Temu Ke-2
Hukum Pajak
Sept 2011
Theresia Purbandari, S.E., M.Sc.
Sejarah Pemungutan Pajak
• Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya
merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam
memelihara kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara,
menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai, dan lain-lain.
• Setelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya
pemisahan antara rumah tangga negara dengan rumah tangga pribadi
raja pada akhir abad pertengahan, maka pajak menjadi penting sebagai
pendapatan negara.
• Dengan bertambah luasnya tugas-tugas negara, maka dengan
sendirinya negara memerlukan biaya yang cukup besar.
• Sehubungan dengan itu, maka pembayaran pajak yang tadinya bersifat
sukarela berubah menjadi pembayaran yang ditetapkan secara sepihak
oleh negara dalam bentuk undang-undang dan dapat dipaksakan.
Definisi Pajak dan
Pungutan Lain Selain Pajak
Definisi Pajak
a. Prancis (1906)
• Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang dipaksakan oleh
kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja
pemerintah.
b. Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (RAO-1919)
• Pajak adalah bantuan uang secara insidental atau secara periodik (dengan tidak ada
kontraprestasinya), yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (negara), untuk
memperoleh pendapatan, di mana terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan), yang
karena undang-undang telah menimbulkan utang pajak.
c. Prof. P. J. A. Adriani
• Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya berhubung dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Definisi Pajak dan
Pungutan Lain Selain Pajak_
Definisi Pajak cont...
d. Mr. Dr. N. J. Feldmann (1949)
• Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (memuat norma-
norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
e. Prof. Dr. M. J. H. Smeets (1951)
• Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan,
tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.
f. Dr. Soeparman Soemahamidjaja (1964)
• Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
g. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H.
• Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
• Definisi yang kemudian dipertahankan (1974):
• Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yan merupakan sumber utama untuk membiayai
public investmen.
Definisi Pungutan Lain Selain Pajak
• Retribusi adalah pungutan yang diakukan oleh negara
sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa yang disediakan
oleh negara. Hal ini berarti bahwa para pembayar mendapat
jasa langsung (kontraprestasi langsung) dari negara.
• Unsur yang melekat pada pengertian retribusi adalah:
– pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang
– sifat pungutannya dapat dipaksakan
– pemungutannya dilakukan oleh negara
– digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum
– kontraprestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh pembayar
retribusi
Definisi Pungutan Lain Selain Pajak cont ...
• Undang-Undang No 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retirbusi Daerah serta
Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Berdasarkan
kedua ketentuan tersebut, maka pengenaan retribusi dapat dipaksakan.
• Dalam undang-undang tersebut, yang dimaksud dengan retribusi adalah pungutan
sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan objek
sebagai berikut:
– jasa umum, yaitu jasa untuk kepentingan dan pemanfaatan umum. Contoh: retribusi
pelayanan pasar, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi
pelayanan parkir, retribusi pengujian kapal perikanan, dan sebagainya.
– jasa usaha, yaitu jasa yang menganut prinsip komersial. Contoh: retribusi pasar grosir
dan atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat
khusus parkir, retribusi pelayanan pelabuhan kapal, retribusi penyeberangan di atas air,
dan sebagainya.
– perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemda dalam rangka pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan. Contoh: retribusi izin mendirikan bangunan (IMB),
retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi
izin trayek, dan sebagainya.
Definisi Pungutan Lain Selain Pajak
cont ...
Berdasarkan Golongan
Pajak Langsung
Pajak Pusat
Pajak Daerah
Berdasarkan
Sifat
Pajak Subjektif
Pajak Objektif
Berdasarkan Golongannya
– Pajak Langsung
• Adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri
oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain.
• Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)
– Pajak Tidak Langsung
• Adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeserkan kepada pihak lain.
• Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Berdasarkan Wewenang Pemungutnya
• Pajak Pusat
• Adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah
pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan
melalui Direktorat Jenderal Pajak. Pajak Pusat diatur dalam undang-
undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Pajak Pusat yang berlaku saat ini:
• Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
• Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No. 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Atas Penjualan Barang Mewah
• Undang-Undang No. 20 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 21 Tahun
1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
• Undang-Undang No. 12 Tahun 1994 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
• Undang-Undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai
Berdasarkan Wewenang Pemungutnya
• Pajak Daerah
• Adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak Daerah yang diatur
dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang No.
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdiri atas 4 jenis pajak
daerah propinsi dan 7 jenis pajak daerah kabupaten/kota, yaitu:
– Pajak Daerah Tingkat I
» Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
» Bea balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
» Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
» Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
– Pajak Daerah Tingkat II
» Pajak Hotel
» Pajak Restoran
» Pajak Hiburan
» Pajak Reklame
» Pajak Penerangan Jalan
» Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
» Pajak Parkir
Berdasarkan Sifatnya
– Pajak Subjektif (Pajak yang bersifat pribadi/personality)
• Adalah pajak yang memperhatikan kondisi/ keadaan wajib pajak. Seperti misalnya status wajib pajak
kawin/tidak, berapa tanggungannya, dan sebagainya.
• Dalam menentukan pajak, maka harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan
keadaan materialnya.
• Penerapan di Indonesia dapat dilihat dalam pengenaan pajak penghasilan orang pribadi (PPh Pasal
21), di mana sebelum dikenakan pajak, terlebih dahulu penghasilan neto dikurangi dengan
penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
– Pajak Objektif (Pajak yang bersifat kebendaan)
• Adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain,
pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi objeknya saja.
• Contoh:
– Bea Meterai
• Dalam jenis pajak ini, siapapun wajib pajaknya atau dalam keadaan bagaimanapun wajib pajaknya,
maka dikenakan pajak secara sama.
– Pajak Bumi dan Bangunan
• Umumnya dimasukkan sebagai pajak yang bersifat kebendaan karena secara umum melihat kondisi
objektif dari objek pajak dengan tidak melihat keadaan wajib pajak.