Anda di halaman 1dari 79

PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI
(PPh OP)

1
UU No 7
Tahun 2021

Dasar Hukum
- UU HPP
UU No. 36 Bab III
Tahun 2008
(berlaku mulai 1
Jan 2009)
2021
2020
UU No. 10 2008
2022
Tahun 1994
UU No. 7
2000
Tahun UU No 11 Tahun
1983 2020 Pasal 111
(berlaku mulai 2 November
1994 2020)- UU Cipta Kerja

1991 UU No. 17
1983 Tahun 2000

UU No. 7 Tahun
1991 Sumber PPT Dirjen Pajak 2
PAJAK PENGHASILAN
(PPh)

ADALAH

PAJAK YANG DIKENAKAN


TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK

Pasal 1 UU PPh
3
Pasal 2 UU PPh

4
Subjek PPh Orang Pribadi
Warisan
Orang
Belum
Pribadi;
Terbagi.

Sumber PPT Dirjen Pajak 5


Orang Pribadi Warisan yang belum Terbagi
Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang
berhak yaitu ahli waris.
Orang Pribadi sebagai subjek pajak
dapat bertempat tinggal atau berada Penunjukan warisan yang belum terbagi
di Indonesia ataupun di luar sebagai subjek pajak pengganti
Indonesia. dimaksudkan agar pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal dari warisan
tersebut tetap dapat dilaksanakan.

Sumber PPT Dirjen Pajak 6


Subjek PPh Orang Pribadi
DALAM NEGERI LUAR NEGERI

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;


ORANG PRIBADI : orang pribadi, baik yang merupakan b. warga negara asing yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
Warga Negara Indonesia maupun warga negara asing yang: (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
 bertempat tinggal di Indonesia; bulan;
c. Warga Negara Indonesia yang berada di luar Indonesia lebih dari 183
 berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau bulan serta memenuhi persyaratan:
 dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan 1. tempat tinggal;
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia 2. pusat kegiatan utama;
3. tempat menjalankan kebiasan;
4. status subjek pajak; dan/atau
5. persyaratan tertentu lainnya
WARISAN YANG BELUM yang ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tersebut diatur dalam
TERBAGI Peraturan Menteri Keuangan; dan

Penegasan syarat Subjek Pajak Orang Pribadi diatur dalam Pasal 111 UU Cipta Kerja, jo Pasal 2 s.d 6
PMK-18/PMK.03/2021

7
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi 10
Pemenuhan persyaratan WNI menjadi SPLN
(bagi WNI yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan)
Persyaratan yang Dipenuhi Secara Berjenjang

1 BERTEMPAT TINGGAL
secara permanen di suatu tempat di luar Indonesia yang bukan
a. Persyaratan 1 s.d. 3 dipenuhi secara berjenjang, yang mana bertempat
tinggal di LN merupakan persyaratan yang harus dipenuhi.
merupakan tempat persinggahan b. Jika WNI memenuhi bertempat tinggal di luar Indonesia dan tidak lagi
memenuhi bertempat tinggal (bermukim) di Indonesia maka tidak perlu
2 MEMILIKI PUSAT KEGIATAN UTAMA (PKU) DI LUAR INDONESIA
yang dibuktikan dengan:
dilanjutkan pemenuhan persyaratan angka 2 dan 3.
c. Jika WNI ybs memenuhi bertempat tinggal di luar negeri sekaligus
 sumber penghasilan berasal dari luar Indonesia; bertempat tinggal di Indonesia maka dilanjutkan pada persyaratan angka
 suami/istri/anak-anak/keluarga tinggal di luar Indonesia; dan/atau 2 (PKU di Luar Indonesia).
 menjadi anggota organisasi agama/pendidikan/sosial/kemasyarakatan d. Jika WNI memenuhi persyaratan PKU di luar Indonesia dan tidak terdapat
yang diakui pemerintah negara setempat. PKU di Indonesia maka tidak perlu dilanjutkan pada persyaratan angka 3.
e. Jika WNI tersebut ternyata memiliki PKU yang terdapat di dalam maupun

3 MEMILIKI TEMPAT MENJALANKAN KEBIASAAN ATAU KEGIATAN


SEHARI-HARI DI LUAR INDONESIA
di luar Indonesia maka dilanjutkan pada persyaratan angka 3, yaitu
tempat menjalankan kebiasaan atau kegiatan sehari-hari di LN

Persyaratan ke-4 dan ke-5 merupakan persyaratan yang harus dipenuhi

4 MENJADI SUBJEK PAJAK NEGARA ATAU YURISDIKSI LAIN 5 PERSYARATAN TERTENTU LAINNYA
Dibuktikan dengan SKD/dokumen lain yang menunjukkan status subjek pajak dari otoritas a. telah menyelesaikan kewajiban perpajakan atas seluruh
pajak negara tersebut dengan ketentuan: penghasilan yang diterima atau diperoleh selama WNI menjadi
a. bahasa Inggris; SPDN; dan
b. paling sedikit mencantumkan: nama WNI, tanggal terbit, periode berlaku; dan nama b. telah memperoleh Surat Keterangan WNI Memenuhi
serta tanda tangan/yang setara oleh Pejabat Berwenang di negara atau yurisdiksi ybs. Persyaratan Menjadi Subjek Pajak Luar Negeri yang diterbitkan
c. periode SKD berakhir paling lama 6 bulan sebelum pembuktian status subjek pajak oleh DJP.

DASAR HUKUM Pasal 3 PMK-18/2021 www.pajak.go.id


Wajib Pajak-PPh
Syarat Subjektif

Subjek
PaJak DN

Penghasilan Wajib Pajak

Subjek
Pajak LN

Syarat Subjektif

Subjektif  orang tersebut memenuhi kriteria sebagai Subjek Pajak, baik


Subjek Pajak Dalam Negeri atau Subjek Pajak Luar Negeri

Objektif orang tersebut memiliki penghasilan yang dapat dikenai pajak

Sumber PPT Dirjen Pajak 9


KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A UU PPh

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI WARISAN


YG BELUM TERBAGI
ORANG PRIBADI

MULAI : MULAI :
- SAAT DILAHIRKAN SAAT TIMBULNYA WARISAN
- SAAT BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI
INDONESIA
BERAKHIR : SAAT WARISAN
BERAKHIR : SELESAI DIBAGIKAN
- SAAT MENINGGAL
- MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK
SELAMANYA.

10
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi 12

Saat Mulai/Berakhir Kewajiban Subjektif & Perlakuan PPh

1. WNI yang memenuhi persyaratan sebagai SPLN diperlakukan sebagai orang pribadi yang meninggalkan
Indonesia untuk selama -lamanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2A UU PPh dan menjadi SPLN
sejak meninggalkan Indonesia.

2. WNI yang pada saat akan meninggalkan Indonesia


dapat menunjukkan niat menjadi SPLN, dapat Jika dikemudian hari diketahui secara nyata
mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai tidak memenuhi persyaratan sebagai SPLN,
WP NE pada saat akan meninggalkan Indonesia maka:
melalui KPP/KPP Mikro/KP2KP/saluran tertentu, a. dibatalkan penetapan sebagai WP NE;
dengan melampirkan dokumen pendukung untuk b. tetap merupakan SPDN; dan
membuktikan niat tersebut serta telah memenuhi c. dikenai PPh sebagai SPDN.
kewajiban perpajakannya.
PPh Pasal 26 sejak penetapan WP NE s.d.
3. Dalam hal telah secara nyata berada di luar Indonesia pembatalan NE, dapat dikreditkan dalam
>183 hari dalam 12 bulan tetap harus mengajukan menghitung PPh terutang untuk Tahun
permohonan (pemenuhan persyaratan tertentu ke-5) Pajak yang bersangkutan

4. Penghasilan WNI yang menjadi SPLN dan WNI yang ditetapkan sebagai WP NE karena dapat
menunjukkan niat menjadi SPLN dikenai PPh sesuai Pasal 26 UU PPh atas penghasilan yang bersumber
dari Indonesia. Atas penghasilan dari luar Indonesia tidak dikenai pajak di Indonesia.

DASAR HUKUM Pasal 5 dan 6 PMK-18/2021 www.pajak.go.id


Tidak Termasuk
Subjek Pajak Orang Pribadi
Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau
pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat :
◦ Bukan warga negara Indonesia, dan
◦ Tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya di
Indonesia serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang


ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat:
◦ Bukan warga negara Indonesia
◦ Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Contoh: Staf perwakilan UNESCO, UNICEF, dan organisasi internasional lain

Sumber PPT Dirjen Pajak 12


Perbedaan antara WP DN & Luar Negeri

No Keterangan Wajib Pajak Dalam Wajib Pajak Luar Negeri


Negeri Non BUT
1 Penghasilan yang Seluruh penghasilan, Penghasilan dari sumber
Dikenakan Pajak baik dari Indonesia penghasilan di Indonesia
maupun dari luar (asas sumber)
Indonesia/luar negeri
(World Wide Income)
2 Dasar pengenaan Penghasilan netto Penghasilan Bruto dengan
pajak dan tarif dengan tarif umum tarif sepadan (Tarif PPh
(Tarif PPh PAsal 17) Pasal 26 atau tarif sesuai
Tax Treaty)
3 Kewajiban SPT Wajib menyampaikan Tidak wajib menyampaikan
SPT SPT
BUT pemenuhan kewajiban perpajakannya dipersamakan dengan pemenuhan
13

kewajiban perpajakan Wajib Pajak dalam negeri


Sumber PPT Dirjen Pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi
Usahawan/Pekerjaan
Bebas/Tenaga Ahli
Karyawan

Sumber PPT Dirjen Pajak 14


Kewajiban NPWP

UU Perpajakan
USAHA / KEGIATAN
(KUP)
PEK. BEBAS/TENAGA
AHLI

SUBJEK PAJAK
Orang Pribadi NPWP
WAJIB PAJAK

Ya

NON - USAHA Ph
NON - PEK. BEBAS
> PTKP
KARYAWAN/PEGAWAI

Sumber PPT Dirjen Pajak 15


Subjek Pajak yang Memiliki Hubungan Istimewa
(Pasal 18 ayat (4) UU PPh)

A. Hubungan sedarah;
• Ayah, ibu, dan anak (garis keturunan lurus satu derajat)
• Saudara kandung atau saudara tiri (garis keturunan ke
samping satu derajat)

B. Hubungan keluarga semenda


• Mertua dan anak tiri (garis keturunan lurus satu derajat)
• Kakak ipar atau adik ipar (garis keturunan ke samping satu
derajat)

Sumber PPT Dirjen Pajak 16


HUBUNGAN ISTIMEWA
Pasal 18 ayat 4 huruf c UU PPh

SEDARAH SEMENDA

AYAH
MERTUA
+
WP
IBU
KE ATAS
10 KE ATAS
10
KE KE
SAUDARA SAM
WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING

KE BAWAH KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP

SEDARAH SEMENDA

17
18
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

 Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,


 Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
 Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak,

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN

19
KLASIFIKASI PENGHASILAN

NON OBJEK PAJAK


OBJEK PAJAK (PS. 4 (3) UU PPh)

OBJEK PAJAK FINAL


(PS. 4 (2) UU PPh)
OBJEK PAJAK NON FINAL
Pelunasan Pajak/Tidak dapat dikreditkan
(PS. 4 (1) UU PPh)
Pembayaran dimuka/dapat dikreditkan

20
SUMBER PENGHASILAN
Pasal 4 UU PPh dan penjelasannya

KELOMPOK

PEKERJAAN USAHA & KEGIATAN MODAL LAIN-LAIN

HUBUNGAN KERJA HARTA GERAK

PEKERJAAN BEBAS HARTA TAK GERAK

Contoh:
Pengacara, Akuntan, Dokter,
Arsitek, Konsultan, Notaris

21
Karakteristik PPh Final

Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong


pihak lain sehubungan dengan penghasilan tersebut tidak dapat
dikreditkan.

Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih,


dan memelihara (3M) penghasilan yang pengenaan PPh-nya
bersifat final tidak dapat dikurangkan dalam memperhitungkan
PPh terutang pada akhir tahun di SPT Tahunan PPh.

Penghasilan Final Tidak Perlu Digabung dalam Penghitungan


Pajak Akhir Tahun, Tapi Hanya Dilaporkan Saja

22
23
PTKP adalah Pengurang Penghasilan Neto

Ph Neto PTKP
PKP
PTKP, di samping untuk dirinya, kepada Wajib Pajak
yang sudah kawin diberikan tambahan Penghasilan
Tidak Kena Pajak. 

PAJAK MENGAJAR 2005 24


PTKP
(Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Per 1 Jan 2013 Per 1 Jan 2015 Per 27 Jun 2016

Kondisi PTKP 2009 – 2012


Pasal 7 UU PPh
PTKP 2013 -2014
(PMK-162/
PTKP 2015
(PMK-122/
PTKP 2016
(PMK-101/
PMK.011/2012) PMK.010/2015) PMK.010/2016)
Untuk Diri Wajib Pajak Orang 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000
Pribadi
Tambahan Untuk Wajib Pajak 1.320.000 2.025.000 3.000.000 4.500.000
Kawin
Tambahan Untuk Seorang 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000
Istri Yang Penghasilannya
Digabung Dengan
Penghasilan Suami
Tambahan Untuk Setiap 1.320.000 2.025.000 3.000.000 4.500.000
Anggota Keluarga Sedarah dan
Keluarga Semenda Dalam Garis
Lurus Serta Anak Angkat Yang
menjadi Tanggungan
Sepenuhnya, Paling Banyak 3
Orang Untuk Setiap Keluarga

Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun kalender atau awal
bulan dari bagian tahun kalender
• Pasal 7 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU No. 36 Tahun 2008
• PMK-101/PMK.010/2016 sejak 27 Juni 2016 untuk Tahun Pajak 2016

Sumber PPT Dirjen Pajak 25


Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi
Wajib Pajak orang pribadi
Pasal 7 ayat (2a ) UU PPh
Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan tarif
final 0,5% (PP23/2018) dan memiliki peredaran bruto sampai Rp500
juta setahun tidak dikenai PPh.

Sumber PPT Dirjen Pajak 26


HUBUNGAN KELUARGA
DALAM PTKP

SEDARAH SEMENDA

AYAH + IBU AYAH + IBU


KANDUNG MERTUA

GRS LURUS KE ATAS GRS LURUS KE ATAS

SAUDARA SAUDARA
KANDUNG
KESAMPING KARYAWAN / WP KESAMPING
IPAR

GRS LURUS KE BAWAH GRS LURUS KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI

SEDARAH SEMENDA

Tidak ada batasan usia, dan masih dalam tanggungan sepenuhnya Wajib Pajak
27
Penentuan PTKP
PTKP ditentukan berdasarkan status dari Wajib Pajak beserta jumlah
tanggungannya.

Status Wajib Pajak terdiri dari :

TK/... K/... K/I/... PH HB/...


• Kawin, • Wajib pajak kawin • Wajib pajak kawin yang
• Tidak Kawin, • Kawin, tambahan
telah hidup berpisah
untuk isteri (hanya yang secara tertulis
ditambah ditambah seorang) yang melakukan
ditambah
tanggungan
banyaknya
anggota
dengan dengan penghasilannya perjanjian keluarga. PTKP bagi Wajib
Pajak masing-masing
banyaknya banyaknya digabung dengan pemisahan harta
suami isteri yang telah
penghasilan suami, dan penghasilan.
tanggungan tanggungan ditambah dengan PTKP nya tetap
hidup berpisah untuk diri
masing-masing Wajib Pajak
anggota anggota banyaknya seperti PTKP untuk diperlakukan seperti Wajib
Pajak Tidak Kawin
keluarga; keluarga; tanggungan anggota WP kawin yang sedangkan tanggungan
• PPh Pasal 21 • PPh Pasal 21 keluarga; penghasilan suami sesuai dengan kenyataan
• SPT PPh OP istri digabungan sebenarnya yang
(K/I/....) diperkenankan. (sesuai
dengan Pasal 7 UU PPh)
• SPT PPh OP • SPT PPh OP

28
Status PTKP

Tahun 2013- Tahun 2016


WP Tidak Kawin Kode Tahun 2015
2014 27 Juni 2016

0 Tanggungan TK/0 24.300.000 36.000.000 54.000.000


1 Tanggungan TK/1 26.325.000 39.000.000 58.500.000
2 Tanggungan TK/2 28.350.000 42.000.000 63.000.000
3 Tanggungan TK/3 30.375.000 45.000.000 67.500.000

WP Kawin Kode Tahun 2013- Tahun 2015 Tahun 2016


2014 27 Juni 2016

0 Tanggungan K/0 26.325.000 39.000.000 58.500.000


1 Tanggungan K/1 28.350.000 42.000.000 63.000.000
2 Tanggungan K/2 30.375.000 45.000.000 67.500.000
3 Tanggungan K/3 32.400.000 48.000.000 72.000.000

29
Status PTKP (Tambahan u/ SPT Tahunan PPh OP)
WP Kawin + Tahun 2016
Penghasilan Istri Kode Tahun 2013-2014 Tahun 2015
Digabung 27 Juni 2016

0 Tanggungan K/I/0 50.625.000 75.000.000 112.500.000

1 Tanggungan K/I/1 52.650.000 78.000.000 117.000.000

2 Tanggungan K/I/2 54.675.000 81.000.000 121.500.000

3 Tanggungan K/I/3 56.700.000 84.000.000 126.000.000

• Pasal 7 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU No. 7 Tahun 2021
• PMK-101/PMK.010/2016 sejak 27 Juni 2016 untuk Tahun Pajak 2016
• Pasal 7 UU No 7 Tahun 2021

30
31
Penetapan Ketentuan PTKP
Penerapan ketentuan mengenai PTKP ditentukan oleh keadaan pada
awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2021 Wajib Pajak B berstatus kawin


dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir
setelah tanggal 1 Januari 2021, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2021 tetap
dihitung berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) anak.

Penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan


Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Dewan
Perwakilan Rakyat. 

Pasal 7 ayat (2) dan (3) UU No. 7 Tahun 1983 s.t.t.d. UU No. 7 Tahun 2021
32
33
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA


YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU


KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI

1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH


DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21,
DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA

34
Penghasilan istri
Bekerja pada  Bekerja pada lebih dari satu
satu pemberi kerja pemberi kerja
 Melakukan usaha
 Melakukan pekerjaan bebas

 Penghasilan istri tidak


digabung
 Status K/...
 PPh 21 atas penghasilan  Penghasilan istri digabung
istri bersifat final (tidak  Status K/I/...
dapat dikreditkan)  PPh 21/22/23 atas penghasilan
istri dapat dikreditkan

Sumber PPT Dirjen Pajak 35


SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)

HIDUP BERPISAH
ISTRI MEMILIH MENGADAKAN
MENJALANKAN PERJANJIAN
HAK & KEWAJIBAN PEMISAHAN HARTA DAN
PAJAK SENDIRI PENGHASILAN
(Ber-NPWP) SECARATERTULIS

PENGHITUNGAN PKP DAN PENGHITUNGAN PAJAKNYA BERDASAR


PENGENAAN PAJAKNYA - Penghasilan Neto suami istri digabung
DILAKUKAN SENDIRI- - Besarnya pajak yg harus dilunasi oleh masing-
SENDIRI masing suami-isteri, sebanding dgn Penghasilan
Neto
36
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA
Pasal 8 ayat (4)

DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUANYA

37
PAJAK MENGAJAR 2005 38
WAJIB PAJAK

ORG. PRIBADI BADAN

KARYAWAN Usahawan

Omzet<4,8M Omzet>=4,8M

DAPAT
1. Menghitung
Penghasilan •
Gaji Bersih Perkiraan/Norma Pembukuan Pembukuan
Bersih • PP 23/2018

2.
Menghitung Dikurangi PTKP Tidak Dikurangi
Penghasilan PTKP
Kena Pajak

3. Pengeanaan
PPh ( Tarif)
Tarif PPh Orang Pribadi Tarif PPh Badan
39

Sumber PPT Dirjen Pajak


Skema Menghitung PPh WP Orang Pribadi
TOKO

iar PPh Tarif Pasal 17


Mil
> 4,8 (Umum)
OPEN

Peredaran Usaha
Usahawan (Omzet)

PPh Final 1%
≤ 4,8 M PP 46 Tahun 2013
Wajib Pajak PPh Final 0,5%
Oraang Pribadi
PP 23 Tahun 2018

≥ 4,8 Miliar
Pembukuan
Ph Bruto – Biaya Fsikal
Pekerjaan Peredaran Usaha

h
Bebas/Tenaga Ahli

le
(Omzet) PPh Tarif Pasal 17 (Umum)

Bo
Pencatatan
PER-17/PJ/2015
< 4,8 Miliar
Karyawan (Tidak melakukan Kegiatan Usaha Ph Bruto x %Norma
dan Pekerjaan Bebas) -1721 A1/A2
Sumber PPT Dirjen Pajak 40
Pencatatan
Pencatatan harus dapat menggambarkan
jumlah peredaran atau penerimaan bruto dan
atau jumlah penghasilan bruto, serta
penghasilan yang bukan objek pajak atau
penghasilan yang dikenakan PPh Final,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang

Sumber PPT Dirjen Pajak 41


PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2,3,4) UU PPh

Norma Penghitungan
Penghasilan Neto

Pencatatan HANYA WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI
Mulai Juli 2013 hanya Orang
Pribadi Selain Usahawan yang
SYARAT
omzetnya < 4,8 M

* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang


dari Rp 4.800.000.000
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam
jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun
Pajak Ybs. Apabila tidak memberitahukan,
dianggap memilih Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan

42
Norma Perhitungan Penghasilan Netto
PER-17/PJ/2015
Pengelompokan menurut jenis usaha & wilayah
◦ 10 ibu kota propinsi
◦ Medan - Surabaya
◦ Palembang - Denpasar
◦ Jakarta - Manado
◦ Bandung - Makasar
◦ Semarang - Pontianak
◦ Ibu kota propinsi lainnya
◦ Daerah lainnya Contoh Lampiran PER-17/PJ/2015
kota
10 ibu kota Daerah
Kode Jenis Usaha propinsi
propinsi lainnya
lainnya
62422 Perdagangan eceran 30 25 20
56101 Restoran 25 20 20
69200 Jasa akuntansi dan pembukuan 50 50 50
86201 Dokter Umum 50 50 50

Sumber PPT Dirjen Pajak 43


Pembukuan
Didasarkan pada itikad baik atau pada “adat
kebiasaan pedagang yang baik” dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
Dilakukan secara taat asas dengan stetsel kas atau
stetsel akrual. Perubahan terhadap metode
pembukuan dan/atau tahun pajak harus atas
persetujuan Dirjen Pajak
Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan
disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan

Sumber PPT Dirjen Pajak 44


Proses Pembukuan
Laporan Keuangan Lapkeu Fiskal

Rekonsiliasi
Fiskal Berdasar UU
Pajak dan
Berdasar PSAK peraturan

Neraca, L/R, Arus


Kas, Ekuitas, dll Laba/Penghasilan
Neto Fiskal

Sumber PPT Dirjen Pajak 45


Menghitung Penghasilan Kena Pajak atas Warisan Yang
Belum Terbagi
SE-10/PJ.41/1996 tanggal 12 Februari 1996

Penghasilan dari Warisan yang belum terbagi pada prinsipnya


merupakan hak dan dapat dibagikan kepada para ahli Waris yang
berhak, dan penghasilan tersebut harus digunggungkan dengan
penghasilan lainnya yang diterima atau diperoleh masing-masing
ahli Waris.
Oleh karena dalam menghitung penghasilan Kena Pajak masing-
masing ahli Waris telah memperoleh pengurangan berupa PTKP,
Maka dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak atas
penghasilan yang berasal dari Warisan yang belum terbagi
tidak diberikan pengurangan berupa PTKP.

Sumber PPT Dirjen Pajak 46


47
Tarif
Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU HPP
Sampai dengan Rp 5%
Sampai dengan Rp 50 juta
5% 60 juta

Di atas Rp 60 juta 15%


s.d. Rp 250 juta
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta 15%
Di atas Rp 250 juta 25%
s.d. Rp 500 juta

Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta


25% Di atas Rp 500 juta 30%
s.d. Rp 5 Miliar

Di atas Rp 5 Miliar 35%

Di atas Rp 500 juta 30%


Mulai Tahun Pajak 2022
Tahun Pajak s.d 2021
Sumber PPT Dirjen Pajak 48
Tarif Pasal 17
WP Orang Pribadi

s.d. Tahun Pajak 2008 Sejak Tahun Pajak 2009 - 2021 Sejak Tahun Pajak 2022
Tarif Lapisan PKP Tarif Lapisan PKP Tarif
5% s.d. Rp.25 juta 5% s.d. Rp.50 juta 5% s.d. Rp.60 juta
> Rp.25 juta s.d. Rp.50
10% juta
> Rp.50 juta s.d. > Rp.50 juta s.d. Rp.250 > Rp.60 juta s.d.
15% Rp.100 juta 15% juta 15% Rp.250 juta
> Rp.100 juta s.d. > Rp.250 juta s.d. Rp.500 > Rp.250 juta s.d.
25% Rp.200 juta 25% juta 25% Rp.500 juta
> Rp.50 juta s.d.
35% Di atas Rp.200 juta 30% Di atas Rp.500 juta 30% Rp.5 Miliar
35% Di atas Rp 5 Miliar

Tarif Dividen WP OP 10% FINAL (Ps 17 ayat 2c)

49
Contoh Penerapan Tarif PPh OP

UU PPh (existing) UU HPP


JUMLAH PKP Rp 590.000.950 JUMLAH PKP Rp 590.000.950
Untuk penghitungan tarif PKP menjadi Untuk penghitungan tarif PKP menjadi
Rp 590.000.000 (Pembulatan) – Pasal 17 ayat Rp 590.000.000 (Pembulatan) – Pasal 17 ayat
4 UU PPh 4 UU HPP
PPh TERUTANG : PPh TERUTANG :
5% X Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 Text
5% X Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
15% X Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000 15% X Rp 190.000.000 = Rp 28.500.000
25% X Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000 25% X Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% X Rp 90.000.000 = Rp 27.000.000 30% X Rp 90.000.000 = Rp 27.000.000
Rp.122.000.000
Text Rp.121.000.000

Sumber PPT Dirjen Pajak 50


51
Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan

Pemotongan dan Pemungutan Pembayaran Sendiri oleh


Oleh Pihak Lain Wajib Pajak
•PPh Pasal 21
•PPh Pasal 23
PPh Pasal 25,
•PPh Pasal 24 • PPh Pasal 22
STP PPh Pasal 25(Pokok),
•PPh Pasal 26
Fiskal Luar Negeri
•PPh Pasal 4 (2)
•PPh Pasal 15
Pasal 20 ayat (1) UU PPh

PAJAK MENGAJAR 2005


Sumber PPT Dirjen Pajak 52
KREDIT PAJAK BAGI
WP OP DALAM NEGERI

PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG IMPOR


PASAL 22 ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

PEMOTONGAN PPh DARI


DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA,
PASAL 23
HADIAH DAN PENGHARGAAN,
DAN IMBALAN LAIN

PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN


PASAL 24 DARI LUAR NEGERI YANG BOLEH DIKREDITKAN

PASAL 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK


SENDIRI

PASAL 21 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI


PEKERJAAN/JASA/KEGIATAN

TIDAK BOLEH SANKSI ADMINISTRASI BERUPA


BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN
DIKREDITKAN
SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA
53
54
PPh Pasal 25 Secara Umum
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan =
sama dengan PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang
lalu
dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23) dan PPh yang terutang di Luar Negeri yang
boleh dikreditkan (PPh Pasal 24)
dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak

Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan dalam menentukan PPh


psl 25

Sumber PPT Dirjen Pajak 55


Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur

Penghasilan tidak teratur tidak


diperhitungkan dalam menentukan
PPh Psl 25

Sumber PPT Dirjen Pajak 56


Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi Baru
PMK-255/PMK.03/2008 jo PMK-208/PMK.03/2009

• PPh Pasal 25 dihitung dengan menerapkan tarif umum Pasal 17 atas Penghasilan
Neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).

• Penghasilan neto dihitung berdasarkan


1) Pembukuan (dalam hal WP wajib melaksanakan pembukuan) atau
2) Norma Penghitungan Penghasilan Neto (dalam hal wajib pajak tidak wajib
melaksanakan pembukuan/melaksanakan pembukuan tetapi tidak diketahui
penghasilan netonya).

• Untuk wajib pajak orang pribadi, untuk menghitung penghasilan kena pajak
terhadap penghasilan neto disetahunkan terlebh dahulu dikurangi PTKP.

Sumber PPT Dirjen Pajak 57


ANGSURAN PPh PSL 25 BAGI WP BARU
Pasal 25 ayat (7)

WP Baru Orang Pribadi :

Tarif Psl 17 x (Pengh.neto sebulan x 12) – PTKP


12
Penghasilan neto :
- WP Pembukuan : dihitung berdasarkan pembukuan
- WP Norma, / Pembukuan tapi tdk diketahui pengh. Neto, dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Sumber PPT Dirjen Pajak 58


CONTOH :
ANGSURAN PPh PSL 25 BAGI WP BARU OP (PEMBUKUAN)
Pasal 25 ayat (7)

Tuan Fatih (K/1) terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP B tanggal 1 Mei 2013.
Berdasarkan pembukuan bulan Mei 2022 peredaran usaha bruto sebesar
Rp15.000.000,00 dan Penghasilan Neto berdasarkan pembukuannya sebesar
Rp10.000.000. Besarnya PPh pasal 25 Bulan Mei 2022 sebagai berikut :

Peredaran bruto Neto Mei 2022 (Ph Bruto - Biaya) Rp 10.000.000

Penghasilan neto disetahunkan = 12 x Rp.   10.000.000 Rp 120.000.000

PTKP (K/1) = 54.000.000 + 4.500.000 + 4.500.000  (Rp 63.000.000 )

Penghasilan Kena Pajak Rp 57.000.000

PPh Terutang = 5% x Rp. 57.000.000 Rp 2.850.000


Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan Mei 2022 =

1/12 x Rp2.850.000 Rp 237.500

Sumber PPT Dirjen Pajak 59


CONTOH :
ANGSURAN PPh PSL 25 BAGI WP BARU OP
(Pencatatan)
Pasal 25 ayat (7)
Tuan Fatih (K/1) terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP B tanggal 1 Mei 2013. Peredaran  penerimaan
bruto menurut catatan harian bulan Mei 2022 sebesar  Rp 50.000.000,00. Presentasi norma
Penghitungan Penghasilan Neto sesuai dengan jenis usaha Tuan Fatih adalah 20%. Besarnya PPh pasal
25 bulan Mei 2022 sebagai berikut :

Peredaran bruto bulan Mei 2022 Rp 50.000.000


Penghasilan neto bulan Mei 2022 = 20% x Rp.50.000.000 Rp 10.000.000
Penghasilan neto disetahunkan = 12 x Rp.   10.00.000 Rp 120.000.000
PTKP (K/1) = 54.000.000 + 4.500.000 + 4.500.000  (Rp 63.000.000 )
Penghasilan Kena Pajak Rp 57.000.000
PPh Terutang = 5% x Rp. 57.000.000 Rp 2.850.000
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan Mei 2022 =
1/12 x Rp2.850.000 Rp 237.500

Sumber PPT Dirjen Pajak 60


CONTOH :
ANGSURAN PPh PSL 25 BAGI WP BARU OP
(Pencatatan)
Pasal 25 ayat (7)

Tuan Fatih (K/1) terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP B tanggal 1 Mei 2013. Peredaran  penerimaan
bruto menurut catatan harian bulan Mei 2022 sebesar  Rp 50.000.000,00. Besarnya PPh Pasal 4(2) bulan
Mei 2022 sebagai berikut :

Peredaran bruto bulan Mei 2022 Rp 50.000.000


PPh Pasal 4(2) Final 0,5% x 50.000.000 Rp 250.000

PP 23 Tahun 2018
Sumber PPT Dirjen Pajak 61
PPh 25 sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan
Sama dengan jumlah angsuran PPh psl 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya
(Masa Desember)
Contoh
Apabila Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan
oleh Wajib Pajak pada bulan Februari 2010, besarnya angsuran pajak
yang harus dibayar Wajib Pajak untuk bulan Januari 2010 adalah
sebesar angsuran pajak bulan Desember 2009, misalnya sebesar Rp
1.000.000,00.

Sumber PPT Dirjen Pajak 62


Pelaporan PPh Pasal 25
PER-22/PJ./2008 tanggal 21 Mei 2008

Dianggap telah
menyampaikan SPT Masa
Ya
PPh Pasal 25 ke KPP

Validasi dengan
Nomor Transaksi
Bayar Penerimaan Negara
(NTPN) Sesuai dengan tanggal
Wajib Pajak validasi yang tercantum
pada surat setoran pajak.
Menghitung
PPh Terutang Tidak

Tetap harus
menyampaikan SPT Masa
PPh Pasal 25 ke KPP

PPh Pasal 25 Nihil


Paling Lambat Tanggal 20
Bulan Berikutnya
PAJAK MENGAJAR 2005
Sumber PPT Dirjen
63
Pajak
Skema Perhitungan PPh 25 Orang Pribadi
a Penghasilan neto fiskal tahun lalu ………………. XXX
b Penghasilan tidak teratur tahun lalu …………… (XXX)
c Penghasilan yg menjadi dasar penghitungan angsuran (a – b)
………………………………… XXX
d Kompensasi kerugian yg dapat digunakan pada tahun ini
…………………………………………. (XXX)
e Penghasilan Tidak Kena Pajak ………………….. (XXX)
f Penghasilan kena pajak (c – d – e) ……………… XXX
g Kredit pajak tahun lalu atas penghasilan yg termasuk dalam
huruf c yg dipotong / dipungut fihak lain (PPh psl
21/22/23/24) …………………
(XXX)
h PPh yang harus dibayar sendiri (f – g ) ………….. XXX
i PPh psl 25 ( 1/12 x huruf h) ……………………..
PAJAK MENGAJAR 2005
Sumber PPT Dirjen Pajak 64
RpXXX
65
Wajib Pajak orang pribadi yang
tidak diwajibkan menyampaikan SPT
(PMK-183/PMK.03/2007)

◦ Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, dikecualikan dari
menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
◦ Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan
pekerjaan bebas, dikecualikan dari menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.

PAJAK MENGAJAR 2005


Sumber PPT Dirjen Pajak 66
Jenis dan Isi SPT PPh Orang Pribadi

SPT 1770
SPT 1770 S
SPT 1770 SS
Laporkan SPT
Tahunan Anda
dengan E-filing

Sumber PPT Dirjen Pajak 67


Jenis-Jenis SPT PPh Orang Pribadi

BAGI ORANG PRIBADI YANG PENGHASILANNYA BERSUMBER ANTARA LAIN DARI USAHA DAN/ATAU
1770 PEKERJAAN BEBAS, SEPERTI DOKTER PRAKTEK, PENGACARA, PEDAGANG, PENGUSAHA, BIRO JASA,
KONSULTAN DAN LAIN-LAIN YANG PEKERJAANNYA TIDAK TERIKAT.

BAGI ORANG PRIBADI YANG SUMBER PENGHASILANNYA DIPEROLEH DARI SATU ATAU LEBIH
PEMBERI KERJA DAN MEMLIKI PENGHASILAN LAINNYA YANG BUKAN DARI KEGIATAN USAHA

1770 S
DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS.
CONTOHNYA KARYAWAN, PNS, TNI, POLRI, PEJABAT NEGARA, YANG MEMILIKI PENGHASILAN
LAINNYA ANTARA LAIN SEWA RUMAH, HONOR PEMBICARA/PENGAJAR/PELATIH DAN
SEBAGAINYA    

Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas
1770 SS dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah) setahun
(Mulai Tahun Pajak 2013)

Sumber PPT Dirjen Pajak 68


Pengambilan Formulir SPT Tahunan PPh OP

AMBIL SENDIRI DOWNLOAD /


UNDUH

DIAMBIL www.pajak.go.id
SENDIRI

KPP Pratama
Laporkan SPT
Tahunan Anda
dengan E-SPT &
E-filing

Mobil Pajak Keliling Sumber PPT Dirjen Pajak 69


Tahapan Pengisian SPT PPh Orang Pribadi
1770, 1770 S & 1770 SS

1721 1770
A1/A2 1770-IV 1770-III 1770-II 1770-I
INDUK

+
Data Pendukung lainnya.

1770-S
1721 A1/A2 1770 S-II 1770-S I
INDUK

+
+ Data Pendukung lainnya.

1770 SS
1721 A1/A2
INDUK
Sumber PPT Dirjen Pajak 70
SPT Tahunan Bagi Suami Istri (KK/MT/PH/HB)

Formulir Formulir
Suami Istri Keterangan
SPT Suami SPT Istri

• PTKP MT, PH, HB, NPWP Berbeda


PNS/ PNS/ • Suami dan Istri masing-masing
1770S 1770S
Swasta Swasta mengisi SPT Tahunan;
• Besarnya PPh yang harus dilunasi
PNS/ oleh masing-masing suami-istri
Usaha 1770S 1770 dihitung berdasarkan
Swasta penggabungan penghasilan neto
suami-istri dan disesuaikan dengan
PNS/
Usaha 1770 1770S perbandingan penghasilan neto
Swasta mereka

PNS/ NB:
1770/1770S/
Swasta/ - - • 1770S jika Ph Bruto > 60 juta
1770SS
Usaha • 1770SS jika Ph Bruto ≤ 60 jt

Sumber PPT Dirjen Pajak 71


Palaporan SPT
NPWP Suami Istri Sama
No Pekerjaan SPT Masa SPT Tahunan

1. Karyawan 1 (satu) Pemberi Tidak wajib lapor 1770 SS


kerja Penghasilan sampai
dengan 60 Juta/tahun

2. Karyawan lebih dari 1 (satu) Tidak wajib lapor Wajib lapor setahun
Pemberi kerja penghasilan SPT Masa PPh Pasal sekali (1770 S)
lebih dari 60 Juta/tahun 25

3. Suami bekerja di satu pemberi Tidak wajib lapor Wajib lapor setahun
kerja, istri bekerja pada satu SPT Masa PPh Pasal sekali ,Hanya Suami
pemberi kerja. 25 (1770 S)

Sumber PPT Dirjen Pajak 72


JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN
PELAPORAN UNTUK WP ORANG PRIBADI

Pembayaran Pelaporan
Pembayaran Pelaporan
Tahunan SPT
Masa : Masa : Paling Lambat
/Pasal 29 : Tahunan :
Paling Lambat Paling Lambat Paling Lambat Akhir Bulan Ke
Tanggal 15 Masa Tanggal 20 Masa Sebelum SPT tiga Setelah
Pajak Berikutnya Pajak Berikutnya Disampaikan Tahun Pajak
Berakhir

Sumber PPT Dirjen Pajak 73


HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN
DALAM PELAPORAN SPT TAHUNAN

Yang Diisi Terlebih Dahulu Adalah Formulir Lampiran, Bukan Induknya

Di Setiap Lembar Jangan Lupa Mengisi Identitas Seperti Nama, NPWP Dan
Tahun Pajaknya

Jangan Lupa Membubuhkan Tanda Tangan, Karena Jika Tidak SPT Yang
Anda Laporkan Dianggap Tidak Sah

Sebelum SPT Dikirim/Disampaikan Ke KPP, Jika SPT Menunjukkan Kurang


Bayar, Kekurangan Tersebut Harus Dibayar Paling Lambat Tanggal Sebelum
SPT Disampaikan

Pembayaran Dapat Dilakukan Di Kantor Pos Atau Bank

74
Tempat Penyampaian SPT, Batas Waktu,
dan Sanksi Tidak Menyampaikan SPT

SANKSI
DENDA & PIDANA PIDANA
KARENA
BUNGA KARENA ALPA SENGAJA
Ps. 7 UU KUP Ps. 38 UU KUP
Ps. 39 UU KUP

Salah satu cara


Rp 100.000 TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
penyampaian SPT dan % MENYAMPAIKAN SPT:
adalah melalui DROP Bunga ISINYA TIDAK BENAR
BOX dan juga dengan sesuai KMK TIDAK LENGKAP
efiling dari Kurang MELAMPIRKAN KETERANGAN
Maret Bayar YANG ISINYA TIDAK BENAR

Batas Waktu PENJARA PALING SINGKAT 6

31
KURUNGAN PALING SINGKAT 3 BULAN DAN
Penyampaian SPT BLN ATAU PALING LAMA PALING LAMA 6 TAHUN DAN
Tahunan adalah 31 1 TAHUN DAN DENDA PALING DENDA PALING SEDIKIT
SEDIKIT 1 KALI DARI 2 X DARI JML PAJAK
Maret PAJAK YG TERHUTANG ATAU 2 TERUTANG DAN PALING
KALI DARI PAJAK TERHUTANG BANYAK 4 KALI DARI JML PJK
PAJAK MENGAJAR 2005
SumberTERHUTANG
PPT Dirjen Pajak 75
Pelaporan SPT PPh Orang Pribadi
Tahun Pajak 20XX

 Batas waktu penyampaian 31 Maret 20XX

 Sampaikan e SPT Tahunan PPh Anda dengan e-Filing (1770S dan


1770 SS)
https://efiling.pajak.go.id
https://djponline.pajak.go.id
Penting!!!

Sumber PPT Dirjen Pajak 76


77
SKEMA PENGHITUNGAN PPh ORANG PRIBADI
Penghasilan netto:

Penghasilan netto dari usaha Rp xxxxxxxx

Penghasilan netto sehubungan dengan pekerjaan Rp xxxxxxxx

Penghasilan netto lain-lain Rp xxxxxxxx

Penghasilan netto dari luar negeri Rp xxxxxxxx

Total Penghasilan netto Rp xxxxxxxx

Pengurang penghasilan netto:

Zakat (RP xxxxxxxx)

Kompensasi Kerugian (Rp xxxxxxxx)

PTKP (Rp xxxxxxxx)

Penghasilan Kena Pajak (PhKP)  dibulatkan ke bawah ribuan penuh Rp xxxxxxxx

Pajak Penghasilan:

Tarif Pasal 17 UU PPh x PhKP Rp xxxxxxxx

Kredit Pajak:

PPh Pasal 21 (Rp xxxxxx)

PPh Pasal 22 (Rp xxxxxx)

PPh Pasal 23 (Rp xxxxxx)

PPh Pasal 24 (Rp xxxxxx)

PPh Pasal 25 (Rp xxxxxx) Sumber PPT Dirjen Pajak 78


SKEMA PENGHASILAN NETTO DARI USAHA

BERDASARKAN PEMBUKUAN
Peredaran UsahaRp xxxxxxxxx
Harga Pokok Penjualan (Rp xxxxxxxx)
Laba BrutoRp xxxxxxxxx
Biaya Usaha:
Biaya Umum dan Administrasi (Rp xxxxxxxx)
Biaya Penjualan (Rp xxxxxxxx)
Laba (Rugi) Usaha Rp xxxxxxxxx
Pendapatan dan biaya lain-lain:
Pendapatan Lain-lain Rp xxxxxxxxx
Biaya Lain-lain (Rp xxxxxxxx)
Laba Komersial Rp xxxxxxxxx
Koreksi Fiskal:
Ditambah Rp xxxxxxxxx
Dikurang (Rp xxxxxxxx)
Penghasilan Netto dari Usaha Rp xxxxxxxxx

Sumber PPT Dirjen Pajak 79

Anda mungkin juga menyukai