NIM : 047861332
TUGAS TUTORIAL KE-1
HUKUM PAJAK
UNIVERSITAS TERBUKA
SOAL 1
Dalam undang-undang diatur bagaimana pembayaran pajak tergantung pada sifat objeknya,
karena adanya perbedaan periode dari penghasilan yang diterima oleh setiap wajib pajak
sehingga pada periode tersebut baru diketahui berapa nilai objeknya. Dapatkah anda jelaskan
bagaiman cara pembayaran pajak penghasilan tersebut?
JAWAB
Pembayaran pajak penghasilan dilakukan berdasarkan peraturan yang diatur dalam undang-
undang pajak.
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam pembayaran pajak penghasilan:
- Penghitungan Penghasilan:
Wajib pajak harus menghitung jumlah penghasilan yang diterima selama periode tertentu.
Penghasilan ini dapat berasal dari berbagai sumber seperti gaji, usaha, investasi, atau
keuntungan penjualan aset.
- Jadwal Pembayaran:
Pembayaran pajak penghasilan biasanya dilakukan secara berkala, tergantung pada peraturan
yang berlaku di negara masing-masing. Pembayaran dapat dilakukan setiap bulan, triwulan,
atau tahunan.
SOAL 2
KPP Pratama Tangerang Timur berhasil menyita mesin cetak digital senilai Rp 50 juta dari
penanggung pajak KD, yang merupakan Direktur CV. DIGITAL PRINTING. Penyitaan dilakukan
karena Wajib Pajak tidak segera melunasi utang pajak yang berasal dari 24 Surat Ketetapan
Pajak dengan nilai total sekitar Rp15 juta. CV. DIGITAL PRINTING memiliki kemampuan untuk
membayar, namun hingga jatuh tempo tidak juga melakukan pelunasan. Proses sita hingga
lelang merupakan bagian dari upaya penagihan pajak yang hingga kini belum dilunasi utang
pajaknya oleh wajib pajak yang bersangkutan. Tindakan sita dan lelang harta penunggak pajak
tersebut dilakukan karena upaya penagihan aktif lainnya tidak dapat membuat penunggak pajak
melunasi utang pajaknya. Kemukakan pendapat anda, apa yang seharusnya dilakukan oleh
CV. DIGITAL PRINTING agar tidak ada Tindakan sita dan lelang dari kantor pajak atas hutang
pajak yang dimilikinya serta jika terjadi kasus yang berbeda apa saja kemungkinan yang
membuat berakhirnya utang pajak lainnya?
JAWAB
Dalam situasi ini, CV. DIGITAL PRINTING seharusnya mengambil langkah-langkah yang
proaktif dan tepat waktu untuk menyelesaikan kewajiban pajaknya sebelum mencapai tahap
penyitaan dan lelang.
Beberapa langkah yang dapat diambil oleh CV. DIGITAL PRINTING untuk menghindari
tindakan sita dan lelang dari kantor pajak meliputi:
Melalui komunikasi yang terbuka dan proaktif, CV. DIGITAL PRINTING dapat mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk memastikan bahwa mereka selalu mematuhi peraturan
perpajakan yang berlaku.
Selain situasi yang terjadi pada CV. DIGITAL PRINTING, terdapat beberapa kemungkinan lain
yang dapat menyebabkan berakhirnya utang pajak perusahaan:
1. Restrukturisasi Utang Pajak
Perusahaan dapat melakukan negosiasi dengan otoritas pajak untuk mendiskusikan rencana
pembayaran yang direstrukturisasi, seperti penundaan pembayaran atau pengurangan
sebagian dari utang pajak yang belum dibayar.
2. Pengajuan Kebangkrutan
Dalam situasi di mana perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius, pengajuan
kebangkrutan mungkin menjadi opsi terakhir untuk menyelesaikan utang pajak dan utang
lainnya.
SOAL 3
Hukum merupakan suatu sistem, maka dalam sistem hukum terdiri dari unsur-unsur yang
mempunyai hubungan khusus, dapatkah anda jelaskan hubungan hukum pajak dengan hukum
lain sebagai lex specialist?
JAWAB
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Lain sebagai Lex Specialist
Hukum pajak adalah cabang hukum yang khusus mengatur tentang pajak. Sebagai lex
specialist, hukum pajak memiliki hubungan khusus dengan hukum lain. Berikut adalah
penjelasan hubungannya:
1. Hubungan dengan Hukum Administrasi: Hukum pajak berada di bawah naungan
hukum administrasi. Hal ini karena proses pengumpulan pajak dilakukan oleh badan
administrasi negara.
2. Hubungan dengan Hukum Perdata: Hukum pajak berhubungan dengan hukum
perdata dalam hal penyelesaian sengketa pajak. Misalnya, jika terjadi perselisihan
antara wajib pajak dan badan pajak, maka penyelesaiannya akan mengacu pada hukum
perdata.
3. Hubungan dengan Hukum Pidana: Hukum pajak juga berhubungan dengan hukum
pidana. Jika wajib pajak melakukan pelanggaran seperti penggelapan pajak, maka akan
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan hukum pidana.
4. Hubungan dengan Hukum Konstitusi: Hukum pajak berhubungan dengan hukum
konstitusi dalam hal penentuan dan pengaturan pajak. Misalnya, dalam konstitusi suatu
negara biasanya diatur tentang kewajiban membayar pajak.
Berikut adalah tabel yang menjelaskan hubungan hukum pajak dengan hukum lain:
Dengan demikian, hukum pajak sebagai lex specialist memiliki hubungan yang erat dengan
hukum lain dalam berbagai aspek.
SOAL 4
Dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan Indonesia mempunyai ciri dan corak sistem
pemungutan pajak berdasarkan self assessment system, dapatkan anda jelaskan maksud dan
pengertian sistem tersebut serta ketentuan perundangan-undangan yang mengatur sistem
tersebut?
JAWAB
Sistem pemungutan pajak berdasarkan self assessment system adalah suatu sistem di mana
wajib pajak memiliki tanggung jawab untuk menghitung, melaporkan, dan membayar pajak yang
terutang. Dalam sistem ini, pemerintah memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk
melakukan perhitungan dan pelaporan pajak secara mandiri.
(a) Pengertian Self Assessment System
Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan di mana wajib pajak memiliki
kewajiban untuk:
1. Menghitung jumlah pajak yang terutang berdasarkan peraturan perpajakan yang
berlaku.
2. Melaporkan jumlah pajak yang terutang dalam surat pemberitahuan pajak (SPT).
3. Membayar jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Dalam sistem ini, wajib pajak memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa perhitungan dan
pelaporan pajak yang dilakukan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pemerintah
akan melakukan pemeriksaan dan verifikasi terhadap pelaporan pajak yang dilakukan oleh
wajib pajak.
(b) Ketentuan Perundangan-undangan
Sistem self assessment diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Beberapa ketentuan terkait sistem ini antara lain:
1. Pasal 3 ayat (1) KUP menyatakan bahwa wajib pajak memiliki kewajiban untuk
menghitung, melaporkan, dan membayar pajak yang terutang.
2. Pasal 4 ayat (1) KUP menyatakan bahwa wajib pajak harus menyampaikan SPT dalam
jangka waktu yang ditentukan.
3. Pasal 5 ayat (1) KUP menyatakan bahwa wajib pajak harus membayar pajak yang
terutang dalam jangka waktu yang ditentukan.
Selain itu, terdapat juga peraturan perundangan-undangan lain yang mengatur lebih detail
mengenai tata cara perhitungan, pelaporan, dan pembayaran pajak dalam sistem self
assessment, seperti Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Dengan adanya sistem self assessment, diharapkan wajib pajak dapat lebih bertanggung jawab
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan mempermudah proses pemungutan pajak bagi
pemerintah.