Anda di halaman 1dari 7

1. Apa itu pajak?

Jawab :

Pajak menurut para ahli

Prof. Dr. P.J.A. Andriani

Pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan, tidak mendapatkan prestasi dan
langsung dapat ditunjuk untuk pembiayaan dan pengeluaran umum.

UU KUP Pasal 1 (ayat) 1

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Secara sederhana

Pajak adalah KONTRIBUSI kepada NEGARA berdasarkan UU dimana DAPAT DIPAKSAKAN namun
manfaatnya tidak langsung dirasakan, dan digunakan untuk membiayai PENGELUARAN NEGARA.

Inget ya kawan :

Kontribusi diberikan kepada NEGARA bukan PEMERINTAH. Jika mindset kita pajak itu untuk
pemerintah, pasti berat kan buat ngeluarinnya? Anggaplah shadaqah. J
Dapat dipaksakan karena ada UU tertulisnya, jadi pasti ada sanksi jika kita mangkir bayar pajak.
Manfaat nya tidak langsung bisa kita rasakan karena tentu pemerintah memiliki skala prioritas
dalam pengeluaran nya.

Contohnya saja, ketika jalan depan Gedung Sate berlubang, pasti akan langsung diperbaiki daripada jalan di
belakang gedung sate, mengapa? Karena jalur depan Gedung sate sangat padat dilalui kendaraan umum, jalur
distribusi bahan pangan, dsb. Jika jalur distribusi terhambat, tentulah barang akan lebih berpotensi mengalami
kebusukan, dan impas nya, harga di pasar akan lebih tinggi karena kelangkaan barang. Oleh karena itu, satu
peristiwa terjadi pasti akan mengimbas ke hal lainnya.

2. Apa unsur pajak?

Jawab :

Ada 4, yaitu iuran wajib, dapat dipaksakan, berdasarkan UU, kontraprestasi secara langsung, untuk pengeluaran
Negara.

3. Mengapa pajak ada, dan bagaimana perkembangan pajak di Indonesia?

Jawab :

Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, bisa kita gambarkan ketika pajak ini digunakan untuk
menyejahterakan rakyatnya dengan pembangunan jalan, gedung sekolah, dll. Tahun 1945, perpajakan masih tetap
diatur oleh perundang-undangan lama. Namun sejak era tahun 1984 sampai sekarang dengan adanya pembaruan
sistem pemungutan pajak, Indonesia memasuki era baru dengan menggunakan self assessment system. Self
assessment system ini selanjutnya memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.

4. Kenapa UU perpajakan selalu berubah?

Jawab :

Perubahan dilandasi dengan niat ingin semakin mempermudah masyarakat dalam membayar pajak, dari regulasi
dan administrasinya. Dan mengikuti perkembangan kasus yang ada.
5. Pajak digunakan untuk apa?

Jawab :

Pembangunan sarana umum (ex : Rumah sakit, bangunan sekolah, dll)


Penyelenggaraan Negara (ex : gaji PNS, hakim, presiden, polisi, dll)
Rasa aman (ex : penerangan jalan, perbaikan jalan, dll)
Mengupayakan keadilan (ex : meratakan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, seperti rumah
yang mewah di Pondok Indah akan lebih besar pajak nya dibandingkan rumah 3S yang super sederhana
sekali yang pasti lebih kecil dalam pembayaran pajaknya, namun hasil nya dapat dirasakan bersama)

1. Apa Fungsi Pajak?

Jawab :

BUDGETING (ANGGARAN)

Digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara. Uang pajak dianggarkan dalam APBN.

DEMOKRASI

Sebagai sarana menyejahterakan rakyat dengan pemerataan, oleh pemerintah.

REDISTRIBUSI

Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka
kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

REGULATOR (MENGATUR)

Digunakan untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contohnya adalah pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang mewah dan minuman keras.

Disingkat : BuDe ReRe

6. Apa saja azas pajak?

Jawab :

EQUALITY / ADIL/ MERATA (baik secara vertical seperti pajak yang dikenakan pada mobil biasa akan
lebih kecil daripada mobil mewah. Dan horizontal seperti penghasilan karyawan yang jumlahnya sama
akan terkena PPh yang berbeda karena status yang berbeda, antara bujangan yang PPh nya lebih besar
dibandingkan sudah menikah, dikarenakan sudah memiliki tanggungan)
CONVENIENCE / TIDAK MENYULITKAN (PPh dipotong saat karyawan mendapatkan gaji)
ECONOMY /EFISIEN (dimana iuran jangan lebih besar daripada manfaat)
CERTAINTY / TIDAK SEWENANG-WENANG (karena semuanya telah diatur secara tertulis dalam
UU)

7. Apa saja teori yang mendasari pajak?

Jawab :

TEORI ASURANSI : Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh
karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena
memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
TEORI KEPENTINGAN : Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya
perlindungan) masing-masing orang, semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi
pajak yang harus dibayar.
TEORI DAYA PIKUL : Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar
sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2
pendekatan yaitu:

Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang.
Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

TEORI BAKTI : Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dapat negaranya.
Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah
sebagai suatu kewajiban. Dengan kata lain, rakyat membayar pajak sebagai bakti pada negaranya,
TEORI DAYA BELI : Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut
pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya
negara akam menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat.

8. Apa perbedaan subjek pajak dengan wajib pajak?

Jawab :

Wajib Pajak ialah ORANG PRIBADI atau BADAN (subjek pajak) yang menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan, memiliki kewajiban perpajakan (membayar pajak), termasuk pemungut
pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki
penghasilan diatas pendapatan tidak kena pajak.

Subjek Pajak merupakan istilah dalam peraturan perundang-undangan perpajakan untuk perorangan
(pribadi/individu) atau organisasi (kelompok) berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku.

Jadi, Seseorang atau suatu badan merupakan subjek pajak, tapi bukan berarti orang atau badan itu punya
kewajiban pajak. Jika subjek pajak mempunyai atau memperoleh objek pajak, maka orang atau badan tersebut
jadi punya kewajiban pajak yang dikenal wajib pajak.

9. Apa perbedaan pajak dengan retribusi?

Jawab :

Jika retribusi, orang akan mendapat kontraprestasi secara langsung, seperti retribusi parkir. Sedangakan pajak,
kontraprestasinya tidak dirasakan secara langsung, seperti hari ini bayar pajak, langsung diperbaiki jalan
berlubang depan rumah

10. Apa perbedaan pajak dengan sumbangan?

Jawab :

Perbedaannya terletak pada objek yang diberinya. Ketika kita menyumbang, kita akan tahu untuk apa
dipergunakan dana tersebut. Contoh menyumbang pembangunan masjid. Tapi pajak, kita tidak tahu, dana kita
digunakan untuk pembangunan apa dan dimana, karena uang tersebut diakumulasikan menjadi satu. Bisa saja
kita yang domisili Jawa Barat membayar pajak hari ini, dan pembangunan dari hasil pajak tersebut dilakukan di
NTB.
RANGKUMAN MATERI HUKUM PAJAK
PERTEMUAN PERTAMA SAMPAI PERTEMUAN KEENAM

Pengertian Hukum Pajak


Menurut Prof. Dr. Bohari, Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
wajib pajak dan fiskus (pejabat pajak). Istilah fiskus tidak lagi sesuai dengan hukum pajak sekarang, sehingga
kata fiskus diganti menjadi pejabat pajak.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH , menyatakan hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan
peraturan yang mengatur hubungan hukum antara Pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat sebagai
pembayar pajak.
Menurut Prof. Dr. Djafar Saidi, Hukum pajak diartikan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, hukum
pajak ialah hukum yang berhubungan dengan pajak.. dan dalam arti sempit, hukum pajak ialah kumpulan
kaidah hukum tertulis yang mengatur hubungan hukum wajib pajak dan pejabat pajak.

Ciri-ciri yang Melekat Pada Pengertian Pajak


1. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
1. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
2. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
4. Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak budgeter, yaitu mengatur.

Pajak Negara Dan Pajak Daerah


- Pajak Negara
Pajak Negara yang berlaku sampai saat ini adalah:
1.pajak penghasilan
dasar hukum pengenaan pajak penghasilan adalah undang-undang no.7 tahun 1984 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan undang-undang no.17 tahun 2000. undang-undang pajak penghasilan berlaku mulai tahun 1984
dan merupakan pengganti UU pajak perseroan 1925, UU pajak pendapatan 1944, UU PDBR 1970.
2.pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN & PPn BM)
dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah undang-undang no.8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan undang-undang no.18 tahun 2000. undang-undang PPN & PPn BM efektif mulai berlaku sejak
tanggal 1 april 1985 dan merupakan pengganti UU pajak Penjualan 1951.
3.bea materai
dasar hukum pengenaan bea materai adalah undang-undang no.13 tahun 1985. undang-undang bea materai
berlaku mulai tanggal 1 januari 1986 menggantikan peraturan dan undang-undang bea materai yang lama (aturan
bea materai 1921).
4.pajak bumi dan bangunan (PBB)
dasar hukum pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah undang-undang no.12 tahun 1985 sebagaimana telah
diubah dengan undang-undang no.12 tahun 1994. undang-undang PBB berlaku mulai tanggal 1 januari 1986 dan
merupakan pengganti.
a.ordonansi pajak rumah tangga tahun 1908.
b.ordonansi verponding Indonesia tahun 1923.
c.Ordonansi pajak kekayaan tahun 1932.
d.Ordonansi verponding tahun 1928.
e.Ordonansi pajak jalan tahun 1942.
f.Undang-undang darurat nomor 11 tahun 1957 khususnya pasal 14 huruf j, k, l.
g.Undang-undang nomor 11 Prp.tahun 1959 pajak hasil bumi.
5.bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
dasar hukum pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah undang-undang no.21 tahun 1997
sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.20 tahun 2000. undang-undang BPHTB berlaku
sejak tanggal 1 januari 1998 menggantikan Ordonansi bea balik nama staasblad 1924 No.291.
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
Dasar hokum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah undang-undang no.18 tahun 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.34 tahun 2000.
Jenis pajak dan objek pajak
Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1.pajak propinsi, terdiri dari:
a.pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
b.Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
c.Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
d.Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
2.pajak kabupaten/kota; terdiri dari:
a.pajak hotel.
b.Pajak restoran.
c.Pajak hiburan
d.Pajak reklame
e.Pajak penerangan jalan.
f.Pajak pengambilan bahan galian golongan C
g.Pajak parkir
h.Pajak lain-lain.
Hukum pajak dibedakan atas:
1. Hukum pajak material
Yaitu: memuat ketentuan-ketentuan tentang siapa yang dikenakan pajak dan siapa-siapa yang dikecualikan
dengan pajak dan berapa harus dibayar.
2. Hukum pajak formal
Yaitu: memuat ketentuan-ketentuan bagaiman mewujudkan hukum pajak material menjadi kenyataan.
Subyek Pajak
Subjek pajak adalah istilah dalam peraturan perundang-undangan perpajakan untuk perorangan (pribadi)
atau organisasi (kelompok) berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Seseorang atau
suatu badan merupakan subjek pajak, tapi bukan berarti orang atau badan itu punya kewajiban pajak. Kalau dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan tertentu seseorang atau suatu badan dianggap subjek pajak dan
mempunyai atau memperoleh objek pajak, maka orang atau badan itu jadi punya kewajiban pajak dan disebut
wajib pajak. Subyek pajak sebagaimana dimaksud diatas adalah wajib pajak yang berkewajiban membayar Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Subjek pajak dalam negeri
Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri adalah salah satu di bawah ini:

1. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia;


2. orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
3. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
4. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Subjek pajak luar negeri


Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah salah satu di bawah ini:

1. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
2. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
3. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia;
4. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

Obyek Pajak
Yang menjadi obyek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang meliputi:
1. pemindahan hak karena :
a. jual beli;
b. tukar menukar;
c. hibah;
d. hibah wasiat;
e. waris;
f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, dll
2. pemberian hak baru karena :
a. kelanjutan pelepasan hak;
b. di luar pelepasan hak.
Obyek pajak yang tidak dikenakan BPHTB
Obyek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah :
1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan
umum;
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan keputusan menteri dengan syarat tidak
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi
tersebut;
4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan
nama;
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf;
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban pajak itu timbul setelah memenuhi dua syarat, yaitu :
1) kewajiban pajak subyektif ialah kewajiban pajak yang melihat orangnya.
Misalnya : semua orang atau badan hukum yang berdomisili di Indonesia memenuhi kewajiban pajak subyektif.
2) Kewajiban pajak obyektif ialah kewajiban pajak yang melihat pada hal-hal yang dikenakan pajak.
Misalnya : orang auat badan hukum yang memenuhi kewajiban pajak kekayaan adalah orang yang punya
kekayaan tertentu, yang memenuhi kewajiban pajak kendaraan ialah orang yang punya kendaraan bermotor dan
sebagainya.
Kewajiban wajib pajak
Dalam menghitung jumlah yang dipakai untuk dasar pengenaan pajak, diperlukan bantuan dari wajib
pajak dengan cara mengisi dan memasukkan surat pemberitahuan (SPT). Setiap orang yang telah menerima SPT
pajak dari inspeksi pajak mempunyai kewajiban :
a. Mengisi SPT pajak itu menurut keadaan yang sebenarnya
b. Menandatangani sendiri SPT itu
c. Mengembalikan SPT pajak kepada inspeksi pajak dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Wajib pajak harus memenuhi kewajibannya membayar pajak yang telah ditetapkan, pada waktu yang
telah ditentukan pula. Terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya membayar pajak, dapat
diadakan paksaan yang bersifat langsung, yaitu penyitaan atau pelelangan barang-barang milik wajib pajak.
Hak-hak Wajib Pajak
Wajib pajak mempunyai hak-hak sebagai berikut :
1. Mengajukan permintaan untuk membetulkan, mengurangi atau membebaskan diri dari ketetapan pajak, apabila
ada kesalahan tulis, kesalahan menghitung tarip atau kesalahan dalam menentukan dasar penetapan pajak.
2. Mengajukan keberatan kepada kepala inspeksi pajak setempat terhadap ketentuan pajak yang dianggap terlalu
berat.
3. Mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak, apabila keberatan yang diajukan kepada kepala inspeksi
tidak dipenuhi.
4. Meminta mengembalikan pajak (retribusi), meminta pemindah bukuan setoran pajak ke pajak lainnya, atau setoran
tahun berikutnya.
5. Mengajukan gugatan perdata atau tuntutan pidana kalau ada petugas pajak yang menimbulkan kerugian atau
membocorkan rahasia perusahaan / pembukuan sehingga menimbulkan kerugian pada wajib pajak.
Pejabat Pajak dan Pejabat Tata Usaha Negara
Pejabat Tata Usaha Negara adalah pejabat yang menerbitkan ketetapan sedangkan pejabat pajak adalah selain
dapat menerbitkan ketetapan juga dapat menghentikan orang yang ada dibawah kekuasaannya.
Pejabat pajak terdiri dari :
- Dirjen pajak
Dirjen Pajak boleh mengangkat dan menghentikan seseorang dalam lingkup kerjanya.
- Kepala kantor pelayanan pajak
- Kepala Bea dan Cukai
- Gubernur
- Kepala Daerah/Bupati/Walikota.
Tata Cara Pemungutan Pajak
1. Stelsel Nyata (riil), pengenaan pajak didasarkan pada objek atau penghasilan yang sesungguhnya
diperoleh wajib pajak.
2. Stelsel Anggapan, didasarkan anggapan tergantung dari bunyi UU.
3. Stelsel campuran; Kombinasi stelsel riil dan anggapan. Misal : pengenaan awal tahun dengan stelsel
anggapan dan akhir tahun dikoreksi dengan stelsel riil.

Sistem Pemungutan pajak


1. official assesment , pajak ditentukan fiskus
2. self assesment, ditentukan wajib pajak
system ini dapat berhasil apabila terpenuhi syarat-syarat :
- Tax Consciousness (kesadaran wajib pajak )
- Kejujuran wajib pajak
- Tax Mindedness wajib pajak (hasrat utk membayar pajak )
- Tax Discipline, disiplin wajib pajak terhadap pelaksanaan pajak
3. with holding system, oleh pihak ketiga, misal bendaharawan, pemberi kerja (Pajak Penghasilan
Pasal 21)
Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan bagian dari ketentuan pajak materil, yang digunakan oleh wajib pajak ketika ia
mengisi SPT untuk mengetahui ada atau tidak ada jumlah pajak yang terutang dengan kata lain untuk mengetahui
ada atau tidak ada utang pajak, terlebih dahulu harus digunakan tarif pajak. Tarif pajak berfungsi untuk
menjelaskan sejauh mana dan seberapa besar jumlah pajak yang terutang ketika dilakukan pengisian SPT.
Sebagai ketentuan materil dalam hukum pajak tarif pajak tidak dapat difungsikan tanpa adanya ketentuan
formil. Pada dasarnya fungsi tarif pajak dapat dibagi atas 2 bagian :
1. Sebagai faktor pendorong
Diharapkan agar penerimaan pajak negara atau daerah dapat mengalami peningkatan pada dasarnya
bersifat klasik karena semata-mata untuk meningkatkan pendapatan daerah sebagai faktor pendorong. Tarif pajak
setiap saat mengalami perubahan berdasrkan kondisi dan situasi daerah pada saat itu. perubahan tarif pajak
selama ini dilakukan oleh pemerintah karena adanya pelimpahan wewenang dari pembuat UU kepada
pemerintah.
2. Sebagai fungsi penghambat
Yang ada pada tarif pajak pada hakekatnya bertujuan untuk mencegah atau mengendaliakan kejahatan
dalam suatu negara daerah ataukah tarif pajak di tingkat tertinggi ketingkat rendah agar wajib pajak dapat
memenuhi kebutuhannya dalam jangka waktu tertentu

Anda mungkin juga menyukai