ini:

4 (1a) huruf a
memiliki keahlian tertentu
KLASIFIKASI PENGHASILAN
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak,
penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas (misal : gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dll);
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
3. Penghasilan dari modal, yg berupa harta gerak/tak gerak (misal : bunga, dividen, royalti,
sewa);
4. Penghasilan lain-lain (misal pembebasan utang, hadiah).

Dilihat dari penggunaanya, penghasilan dapat dipakai untuk:

1. Konsumsi
2. Ditabung untuk menambah kekayaan
Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2)

Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, bunga atau diskonto surat berharga jangka pendek yang diperdagangkan di
pasar uang, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta (tanah dan/atau bangunan), usaha jasa konstruksi,
usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu,

Catatan: UU HPP merevisi Pasal 4 ayat 2 huruf a dan e , penghapusan huruf d


Objek Pajak untuk BUT
UU PPh Pasal 5 ayat (1)

Yang menjadi Objek Pajak dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah :

a. penghasilan dari usaha/kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang dimiliki/dikuasai;
b. penghasilan kantor pusat dari usaha/kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia
yang sejenis dengan yang dijalankan oleh BUT di Indonesia;
c. penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 (penghasilan WP luar negeri) yang diperoleh
kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta/kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud.
DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK – part 1
UU PPh Pasal 4 ayat (3)
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK – part 2
UU PPh Pasal 4 ayat (3)

f. dividen/bagian laba yang diterima PT sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN/D dengan syarat:
- dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan
- kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor;
g. iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
h. penghasilan yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-
bidang tertentu yang ditetapkan Menteri Keuangan;
i. bagian laba yang diterima anggota Perseroan Komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
j. penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha
yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
- merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-
sektor usaha yang diatur PMK; dan
- sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
k. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu berdasarkan PMK;
l. sisa lebih yang diterima lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan/penelitian dan
pengembangan, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan/penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun, berdasarkan PMK;
m. bantuan/santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
BIAYA PENGURANG
UU PPh Pasal 6 ayat (1)

1) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:


a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha  biaya pembelian bahan
 upah, gaji, honorarium, dll
b. Penyusutan, amortisasi, dll
 bunga, sewa, dan royalti
c. iuran kepada dana pensiun yang disahkan Otoritas Jasa Keuangan  biaya perjalanan
d. kerugian karena penjualan/pengalihan harta  biaya pengolahan limbah
 premi asuransi
e. kerugian karena selisih kurs mata uang asing
 biaya promosi yg diatur dalam PMK
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
 biaya administrasi
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan  pajak kecuali Pajak Penghasilan

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang diatur oleh
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial Peraturan Pemerintah
l. sumbangan fasilitas pendidikan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
n. Biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

2) Kompensasi kerugian, maksimal 5 tahun

3) Kepada OP sbg WP DN diberikan pengurangan berupa PTKP


PENGATURAN KEMBALI FRINGE BENEFIT PADA UU HPP
1. Pengaturan Saat Ini
a. Pada prinsipnya natura bukan biaya bagi pemberi kerja dan bukan penghasilan bagi pegawai
penerima natura.
b. Natura yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja dan bukan penghasilan bagi
penerima, sebatas:
1) penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai; dan
2) natura di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
c. Natura yang diberikan oleh bukan WP atau WP yang dikenai PPh Final merupakan objek pajak
bagi penerima.

2. UU HPP
a. Pada prinsipnya natura dapat dibiayakan sepanjang terkait dengan 3M (mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan) bagi pemberi kerja dan merupakan penghasilan bagi pegawai
b. Natura dan/atau kenikmatan yang bukan objek PPh bagi penerima:
1) penyediaan makan/minum seluruh pegawai;
2) natura dan/atau kenikmatan di daerah tertentu;
3) natura dan/atau kenikmatan karena keharusan pekerjaan;
4) natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai dari APBN/APBD; dan
5) natura dan/atau kenikmatan dengan jenis & batasan nilai tertentu
c. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan PP.
BIAYA YANG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN
UU PPh Pasal 9 ayat (1)

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, sisa hasil usaha koperasi
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan

kecuali

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar WP pribadi

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaanatau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham/pihak yang mempunyai hubungan istimewa

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b

h. Pajak Penghasilan
i. biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak/ tanggungannya
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham
k. sanksi administrasi (bunga, denda, dan kenaikan) serta sanksi pidana (denda)
PTKP
Pasal 7 UU PPh

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN PAJAK


AWAL BAGIAN TAHUN PAJAK
(Pasal 7 ayat 2 UU 36 / 2008)
PTKP UTK KARYAWATI

STATUS KAWIN
SUAMI
STATUS TDK
STATUS KAWIN TDK MENERIMA/
KAWIN
MEMPEROLEH
PENGHASILAN

- UTK DIRI SENDIRI


- UTK DIRI SENDIRI
SEBAGAI WP
HANYA UTK DIRI SEBAGAI WP
- STATUS KAWIN
SENDIRI - TANGGUNGAN
- TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG
MAKS 3 ORANG

SYARAT:
MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT
SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN BAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/
MEMPEROLEH PENGHASILAN
Pasal 11 ayat (3) dan (4)
TARIF PAJAK (pasal 17)
PPh Orang Pribadi
UU PPh Tahun 2008
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 s.d. Rp 50.000.000 5%
2 di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%
3 di atas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%
4 di atas Rp 500.000.000 30%

UU PPh Tahun 2000


No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 s.d. Rp 25.000.000 5%
2 di atas Rp 25.000.000 s.d. Rp 50.000.000 10%
3 di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000 15%
4 di atas Rp 100.000.000 s.d. Rp 200.000.000 25%
5 di atas Rp 200.000.000 35%
UU HPP (7) Tahun 2021
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 s.d. Rp 60.000.000 5%
2 di atas 60.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%
3 di atas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%
4 di atas Rp 500.000.000 s.d. Rp 5.000.000.000 30%
5 di atas Rp 5.000.000.000 35%

PPh Badan
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tahun 2000 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2022
1 s.d. Rp 50.000.000 10%
2 di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000 15% 28% 25% 22%
3 di atas Rp 100.000.000 30%
TARIF PAJAK PPh Final Pasal 4 ayat (2)
TARIF PAJAK PPh Final Pasal 4 ayat (2)
TARIF PAJAK PPh Final Pasal 4 ayat (2)
TARIF PAJAK PPh Final Pasal 4 ayat (2)
TARIF PAJAK PPh Final Pasal 4 ayat (2)
TARIF PAJAK PPh Final Pasal 4 ayat (2)
TARIF PAJAK PPh Final Pasal 4 ayat (2)
Yg dikenakan PPh Final & Kriteria WP yg dikenakan PPh Final (PP 23 Tahun 2018)

WP memiliki  WP OP/Badan tdk tmsk BUT


 Menerima penghasilan dari usaha dg peredaran bruto tdk melebihi TDK TMSK
peredaran
Rp 4,8M dlm satu tahun pajak, tdk tmsk pengh. dr jasa sehubungan dgn PEREDARAN
bruto BRUTO
tertentu pekerjaan bebas

JASA:
Pengacara,
akuntan, arsitek, 1.JASA sehub dg pekerjaan bebas
etc Penj. Psl 2 ay 2 2.Penghasilan yg diterima atau diper’o
PP 46/2013 dan Psl dr LN
2 ay 3 PMK 3.USAHA yg ats penghasilannya final
107/2013 Dan sdh diatur dg prtrn tsendiri

X DPP 4.Pengh. Yg dikecualikan sbg objek pjk

Tarif 0.5 % (DPP berupa jmlh peredaran


bruto setiap bulan utk setiap
Keg usaha

ketentuan

Peredaran bruto kumulatif WP pd suatu Peredaran bruto WP telah melebihi 4,8M pd


bulan melebihi 4,8M dlm suatu Thn Pjk, suatu Thn Pjk, ats penghasilan yg diperoleh
WP dikenai tarif final 0.5% s.d. Akhir Thn WP pd Thn Pjk berikutnya dikenai tarif PPh
Pjk ybs berdsrkn ketentuan UU PPh
BAGAIMANA JUMLAH SELURUH PENGHASILAN BRUTO XXXX
MENGHITUNG BIAYA PENGURANG (XXXX)
PAJAK ORANG
PRIBADI? Biaya Jabatan
Iuran Pensiun
(-)
JUMLAH PENGHASILAN NETO XXXX

ZAKAT/SUMBANGAN WAJIB KEAGAMAAN (XXXX)

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) (XXXX)


(-)
PENGHASILAN KENA PAJAK XXXX
x Tarif Pajak
PPh TERUTANG XXXX
KREDIT PAJAK
DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK KETIGA (XXXX)
TELAH DIBAYAR SENDIRI (XXXX)
(+)
JUMLAH KREDIT PAJAK XXXX
(-)
KURANG/LEBIH BAYAR XXXX
BAGAIMANA JUMLAH SELURUH PENGHASILAN BRUTO XXXX
MENGHITUNG
BIAYA PENGURANG (XXXX)
PAJAK (-)
BADAN? JUMLAH PENGHASILAN NETO XXXX

ZAKAT/SUMBANGAN WAJIB KEAGAMAAN (XXXX)


(-)
PENGHASILAN KENA PAJAK XXXX
x Tarif Pajak

PPh TERUTANG XXXX


KREDIT PAJAK
DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK KETIGA (XXXX)
TELAH DIBAYAR SENDIRI (XXXX)
(+)
JUMLAH KREDIT PAJAK XXXX
(-)
KURANG/LEBIH BAYAR XXXX
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai