Anda di halaman 1dari 9

1.

Syarat pemungutan pajak antara lain adanya syarat yuridis dan syarat
keadilan. Jelaskan pengertian masing-masing dan berikan contohnya. Apa
hubungan antara kedua syarat tersebut.
Jawaban :
Syarat keadilan lebih pada filosofis, dimana wajib pajak harus
diperlakukan sama. Keadilan diwujudkan dengan adanya hak bagi
wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan pembayaran,
gugatan dan banding kepada pengadilan pajak.
Contohnya :
Apabila ada kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan, namun kenaikan
tersebut ternyata sangat tinggi hingga mengalami kenaikan 50%.
Wajib pajak tersebut dapat mengajukan keberatan mengapa
kenaikannya sangat tinggi.

Syarat yuridis lebih pada format, segala sesuatu diatur secara formal,
dimana adanya pengaturan untuk memberikan jaminan hukum baik
kepada negara maupun warganegaranya. Bahwa semua pungutan
harus dengan persetujuan yang dipungut.
Contohnya :
Wajib pajak harus mengetahui dan setuju atas semua pungutan pajak
terhadapnya. Dan semuanya harus dijelaskan secara rinci.

2. Berikan masing-masing contoh Asas-Asas Pemungutan Pajak.


Jawaban :
Asas Equality : pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus
sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak
boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
Contoh :
Pajak yang dipungut seimbang dengan penghasilan wajib pajak.

Asas Certainty : pajak yang dibayar oleh seseorang harus terang dan
tidak mengenal kompromi. Dalam asas ini kepastian hukum yang
diutamakan adalah mengenaisubjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan
ketentuan mengenai pembayarannya.
Contoh :
Jumlah pajak atau hutang pajak yang harus dibayar harus jelas. Jelas
dalam identitas. Tidak mengenal kompromi dalam artian bahwa apa
yang sudah ditetapkan oleh fiscus sudag final.

Asas Convinience of Payment : pajak hendaknya dipungut pada saat


yang paling baik, yaitu saat diterimanya penghasilan/keuntungan.
Contoh :
Pemungutan pajak dilakukan pada saat wajib pajak menerima gaji,
sehingga wajib pajak akan langsung membayar dari gajinya tersebut.

Asas Efficiency : pemungutan pajak hendaknya tidak melebihi


pandapatan/ penghasilan seseorang
Contoh :
Biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan
pajak

3. Jelaskan:
a. Perlawanan Aktif & Perlawanan Pasif;
b. Penghindaran Pajak & Penggelapan Pajak, berikan masing-masing
contohnya;
c. Hubungan antara Hukum Pajak dengan Hukum Pidana; dan
d. Hubungan antara Hukum Pajak dengan Hukum Perdata.

Jawaban :
a. Perlawanan Aktif, yaitu hambatan-hambatan yang terjadi dalam upaya
pemungutan pajak yang berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi
masyarakat disuatu negara.
Perlawanan Pasif yaiu serangkaian usaha yang dilakukan oleh wajib pajak
untuk tidak membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak yang
seharusnya dibayar.

b. Penghindaran Pajak, yaitu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan


dengan cara memanfaatan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan
secara optimal, seperti pengecualian-pengecualian dan pemotongan-
pemotongan yang diperkenankan; memanfaatkan hal-hal yang belum
diatur; memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan
perundangan perpajakan yang berlaku. Artinya, penghindaran pajak ini
tidak melanggar hukum. Usaha yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan celah-celah yang ada pada peraturan perundangan
perpajakan.
Contohnya :
Dalam hukum pajak menyatakan bahwa membeli ATK kantor lebih dari
Rp. 1 juta akan dikenakan pajak, lalu sengaja membeli ATK ditempat yang
berbeda agar tidak terkena pajak.

Penggelapan pajak, yaitu pengurangan pajak yang dilakukan dengan


melanggar peraturan perpajakan, seperti memberi data-data palsu;
menyembunyikan data. Artinya, perbuatan tersebut adalah perbuatan
melanggar hukum. Dengan demikian perbuatan tersebut dapat dikenai
sanksi.
Contohnya :
Memalsukan dokumen keuangan perusahaan, sehingga pajak yang
dibayarkan menjadi berkurang.

c. Hubungan antara Hukum Pajak dengan Hukum Pidana :


Dalam ketentuan perpajakan terdapat sanksi pidana. Sanksi Pidana
terhadap pelanggaran atau kejahatan di bidang perpajakan yang diancam
baik dalam KUHP maupun dalam Undang-undang Pajak.

d. Hubungan antara Hukum Pajak dengan Hukum Perdata :


Lex specialis derogat lex generalis, yaitu hukum yang khusus
mengenyampingkan hukum yang umum. Perdata merupakan hukum
umum, sementara Pajak merupakan hukum khusus. Selain itu, Hukum
pajak mengambil sasaran pada peristiwa, keadaan dan perbuatan yang
berada dalam lapangan perdata sebagai objek pengenaannya. Misalnya
pada kepemilikan bumi dan bangunan akan dikenakan pajak bumi dan
bangunan. Hubungan bumi dan bangunan dengan pemiliknya adalah
merupakan hubungan perdata. Hukum Pajak juga menggunakan istilah-
istilah dalam Hukum Perdata, misalnya kompensasi, pemebebasan hutang,
domisili, daluwarsa, dan lain-lain. Namun dalam penerapannya harus
sudah ditentukan dalam undang-undang.
1. Sebut dan jelaskan sumber penerimaan negara.
Jawab :
Bumi, air & kekayaan alam (natural resources)
Pasal 33 UUD 1945 mengatur bahwa bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-
besarnya. Selanjutnya Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Pokok
Agraria menegaskan bahwa bumi, air, dan ruang angkasa
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam
wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa. Bumi, air, dan ruang angkasa milik bangsa Indonesia
merupakan kekayaan nasional.
Contoh penerimaan negara dari kekayaan alam adalah minyak
dan gas bumi.

Pajak, Retribusi, Bea & Cukai


Pajak adalah sumber terpenting dari penerimaan negara. Pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang
digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia
dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan
penagihannya. Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya
dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh
karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan
harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak.

Retribusi yaitu pungutan yang dikenakan kepada masyarakat


yang memperoleh balas jasa secara langsung berupa fasilitas
negara yang digunakan. Contohnya pelayanan jasa perpakiran.

Cukai adalah pungutan yang dikenakan atas barang barang


tertentu berdasarkan tarif yang sudah ditetapkan untuk masing-
masing jenis barang tertentu.

Sumbangan
Sumbangan juga merupakan sumber penerimaan negara yang
dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri.
Hasil/keuntungan BUMN/BUMD
Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak memperoleh
bagian laba yang diperoleh BUMN. Demikian pula dengan
BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik BUMD berhak
memperoleh bagian laba BUMD.

Pinjaman
Sumber lainnya dari penerimaan negara adalah Pinjamam
Negara, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pinjaman
dalam negeri ada dua, yakni pinjaman jangka pendek dan
pinjaman jangka panjang. Pinjaman jangka pendek dengan cara
pemberian pembukaan uang muka oleh Bank Indonesia kepada
pemerintah sebelum penerimaan negara masuk ke kas negara.
Pemberian uang muka ini untuk mencegah kevakuman dalam
rangka pemerintah melakukan pengeluaran-pengeluaran.
Pinjaman jangka panjang dilaksanakan dengan cara
menerbitkan obligasi berjangka waktu. Penjualan obligasi untuk
membiayai pembangunan.

Denda, sitaan negara, pencetakan uang (deficit spending)


Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset milik
masyarakat, apabila masyarakat (individu/kelompok/organisasi)
diketahui telah melanggar peraturan pemerintah.
Misalnya: denda pelanggaran lalu lintas, denda ketentuan
peraturan perpajakan, penyitaan barang-barang illegal,
penyitaan jaminan atas hutang yang tidak tertagih, dan lain-lain.

Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam rangka


menutup defisit anggaran, apabila tidak ada alternatif lain yang
dapat ditempuh pemerintah. Penentuan besarnya jumlah uang
yang dicetak harus dilakukan dengan cermat, agar pencetakan
uang tidak menimbulkan inflasi.

Pembayaran dari masyarakat : biaya perijinan, royalti


Royalti adalah pembayaran yang diterima oleh negara
sehubungan dengan pemberian izin atau fasilitas kepada pihak
lain untuk pemanfaatan atau mengolah kekayaan negara.
2. Jelaskan seberapa besar/pentingnya sector pajak bagi negara.
Jawab :
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak,
sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan.
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai
dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan
sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah
sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang
yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan
dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.
Berikut ini adalah fungsi dan peranan pajak dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
1. Fungsi stabilitas
Pajak memberi kesempatan pada pemerintah untuk dapat
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga dapat mengendalikan laju inflasi. Fungsi stabilitas ini
dapat berjalan dengan cara mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, dan penggunaan pajak seefisien
mungkin.
2. Fungsi Budgeeter ( Anggaran )
Dalam fungsi budgeter, pajak menjalankan fungsinya untuk
membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran yang bersifat
rutin maupun pembangunan, seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan dan lain- lain.
3. Fungsi Retribusi Pendapatan
Pajak dipungut untuk digunakan membiayai semua kepentingan
umum. Salah satunya adalah untuk peningkatan lapangan kerja
yang bermanfaat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat luas.
4. Fungsi Regulatif ( Mengatur )
Melalui kebijaksanan pajak, pemerintah memiliki peluang yang lebih
baik untuk mengatur pertumbuhan ekonomi. Disini pajak dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan, seperti
kebijakan pengurangan pajak dalam hal penanaman modal.
3. Buat skema/bagian organisasi Kementerian Keuangan pada kabinet
sekarang ini (dasar hukum, tugas/kewajiban/kewenangan, dan
fungsinya).
Jelaskan kedudukan/posisi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan
susunan organisasi dan tata kerja tersebut.
Jawab :

Berdasarkan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 234 /PMK.01/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN KEUANGAN , menyebutkan :

Pasal 1
(1) Kementerian Keuangan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
(2) Kementerian Keuangan dipimpin oleh Menteri Keuangan.

Pasal 2

(1) Dalam melaksanakan tugas, Menteri Keuangan dapat dibantu oleh


Wakil Menteri sesuai dengan penunjukan Presiden.
(2) Wakil Menteri Keuangan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Keuangan.
(3) Wakil Menteri Keuangan mempunyai tugas membantu Menteri
Keuangan dalam memimpin penyelenggaraan urusan
Kementerian Keuangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas Wakil Menteri Keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan tersendiri.

Pasal 3

Menteri Keuangan dan Wakil Menteri Keuangan merupakan satu


kesatuan unsur pimpinan Kementerian Keuangan.

Pasal 4

Kementerian Keuangan mempunyai menyelenggarakan urusan


pemerintahan di tugas bidang keuangan negara dan kekayaan negara
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara.
Pasal 5

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,


Kementerian Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang


penganggaran, pajak, kepabeanan dan cukai, perbendaharaan,
kekayaan negara, perimbangan keuangan, dan pengelolaan
pembiayaan dan risiko;
b. Perumusan, penetapan, dan pemberian rekomendasi kebijakan
fiskal dan sektor keuangan;
c. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Keuangan;
d. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Keuangan;
e. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Keuangan;
f. Pelaksanaan bimbingan atas pelaksanaan urusan di daerah; teknis
dan Kementerian supervisi Keuangan
g. Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;
h. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi di
bidang keuangan negara; dan
i. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan.

Berdasarkan PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR


184/PMK.01/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN KEUANGAN , susunan organisasi Kementerian
Keuangan terdiri dari :

(dikarenakan tidak muat, skema dilampirkan dibelakang)

Tugas Direktorat Jenderal Pajak sesuai amanat Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 184/ PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan adalah merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan. Dalam
mengemban tugas tersebut, Direktorat Jenderal Pajak
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang perpajakan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
perpajakan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan;
dan
e. Pelaksanaan administrasi DJP.

Berdasarkan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 234 /PMK.01/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN KEUANGAN , menyebutkan :

Pasal 379

(1) Direktorat Jenderal dan bertanggung Keuangan. Pajak jawab


berada di bawah kepada Menteri
(2) Direktorat Jenderal Pajak dipimpin oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 380

Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas menyelenggarakan


perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 381

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 380,


Direktorat Jenderal Pajak menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang perpajakan;


b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang
perpajakan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan superv1s1 di bidangperpaj akan;
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang
perpajakan;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pajak; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai