Anda di halaman 1dari 29

Audit

Perpajakan
Alif Nur Krishnamurti 12030116130103

Rifka Ayu Annisa 12030116140204

Khoirul Alfi 12030116140213

Shinta Maharani 12030116140224


Latar Belakang
• Audit pajak yang dibahas lebih pada kepentingan evaluasi
internal terhadap bagaimana perusahaan mengelola kewajiban
perpajakannya dengan efektif dan efisien
• Penilaian secara keseluruhan, baik ketaatan dalam
pelaksanaan peraturan perpajakan maupun kemampuan untuk
meminimalkan pembayaran pajak dilakukan melalui audit
internal perpajakan
Definisi
Audit Perpajakan perusahaan merupakan audit yang dilakukan secara internal
berkelanjutan, yang menyatu dengan sistem pengendalian operasional
perusahaan, menilai ketaatan pelaksanaan aturan perpajakan dan teknik
pengelolaan transaksi yang mampu meminimalkan pembayaran pajak tanpa
melanggar aturan-aturannya. Audit ini mencakup penilaian terhadap:
• Kebijakan perpajkaan yang ditetapkan perusahaan, yang biasanya terintegrasi
dengan kebijakan operasional dan kebijakan akuntansinya
• Aplikasi manajemen pajak, yang mengelola transaksi perpajakan perusahaan
untuk meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar ketentuan dan
peraturan perpajakan
• Pelaksanaan menyeluruh terhadap kewajiban perpajakan yang diatur dalam
UU dan peraturan perpajakan lainnya
Tujuan dan Manfaat
Tujuan: melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pengelolaan kewajiban
perpajakan perusahaan, yang meliputi penilaian terhadap:
1. Ketepatan kebijakan perpajakan yang ditetapkan perusahaan dan kemampuannya dalam
memberikan panduan untuk pengelolaan kewajiban perpajakan yang efektif dan efisien
2. Kemampuan meminimalkan konsekuensi perpajakan dari transaksi yang terjadi di
perusahaan tersebut:
a. Memaksimalkan biaya fiskal dalam setiap pengeluaran perusahaan
b. Meminimalkan pendapatan fiskal dalam setiap penerimaan perusahaan
3. Kemampuan perusahaan dalam menaati ketentuan dan peraturan perpajakan
a. Melakukan pemungutan/pemotongan seluruh pajak yang harus dilakukan
b. Melakukan perhitungan pajak dengan benar
c. Menyetor dan melaporkan seluruh kewajiban perpajakan dengan benar dan tepat
waktu
Manfaat
• Audit internal perpajakan lebih berfungsi sebagai pencegahan terhadap
kegagalan perusahaan dalam mengelola kewajiban perpajakannya yang
seharusnya berjalan secara ekonomis, efisien, dan efekti
• Agar mendapat manfaat yang maksimal, audit harus dilakukan setiap
terjadinya transaksi yang memiliki dampak perpajakan, penyetoran, dan
pelaporan kewajiban perpajakan tersebut
• Hasil audit dapat menjadi umpan balik bagi perusahaan dalam meningkatkan
kemampuannya mengelola kewajiban perpajakan, meningkatkan efisiensi
pembayaran pajak dan ketaatan pada peraturan
Ruang Lingkup

Aspek Efisiensi Pembayaran Aspek Ketaatan dalam


Pajak Pelaksanaan Kewajiban
Perpajakan
1. Meminimalkan penghasilan kena 1. Pemungutan dan pemotongan
pajak (taxable revenue) pajak
2. Memaksimalkan deductible 2. Penghitungan pajak dengan benar
expense 3. Penyetoran pajak tepat waktu
4. Pelaporan pajak secara lengkap
dan tepat waktu
Meminimalkan Penghasilan Kena Pajak (PKP)

• Menyangkut strategi pengelolaan transaksi pendapatan agar tidak


mengandung dampak perpajakan (final maupun tidak final)
• Dengan meminimalkan dampak perpajakan terhadap pendapatan,
maka pendapatan sebagai dasar pengenaan apajak akan menjadi lebih
kecil dan secara otomatis juga mengurangi pajak terutang
• Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak diatur dalam pasal 4
ayat 3 UU Pajak Penghasilan
Memaksimalkan Deductible Expenses
• Menyangkut strategi pengelolaan transaksi di mana setiap beban yang terjadi bisa
diperhitungkan dalam penentuan besarnya pajak terutang, sehingga dapat memperbesar
faktor pengurang penghasilan dalam perhitungan pajak
• Efisiensi pengelolaan kewajiban perpajakan dari sisi beban mengarahkan untuk semaksimal
mungkin menjadikan beban-beban tersebut masuk ke dalam kriteria fiskal
• Kebijakan akuntansi perusahaan harus mengadopsi peraturan perpajakan agar transaksi
beban tidak termasuk dalam daftar nondeductible expenses
• Beban yang tidak diakui sebagai beban fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
1. Pemberian natura atau kenikmatan
2. Tidak terpenuhinya ketentuan administrasi menurut ketentuan pajak sebagai bukti terjadinya
beban tersebut
• Memasukan pemberian natura dan kenikmatan sebagai tunjangan dalam daftar gaji
Tax Review

– Dilakukan untuk menelaah dan menilai bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajiban perpajakannya.
– Hasil dari tax review dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana tingkat ketaatan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
– Berdasarkan laporan keuangan dari SPT (Masa dan/atau Tahunan) seorang tax reviewer melakukan
analisis untuk menentukan ketaatan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kewajiban perpajakan untuk Wajib Pajak meliputi :
1. Pemungutan dan pemotongan pajak
2. Penghitungan pajak dengan benar
3. Penyetoran pajak tepat waktu
4. Pelaporan pajak secara lengkap dan tepat waktu
Beberapa manfaat yang diperoleh Wajib Pajak dari
pelaksanaan tax review di antaranya adalah
1. Menghindari Sanksi Perpajakan
 Secara umum sanksi perpajakan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu sanksi
sebelum pemeriksaan (sanksi dalam tahun berjalan) dan sanksi perpajakan akibat pemeriksaan pajak.
2. Menghindari adanya pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan karena baru ditemukan pada saat
pemeriksaan.
3. Menghindari kedaluwarsa masa pengkreditan pajak masukan.
4. Menghindari adanya pajak masukan yang tidak bisa dikreditkan karena pajak masukan tersebut tidak
dapat dikonfirmasikan oleh pemeriksa.
5. Menghindari kedaluwarsa pengajuan keberatan pajak yakni tiga bulan setelah penerbitan SKP.
6. Mengusahakan persetujuan pengurangan angsuran PPh pasal 25 bila berdasarkan hasil review, syarat-
syarat pengurangan angsuran PPh pasal 25 sudah dipenuhi.
7. Mengusahakan Surat Keterangan Bebas pajak bila berdasarkan hasil review, syarat-syarat pemberian
SKB sudah terpenuhi.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Hak-Hak Wajib Pajak Kewajiban Wajib Pajak
1. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka 1. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan
dimaksud pada ayat (3) untuk paling lama 2 perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor
bulan dengan cara menyampaikan Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
pemberitahuan secara tertulis atau dengan meliputi tempat tinggal Wajib Pajak dan kepadanya
cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang diberikan NPWP (pasal 2 ayat 1)
ketetuannya diatur dengan atau berdasarkan 2. Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Peraturan Menteri Keuangan (pasal 3 ayat 4) Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
2. Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat menandatanginya (pasal 4 ayat 1)
membetulkan Surat Pemberitahuan yang 3. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak
telah disampaikan dengan menyampaikan yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran
Jenderal Pajak belum melakukan tindakan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
pemeriksaan (pasal 8 ayat 1) Menteri Keuangan (pasal 10 ayat 1)
Audit atas PPh Pasal 21
4. Badan yang membayar honorariun
Pasal 21 atau pembayaran lain sebagai
 Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan imbalan sehubungan dengan jasa
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama
termasuk jasa tenaga ahli yang
dan dalam bentuk apa pun yang dterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan melakukan pekerjaan bebas.
oleh : 5. Penyelenggara kegiatan yang
melakukan pembayaran sehubungan
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang
pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam
rangka pensiun.
– Agar lebih mudah mengendalikan, perusahaan seharusnya memiliki rekening tersendiri untuk setiap
objek PPh 21. rekening-rekening ini akan menampung setiap objek PPh 21 yang menjadi sumber
pemotongan dan pemungutan dari pajak tersebut.
– Nilai dari masing-masing rekening ini akan sangat dibutuhkan pada saat pembuatan SPT PPh 21 baik
SPT Masa maupun SPT Tahunan.
– Kewajiban perpajakan terkait PPh 21, selain menghitung dan memotong pajak dengan benar adalah
waktu penyetoran dan pelaporan SPT masa PPh 21.
– Pasal 2 dan Pasal 7 PMK No.80/PMK.03/2010 mengatur tentang batas waktu penyetoran dan
pelaporan pajak.
– Untuk PPh 21 penyetoran pajak Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
– Untuk menghindari terjadinya kesalahan baik dalam perhitungan, pemotongan, penyetoran maupun
pelaporannya, internal audit perpajakan harus memastikan bahwa data-data karyawan yang dihitung
pajaknya adalah data yang terbarukan (up to date), penerapan tarif PTKP dan tarif pajaknya serta
pengisian SPT-nya akurat, penyetoran dan pelaporan pajaknya tidak terlambat.
Audit atas PPh Pasal 26
Pasal 26
 Atas penghasilan tersebut dibawah ini,
dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, Subjek Pajak dalam
negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada
Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap di Indonesia :
1. Dipotong pajak sebesar 20% dari 2. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di
jumlah bruto oleh pihak yang wajib Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat 2, yang diterima
membayarkan : atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap
a. Dividen di Indonesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada
b. Bunga termasuk premium, diskonto, perusahaan asuransi luar negeri dipotong pajak 20% dari
dan imbalan sehubungan dengan perkiraan penghasilan neto.
jaminan pengembalian utang 3. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 3c dipotong pajak
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
sehubungan dengan penggunaan 4. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk
harta usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang
pekerjaan, dan kegiatan ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
e. Hadiah dan penghargaan Peraturan Menteri Keuangan.
5. Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
f. Pensiun dan pembayaran berkala ayat (2a), dan ayat (4) bersifat final, kecuali :
lainnya a. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
g. Premi swap dan transaksi lindung Pasal 5 ayat 1 huruf b, huruf c
nilai lainnya b. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
h. Keuntungan karena pembebasan pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib
utang Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Audit atas PPh Pasal 22
• PPh pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak Pasal 22
badan tertentu sebagai pemungut pajak, penyetoran paling
lama tanggal 10bulan berikutnya dan pelaporannya paling lama Menteri Keuangan dapat menetapkan :
20 hari setelah Masa Pajak berakhir. 1. Bendahara pemerintah untuk memungut
• Sebagai pemungut, Wajib Pajak harus menyerahkan bukti pajak sehubungan dengan pembayaran
pemungut kepada Wajib Pajak yang dipungut sesuai dengan
atas penyerahan barang
aturan yang berlaku.
• Sebagai yang dipungut, Wajib Pajak harus mendapatkan bukti 2. Badan-badan tertentu untuk memungut
pemungutan yang cukup sesuai dengan peraturan yang berlaku pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
dan memisahkan pencatatannya antara uang muka PPh 22 Final kegiatan di bidang impor atau kegiatan
dan tidak final. usaha dibidang lain
3. Wajib Pajak badan tertentu untuk
memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat
mewah
Audit atas PPh Pasal 23
Pasal 23 1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :
 Atas penghasilan tersebut dibawah ini a. Dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf g
b. Bunga sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf f
dengan nama dan dalam bentuk apapun c. Royalti
yang dibayarkan, disediakan untuk d. Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah
dibayarkan, atau telah jatuh tempo dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21
pembayarannya oleh badan ayat (1) huruf e
pemerintahan, Subjek Pajak badan
2. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
perusahaan luar negeri lainnya kepada harta yang telah dikenai pajak penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (2)
Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
yang wajib membayarkan : dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.
– Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri dapat ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk
memotong pajak sebagaimana ketentuan yang berlaku.
– Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud tidak dilakukan atas :
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi
3. Dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf dan dividen yang diterima oleh orang
pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2c)
4. Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf i
5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi
sebagai penyalur pinjaman dan atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

• Sebagai pemotong wajib pajak harus menerbitkan bukti potong yang cuku sesuai
dengan objek pemotongannya dan menyerahkan kepada Wajib Pajak yang
dipotong.
• Penyetoran PPh pasal 23 oleh pemotong pajak harus dilakukan paling lama
tanggal 10 bulan berikutnya dan pelaporannya paling lama 20 hari setelah masa
pajak berakhir.
• Sebagai pihak yang dipungut PPh 23, wajib pajak harus mendapatkan bukti
pungut dari pemungut yang akan digunakan sebagai bukti pada saat
mengkreditkan pajak terutang pada saat dibuat laporan pajak akhir tahun.
Audit atas PPH 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus


dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan adalah sebesar PPh
yang terutung menurut SPT PPh tahun pajak yang lalu dikurang
dengan:
– PPh 21, PPh 22, PPh 23
– PPh 24
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk bulan- bulan
sebelum SPT PPh disampaikan sebelum batas waktu penyampaian SPT sama
dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbikan surat ketetapan pajak untuk
tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan
SKP tersebut dan mulai berlaku bulan berikutnya Dirjen Pajak berwenang untuk
menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan
dalam hal-hal tertentu
Audit atas Pajak Akhir Tahun

Pasal 28
Bagi WP dalam negeri dan BUT, pajak yang terutang dikurangi
dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan
berupa: PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 25, 26 Sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku tidak
boleh dikreditkan dengan pajak terutang.
Audit atas Pajak Akhir Tahun

Pasal 29
Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih
besar dari kredit pajak, maka kekurangan pembayaran pajak yang
terutang harus dilunasi sebelum SPT tahunan PPh disampaikan.
Auditor harus memeriksa dengan teliti apakah seluruh pajak yang
bisa dikreditkan telah dikreditkan, dengan membandingkan antara
catatan uang muka pajak (selain PPN) dengan pengkreditan yang
dilakukan pada penghitungan pajak yang masih harus dibayar.
Untuk meminimalkan PPh Badan, WP dapat melakukan
pengelolaan kewajiban perpajakan akhir tahun melalui
beberapa cara:
– 1. Review dan analisis pajak terutang akhir tahun PPh Badan
– 2. Strategi menghemat PPh akhir tahun
– 3. Menghindari pajak lebih bayar dan rugi fiskal
– 4. Melakukan langkah strategis lainya
Audit atas Kewajiban PPN

– Kewajiban WP yang telah ditetapkan sebagai PKP meliputi pemungutan,


penyetoran, dan pelaporan PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang
diserahkan. Apabila PPN Keluaran lebih besar daripada PPN Masukan selisihnya
merupakan PPN yang harus disetor oleh PKP, Wajib Pajak harus menyetor PPN
yang telah dipungut setelah dikompensasian dengan PPN masukan pada masa
yang sama, Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya, dan harus dilaporkan
paling lama akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Kasus
IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat

Kasus
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun buku
Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, dapat
•IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat
direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar. 750
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak
penanam modal asing (PMA) terindikasi
untuk tahuntidak
buku membayar pajak
Desember 2001 dandengan
Desembercara2002.
melaporkan
Jika pajak rugi selama
masukan lebih
besar dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3
lima tahun terakhir secara berturut-turut.
melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar. 750 penanam modal asing (PMA)
Dalam kasus ini terungkap bahwa
terindikasi pihak manajemen
tidak membayar pajak denganberkonspirasi dengan
cara melaporkan para pejabat
rugi selama lima
tahun terakhir secara berturut-turut.
tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi. Manajemen juga melakukan
• Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para
konspirasi dengan auditor dari pejabat tinggiakuntan
kantor negara dan otoritas
publik terkaitmelakukan
dalam dalam melakukan penipuan
manipulasi akuntansi.
laba yang
Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan
menguntungkan dirinya danpublik korporasi, sehinggamanipulasi
dalam melakukan merugikan banyak
laba yang pihak dandirinya
menguntungkan pemerintah.
dan
korporasi,penyuapan
Kemungkinan telah terjadi mekanisme sehingga merugikan banyak
(bribery) dalam pihak dantersebut.
kasus pemerintah. Kemungkinan telah
terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.
Review dan Pengujian
Kasus
Pengendalian Manajemen
•IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat
Pemberitahuan
Pada tahap ini manajemen Masa Pajakkonspirasi
juga melakukan Pertambahan Nilai (auditor
dengan SPT Masa PPN)
dari ke kantor
kantor pajak
akuntan
untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih
publik dalam melakukan manipulasi
besar dari laba
pajakyang menguntungkan
keluaran, dirinya
dapat direstitusi dan korporasi,
atau ditarik sehingga
kembali. Karena itu, IM3
merugikan banyak pihak danmelakukan restitusi
pemerintah. sebesar Rp 65,7
Kemungkinan miliar.
telah 750 penanam
terjadi mekanismemodal asing (PMA)
penyuapan
terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan rugi selama lima
tahun(bribery) dalamberturut-turut.
terakhir secara kasus tersebut.
• Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para
pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi.
Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan
publik dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan
korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah
terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.
Analisis Penyebab Kasus
Kasus
Penyebab/faktor pemicu pelanggaran dibedakan atas 3 hal yaitu:
1. Tekanan (Unshareable• pressure/
IM3 diduga incentive) yang merupakan
melakukan penggelapan pajak denganmotivasi seseorangSurat
cara memanipulasi untuk
melakukan fraud. MotivasiPemberitahuan Masa Pajak
melakukan fraud, Pertambahan
antara Nilai (ekonomi,
lain motivasi SPT Masa PPN) ke kantor
alasan pajak
emosional
untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih
(iri/cemburu, balas dendam, kekuasaan,
besar dari pajakgengsi) dan
keluaran, nilai
dapat (values).atau ditarik kembali. Karena itu, IM3
direstitusi
2. Adanya kesempatan/peluang melakukan restitusi sebesar
(Preceived Rp 65,7 miliar.
Oppotrunity) yaitu750kondisi
penanamataumodal asing (PMA)
situasi yang
terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan rugi selama lima
memungkinkan seseorang melakukan
tahun terakhir atau menutupi
secara tindakan tidak jujur.
berturut-turut.
• Dalam
3. Rasionalisasi (Rationalization) kasus
atau ini terungkap
sikap (Attitude),bahwa
yangpihak manajemen
paling berkonspirasi
banyak digunakan dengan
adalah para
hanya
pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi.
meminjam (borrowing) asset yang dicuri.
Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan
publik dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan
korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah
terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.
Analisis Penyebab Kasus
Kasus
Dalam kasus penggelapan pajak oleh IM3 dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Faktor kompetensi bukan menjadi penyebab utama terjadinya kecurangan.
Para akuntan yang• IM3terlibat dalam kasus
diduga melakukan kecurangan
penggelapan di atas
pajak dengan caratidak diragukan
memanipulasi Surat lagi
kemampuannya karena Pemberitahuan
akuntan diMasa Pajak Pertambahan
perusahaan besar yang Nilaisudah
( SPT Masa PPN) keKecurangan
go public. kantor pajak
untukakuntan
tersebut terjadi karena tahun buku Desember
tidak mampu 2001 dan Desember 2002.
mempertahankan Jika pajak masukandan
profesionalitasnya lebih
lebih memilih untukbesar dari pajak
melanggar keluaran,
etika dapat
profesi. direstitusibisa
Alasannya atauberagam,
ditarik kembali.
bisa Karena
karenaitu, IM3
faktor
melakukan
materi, faktor tekanan restitusi
dari pihak sebesar Rp 65,7
manajemen, miliar. 750
maupun penanam
buruknya modaldan
sistem asingprosedur
(PMA)
yang diterapkan . terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan rugi selama lima
tahun terakhir secara berturut-turut.
2. Dilema etika dapat menjadi faktor munculnya kecurangan dalam pekerjaan.
• Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para
Dilema etika yang pejabat
dialamitinggi
oleh akuntan
negara publikterkait
dan otoritas muncul
dalamdikarenakan adanya
melakukan penipuan saling
akuntansi.
ketergantungan antara klien dan
Manajemen jugaKAP (klien konspirasi
melakukan yang membayar fee auditor).
dengan auditor dari kantorBegitu
akuntanpula
dilema etika yang dihadapi akuntan
publik dalam internalmanipulasi
melakukan perusahaan.
laba yang menguntungkan dirinya dan
korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah
terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.
Rekomendasi
Para pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing

Kasus
untuk tidak memperoleh keuntungan secara ilegal. Seharusnya auditor serta internal perusahaan
maupun akuntan publik tetap bersikap objektif dan independen serta tidak terpengaruh oleh
•IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat
manajemen. Auditor internal sebaiknya bertanggung jawab secara langsung kepada pemilik dan
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak
bukan pada manajemen perusahaan
untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih
besar dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3
 PT. Indosat Multimedia (IM3) meninjau ulang auditor yang terlibat masalah penggelapan
melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar. 750 penanam modal asing (PMA)
pajak agar tidak terjaditerindikasi
lagi masalah yang serupa
tidak membayar pajak dengan cara melaporkan rugi selama lima
tahun terakhir secara berturut-turut.
 PT. Indosat Multimedia (IM3) memberlakukan hukuman berat bagi yang melanggar ataupun
• Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para
melakukan fraud baik pejabat tinggi negara
bagi auditor, maupundanakuntan
otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi.
Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan
 PT. Indosat Multimedia (IM3)
publik mengadakan
dalam melakukanpendidikan etika
manipulasi laba bagi
yang para akuntandirinya
menguntungkan sebagai
dan
bekal dalam menghadapikorporasi,
potensisehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah
kecurangan
terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai