Sebelum berbicara mengenai utang pajak, maka kita harus mengerti
dulu apa yang dimaksud dengan pajak dan apa yang dimaksud dengan utang. Menurut hukum perdata, utang adalah perikatan yang mengandung kewajiban bagi salah satu pihak (baik perorangan maupun badan sebagai subjek hukum) untuk melakukan sesuatu (prestasi) atau untuk tidak melakukan sesuatu, yang menjadi hak pihak lainnya. Artinya, jika pihak yang wajib melakukan sesuatu prestasi, tidak melakukan hal itu atau jika pihak yang wajib tidak melakukan sesuatu, toh melakukan hal itu maka akan terjadi suatu “contract break” sehingga pihak yang dirugikan dapat melakukan penuntutan kepadanya di pengadilan. Secara yuridis dalam hal utang harus ada dua pihak, yakni pihak kreditur yang mempunyai hak dan pihak debitur yang mempunyai kewajiban. Kedudukan debitur dan kreditur dalam hukum perdata berbeda dengan kedudukan debitur dan kreditur dalam hukum pajak. Perbedaan utang perdata (utang pada umumnya) dan utang pajak dapat dilihat dari penyebab timbulnya utang dan sifat utangnya. UTANG PERDATA Penyebab timbulnya utang perdata (utang biasa) umumnya karena adanya perikatan yang dikuasai oleh hukum perdata. Dalam perikatan, maka pihak yang satu berkewajiban memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain, misalnya terjadi perjanjian jual beli, maka kewajiban penjual menyerahkan barang yang dijualnya, sedangkan si pembeli berkewajiban membayar dengan harga yang telah ditetapkan. UTANG PAJAK Pada umumnya utang pajak timbul karena undang- undang, pemerintah dapat memaksakan pembayaran utang kepada Wajib Pajak (WP). Negara dan rakyat sama sekali tidak ada perikatan yang melandasi utang itu. Hak dan kewajiban antara negara dan rakyat tidak sama. TIMBULNYA UTANG PAJAK Utang pajak timbulnya karena undang-undang, menurut ajaran materiil utang pajak timbul jika ada sesuatu yang menyebabkan (tatbestand), yaitu rangkaian dari perbuatan-perbuatan, keadaan- keadaan, dan peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak adalah sebagai berikut. a. Perbuatan-perbuatan, misalnya pengusaha melakukan impor barang. b. Keadaan-keadaan, misalnya memiliki harta bergerak dan harta tak bergerak. c. Peristiwa, misalnya mendapat hadiah. Sedangkan menurut ajaran formal, utang pajak itu timbulnya karena adanya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Jadi, meskipun syarat adanya tatbestand sudah terpenuhi tapi sebelum ada surat ketetapan pajak, maka belum ada utang pajak. Dalam sistem perpajakan Indonesia yang berlaku saat ini, khususnya untuk Pajak Penghasilan serta Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat dilihat bahwa yang berlaku adalah ajaran materiil karena utang pajak timbul tanpa harus menunggu adanya ketetapan atau penagihan dari fiskus. Sedangkan, untuk Pajak Bumi dan Bangunan masih menganut ajaran formal karena utang pajak timbul jika ada penetapan dari fiskus berupa Surat Pemberitahuan Pajak Terutang. PENAGIHAN PAJAK Dalam sistem self assessment WP membayar utang pajak tanpa harus menunggu adanya penagihan dari fiskus. BERAKHIRNYA UTANG PAJAK Utang pajak dapat berakhir karena hal-hal berikut: 1. Pembayaran/pelunasan Pembayaran/pelunasan pajak dapat dilakukan WP dengan menggunakan surat setoran pajak atau dokumen lain yang dipersamakan. Pembayaran atau pelunasan pajak dapat dilakukan di Kantor Kas Negara, Kantor Pos dan Giro, atau di Bank Persepsi. 2. Kompensasi Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda dalam tahun pajak yang sama, misalnya antara kelebihan pembayara PPh dan kekurangan pembayaran PPN, ataupun antara jenis pajak yang sama dalam tahun yang berbeda, misalnya kelebihan pembayaran PPh tahun lalu dengan kekurangan pembayaran PPh tahun berjalan. 3. Penghapusan utang Penghapusan utang pajak dilakukan karena kondisi WP yang bersangkutan, misalnya WP dinyatakan bangkrut oleh pihak-pihak yang berwenang. Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan karena tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi dengan beberapa sebab (alasan) seperti diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 565/KMK.04/2000 Tanggal 26 Desember 2000 adalah sebagai berikut. a. WP meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan. b. WP tidak mempunyai harta kekayaan lagi. c. Hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa. d. Sebab lain sesuai hasil penelitian. Untuk dapat memastikan apakah piutang pajak WP dapat dihapuskan, tentunya terlebih dahulu akan dilakukan penelitian, yaitu apakah melalui penelitian setempat atau penelitian administrasi, baik oleh KPP maupun oleh KPPBB, yang dilakukan secara per jenis WP, per tahun pajak, dan per jenis ketetapan. 4. Kedaluwarsa Untuk memberikan kepastian hukum, baik bagi WP maupun fiskus, maka diberikan batas waktu tertentu untuk penagihan pajak. Batas kedaluwarsa yang berlaku saat ini adalah: a. Untuk pajak pusat adalah 5 (lima) tahun; b. Untuk pajak daerah adalah 5 (lima) tahun; c. Untuk retribusi daerah adalah 3 (tiga) tahun; d. Sedangkan, untuk WP yang terlibat tindak pidana pajak tidak diberikan batas waktu. 5. Pembebasan Pembebasan pajak biasanya dilakukan berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Misalnya, dalam rangka meningkatkan penanaman modal, maka pemerintah memberikan pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu atau pembebasan pajak di wilayah-wilayah tertentu. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK Pada dasarnya terdapat tiga sistem pemungutan pajak yang berlaku, yaitu: 1. Sistem official assessment (official assessment system). 2. Sistem self assessment (self assessment system). 3. Sistem withholding (withholding system). Sistem Official Assessment Sistem Official Assessment (official assessment system) adalah sistem pemungutan pajak di mana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh WP dihitung dan ditetapkan oleh fiskus/aparat pajak. Jadi, dalam sistem ini WP bersifat pasif sedang fiskus bersifat aktif. Menurut sistem ini utang pajak timbul apabila telah ada ketetapan pajak dari fiskus. Sistem Self Assessment Sistem self assessment (self assessment system) adalah sistem pemungutan pajak di mana WP harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak (fiskus) hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan WP. Jadi, jika dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak maka sistem self assessment sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran materiil; artinya utang pajak timbul apabila ada yang menyebabkan timbulnya utang pajak (tatbestand). Untuk menyukseskan sistem self assessment ini dibutuhkan beberapa prasyarat dari WP sbb: 1. Kesadaran WP (tax consciousness) 2. Kejujuran WP 3. Kemauan membayar pajak dari WP (tax mindedness). 4. Kedisiplinan WP (tax discipline) Sistem Withholding Sistem withholding (withholding system) adalah sistem pemungutan pajak yang mana besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud di sini antara lain pemberi kerja dan bendaharawan pemerintah. LATIHAN SOAL I. Pilihlah jawaban yang paling tepat. 1. Menurut ajaran formal, kapan utang pajak akan timbul? a. Dengan adanya perbuatan-perbuatan b. Dengan adanya keadaan-keadaan c. Dengan adanya peristiwa d. Dengan adanya surat ketetapan pajak e. Tidak ada jawaban yang benar 2. Di antara pajak-pajak di bawah ini manakah yang menganut ajaran formal? a. PPh. b. PPnBM c. PPN. d. Bea meterai e. PBB 3. Utang pajak dapat berakhir karena hal-hal berikut ini, yaitu…. a. Kedaluwarsa b. Pembayaran c. Kompensasi d. A,b, c, benar. e. Tidak ada jawaban yang benar 4. Sistem pemungutan pajak yang besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga disebut…. a. Official assessment system b. Self assessment system c. Withholding system d. Business assessment system e. Company assessment system 5. Untuk pajak pusat batas kedaluwarsa yang berlaku saat ini adalah …. a. 10 tahun. b. 5 tahun. c. 3 tahun. d. 1 tahun. e. Tidak ada batas kedaluarsa. I. Isian Singkat 1. Menurut ajaran materiil, apakah yang dapat menimbulkan utang pajak? 2. Pajak apa sajakah dalam sistem perpajakan di Indonesia yang menganut ajaran materiil? 3. Apa yang menyebabkan utang pajak dapat berakhir? 4. Sebutkan 3 (tiga) sistem pemungutan pajak. 5. Sebutkan prasyarat dari WP untuk menyukseskan sistem self assessment. Terimakasih