Anda di halaman 1dari 3

Modul Praktikum Perpajakan

LEMBAR KERJA-1
PRAKTIKUM MAHASISWA

Jawab pertanyaan berikut!

1. Bagaimana tata cara pembayaran pajak di Indonesia?


Jawab : Tata Cara Pembayaran Pajak di Indonesia:
a. Pengumpulan Pajak: Sebagian besar pajak di Indonesia dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) di bawah Kementerian Keuangan. Beberapa jenis pajak yang umum termasuk Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dll.
b. Membuat Surat Setoran Pajak (SSP): SSP adalah dokumen resmi yang digunakan untuk
membayar pajak. SSP ini biasanya dapat diunduh dari situs web DJP atau diperoleh di kantor pajak
terdekat.
c. Transfer Pembayaran: Anda dapat membayar pajak dengan mentransfer dana ke rekening DJP
yang telah ditentukan. Pastikan untuk mencantumkan nomor SSP dan informasi lain yang diperlukan
saat melakukan transfer.
d. Penggunaan E-Filing: DJP telah memperkenalkan sistem E-Filing yang memungkinkan
kontributor pajak untuk membayar dan melaporkan pajak secara online. Ini memudahkan proses
pembayaran dan pelaporan.
e. Waktu Pembayaran: Pastikan untuk membayar pajak tepat waktu. Jika Anda melewati batas
waktu, Anda mungkin akan dikenai denda atau sanksi.

2. Bagaimana tata cara pelaporan pajak di Indonesia?


Jawab : Tata Cara Pelaporan Pajak di Indonesia:
a. Mengisi SPT (Surat Pemberitahuan Pajak): Untuk pajak penghasilan pribadi, Anda perlu
mengisi SPT tahunan. SPT ini dapat diunduh dari situs web DJP atau diperoleh di kantor pajak.
Pastikan untuk mengisi dengan benar semua informasi yang diperlukan.
b. Penggunaan E-Filing: DJP menyediakan sistem E-Filing untuk pelaporan pajak. Anda dapat
mengisi SPT secara online melalui portal resmi DJP.
c. Menghitung Pajak yang Harus Dibayarkan: Anda perlu menghitung pajak yang harus
dibayarkan berdasarkan penghasilan Anda dan jenis pajak yang berlaku. Perhitungan ini harus sesuai
dengan aturan perpajakan yang berlaku.
d. Waktu Pelaporan: Pastikan Anda melaporkan pajak sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan
oleh DJP. Biasanya, batas waktu pelaporan adalah 31 Maret setiap tahun untuk pajak penghasilan
pribadi.
e. Konsultasi dengan Ahli Pajak: Jika Anda memiliki pertanyaan atau memerlukan bantuan dalam
pelaporan pajak, konsultasikan dengan seorang ahli pajak atau profesional pajak yang kompeten.

3. Apa yang dimaksud Surat Pemberitahuan (SPT)?

6
Modul Praktikum Perpajakan

Jawab : Surat Pemberitahuan (SPT) adalah sarana untuk melaporkan pajak oleh wajib pajak. SPT
merupakan surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, obyek pajak dan bukan obyek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan.

4. Apa fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)?


Jawab : Fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempetanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terhutang dan untuk melaporkan :
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau bagian tahun pajak.
b. penghasilan yang merupakan obyek pajak dan/atau bukan obyek pajak.
c. harta dan kewajban, dan/atau
d. pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang
pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan
5. Kapan batas waktu penyampaian SPT?
Jawab :
a. Untuk SPT Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak.
Khusus SPT Masa PPN disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak.
b. Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir
Tahun Pajak.
c. Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun
Pajak.

6. Apa pedoman penyusunan :


a. Laporan keuangan komersial?
b. Laporan keuangan fiskal?
Jawab :
a. Pedoman penyusunan laporan keuangan komersial mencakup:
- Pengakuan dan Pengukuran: Menentukan cara pengakuan (apakah sesuai dengan metode
akrual atau kas) dan pengukuran (nilai wajar, biaya sejarah, atau nilai tercatat) aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, dan biaya.
- Penyajian Laporan Keuangan: Menyusun laporan keuangan dalam bentuk yang sesuai,
termasuk neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
- Konsistensi: Memastikan konsistensi dalam penggunaan metode akuntansi dari tahun ke tahun
untuk memudahkan perbandingan.
- Catatan Atas Laporan Keuangan: Menyertakan catatan atas laporan keuangan yang
memberikan penjelasan rinci mengenai metode akuntansi, kebijakan akuntansi, estimasi, dan
informasi tambahan.
- Audit dan Verifikasi: Untuk entitas yang harus diaudit, laporan keuangan komersial harus
diaudit oleh auditor independen sesuai dengan standar audit yang berlaku.

7
Modul Praktikum Perpajakan

b. Pedoman penyusunan laporan keuangan fiskal mencakup:


- Kepatuhan Pajak: Memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan dengan benar semua
transaksi dan informasi yang relevan sesuai dengan peraturan perpajakan.
- Laporan Tambahan: Menyertakan laporan tambahan seperti SPT (Surat Pemberitahuan Pajak)
yang harus diajukan kepada otoritas pajak.
- Pengakuan Pajak: Menghitung dan mengakui kewajiban pajak yang harus dibayarkan dan
mencatat pajak yang telah dibayar atau masih harus dibayarkan.
- Penyelarasan dengan Hukum Pajak: Memastikan bahwa laporan keuangan mematuhi semua
ketentuan perpajakan, termasuk insentif pajak dan perlakuan khusus lainnya yang dapat
memengaruhi perhitungan pajak.
- Audit Pajak: Untuk entitas yang diaudit oleh otoritas pajak, laporan keuangan fiskal mungkin
harus diaudit atau diperiksa oleh auditor pajak atau pemeriksa pajak yang ditunjuk oleh pihak
berwenang.

7. Saat kapan harus dilakukan rekonsiliasi (koreksi) fiskal? Mengapa?


Jawab : Waktu yang tepat untuk melakukan rekonsiliasi fiskal tergantung pada peraturan perpajakan
di negara yang bersangkutan. Biasanya, ini dilakukan menjelang akhir tahun pajak atau segera setelah
penutupan tahun pajak perusahaan. Alasan utama untuk melakukan rekonsiliasi fiskal adalah sebagai
berikut:
1. Kepatuhan Pajak: Rekonsiliasi fiskal diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan
mematuhi peraturan dan ketentuan perpajakan yang berlaku. Ini termasuk perhitungan pajak yang
benar dan tepat waktu, serta penggunaan metode akuntansi yang sesuai dengan hukum pajak.
2. Menghindari Sanksi: Salah perhitungan atau penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai
dengan hukum pajak dapat mengakibatkan sanksi pajak, denda, atau pemeriksaan lebih lanjut oleh
otoritas pajak. Dengan melakukan rekonsiliasi fiskal yang tepat waktu, Anda dapat menghindari
sanksi tersebut.
3. Mengoptimalkan Manfaat Pajak: Rekonsiliasi fiskal juga memungkinkan perusahaan untuk
mengoptimalkan manfaat pajak, seperti memanfaatkan insentif pajak atau menghindari
penyalahgunaan peraturan perpajakan.
4. Kepatuhan dengan Laporan Keuangan: Rekonsiliasi fiskal membantu memastikan konsistensi
antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Ini penting untuk memastikan
transparansi dan integritas dalam pelaporan keuangan perusahaan.
5. Persiapan Pajak Tahunan: Rekonsiliasi fiskal sering dilakukan sebagai bagian dari persiapan
pajak tahunan. Ini memungkinkan perusahaan untuk menghitung kewajiban pajak mereka dan
menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) atau laporan perpajakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai