Anda di halaman 1dari 30

PERPAJAKAN

LOGO
1. Pengantar Perpajakan

2. Pajak Penghasilan

3 .PPN

4. Bea Meterai
LOGO
2
Sejarah Pemungutan Pajak

• Pra – 1945:
Peraturan perpajakan produk kolonial Belanda banyak
memiliki segi negatif yang menekankan Wajib Pajak semata
sebagai objek belaka. Yang berarti ketetapan pajak
sepenuhnya ditentukan oleh aparat pajak. Hasil pemasukan
pajak tidak sepenuhnya diperuntukkan bagi kesejahteraan
bagi rakyat, tetapi dipergunakan untuk kepentingan Belanda
sendiri.
Contoh :
a. Ordonansi Pajak Rumah Tangga 1908.
b. Aturan Bea Meterai 1921.
c. Ordonansi Pajak Perseroan 1925.
d. Ordonansi Pajak Kekayaan tahun 1932.
e. Ordonansi Pajak Jalan 1942.
f. Ordonansi Pajak Pendapatan 1944.

3
Sejarah Pemungutan Pajak

• 1945 – 1983:
Penerapan berbagai ordonansi atau Undang-Undang
Perpajakan yang dibuat pada masa sebelum Indonesia
merdeka didasarkan pada ketentuan Peralihan UUD 1945
yang menyatakan bahwa segala badan negara dan
peraturan yang telah ada sebelum Indonesia merdeka masih
langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut
UUD 1945.

Secara berangsur-angsur ada perkembangan yang berupa


pembentukan UU baru, tambahan dan penyesuaian
terhadap UU Perpajakan peninggalan kolonial belanda.
Dapat dikemukakan beberapa Undang-Undang Pajak yang
baru, dirubah atau disesuaikan adalah :

4
Sejarah Pemungutan Pajak

Contoh :
a. UU No. 11 Drt Tahun 1957 Tentang Peraturan Umum Pajak Daerah.
b. UU No. 35 tahun 1953 Tentang Penetapan UU Drt No. 19 Tahun 1951 Tentang Pemungutan Pajak Penjualan.
c. UU No. 19 tahun 1959 Tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa.
d. UU Pajak Penjualan 1951.
e. UU No. 8 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Pajak Perseroan.
f. UU No. 9 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Ordonansi Pajak Pendapatan.
g. UU No. 10 tahun 1970 Tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalty
h. Dan Lain-lain

5
Sejarah Pemungutan Pajak

 1984 – skrg (1984, 1994, 2000,2009):


Pemerintah mensahkan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang baru
sebagai upaya reformasi di bidang perpajakan, yaitu:
 UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP), sebagaimana diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994 dan UU No. 16
Tahun 2000 dan UU No. 28 Tahun 2007 terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009.
 UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh), sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991 dan UU No. 10 Tahun 1994 dan UU No. 17
Tahun 2000 terakhir diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008;
 UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM) sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 11 Tahun 1994 dan UU No. 18 Tahun 2000 terakhir diubah
dengan UU No. 42 Tahun 2009;
 UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994;
 UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).
6
Pengertian Pajak

• Prof. Dr. P.J.A. Adriani: “Pajak adalah iuran kepada


negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yg gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dg tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

• Prof. Dr. M.J.H. Smeeths: “Pajak adalah prestasi


kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-
norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa
adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam
hal yang individual, maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran Pemerintah”.
7
Pengertian Pajak

 Dr. Soeparman Soemahamidjaja: “Pajak adalah iuran wajib,


berupa uang atau barang, yang dipungut oleh Penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum”.

 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.: “Pajak adalah iuran


kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

8
PENGERTIAN PAJAK
Menurut UU No. 28 Tahun 2007
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

9
PENGERTIAN PAJAK

Kesimpulkan Pengertian Pajak adalah:


 Iuran dari rakyat kepada Negara.

 (Dapat dipaksakan) dipungut berdasarkan Undang-


Undang, beserta aturan pelaksanaannya.
 Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi yang dapat
ditunjukkan secara langsung.
 Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara/
pemerintahan (budgeter).
 Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak
budgeter, yaitu mengatur (regulerend).

10
Retribusi

Retribusi merupakan pembayaran wajib dari Penduduk


kepada negara karena adanya jasa tertentu yang
diberikan oleh negara kepada penduduknya secara
perorangan. Jasa dari negara tersebut dapat dikatakan
bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi
yang menikmati balas jasa dari negara tersebut.

Contoh :
- retribusi pelayanan jasa di Instansi Pemerintah;
- retribusi pelayanan rumah sakit;
- retribusi parkir

11
Sumbangan

Sumbangan adalah pembayaran dari golongan


tertentu penduduk kepada negara, karena mereka
adalah satu golongan bersama, menikmati secara
langsung balas jasa yang diberikan negara, yang
menikmati balas jasa hanya satu golongan tertentu.
Contoh :
- Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan (SWDKLLJ);
- Sumbangan PMI;
12
PRINSIP PEMUNGUTAN PAJAK

Prinsip-prinsip pokok perpajakan yang paling terkenal adalah


yang dikemukakan oleh Adam Smith yang dikenal dengan
“four canon of taxation”. Dikenal 4 prinsip pemungutan pajak
yang baik yaitu :
1.Prinsip Persamaan, Keadilan dan kemampuan (Equality,
Equity dan Ability).
2.Prinsip Kepastian (Certainty).
3.Prinsip Kenyamanan Pembayaran (Convenience of
Payment)
4.Prinsip efisiensi (Economic of collection)
13
PRINSIP PEMUNGUTAN PAJAK

1. Prinsip Persamaan, Keadilan dan kemampuan


(Equality, Equity dan Ability) :
a. Equality ( Kesamaan ) :
bahwa keadaan yang sama atau orang yang berada
dalam keadaan yang sama harus dikenakan pajak yang
sama.
b. Equity (Keadilan) :
Dengan adanya kesamaan, akan tercapai keadilan di
antara para pembayar pajak.
c. Ability to Pay (Kemampuan) :
Pembayar pajak akan dikenakan pajak sesuai
kemampuannya dalam membayar pajak.
14
PRINSIP PEMUNGUTAN PAJAK

2. Prinsip Kepastian
Kepastian yang berhubungan dengan hukum, yang mengandung arti adanya
jaminan hukum bagi pembayar pajak dan bukan didasarkan pada
kesewenangan. Juga bermakna bahwa penarikan pajak harus berdasarkan
peraturan tertulis atau UU atau aturan lain yang dibuat oleh badan yang
berwenang.

3. Prinsip Kenyamanan Pembayaran (Convenience of payment).


Pemungutan dan pembayaran pajak dilakukan pada waktu Wajib Pajak dalam
keadaan paling menyenangkan, yaitu pada saat WP mampu membayar pajak
atau saat menerima penghasilan, pada waktu penjualan panen atau saat
membeli barang dan pelayanan yang baik dalam pembayaran pajak dengan
mempermudah WP melakukan pembayaran pajak;

15
PRINSIP PEMUNGUTAN PAJAK

4. Prinsip Efisiensi (Ekonomis)


Maksudnya adalah efisieni dalam pemungutan pajak.
Biaya dalam rangka pemungutan pajak hendaknya
seminimal mungkin

16
FUNGSI PAJAK

 Fungsi Budgeter (fungsi anggaran) ialah fungsi pajak


disektor publik, merupakan alat atau sumber untuk
memasukkan uang dari masyarakat ke Kas Negara
 Fungsi Regulerend (fungsi mengatur) ialah fungsi pajak
yang dipergunakan untuk mengatur atau untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan.
Misalnya dgn mengadakan perubahan-perubahan tarif,
memberikan pengecualian, keringanan, dll.

17
CONTOH FUNGSI REGULEREND

 Redistribusi pendapatan dari si kaya kepada si miskin


 Mendorong investasi di bidang atau daerah tertentu
 Mendorong ekspor
 Membatasi impor atau konsumsi produk tertentu
 Untuk melakukan pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya
 dsb
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

Menurut Falsafah Hukum, alasan negara memungut pajak:


 Teori Asuransi
 Teori Kepentingan
 Teori Daya Pikul
 Teori Bakti
 Teori Daya Beli
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

1. Teori Asuransi
Masyarakat dianggap mempertanggungkan (mengasuransikan) keselamatan dan
keamanannya jiwa dan hartanya sehingga masyarakat harus membayar “premi”
dalam bentuk pajak kepada negara.

2. Teori Kepentingan
Negara melindungi kepentingan harta dan jiwa warga negara dengan
memperhatikan pembagian beban yang harus dipungut dari masyarakat.
Pembebanan ini didasarkan pada kepentingan setiap orang untuk perlindungan
jiwa dan hartanya.

3. Teori Daya Pikul


Teori ini berpangkal dari asas keadilan, yaitu setiap orang dikenai pajak dengan
bobot yang sepadan. Pajak yang harus dibayar adalah menurut daya pikul
dengan ukuran besarnya penghasilan dan pengeluaran seseorang
20
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

4. Teori Bakti
Teori ini disebut teori kewajiban pajak mutlak, yang mendasarkan bahwa
negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di sisi lain,
masyarakat menyadari bahwa membayar pajak sebagai suatu kewajiban
untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara karena negaralah
yang bertugas menyelenggarakan kepentingan masyarakatnya.

5. Teori Daya Beli


Pembayaran pajak dimaksudkan untuk memelihara masyarakatnya,
sehingga pembayaran pajak lebih ditekankan pada fungsi mengatur dari
pajak agar masyarakat tetap eksis. Teori ini lebih mendasarkan pada
penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar
keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu atau negara.
21
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:


1) Self Assessment System, suatu sistem pemungutan pajak dimana WP
menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dgn ketentuan
peraturan perundang-undangan perpaja-kan. Dalam sistem
pemungutan ini, kegiatan pemungutan pajak diletakkan kepada aktivitas
masyarakat wajib pajak sendiri, dimana wajib pajak diberi kepercayaan
untuk:
• Menghitung sendiri pajak yang terutang.
• Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.
• Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang.
• Melaporkan sendiri pajak yang terutang.
22
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

2) Official Assessment System, suatu sistem pemungutan pajak,


dimana aparatur pajak (fiskus) menetapkan jumlah pajak yang
terutang dari Wajib Pajak. Dalam sistem ini inisiatif dan kegiatan
dalam mengitung dan menetapkan pajak sepenuhnya berada
pada aparatur pajak (fiskus).
3) Withholding System, suatu sistem pemungutan pajak, dimana
perhitungan pemotongan dan pembayaran pajak serta
pelaporan pajak dipercayakan kepada pihak ketiga oleh
Negara. Pihak ketiga yang diberi kepercayaan pemerintah untuk
memotong atau memungut pajak misalnya Badan-badan
tertentu, Direktorat Jenderal Bea Cukai, Direktorat Jenderal
Anggaran, Bendaharawan dan lain-lain. Contoh Pajak yang
menganut sistem ini misalnya PPh Pasal-pasal 4 (2), 15, 21, 22,
23 23, dan 26.
STELSEL PEMUNGUTAN PAJAK

 Stelsel Riil (Pengenaan di Belakang)


 Merupakan cara pengenaan pajak didasarkan pd keadaan sesung-guhnya (riil)
atau nyata, yang diperoleh dalam suatu tahun pajak.
 Stelsel Fictive (Pengenaan di Depan)
 Merupakan cara pengenaan pajak yang didasarkan atas suatu anggapan (fiksi)
dan anggapan tersebut tergantung pada ketentuan bunyi undang-undang.
Misalnya penghasilan seorang wajib pajak pada tahun berjalan dianggap sama
dengan pengahasilan pada tahun sebelumnya.
 Stelsel Campuran (Pengenaan Riil dan Fictive)
 Merupakan campuran antara stelsel riil dan stelsl fiksi dimana fiskus akan
mengenakan pajak berdasarkan anggapan yang ditentukan dalam undang-
undang yang selanjutnya setelah berakhirnya tahun pajak dilakukan pengenaan
pajak berdasarkan keadaan yang sesungguhnya (riil).
24
JENIS PAJAK MENURUT GOLONGAN

 Pajak Langsung: pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain.
 Contoh: PPh, PBB, dll.

 Pajak Tidak Langsung: pajak yang pembebanan-nya dilimpahkan kepada


pihak lain.
 Contoh: PPN, PPnBM, dll.

25
JENIS PAJAK MENURUT SIFAT

 Pajak subjektif, pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan


subjek pajak, baru kemudian ditentukan objek pajaknya.
 Contoh : PPh.

 Pajak objektif, ialah pajak yang pertama-tama melihat keadaan objek


pajak, meliputi benda, atau keadaan, per-buatan, peristiwa yang
menyebabkan timbulkan kewajiban membayar, baru kemudian ditentukan
subyek pajaknya, tidak mempersoalkan apakah subyek ini bertempat
kedudukan di Indonesia atau tidak.
 Contoh : PPN dan PPnBM

26
JENIS PAJAK MENURUT PEMUNGUT

 Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat:


 Dipungut Direktorat Jenderal Pajak meliputi: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), dan Bea Meterai.
 Dipungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai meliputi: Bea Masuk (impor), Bea
Masuk Tambahan (impor), dan Cukai.
 Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Provinsi atau
Kabupaten/Kota (c.q. Dinas Pendapatan Daerah):
 Pemerintah Daerah Provinsi meliputi: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan
Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan
Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dll.
 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan
27 Pengolahan Bahan Galian C, dll.
TARIF PAJAK

1) Tarif Tetap, tarif sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak.
Misalnya tarif BM: Rp 10000
2) Tarif Proporsional, tarif berupa prosentase tetap. Misalnya tarif PPN
11%, tarif PBB 0,5%, tarif BPHTB 5%, dll.
3) Tarif Progresif, tarif semakin besar jika jumlah yang dikenai pajak
makin besar. Misalnya PPh.
1) Progresif-Progresif, kenaikan prosentase makin besar.
2) Progresif-Tetap, kenaikan prosentase tetap.
3) Progresif-Degresif, kenaikan prosentase semakin kecil.

4) Tarif Degresif, tarif semakin kecil jika jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
28
TIMBUL UTANG PAJAK

 Pendapat/ajaran materil; Timbulnya utang pajak yaitu saat


diundangkannya undang-undang pajak serta telah dipenuhinya
syarat subjektif dan objektif dari utang pajak tersebut.
 Artinya apabila suatu undang-undang pajak diundangkan oleh
pemerintah, maka pada saat itulah timbulnya utang pajak sepanjang apa
yang diatur dalam undang-undang tersebut menimbulkan suatu
kewajiban bagi seseorang (dipenuhinya syarat subjektif dan objektif)
 Ajaran ini diterapkan pada Self Assesment System.
 Pendapat/ajaran Formil; Timbulnya utang pajak terjadi saat
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh pemerintah.
 Artinya bahwa seseorang/badan baru diketahui mempunyai utang pajak
saat pemerintah (fiskus) menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas
namanya serta besarnya pajak yang terutang.
 Ajaran ini diterapkan pada Official Assesment System.

29
HAPUSNYA UTANG PAJAK

 Pembayaran,
 Kompensasi,
 Daluarsa,
 Pembebasan,
 Penghapusan,
 Pengecualian pajak (tax incentive).

30

Anda mungkin juga menyukai