Anda di halaman 1dari 102

PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI
2022

Lukman Nul Hakim


PERKEMBANGAN UU PPH
Pajak Penghasilan (disingkat PPh) di Indonesia diatur pertama kali
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983. Selanjutnya berturut-turut
peraturan ini diamandemen oleh :
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021
PAJAK PENGHASILAN
(PPh)

ADALAH

PAJAK YANG DIKENAKAN


TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK
Pasal 1 UU PPh
4
Siapa Subjek Pajak
Yang menjadi subjek pajak adalah:
a. 1. Orang pribadi;
2.Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
b. Badan; dan
c. Bentuk usaha tetap.
1. Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai subjek


pajak dapat bertempat tinggal atau
berada di Indonesia ataupun di luar
Indonesia.

7
2. Warisan yang belum Terbagi
Warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang
berhak yaitu ahli waris.

Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai


subjek pajak pengganti dimaksudkan agar
pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal
dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

8
SUBJEK PAJAK OP

DALAM NEGERI LUAR NEGERI

ORANG PRIBADI :
- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA • ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT
LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU TINGGAL DI INDONESIA / BERADA DI
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183 HARI
INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT DALAM 12 BULAN
TINGGAL DI INDONESIA
WARISAN YANG BELUM TERBAGI
9
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A

SUBJEK PAJAK DALAM WARISAN


NEGERI YG BELUM TERBAGI

ORANG PRIBADI
MULAI :
MULAI : SAAT TIMBULNYA WARISAN
- SAAT DILAHIRKAN
- SAAT BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL
DI INDONESIA BERAKHIR : SAAT WARISAN
SELESAI DIBAGIKAN
BERAKHIR :
- SAAT MENINGGAL
- MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK
SELAMANYA.

10
Tidak Termasuk
Subjek Pajak Orang Pribadi
 Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat :
 Bukan warga negara Indonesia, dan
 Tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya di Indonesia serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
 Pejabat-pejabatperwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat:
 Bukan warga negara Indonesia
 Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia.
Contoh: Staf perwakilan UNESCO, UNICEF, dan organisasi internasional lain

11
Wajib Pajak-PPh
Subjek
PaJak DN

Penghasilan Wajib Pajak

Subjek
Pajak LN

Subjektif → orang tersebut memenuhi kriteria sebagai Subjek Pajak,


baik Subjek Pajak Dalam Negeri atau Subjek Pajak Luar Negeri
Objektif →orang tersebut memiliki penghasilan yang dapat dikenai
pajak

12
Perbedaan antara WP DN & Luar Negeri

No Keterangan Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib Pajak Luar Negeri Non BUT

1 Penghasilan yang Seluruh penghasilan, baik dari Penghasilan dari sumber penghasilan
Dikenakan Pajak Indonesia maupun dari luar di Indonesia (asas sumber)
Indonesia/luar negeri (World
Wide Income)
2 Dasar pengenaan pajak Penghasilan netto dengan tarif Penghasilan Bruto dengan tarif
dan tarif umum (Tarif PPh PAsal 17) sepadan (Tarif PPh Pasal 26 atau tarif
sesuai Tax Treaty)
3 Kewajiban SPT Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT

BUT pemenuhan kewajiban perpajakannya dipersamakan dengan


pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dalam negeri
13
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi
Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri
Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri
Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri
KEWAJIBAN
WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI
Kewajiban NPWP

UU Perpajakan
USAHA / KEGIATAN
(KUP)
PEK. BEBAS/TENAGA
AHLI

SUBJEK PAJAK
Orang Pribadi NPWP
WAJIB PAJAK

Ya

NON - USAHA Ph
NON - PEK. BEBAS > PTKP
KARYAWAN/PEGAW
AI

20
Fungsi NPWP
- Sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan
- Sebagai identitas WP
- Menjaga ketertiban dalam pembayaran
pajak dan pengawasan administrasi
perpajakan
- Menjadi persyaratan dalam pelayanan
umum, misalnya paspor, kredit bank, dan
lelang
Orang pribadi atau badan yang
melakukan penyerahan barang/jasa kena
pajak dengan jumlah peredaran bruto
(omzet) melebihi Rp 4.800.000.000
(empat miliar delapan ratus juta)
setahun.

WP yang belum memenuhi


Wajib memungut PPN dari setiap syarat dapat mengajukan
pembeli/pemakai jasa dengan permohonan untuk
menerbitkan Faktur Pajak dikukuhkan sebagai PKP
Membayar angsuran PPh
Membayar sendiri bulanan
pajak terutang Pembayaran kekurangan
PPh selama setahun

Pihak lain:
Membayar PPh melalui 1. Pemberi
pemotongan dan penghasilan
Mekanisme pemungutan pihak lain 2. Pemberi kerja
3. Pihak lain
Pembayaran
Membayar PPN kepada
Pajak pihak penjual atau
pemberi jasa atau pihak
yang ditunjuk
pemerintah
Pembayaran PBB
Pembayaran pajak-pajak
lainnya Pembayaran Bea
Meterai
Pasal 9 PP nomor 74 tahun 2010
Wajib Pajak

menggunakan

sarana administrasi lain


SSP
o pembayaran secara elektronik,
o pembayaran melalui Anjungan Tunai
Mandiri, atau
o media lainnya

Pembayaran &
Penyetoran Pajak

kas negara
Pasal 9 PP 74 tahun 2011 24
Merupakan sarana dalam
melaporkan dan mempertanggung-
Surat Pemberitahuan jawabkan
(SPT) penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang

SPT Masa SPT Tahunan


(laporan bulanan) (laporan tahunan)
WP Badan

WP Orang Pribadi WP Orang Pribadi tertentu


yang melakukan yang menggunakan Norma
kegiatan usaha atau Penghitungan Penghasilan
pekerjaan bebas Neto

Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan


Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang selain Rupiah

Peraturan Menteri Keuangan 24/PMK.011/2012 s.t.d.t.d 123/PMK.03/2019


Buku, catatan, & dokumen

dokumen lain termasuk hasil


pengolahan data dari pembukuan
yg dikelola secara elektronik atau
secara program aplikasi on-line
10 tahun
dasar
pembukuan/
pencatatan
Dokumen dan/atau informasi di Indonesia
tambahan untuk mendukung
bahwa transaksi yg dilakukan dgn
pihak yg mempunyai hubungan
istimewa telah sesuai dgn prinsip
kewajaran dan kelaziman usaha

Pasal 10 PP 74 tahun 2011 27


Pasal 11 PP nomor 74 tahun 2011


OBJEK PAJAK
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

❑ Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,


❑ Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
❑ Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak,

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN

30
KLASIFIKASI PENGHASILAN

NON OBJEK PAJAK


OBJEK PAJAK (PS. 4 (3) UU PPh)

OBJEK PAJAK FINAL


(PS. 4 (2) UU PPh)
OBJEK PAJAK NON FINAL
Pelunasan Pajak/Tidak dapat dikreditkan
(PS. 4 (1) UU PPh)
Pembayaran dimuka/dapat dikreditkan

31
Penghasilan Orang Pribadi
Penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan
bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter,
notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta
tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan
penjualan harta atau hak ;dan
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
Non Objek PPh Orang Pribadi
1. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
2. Warisan;
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak,
Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15;
Non Objek PPh Orang Pribadi (2)
4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
6. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Non Objek Pajak Dividen Bagi Orang Pribadi

PMK 18/PMK.03/2021
Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN
(Badan & OP) (Badan & OP) untuk
PENGHAPUSAN PPh ATAS DIVIDEN DALAM DAN LUAR NEGERI
sebagai perubahan memberi ruang pendanaan
dari sistem classical dari dalam negeri untuk
menjadi one-tier menambah investasi
system

Dividen yang diterima oleh:


1) WP Badan DN dengan kepemilikan saham Dividen yang berasal
berapapun tidak dikenai PPh; dari luar negeri PERUSAHAAN
GO PUBLIC DI
2) WP OP DN, sepanjang diinvestasikan di
tidak dikenakan pajak LUAR NEGERI
wilayah NKRI dalam waktu tertentu;
di Indonesia, dalam hal
tidak dikenai PPh.
diinvestasikan di
Indonesia.
Aturan saat ini
Aturan saat ini
Dividen yang diterima oleh: Dividen dikenakan tarif PPh Ps.17 &
1) WP Badan DN dengan kepemilikan ≥ 25% tidak dikenai PPh. dikreditkan dgn PPh yang dikenakan di LN
2) WP Badan DN dengan kepemilikan < 25% dikenai PPh tarif normal.
3) WP OP DN, dikenai PPh Final 10%.
Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN (Badan & OP)
memberi ruang pendanaan dari dalam negeri untuk menambah investasi
PENGHAPUSAN PPhUUACipta
TASKerja
DIVIDEN DARI DN DAN LN
(Omnibus Law)
Pasal 111 angka 2
Perubahan atas Pasal 4 ayat 3 huruf (f) UU PPh No.36/2008
No. Objek Ketentuan lama UU Cipta Kerja

a. Dividen dari dalam Dividen yang diterima oleh: Dividen yang diterima oleh:
negeri
1) WP Badan DN dengan kepemilikan ≥ 25% 1) WP Badan DN dengan kepemilikan saham
tidak dikenai PPh. berapapun tidak dikenai PPh.
2) WP Badan DN dengan kepemilikan < 25% 2) WP OP DN, dikenai PPh Final 10%, kecuali
dikenai PPh tarif normal. apabila dividen tsb diinvestasikan di wilayah
3) WP OP DN, dikenai PPh Final 10%. NKRI dalam waktu tertentu tidak dikenai PPh.

Pasal 4 Ayat (3) huruf (f)


Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN (Badan & OP)
memberi ruang pendanaan dari dalam negeri untuk menambah investasi
PENGHAPUSAN PPh ATAS DIVIDEN DARI DN DAN LN
UU Cipta Kerja (Omnibus Law)
Pasal 111 angka 2
Perubahan atas Pasal 4 ayat 3 huruf (f) UU PPh No.36/2008
No. Objek Ketentuan lama UU Cipta Kerja

b. Dividen Dividen yang Penghapusan PPh atas:


dari luar diterima oleh WP Dividen dari LN dan penghasilan setelah pajak dari suatu BUT di LN yang diterima/diperoleh
negeri Badan dan WP OP WP Badan DN atau WP OP DN sepanjang diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung
DN dikenai PPh kegiatan usaha lainnya di wilayah NKRI dalam waktu tertentu, dan memenuhi persyaratan sbb:
tarif normal Pasal 1. Dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan min. 30% dari laba setelah pajak:
17 UU PPh atau
2. dividen yang berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak diperdagangkan
di bursa efek diinvestasikan di Indonesia sebelum diterbitkan SKP oleh DJP atas dividen tsb
sehubungan dengan penerapan ketentuan terkait hubungan istimewa - Pasal 18 ayat (2)

Dividen yang berasal dari LN di atas merupakan:


a) Dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang
sahamnya diperdagangkan di bursa efek; atau
b) Dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya
tidak diperdagangkan di bursa efek sesuai dengan proporsi kepemilikan saham.
Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN (Badan & OP) untuk memberi
ruang pendanaan dari dalam negeri untuk menambah investasi
PENGHAPUSAN PPh UU
ATCipta
ASKerja
DIVIDEN
(Omnibus Law) DARI DN DAN LN
Pasal 111 angka 2
Perubahan atas Pasal 4 ayat 3 huruf (f) UU PPh No.36/2008
No. Objek Ketentuan lama UU Cipta Kerja

c. Dividen dari Dividen yang 4. Dalam hal dividen yang dibagikan o/Badan di LN yang sahamnya tidak diperdagangkan di
luar negeri diterima oleh bursa efek sesuai dengan porsi kepemilikan, dan penghasilan setelah pajak BUT di LN,
WP Badan dan diinvestasikan di wilayah NKRI kurang dari 30% dari jumlah laba setelah pajak, maka:
WP OP DN a) atas dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari
dikenai PPh tarif pengenaan Pajak Penghasilan;
normal Pasal 17 b) atas selisih dari 30% laba setelah pajak dikurangi dengan dividen dan/atau
UU PPh penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan dikenai Pajak Penghasilan;
c) atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen dan/atau penghasilan setelah pajak
yang diinvestasikan sebagaimana dimaksud pada huruf a) serta atas selisih
sebagaimana dimaksud pada huruf b), tidak dikenai Pajak Penghasilan;

Dalam hal dividen yang dibagikan o/Badan di LN yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek
sesuai dengan porsi kepemilikan, dan penghasilan setelah pajak BUT di LN, diinvestasikan di
wilayah NKRI lebih dari 30% dari jumlah laba setelah pajak, maka:
a) atas dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari
pengenaan Pajak Penghasilan;
b) atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen dan/atau penghasilan setelah
pajak yang diinvestasikan sebagaimana dimaksud dalam huruf a), tidak dikenai PPh;
Skema Perlakuan Pajak atas Dividen dan Penghasilan dari Luar Negeri
Jika diinvestasikan < 30% dari jumlah laba Jika diinvestasikan Penghasilan dari kegiatan
setelah pajak ≥ 30% dari jumlah laba setelah pajak usaha di LN (tidak melalui
BUT) dikecualikan dari
Dividen & penghasilan setelah pajak yang Dividen dan penghasilan setelah pajak yang pengenaan PPh sepanjang:
diinvestasikan dikecualikan dari pengenaan PPh diinvestasikan dikecualikan dari pengenaan PPh • Diinvestasikan di INA
• Penghasilan dari usaha
Selisih dari 30% laba setelah pajak dikurangi Sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen aktif di LN
dividen dan/atau penghasilan setelah pajak yang dan/atau penghasilan setelah pajak yang • Bukan penghasilan dari
diinvestasikan dikenai PPh diinvestasikan tidak dikenai PPh. perusahaan yang dimiliki
asing
Sisa laba setelah pajak sebesar 70%, tidak dikenai PPh.

Contoh
Dengan demikian:
X Limited membagikan dividen tunai
1. Atas dividen yang diinvestasikan ($10.000) dikecualikan dari PPh; Oleh karena itu nilai
2. Dividen yang dibagikan X Limited sebesar 20% dari total jumlah objek Pajak
sebesar $20.000 (20% dari laba
laba setelah pajak (berada di bawah batasan minimal 30%) Penghasilan terkait
setelah pajak sebesar $100.000). PT Y,
sehingga selisih 10% (batasan minimum sebesar 30% - persentase
yang memiliki 70% saham pada X dividen PT Y dari X
dividen dibagikan sebesar 20%) atau sebesar $7.000 (10% x 70% x
Limited., menerima pembagian Limited. adalah
$100.000) merupakan objek PPh di Indonesia;
dividen tunai sebesar $14.000. PT Y sebesar $11.000
3. Dividen yang dibagikan oleh X Limited sebesar $4.000 ($14.000 -
menginvestasikan dividen tsb ke
$10.000) tidak diinvestasikan oleh PT Y di Indonesia sehingga atas ($7.000 + $4.000).
Indonesia sebesar $10.000 dalam
dividen tersebut juga merupakan objek PPh di Indonesia.
jangka waktu tertentu
ILUSTRASI PEMBERIAN FASILITAS ATAS DIVIDEN DARI LUAR NEGERI (1)
1 2 3
Laba Laba
Laba
setelah setelah
setelah
pajak$100 pajak$100
pajak$100

Dividen Dividen
Dividen
dibagi dibagi
dibagi
$30 $25
$30 dividen tidak dividen
diinvestasikan seharusnya
$10 dibagi $5
X Ltd X Ltd X Ltd

PT A PT A PT A dividen
$25
▪ Miliki dividen ▪ Miliki dividen ▪ Miliki
$30 objek PPh
100% 100% $20 objek PPh 100%
saham saham saham dividen
X Ltd X Ltd
dividen diinvestasikan
X Ltd
diinvestasikan
diinvestasikan

✓ $20 → dikecualikan dari PPh atas dividen


✓ $25 → dikecualikan dari PPh atas dividen
✓$30→ dikecualikan dari PPh ✓ $10 dividen yang tidak diinvestasikan di
dividen ✓ $5 (dividen yang dibagikan di bawah
INA → objek PPh dividen → (30% x $100)
threshold 30% → dikenai PPh → (30% x
– dividen dinvestasikan di INA $20
$100) - dividen yang dibagikan $25
ILUSTRASI PEMBERIAN FASILITAS ATAS DIVIDEN DARI LUAR NEGERI (2)
4 Laba 5 6
setelah Labasetelah Labasetelah
pajak$100 pajak $100 pajak $100
$3
Dividen 10% $6 dividen
dibagi dividen dividen dividen 30% $14 seharusnya
$23 dibagi dibagi
seharusnya dibagi $7
$30 $27 $20 70%
dibagi $7 ($10 x 70%)
90%
dividen tidak dividen tidak
diinvestasikan $3 diinvestasikan $4
X Ltd X Ltd X Ltd

dividen
PT A PT A PT A dividen
$20
▪ Miliki dividen ▪ Miliki $10
▪ Miliki Objek PPh 10% $3 70% Objek PPh
100% dividen $10 saham saham
saham diinvestasikan dividen $11
X Ltd X Ltd diinvestasikan
X Ltd diinvestasikan
✓ Bila $10 diinvestasikan di Indonesia →
✓ Bila $20 diinvestasikan di Indonesia →
dikecualikan dari PPh atas dividen
dikecualikan dari PPh atas dividen ✓ Bila $3 diinvestasikan di
Indonesia →dikecualikan dari PPh ✓ Terhadap $11 → dikenai PPh
✓ Terhadap $10 → dikenai PPh
a. (30% x $100 x 70%) - porsi dividen dibagi
a. (30% x $100) - porsi dividen dibagi $25 ✓ Karena total dividen dibagikan $14
b. porsi dividen dibagi $25 – ≥ 30% b. porsi dividen dibagi $14 (70% x $20)
dividen dinvestasikan di INA $20
– dividen dinvestasikan di INA $10
Perlakuan atas Pajak Penghasilan Perlakuan atas Dividen dan
yang telah dibayar/terutang di LN Penghasilan dari LN yang tidak
dan diinvestasikan di NKRI
KETENTUAN LAIN TERKAIT DIVIDEN ATAU PENGHASILAN DARI LN
Dalam hal Wajib Pajak tidak menginvestasikan
Dividen dari LN dan penghasilan setelah pajak dari penghasilan dalam jangka waktu tertentu atas:
suatu BUT di LN penghasilan, serta Penghasilan dari Dividen dari LN dan penghasilan setelah pajak
usaha aktif di LN yang tidak melalui BUT, dan dari suatu BUT di LN penghasilan, serta
terhadapnya telah dikenakan Pajak Penghasilan, Penghasilan dari usaha aktif di LN yang tidak
melalui BUT, dan terhadapnya telah dikenakan
maka atas income tax tsb: Pajak Penghasilan,
a)tidak dapat diperhitungkan dengan Pajak maka berlaku ketentuan:
Penghasilan yang terutang; a)penghasilan dari luar negeri tersebut
b) tidak dapat dibebankan sebagai biaya atau merupakan penghasilan pada Tahun pajak
pengurang penghasilan; dan/atau diperoleh; dan
c) tidak dapat dimintakan pengembalian b)Pajak atas penghasilan yang telah dibayar
kelebihan pembayaran pajak. atau terutang di luar negeri atas penghasilan
tersebut merupakan kredit pajak (PPh Pasal 24)
UU Cipta Kerja (Omnibus Law)
Pasal 111 angka 2
Perubahan atas Pasal 4 ayat 3 huruf (f) ** Ketentuan lebih lanjut mengenai: a) kriteria, tata cara dan jangka waktu tertentu
UU PPh No.36/2008 untuk investasi; b) tata cara pengecualian pengenaan PPh; dan c) perubahan batasan
dividen yang diinvestasikan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan 13
Pokok Perubahan

UU PPh
Pasal 4 ayat (1) huruf g
Non-objek pajak atas:
PENGHAPUSAN PPh ATAS • Bagian laba/SHU Koperasi
PEMBAGIAN SHU • Dana Haji yang dikelola BPKH
KOPERASI (Badan Pengelola Keuangan
Haji). Aturan saat ini: Merupakan objek pajak

UU PPh
Pasal 26 ayat (1b) Tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan bunga dari
dalam negeri yang diterima oleh Subjek Pajak Aturan saat ini:
RUANG PENYESUAIAN Luar Negeri dapat diturunkan lebih rendah dari PPh Pasal 26 atas penghasilan bunga dari
TARIF PPh PASAL 26 ATAS 20% dengan Peraturan Pemerintah. dalam negeri yang diterima oleh Subjek Pajak
BUNGA Luar Negeri dikenakan tarif sebesar 20%.

UU PPN
Pasal 1A ayat (2) huruf d

PENYERTAAN MODAL Yang tidak termasuk dalam pengertian


Aturan saat ini:
DALAM BENTUK ASET penyerahan BKP adalah pengalihan BKP untuk Pengalihan BKP (Barang Kena Pajak) untuk setoran
(IMBRENG) TIDAK tujuan setoran modal pengganti saham. modal pengganti saham merupakan penyerahan BKP.
TERUTANG PPN
Penghapusan PPh atas pembagian SHU koperasi untuk menghindari
pemajakan berlapis di level koperasi dan anggota
PENGHAPUSAN PPh UU
ATCipta
AS PEMBAGIAN SHU KOPERASI
Kerja (Omnibus Law)
Pasal 111 angka 2
Perubahan atas Pasal 4 ayat (1) & (3) huruf (i) UU PPh No.36/2008

No. Objek Ketentuan Lama UU Cipta Kerja


a. Objek Pajak Yang termasuk objek pajak adalah: Yang termasuk objek pajak adalah:
Penghasilan Dividen, dengan nama dan dalam bentuk Dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis; dan asuransi kepada pemegang polis;
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
Pasal 4 Ayat (1) huruf (g)

Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh i. bagian laba atau sisa hasil usaha yang
anggota dari perseroan komanditer yang diterima atau diperoleh anggota dari
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, koperasi, perseroan komanditer yang modalnya
persekutuan, perkumpulan, firma, dan tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
kontrak investasi kolektif; pemegang unit penyertaan kontrak investasi
Pasal 4 Ayat (3) huruf (i) kolektif;
Objek PPh Final Orang Pribadi
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
2. Penghasilan berupa hadiah undian;
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan;
5. penghasilan tertentu lainnya (misal penghasilan dari usaha orang
pribadi yang peredaran bruto tidak melebihi 4,8 Miliar dan dividen OP
pasal 17 ayat 2 huruf c).
Karakteristik PPh Final
Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak
lain sehubungan dengan penghasilan tersebut tidak dapat
dikreditkan.

Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan


memelihara (3M) penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat
final tidak dapat dikurangkan dalam memperhitungkan PPh
terutang pada akhir tahun di SPT Tahunan PPh.

Penghasilan Final Tidak Perlu Digabung dalam Penghitungan


Pajak Akhir Tahun, Tapi Hanya Dilaporkan Saja

47
Objek PPh Orang Pribadi
1. PPh Pasal 21 (dari Pekerjaan, Jasa, Kegiatan) ;
2. PPh Pasal 22 ;
3. PPh Pasal 23 (bunga, royalti, sewa selain
tanah dan atau bangunan);
4. Pasal 4 ayat 2 Final ( bunga bank, WP OP
Peredaran Tertentu, Dividen, dll).
WORLDWIDE INCOME
Pengenaan pajak dimana pajak diambil berasal dari
pengenaan dari penghasilan seseorang dari seluruh
dunia.
Apabila dalam Penghasilan Kena Pajak terdapat
penghasilan yang berasal dari luar negeri, maka PPh
yang dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap PPh
yang terutang di Indonesia (PMK-192/KMK.03/2019)
Pengurang Penghasilan
1. Penghasilan Tidak Kena Pajak;
2. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha ;
3. Penyusutan dan Amortisasi ;
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ;
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
6. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
7. Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib dan
sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
infrastruktur sosial, fasilitas pendidikan, pembinaan olahraga;
8. Kompensasi Kerugian.
51
PTKP adalah Pengurang Penghasilan Neto

PKP Ph Neto PTKP

PTKP, di samping untuk dirinya, kepada Wajib


Pajak yang sudah kawin diberikan tambahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak.

52
Besaran Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP)
Tahun 2015 Mulai Tahun 2016
Kondisi PMK 122/2015 PMK 101/2016

Untuk Diri Wajib Pajak Orang Pribadi 36.000.000 54.000.000

Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin 3.000.000 4.500.000

Tambahan Untuk Seorang Istri Yang Penghasilannya 36.000.000 54.000.000


Digabung Dengan Penghasilan Suami

Tambahan Untuk Setiap Anggota Keluarga Sedarah dan 3.000.000 4.500.000


Keluarga Semenda Dalam Garis Lurus Serta Anak Angkat
Yang menjadi Tanggungan Sepenuhnya, Paling Banyak 3
Orang Untuk Setiap Keluarga

53
Penentuan PTKP
PTKP ditentukan berdasarkan status dari Wajib Pajak beserta jumlah
tanggungannya.
Status Wajib Pajak terdiri dari :
TK/... Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga;
K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;
K/I/... Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya
tanggungan anggota keluarga;
PH Wajib pajak kawin yang secara tertulis melakukan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan. PTKP nya tetap seperti PTKP
untuk WP kawin yang penghasilan suami istri digabungan (K/I/....)
HB/... Wajib pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya
tanggungan anggota keluarga. PTKP bagi Wajib Pajak masing-
masing suami isteri yang telah hidup berpisah untuk diri masing-
masing Wajib Pajak diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak Kawin
sedangkan tanggungan sesuai dengan kenyataan sebenarnya yang
diperkenankan. (sesuai dengan Pasal 7 UU PPh)

54
HUBUNGAN KELUARGA DALAM PTKP

SEDARAH SEMENDA

AYAH
MERTUA
+
WP
IBU
KE ATAS KE ATAS

10 10
SAUDARA KE KE
SAM WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING

KE BAWAH KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP

SEDARAH SEMENDA

55
56
Penetapan Ketentuan PTKP
Penerapan ketentuan mengenai PTKP ditentukan oleh keadaan pada
awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2009 Wajib Pajak B berstatus kawin


dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir
setelah tanggal 1 Januari 2009, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2009 tetap
dihitung berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) anak.

Penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditetapkan


dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan
Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 7 ayat (2) dan (3) UU No. 7 Tahun 1983 s.t.t.d. UU No. 7 Tahun 2021
57
58
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA


YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU


KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI

1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU


DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG
PPh PASAL 21,
DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA
59
Penghasilan istri
Bekerja pada ➢ Bekerja pada lebih dari satu
satu pemberi kerja pemberi kerja
➢ Melakukan usaha
➢ Melakukan pekerjaan bebas

➢ Penghasilan istri tidak


digabung
➢ Status K/...
➢ PPh 21 atas penghasilan ➢ Penghasilan istri digabung
istri bersifat final (tidak ➢ Status K/I/...
dapat dikreditkan) ➢ PPh 21/22/23 atas penghasilan
istri dapat dikreditkan

60
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)

HIDUP BERPISAH
ISTRI MEMILIH MENGADAKAN
MENJALANKAN PERJANJIAN
HAK & KEWAJIBAN PEMISAHAN HARTA DAN
PAJAK SENDIRI PENGHASILAN
(Ber-NPWP) SECARATERTULIS

PENGHITUNGAN PKP PENGHITUNGAN PAJAKNYA BERDASAR


DAN PENGENAAN - Penghasilan Neto suami istri digabung
PAJAKNYA DILAKUKAN - Besarnya pajak yg harus dilunasi oleh
SENDIRI-SENDIRI masing-masing suami-isteri, sebanding dgn
Penghasilan Neto
61
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA
Pasal 8 ayat (4)

DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUANYA

62
63
Skema Menghitung PPh WP Orang Pribadi
TOKO
PPh Tarif Pasal
17 (Umum)
OPEN

Peredaran
Usahawan Usaha (Omzet)

PPh Final 1%
PP 46 Tahun 2013
Wajib Pajak
Oraang Pribadi

≥ 4,8
Miliar Pembukuan
Ph Bruto – Biaya Fsikal
Pekerjaan Peredaran
Bebas/Tenaga Ahli PPh Tarif Pasal 17 (Umum)
Usaha (Omzet)

< 4,8 Pencatatan


Miliar Ph Bruto x %Norma

64
PP 23 vs Pasal 17
Pencatatan
Pencatatan harus dapat menggambarkan
jumlah peredaran atau penerimaan bruto
dan atau jumlah penghasilan bruto, serta
penghasilan yang bukan obyek pajak atau
penghasilan yang dikenakan PPh Final,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang

66
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2,3,4) UU PPh, jo. PMK-01/PMK.03/2007

Norma Penghitungan
Penghasilan Neto

Pencatatan HANYA WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI
Mulai Juli 2013 hanya Orang
Pribadi Selain Usahawan
yang omzetnya < 4,8 M
SYARAT

* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang


dari Rp 4.800.000.000
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam
jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun
Pajak Ybs. Apabila tidak memberitahukan,
dianggap memilih Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan

67
Norma Perhitungan Penghasilan Netto
Per-17/2015

 Pengelompokan menurut jenis usaha & wilayah


 10 ibu kota propinsi
 Medan - Surabaya
 Palembang - Denpasar
 Jakarta - Manado
 Bandung - Makasar
 Semarang - Pontianak
 Ibu kota propinsi lainnya
 Daerah lainnya Contoh Lampiran
10 ibu kota kota propinsi Daerah
Kode Jenis Usaha
propinsi lainnya lainnya
32200 Industri pakaian jadi kecuali untuk kaki 13,5 13 12,5
32300 Industri kulit & barang dari kulit kecuali untuk kaki 17,5 16,5 16
32400 Industri barang keperluan kaki 17 16 15
62200 Perdagangan eceran brg kelontong, supermarket 30 25 20
62420 Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, hasil pengolahan kulit 30 25 20
termasuk brg keperluan kaki
62422 Perdagangan eceran brg elektronik 30 25 20
62100 Rumah makan dan minum 25 20 20
62920 Jasa akuntansi dan pembukuan 36 35 35
93213 Dokter 45 42,5 40
68
Contoh Soal
 Bajuri mempunyai dagang sepatu di bilangan
Depok dengan omzet Tahun 2020 sebesar Rp.
800.000.000,-, sedangkan istrinya Oneng
mempunyai usaha Rumah makan di bilangan
tanah Abang (tempat tinggal) Jakarta dengan
omzet Rp. 200.000.000,- pada Tahun 2020
 Data Tanggungan anak adalah sebagai berikut:
Adul lahir 2 Januari 2017 Boim lahir 2 Januari
2020.
 Hitung PPh Penghasilan neto dan PTKP?

69
Pembukuan
 Didasarkan pada itikad baik atau pada “adat
kebiasaan pedagang yang baik” dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
 Dilakukan secara taat asas dengan stetsel kas atau
stetsel akrual. Perubahan terhadap metode
pembukuan dan/atau tahun pajak harus atas
persetujuan Dirjen Pajak
 Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah
dan disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan

70
Proses Pembukuan
Laporan Keuangan Lapkeu Fiskal

Rekonsiliasi
Fiskal Berdasar UU
Pajak dan
Berdasar PSAK peraturan

Neraca, L/R, Arus


Kas, Ekuitas, dll Laba/Penghasilan
Neto Fiskal

71
CARA MENGHITUNG PAJAK
MENGHITUNG PPh TERUTANG
ZAKAT/SUMBANGAN
WAJIB KEAGAMAAN PENGHASILAN
PENGHASILAN NETO PTKP KENA PAJAK
DAN KOMPENSASI
RUGI

Usaha/Pekerjan
Bebas
TARIF PASAL 17
Pekerjaan

Dalam Negeri
Lainnya
PPH TERUTANG
Luar Negeri
Tarif

Sampai dengan Rp 60 juta 5%


Sesuai
Pasal 17 ayat (1) huruf
Diatas Rp 60 juta s.d. Rp 250 juta
15% a
UU PPh

Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta


25%

Di atas Rp 500 juta sd 5 Miliar 30%

Di atas Rp 5 Miliar 35%


Contoh Penerapan Tarif PPh OP

JUMLAH Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 5.500.000.950


Untuk penghitungan tarif PKP menjadi Rp 5.500.000.000
(Pembulatan)
PPh TERUTANG :
5% X Rp 60.000.000 = Text
Rp Tex3.000.000
15% X Rp 190.000.000 = Rp t 28.500.000
25% X Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
Text
30% X Rp 4.500.000.000 = Rp 1.350.000.000
35% X Rp 500.000.000 = Rp 175.000.000
Rp 1.619.000.000
76
Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan

Pemotongan dan Pemungutan Pembayaran Sendiri oleh


Oleh Pihak Lain Wajib Pajak

•PPh Pasal 21
•PPh Pasal 23
▪PPh Pasal 25,
•PPh Pasal 24 •PPh Pasal 22
▪STP PPh Pasal 25(Pokok),
•PPh Pasal 26
▪Fiskal Luar Negeri
•PPh Pasal 4 (2)
•PPh Pasal 15
Pasal 20 ayat (1) UU PPh

77
KREDIT PAJAK BAGI
WP OP DALAM NEGERI

PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG IMPOR


PASAL 22 ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

PEMOTONGAN PPh DARI


DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA,
PASAL 23
HADIAH DAN PENGHARGAAN,
DAN IMBALAN LAIN

PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN


PASAL 24 DARI LUAR NEGERI YANG BOLEH DIKREDITKAN

PASAL 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK


SENDIRI

PASAL 21 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI


PEKERJAAN/JASA/KEGIATAN

TIDAK BOLEH SANKSI ADMINISTRASI BERUPA


BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN
DIKREDITKAN
SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA
78
79
PPh Pasal 25 Secara Umum
 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun
berjalan =
➢ sama dengan PPh yang terutang menurut SPT
Tahunan PPh tahun pajak yang lalu
➢ dikurangi dengan PPh yang telah
dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23) dan PPh yang
terutang di Luar Negeri yang boleh dikreditkan
(PPh Pasal 24)
➢ dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak
 Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan
dalam menentukan PPh psl 25

80
Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur

 Penghasilan tidak teratur tidak


diperhitungkan dalam menentukan
PPh psl 25

81
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi Baru
PMK Nomor 215/PMK.03/2018

• Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak


Baru selain Wajib Pajak Baru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 dan Pasal 9 pada Tahun Pajak berjalan
ditetapkan nihil Kecuali untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi Pengusaha Tertentu
• Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, ditetapkan sebesar
0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah
peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat
usaha yang berbeda dengan tempat tinggal Wajib Pajak.
82
ANGSURAN PPh PSL 25 BAGI WP

WP Baru Orang Pribadi :

Tarif Psl 17 x (Pengh.neto sebulan x 12) – PTKP


12
Penghasilan neto :
- WP Pembukuan : dihitung berdasarkan pembukuan
- WP Norma, / Pembukuan tapi tdk diketahui pengh. Neto, dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

83
PPh 25 sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan

 Sama dengan jumlah angsuran PPh psl 25


bulan terakhir tahun pajak sebelumnya (Masa
Desember)
 Contoh
Apabila Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
disampaikan oleh Wajib Pajak pada bulan Februari 2021,
besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak untuk
bulan Januari 2021 adalah sebesar angsuran pajak bulan
Desember 2020, misalnya sebesar Rp 1.000.000,00.

84
Pelaporan PPh Pasal 25
Pasal 10 PMK 9/PMK.03/2018

Dianggap telah
menyampaikan SPT
Ya Masa PPh Pasal 25 ke
KPP
Validasi dengan
Nomor Transaksi
Bayar Penerimaan Sesuai dengan tanggal
Negara (NTPN) validasi yang
Wajib Pajak
tercantum pada surat
setoran pajak.
Menghitung
PPh Terutang Tidak

Dikecualikan Dari
Penyampaian SPT
Masa PPh Pasal 25

PPh Pasal 25
Nihil

85
Skema Perhitungan PPh 25 Orang Pribadi
a Penghasilan neto fiskal tahun lalu ………………. XXX
b Penghasilan tidak teratur tahun lalu …………… (XXX)
c Penghasilan yg menjadi dasar penghitungan angsuran (a – b)
………………………………… XXX
d Kompensasi kerugian yg dapat digunakan pada tahun ini
…………………………………………. (XXX)
e Penghasilan Tidak Kena Pajak ………………….. (XXX)
f Penghasilan kena pajak (c – d – e) ……………… XXX
g Kredit pajak tahun lalu atas penghasilan yg termasuk dalam
huruf c yg dipotong / dipungut fihak lain (PPh psl 21/22/23/24)
………………… (XXX)
h PPh yang harus dibayar sendiri (f – g ) ………….. XXX
i PPh psl 25 ( 1/12 x huruf h) …………………….. RpXXX
86
87
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak diwajibkan menyampaikan SPT
(PMK 243/PMK.03/2014 jo PMK 9/PMK.03/2018)

 Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun


Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto
tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak,
dikecualikan dari menyampaikan SPT Masa Pajak
Penghasilan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan
kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan
bebas, dikecualikan dari menyampaikan SPT Masa
Pajak Penghasilan Pasal 25.

88
Jenis dan Isi SPT PPh Orang Pribadi

SPT 1770
SPT 1770 S
SPT 1770 SS
Laporkan SPT
Tahunan Anda
dengan E-filing

89
Jenis-Jenis SPT PPh Orang Pribadi
BAGI ORANG PRIBADI YANG PENGHASILANNYA BERSUMBER ANTARA LAIN

1770 DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS, SEPERTI DOKTER PRAKTEK,


PENGACARA, PEDAGANG, PENGUSAHA, BIRO JASA, KONSULTAN DAN LAIN-
LAIN YANG PEKERJAANNYA TIDAK TERIKAT.

BAGI ORANG PRIBADI YANG SUMBER PENGHASILANNYA DIPEROLEH


DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DAN MEMLIKI PENGHASILAN
LAINNYA YANG BUKAN DARI KEGIATAN USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN
1770 S BEBAS.
CONTOHNYA KARYAWAN, PNS, TNI, POLRI, PEJABAT NEGARA, YANG
MEMILIKI PENGHASILAN LAINNYA ANTARA LAIN SEWA RUMAH, HONOR
PEMBICARA/PENGAJAR/PELATIH DAN SEBAGAINYA

BAGI ORANG PRIBADI YANG SUMBER PENGHASILANNYA DARI SATU


PEMBERI KERJA (SEBAGAI KARYAWAN) DAN JUMLAH PENGHASILAN
1770 SS BRUTONYA TIDAK MELEBIHI RP60.000.000 SETAHUN SERTA TIDAK
TERDAPAT PENGHASILAN LAINNYA KECUALI PENGHASILAN DARI BUNGA
BANK DAN BUNGA KOPERASI

90
Pengambilan Formulir SPT Tahunan PPh OP

AMBIL SENDIRI DOWNLOAD /


UNDUH

DIAMBIL www.pajak.go.id
SENDIRI

KPP Pratama
Laporkan SPT
Tahunan Anda
dengan E-
filing

Mobil Pajak Keliling 91


Tahapan Pengisian SPT PPh Orang Pribadi
1770, 1770 S & 1770 SS
1721 1770
A1/A2 1770-IV 1770-III 1770-II 1770-I
INDUK

+
Data Pendukung lainnya.

1770-S
1721 A1/A2 1770 S-II 1770-S I
INDUK
+
+ Data Pendukung lainnya.

1770 SS
1721 A1/A2
INDUK
92
Perhitungan PPh Bagi Suami Istri
yang mempunyai NPWP Terpisah
SPT 1770 SS SPT 1770 S
(Penghasilan (Penghasilan
SUAMI ISTRI Bruto Bruto diatas SPT 1770
dibawah 60 60
Juta/tahun) Juta/tahun)

PNS/Swasta PNS/Swasta ✓

PNS/Swasta - ✓ ✓

PNS/Swasta Usaha ✓

Usaha PNS/Swasta ✓

93
Pelaporan SPT NPWP Suami Istri Sama
No Pekerjaan SPT Masa SPT Tahunan

1. Karyawan 1 (satu) Pemberi kerja Tidak wajib lapor 1770 SS


Penghasilan sampai dengan 60
Juta/tahun

2. Karyawan lebih dari 1 (satu) Pemberi Tidak wajib lapor SPT Wajib lapor setahun
kerja penghasilan lebih dari Masa PPh Pasal 25 sekali (1770 S)
60Juta/tahun
3. Suami bekerja di satu pemberi kerja, istri Tidak wajib lapor SPT Wajib lapor setahun
bekerja pada satu pemberi kerja. Masa PPh Pasal 25 sekali ,Hanya Suami
(1770 S)

94
JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PELAPORAN UNTUK WP ORANG
PRIBADI

1. Pembayaran Masa : Paling Lambat Tanggal 15 Masa


Pajak Berikutnya
2. Pelaporan Masa : Paling Lambat Tanggal 20 Masa Pajak
Berikutnya
3. Pembayaran Tahunan / Pasal 29 : Paling Lambat
Sebelum SPT Disampaikan
4. Pelaporan SPT Tahunan : Paling Lambat Akhir Bulan Ke
tiga Setelah Tahun Pajak Berakhir

95
➢ Yang Diisi Terlebih Dahulu Adalah Formulir Lampiran, Bukan
Induknya

➢ Di Setiap Lembar Jangan Lupa Mengisi Identitas Seperti


Nama, NPWP Dan Tahun Pajaknya

➢ Jangan Lupa Membubuhkan Tanda Tangan, Karena Jika Tidak


SPT Yang Anda Laporkan Dianggap Tidak Sah

➢ Sebelum SPT Dikirim/Disampaikan Ke KPP, Jika SPT


Menunjukkan Kurang Bayar, Kekurangan Tersebut Harus
Dibayar Paling Lambat Tanggal Sebelum SPT Disampaikan

➢ Pembayaran Dapat Dilakukan Di Kantor Pos Atau Bank

96
Tempat Penyampaian SPT, Batas Waktu,
dan Sanksi Tidak Menyampaikan SPT

SANKSI
DENDA & PIDANA PIDANA KARENA
BUNGA KARENA ALPA SENGAJA
Ps. 7 UU KUP Ps. 38 UU KUP Ps. 39 UU KUP

Salah satu cara Rp 100.000 TIDAK MENYAMPAIKAN SPT


penyampaian SPT dan Sanksi
MENYAMPAIKAN SPT:
adalah melalui Bunga
Acuan% ISINYA TIDAK BENAR
efiling dari TIDAK LENGKAP
Kurang MELAMPIRKAN KETERANGAN YANG
Maret Bayar ISINYA TIDAK BENAR

Batas Waktu KURUNGAN PALING SINGKAT


PENJARA PALING SINGKAT 6
BULAN DAN
Penyampaian SPT 3 BLN ATAU PALING LAMA

31
PALING LAMA 6 TAHUN DAN
1 TAHUN DAN DENDA PALING
Tahunan adalah 31 SEDIKIT 1 KALI DARI
DENDA PALING SEDIKIT
2 X DARI JML PAJAK
Maret PAJAK YG TERHUTANG ATAU
TERUTANG DAN PALING
2 KALI DARI PAJAK
BANYAK 4 KALI DARI JML PJK
TERHUTANG
TERHUTANG 97
98
SKEMA PENGHITUNGAN PPh ORANG PRIBADI
Penghasilan netto:
Penghasilan netto dari usaha Rp xxxxxxxx
Penghasilan netto sehubungan dengan pekerjaan Rp xxxxxxxx
Penghasilan netto lain-lain Rp xxxxxxxx
Penghasilan netto dari luar negeri Rp xxxxxxxx
Total Penghasilan netto Rp xxxxxxxx
Pengurang penghasilan netto:
Zakat (RP xxxxxxxx)
Kompensasi Kerugian (Rp xxxxxxxx)
PTKP (Rp xxxxxxxx)
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) → dibulatkan ke bawah ribuan penuh Rp
xxxxxxxx
Pajak Penghasilan:
Tarif Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2009 * PhKP Rp xxxxxxxx
Kredit Pajak:
PPh Pasal 21 (Rp xxxxxx)
PPh Pasal 22 (Rp xxxxxx)
PPh Pasal 23 (Rp xxxxxx)
PPh Pasal 24 (Rp xxxxxx)
PPh Pasal 25 (Rp xxxxxx)
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Rp xxxxxxx

99
SKEMA PENGHASILAN NETTO DARI USAHA
BERDASARKAN PEMBUKUAN
Peredaran Usaha Rp xxxxxxxxx
Harga Pokok Penjualan (Rp xxxxxxxx)
Laba Bruto Rp xxxxxxxxx
Biaya Usaha:
Biaya Umum dan Administrasi (Rp xxxxxxxx)
Biaya Penjualan (Rp xxxxxxxx)
Laba (Rugi) Usaha Rp xxxxxxxxx
Pendapatan dan biaya lain-lain:
Pendapatan Lain-lain Rp xxxxxxxxx
Biaya Lain-lain (Rp xxxxxxxx)
Laba Komersial Rp xxxxxxxxx
Koreksi Fiskal:
Ditambah Rp xxxxxxxxx
Dikurang (Rp xxxxxxxx)
Penghasilan Netto dari Usaha Rp xxxxxxxxx

100
PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN

PPh Pasal 25

Pasal 25 OPPT (0,75%)

PP 23 FINAL 0,5%

Anda mungkin juga menyukai