ORANG PRIBADI
2022
ADALAH
7
2. Warisan yang belum Terbagi
Warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang
berhak yaitu ahli waris.
8
SUBJEK PAJAK OP
ORANG PRIBADI :
- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA • ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT
LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU TINGGAL DI INDONESIA / BERADA DI
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183 HARI
INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT DALAM 12 BULAN
TINGGAL DI INDONESIA
WARISAN YANG BELUM TERBAGI
9
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A
ORANG PRIBADI
MULAI :
MULAI : SAAT TIMBULNYA WARISAN
- SAAT DILAHIRKAN
- SAAT BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL
DI INDONESIA BERAKHIR : SAAT WARISAN
SELESAI DIBAGIKAN
BERAKHIR :
- SAAT MENINGGAL
- MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK
SELAMANYA.
10
Tidak Termasuk
Subjek Pajak Orang Pribadi
Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat :
Bukan warga negara Indonesia, dan
Tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya di Indonesia serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
Pejabat-pejabatperwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat:
Bukan warga negara Indonesia
Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia.
Contoh: Staf perwakilan UNESCO, UNICEF, dan organisasi internasional lain
11
Wajib Pajak-PPh
Subjek
PaJak DN
Subjek
Pajak LN
12
Perbedaan antara WP DN & Luar Negeri
No Keterangan Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib Pajak Luar Negeri Non BUT
1 Penghasilan yang Seluruh penghasilan, baik dari Penghasilan dari sumber penghasilan
Dikenakan Pajak Indonesia maupun dari luar di Indonesia (asas sumber)
Indonesia/luar negeri (World
Wide Income)
2 Dasar pengenaan pajak Penghasilan netto dengan tarif Penghasilan Bruto dengan tarif
dan tarif umum (Tarif PPh PAsal 17) sepadan (Tarif PPh Pasal 26 atau tarif
sesuai Tax Treaty)
3 Kewajiban SPT Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT
UU Perpajakan
USAHA / KEGIATAN
(KUP)
PEK. BEBAS/TENAGA
AHLI
SUBJEK PAJAK
Orang Pribadi NPWP
WAJIB PAJAK
Ya
NON - USAHA Ph
NON - PEK. BEBAS > PTKP
KARYAWAN/PEGAW
AI
20
Fungsi NPWP
- Sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan
- Sebagai identitas WP
- Menjaga ketertiban dalam pembayaran
pajak dan pengawasan administrasi
perpajakan
- Menjadi persyaratan dalam pelayanan
umum, misalnya paspor, kredit bank, dan
lelang
Orang pribadi atau badan yang
melakukan penyerahan barang/jasa kena
pajak dengan jumlah peredaran bruto
(omzet) melebihi Rp 4.800.000.000
(empat miliar delapan ratus juta)
setahun.
Pihak lain:
Membayar PPh melalui 1. Pemberi
pemotongan dan penghasilan
Mekanisme pemungutan pihak lain 2. Pemberi kerja
3. Pihak lain
Pembayaran
Membayar PPN kepada
Pajak pihak penjual atau
pemberi jasa atau pihak
yang ditunjuk
pemerintah
Pembayaran PBB
Pembayaran pajak-pajak
lainnya Pembayaran Bea
Meterai
Pasal 9 PP nomor 74 tahun 2010
Wajib Pajak
menggunakan
Pembayaran &
Penyetoran Pajak
kas negara
Pasal 9 PP 74 tahun 2011 24
Merupakan sarana dalam
melaporkan dan mempertanggung-
Surat Pemberitahuan jawabkan
(SPT) penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang
PENGHASILAN
30
KLASIFIKASI PENGHASILAN
31
Penghasilan Orang Pribadi
Penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan
bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter,
notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta
tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan
penjualan harta atau hak ;dan
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
Non Objek PPh Orang Pribadi
1. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
2. Warisan;
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak,
Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15;
Non Objek PPh Orang Pribadi (2)
4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
6. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Non Objek Pajak Dividen Bagi Orang Pribadi
PMK 18/PMK.03/2021
Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN
(Badan & OP) (Badan & OP) untuk
PENGHAPUSAN PPh ATAS DIVIDEN DALAM DAN LUAR NEGERI
sebagai perubahan memberi ruang pendanaan
dari sistem classical dari dalam negeri untuk
menjadi one-tier menambah investasi
system
a. Dividen dari dalam Dividen yang diterima oleh: Dividen yang diterima oleh:
negeri
1) WP Badan DN dengan kepemilikan ≥ 25% 1) WP Badan DN dengan kepemilikan saham
tidak dikenai PPh. berapapun tidak dikenai PPh.
2) WP Badan DN dengan kepemilikan < 25% 2) WP OP DN, dikenai PPh Final 10%, kecuali
dikenai PPh tarif normal. apabila dividen tsb diinvestasikan di wilayah
3) WP OP DN, dikenai PPh Final 10%. NKRI dalam waktu tertentu tidak dikenai PPh.
c. Dividen dari Dividen yang 4. Dalam hal dividen yang dibagikan o/Badan di LN yang sahamnya tidak diperdagangkan di
luar negeri diterima oleh bursa efek sesuai dengan porsi kepemilikan, dan penghasilan setelah pajak BUT di LN,
WP Badan dan diinvestasikan di wilayah NKRI kurang dari 30% dari jumlah laba setelah pajak, maka:
WP OP DN a) atas dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari
dikenai PPh tarif pengenaan Pajak Penghasilan;
normal Pasal 17 b) atas selisih dari 30% laba setelah pajak dikurangi dengan dividen dan/atau
UU PPh penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan dikenai Pajak Penghasilan;
c) atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen dan/atau penghasilan setelah pajak
yang diinvestasikan sebagaimana dimaksud pada huruf a) serta atas selisih
sebagaimana dimaksud pada huruf b), tidak dikenai Pajak Penghasilan;
Dalam hal dividen yang dibagikan o/Badan di LN yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek
sesuai dengan porsi kepemilikan, dan penghasilan setelah pajak BUT di LN, diinvestasikan di
wilayah NKRI lebih dari 30% dari jumlah laba setelah pajak, maka:
a) atas dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari
pengenaan Pajak Penghasilan;
b) atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen dan/atau penghasilan setelah
pajak yang diinvestasikan sebagaimana dimaksud dalam huruf a), tidak dikenai PPh;
Skema Perlakuan Pajak atas Dividen dan Penghasilan dari Luar Negeri
Jika diinvestasikan < 30% dari jumlah laba Jika diinvestasikan Penghasilan dari kegiatan
setelah pajak ≥ 30% dari jumlah laba setelah pajak usaha di LN (tidak melalui
BUT) dikecualikan dari
Dividen & penghasilan setelah pajak yang Dividen dan penghasilan setelah pajak yang pengenaan PPh sepanjang:
diinvestasikan dikecualikan dari pengenaan PPh diinvestasikan dikecualikan dari pengenaan PPh • Diinvestasikan di INA
• Penghasilan dari usaha
Selisih dari 30% laba setelah pajak dikurangi Sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen aktif di LN
dividen dan/atau penghasilan setelah pajak yang dan/atau penghasilan setelah pajak yang • Bukan penghasilan dari
diinvestasikan dikenai PPh diinvestasikan tidak dikenai PPh. perusahaan yang dimiliki
asing
Sisa laba setelah pajak sebesar 70%, tidak dikenai PPh.
Contoh
Dengan demikian:
X Limited membagikan dividen tunai
1. Atas dividen yang diinvestasikan ($10.000) dikecualikan dari PPh; Oleh karena itu nilai
2. Dividen yang dibagikan X Limited sebesar 20% dari total jumlah objek Pajak
sebesar $20.000 (20% dari laba
laba setelah pajak (berada di bawah batasan minimal 30%) Penghasilan terkait
setelah pajak sebesar $100.000). PT Y,
sehingga selisih 10% (batasan minimum sebesar 30% - persentase
yang memiliki 70% saham pada X dividen PT Y dari X
dividen dibagikan sebesar 20%) atau sebesar $7.000 (10% x 70% x
Limited., menerima pembagian Limited. adalah
$100.000) merupakan objek PPh di Indonesia;
dividen tunai sebesar $14.000. PT Y sebesar $11.000
3. Dividen yang dibagikan oleh X Limited sebesar $4.000 ($14.000 -
menginvestasikan dividen tsb ke
$10.000) tidak diinvestasikan oleh PT Y di Indonesia sehingga atas ($7.000 + $4.000).
Indonesia sebesar $10.000 dalam
dividen tersebut juga merupakan objek PPh di Indonesia.
jangka waktu tertentu
ILUSTRASI PEMBERIAN FASILITAS ATAS DIVIDEN DARI LUAR NEGERI (1)
1 2 3
Laba Laba
Laba
setelah setelah
setelah
pajak$100 pajak$100
pajak$100
Dividen Dividen
Dividen
dibagi dibagi
dibagi
$30 $25
$30 dividen tidak dividen
diinvestasikan seharusnya
$10 dibagi $5
X Ltd X Ltd X Ltd
PT A PT A PT A dividen
$25
▪ Miliki dividen ▪ Miliki dividen ▪ Miliki
$30 objek PPh
100% 100% $20 objek PPh 100%
saham saham saham dividen
X Ltd X Ltd
dividen diinvestasikan
X Ltd
diinvestasikan
diinvestasikan
dividen
PT A PT A PT A dividen
$20
▪ Miliki dividen ▪ Miliki $10
▪ Miliki Objek PPh 10% $3 70% Objek PPh
100% dividen $10 saham saham
saham diinvestasikan dividen $11
X Ltd X Ltd diinvestasikan
X Ltd diinvestasikan
✓ Bila $10 diinvestasikan di Indonesia →
✓ Bila $20 diinvestasikan di Indonesia →
dikecualikan dari PPh atas dividen
dikecualikan dari PPh atas dividen ✓ Bila $3 diinvestasikan di
Indonesia →dikecualikan dari PPh ✓ Terhadap $11 → dikenai PPh
✓ Terhadap $10 → dikenai PPh
a. (30% x $100 x 70%) - porsi dividen dibagi
a. (30% x $100) - porsi dividen dibagi $25 ✓ Karena total dividen dibagikan $14
b. porsi dividen dibagi $25 – ≥ 30% b. porsi dividen dibagi $14 (70% x $20)
dividen dinvestasikan di INA $20
– dividen dinvestasikan di INA $10
Perlakuan atas Pajak Penghasilan Perlakuan atas Dividen dan
yang telah dibayar/terutang di LN Penghasilan dari LN yang tidak
dan diinvestasikan di NKRI
KETENTUAN LAIN TERKAIT DIVIDEN ATAU PENGHASILAN DARI LN
Dalam hal Wajib Pajak tidak menginvestasikan
Dividen dari LN dan penghasilan setelah pajak dari penghasilan dalam jangka waktu tertentu atas:
suatu BUT di LN penghasilan, serta Penghasilan dari Dividen dari LN dan penghasilan setelah pajak
usaha aktif di LN yang tidak melalui BUT, dan dari suatu BUT di LN penghasilan, serta
terhadapnya telah dikenakan Pajak Penghasilan, Penghasilan dari usaha aktif di LN yang tidak
melalui BUT, dan terhadapnya telah dikenakan
maka atas income tax tsb: Pajak Penghasilan,
a)tidak dapat diperhitungkan dengan Pajak maka berlaku ketentuan:
Penghasilan yang terutang; a)penghasilan dari luar negeri tersebut
b) tidak dapat dibebankan sebagai biaya atau merupakan penghasilan pada Tahun pajak
pengurang penghasilan; dan/atau diperoleh; dan
c) tidak dapat dimintakan pengembalian b)Pajak atas penghasilan yang telah dibayar
kelebihan pembayaran pajak. atau terutang di luar negeri atas penghasilan
tersebut merupakan kredit pajak (PPh Pasal 24)
UU Cipta Kerja (Omnibus Law)
Pasal 111 angka 2
Perubahan atas Pasal 4 ayat 3 huruf (f) ** Ketentuan lebih lanjut mengenai: a) kriteria, tata cara dan jangka waktu tertentu
UU PPh No.36/2008 untuk investasi; b) tata cara pengecualian pengenaan PPh; dan c) perubahan batasan
dividen yang diinvestasikan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan 13
Pokok Perubahan
UU PPh
Pasal 4 ayat (1) huruf g
Non-objek pajak atas:
PENGHAPUSAN PPh ATAS • Bagian laba/SHU Koperasi
PEMBAGIAN SHU • Dana Haji yang dikelola BPKH
KOPERASI (Badan Pengelola Keuangan
Haji). Aturan saat ini: Merupakan objek pajak
UU PPh
Pasal 26 ayat (1b) Tarif PPh Pasal 26 atas penghasilan bunga dari
dalam negeri yang diterima oleh Subjek Pajak Aturan saat ini:
RUANG PENYESUAIAN Luar Negeri dapat diturunkan lebih rendah dari PPh Pasal 26 atas penghasilan bunga dari
TARIF PPh PASAL 26 ATAS 20% dengan Peraturan Pemerintah. dalam negeri yang diterima oleh Subjek Pajak
BUNGA Luar Negeri dikenakan tarif sebesar 20%.
UU PPN
Pasal 1A ayat (2) huruf d
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh i. bagian laba atau sisa hasil usaha yang
anggota dari perseroan komanditer yang diterima atau diperoleh anggota dari
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, koperasi, perseroan komanditer yang modalnya
persekutuan, perkumpulan, firma, dan tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
kontrak investasi kolektif; pemegang unit penyertaan kontrak investasi
Pasal 4 Ayat (3) huruf (i) kolektif;
Objek PPh Final Orang Pribadi
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
2. Penghasilan berupa hadiah undian;
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan;
5. penghasilan tertentu lainnya (misal penghasilan dari usaha orang
pribadi yang peredaran bruto tidak melebihi 4,8 Miliar dan dividen OP
pasal 17 ayat 2 huruf c).
Karakteristik PPh Final
Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak
lain sehubungan dengan penghasilan tersebut tidak dapat
dikreditkan.
47
Objek PPh Orang Pribadi
1. PPh Pasal 21 (dari Pekerjaan, Jasa, Kegiatan) ;
2. PPh Pasal 22 ;
3. PPh Pasal 23 (bunga, royalti, sewa selain
tanah dan atau bangunan);
4. Pasal 4 ayat 2 Final ( bunga bank, WP OP
Peredaran Tertentu, Dividen, dll).
WORLDWIDE INCOME
Pengenaan pajak dimana pajak diambil berasal dari
pengenaan dari penghasilan seseorang dari seluruh
dunia.
Apabila dalam Penghasilan Kena Pajak terdapat
penghasilan yang berasal dari luar negeri, maka PPh
yang dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap PPh
yang terutang di Indonesia (PMK-192/KMK.03/2019)
Pengurang Penghasilan
1. Penghasilan Tidak Kena Pajak;
2. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha ;
3. Penyusutan dan Amortisasi ;
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ;
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
6. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
7. Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib dan
sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
infrastruktur sosial, fasilitas pendidikan, pembinaan olahraga;
8. Kompensasi Kerugian.
51
PTKP adalah Pengurang Penghasilan Neto
52
Besaran Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP)
Tahun 2015 Mulai Tahun 2016
Kondisi PMK 122/2015 PMK 101/2016
53
Penentuan PTKP
PTKP ditentukan berdasarkan status dari Wajib Pajak beserta jumlah
tanggungannya.
Status Wajib Pajak terdiri dari :
TK/... Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga;
K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;
K/I/... Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya
tanggungan anggota keluarga;
PH Wajib pajak kawin yang secara tertulis melakukan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan. PTKP nya tetap seperti PTKP
untuk WP kawin yang penghasilan suami istri digabungan (K/I/....)
HB/... Wajib pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya
tanggungan anggota keluarga. PTKP bagi Wajib Pajak masing-
masing suami isteri yang telah hidup berpisah untuk diri masing-
masing Wajib Pajak diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak Kawin
sedangkan tanggungan sesuai dengan kenyataan sebenarnya yang
diperkenankan. (sesuai dengan Pasal 7 UU PPh)
54
HUBUNGAN KELUARGA DALAM PTKP
SEDARAH SEMENDA
AYAH
MERTUA
+
WP
IBU
KE ATAS KE ATAS
10 10
SAUDARA KE KE
SAM WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING
KE BAWAH KE BAWAH
ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP
SEDARAH SEMENDA
55
56
Penetapan Ketentuan PTKP
Penerapan ketentuan mengenai PTKP ditentukan oleh keadaan pada
awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.
Pasal 7 ayat (2) dan (3) UU No. 7 Tahun 1983 s.t.t.d. UU No. 7 Tahun 2021
57
58
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)
KECUALI
60
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)
HIDUP BERPISAH
ISTRI MEMILIH MENGADAKAN
MENJALANKAN PERJANJIAN
HAK & KEWAJIBAN PEMISAHAN HARTA DAN
PAJAK SENDIRI PENGHASILAN
(Ber-NPWP) SECARATERTULIS
DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUANYA
62
63
Skema Menghitung PPh WP Orang Pribadi
TOKO
PPh Tarif Pasal
17 (Umum)
OPEN
Peredaran
Usahawan Usaha (Omzet)
PPh Final 1%
PP 46 Tahun 2013
Wajib Pajak
Oraang Pribadi
≥ 4,8
Miliar Pembukuan
Ph Bruto – Biaya Fsikal
Pekerjaan Peredaran
Bebas/Tenaga Ahli PPh Tarif Pasal 17 (Umum)
Usaha (Omzet)
64
PP 23 vs Pasal 17
Pencatatan
Pencatatan harus dapat menggambarkan
jumlah peredaran atau penerimaan bruto
dan atau jumlah penghasilan bruto, serta
penghasilan yang bukan obyek pajak atau
penghasilan yang dikenakan PPh Final,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang
66
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2,3,4) UU PPh, jo. PMK-01/PMK.03/2007
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
67
Norma Perhitungan Penghasilan Netto
Per-17/2015
69
Pembukuan
Didasarkan pada itikad baik atau pada “adat
kebiasaan pedagang yang baik” dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
Dilakukan secara taat asas dengan stetsel kas atau
stetsel akrual. Perubahan terhadap metode
pembukuan dan/atau tahun pajak harus atas
persetujuan Dirjen Pajak
Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah
dan disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
70
Proses Pembukuan
Laporan Keuangan Lapkeu Fiskal
Rekonsiliasi
Fiskal Berdasar UU
Pajak dan
Berdasar PSAK peraturan
71
CARA MENGHITUNG PAJAK
MENGHITUNG PPh TERUTANG
ZAKAT/SUMBANGAN
WAJIB KEAGAMAAN PENGHASILAN
PENGHASILAN NETO PTKP KENA PAJAK
DAN KOMPENSASI
RUGI
Usaha/Pekerjan
Bebas
TARIF PASAL 17
Pekerjaan
Dalam Negeri
Lainnya
PPH TERUTANG
Luar Negeri
Tarif
•PPh Pasal 21
•PPh Pasal 23
▪PPh Pasal 25,
•PPh Pasal 24 •PPh Pasal 22
▪STP PPh Pasal 25(Pokok),
•PPh Pasal 26
▪Fiskal Luar Negeri
•PPh Pasal 4 (2)
•PPh Pasal 15
Pasal 20 ayat (1) UU PPh
77
KREDIT PAJAK BAGI
WP OP DALAM NEGERI
80
Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur
81
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi Baru
PMK Nomor 215/PMK.03/2018
83
PPh 25 sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan
84
Pelaporan PPh Pasal 25
Pasal 10 PMK 9/PMK.03/2018
Dianggap telah
menyampaikan SPT
Ya Masa PPh Pasal 25 ke
KPP
Validasi dengan
Nomor Transaksi
Bayar Penerimaan Sesuai dengan tanggal
Negara (NTPN) validasi yang
Wajib Pajak
tercantum pada surat
setoran pajak.
Menghitung
PPh Terutang Tidak
Dikecualikan Dari
Penyampaian SPT
Masa PPh Pasal 25
PPh Pasal 25
Nihil
85
Skema Perhitungan PPh 25 Orang Pribadi
a Penghasilan neto fiskal tahun lalu ………………. XXX
b Penghasilan tidak teratur tahun lalu …………… (XXX)
c Penghasilan yg menjadi dasar penghitungan angsuran (a – b)
………………………………… XXX
d Kompensasi kerugian yg dapat digunakan pada tahun ini
…………………………………………. (XXX)
e Penghasilan Tidak Kena Pajak ………………….. (XXX)
f Penghasilan kena pajak (c – d – e) ……………… XXX
g Kredit pajak tahun lalu atas penghasilan yg termasuk dalam
huruf c yg dipotong / dipungut fihak lain (PPh psl 21/22/23/24)
………………… (XXX)
h PPh yang harus dibayar sendiri (f – g ) ………….. XXX
i PPh psl 25 ( 1/12 x huruf h) …………………….. RpXXX
86
87
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak diwajibkan menyampaikan SPT
(PMK 243/PMK.03/2014 jo PMK 9/PMK.03/2018)
88
Jenis dan Isi SPT PPh Orang Pribadi
SPT 1770
SPT 1770 S
SPT 1770 SS
Laporkan SPT
Tahunan Anda
dengan E-filing
89
Jenis-Jenis SPT PPh Orang Pribadi
BAGI ORANG PRIBADI YANG PENGHASILANNYA BERSUMBER ANTARA LAIN
90
Pengambilan Formulir SPT Tahunan PPh OP
DIAMBIL www.pajak.go.id
SENDIRI
KPP Pratama
Laporkan SPT
Tahunan Anda
dengan E-
filing
+
Data Pendukung lainnya.
1770-S
1721 A1/A2 1770 S-II 1770-S I
INDUK
+
+ Data Pendukung lainnya.
1770 SS
1721 A1/A2
INDUK
92
Perhitungan PPh Bagi Suami Istri
yang mempunyai NPWP Terpisah
SPT 1770 SS SPT 1770 S
(Penghasilan (Penghasilan
SUAMI ISTRI Bruto Bruto diatas SPT 1770
dibawah 60 60
Juta/tahun) Juta/tahun)
PNS/Swasta PNS/Swasta ✓
PNS/Swasta - ✓ ✓
PNS/Swasta Usaha ✓
Usaha PNS/Swasta ✓
93
Pelaporan SPT NPWP Suami Istri Sama
No Pekerjaan SPT Masa SPT Tahunan
2. Karyawan lebih dari 1 (satu) Pemberi Tidak wajib lapor SPT Wajib lapor setahun
kerja penghasilan lebih dari Masa PPh Pasal 25 sekali (1770 S)
60Juta/tahun
3. Suami bekerja di satu pemberi kerja, istri Tidak wajib lapor SPT Wajib lapor setahun
bekerja pada satu pemberi kerja. Masa PPh Pasal 25 sekali ,Hanya Suami
(1770 S)
94
JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PELAPORAN UNTUK WP ORANG
PRIBADI
95
➢ Yang Diisi Terlebih Dahulu Adalah Formulir Lampiran, Bukan
Induknya
96
Tempat Penyampaian SPT, Batas Waktu,
dan Sanksi Tidak Menyampaikan SPT
SANKSI
DENDA & PIDANA PIDANA KARENA
BUNGA KARENA ALPA SENGAJA
Ps. 7 UU KUP Ps. 38 UU KUP Ps. 39 UU KUP
31
PALING LAMA 6 TAHUN DAN
1 TAHUN DAN DENDA PALING
Tahunan adalah 31 SEDIKIT 1 KALI DARI
DENDA PALING SEDIKIT
2 X DARI JML PAJAK
Maret PAJAK YG TERHUTANG ATAU
TERUTANG DAN PALING
2 KALI DARI PAJAK
BANYAK 4 KALI DARI JML PJK
TERHUTANG
TERHUTANG 97
98
SKEMA PENGHITUNGAN PPh ORANG PRIBADI
Penghasilan netto:
Penghasilan netto dari usaha Rp xxxxxxxx
Penghasilan netto sehubungan dengan pekerjaan Rp xxxxxxxx
Penghasilan netto lain-lain Rp xxxxxxxx
Penghasilan netto dari luar negeri Rp xxxxxxxx
Total Penghasilan netto Rp xxxxxxxx
Pengurang penghasilan netto:
Zakat (RP xxxxxxxx)
Kompensasi Kerugian (Rp xxxxxxxx)
PTKP (Rp xxxxxxxx)
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) → dibulatkan ke bawah ribuan penuh Rp
xxxxxxxx
Pajak Penghasilan:
Tarif Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2009 * PhKP Rp xxxxxxxx
Kredit Pajak:
PPh Pasal 21 (Rp xxxxxx)
PPh Pasal 22 (Rp xxxxxx)
PPh Pasal 23 (Rp xxxxxx)
PPh Pasal 24 (Rp xxxxxx)
PPh Pasal 25 (Rp xxxxxx)
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Rp xxxxxxx
99
SKEMA PENGHASILAN NETTO DARI USAHA
BERDASARKAN PEMBUKUAN
Peredaran Usaha Rp xxxxxxxxx
Harga Pokok Penjualan (Rp xxxxxxxx)
Laba Bruto Rp xxxxxxxxx
Biaya Usaha:
Biaya Umum dan Administrasi (Rp xxxxxxxx)
Biaya Penjualan (Rp xxxxxxxx)
Laba (Rugi) Usaha Rp xxxxxxxxx
Pendapatan dan biaya lain-lain:
Pendapatan Lain-lain Rp xxxxxxxxx
Biaya Lain-lain (Rp xxxxxxxx)
Laba Komersial Rp xxxxxxxxx
Koreksi Fiskal:
Ditambah Rp xxxxxxxxx
Dikurang (Rp xxxxxxxx)
Penghasilan Netto dari Usaha Rp xxxxxxxxx
100
PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
PPh Pasal 25
PP 23 FINAL 0,5%