Anda di halaman 1dari 3

AUDIT PERPAJAKAN

KELOMPOK 05
1. Bayu Ageng Rahmadani 192010300121
2. Viky Hadi Suwarno 192010300128
3. Dwiyana Fransiska 192010300132
4. Yuleza Tata Meunikha 192010300133
5. Heisty Dinar Dwi Puspita Sari 192010300140

 Definisi
Audit pajak adalah tindakan pemeriksaan pajak yang dilakukan auditor atau
ahli perpajakan untuk memeriksa kepatuhan para wajib pajak. Pemeriksaan pajak ini juga
penting untuk menentukan apakah perlu adanya koreksi fiskal.
Audit perpajakan yang dibahas adalah audit yang dilakukan secara internal berkelanjutan, yang
menyatu dengan system pengendalian operasional perusahaan, menilai ketaatan pelaksanaan
aturan perpajakan dan teknik pengelolaan transaksi yang mampu meminimalkan pembayaran
pajak tanpa melanggar aturan-aturannya yang mencakup penilaian terhadap:
1. Kebijakan perpajakan yang ditetapkan perusahaan yang biasanya terintegrasi dengan
kebijakan operasional dan kebijakan akuntansinya
2. Aplikasi manajemen pajak yang mengelola transaksi perpajakan perusahaan , untuk
meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar ketentuan dan peraturan perpajakan
3. Pelaksanaan menyeluruh terhadap kewajiban perpajakan yang diatur UU dan peraturan
perpajakan lainnya yang secara umum menyangkut pemungutan/pemotongan ,
penghitungan , penyetoran, dan pelaporan pajak baik pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai maupun pajak pajak lainnya.
 Tujuan dan manfaat
Tujuan audit perpajakan adalah untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap
pengelolaan kewajiban perpajakan perusahaan yang meliputi penilaian terhadap:
1. Ketepatan kebijakan perpajakan dan kemampuannya dalam memberikan panduan untuk
pengelolaan kewajiban perpajakan yang efektif dan efisien
2. Kemampuan meminimalkan konsekuensi perpajakan dari transaksi yang terjadi di
perusahaan tersebut.
a. Memaksimalkan biaya fiscal dalam setiap pengeluaran perusahaan
b. Meminimalkan pendapatan fiscal dalam setiap penerimaan perusahaan
3. Kemampuan perusahaan dalam menaati ketentuan dan peraturan perpajakan
a. Melakukan pemungutan/ pemotongan seluruh pajak yang harus dilakukan
b. Melakukan penghitungan pajak dengan benar
c. Menyetor dan melaporkan seluruh kewajiban perpajakan dengan benar dan tepat waktu

Audit internal perpajakan lebih berfungsi sebagai pencegahan terhadap kegagalan perusahaan
dalam mengelola kewajiban perpajakannya yang seharusnya berjalan secara ekonomis,
efisien dan efektif
 Ruang lingkup
Keseluruhan aspek perpajakan perusahaan, baik dalam rangka meminimalkan pembayaran
pajak maupun ketaatan pelaksanaan kewajiban perpajakan.
Dari aspek efisiensi pembayaran pajak audit melakukan penilaian terhadap kemampuan
perusahaan dalam:
1. Meminimalkan Taxable revenue
2. Memaksimalkan Deductible expense

Dari aspek ketaatan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, melakukan penilaian terhadap
ketaatan perusahaan dalam melakukan :
1. Pemungutan dan pemotongan pajak
2. Penghitungan pajak dengan benar
3. Penyetoran pajak tepat waktu
4. Pelaporan pajak secara lengkap dan tepat waktu
 Meminimalkan penghasilan kena pajak
Taxable revenue menyangkut strategi pengelolaan transaksi pendapatan agar tidak
mengandung dampak perpajakan baik final maupun tidak final maka pendapatan sebagai dasar
pengenaan pajak akan menjadi lebih kecil dan secara otomatis juga akan mengurangi pajak
terutang. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak berdasarkan Pasal 4 ayat 3 UU Pajak
Penghasilan :
1. Bantuan, Sumbangan, Hibah
2. Warisan
3. Harta
4. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
5. Pembayaran dari perusahaan kepada orang pribadi
6. Dividen
7. Iuran yang diterima dana pensiun yang disahkan Menteri Keuangan
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension
9. Bagian laba diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
10. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
12. Sisa lebih yang diterima badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan atau penelitian dan pengembangan
13. Bantuan atau santunan yang dibayar oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
 Memaksimalkan deductible expense
Deductible expense menyangkut strategi pengelolaan transaksi dimana setiap beban yang
terjadi bisa diperhitungkan dalam penentuan besarnya pajak terutang. Intinya, bagaimana
mengelola transaksi beban, agar seluruh beban yang terjadi dapat diidentifikasi sebagai beban
untuk mendapatkan, menangih dan memelihara penghasilan seperti yang diatur dalam Pasal 6
UU Pajak Penghasilan.
Efisiensi pengelolaan kewajiban perpajakan dari sisi beban, mengarahkan pengelolaan
transaksi beban untuk semaksimal mungkin menjadikan beban tersebut masuk ke dalam
criteria beban fiscal yang disebut non-deductible expens
 Tax review
Tax review dilakukan untuk menelaah dan menilai bagaimana kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya agar mampu memberikan gambaran yang
komprehensif. Berdasarkan Laporan Keuangan dan SPT (Masa dan/atau Tahunan) seorang tax
reviewer melakukan analisis untuk menentukan ketaatan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban perpajaknnya. Beberapa manfaat yang diperoleh wajib pajak dari pelaksanaan tax
review adalah :
1. Menghindari sanksi perpajakan
2. Menghindari adanya pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan karena baru ditemukan
pada saat pemeriksaan
3. Menghindari kadaluarsa masa pengkreditan pajak masukan
4. Menghindari adanya pajak masukan yang tidak bida dikreditkan karena pajak masukan
tersebut tidak dapat di konfirmasikan oleh pemeriksa
5. Menghindari daluwarsa pengajuan keberatan pajak yakni tiga bulan setelah peneribitan
SKP
6. Mengusahakan persetujua pengurangan angsuran PPh Pasal 25 7.
7. Mengusahakan Surat Keterangan Bebas pajak

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak


Hak Wajib Pajak
1. Wajib pajak dapat memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan
2. Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis
Kewajiban Wajib Pajak
1. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor
Direktorat Jenderal Pajak dan wajib pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(Pasal 2 ayat 1)
2. Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak dan kegiatan usahanya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak (Pasal 2 ayat 2)
3. Setiap wajib pajak wajib mengisi Surat Pemeberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang
rupiah dan menandatanginya (Pasal 3 ayat 1)
4. Wajib pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemeberitahuan dengan benar,
lengkap dan jelas dan menandatanganinya (Pasal 4 ayat 1) 5. Wajib pajak wajib membayar
atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas
Negara (Pasal 10 ayat 1

Anda mungkin juga menyukai