2. Hukum Pajak Formil yaitu hokum pajak yang memuat cara-cara untuk
mewujudkan hokum pajak materiil menjadi suatu kenyataan atau realisasi.
Hukum pajak formil memuat antara lain tata cara/prosedur penetapan jumlah
utang pajak, hak-hak fiskus untuk mengadakan monitoring dan pengawasan,
menentukan kewajiban wajib pajak untuk mengadakan pembukuan atau
pencatatan dan prosedur pengajuan surat keberatan ataupun banding.
Contoh Hukum Pajak Formil adalah Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
1. Ajaran Materiil
Dalam ajaran materiil, utang pajak timbul karena Undang Undang dan
karena ada sebab-sebab yang mengakibatkan seseorang atau suatu
pihak dikenakan pajak, yaitu karena perbuatan, keadaan dan peristiwa
yang dapat menimbulkan utang pajak.
Contoh perbuatan, keadaan dan peristiwa yang menyebabkan utang pajak
adalah :
- Perbuatan : mendirikan bangunan, melakukan kegiatan
impor/ekspor,bepergian keluar negeri.
- Keadaan : memiliki tanah/bumi dan bangunan, memperoleh
penghasilan, memiliki kendaraan bermotor.
- Peristiwa/kejadian : mendapat hadiah undian.
2. Ajaran Formil
Dalam ajaran formil, utang pajak timbul dikarenakan adanya ketetapan
pajak dari pemerintah atau fiskus. Sehingga pajak terutang pada saat
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak oleh pihak fiskus/pemerintah.
1. Perlawanan Pasif
Perlawanan Pasif terdiri dari hambatan-hambatan yang mempersukar
pemungutan pajak yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi,
perkembangan intelektual dan moral penduduk serta system pemungutan
pajak itu sendiri.
Misalnya antara negara industri dengan negara agraris, akan berbeda
dalam hal melaksanakan pencatatan pembukuan. Demikian pula dalam kemajuan
tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat di negara industri telah terorientasi “
bank minded “.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan Aktif adalah meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.
Usaha perlawanan aktif dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga ) cara, yaitu :
a. Penghindaran diri dari pajak ( Tax Saving )
Penghindaran diri dari pajak dapat dilakukan dengan cara tidak melakukan
kegiatan-kegiatan yang menjadi penyebab timbulnya utang pajak. Misalnya
dengan menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan yang menimbulkan
pajak, mengganti pemakaian barang kena pajak dengan barang yang tidak
kena pajak atau kegiatan lainnya.
Ketidakjelasan atau lemahnya Undang Undang atau mungkin lemahnya
control aparat pajak, akan menyebabkan adanya lubang-lubang kelemahan
yang dimanfaatkan oleh wajib pajak untuk menghindari atau memperkecil
jumlah pajaknya. Pemanfaatan lubang-lubang kelemahan untuk menghindari
atau memperkecil pajak oleh wajib pajak disebut dengan “loopholes”. Dan
penghindaran diri dari pajak yang seperti ini disebut “ tax avoidance “.
b. Pengelakan pajak ( Tax Evasion )
Pengelakan pajak dilakukan dengan cara penyelundupan pajak yaitu dengan
menyembunyikan keadaan-keadaan yang sebenarnya. Pengelakan yang
seperti ini benar-benar suatu pelanggaran terhadap Undang Undang atau
ketentuan peraturan perpajakan.
Misalnya dengan membuat pernyataan yang tidak benar, membuat laporan
yang tidak benar/palsu, membuat pembukuan ganda, tidak melaporkan
penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan.
Pengelakan pajak dengan cara seperti diatas disebut dengan “ tax Evasion “.
c. Melalaikan Pajak
Melalaikan pajak meliputi tindakan menolak untuk membayar pajak yang telah
ditetapkan oleh fiskus atau menolak untuk memenuhi formalitas-formalitas
yang harus dipenuhi berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Misalnya usaha menggagalkan penyitaan.