Anda di halaman 1dari 19

HUKUM PAJAK

Materi ke : 10

TIMBUL DAN HAPUSNYA


UTANG PAJAK
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak :
Utang Pajak :
Utang adalah perikatan yg mengandung kewajiban bagi
salah satu pihak (baik perorangan maupun Badan sbg
Subyek Hukum) untuk melakukan sesuatu (prestasi) atau
untuk tidak melakukan sesuatu, yg menjadi hak pihak
lainnya.
Secara Yuridis  utang harus ada 2 pihak :
- Pihak Kreditor yang mempunyai hak
- Pihak Debitur yang mempunyai kewajiban.
Kedudukan Debitur dan Kreditur dalam Hukum Perdata
berbeda dengan kedudukan Debitur dan Kreditur dalam
Hukum Pajak.
Perbedaan Utang Perdata (Utang pada Umumnya), dan
utang Pajak dapat dilihat dari penyebab timbul nya utang
dan sifat utang nya.
Utang Perdata :
Penyebab timbulnya utang Perdata (utang biasa) karena
adanya perikatan yg dikuasai oleh Hukum Perdata.
c/. Perjanjian Jual Beli.
Maka kewajiban penjual menyerahkan barang yg dijual
nya, sedangkan pembeli berkewajiban membayar sesuai
harga yang telah ditetapkan.
Utang Pajak :
Utang Pajak timbul karena UU, Pemerintah dapat
memaksakan pembayaran utang kepada Wajib Pajak.
Terhadap setiap utang yg timbul  dikandung maksud
supaya pada waktu yg telah ditentukan berakhirlah
perikatannya.
Pembayaran Utang Pajak Pendapatan dalam Undang2
nya diperkenankan untuk dilakukan dengan angsuran 
dengan maksud supaya utang Pajak nya dapat dilunasi
dari pendapatan selama tahun Pajak itu pula  dalam
hal2 tertentu dapat diberikan penundaan pembayaran
dengan dikenakan bunga sebesar 5% setiap bulan.
Timbul nya Utang Pajak :
Ada 2 (dua) ajaran yg mengatur timbulnya utang Pajak :
1. Ajaran Formil.
Utang Pajak timbul karena dikeluarkannya Surat
Ketetapan Pajak (SKP) oleh Fiskus.
Ajaran ini diterapkan pada Official Assessment
System.
2. Ajaran Materiil.
Utang Pajak timbul karena berlakunya Undang-
undang. Seseorang dikenai Pajak karena suatu
keadaan dan perbuatan.
Ajaran ini diterapkan pada Self Assessment System.
Ajaran Materiil juga mengatakan bahwa, Utang Pajak
timbul jika ada sesuatu yg menyebabkan (tatbestand)
yaitu rangkaian dari perbuatan2, keadaan2, dan
peristiwa2 yg dapat menimbulkan Utang Pajak sbb :
a. Perbuatan2 mis.pengusaha melakukan impor barang.
b. Keadaan2 mis.memiliki harta bergerak dan harta tak
bergerak.
c. Peristiwa mis.mendapat hadiah.
Sedangkan menurut Ajaran Formal, Utang Pajak itu
timbul karena adanya Surat Ketetapan Pajak oleh Fiskus
 meskipun syarat adanya tatbestand sudah terpenuhi ,
namun sebelum ada Surat Ketetapan Pajak, maka belum
ada Utang Pajak.
Saat terutangnya Pajak : antara lain ;
1. Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya akta untuk :
a. Jual Beli
b. Tukar Menukar
c. Hibah
d. Pemasukan dlm Perseroan/Badan Hukum lainnya
e. Pemisahan Hak yg mengakibatkan peralihan
f. Penggabungan usaha h. Pemekaran Usaha
g. Peleburan Usaha i. Hadiah
2. Sejak tanggal penunjukan pemenang Lelang
3. Sejak tanggal putusan Pengadilan yg mempunyai
kekuatan Hukum yg tetap : putusan Hakim.
Berakhirnya utang Pajak dapat disebabkan k/:
1. Pembayaran/Pelunasan.
Pembayaran/Pelunasan Pajak dapat dilakukan oleh
Wajib Pajak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) atau dokumen lain yg dipersamakan. Pembayaran
atau Pelunasan Pajak dapat dilakukan di Kantor Kas
Negara, Kantor Pos dan Giro atau di Bank Persepsi.
2. Kompensasi.
Kompensasi dapat dilakukan antara jenis Pajak yg
berbeda dalam tahun Pajak yg sama, mis.antara
kelebihan pembayaran PPh dengan kekurangan
pembayaran PPN, ataupun antara jenis Pajak yg sama
dalam tahun yang berbeda, mis. . .
Kelebihan pembayaran PPh tahun lalu dengan
kekurangan pembayaran PPh tahun berjalan.
3. Penghapusan Utang.
Penghapusan utang Pajak dilakukan karena kondisi
dari wajib Pajak ybs, mis.wajib Pajak dinyatakan
bangkrut oleh pihak2 yg berwenang. Utang Pajak
pada prinsip nya dapat dihapuskan karena tidak
dapat atau tidak mungkin ditagih lagi dengan
beberapa alasan (Keputusan Menteri Keuangan No.
565/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000) sbb :
a. Wajib Pajak meninggal dunia dg tidak meninggalkan
harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau
ahli waris tidak dapat ditemukan.
b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi.
c. Hak untuk melakukan penagihan sudah Daluwarsa.
d. Sebab lain sesuai hasil penelitian.
4. Daluwarsa.
Untuk memberikan kepastian Hukum baik bagi Wajib
Pajak maupun fiskus, maka diberikan batas waktu
tertentu untuk penagihan Pajak, batas daluwarsa yg
berlaku saat ini adalah :
a. Untuk Pajak Pusat adalah 5 (lima) tahun
b. Untuk Pajak Daerah adalah 5 (lima) tahun
c. Untuk Retribusi Daerah adalah 3 (tiga) tahun
d. Untuk Wajib Pajak yg terlibat Tindak Pidana Pajak,
tidak diberikan batas waktu.
N kebijakan

5. Pembebasan.
Pembebasan Pajak dilakukan berkaitan dg kebijakan
Pemerintah, mis.Dalam rangka meningkatkan
Penanaman Modal, maka Pemerintah memberikan
pembebasan Pajak untuk jangka waktu tertentu atau
pembebasan Pajak di wilayah2 tertentu.
Hambatan-hambatan Pemungutan Pajak :
Hambatan tsb dpt dikelompokan menjadi :
6. Perlawanan Pasif.
Masyarakat enggan (pasif) membayar Pajak, yg dapat
disebabkan a.l. :
a. Perkembangan Intelektual dan moral masy.
b. Sistem Perpajakan yg (mungkin) sulit dipahami .
c. Sistem kontrol tdk dpt dilakukan dengan baik.
2. Perlawanan Aktif.
Perlawanan Aktif meliputi semua usaha dan perbuatan
yg secara langsung ditujukan kepada Fiskus dengan
tujuan untuk menghindari pajak.
Bentuk nya antara lain :
a. Tax Avoidance.
Yaitu suatu usaha meringankan beban Pajak dengan
tdk melanggar undang-undang.
b. Tax Evasion.
Yaitu suatu usaha meringankan beban Pajak dengan
cara melanggar undang-undang (menggelapkan
Pajak).
Penundaan Penagihan :
Dalam hal ternyata bahwa suatu Utang Pajak tidak mungkin
ditagih, terdapatlah suatu cara yg bergerak di dalam
Administrasi saja untuk sementara waktu Pajak tadi tidak
ditagih  Jika kemudian Wajib Pajak ternyata mampu lagi
untuk melunasi utang Pajaknya, maka dapat
kepada nya diharuskan membayar nya.
Pengecualian Pajak.
Untuk menghindarkan salah paham, perlu kiranya diuraikan
tentang pengecualian Pajak sbb :
a. Wakil2 Diplomatik, Konsul, atau wakil2 negara asing
lainnya serta orang2 yg dipekerjakan kepadanya dan
orang yg bekerja dan bertempat tinggal bersama2 dg
mereka.
b. Pegawai2 Sipil Militer dari Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara negara-negara Asing.
c. Wakil2 organisasi internasional yg ditunjuk oleh
Menteri Keuangan.
Sanksi Perpajakan :
Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang2an Perpajakan /Norma Perpajakan
akan dituruti/ditaati/dipatuhi  Sanksi Perpajakan
merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak
tidak melanggar Norma Perpajakan.
Dua macam Sanksi dalam Undang2 Perpajakan :
1. Sanksi Administrasi
2. Sanksi Pidana
Ancaman terhadap pelanggaran Norma Perpajakan :
a. Diancam dg sanksi Administrasi saja
b. Diancam dg sanksi Pidana saja
c. Ada pula yg diancam dg sanksi Administrasi dan sanksi
Pidana.
Perbedaan Sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana :
Sanksi Administrasi :
Merupakan pembayaran kerugian kepada Negara, khusus
nya berupa bunga dan kenaikan.
Sanksi Pidana :
Merupakan siksaan atau penderitaan, dan suatu alat
terakhir/benteng Hukum yg digunakan fiskus agar norma
perpajakan dipatuhi.
Ada 3 (tiga) macam Sanksi Administrasi :
1. Denda
2. Bunga
3. Kenaikan.
-----------------------
Ketentuan Sanksi Pidana :
Menurut ketentuan dalam UU perpajakan ada 3 (tiga)
macam Sanksi Pidana :
1. Denda Pidana
2. Kurungan
3. Penjara.
Denda Pidana :
Denda Pidana dikenakan kepada Tindak Pidana yg
bersifat pelanggaran dan yg bersifat kejahatan. Denda
Pidana selain dikenakan kepada Wajib Pajak, juga
diancamkan kepada Pejabat Pajak /kepada pihak ketiga
yg melanggar norma.
Pidana Kurungan :
Pidana Kurungan hanya diancamkan kepada tindak
Pidana yg bersifat pelanggaran  dapat ditujukan kpd
Wajib Pajak, dan Pihak Ketiga. Pidana Kurungan
diancamkan sama dengan Denda Pidana  Denda
Pidana “sekian” diganti dengan Pidana Kurungan selama-
lamanya “sekian”.
Pidana Penjara :
Pidana Penjara seperti halnya Pidana Kurungan, merupa-
kan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana Penjara
diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman Pidana
Penjara tidak ada yg ditujukan kepada Pihak Ketiga,
adanya kepada :
- Pejabat dan
- Wajib Pajak

------------------------

Anda mungkin juga menyukai