Anda di halaman 1dari 28

Tax Reform

Hapusnya Hutang Pajak


Perlawanan Terhadap Pajak

Maria Emelia Retno. K


TAX REFORM

Tax Reform adalah kebijaksanaan Pemerintah RI untuk


mengadakan perubahan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh di bidang perpajakan, mencakup :
1. Dasar falsafah yang melandasi perpajakan Indonesia.
2. Manfaat pemungutan pajak.
3. Sistem pemungutan pajak.

Latar belakang Tax Reform adalah pertimbangan tentang


perlunya diadakan perubahan karena didesak hal-hal berikut
ini :
4. Peraturan pajak lama (ex kolonial) tidak sesuai dengan
falsafah Pancasila.
2. Tata cara pemungutan pajak yang lama tidak dapat
menggerakan aktivitas wajib pajak karena seluruh
administrasi perpajakan ada pada aparatur pajak.
3. Hasil pajak selama ini belum dapat berperan maksimal
untuk membiayai pembangunan nasional.
4. Peraturan pajak yang lama tidak sesuai lagi dengan
kondisi dan tingkat kehidupan masyarakat.
5. Peraturan pajak yang lama rumit dan sulit untuk dipelajari
serta kurang menjamin keadilan dan kepastian hukum.

Tujuan Tax Reform adalah :


6. Berusaha menciptakan berbagai peraturan pajak baru
yang sesuai dengan falsafah Pancasila.
2. Menciptakan tata cara pemungutan pajak yang dapat
menggerakan aktivitas wajib pajak.
3. Menjadikan pajak sebagai salah satu sumber pembiayaan
pembangunan nasional, sehingga tdk perlu tergantung
pada bantuan utang luar negeri.
4. Menciptakan peraturan pajak yang lebih sesuai dengan
kondisi dan tingkat kehidupan masyarakat industrialisasi.
5. Berusaha menciptakan berbagai peraturan pajak baru yang
lebih sederhana sehingga mudah untuk dipelajari & dapat
menjamin keadilan serta kepastian hukum.

Wujud dari Tax Reform mencakup bidang Hukum Pajak


Formal dan Hukum Pajak Material.
Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga jenis,


yaitu :
1. Self Assessment System.
Sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan dan
tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutang. Sistem ini
memberikan peluang kepada wajib pajak untuk jujur dan
bertanggungjawab akan kewajiban pajaknya. Petugas pajak
(fiscus) hanya berfungsi sebagai pembina dan pengawas
pelaksanaan kewajiban perpajakan dari wajib pajak. Di
Indonesia secara praktek, sistem self assessment baru
diterapkan pada Pajak Penghasilan.
2. Official Assessment System :
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang.

Ciri-ciri official assessment system :


a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
berada pada fiscus.
b. Wajib pajak bersikap pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya “surat ketetap-
an pajak” oleh fiscus.

Dalam Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) :


- masih mempertahankan sistem “Surat Ketetapan Pajak”
(SKP) yang dinamakan Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang (SPPT) PBB – ini untuk membedakan dengan
SKP yang selalu diikuti dengan denda.

- belum diterapkan sistem self assessment yang murni,


karena dalam PBB wajib pajak tetap harus mengisi dan
mengembalikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

- (dalam mengisi SPOP) wajib pajak tidak diwajibkan meng-


hitung sendiri PBB, tetapi hanya wajib memberitahukan
data objek kena pajak. PBB yang terhutang dihitung oleh
petugas pajak dan jumlahnya dimasukkan dalam kohir,
serta kepada wajib pajak diberikan SPPT.
 Pemasukan pajak tanpa melalui “SKP” – ini menyangkut
pajak-pajak tidak langsung, seperti : bea meterai, bea
masuk, bea lelang.
 Pajak tidak langsung jumlahnya dihitung sendiri oleh
wajib pajak sesuai dengan ketentuan UU dan petunjuk
yang diberikan untuk maksud itu.

3. With holding System.


Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang mem-
beri wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut pajak sebesar pajak yang terutang.
HAPUSNYA HUTANG PAJAK

1. Pengertian hutang :
Dalam Hukum Perdata :
a. Arti luas : segala sesuatu yang harus dilakukan oleh yang
berkewajiban sebagai konsekuensi perikatan.
b. Arti sempit : sesuatu sebagai akibat perjanjian khusus
yaitu utang-piutang, yang mewajibkan debitur untuk mem-
bayar jumlah uang yang telah dipinjamnya dari kreditur.

Dalam Hukum Pajak :


Hutang pajak tergolong dalam hutang dalam arti sempit 
mewajibkan wajib pajak untuk membayar sejumlah uang ke
dalam kas negara.
2. Timbulnya Hutang Pajak.
• Hutang pajak hanya dapat timbul karena UU dan tidak
mungkin karena perjanjian.
• Bagaimana dan pada saat mana hutang pajak timbul (ingat
ajaran material dan ajaran formal).

3. Kegunaan penentuan saat timbulnya hutang pajak ada-


lah dalam hal :
a. Pembayaran atau Penagihan.
b. Memasukan surat keberatan.
c. Penentuan daluarsa.
d. Menerbitkan SKP, SKP tambahan.
Ketentuan tentang hapusnya perikatan dalam Pasal 1381
KUHPerdata ternyata dalam Hukum Pajak hanya dipakai 4
cara untuk hapusnya hutang pajak, yaitu :
a. Pembayaran.
b. Kompensasi.
c. Daluarsa.
d. Pembebasan.

Ad.a. Pembayaran.
Pembayaran hutang pajak harus dilakukan dengan mata
uang dari negara yang memungut pajak. Di Indonesia hutang
pajak dibayar di kas negara, bank, tempat lain yang
ditetapkan oleh Men.Keu.
Ad.b. Kompensasi.
 Kompensasi yang dapat dilakukan wajib pajak adalah
kompensasi dengan keadaan apabila untuk jenis pajak
yang satu mempunyai kelebihan pembayaran, sedang
untuk jenis pajak yg lain terdapat kekurangan pembayaran.

 Tidak semua kompensasi dapat dilakukan untuk meng-


hapus hutang pajak, karena seorang wajib pajak yang
mempunyai hutang pajak tidak mungkin memperhitung-
kannya dengan tagihannya kepada Pemerintah.

 Hal tersebut dikarenakan sifat hutangnya berbeda dan juga


lapangan hukumnya berbeda.
Ad.c. Daluarsa.
 Daluarsa : sarana untuk memperoleh suatu hak atau
dibebaskan dari suatu kewajiban karena lampaunya
jangka waktu tertentu sesuai dengan syarat yang ditentu-
kan dalam undang-undang (Aquisitive Verjaring dan
Extintive Verjaring).
 Dalam Hukum Pajak yang diterapkan adalah Extintive
Verjaring.
 Dalam undang-undang Pajak (UU KUP – UU No.28/2007)
Pasal 22 ayat (1) ditentukan bahwa hak untuk melakukan
penagihan pajak termasuk bunga, denda administrasi
dan biaya penagihan menjadi gugur setelah lampau waktu
5 tahun terhitung sejak penerbitan :
- STP
- SKP Kurang Bayar
- SKP Kurang Bayar Tambahan
- Surat Keputusan Pembetulan
- Surat Keputusan Keberatan
- Putusan Banding
- Putusan Peninjauan Kembali.

Ad.d. Pembebasan
Dalam Hukum Pajak ada 2 macam pembebasan yaitu :
a. Kwijtschelding : hutang pajak berakhir karena ditiadakan
oleh fiskus.
b. Ontheffing : terjadi karena adanya usaha untuk menye-
suaikan hutang pajak formal dengan hutang pajak material
HAK MENDAHULUI

Dalam perikatan pajak, pemerintah (fiskus) mempunyai Hak


Mendahului (Preference).
 Hutang pajak merupakan hutang khusus di bidang hukum
publik, namun prinsip-prinsip tentang utang-piutang dlm
Hukum Perdata dapat diterapkan.
 Sesuai Pasal 21 UU No.28/2007 tentang KUP Negara
mempunyai hak mendahului untuk utang pajak atas
barang-barang milik Penanggung pajak.

Hak mendahului tersebut meliputi :


1. Pokok pajak.
2. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan dan
biaya penagihan pajak.

Hak mendahului untuk utang pajak melebihi segala hak


mendahului lainnya, kecuali terhadap :
a. Biaya perkara yang disebabkan oleh suatu penghukuman
untuk melelang suatu barang bergerak dan/atau barang
tidak bergerak.
b. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan
barang tersebut.
c. Biaya perkara, yang disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan.
Dalam hal wajib pajak dinyatakan pailit, bubar atau dilikuidasi
maka curator, likuidator atau orang atau badan yang ditugasi
untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta
wajib pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada
pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum mengguna-
kan harta tersebut untuk membayar utang pajak wajib pajak
tersebut.

Hak mendahului hilang setelah melampaui waktu 5 tahun


sejak tanggal diterbitkan :
- Surat Tagihan Pajak.
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
- Surat Keputusan Pembetulan.
- Surat Keputusan Keberatan.
- Putusan Banding atau
- Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah.

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga,


denda, kenaikan dan biaya penagihan pajak, daluarsa setelah
melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan :
- Surat Tagihan Pajak.
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
- Surat Keputusan Pembetulan
- Surat Keputusan Keberatan.
- Putusan Banding atau
- Putusan Peninjauan Kembali.

Daluarsa penagihan pajak tersebut tertangguh apabila :


a. Diterbitkan Surat Paksa.
b. Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak, baik
langsung maupun tidak langsung.
c. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
PERLAWANAN TERHADAP PAJAK

Ada 2 macam perlawanan terhadap pajak, yaitu :


1. Perlawanan Pasif :
Perlawanan berupa hambatan-hambatan yg mempersukar
pemungutan pajak dan erat hubungannya dengan struktur
ekonomi, perkembangan intelektual dan moral penduduk,
dan dengan teknik pemungutan pajak itu sendiri.
Contoh :
- Pajak Penghasilan yang biasanya diintegrasikan dalam
sistem ekonominya dengan sifatnya yang industrial,
kurang tepat untuk Negara agraris.
- Perlawanan pasif juga dapat terjadi jika sistem penga-
wasan tidak dilakukan dengan efektif atau bahkan tidak
dapat dilakukan, misalnya pajak atas saham-saham dan
obligasi, mengalami hambatan.

 Perlawanan pasif terhadap pajak dalam praktek-nya tidak


begitu kuat terhadap pajak tidak langsung.

2. Perlawanan Aktif :
Perlawanan ini meliputi semua usaha dan perbuatan yang
secara langsung ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan
untuk menghindari pajak.

Ada dua cara/bentuk perlawanan katif, yaitu :


1. Tax Avoidance, dan
2. Tax Evasion.
a. Tax Avoidance adalah usaha meringankan beban pajak
dengan tidak melanggar Undang Undang.
b. Tax Evasion adalah usaha meringankan beban pajak dgn
cara yang melanggar Undang-Undang (menggelapkan
pajak).

Perlawanan ini dapat dilakukan dengan cara-cara :


a. Penghindaran diri dari pajak.
b. Pengelakan atau penyelundupan pajak.
c. Melalaikan pajak.

Ad.a. Penghindaran diri dari pajak.


Pembayaran pajak dengan mudah dapat dihindari dengan
tidak melakukan perbuatan yg memberi alasan untuk dikena-
kan pajak, yaitu dengan meniadakan (tidak melakukan) hal-
hal yang dapat dikenai pajak.

Penghindaran ini biasanya dilakukan dengan cara :


- Menekan konsumsi atas barang-barang yang dikenai pajak
atau
- Menggantinya dengan surogat yang tidak atau kurang
dikenai pajak.
Contoh :
• Pajak atas bensin, dihindari dengan cara menekan
frekuensi bepergian.
• Cukai tembakau atas rokok pabrikan, dihindari dengan
cara menggantinya dengan rokok tingwe atau menghenti-
kan kebiasaan merokok.
Penghindaran pajak dengan cara-cara tersebut dapat ber-
dampak positif – dapat memenuhi fungsi regular dari pajak.

Penghindaran diri secara yuridis :


Penghindaran yang diatur sedemikian rupa sehingga pajak
tidak dapat dikenakan terhadap wajib pajak yg bersangkutan.
Contoh :
Karena deposito di atas Rp. 7,5 juta dikenakan pajak, maka
biasanya orang akan memecah depositonya.

Penghindaran diri dari pajak biasanya dilakukan dengan


menggunakan kekosongan dan/atau ketidakjelasan dari
undang-undang yg bersangkutan, sehingga penghindaran pa-
jak semacam ini tidak secara tegas melanggar peraturan
perundang-undangan, walaupun kadang dengan jelas
bertentangan dengan maksud pembuat undang-undang 
Penghindaran diri dari pajak secara yuridis juga disebut
Pengelakan pajak secara legal.

Cara penghindaran semacam itu dapat disebut juga


Penghematan Pajak dalam arti sempit, sedangkan seluruh
usaha yang termasuk ke dalam perlawanan aktif disebut
dengan Penghematan Pajak dalam arti luas.

Prof Mr. H.J.Hofstra : “gejala penghindaran pajak yang


disebut : Uberwalzung afwenteling yaitu Pelimpahan beban
pajak.
Catatan :
 Pelimpahan beban pajak dlm undang-undang perpajakan
sesungguh-nya dapat dilaksanakan hanya dalam pajak
tidak langsung.
 Wajib pajak langsung tidak dibolehkan untuk melimpahkan
beban pajaknya pada pihak lain, sebab wajib pajak
tersebut yang merupakan destinaris.

Ad.b. Pengelakan Pajak.


Pada dasarnya yang dimaksud dengan Pengelakan Pajak
adalah :
Perbuatan pura-pura yg dilakukan oleh wajib pajak, keadaan
yang sebenarnya disembunyikan dengan mengajukan per-
nyataan yg tidak benar atau memberikan data yang tdk benar
Contoh :
Penyelundupan pajak – bea masuk.
Pengelakan pajak terutama terjadi pada jenis pajak yang
menerapkan sistem self assessment.

Akibat-akibat pengelakan pajak :


1. Di bidang keuangan :
Menimbulkan kerugian yang berarti bagi Negara.

2. Di bidang ekonomi :
- Berpengaruh terhadap iklim persaingan usaha di kalangan
pengusaha.
- Penyebab terjadinya stagnasi putaran roda perekonomian.
- Penyebab terjadinya kelangkaan modal.
3. Di bidang psikologi :
Menimbulkan kebiasaan buruk pada diri wajib pajak untuk
selalu melanggar UU.

Ad.c. Melalaikan Pajak.


Melalaikan pajak adalah menolak membayar pajak yang
telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang
harus dipenuhi oleh wajib pajak
Contoh :
 Menghalangi penyitaan dengan cara mengalihkan barang
yang dapat disita.
 Mengajukan sanggahan ke Pengadilan terhadap perintah
penyitaan.

Anda mungkin juga menyukai