Anda di halaman 1dari 204

Jndel<s
PENDAHULUAN

DEFINISI PAJIAK
Terdapat bermacam-macam batas_an atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan
oleh para ahli diantaranya adalah:
Menurut Prof. Di: P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
m�nurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada
Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment.
Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace
R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung
dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.
Pengertian Pajak menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara fangsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari
kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak
menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan
individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang
dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan
barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah
penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa
dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.
Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus
berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik
bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara
ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah)
atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat
ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara
lain sebagai berikut:

Perpajakan Indonesia
in dari 1. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
•lusnya daerah berdasarkan atas u:ndang-undang serta aturan pelaksanaannya.
tbiayai 2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor
swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/
1orace .. administrator pajak).
rintah, 3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
,arkan pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
tgsung maupun pembangunan.
untuk 4. T idak dapat ditunjukkan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh
pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.
Ketiga 5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran
m Tata Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan
orang pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
lengan melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi
erluan r.i:lengatur / regulatif).

ya dari Fungsi Pajak


1 pajak Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
npuan khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
Jarang pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
ediaan pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi penerima (Budgetair)
�mitro Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas Negara,
s yang yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
umlah Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
maksa negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
ttahan. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai,
: harus belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pem­
n, baik bangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan
· pajak. dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun
secara ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
rintah) semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
, dapat 2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
antara Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan di tengah
masyarakat dan struktur kekayaan antara para pelaku ekonomi. Fungsi


donesia Bab 1 • Pendahuluan

mengatur ini sering menjadi tujuan pokok dari sistem pajak, paling tidak a
dalam sistem perpajakan yang benar tidak terjadi pertentangan dengan
kebijaksanaan Negara dalam bidang ekonomi dan sosial. Sebagai alat untuk b
mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan, terutama banyak ditujukan
terhadap sektor swasta. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman C

modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam:
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pernerintah rnenetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri. 1
t
r
PERBEDAAN PAJAK DAN JENIS PUNGUTAN LAINNYA
r
Retribusi I
Pengertian Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan
kembalinya pretasi, karena pembayaran tersebut ditujukan semata-mata untuk
mendapat suatu prestasi tertentu dari pemerintah, misalnya pembayaran retribusi
parkii; retribusi sampah, dan lain:-lain. Sedangkan Pajak tidak mendapat irr.balan l
langsung.
Berbeda dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan
Nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, Retribusi yang dapat di sebut
sebagai Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).

Sumbangan
Pengertian sumbangan ini tidak boleh dicampur adukkan dengan Retribusi. Pada
retribusi dapat ditunjuk seseorang yang menikmati kontra prestasi dari pemerintah
sedangkan pada sumbangan seseorang mendapatkan prestasi justru tidak dapat
ditunjuk tetapi golongan yang dapat menikmati kontraprestasi. Sebagai contoh . l
sumbangan bencana alam. l

KEDUDUKAN HUKUM PAJAK


Di Negara-negara hukum segala sesuatu harus ditetapkan dalam undang-undang.
Seperti di Indonesia pemungutan pajak diatur dalam Pasal 23 ayat (2)Undang­
Undang Dasar 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk
keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

Perpajakan Indonesia
tidak a. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut
ngan harus dijamin kelancarannya
mtuk b. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara
ukan umum
iman c. Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.
:1cam
�geri, Syarat Pemungutan Pajak
n. Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu
, tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah,
maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
persyaratan yaitu:
ngan
ntuk Pemungutan pajak harus adil
ibusi Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan
,alan keadilan qalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun
�dil dalam pelaksanaannya.
ahan Contohnya:
,ebut 1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
2. · Pajak diberlakukar. ba.gi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai
wajib pajak
3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat
Pada ringannya pelanggaran
ntah
apat Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
ntoh P�mungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu
l<ondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.
P emungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan
menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil
dan tnenengah.
ang.
:ing- Pem.u!ngutan pajak harus efisien
1tuk
�l1ia-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus di­
1erlu
perhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya
pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus

1esia ■ Bab 1 • Pendahuluan



sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak t��ak a.
akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan
maupun dari segi waktu. ini,
ka,
Sistem pemungutan pajak harus sederhana tuj
Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak
yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak positif bagi para wajib pajak
untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem
pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak. Contoh:
Bea materai disederhanakan menjadi 2 macam tarif Tari£ PPN disederhanakan
menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%
2.

PERLAWANAN TERHADAP PAJAK


Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak dalam
peran sertanya menanggung pembiayaan Negara, maka dituntut kesadaran warga
negara untuk memenuhi kewajiban kenegaraan. Jika sebagian besar masyarakat tidak
memenuhi kewajiban membayar pajak, maka timbullah perlawanan terhadap pajak.
Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawanan pasif dan
perlawanan aktif.
b.
Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif adalah berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak m1
dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi. Contoh: Wajib pajak IDE
dituntut untuk menghitung sendiri pendapatan nettonya. Untuk itu diperlukan
adanya pembukuan. Namun, menghitung pendapatan netto akan sangat sulit ke
dilakukan oleh masyarakat agraris. Selain karena pencatatan pendapa.tan yang pe
akurat sulit dilakukan, mereka juga tidak mampu melakukan pembukuan, sehingga
pembayaran pajaknya lebih kecil daripada yang seharusnya. Al
a.
Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari pajak. Ada tiga
cara perlawanan aktif terhadap pajak, yaitu: Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), b.
Pengelakan Pajak (Tax Evatibn), Melalaikan Pajak.

Perpajakan Indonesia
. tidak a. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
ungan Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluai: Dalam penghindaran pajak
ini, wajib pajak tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun kadang­
kadang dengan jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan
tujuan pembuat undang-undang.
t pajak Penghindaran pajak dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
p&jak 1. Menahan Diri
:istem Yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak tidak melakukan
1toh: sesuatu yang bisa dikenai pajak. Contoh: tidak menggunakan mobil mewah,
1akan untuk menghindari pengenaan Pajak Penjualan Barang Mewah; tidak konsumsi
minuman keras (alkohol) untuk menghirtdari pengenaan cukai alkohol.
2. Lokasi 'ferpencil
Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya tinggi
ke lokasi yang tarif pajaknya rendah.
.alam
Contoh:
varga
Di Indonesia, diberikan keringanan bagi investor yang ingin menanamkan
tidak
modalnya di Indonesia bagian Timm: Oleh karena itu, pengusaha yang baru
,ajak.
membuka usaha, atau perusahaan yang akan membuka cabang baru. Mereka
f dan
membuka cabang baru di tempat yang tarif pajaknya lebih rendah.

b. Pengelakan Pajak (Tax Evation)


Hal ini merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud
,ajak melepaskan diri dari pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara
>ajak
menyembunyikan sebagian dari penghasilannya. Contoh:
1kan
Konsultan/profesional bebas menyembunyikan sebahagian pendapatannya,
sulit kecil kemungkinan diketahui oleh fiskus karena dia sendiri yang mencatat
rang
penghasilannya.
1gga
Akibat-Akibat Pengelakan Pajak
a. Dalam bidang keuangan
Pengelakan pajak merupakan pos kerugian bagi kas negara karena sumber dana
ikan
menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi
tiga lain yang berhubungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak dan lain-lain.
rice), b. Dalam bidang ekonomi

1esia •
■ . ______________________, r.a
_ d_ _a_hul_ _u_an
.,._ae _b_l_•_P_en
., 1
1. Pengelakan pajak sangat mempengaruhi persaingan sehat di antara 1.
para pengusaha. Maksudnya, pengusaha yang melakukan pengelakan
pajak dengan cara menekan biayanya secara tidak wajar. Sehingga,
perusahaan yang mengelakkan pajak memperoleh keuntungan yang lebih
besar dibandingkan pengusaha yang jujur Walaupun dengan usaha dan
produktivitas yang sama, si pengelak pajak mendapat keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan pengusaha yang juju.t: 2.
2. Pengelakan pajak menyebabkan stagnasi pertumbuhan ekonomi atau
perputaran roda ekonomi. Jika mereka terbiasa melakukan pengelakan pajak,
mereka tidak akan meningkatkan produktifitas mereka. Untuk memperoleh
laba yang lebih besar, mereka akan melakukan pengelakan pajak.
3. Langkanya modal karena wajib pajak berusaha menyembunyikan
penghasilannya agar tidak diketahui fiskus. Sehingga mereka tidak berani
menawarkan uang hasil penggelapan pajak tersebut ke pasar modal.

c. Dalam bidang psikologi Rep


Jika wajib pajak terbiasa melakukan penggelapan pajak, itu sama saja Unc
membiasakan untuk selalu melanggar undang-undang. Jika perbuatannya
melangggar undang-undang tidak diketahui oleh fiskus, maka dia tidak kena
sanksi dan menimbulkan keinginan untuk mengulangi perbuatannya lagi pada
masa yang akan datang dan diperluas lagi tidak hanya pada pelanggaran Terc
undang-undang pajak, tetapi juga undang-undang lainnya. mer
paja
c. Melalaikan Pajak lane
Melalaikan pajak adalah tidak melakukan kewajiban perpajakan yang 1.
seharusnya dilakukan. Contoh: menolak membayar pajak yang telah ditetapkan
dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang harus dipenuhi oleh wajib
pajak. Pengusaha yang telah memotong pajak karyawannya tetapi pajak tersebut
tidak disetorkan dan dilaporkan ke Kantor Pajak

HUKUM PAJAK MATERIIL DAN HUKUM PAJAK FORMAL


Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemugutan
pajak dengan Wajib Pajak. Apabila memperhatikan materinya, Hukum Pajak
dibedakan menjadi:



Perpajakan Indonesia Bab
mtara 1. Hukutr.. pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan keadaan,
ilakan perbuatan, peristiwa hukum yang dikenankan pajak (objek pajak), siapa
ngga, yang dikenakan pajak (subjek), berapa bes�r pajak yang dikenakan, segala
� lebih sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum
.a dan antara pemerintah dan wajib pajak. Sebagai contoh: Undang-undang Pajak
. yang Penghasilan.
2. Hukum pajak formal, memuat bentuk /tata cara untuk mewujudkan hukum
. atau materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat, antara lain:
pajak, a. Tata cara penetapan utang pajak.
�roleh b. Hak-hak fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan,
perbuatan dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak.
yikan c. Kewajiban Wajib Pajak sebagai contoh penyelenggaraan pembukuan
>erani pencatatan, dan hak-hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding.

Di Indonesia hukum pajak formal ini telah diwujudkan dalam Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang­
. saja Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
.n nya
kena
AZAS PENGl:NAAN PAJAK
pada
�aran Terdapat beberapa azas yang dapat dipakai oleh negara sebagai azas dalam
menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan
pajak penghasilan. Azas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai
landasan untuk mengenakan pajak adalah:
yan g 1. Azas domisili atau disebut juga azas kependudukan (domicile/residence principle).
pkan Berdasarkan azas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang
Najib diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan
;ebut perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk (resident) atau
berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan
. . qi negara itu. Dalam kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang
akan dikenakan pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut azas
ini, dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduknya akan menggabungkan
;utan azas domisili (kependudukan) dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan
'ajak baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar
negeri (world-wide income concept).

nesia ■

2. Azas sumber. Negara yang menganut azas sumber akan mengenakan pajak atas Pe
suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya a.
apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima
oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang
berada di negara itu. Dalam azas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa
dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut b.
sebab yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul
atau berasal dari negara itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia
maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh
pemerintah Indonesia.
3. Azas kebangsaan atau azas nasionalitas atau disebut juga azas kewarganegaraan (nationali tyl
citizenship principle). Dalam azas ini, yang menjadi landasan pengenaan St
pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh
penghasilan. Berdasarkan azas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana a.
penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. Seperti halnya dalam azas
domisili, sistem pengenaan pajak berdasarkan azas nasionalitas ini dilakukan
dengan cara menggabungkan azas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak
atas world wide income.

Pembagian pajak menurut golongan adalah sebagai ber1kut: b.


l. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan.
2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke
pihak lain. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai.

Pembagian pajak menurut sifatnya dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya


berdasarkan ciri-ciri prinsip:
a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya C.

yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan


diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Perpajakan Indonesia
k,atas Pernbagian pajak menurut Pemungutan
1anya a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
�rima untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak
yang Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan
siapa Bangunail., dan Bea Meterai.
sebut b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
mbul digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: pajak reklame,
nesia pajak hiburan, dan lain-lain.
: oleh

iality/
CARA PEMUNGUTAN PAJAK
naan Stelsel Pajak
roleh Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel:
nana a. Stelsel nyata (riil stelsel)
azas Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga
Llkan pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
Jajak penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini
adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru
dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui)
b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
lkan Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang­
rang undang, misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya
1n ke pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah
pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir
tahun.
mya Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan
yang sesungguhnya.
nya c. Stelsel campuran
laan stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian
n.ya, pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
han Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut
anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula
sebaliknya, apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat diminta kembali.

•■
1esia
-.•■_
-Bab_l_ _ a _hu_l_ua_n
_ nd_
•_Pe_
______________________,�
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:
a. Official Assfssrnent Sy_stem
Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official
Assessment System:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada
fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan paja� oleh
fiskus.
b. Self-assessment System
Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayai;
dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayai:
c. Withholding System
Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.

---
Perpajakan Indonesia ■

1. Jelaskan pengertian Pajak!
-rintah
2. Sebutkan perbedaan Pajak, Retribusi dan Sumbangan. Berikan contoh.
)jficial
3. Sebutkan fungsi dari pajak! .
4. Jelaskan pembagian pajak menurut azas pemungutan pajak!
pada
5. Apa yang dimaksud dengan Perlawanan Terhadap Pajak! Berikan contoh.
6. Apa pula yang dimaksud dengan Pengelakan Terhadap Pajak!
Be1·ikan contoh.
oleh
7. Jelaskan m-aksud dari Pemungutan Pajak harus berazas pada efisie.nsi.
Be-rik�1 eontoh.
,Apa y-at1,g dimaksud den@m1, sistem Self-assesment!
�gung
Jayar;

�etiga
Wajib

··----··rf
nesia �� b 1 • Pe�_dahuluan
.. - •
NOMOR POKOK WAJIB
PAJAK (NPWP) DAN NOMOR
PENGUKUHAN PENGUSAHA
KENA PAJAK (NP.PKP)
DEFINISI
Beberapa pengertian yang harus diketahui menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, adalah:
1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan per­
pajakan.
2. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama clan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lernbaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan Un
bentuk usaha tctap. ber
3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang obj
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor me
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan me
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau dib
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
4. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk dai
menghitung, menyetm� dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu be1
jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini. Di1
5. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecu:ali bila Wajib me
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. yar
6. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak. Per
7. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam sul
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dcngan rne
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Paj
8. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab ber
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi hie
kewajiban WajibPajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ber
perpajakan.
No

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) me


ke,
N omor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tarda
tet.
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
dik
perpajakannya. Jadi, NPWP mempunyai fungsi sebagai berikut:
dai
1. sebagai tanda pengenal atau identitas Wajib Pajak, karena setiap Wajib Pajak
diterbitkan satu NPWP;
2. sebagai sarana korespondensi antara fiskus dengan Wajib Pajak;
3. sebagai sarana untuk membayar pajak, yaitu NPWP dicantumkan dalam Per
dokumen Impo� dan Surat Setoran Pajak (SSP). da1
4. sebagai alat untuk menjaga ketertiban ketertiban dalam pembayaran pajak PJ.'.
dan pengawasan administrasi perpajakan oleh Fiskus terhadap Wajib Pajak.

Perpajakan lndonesia
wf
lainnya, Dalam Pasal 2 UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang­
ktif dan Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
berbunyi bahwa Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
1n yang objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
tg1mpor mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
tfaatkan meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
.sa, atau diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Yang berarti Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif
k untuk dan objektif sesuai dengan ketenfuan peraturan perundang-undangan perpajakan
n, sur1.tu herdasarkan sistem self-assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor
1g ini. Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk
Najib mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak. Persyaratan subjektif adalah persyaratan
.de:r: yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak
jak. Penghasilan 1984 dan perubahannya. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi
:, dalam subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk
dengan melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. Kewajiban mendaftarkan diri tersebut
g jawab berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena
menuhi hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
.dangarl berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.
Wanita kawin selain tersebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan
kewajiban perpajakan suaminya.
b Pajak
Terhadap Wajib Pajak yang sudah memenuhi kewajiban objektif dan subjektif
ti tanda
tetapi tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
Najiban
dikenai'sanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan
dan kepadanya dapat diberikan NPW P secara jabatan.
b Pajak

CARA MEMPEROLEH NPWP


dalam Persyaratan pendaftaran NPW P khusus bagi Wajib Pajak Perseorangan Usahawan
dan Wajib Pajak Badan sebagaimana diatur dalam Keputusan N omor Kep-34/
1 pajak PJ.2/1989 tanggal 10 Juli 1989 disempurnakan dengan SE-07/PJ.24/1993 tangga 7 Juli
)ajak.

,donesia Bab 1 • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan ...


■■
1993 dan PER-38/PJ./2013 mengenai perubahan PER-20/PJ/2013 sehingga menjadi •
sebagai berikut: •
a. Untuk Wajib Pajak Perseorangan Usahawan: Pendaftaran NPWP dilampiri •
dengan:
• Foto copy KTP atau dan foto copy Kartu Keluarga; •
• Untuk karyawan harus dilengkapi dengan surat keterangan dari
perusahaan;
• Untuk pengusaha, foto copy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan
Tempat Usaha dari Instansi yang berwenang; •

b. Untuk Wajib Pajak Badan: Pendaftaran NPWP dilampiri dengan:


• Foto copy Akte Pendirian;
• Foto copy KTP atau Paspor dan NPWP salah seorang pengurus;
• Foto copy Surat Izin usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari
TAT1
Instansi yang berwenang;
Terh
Pajal
Untuk Kelengkapan permohonan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
dari
(SPPKP), wajib pajak perlu melampirkan denah lokasi tempat kegiatan usahanya,
beru
dan foto kantor.
Wajil
Atas permohonan yang memenuhi persyaratan seperti tersebut di atas maka
(PSl
KantorPelayanan Pajak akan menerbitkan kartu NPWP, Surat Keterangan Terdaftar
(SKT ) dalam jangka waktu 1 ( satu) hari kerja dan menerbitkan SPPKP dalam jangka
Wajf
waktu 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap. Kartu N omor Pokok
meL::
Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada WajibPajak melalui
tahu
pos tercatat.

atau
PENDAFTARAN NPWP DAN PKP MELALUI ELEKTRONIK tidal
(ELECTRONIC REGISTRATION)
Pendaftaran NPWP danPKP oleh WajibPajak dapat juga dilakukan secara elektronik •
yaitu melalui internet di situs Direktorat JenderalPajak dengan alamat www.pajak.
go.id. Wajib Pajak cukup memasukan data- data pribadi (KTP/SIM/ Paspor) untuk •
dapat memperoleh NPWP.
Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan NPWP melalui internet:
• Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di Internet dengan alamat www.pajak.
go.id;

Perpajakan Indonesia


--·-·-
Bab'
menjadi • Selanjutnya anda memilih menu e-reg (electronic registration);
• Pilih m2nu "buat account baru" dan isilah kolom sesuai yang diminta;
ilampiri • Setelah itu anda akan masuk ke menu "Formulir Registrasi Wajib Pajak Orang
Pribadi". Isilah sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KT P) yang anda miliki;
• Anda akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT ) sementara yang
:m dari berlaku selama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran dilakukan. Cetak SKT
sementara tersebut beserta Formulir Registrasi Wajib Pajak Orang Pribadi
�rangan sebagai bukti anda sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak;
• Tanda tangani formulir registrasi, kemudian kirimkan/sampaikan langsung
bersama SKT sementara serta persyaratan lainnya ke Kantor Pelayanan Pajak
seperti yang tertera pada SKT sementara anda. Setelah itu anda akan menerim.a
kartu NPW P dan SKT asli.

ha dari TATA CARA PEMINDAHAN KANTOR PELAYANAN PAJAK


Terhadap Wajib Pajak yang berpindah tempat terdaftarnya dari KPP ternpat Wajib
Pajak sernula terdaftar (KPP lama) ke KPP lainnya (KPP baru) baik sebagai akibat
.a Pajak
dari berubahnya status Wajib Pajak (misalnya Wajib Pajak Penanaman Modal Asing
1hanya,
berubah menjadi Wajib Pajak Masuk Bursa) maupun karena berpindahnya alamat
Wajib Pajak, pe:rlu dilakukan pemeriksaan melalui Pemeriksaan Sederhana Lapangan
s maka
(PSL) oleh KPP lama.
�rdaftar
Wajib Pajak yang harus dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan adalah
ljangka
Wajib Pajak Badan atau Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau
: Pokok
melakukan pekerjaan bebas, dan PSL hanya dilakukan untuk tahun atau tahun­
melalui
t�hun pajak yang belum diperiksa.
Adapun terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas, tidak perlu dilakukan pemeriksaan (yaitu karyawan yang
tidak melakukan pekerjaan bebas).
Pemeriksaan Sederhana Lapangan dilakukan berdasarkan pada:
ktronik • Surat Pemberitahuan Pindah (KP.PDIP.4.4) yang disampaikan oleh Wajib Pajak
v.pajak. yang bersangkutan ke KPP lama; atau
) untuk • T embusan Surat Pemberitahuan Pindah (KP.PDIP.4.4) dalam hal Surat
Pemberitahuan Pindah tersebut disampaikan langsung oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan ke KPP baru.
r.p�jak.

j j ( )
��-1 • _Nor11or Pokok Wa ib Pa ak NPWP dan ... _ 23

Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak
dalam memenuhi semua kewajiban perpajakannya selama terdaftar sebagai Wajib
Pajak di KPP lama sampai dengan tahun pajak atau masa pajak terakhir sebelum
tahun atau masa pajak berpindahnya tempat terdaftar Wajib Pajak. SE!

Jika Wajib Pajak telah resmi terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang Jeni

barn, berkas clan uraian singkat dikirim Kantor Pelayanan Pajak Lama ke Kantor Kati

Pelayanan Pajak Baru. Dalam uraian singkat yang dianggap perlu diketahui oleh
All
KPP baru adalah:
• Jumlah tunggakan pajak yang masih harus ditagih;
• Sudah sarnpai dimana tindakan penagihan terhadap hutang pajak atas W ajib
Pajak yang melakukan pindah alamat; B ,

• Apakah masih ada permohonan restitusi atau surat keberatan Wajib Pajak yang
belum diselesaikan.

NOMOR PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (NRPKP)


Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang­
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan
usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, clan tempat kegiatan
usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Dengan
dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak maka atas penyerahan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak, wajib pajak wajib menerbitkan Faktur Pajak sesuai
C. I
dengan perundang-undangan Pajak Pertambahan Nilai.
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak maka Kantor Pelayanan Pajak melakukan verifikasi lapangan untuk
rnernastikan bahwa kedudukan usaha dan kegiatan usaha adalah sesuai dengan data
yang diisi oleh Wajib Pajak. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penerbitan
Faktur Pajak Fiktif. Faktur Pajak Fiktif adalah Faktur Pajak yang diterbitkan tidak
sesuai dengan bidang usaha atau kegiatan Wajib Pajak, alamat yang tidak dapat
ditemukan, atau Faktur Pajak yang dibuka tetapi tanpa adanya penyerahan Barang
atau jasa.

Perpajakan Indonesia ■ ■ Bab


■ ■
tjib Pajak
;ai Wajib KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
sebelum
FORMULIR PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
SEMUA INFORMASI HARAP D11S1 DENGAN HURUF BESAR/CETAK. lsi atau beri tanda x pada kotak jawaban yang sesuai. (Lihat petunjuk).

ak yang 0 D
□ □
Jenis Pemindahan: Permohonan Wajib Pajak Permohonan Wajib Pajak

! Kantor Kategori: 1. Orang Pribadi 2. Badan Nomor LHV/LHP


IIIIIIIIIIIII
hui oleh
A IDENTITAS W AJIB PAJAK

1,
Nomor Pokok Wajib Pajak CD �� .__� □ c:r:::o □=□
1s Wajib
2. Nama Wajib Pajak
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Gelar Depan I I I I I I I I I Gelar Belakang I I I I I I I I I
B. ALAMAT BARU
Alamat tempat tinngalltempat kedudukan

Fl 1111 111111111111111 I lffl


iakyang Jalan

Blok

Nomor J I
RT/RW

Kelurahan/Desa

rndanG­ Kecamatar.

porkan Kota/Kabupaten

Kade Pos
rreliputi Propinsi

egiatan Telepon/Facsimile dan E-mail:

)engan Nomor Telepon

No. Handphone
1g Kena E-mail 1777
: sesuai C. PERNYATAAN

Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibalnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan kelenluan perundang-undangan yang berlaku, saya
menyatakan bahwa apa yang lelah saya beritahukan di alas adalah benar dan lengkap
gusaha Tanggal
Telah ditelili' Petugas, Pemohon,
t untuk

an data Lengkap dan Benar

erbitan
n tidak
� dapat NIP ,. ..................................

Barang

donesia Bab 1 • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan ...


·-----••,<


• I:
Contoh Faktur Pajak Fiktif adalah: tE
Perusahaan A yang berdomisili di Gedung PQR dengan alamat Jl. Jenderal VI

Sudirman Kav 123 pada lantai 13 menerbitkan Faktur Pajak kepada pelanggannya. b
Pada saat pelanggan Perusahaan A dilakukan pemeriksaan pajak oleh Fiskus dan ti
pada saat konfirmasi PPN atas Faktur Pajak yang dibuka Perusahaan A ternyata p
PPN yang dipungut oleh perusahaanA tidak disetor. Dikatakan Faktur Pajak Fiktif jika
perusahaan A menerbitkan Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan barang yang dibeli [
dengan barang yang dijual, misalnya perusahaan A membeli karet, pembungkus, Temp
tapioka, gu la, roti, minyak goreng tetapi dibuka faktur pajak oleh perusahaan A B
kepada pelanggannya adalah sesuai dengan jenis usahanya yaitu: besi baja atau besi priba
beton. Kejadian di atas mengakibatkan Faktur Pajak yang dibuka oleh Perusahaan peda:
A menjadi Fiktif karena faktur pajak yang ditransaksikan bukan transaksi yang di sa1
sebenarnya. Faktor lain yang menyebabkan Faktur Pajak Fiktif adalah Perusahaan wilay
A telah pindah alamat dan tidak diketahui alamat yang pasti sehingga pada saat diri p
pemeriksaan ke lapangan oleh Pelanggan Perusahaan A pada alamat yang tertera kegia
dalam Faktur Pajak, ternyata Gedung PQR tepat berada di Jl. Jenderal Sudirman
Kav 123, lantai 13, sudah ditempati perusahaan lain, atau banyak kasus yang terjadi F
adalah perusahaan penerbit faktur beralamat di rumah bodong (ruko, rumah bias:, TI

toko kasur dan beberapa di antaranya malah rumah yang sudah dijual). • r
Verifikasi lapangan PKP juga perlu dilaksanakan dalam hal: I
• PKP pindah alamat usaha ke wilayah KPP yang berlainan. Dalam hal demikian, • I
maka KPP baru (dimana alamat PKP yang baru berada) harus melakukan
verifikasi lapangan PKP. Jika pindah alamat usaha terjadi masih dalam satu
TEM
wilayah KPP, maka verifikasi lapangan PKP tidak perlu dilaksanakan.
• Wajib Pajak yang semula terdaftar bukan sebagai PKP, kemudian mengajukan Tem1
permohonan sebagai PKP. men�
Pelaf
Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan Usaha
• Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada kantor WA
Direktorat Jencleral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
Wajil
PenguscihJ. dzm tempat kegiatan usaha dilakukan, sedangkan bagi Pengusaha term
bc1dan bcrkewajiban melaporkan usahanya tersebut pada kantor Direktorat mod;
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Pengusaha dari I
dan tempat kegiatan usaha dilakukan.

•Bab 1

PerpaJakan lndone�
• Dengan demikian, Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai
tempat kegiatan usaha di wilayah beberapa kantor Direktorat Jenderal Pajak
�nderal wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
;annya. baik di kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
�us clan tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha maupun di kantor Direktorat Jenderal
2rnyata Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
ktif jika
g dibeli Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan Tempat Pendaftaran dan/atau
mgkus, Tempat Pelaporan Usaha selain yang disebutkan di atas, yaitu:
haanA Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu, yaitu Wajib Pajak orang
au besi pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat, misalnya
sahaan pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapa pusat perbelanjaan,
,1 yang di samping wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
sahaan wilayah kerjanya meliputi tern pat tinggal Wajib Pajak, juga diwajibkan mendaftarkan
da saat diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tertera kegiatan usaha Wajib Pajak dilakukan.
lirITii.111
terjadi Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dipergunakan untuk
1 biasa, • mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya;
• melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
PenjualanAtas Barang Mewah;
nikian, • pengawasan administrasi perpajakan.
kukan
m satu
TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK TERTENTU
ajukan Ternpat pendaftaran Wajib Pajak Tertentu diatur dengan peraturan PER-13/PJ ./2014
mengenai perubahan PER-28/PJ/2012 tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tern pat
Pelaporan Usaha untuk Wajib Pajak Tertentu.

�antor WAJIB PAJAK 'ertentu ,dan Pel�poran Usaha Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat
PKP TertentU Pelapofan Usaha
inggal
Wajib Pajak badan usaha miHk Negara, Kantor Pelayanan Pajak Badan Usaha
�usaha termasuk anak p1�rusahaan yang penyertaan
Milik Negara
:ktorat modal baik langsung maupun tidak langsung
;usaha dari badan usaha milik Negara lebih dari 50%.
· -

Jonesia-,f
....
Bab 1 • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan ...
,--· -
WAJIB PAJAK Tertentu dan Pelaporan Usaha Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat WAJIE
PKP Tertentu Pelaporan Usaha
-- --------
Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Wajib P,
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha usaha d
di sektor industri kimia dan barang galian non­ Modal Asing Satu
logam. -- Wajib P,
Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak Kantor Pelayanan Pajak Penanaman usaha d
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha di Pribadi
Modal Asing Dua
sektor industri logam dan mesin
Wajib �\
Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak Kantor Pelayanan Pajak Penanarnan orang p,
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha di Keputu:
Modal Asing Tiga
sektor pertambangan dan perdagangan
Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak Kantor Pelayanan Pajak Penanarnan
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha di De
Modal Asing Empat
sektor industri tekstil, makanan dan kayu maka V
Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak Kantor Pelayanan Pajak Penanaman KPPP}
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha di BUMN
Modal Asing Lima
sektor agribisnis dan jasa
Wajib Pajak penanaman modal asing yang tidak Kantor Pelayanan Pajak Penanaman
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha
Modal Asing Enam
PEMB
disektor jasa dan perdagangan
Wajib I
Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang
berkedudukan di Daerah Khusus lbukota Jakarta mendc
Asing Satu
dan orang asing yang bertempat tinggal di Pokok
Daerah Khusus lbukota Jakarta, yang berasal Hal ini
dari negara-negara di benua Asia dan Afrika,
termasuk Maldives, Cape Verde, Comoros, oleh D
Mauritius, Mayotte, Saint Helena, Seychelles, tersebt
Sao Tome dan Principe
atau di
Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang
berkedudukan di Daerah Khusus lbukota Jakarta KE
Asing Dua
dan orang asing yang bertempat tinggal di dan/at,
Daerah Khusus lbukota Jakarta, yang berasal cjmak
dari negara-negara selain negara sebagaimana
dimaksud pada KPPBadora Satu atas U
Wajib Pajak badan besar tertentu yang KPP Wajib Pajak Besar Satu Cara f
melakukan kegiatan usaha di sektor danol::
pertambangan dan jasa penunjang
pertambangan paling
Wajib Pajak badan besar tertentu yang KPP Wajib Pajak Besar Dua atau d
melakukan kegiatan usaha di sektor industri, H
perdagangan, dan jasa.
pengu
terpen

PerpaJakan lndones� ..Bab 1 •


pat WAJIB PAJAK Tertentu dan Pelaporan Usaha Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat
PKP Tertentu Pelaporan Usaha
----•
Wajib Pajak BUMN yang melakukan kegiatan KPP Wajib Pajak Besar Tiga
usa�a di sektor industri dan perdagangan.

Wajib Pajak BUMN yang melakukan kegiatan KPP Wajib Pajak Besar Empat
usaha di sektor jasa dan Wajib Pajak Orang
Pribadi tertentu.
"
Wajib Pajak perusahaan besar tertentu dan/atau Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak
qrang pribadi tertentu yang di�etapkan dengan
Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Madya.
Keputusan Direktur Jenderal P-ajak .., .
Dengan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Modern, yaitu: KPP Madya;
maka Wajib Pajak Tertentu pada KPP PMA 1, KPP PMA 2, KPP PMA 3, KPP PMA 4,
KPP PMA 5, KPP PMA 6, KPP Badora 1, KPP Badora 2, KPP Masuk Bursa dan KPP
BUMN dipindahkan ke Kantor Pelayanan Pajak Madya.

PEMBERIAN NPWP DAN NR PKP SECARA JABATAN


Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang tidak mernenuhi kewajiban untuk
mendaftarkan diri dan/atau melaporkan usahanya dapat diterbitkc:m Nomor
Pokok Wajib Pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
Hal ini dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dirniliki
oleh Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang pribadi atau badan atau PengusJ.ha
tersebut telah memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan/
atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Kewajiban :?erpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau yang d.ikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagairnana
dimaksud pada Pasal 2 ayat (4) UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

J
paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nornor Pokok Wajib Pajak dan/
atau dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Hal ini berarti: dalarn penerbitan Nornor Pokok Wajib Pajak dan/atau
pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan harus rnernperhatikan saat
terpenuhinya persyaratan subjektif dan objektif dari Wajib Pajak yang bersangkutan .

ab 1 • Nomor Pokok WaJib Pajak (NPWP) dan ...


.,;..
Selanjutnya terhadap Wajib Pajak tersebut tidak dikecualikan dari pemenuhan 1. Wani1
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perp1
perpajakan. hak d
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak J· Wani
maupun Pemerintah berkaitan dengan kewajiban Wajib Pajak untuk mendaftarkan pelal<
diri dan hak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan/ atau dikukuhkan deng,
sebagai Pengusaha Kena Pajak, misalnya terhadap Wajib Pajak diterbitkan N omor k. Anak
Pokok Wajib Pajak secara jabatan pada tahun 2009 dan ternyata Wajib Pajak telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan Keter
perundang-undangan perpajakan terhitung sejak tahun 2007, kewajiban perpajakannya Pelaksana
timbul terhitung sejak tahun 2007. Dala1
NPWP/Pe
NomorKl
PENGHAPUSAN NPWP/PENCABUTAN PKP
Usaha, Ta
Nomor Pokok Wajib Pajak hanya dapat dilakukan penghapusan oleh Direktur Pengukul
Jenderal Pajak apabila: Direktur
a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia clan tidak meninggalkan
Rutin dai
wansan; Kebijaka1
b. Wajib Pajak badan dilikuidasi atau dibubarkan karena penghentian atau
kepada V
penggabungan usaha; 1. PemE
c. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya
dilak
di Indonesia;
a. I
d. Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai
b. I
Wajib Pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran; I
e. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama­
lamanya; Pem1
2.
f. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP untuk menentukan NPWP
dilak
yang dapat digunakan sebagai sarana administratif dalam pelaksanaan hak dan a. I
pemenuhan kewajiban perpajakan;
b. ]
g. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang
saham atau pemilik dan pegawai yang telah diberikan NPWP melalui pemberi
3. Peng
kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak melebihi Penghasilan dalai
Tidak Kena Pajak; a.
h. Warisan yang belurn terbagi dalarn kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah
selesai dibagi;

e. -- -
Perpajakan Indonesia
■•
.,;ab 1 • Ne
menuhan 1. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
mdangan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya;
'.:ljib Pajak
J· Wanita kawin yang memiliki NPWP berbeda dengan NPWP suami dan
iaftarkan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan
ukuhkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suami; atau
nNomor k. . Anak belum dewasa yang telah memiliki NPWP.
.jak telah
1eratu
ran Ketentuan tersebut sesuai dengan SE-09/PJ.04/2007 tentang Penegasan atas
jakannya Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka Penghapusan NPWP/Pencabutan PKP.
Dalam rangka penyeragaman pelaksanaan pemeriksaan atas Penghapusan
NPWP/Pencabutan PKP sebagaimana diatur dalamPeraturan Direktur JenderalPajak
N omor KEP-161/PJ./2001 tentang Jangka WaktuPendaftaran DanPelaporan Kegia tan
Usahal Tata Cara Pendaftaran Dan Penghapusan N omor Pokok Wajib Pajak, Serta
)irektur
Pengukuhan Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak N omor SE-03/PJ.7/2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan
ggalkan
Rutin dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak N omor SE-07/PJ.7/2005 tentang
Kebijakan Pemeriksaan Tujuan Lain dan untuk memberikan kepastian hukum
in atau
kepada Wajib Pajak, dengan ini ditegaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dalam rangka penghapusan NPWP/Pencabutan PKP dapat
ahanya
dilakukan berdasarkan:
a. Permohonan Wajib Pajak atau Kuasanya; atau
,ebagai
b. Hasil analisis data dan penelitian terhadap administrasi perpajakan oleh
ayaran;
Petugas Pajak.
elama-

2. Pemeriksaan dalam rangka penghapusan NPWP/Pencabutan PKP dapat


NPWP
dilakukan melalui:
ak dan
a. Pemeriksaan rutin; atau
b. Pemeriksaan Untuk Tujuan lain.
1egang
imberi
Penghapusan NPWP/Pencabutan PKP didahului dengan pemeriksaan rutin
tasilan
dalam hal:
a. Wajib Pajak Badan atau BUT yang melakukan penggabungan atau
mdah
peleburan usaha;

)nesia ■ 'Bab 1 • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan ...



b. Wajib Pajak Badan atau BUT dilikuidasi, termasuk K erjasama Operasi atau
Joint Operations yang telah berakhir masa kerjasama operasinya;
c. Wajib Orang Pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama­ (

lamanya.

4. Dalam hal penghapusan NPWP /PencabutanPKP dilakukan melalui pemeriksaan


Rutin pemeriksaan tersebut dilakukan untuk tahun pajak saat dilakukan 7. I
penggabungan, likuidast atau saat akan meninggalkan Indonesia untuk I
selama-lamanya, namun dapat diperluas ke tahun-tahun sebelumn?a sepanjang (

terdapat potensi penerimaan dan belum pernah dilakukan pemeriksaan.


Perluasan pemeriksaan ke tahun-tahun sebelumnya dilakukan dengan prosedur 8. �
pemeriksaan khusus. r
s
5. T im Pemeriksa harus mencantumkan pajak yang masih harus dibayar dan F
membuat usulan tentang penghapusan NPWP/PencabutanPKP dalam Laporan F
Pemeriksaan Pajak hasil Pemeriksaan Rutin (Bab Kesimpulan dan Usulan F
Pemeriksa). C

6. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain dalam rangka Penghapusan NPWP/Pencabutan 9. 1


PKP dilakukan antara lain dalam hal: t
a. Wajib Pajak Orang Pribadi: I
• Meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan yang belum f
dibagi;
• Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan peng­ iO. B
hasilan; u
• Pegawai N egeri Sipil/TNI/POLRI pensiun dan tidak lagi memenuhi s
syarat sebagai Wajib Pajak;
• K aryawan yang tidak memiliki usaha atau pekerjaan bebas dan tidak }i
lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak yaitu yang penghasilannya telah
di bawah PTKP; hasil
• Bendahara Pemerintah/Bendahara Proyek yang tidak lagi memenuhi mun�
syarat sebagai Wajib Pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi 1. V
ditunjuk menjadi bendahara; d
• Telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. 2. \,\

Perpajakan lnd?nesi_a_,,
......
Bab 1
,i atau b. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai SubjekPajak sudah
selesai dibagi;
lama- c. · Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP untuk menentukan
NPWP yang dapat digunakan sebagai sarana administratif pemenuhan
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan.
iksaan
cukan 7. Pemeriksaan U ntuk Tujuan Lain dalam rangkaPenghapusan NPWP/Pencabutan
1ntuk PKP atas Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 6 dapat dilakukan
mJang dengan Pemeriksaan Sederhana K anto:i:
:saan.
sedur Mengingat Pemeriksaan Tujuan Lain pada prinsipnya dimaksudkan untuk
memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, bagi KPP yang telah menerapkan
sistem administrasi perpajakan modern, maka pemeriksaan dalam rangka
r dan penghapusan NPWP/Pencabutan PKP atas Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
poran pada angka 6 dapat dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak atau
sulan pegawai selain Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak yang memiliki keahlian
dibidang pemeriksaan yang ditunjuk oleh K epala K anto:i:

::,utan Tatacara Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain dalam rangka Penghapusan


NPWP/Pencabutan PKP tetap dilakukan dengan berpedoman pada Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-07/PJ.7/2005 tentang K ebijakan
elum Pemeriksaan Tujuan Lain.

Jeng- ; 10. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, T im Pemeriksa harus mengirimkan


usulan Penghapusan NPWP/Pencabutan PKP kepada K epala KPP c.q. Kepala
inuhi Seksi TUP at:au K epala Seksi Pelayanan.

tidak Jadi, penghapusan N omor Pokok Wajib Pajak dilakukan apabila utang pajak
nnya telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari
hasil pemeriksaan diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak
inuhi mungkin ditagih lagi antara lain karena:
-: lagi l. WajibPajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan
dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; atau
Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.

lonesia ;Bab 1 • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan ...


SAAT HAPUSNYA NPWP DAN/ATAU NRPKP
Sesuai peraturan Menteri Keuangan 73/PMK.03/2012 bahwa, Direktur Jenderal Pajak
setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan
penghapusan Nornor Pokok Wajib Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk
Wajib Pajak orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak
tanggal permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap.
Jika jangka waktu telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dianggap dikabulkan.
Dan atas permohonan Wajib Pajak untuk melakukan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus
memberikan keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
Jika jangka waktu telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, maka permohonan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dianggap
dikabulkan dan surat keputusan mengenai Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka
waktu berakhii:
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak hanya ditujukan untuk kepentingan tata usaha perpajakan, dan
tidak mcnghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan Wajib Pajak dan/atau
Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan.

Perpajakan lndon� .. ��
34 •
1. Apa fungsi NPWP dan NP.PKP?
Pajak 2. Sebutkan dan jelaskan bagaimana memperoleh NPWP?
lOnan 3. Sebutkan dan jelaskan bagaimana mengukuhkan diri sebagai Pengusaha
mtuk Kena Pajak?
sejak 4. Apa yang menyebabkan Wajib Pajak pindah dari satu KPP ke KPP lain?
5. Bagaimana melakukan pengajuan pindah Kantor Pelayanan Pajak jika
matu Wajib Pajak Orang Pribadi pindah alamat yang wilayah kerja Kantor
tlkan. Pelayanan Pajak yang baru. Jelaskan!
uhan 6. Bilakah NPWP dan NP. PKP itu diberikan secara jabatan?
1arus 7. Seorang Wajib Pajak dapat mengajukan penghapusan NPWP, pada
onan saat bagaimana?
8. Bagaimana mengajukan penghapusan NPWP kepada Direktorat
uatu Jenderal Pajak?
ggap 9. Berapa lama NPWP dan NP.PKP itu dihapuskan? Sebutkan
Kena Dasar Hukumnya!
n.gka 10. Silvia adalah seorang wanita dan bekerja pada salah satu perusahaan
swasta di Riau dan telah memiliki NPWP sejak Juli 2007 yang pada saat
than itu diberikan secara jabatan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
dan Pertanyaannya adalah apakah dia masih memiliki kewajiban ber-NPWP
·atau mengingat pa da bulan November 2007 dia telah melangsungkan pernikahan
dengan suami yang telah memiliki NPWP. Bisakah NPWP dihapuskan?
Bagaimana dengan kewajiban PPhnya?
11. Bagaimana tata cara perubahan data Wajib Pajak ?
12. Saat ini Bapak Budi memiliki 2 (dua) NPWP atas nama dia sendiri. NPWP
terakhir yang Bapak Budi peroleh merupakan NPWP yang ditetapkan
secara jabatan. Yang ingin Bapak Budi tanyakan adalah NPWP mana yang
harus dipakai terutama untuk kewajiban pelaporan Surat Pemberitahuan
(SPT)? Apakah salah satu bisa dihapus?

------
Bab 1 • Numor Pokok Wajib PaJak (NPWP) dan ...

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
DAN SUR)�T SETORAN PAJAK
(SSP)

DEFINISI
Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Unclang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum clan Tata Cara Perpajakan, Surat
Pemberitahuan/SPT aclalah: surat yang oleh Wajib Pajak cligunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak clan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta clan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­
unclangan perpajakan.

SPT MASA DAN SPT TAHUNAN


Dilihat dari saat pelaporannya, SPT clapat dibeclakan menjadi SPT Masa clan SPT
Tahunan.
Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa
Pajak, seperti:


• SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2;
• SPT Masa PPh Pasal 15;
• SPT Masa PPh Pasal 19;
• SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26;
• SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26;
• SPT Masa PPh Pasal 25;
• SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang :t-viewah; ·
• SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Bara�g Mewah
bagi Pemungut.

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun


Pajak atau Bagian Tahun Pajak, seperti:
• SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas atau
kegiatan usaha (1770);
• SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang memberitahukan perpanjangan jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (1770 Y);
• SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Karyawan yang tidak melakukan pel<:erjaan
bebas atau kegiatan usaha tetapi menerima penghasilan dari satu pemberi
kerja; menerima penghasilan dalam negeri lainnya dan menerima penghasilan
yang dikenakan Pajak Penghasilan bersifat Final (1770 S);
• SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Karyawan yang tidak melakukan pekerjaan bebas
atau kegiatan usaha yang penghasilan brutonya tidak melebihi Rp. 60 juta per tahun
(1770SS) sesuai Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014;
• SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771);
• SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan untuk menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat (1771
$);
• SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang mengajukan pemberitahuan
perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak
Badan (1771 Y);

Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan bena� lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor

..
Direktorat Jenderal Pajak ternpat Wajib Pajak tcrdnftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Penandatanganan yang dimaksud dapat dilakukan secara biasa, dengan
tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau digital, yang semuanya
mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara pelaksanaannyJ diJtur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak dapat rnengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tern pat yang
wah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yJng
tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan, atau melalui homepage DJP: http://www.pajak.go.id atau mencetak/
hun menggandakan/fotocopy dengan bentuk dan isi yang sarna dengan aslinya.
Wajib Pajak boleh menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
.tau asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah
gka yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
:i.an Yang dimaksud dengan mengisi Surat Pemberitahuan adalah mengisi formulir
,eri Surat Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau dalam bentuk elektronik,
lan dens:m bena:r; lengkap, d;m jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Jas Yang dimaksud dengan bena:r; lengkap, dan jelas dalam mengisi Surat
un Pemberitahuan adalah:
• benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan
an sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
71 • lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pzijak
dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan; dan
• jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak clan unsur­
unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.

Surat Pemberitahuan yang telah diisi dengan benar, lengkap, clan jelas tersebut
m wajib disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
b, atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
)Y Kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan oleh pemotong atau pemungut pajak
dilakukan untuk setiap Masa Pajak.

..
Bab 3 • Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran PaJak (SSP)
- • 39
FUNGSI SPT
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Pe11ghasilan adalah sehagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
1. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak;
2. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
3. harta dan kewajiban; dan/atau
4. pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertarnbahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang:
] . pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan
2. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitah1.1an adalah


sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

BATAS WAKTU PELUNASAN PAJAK YANG TERHUTAl�G DAN


PENYAMPAIAN LAPORAN SPT
Batas waktu pelunasan pajak yang terhutang penyampaian pelaporan SPT untuk "i
masa Pajak yang berbeda adalah sebagai berikut:

Pe1·pajakan Indonesia
No. Uraian Terutang Bayar/Setor Lapar
1 PPh J:a�al '4.ayat Pada saat dilakukan P�ling lan:ia tanggal Paling lambat 20 hari
tgai
(i) (dipotong oleh pembayaran atau pada setelah Masa Pajak
10 (sepuluh) hulan
llah Pemotong Pajak) akhir bulan terutangnya
takwim berikufnya
berakhir (SPT Masa).
PPh fjnal penghasilan yang
l1 i �
bersangkutan, tergantung
setelah Masa Pajak
berakhir.
tau peristiwa yang terjadi
I terlebih dahulu
jak
2 PPh Pasal 4 ayat Pada saat diterima Paling lama tanggal 15 Paling lambat 20 hari
(2) (dibayar sendiri) pembayaran atau pada (lima belas) bulan takwim setelah Masa Pajak
PPh Final akhir bulan terutangnya berikutnya setelah Masa berakhir (SPT Masa).
penghasilan yang Pajak berakhir.
bersangkutan, tergantung
au peristiwa yang terjadi
terlebih dal,ulu
iak
:f P.>,Ph Pasal 15 Pada saat dilakukan Paling lama tanggal 10 Paling lambat 20 hari
{dl'potonfoleh pembayaran atau· pada (sepuluh) �ulan takwim setelah Masa Pajak
Pemotong Pajak) akhir bulan terutangnya , berikutnya setelah Masa berakhir (SPT Masa).
PPh �inal penghasilan yang Pajak berakhir.
na bersangkutan, tergantung '

ak peristiwa yang terjadi


11
terlebih dahulu
,,
ya
4 PPh Pasal 15 Pada saat diterima Paling lama tanggal 15 Paling lambat 20 hari
(dibayar sendiri) pembayaran atau pada (lima belas) bulan takwim setelah Masa Pajak
PPh Final akhir bulan terutangnya berikutnya setelah Masa berakhir (SPT Masa).
penghasilan yang Pajak berakhir.
bersangkutan, tergantung
peristiwa yang terjadi
k, terlebih dahulu
5 PPh Pasal 19 Selesih lebih dari Paling lama 15 (lima
(Revaluasi Aktiva penilaian kembali belas) hari setelah
Tetap) (revaluasi) aktiva tetap tanggal diterbitkannya
h perusahaan keputusan persetujuan
11 oleh Kanwil Pajak
g
6 PPh Pasal 21/26 Pada akhir bulan Paling lambat tanggal 10 Paling lambat 20 hari
dilakukannya pembayaran bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak
atau pada akhir bulan setelah Masa Pajak berakhir (SPT Masa).
terutangnya penghasilan berakhir.
yang bersangkutan,
tergantung peristiwa yang
terjadi terlebih dahulu.
1 PPh PasaJ £8J,26 Pada akhir bulan 1 Paling lambat tanggal 10 Paling lambat 20 hari
dilakukannya pembayaran bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak
atau akhir bulan setelah bulan saat berakhir (SPT Masa).
terutangnya penghasilan terutangnya pajak.
yang bersangkutan,
cl� tergantun� reristiwa yang
terjadi terlebih dahulu.
' "


■ Bab 3 •-
Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP)
----- -- - ••
.' . . .,.. . . . ,. . �i-
No.' ··("',· .. , Uratan�· • � :.;,. ••
,.,!IJI• ,..i,.1�f.!ffljng�;;,..i.•:,ci1jo., ,,.,:.,.;;Bayar/Setor�...:,.......,h,l:iiJ,.�, .. •1�!)/J�P�.,_, ... i,..e.,•,
8 PPh Pasal 25 Paling lambat tanggal 15 Paling lambat 20 hari 14
bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak
setelah Masa Pajak berakhir (SPT Masa).
berakhir. Jika pembayaran PPh
Pasal 25 telah mendapat
validasi dengan NTPN
(Norn or Transaksi
Penerimaan Negara)
maka dianggap telah
disampaikan ke KPP
�esuai denqantanggal
yang tercantum pada SSP.
9 PPh Pasal 22, PPN, PPh Pasal 22 Pada saat Bersamaan dengan saat
dan PPn BM lmpor pembayaran, kecuali pembayaran Be1 Masuk.
Dilunasi Sendiri ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.
II

PPN lmpor Pada saat Apabila pembayaran


Barang Kena Pajak Bea Masuk ditunda atau
tersebut dimasukkan ke dibebaskan, PPh P:isal
dalam Daerah Pabean. 22, PPN, dan PPn BM
impor, harus dilunasi
pada saat penyelesaian
dokumen impor.
10 PPh Pasal 22, PPN, Pada saat pembayaran, Sehari setelah Paling lama pada hari
dan PPn BM lmpor kecuali ditetapkan lain pemungutan pajak kerja terakhir minggu
Dipungut Ditjen Bea oleh Menteri Keuangan dilakukan berikutnya. (Laporan
dan Cukai Mingguan)

ll PPh Pasal Pada saat pembayaran, Pada hari yang sama Paling lambat 14 hari
kecuali ditetapkan lain dengan pelaksanaan setelah Masa Pajak
22 Dipungut
oleh Menteri Keuangan pembayaran atas berakhir
Bendaharawan
penyerahan barang yang
Pemerintah
dibiayai dari APBN/APBD
I.

12 PPh Pasal 22 dari Pada saat pembayaran, Paling lama tar,ggai Paling lambat 20 hc_;ri
Penyerahan oleh kecuali ditetapkan lain l 0 (sepuluh) bulan setelah Masa Paj2k
Pertamina dan oleh Menteri Keuangan berikutnya. berakhir (SPT Masa)
Penyerahan Migas
oleh Badan Usaha
Lain

13 PPh Pasal 22 Pada saat pembayaran, Paling lambat tanggal 10 Paling lambat 20 hari
kecuali ditetapkan lain bulan takwirn berikutnya 1:etelah Masa Pajak
Dipungut oleh
oleh Menteri Keuangan berakhir (SPT Masa)
Badan Tertentu
selain Pertamina
dan Badan
Usaha Lain yang
Menyerahkan
Prociuk Migas

Perpajal<an Indonesia,I ..Bab


No. Uraian Terutang Bayar/Setor Lapor ···· " · ·. ···�
14 PPN dan PPn BM BKP Berwujud Bergerak, Paling lama akhir bulan Paling lama akhir bulan
yang Terutang saat diserahkan secara berikutnya setelah berikutnya setelah Masa
dalam Satu Masa langsung kepada pembeli Masa Pajak berakhir Pajak berakhir (SPT
l Pajak atau pihak ketiga untuk dan sebelum Surat Masa)
,pat dan atas nama pembeli, Pemberitahuan Masa PPN
J atau saat diserahkan disampaikan.
kepada juru kirim atau
pengusaha jasa angkutan
BKP Berwujud Tidak
,I Bergerak, saat
SSP. penyerahan hak untuk
menggunakan atau
menguasai BKP tersebut,
baik recarn hukum atau
secara nyata, kepada
pihak pembeli
BKP Tidak Berwujud,
mana yang terjadi lebih
dahulu

- Saat harga
penyerahan
dinyatakan sebagai
piutang
- Saat harga
penyerahan ditagih
- Saat harga
penyerahan diterima
. pembayarannya,
baik sebagian atau
seluruhnya atau
- Saat
ditandatanganinya
kontrak atau
perjanjian, dalam
hal saat-saat di atas
tidak diketahui

JKP, saat mulai


tersedianya fasilitas
atau kemudahan untuk
dipakai secara nyata, baik
sebagian atau seluruhnya
Ekspor BKP, saat
dikeluarkan dari Daerah
Pabean

.....Bab 3 • Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setman Pajak (SSP)


- •
lijo.,, U�ian Terutang Bayar/Setor I
Lapor
BKP dalam rangka
perubahan bentuk usaha,
penggabungan usaha,
pemekaran usaha, atau
pengalihan seluruh
aktiva perusahaan yang
diikuti dengan perubahan
pihak yang berhak atas
BKP tersebut, saat
yang disepakati atau
ditetapkan sesuai hasil
RUPS yang tertuang
dalam perjanjian
perubahan bentuk usaha,
penggabungan usaha,
pemekaran usaha, atau
pengalihan seluruh aktiva
perusahaan
Uang Muka, saat uang
muka dibayarkan
15 PPN dan PPn Paling lambat tanggal 7 Paling lama akhir bulan
BM Dipungut bulan takwim berikutnya berikutnya setelah Masa
Bendaharawan setelah Masa Pajak Pajak berakhir
Pemerintah dan berakhir
lnstansi Pemerintah
yang Ditunjuk
16 PPN dan PPn BM Paling lambat tanggal 15 Paling lama akhir bulan
Dipungut oleh bulan takwim berikutnya berikutnya setelah Masa
Pemungut Lain, setelah Masa Pajak Pajak berakhir
selain Bendahara berakhir
Pemerintah yang
ditunjuk.
17 PPN yang terutang Saat pemanfaatan JKP Orang Pribadi atau Badan Paling lama akhir bulan
atas pemanfaatan tersebut harus menyetor paling berikutnya setelah Masa
Barang Kena Pajak lama tanggal 15 (lima Pajak berakhir .,
tidak berwujud dan/ belas) bulan berikutnya
atau Jasa Kena setelah saat terutangnya
Pajak dari luar pajak.
Daerah Pabean
18 PPN Pasal 16C Saat mulai Dibayar pada setiap bulan Paling lama akhir bulan
dilaksanakannya paling lambat tanggal 15 berikutnya (akhir pada
pembangunan, atau bulan berikutnya bulan penyetoran dengan
SSP Lembar Ke-3)
saat dimulainya kegiatan
membangun sendiri
secara fisik seperti
penggalian fondasi,
pemasangan tiang
pancang, atau kegiatcm
fisik lainnya
Membangun Sendiri

Perpajakan Indonesia,I'
'
No. Uraian Terutang - Bayar/Setor Lapor
19 PPN Pasal 16D Mana yang terjadi lebih
dahulu
- Ditandatanganinya
akte pembubaran oleh
Notaris
- Berakhirnya jangka
waktu berdirinya
perseroan yang
ditetapkan dalam
Anggaran Dasar
- Tanggal penetapan
Pengadilan yang
menyatakan perseroan
dibubarkan atau
- Diketahuinya bahwa
perusahaan tersebut
nyata- nyata sudah
tidak melakukan
kegiatan usaha atau
sudah dibubarkan,
berdasarkan hasil
pemeriksaan atau
berdasarkan data atau
dokumen yang ada
20 BPHTB Jual beli, sejak Saat terjadinya perolehan Selambat-lambatnya
tanggal dibuat dan hak. pada tanggal l O bu Ian
ditandatanganinya akta berikutnya (oleh PPAT/
Ka KLN)
Tukar-menukar adalah
sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta
Hibah adalah sejak
tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta
Waris adalah sejak
tang�al yang
bersangkutan
mendaftarkan peralihan
haknya ke Kantor
Pertanahan
Pemasukan dalam
perseroan atau badan
hukum lainnya adalah
sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta
Pemisahan hak yang
mengakibatkan
peralihan adalah sejak
tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta

■ Bab 3 •-
Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat --
Setoran Pajak (SSP)

:._�o'.. _ .Uraian Terutang Bayar/Setor , I I

Lelang adalah sejak 2


tanggal penunjukan
pemenang lelang
Putusan hakim adalah
sejak tanggal putusan
pengadilan yang
mempunyai kekuatan
hukum yang tetap
Hibah wasiat adalah 1.
sejak tanggal yang
bersangkutan
mendaftarkan peralihan
2.
haknya ke Kantor
Pertanahan
Pemberian hak baru atas
tanah sebagai kelanjutan
dari pelepasan hak
adalah sejak tanggal
ditandatangani dan
diterbitkannya surat

keputusan pemberian •
hak

Pemberian hak baru
diluar pelepasan hak
adalah sejak tanggal
ditandatangani
bt
dan diterbitkannya surat
keputusan pemberian •
hak •
Penggabungan •
usaha adalah sejak
tanggal dibuat dan •
ditandatanganinya akta
Peleburan usaha adalah
sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta •
Pemekaran usaha adalah •
sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta

Hadiah adalah sejak

tanggal dibuat dan •
ditandatanganinya akta

Hak Pengelolaan, sejak
tanggal ditandatangani

dan diterbitkannya •
keputusan pemberian Hak
Pengelolaan. •

- _. ..
Perpajakan Indonesia
I No. - . Uraian ,_·, Temtang Bayar/Setor . ''.''·1' ' - ." •
Lapor':: ,._. ··•,
•;. '•:
21 Pajak Ekspor/PE Saat PEB diajukan pada
bank de visa atau pada
saat didaftarkan pada
Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai.

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan adalah:


1. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
2. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan,
paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Paci.a saat penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi yang melakukan


pencatatan perlu dilampiri:
• Surat Setoran Pajak atas pajak yang terhutang;
• Jumlah peredaran bruto per bulan dalam setahun,
• Daftar yang menjadi tanigungan wajib pajak.

Pada sa:tt penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi yang melakukan pem­
bukuan perlu dilampiri:
• Surat Setoran Pajak atas pajak yang terhutang;
• Laporan Laba-Rugi;
• Laporan Neraca;
• Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal;

Untuk SPT Tahunan Badan perlu dilampiri:


• Surat Setoran Pajak atas pajak yang terhutang;
• Laporan Laba-Rugi;
• Laporan Neraca;
• Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal;
• T ranskrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan
• Daftar Perhitungan Kompensasi Kerugian Fiskal;
• Pernyataan T ransaksi dalam Hubungan Istimewa;
• Daftar Fasilitas Penanaman Modal;
• Daftar Cabang Utama Perusahaan;

--------
Bab 3 • Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP)
-
• Perhitungan PPh Pasal 26 ayat 4; Pl
• Daftar Kredit Pajak Luar Negeri.

PENYAMPAIAN SPT SECARA ELEKTRONIK (E-SPT)


Penyampaian SPT melalui Elektronik (e-SPT)
a. Wajib Pajak (pembayar pajak) dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan
secara elektronik (e- SPT) melalui laman www.djponline.pajak.go.id. Sf

b. Wajib Pajak (pembayarpajak) untuk menyampaikan Surat Pemberitaht1 an secara dE


elektronik ( e-Filling), wajib memiliki e-fin (electronic filing identification number). se
E-fin dapat diminta dari kantor badan penerimaan pajak dengan mengisi formulir
permohonan dengan melarnpiri fotokopi KTP dan NPW P atau disebut nomor se

identitas pembayar pajak. Pembayar pajak badan hukum selain menyampaikan


fotokopi KTP dan NPW P direktur, juga wajib Menyampaikan fotokopi akte
pendirian perusahaan clan NPW P badan. Kepada pembayar pajak yang telah Bl
menyampaikan SPT secara elektronik, bukti penyampaian SPT diemail ke alamat
S1;
email yang terdaftar.
ka
c. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan selama 24
w
(dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari serainggu. Surat Pemberii.ahuan
ffi1
yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan yang jatuh pada hari libu� dianggap disampaikan tepat
Pr
waktu.
at.
di1
SPT TIDAK LENGKAP DIANGGAP TIDAK DISAMPAHCAN
Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila: de
• Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani; sei
• Surat Pemberital1uan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen; SP
• Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) Se<

tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau
• Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan
pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

Perpajakan Indonesia .. Ba
PERPANJANGAN WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN
Wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain yang ketentuan diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan.
lUan Wajib Pajak yang ingin meminta perpanjangan waktu dalam penyampaian
SPT Tahunan maka Wajib Pajak harus menyampaikan pemberitahuan sementara
�cara dengan menyebutkan besarnya pajak yang harus dibayar berdasarkan penghitungan
1 ber). sementara pajak yang terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak (Laporan Laba
rmlir Rugi dan Neraca �;ementara)dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan,
mor sebagai lampiran pemberitahuan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
ikan Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
akte
elah BUKTI PENYAMPAIAN LAPORAN SPT
mat
Surat Pemberitahuan (SPT ) Masa yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke
kantor Direktorat Jenderal Pajak harus diberikan Bukti Penerimaan Surat kepada
a24
Wajib Pajak. Bukti Penerimaan Surat ini dijadikan bukti tanda terima dan tanggal
uan
melaporkan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak.
!Ian
Untuk Surat Pemberitahuan (SPT ) Tahunan PPh baik SPT Tahunan PPh Orang
-pat
Pribadi maupun SPT Tahunan PPh Badan dapat disampaikan ke Drop Box terdekat
atau Kantor Pelayanan Pajak terdekat, atas penyampaian SPT Tahunan PPh ini akan
diberikan bukti Tanda Terima SPT Tahunan.
Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dikirimkan melalui Kantor Pos
dengan Pos Tercatat; dan sebagai Tanda Bukti dan Tanggal Pelaporan SPT adalah
seperti yang tertera dalam salinan Surat Tercatat dari Kantor Pos. Tanda terima pelaporan
en; SPT melalui email merupakan tanda terima yang sah jika pembayar pajak melaporkan SPT
secara elektronik.

SANKSI ADMINISTRASI TIDAK MENYAMPAIKAN SPT


an
Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang- Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai
berlaku 1 Januari 2008, apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka

Bab 3 • Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP)


waktu seperti ketentuan di atas atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan:
1. Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus IDE
ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
2. Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu a.
rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan
3. Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta b.
rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan; serta C.
4. Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu d.
rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi.

SANKSI KURUNGAN TIDAK MENYAMPAIKAN SPT pe1


dai
Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang - Undang
ter
Nornor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
mulai berlaku 1 Januari 2008, apabila Wajib Pajak alpa dalam hal:
• Surat Pemberitahuan tidak disampaikan; atau
• menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
• Dan perbuatan tersebut di atas merupakan perbuatan yang KEDUA KALI
setelah perbuatan yang pertama kali Wajib Pajak tersebut telah wajib melunasi
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang
dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat I<etetapan Pajak Kurang Boyar
• Atas Perbuatannya yang KEDUA KALI, W ajib Pajak didenda paling sedikit 1
(satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau
dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun. PE
llll
[Pasal 38 UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang­ Per
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara diL
Perpajakan]. 1.

• Perpajakan lndonesi�,f ... �_at


urat Kealpaan yang dimaksud di atas berarti tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati,
atau kurang mengindahkan kewajibannya sehingga perbuatan tersebut dapat
1tus menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
L, Selanjutnya setiap orang yang dengan sengaja:
'ibu a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
iuta b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
tjak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
c. tidak menyarnpaikan Sur2_t Pemberitahuan;
ibu d. menyarnpaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak
.jak benar ahm tidak lengkap;

Sehingga perbuatan Wajib Pajak di atas dapat menimbulkan kerugian pada


pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun clan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
mg terutang yang tidak atau kurang dibayar clan paling banyak 4 (empat) kali jumlah
mg pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
[Pasal 39 ayat 1 UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang­
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
ak Perpajakan].
Jat

Hukuman Pidana sebagaimana dikenakan pada Wajib Pajak di atas ditambahkan


1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi
as1 tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
asi selesainya menjalan:l pidana penjara yang dijatuhkan.
ng [Pasal 39 ayat 2 UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang­
Undang Nomo,r 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
t1 Perpajakan].
t1g
au
m. PENGECUALIAN PENGENAAN SANKSI ADMINIS TRASI ATAS TIDAK
DILAPORNYA SPT
Pengeriaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud di atas tidak

dilakukan terhadap:
ra
1. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;

;ia
,. -,f -.-
Bab 3 • Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP)
-
2. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas;
3. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang
tidak tinggal lagi di Indonesia; • v\
4. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
5. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum
dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
7. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturari. •
Menteri Keuangan, seperti:
• kerusuhan massal;
• kebakaran;
• ledakan born atau aksi terorisme;
• perang antarsuku; atau
• kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara atau per­
pajakan; atau
8. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan · Menteri
Keuangan.

PEMBETULAN SPT TAHUNAN PPh


Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua
tahun atau sekalipun jangka waktu tersebut telah lewat, dengan syarat memenuhi
Coni
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
1.
Mulai 1 Januari 2008, untuk pembetulan SPT dapat dilakukan sampai dengan
daluwarsa, kecuali untuk SPT Rugi atau SPT Lebih Bayar paling lama 2 �ahun
sebelum daluwarsa, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan. Sanksi administrasi
atas pembetulan SPT dengan kemauan Wajib Pajak sendiri setelah Pemeriksaan
tetapi belum dilakukan penyidikan 150% dari pajak yang kurang dibayar:
Sesuai dengan UU No. 28 Wajib Pajak mempunyai hak untuk membetulkan
sendiri SPT nya dengan ketentuan sebagai berikut:
• W ajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besa� kepadanya dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak

Perpajakan Indonesia-,/ ..�ab:


atau yang kurang dibaya� dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan
berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung
yang penuh 1 (satu) bulan.
• Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan
utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa
�lum bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibaya�
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran,
dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
uran • Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan tetapi dengan kesadaran
sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
Pengisian Surat Pemberitahuan dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
menerbitkan surat ketetapan pajak dan pengungkapan ini tidak menghalangi/
menghentikan proses pemeriksaan, yang dapat mengakibatkan:
Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar a tau lebih kecil;
oer- Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
tteri Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil
Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketiC:akbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud di atas
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen)
dari pajak yang kurang dibaya� harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum
lah
laporan tersendiri dimaksud disampaikan.
iua
uhi
Contoh:
1. PT. XYZ menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
;an
tahun 2016 yang menyatakan:
LUn
Penghasilan Neto sebesar Rp. 300.000.000,-
·asi
Kompensasi kerugian berdasarkan
tan
Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan tahun 2015 sebesar Rp. 150.000.000,- (-)
:an
Penghasilan Kena Pajak sebesar QQCLQOQ,.:

ng
Fiskus melakukan pemeriksaan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
ksi
Penghasilan tahun 2015, dan pada tanggal 9 Maret 2017 diterbitkan surat
ak
ketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal sebesar Rp. 100.000.000,-

-·-·--
sia Bab 3 • Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP)
Berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut Direktur Jenderal Pajak akan PE
mengubah perhitungan Penghasilan Kena Pajak tahun 2016 menjadi sebagai pe
berikut:
Penghasilan Neto Rp. 300.000.000,­ 1.
Rugi menurut ketetapan pajak tahun 2015 Rp. 100.000.000,- (-) 2.
Penghasilan Kena Pajak Bp. 200.000.000:-

Sehingga, penghasilan kena pajak PT. XYZ dari Surat Pemberitahuan yang Pc
semula Rp. 150.000.000,- (Rp. 300.000.000,- -Rp. 150.000.000,-) setelah pembetulan PE
menjadi Rp. 200.000.000,- (Rp. 300.000.000,- - Rp.100.000.000,). Kekurangan JU
penghitungan pajak yang kurang dibayar dari tambahan Penghasilan Kena Pajak (s,
sebesar Rp. 50.000.000,- (Rp. 200.000.000,- - Rp. 150.000.000,-), dikenakaTI'.::;anksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak
yang kurang dibaya� dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan
A
berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.

2. Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 PT. DEF tc1hun 2016 sejumlah Rp.
30.000.000,00 per bulan. Angsuran masa Maret tahun 2016 dibayar tanggal
18 April 2016 dan dilaporkan tanggal 18 April 2016. Apabila pada tanggal
15 Agustus 2016 diterbitkan Surat Tagihan Pajak, sanksi bunga dalam Surat
Tagihan Pajak dihitung] (satu) bulan sebagai berikut:
1 x 2% x Rp. 30.000.000,00 = Rp. 600.000,00.

SURAT SETORAN PAJAK


Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bahwa
Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain
ke kas negara melalui Kantor Pos dan Bank Persepsi.
Surat Setoran Pajak/SSP dibuat dengan menggunakan id-Billing melalui
laman https://ss 2.pajak.go.id. Id-billing yang telah dibuat, dicetak dan melakuan
pembayaran ke bank persepsi. Bank persepsi akan memberikan bukti pembayaran
yang telah divalidasi dengan NTPN (nomor transaksi penerimaan negara) kepada
akan pembayar pajak. Untuk selanjutnya, pembayar pajak akan melakukan copy bukti
bagai pembayaran yang ada NTPN dan melampirkan pada SPT masa yang akan
dilaporkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembuatan id-
billing, yaitu:
1. mas a pajak (bulan pajak) dan tahun pajak;
2. jumlah pajak yang akan dibayar.

yang Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan
tulan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
r1gan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
�ajak jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1
mksi (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
mjak
man
tung SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK
Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga
2% (dua persen) sebulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
Rp. dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
5gal
5gal
urat

ang
LWa

fah
ain

tlui
ian
ran
tda

isia �-
b 3 • Sur?t P�rnberi t�huan (SPT) dan S urat s et?.ran Pajak (SSP)
_ . _ _ - ss
·····-,f
1. Apa yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan? Sebutkan pembagian
dari Surat Pemberitahuan itu?
2. Apakah fungsi dari Surat Pemberitahuan?
3. Sanksi tidak menyarnpaikan Surat Pemberitahuan dapat ben1pa sanksi
adrninistrasi clan sanksi kurungan. Jelaskan clan sebutkan berapa besar
sanksinya atau berapa lama sanksinya dari tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan tersebut?
4. Kapankah pajak yang terhutang hams disetor ke kas negara, sebutkan
sesuai dengan jenis pajak? Dengan rnenggunakan formulir apa Wajib Pajak
rnenyetor pajak yang terhutang?
5. Hitung berapa besarnya sanksi administrasi dan/atau denda terhadap
Budi yang menyampaikan SPT Masa PPN bulan April 2017 pada tanggal
27 Juli 2017.
Pajak Keluaran = Rp. 100.000.000,-
Pajak masukan 50.000.000 s
Kurang bayar
Disctor tariggal 27 Juli 2017
= Rp. 50.000.000,-
p
6. Hitung berapa besarnya sanksi administrasi dan/atau clenda terhadap p
Santi yang melunasi PPh Pasal 25 Orang Pribadi bulan Jurj 2017 pada
tanggal 20 Juli 2017, dengan angsuran pajak Rp. 1.000.000,-?
7. Jelaskan tentang pembetulan Surat Pemberitahuan!
8. Siapa saja yang boleh dikecualikan terhadap pengenaan sanksi PE
administrasi perpajakan! NE
9. Jika pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) telah melaku.kan pe
pemeriksaan terhadap pembukuan perusahaan ABC tahun 2016 dan IllE
telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Namun, di luar kesengajaan ke
kami menemukan kesalahan pencatatan, namun tidak dilakukan koreksi pe:
oleh pemeriksa terkait dengan metode pembukuan. Diasumsikan tanggal IDE
hari ini adalah 5 Mei 2018. Ditanya:
1. Apakah SPT Tahun 2017 dapat dibetulkan? ter
2. ABC ingin mengubah metode pembukuan, apakah dapat dit
langsung dipergunakan dalam tahun berjalan?

----------- __ Perpajakan lndonesi�..


SURAT KETETAPAN PAJAK DAN
PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYAJ�AN PAJAK

PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK


Negara kami menganut Prinsip self-assessment dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan yang berarti bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar sendiri, dan melaporkan pajak yang terutang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga
penentuan besarnya pajak yang terhutang dipercayakan pada Wajib Pajak sendiri
melalui Surat Pemberitahuan yang disampaikannya.
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada Wajib Pajak
tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena
ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
FUNGSI SURAT KETETAPAN PAJAK
Surat Ketetapan Pajak berfungsi sebagai:
a Sarana untuk melakukan koreksi jumlah pajak yang terhutang menurut SPT
Pembayar Pajak yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak 'd.
memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi
ketentuan perpajakan; e.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan;
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak;
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar; f.
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terhutang.
g.
JENIS·JENIS SURAT KETETAPAN PAJAK h.
Jenis-Jenis Surat Ketetapan Pajak/ SKP, adalah sebagai berikut:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
ke
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
Pa
sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT )
di
Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
bt
yang telah ditetapkan sebelumnya.
at;
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
di
Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang
c,
atau tidak seharusnya terutang.
Pa
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
jai
Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
M
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada
kredit pajak.
Pa

SURAT TAGIHAN PAJAK


Surat Tagihan Pajak (ST P) diterbitkan setelah dilakukan penelitian dalam hal:
a. Pajak Penghasilan dalam tahun betjalan tidak atau kurang dibayar;

,------- --------------Pe_r_pa_ja_k_a _n Indonesia �


..
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan atau salah hitung;
SPT c. Vvajib Pajak dikenakan sanksi administrasi denda atau bunga;
ldak d. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi
1uhi membuat Faktur Pajak;
e. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN, tetapi
tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak;
£. Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak
tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak;
g. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
pen�rbitan faktur pajak;
h. Per.gusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian
Pajak Masukan.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat
jak,
ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan dengan Surat
nya
Paksa.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi berupa
tjak
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, ·atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.
ran
mg
Contoh:
Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun berjalan setiap bulan sebesar Rp. 50.000.000,- dan
jatuh tempo setiap tanggal 15 bulan berikutnya. Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan
na
Maret tahun berjalan dibayar tepat waktu sebesar Rp. 20.000.000,-.
.da
Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut diterbitkan Surat Tagihan
Pajak pada tanggal 27 Juli tahun berjalan dengan penghitungan sebagai berikut:
Kekurangan bayar Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Maret tahun berjalan
= (Rp. 50.000.000,- - Rp. 20.000.000,-) = Rp. 30.000.000,-
Bunga4 = x 2% x Rp. 30.000.000,00 = Rp. 2.400.000,- (+)
Jumlah yang harus dibayar = Rp. 32.400.000.-

Bab 4 • Surat Ketetapan Pajak dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak


Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf d,
huruf e atau huruf f, masing-masing, selain wajibmenyetor pajak yang terutang,
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak.
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf g dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah
pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan
Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah.saat
terutangnya pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam
hal-hal sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan Ditambah dengan sanksi administrasi berupa
lain pajak yang terutang tidak atau kurang bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan,
dibayar maksimal 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung
sejak saat terutangnya pajak
S�rat Pember1tahuan tidak disampaikan dalam • ditambah den�an sanksi administrasi berupa
jangka waktu dan setelah ditegur secara tertulis ·· kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen)
tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
ditentukan dalam Surat Teguran kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak
• ditambah dengan sanksi administrasi berupa n
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari n
Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang y
dipotong, tidak atau kurang di'pungut,tidak ti
atau kurang diseter, dan dipotong atall V
dipurag1.1t tetapi tidak atau k1:1rafilg diset0r y
• ditambah dengan sank,si administrasi bei1.1pa n
n
keoa1k,an �ebesar 100% (seratus•petsen) da,i tE
Paj�k Pertamtian'an Nilai Ba�ang dan Jasa· IE
dan Pajf}k Peajualan Atas Barang Mewah y
yang tidak ata\] kurang dibayar. n
n
Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan ditambah dengan sanksi administrasi berupa
lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan kenaikan sebesar 100% (seratus persen)
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata dari Pajak Pertambahan Nilai yang Udak atau
tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih kurang dibayar.
me
pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol
persen) seti
)Ull
ber

Perpajakan lnrfonesia .
f d,
ng, ·. · • ditambah, dengan sanksi administrasi
sar berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak
atau kurang dibayar dalam satu lia�un
ksi Pajak;
• ditambah dengan sanksi administrasi
.ah berupa kernaikan sebesar 100% (seratus
:an per,sen) dari Pajak Pemghasi ar;i yan@ tidak
atal!Jlku,rang di�©t0ng, tiifa�,atal!l �utralilg
:an dipulilgut, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungwt tetapi tidak atau
kurang disetor;
tat
ditambah dengan sanksi administrasi
lill berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Ja�a dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewa� yang tidak atau
kurang dibayar;

Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Ditambah dengan sanksi administrasi


Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan bulan maksimal 24 (dua puluh empat) bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak
Jika jangka waktu 5 (lima) tahun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap
a dan apabila Wajib Pa.Jak setelah jangka dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi
waktu tersebut dipidana karena melakukan berupa bunga sebesar 48% (empat puluh
tindak pidana di bidang perpajakan • delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak
atau tindak pidana lainnya yang dapat atau kurang dibayar.
menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Waj'i'b Pajak·yang karena kealpaannya Wajib melunasi kekurangan pembayaran
yang PERTAMA KALI tidak jumlah pajak yang terutang beserta sanksi
menyampaikan Surat Pemberitahuan atau administrasi berupa kenaikan sebesar 200%
menyampaikan Surat Pemberitahuan, (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang
tetapi isinya tidak benar atau tidak kurang dibayar yang ditetapkan melalui
lengkap, atau melampirkan keterangan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
yang isinya tidak benar sehingga dapat Bayar.
menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara.

. Sekalipun telah diterima SKPKB, SKPLB, SKPN; wajib pajak masih dapat
menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tarnbahan dalam masa 5 (lima) tahun,
setelah saat terhutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak. SKPKBT terdiri dari
'jumlah kekurangan pajak yang terhutang ditambah dengan sanksi adrninistrasi
berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak; akan

LBab 4 • Surat Ketetapan Pajak dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PaJak


tetapi, jumlah kenaikan tidak dikenakan jika SKPKBT diterbitkan berdasarkan C.
keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri sepanjang belum ciimulai
tindakan pemeriksaan.
Jika jangka waktu 5 (lima) tahun telah lewat, dan apabila 'Wajib Pajak setelah
jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai ar
kekuatan hukum tetap; Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap
dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat
puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
Untuk menerapkan UU No. 28 pasal 13A dan pasal 38 clan pasal 39 maka
pengawasan Wajib Pajak dalam menjalankan hak dan kewajiban dengan tertib,
maka database komputer Direktur Jenderal Pajak dalam hal ini masing-masing
Kantor Pelayanan Pajak Pratama, Madya dan Kantor Pelayanan Pajak Besar dapat
memberikan informasi tentang pembayaran dan pelaporan Wajib Pajak yang tidak
tepat waktu, historis tentang pemeriksaan, hasil pemeriksaan, pengajuan keberatan
oleh Wajib Pajak, Surat Keputusan atas Surat Keberatan dan informasi lainnya Hal ini
juga untuk menyimpan informasi tentang hasil koreksi dari suatu pemeriksaan, jika
terhadap seorang Wajib Pajak yang setiap kali dilakukan pemeriksaan pajak, terjadi
koreksi penjualan maka terhadap Wajib Pajak tersebut sudah tidak sepantasnya
lagi dikenakan sanksi administrasi berupa bunga. D
ta
w
PEMBETULAN SURAT KETETAPAN PAJAK m
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui
KPP tempat dia terdaftar jika terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan 1.
pajak yang tidak rnengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dan
dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal Pajak secara jabatan.
Kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang dapat dibetulkan
adalah: 2.
a. Kesalahan tulis, kesalahan penulisan nama, alamat, NPWP, nomor surat
ketetapan pajak, Jenis Pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal jatuh tempo;
b. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan
atau perkalian dan atau pembagian suatu bilangan;

Perpajakan Indonesia
kan c. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan
ulai Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan
fah pajak.
mg
1da Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau kekeliruan,
yai antara lain:
tap - Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
pat - Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
- Surat_ Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
tka Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
:ib, - Surat Tagihan Pajak (STP);
ng - Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
)at - Surat Keputusan Keberatan
.ak Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi;
an Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak
ini benat
ka
.di
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PERMOHONAN WAJIB PAJAK
ya
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan diterima, harus memberikan keputusan. Apabila jangka
waktu tersebut telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan,
maka permohonan pembetulan yang diajukan tersebut dianggap diterima.
U1 Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
m 1. Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak
m dapat mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga,
denda, dan kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan atau
m bukan karena kesalahan Wajib Pajak.
Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus
3.t memenuhi ketentuan:

I a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan
.n alasan yang jelas dan meyakinkan;
b. Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan
Pajak yang mengenakan sanksi administrasi tersebut;

Bab 4 • Surat Ketetapan Pajak dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak



c. Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya SIB
SKPKB atau SKPKBT, kecuali apabila W P dapat menunjukan bahwa jangk�
waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;
d. Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan atas suatu STP;
suatu SKPKB atau suatu SKPKBI
3. Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah
lewat clan Direktur Jencleral Pajak ticlak memberi keputusan maka permohonan
ciianggap diterima.

Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar


1. Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan W ajib Pajak
clapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar;
2. Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar
harus memenuhi ketentuan:
a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia untuk suatu surat
ketetapan pajak;
b. Menyebutkan jurnlah pajak yang rnenurut penghitungan Wajib Pujnk
seharusnya terhutang.
3. Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 6
bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah
lewat clan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi keputusan maka permohonan
dianggap cliterima.

Wajib Pajak harus mengerti bahwa pengajuan permohonan tidak menunda


kewajiban membayar pajak.

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK


Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang clibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang ticlak seharusnya terutang.
Tata Cara Pengernbalian Kelebihan Pembayaran Pajak:

Perpajakan Indonesia ..�at


..
STP, Wajib Pajak (W P) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur Jenderal
tgka Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.
nya; Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkon
3TP·I Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:
• Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
nan terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
!las) terutang;
�lah • Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
nan terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut
PPN , maka jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak Keluaran
setelah dikurangi Pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut;
1jak • Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang
r; terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
nar terutang.
,,

Surat ketetapan pajak diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat
trat 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali
Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di
jak bidang perpajakan.
Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Direktur
tan Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap
la 6 dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan
lah setelah jangka waktu berakhir.
tan Jika Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan maka kepada
Wajih Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
dihirnng sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan saat diterbitkan Surat
Lda Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
Jika pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan tidak
dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak
dilanjutkan dengan pennntutan tindak pidana di bidang perpajakan; atau
dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan tindak pidana di bidang
ah
perpajaJ.,.an, tetapi diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum
ng
, berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
1g.
tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Baya� kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua

sia Bab 4 • Surat Ketetapan Pajak dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
-,/
persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak b
berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bu]an sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Baya� dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. C.

d
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
1. Wajib Pajak Patuh dapat mengajukan restitusi dan Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.

2. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat


keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak untuk Wajib Pajak tertentu. IT

3. Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang telah ditetapkan oleh Direktur d
Jenderal Pajak sebagai W P kriteria tertentu dengan syarat:
a. SPT disampaikan tepat waktu; T idak mempunyai tunggakan pajak untuk
semua jenis pajak kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak; a.
b. Tidak pernah dija Luhi huku1nan lindak pidana di bidang perpajakan
chdc1111 jar1gka waklu 5 lahun lerakhii: b.
c. Laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau BPKP dengan
Pendapat Wajar Tanpa Syarat selama tiga tahun berturut-turut; C.
d. laporan audit disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan
menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial clan fiskal. d.

Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak diterbitka,n


paling lambat:
• 3 (tiga) bulan untuk PPh clan
• 1 (satu) bulan untuk PPN, sejak permohonan diterima lengkap

Wajib Pajak yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan


pembayaran pajak adalah:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas;

• PerpaJaka11 l11do11esia,/ .. �a
1
jak b. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
1da dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah
ian tertentu;
c. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu; atau
d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai
pat
dengan jumlah tertentu.

rat Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan dan menerbitkan surat
ketetapan pajak berupa SKPKB atau SKPLB atau SKPN terhadap W P yang telah
memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. SKPKB yang diterbitkan
:ur ditambah dengan sanksi administrasi kenaikan 100% dari jumlah kekurangan
pembayaran pajak. .
uk Terhadap Wajib Pajak berikut tidak dapat diberikan pengembalian pendahuluan
au kelebihan pembayaran pajak apabila:
a. terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana
an di bidang perpajakan;
b. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis pajak
an tertentu 2 (dua) Masa Pajak berturut-turut;
c. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis pajak
an tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau
d. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

in Surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak diterbitkan dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, kecuali terhadap Wajib Pajak dipidana
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya
yang dapat mengakibatkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan Putusan
Penga1ilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
m

etet_ apa�Pajak dan Pengernbalian Kelebihan Pernbayaran Pajak


�-�:.2.u!.�£_� -
1. Apakah fungsi dari Surat Ketetapan Pajak?
2. Apa beda Surat Tagihan Pajak dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar?
3. Dalam hal apa Surat Ketetapan Pajak dapat dibetulkan?
4. PI XYZ telah memasukkan Masa Pajak Agustus 2016 tanggal 18 September
2016 dengan penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran Rp 100.000.000,-
Pajak masukan Rp 50.000.000,-
Pajak yang kurang dibayar Rp 50.000.000,-
Telah disetor PPN yang kurang bayar pada tanggal 12 September 2016

Kemudian PT. XYZ melakukan pembetulan SPT Masa pada tanggal


10
Desember 2016 dengan penghitungan sebagai berikut:
Pajak keluaran Rp 100.000.000,-
Pajak masukan Rp 40.000.,000,-
Kur;m8 h;:iy;:ir Rp 60.000.000,-
Telah dibayar (SPT Masa yang salah) Rp 40.000.000,-
Kurang bayar (SPT Masa Pembetulan) Rp 10.000.000,-
J urnl ah yang kurang bayar telah dibayar tanggal 10 Desember 2016.

Ditanya:
Atas kasus di atas, jenis surat ketetapan apa yang diterbitkan oleh kantor
pajak kepada PI XYZ? Berapa besar sanksinya?
5. Jika terhadap PT. ABC yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak sedang atau telah dilakukan pemeriksaan, tetapi belum
dilakukan penyidikan.
PT. A BC dengan kemauan sendiri mengungkapk an
ketidakbenaran penghitungan SPT Masa PPNnya.
Jika untuk masa pajak April 2016 dilakukan koreksi sendiri oleh PT.
ABC terhadap kurang bayar sebesar Rp. 250.000.000,- dan kekurangan
ini disetor sendiri oleh Wajib Pajak (PKP).
Ditanya: Berapa besar denda yang dikenakan pada PT. ABC?

Perpajakan Indonesia..
6. Bambang, orang pribadi yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak (PKP) mernbuat fakhtr pajak dengan data sebagai berikut:
Dasarpengenaan pajak Rp. 100.000.000,-
PPN 10% x Rp. 100.000.000,- Rp. 10.000.000,-
r

Dipungut dan dibuat faktur pajaknya pada bu.Ian Nop mber tahun
2016. Jika pihak Fiskus men,erbitkan tagihan pajak kepada Bambang
pada tanggal 3 Maret 2017, surat ketetapan pajak apa yang diterbitkan,
dan berapa besar sanksinya?

I•

,ia Bab 4 • Surat Ketetapan Pajak dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
-,I
PENAGIHJl\N PAJAK, KEBERATAN,
BANDING, GUGATAN, DAN
PENINJALJAN KEMBALI

Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak, bila: jumlah
pajak yang terhutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak dibayar oleh
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK


Apabik Hutang Pajak yang disampaikan lewat Surat Ketetapan Pajak sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum dilunasi, akan dilakukan tindakan
penagihan pajak sebagai berikut:


a. Surat Teguran d
Hutang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal jatuh
tempo pembayaran (30 hari dari tanggal terbit untuk SKP, tanggal jatuh tempo
angsuran) akan diterbitkan Surat Teguran. Surat Teguran ini harus dilunasi
dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal terbit. e

b. Surat Paksa
Hutang pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal Surat Teguran
tidak dilunasi, diterbitkan Surat Paksa yang diberitahukan oleh Jurusita Pajak a
dengan dibebani biaya penagihan pajak dengan Surat Paksa sebesar Rp 50.000
(Lima puluh ribu rupiah). Utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2
x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak

c. Surat Sita
Hutang pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan I
oleh Jurusita Pajak tidak dilunasi, Jurusita Pajak dapat melakukan tindakan •
penyitaan, dcngan dibebani biaya pelaksanaan Surat Perintah Melakukan
Penyitaan sebesar Rp 100.000 (Seratus ribu rupiah).

d. Lelang
Dalam jangka waktu paling singkat 14 (empat belas) hari setelah tindakan
penyitaan, hutang pajak belum juga diluna3i akan dilar,jutkan dengan I
pengumuman lelang melalui media massa minimal 2 (dua) kali. Penjualan a
secara lelang melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang yang disita, t
dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang.
C

Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka
akan clibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam
surat kabar clan biaya lelang pada saat pelelangan. C

Wajib Pajak/Penanggung Pajak berhak dalam Penagihan Pajak, sebagai berikut:


a. Merninta Jurusita Pajak memperlihatkan Kartu Tanda Pengenal Jurusita Pajak.
r
C
b. Menerima Salinan Surat Paksa clan Salinan Berita Acara Penyitaan.
c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang

Perpajakan lr.donesia,f
d. Sebelum pelaksanaan lelang, Wajib Pajak/Penanggung Pajak diberi kesempatan
terakhir untuk melunasi utang pajak termasuk biaya penyitaan, iklan dan biaya
pembatalan lelang dan melaporkan pelunasan tersebut kepada Kepala KPP
yang bersangkutan.
e. Lelang tidak dilaksanakan apabila Penanggung Pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak sebelum pelaksanaan lelang.

Kewajiban Wajib Paj.c_�k/Penanggung PajJk


jak a. Membantu Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya:
)00 • memperbolehkan Jurusita Pajak memasuki ruangan, ternpat usaha/tempat
12 tinggal Wajib Pajak/Penanggung Pajak;
• memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.
b. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan atau disewakan.

an Daluwarsa Penagihan
an • hak unt•..1_k melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Kurang Bayar,
Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan kembali.
m
m Daluwarsa penagihan pajak tersebut tertangguh apabila:
m a. diterbitkannya Surat Paksa;
a, b. adanya pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung;
c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajcik
:a Kurang Bayar Tambahan karena Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun
n tersebut dipidana karena;
d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS


Pihak Fiskus dapat melakukan Penagihan Seketika dan Sekaligus tanpa harus
dilakukan tindakan penagihan seperti di atas jika:

a ..���i• Penagi�an Pajak, Ketiera[an, Bar::._ding, Gugatan, d�eninjauan Kembali


,I'
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalarn rangka rnenghentikan atau rnengecilkan kegiatan perusahaa;.1
atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan
usaha atau menggabungkan atau memekarkan usr1.ha, atau memindahtangankan
perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan
bentuk lainnya;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat
tanda-tanda kepailitan.

KEBERATAN
Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa kurang/tidak puas atas suatu
ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/ pemungutan
olPh pihak ketiga. Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan.
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGAJUAN KEBERl,TAN


Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempat WP
terdaftar, dengan syarat:
a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terhutang atau jumlah pajak yang
dipotong atau dipungut atau jurnlah rugi menurut penghitungan WP clan
disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan;

Perpajakan lndo11esia �
74 - ■
c. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/
pemungutan oleh pihak ketiga;
3.an d. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis clan satu tahun/masa pajak;
e. Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
lan sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan;
tan f. Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh pegawai Direktorat
Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk menerima surat keberatan atau tanda
pengiriman surat keberatan melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau
)at melalui cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan menjadi tanda bukti penerimaan surat keberatan.

P�ngajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pe­


laksanaan penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap
::1.n
bukan Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
tu
3.11

JANGKA WAKTU PENGAJUAN KEBERATAN


Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPKB,
SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pernotongan/ pernungutan
oleh pihak ketiga.
a. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, rnaka jangka
waJ<tu 3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN
atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat
keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
b. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos
tercatat), jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB,
SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga sampai
p
dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.

Permintaan Penjelasan/Pemberian Keterangan Tambahan


g a. Untuk keperluan pengajuan keberatan W P dapat merninta penjelasan/
'.1
keterangan tambahan dan Kepala KPP wajib memberikan penjelasan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan, pemotongan, atau pernungutan .

��b 5 • P�nagihan Pajak, Keberata11, Banding, Gugatan, dan PeninJaua11 Kembali


..
b. WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum
surat keputusan keberatannya diterbitkan.
f.
Direktur Jendera] Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan
yang diajukan. Jika melebihi jangka waktu 12 (dua belas) bulan Direktur Jenderal
Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yar.g ciiajukan tersebut dia11ggap
dikabulkan. II
j
Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa:
s
1. Mengabulkan seluruhnya; C:

2. Mengabulkan sebagian;
1
3. Menolak; atau
2
4. Menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar.
t,
a
Dalam hal pengajuan keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian atau
1Ttenambnh bcsnrnya jurnlah pajak yang masih harus Jibayai; Wajib Pajak dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah (
pajak berdasarkan keputusan keberatan dengan pajak yang telah dibayar sehf'lum v
mengajukan keberatan. r-
1

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING


2
Apabila Wajib Pajak tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas
3
keberatan, WAJIB PAJAK dapat mengajukan banding kepada Badan Peradilan
Pajak, dengan syarat:
4
a. Tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima;
c. Dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut;
d. Membayar 50% dari jumlah pajak yang disengketakan;
e. Wajib Pajak yang mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak yang J
diajukan banding tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal 1
penerbitan Putusan Banding. Penangguhan jangka waktu pelunasan pajak
menyebabkan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per 2

Perpajakan lndonesiC:..,,
l u�n bula:1 tidak diberlakukan atas jurnlah pajak yang belurn dibayar pada saat
pengajuan keberatan;
f. Jika perrnohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak
ilan dikenai sanksi adrninistrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari
ttan jurnlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pernbayaran
era1 pajak yang �elah dibayar sebelurn rnengajukan keberatan;
gap
IMBALAN SUNGA
Apabila pengajuan keberatan atau perrnohonan banding diterirna sebagian atau
seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagairnana dirnaksud dalarn SKPKB clan
SKPKBT telah dibayar yang rnenyebabkan kelebihan pernbayaran pajak, rnaka
kelebihan pernbayaran pajak dikernbalikan dengan ditarnbah irnbalan bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan, paling lama 24 (dua puluh ernpat) bulan dihitung sejak
tanggal pernbayaran pajak sarnpai dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan
atau Putusan Banding.
au
1ai
ah GUGATAN
rn Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat rnengajukan gugatan kepada Badan
Peradilan Pajak terhadap:
1. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengurnurnan Lelang;
2. Keputusan pencegahan dalarn rangka penagihan pajak;
lS
3. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan selain
n
yang ditetapkan dalarn Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 UU KUP;
4. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur dan tata cara yang telah diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

:r
::,
JANGKA WAKT U PENGAJUAN GUGATAN
1 1. Gugatan terhadap angka 1 diajukan paling larnbat 14 hari sejak pelaksanaan Surat
(
Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang;
r 2. Gugatan terhadap angka 2, 3, clan 4 diajukan paling larnbat 30 hari sejak
tanggal diterima Keputusan yang digugat.

Bab 5 • Penagihan Pajak, Keberatan, Banding, Gugatan, dan Peninjauan Kembali


PENINJAUAN KEMBALI
Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan Pengadilan
Pajak, n1aka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada
Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak dan hanya dapat diajukan satu kali
Alasan-alasan Peninjauan Kembali
1. Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada kebohongan atau tipu muslihat;
2. Terdapat bukti tertulis baru dan penting dan bersifat menentukan;
3. Dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut.
4. Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab­
sebabnya;
5. Putusan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

JANGKA WAKTU PENINJAUAN KEMBALI


1. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 dan 2 diajukan paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan
atau tipu muslihat atau ditemukan bukti tertulis baru;
2. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam
angka 3, 4, dan 5 diajukan paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim oleh
Pengadilan Pajak.

Perpajakan Indonesia
Ian
lda 1. Apa yang dimaksud dengan penagihan seketika dan sekaligus?
ali. 2. Jelaskan prosedur tindakan penagihan perpajakan?
3. Bagaimana seorang Wajib Pajak mengajukan keberatan, syarat apa saja
yang harus dipenuni dan langkah pengajuan keberatan kepada Kantor
Pelayanan Pajak?
4. Bagaimana seoarng Wajib Pajak mengajukan banding, syarat dan langkah
tb- apa yang harus dilakukan atas pengajuan banding tersebut?
5. PI 123 saat ini (April 2017) sedang mengajukan banding atas keputusan
:1g keberatan SKPKB PPN Tahun 2015 karena tidak puas atas keputusan
keberatan yang hanya menerima sebagian permohonan yang diajukan
perusahaan. Pada saat proses keberatan PI 123 melakukan pembayaran
jumlah pajak yang masih harus dibayar sesuai dengan SKPKB dengan
cara mencidl selama enam kali setelah tanggal jatuh tempo.

Atas keterlambatan pembayaran tersebut seksi penagihan KPP
mengirimkan ST P bunga keterlambatan. Yang ditanyakan apakah PI 123
harus membayar bunga keterlambatan tersebut? Jika banding dikabulkan,
apakah STP yang telah dibayar dapat ditagih kembali oleh PT. 123? Dan
h
apakah PT. 123 mendapat imbalan bunga?
6. Pada kondisi yang bagaimana Wajib Pajak meminta peninjauan kembali?

.. r-· - . --- --- -


Bab 5 • Penagihan Pa_ak, Keberatan, Banding, Gugatan, dan Peninjauan Kembali
PEMBUKUAN/PENCATATAN BAGI
WAJIB PAJAK

PENGERTIAN

Pembukuan
Pembukuan adalah proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan clan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup clengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Pencatatan
Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto clan
atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang


tcrrno.suk pcnghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang e.
bersifat final.
Yang Wajib Menyelenggarakan Pernbukuan f.
a. Pernbayar Pajak Badan;
b. Pembayar Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalarn satu g.
tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,- (ernpat rnilyar delapan ratus juta rupiah).

Yang Wajib Menyelenggarakan Pencatatan


a. Pembayar Pajak OrangPribadi yang rnelakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
PR
bebas dan peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,­
(empat miliar delapan ratus juta rupiah) dapat rnenghitung penghasilan neto PriJ
dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat der
memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak jangka waktu 3 (tiga) bulan Prii
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan;

b. Pembayar Pajak OrangPribadi yang tidak melakukankegiatan usaha atau peketjaan
bebas.

Pembayar Pajak orang pribadi yang memenuhi persyaratan di atas dan bcrmaksud
rnenghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan .
Penghasilan Neto, wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam

jangka waktu 3 (tiga) bulan pertarna dari tahun pajak yang bersangkutan.

SYARAT-SYARAT PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN


a. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya; •
b. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, ·
satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan;
c. Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas;
ci. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan;

Perpajakan Indonesia
:yang e. Perubahan terhadap metode pembukuan clan atau tahun buku, harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak;
f. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan clan biaya serta penjualan clan pembelian, sehingga dapat
�rjaan dihitung besarnya pajak yang terutang;
1 satu g. Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan serta
Jiah). dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Wajib Pajak wajib disimpan selama sepuluh tahun.

qaan
PRINSIP TAAT AZAS
.000,­
neto Prinsip taat azas adalah prinsip yang konsisten digunakan dalam metode pembukuan
1arat dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi.
ulan Prinsip taat azas dalam rnetode pembukuan misalnya dalam penerapan:
• stelsei pengakuan penghasilan, apakah penghasilan diakui pada saat dilakukan

�aan penerimaan uang tunai atau berdasarkan pengakuan penghasilan;


• stelsel pengakuan biaya, apakah beban diakui setelah dilakukan pembayaran
atau dicatat pada saat diakui sebagai beban;
• tahun buku, yaitu periode yang digunakan adalah Januari sampai dengan
:sud
gan Desember;
lam • metode penilaian persediaan, yaitu tidak dilakukan perubahan metode pencatatan
penilaian persediaan. Metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan
A adalah metode FIFO (First In First Out) maka untuk selanjutnya dianjurkan
untuk selalu konsisten menggunakan metode penilaian persediaan FIFO ini,
sehingga PT. A tidak dianjurkan untuk menggunakan rnetode rata- rata (Average)
,an ; atau
• rnetode penyusutan clan amortisasi. Sebagai contoh perusahaan B menggunakan
·abI rnetode penyusutan Garis Lurus (GL) untuk menyusutkan Aktiva Tetap
am Perusahaan, jadi untuk tahun-tahun berikutnya perusahaan B harus taat azas,
yaitu tidak boleh menyusutkan Aktiva Tetap Perusahaan dengan metode
.sel penyusutan yang lain seperti: Metode Penyusutan Saldo Menurun.

ah

-.----
Bab 6 • Pembukuan/Pencatatan Bagi Wajib Pajak
·· -- -- -
STELSEL AKRUAL DAN STELSEL KAS/ ACCRUAL BASIS AND CASH s
BASIS s
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam a
arti penghasilan diakui pada saat diperoleh dan biaya diakui pada saat terutang.
Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itt1 dibay;:ir
secara tunai. b
Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan C
berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan yang umumnya
dipakai dalam bidang konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang usaha
tertentu seperti real estate. d
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas
penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar seca:ra tunai.
Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila
benar-benar telah diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya
baru dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam
suatu periode tertentu.
p
SLelsel kas oidsc.rnya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau
y
pernsahaan jasa, misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu (l
antara penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama. 0
Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan barang atau jasa ditetapkan
pada saat pembayaran dari pelanggan diterima dan biaya-biaya ditetapkan pada
saat barang, jasa, dan biaya operasi lain dibayar
1
Metode pemakaian stelsel kas dapat mengakibc1tkan penghitunga:.:·. yang A
mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke a
tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas. b
Oleh karena itu, untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam memakai stelsel kas c.
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: d
a. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh
penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga
pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan. F
b. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat �
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat p
dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi. d
c. Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat azas (konsisten). K

PerpaJakan �onesi
;.-
H SYARAT-SYARAT PENY ELENGGARAAN PENCATATAN
Syarat-syarat menyelenggarakan pencatatan adalah:
lam a. Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan
ng. yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata
yar uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia;
b. Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara kronologis;
lan c. Catatan clan clokumen yang menjadi clasar pencatatan harus disimpan di
1ya tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
tha dilakukan selama 10 (sepuluh) tahun.
d. Pencatatan harus clapat menggambarkan antara lain:
tas • peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang
cliterima clan/atau diperoleh;
ila • penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan
ya pajaknya bersifat final.
lill Ja di, buku, ca tatan, clan dokumen yang menjadi dasar pembukuan a tau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
3.U yang dikelola secara elektronik atau secara program on-line wajib disimpan selama 5
tu (lima) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak
a.­ orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
m
la
TUJUAN PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN/PENCATATAN
g Adalah 1ntuk mempermudah:
1

:e a. Pengisian SPT
s. b. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
lS c. Penghitungan PPN clan PPnBM,
d. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil
h kegiatan usaha/pekerjaan bebas.
a
PEMBUKUAN DALAM B AHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN
t RUPIAH
t Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing clan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan dalam rangka:
• Penanaman Modal Asing;

6 -, embukuan/Pencatatan Bagi Wajib PaJak


��- __ _!::_
• Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan- kontrak dengan Pemerintah
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan sa
perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas ffi(

bumi; (ti:
• Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan a.
perundang-undangan pertambangan minyak clan gas bumi;
• Bentuk Usaha Tetap sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak b.
Berganda (P3B) terkait;
• Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun
seluruhnya di bursa efek luar negeri;
• Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi at
satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dan telah memperoleh S urat w
Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar
Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­ bE
undangan pasar modal; atau V\i
0 Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, UI
yc1itu pcrusahuan unak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai sa
oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai
h11h11ninn i.slirncwa.
m
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan m
mata uang Dolar Amerika Serikat oleh Wajib Pajak harus terlebih dahulu mendapat w
izin tertulis dari Menteri Keuangan, kecuali bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak
Karya atau Wajib Pajak dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama. K,
Dasar hukum adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan ba
Umum clan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
PE
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007; Undang-Undang Nomor 7 Tahun te:
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir, dE
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008; Peraturan Jvlenteri Keuangan tel
Nomor 196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang selain Rupiah serta Kewajiban mi
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan ke
dan PER-l 1/PJ./2010 tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian, Dan 1.
Pembatalan Izin Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris Dan Satuan Mata Uang Dolar Amerika Serikat.

Perpajakan Indonesia,i'
tah Izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk menggunakan bahasa Inggris clan
ran satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dapat diperoleh Wajib Pajak dengan
mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor W ilayah, paling lambat 3
(tiga) bulan:
a. sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dimulai; atau
iak b. sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak pertama.
un
Kepala Kantor W ilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan
asi atas permohonan Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari
Wajib Pajak diterima secara lengkap.
:ar Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum men1-
g- berikan keputusan maka permohonan dianggap diterirna clan Kepala Kantor
Wilayah atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin
ri, untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dc:m
:a1 satuan mata uang Dolar Amerika Serikat.
ai Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak Kontraktor Kontrak
Kerja Sama yang sejak pendiriannya menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa lnggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat, wajib
m menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
at Wajib Pajak terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal pendirian.
,k WaJib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak Kontraktor Kontrak
Kerja Sama yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
n bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat, wajib menyampaikan
Ir pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
n terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan
tr dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat
n tersebut dimulai.
n Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
n menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat, berlaku
n ketentuan konversi ke satuan rnata uang Dolar Amerika Serikat sebagai beriku t:
t1 1. Pada awal tahun buku:
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan satuc1n mata uang Dolar
Arnerika Serikat untuk pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari

Bab 6 • r::embukuan/Pencatatan Bagi Wajib PaJak


.. - 87
Neraca akhir tahun buku sebelumnya (dalam satuan mata uang Rupiah)
yang dikonversikan ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs:
a) untuk barga perolehan harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun menggunakan
kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut;
b) untuk akumulasi penyusutan dan/atau amortisasi harta sebagaimana
dimaksud pada huruf a) menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
saa t perolehan harta tersebut;
c) untuk harta lainnya clan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan
yang dianut yang dilakukan secara taat azas;
d) apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, di samping menggunakan nilai
p
historis, atas nilai selisih lebih dikonversi ke dalam satuan mata uang Dolar' p
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada d
saat dilakukannya revaluasi; n
e) untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam satuan mata uang Rupiah dari
p
tahun-tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam satuan mata uang Dolar p
J\mcrika Scrikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada akhir tahun buku sebelumnya, yakni kurs tengah Bank Indonesia, n
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat. n
azas;
f) untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang 11
sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi; d
g) clalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari p
satuan mata uang Rupiah ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat T
sebagaimana dimaksud pada huruf a), huruf b), huruf c), huruf d), clan
huruf e) maka selisih laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening n
laba ditahan. n
b
2. Dalam tahun berjalan: d
a. Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang Dolar Amerika 3
Serikat, pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi yang b
bersangkutan;
y
ah) b. Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang menggunakan
;an satuan mata uang selain Dolar Amerika Serikat, dikonversikan ke satuan
mata uang Dolar Amerika Serikat dengan m enggunakan kurs yang
ud sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi, yaitu sebagai berikut:
:an 1) apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka kurs
yang dipakai adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut;
na 2) apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku,
da maka kurs yang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia yang
berlaku, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan
ya secara taat azas.
an
Dalam hal Wajib Pajak telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan
lai pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar
ar Amerik� Serikat namun merencanakan untuk tidak memanfaatkan izin yang
:ia dimilil:inya, Wajib Pajak wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis atau
mengajukan permohonan pembatalan secara tertulis untuk menyelenggarakan
tri pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar
:lf Amerika Serikat.
:u Wajib Pajak yang merencanakan untuk tidak memanfaatkan izin untuk
a, menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
:1.t mata uang Dolar Amerika Serikat wajib menyampaikan pemberitahuan pembatalan
secara tertulis untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
g Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat ke Kantor Pelayanan Pajak
dalam hal Tahun Pajak sebagaimana tercantum dalam surat izin belum dimulai dan
pemberitahuan tersebut harus sudah diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak sebelum
Tahun Pajak tersebut dimulai.
:1 Wajib Pajak yang merencanakan untuk tidak memanfaatkan izin untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dolar Amerika Serikat wajib mengajukan permohonan pembatalan secara
tertulis untuk menyelenggarakan pembi1kuan dengan menggunakan bahasa lnggris
dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat ke Kantor Pelayanan Pajak paling lama
3 (tiga) bulan setelah tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dimulai.
Wajib Pajak Kontrak Karya atau Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama
yang telah memberitahukan ke Kantor Pelayanan Pajak ternpat Wajib Pajak terdaftar

Bab 6 • Pembukuan/:>encatatan Bagi Wajib Pajak


..
untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris a
dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat namun Wajib Pajak tersebut akan F
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia clan ti
satuan mata uang Rupiah, wajib mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan I
pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah 1:

kepada Kepala Kantor Wilayah paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang. s
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mai:a uang C

Rupiah tersebut dimulai l


Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan
atas permohonan pembatalan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dalam jangka waktu C

pa ling lama 1 (sat11) bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak diterima secara C

lengkap. I

Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum mem­ I
berikan keputusan, maka permohonan dianggap diterima.
Apabila permohonan Wajib Pajak dikabulkan, Wajib Pajak tersebut tidak
di perbolehkan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris 1
dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak izin tersebut <licabut.
Jika Wajib Pajak kemudian bermaksud menyelenggarakan pembukuan dengan
rnenggunakan bahasa Inggris clan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat lagi,
Wajib Pajak harus mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor W ilayah
setelah jangka waktu 5 (lima) tahun terlampaui.
Seandainya Wajib Pajak yang tidak memperoleh izin tertulis untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
rnata uang Dolar An1erika Serikat atau Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau
Wajib Pajak dalarn rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sarna, yang tidak rnenyampaikan
pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak ternpat Wajib Pajak terdafta�
tetapi tetc1p menyelenggarakan pernbukuan dengan menggunakan bahasa lnggris
dan satuan rnata uang Dolar Amerika Serikat, terhadap Wajib Pajak tersebut
diperlakukan sebagai Wajib Pc1jak yang tidak menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Undang- Undang KUP.
Dalarn hal Wajib Pajak yang telah memperoleh izin tertulis untuk
rnenyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
rnata uang Dolar Amerika Serikat, atau Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya

Perpajakan Indonesia
.,/
s atau Wajib Pajak dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama, yang menyampaikan
n pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
1 terdaftm; tetapi tetap menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
1 Indonesia dan satuan mata uang Rupiah, terhadap Wajib Pajak tersebut dicabut
1 izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
,
7
satuan mata uang Dolar Amerika Serikat oleh Kepala Kantor Wilayah dan tidak
dapat diberikan izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan 1nata uang Dolar Amerika Serikat.
l Sisa kerugian fiskal dal�m satuan mata uang Rupiah dari tahun-tahun
t sebelumnya yang dapat dikompensasikan ke Tahun Pajak dimulainya pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat, dikonversikan ke dalam safuan rpalta ua�g Dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indo�sia yang berlaku pada akhir tahun buku
pada saat kerugian fiskal tersebut terjadi.
Wajib Pajak yang telah memperoleh izin unhik menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat,
harus menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dalam jangka waktu paling sedikit
5 (lima) tahun sejak diterbitkan izin atau penyampaian pemberitahuan.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan atas izin untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dolar Amerika Serikat dengan syarat:
a. disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 3 (tiga)
bulan sebelum tahun buku berakhir;
' '

b. mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan


atas permohonan pencabutan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap.
Jika jangka waktu telah lewat dan Kepala Kantor W ilayah belum memberikan
keputusan, maka permohonan dianggap diterima.
Wajib Pajak yang telah dicabut izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat,
wajib menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia

Bab 6 • Pembukuan/Pencatatan Bagi Wajib Pajak


dan satwm mnt;:i 11r111g Rupiah pada awal tahun buku bcrikutnya, dan tidak
dapat mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak izin tersebut dicabut.
Bagi Wajib Pajak yang izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa lnggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat
dicabut, konversi dilakukan dengan bertitik tolak dari Neraca akhir tahun buku
diselenggarakannya pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris clan satuan
mata uang Dolar Amerika Serikat clengan menggunakan kurs yang berlaku dengan
mengacu pada peralihan pembukuan dari satuan mata uang Rupiah ke satuan mata
uang Dolar Amerika Serikat
Ketentuan lanjut mengenai tata cara permohonan, pemberitahuan, pemberian,
dan pembatalan izin menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris clan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat cliatur dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak.
Bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan satuan mata uang Dolar
Amerika Serikat sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, berlaku
kctcntuan sebagai berikut:
a. tidak perlu mengajukan permohonan baru dan izin tersebut tetap berlaku; dan
b. ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini diberlakukan
untuk Tahun Pajak yang dimulai setelah tanggal 31 Desember 2007.

TEMPAT PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN


Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-clokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan di Indonesia selama 5 (lima) tahun,
yaitu untuk:
a. WP orang pribadi, di tempat kegiatan atau tempat tinggal;
b. WP badan, di tempat kecludukan.

PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN METODE PEMBUKUAN


Perubahan tahun buku dan perubahan metode pembukuan harus mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Pajak.

Perpajakan Indonesia
lak
;an
1m . . .. • ti
1. Jelasl<an apa·yang dimaksud dengan stelsel kas dengan stelsel akrual? ·
2. Apakah Wajib Pajak dapat menyelenggarakan pemlbukuan dengan
an
};,�, '-a$� ct�µtg,c;1!arn, da1am mata uang asing? Jika ya, bagaimana caranya?
:at
. Apa fungsi dari iPembu.k11an?
�u
Jika piHak Kantor 'Pelayanan Pajak (KPP) telah melakukan
:1n
pemeriksaan terhadap pembukualil. perusahaan ABC tahun 2017 dan
1n
' tetah d�terbitkan Su1Jrat Ketetapar.} Pajak (SKP). Namun, di luar kesenga�aan
ta
kami menemukan kesalahan pet1.catatan, namun tidak dilakukan koreksi
0leh pemeril<sa terkait dengan metode pembukuan. Diasumsikan tanggal
n,
h.ari ini adalah 5 Mei 2019. Ditanya:
,a
a. Apakah SJ;l Tahun 2017 dapat dibetu.lkan?
n
'b. ABC ingin mengubah metoae pembukuan, apakah dapat
langsung dipergunaikan dala.m tah1J1.n betjalan?
n
Apa beda P.encatatan dengan Pembukuan?
lf
Tuan Asli adalah Wajib Pajak Orang Pribadi 0.engar1. usalfta perdagangam
u
tekstil. Saat ini Tuan Asli tidak lagi menggunakan pembukuan dan beralih
menggunalfan pencaitatan akibat berubahnya batasan peredaran brut0
1
sebesar Rp. 4,8 miiiar untuk dapat menggunakan norma penghitungan
1
penghasilan neto dan pen1bahan tersebut telah disetujui oleh pihak Kantor
Pelayaman Pajak (KPP). Setiap bulan TuanAsli selalu menyewa mobil rmtuk
mengangkut barang dagang. Apakah dengan menggunakan norma Tuan
Asli tetap punya kewajiban memotong PPh 23 atas sewa mobil?

r Bab 6 • Pembukuan/Pencatatan Bagi Wajib Pajak


PEMERIKSAAN PAJAK, KETENTUAN
PIDANA, DAN PENYIDIKAN

DEFINISI
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.

TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:
a. SPT lebih bayar dan atau rugi;
b. SPT tidak atau terlambat disampaikan;
c. SPT memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal Pajak untuk
diperiksa;
d. i\danya indiknsi tidak dipenuhi kewajibankewajiban selain kewajiban 3.
pada huruf b.

2. Tujuan lain, yaitu:


a. Pemberian NPWP (secara jabatan) atau penghapusan NPW P;
b. Pengukuhan PKP secara jabatan clan pengukuhan atau pencabutan
Pengukuhan PKP;
c. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding;
d. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto;
e. Pencocokan data dan atau alat keterangan;
f. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di tempat terpencil;
g. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;
h. pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
1. penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan;
dan/atau
l· pemenuhan perminlaan infonnasi uari negara mitra Perjanjian Peng­
hindaran Pajak Berganda.

Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat 1.


Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkup pemeriksaannya 1apat
meliputi satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk 2.
tahun tahun yang lalu maupun untuk tahun berjalan. 3.

4.
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK APABILA DILAKUKAN Pl:MERIKSAAN 5.
1. Memperlihatkan data atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan penghasilan 6.
yang diperoleh kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP atau objek yang terutang
pajak;
2. Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan 7.
yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan; 8.
>an 3. Memberi keterangan yang diperlukan selain buku, catatan, dan dokumen lain,
Wajib Pajak harus memberikan keterangan lain yang dapat berupa keterangan
tertulis dan/atau keterangan lisan.

Keterangan tertulis misalnya:


an a. surat pernyataan tidak diaudit oleh Kantor Akuntan Publik;
b. keterangan bahwa fotokopi dokumen yang dipinjamkan sesuai dengan
aslinya;
an c. surat pernyataan tentang kepemilikan harta; atau
d. surat pernyataan tentang perkiraan biaya hidup.

Keterangan lisan misalnya:


a. wawancara tentang proses pembukuan Wajib Pajak;
b. wawancara tentang proses produksi Wajib Pajak; atau
c. wawancara dengan manajemen tentang transaksitransaksi yang bersifat
khusus.
)"_
J

HAK WAJIB PAJAK APABILA DILAKUKAN PEMERIKSAAN


lt 1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal
lt Pemeriksa;
k 2. Meminta tindasan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak;
3. Menolak untuk diperiksa apabila Pemeriksa tidak dapat menunjukan Tanda
Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;
�- Meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan;
5. Meminta tanda bukti peminjaman buku buku, catatan catatan, serta dokumen
:r
J dokumen yang dipinjam oleh Pemeriksa Pajak;
6. Meminta rincian berkenaan dengan halhal yang berbeda antara hasil
pemeriksaan dengan Surat Pemberitahuan (SPT) mengenai koreksi koreksi
yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak terhadap SPT yang telah disampaikan;
7. Mengajukan pengaduan apabila kerahasian usaha dibocorkan kepada pihak
lain yang tidak berhak;
8. Memperoleh lembar Asli Berita Acara Penyegelan apabila Pemeriksa pajak
melakukan penyegelan atas tempat atau ruangan tertentu.

.. Bab 7 • Pemeriksaan Pajak, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan


Wajib Pajak yang pada saat dilakukan pemeriksaan tidak rnem,beri kesernpatan
kepadzi pemeriksa untuk memasuki tern pat, ruang, dan barang bergerak dan/
atau tidak bergerak, serta mengakses data yang dikelola secara elektronik atau
tidak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan clianggap menghalangi
pelaksanaan pemeriksaan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh buku, catatan,
dokumen terrnasuk data yang clikelola secara elektronik clan benda benda lain yang
dapat rnernberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak
yang diperiksa dipandang perlu memberi kewenangan kepada Direktur Jenderal
Pajak yang clilaksanakan oleh pemeriksa untuk melakukan penyegelan terhadap
tempat, ruang, dan barang bergerak dan/atau tidak bergerak.
Penyegelan merupakan upaya terakhir pemeriksa untuk memperoleh ata�
mengamankan buku, catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara
elektronik, clan bendabenda lain yang dapat memberi petun:iuk tentang kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang diperiksa agar tidak dipindahkan,
dihilangkan, climusnahkan, cliubah, clirusak, ditukar, atau dipalsukan.
Penyegelan data elektronik clilakukan sepanjang tidak menghentikan kelancaran
kegiatan operasional perusahaan, khusmmya yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat.

TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang clilakukan Wajib Pajak (W P),


sepanjang menyangkut pelanggaran ketentuan aclministrasi perpajakan dikenakan
sanksi administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak pidana dibidang perpajakan
dikenakan sanksi pidana.

·nndak P�darnj} Di Bidang Perpajakan


a. Setiap orang yang karena kealpaannya:
• tidak menyampaikan Surat Pernberitahuan (SPT); atau
• rnenyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau rnelampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga clapat
rnenirnbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun clan atau clenda paling tinggi 2 (clua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayat

9$ •
PerpaJakan Indonesia
..
ttan Mulai 1 Januari 2008, sanksi tindak pidana di bidang perpajakan terhadap
an/ huruf a di atas menjadi pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau
tau paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
ngi terutang yang hdak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
mg
jak b. Setiap orang yang dengan sengaja:
�ral • tid2k mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau
lap tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak;
au • menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
• tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
• menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap;
• menolak untuk dilakukan pemeriksaan;
• memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolah olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya;
• tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen
lain;
• tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan
secara program aplikasi online di Indonesia; atau
• tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

Sanksi tindak pidana di bidang perpajakan terhadap huruf b di atas menjadi


pidana penjara paling singkat 6 ( enam) bulan atau paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.

Bab 7 • Pemeriksaan PaJak, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan


..
Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana c
penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman a
pidana yang diatur sebagaimana butir b.

c. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana


rnenyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, 1
atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan atau paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah restitusi yang dimohonkan dan /atau kompensasi atau pengkreditan'
yang dilakukan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dlmohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.

Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajih
Pajak, yang menyuruh rnelctkukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan,
atau yang membantu mPlr1kukc1n tindak pidana di bidang perpajakan.
Undang Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 39A berbunyi bahwa Seliap orang,
yang dengan sengaja:
a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pernotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan
transaksi yang sebenarnya; atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam
faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak clan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak,
bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

DELIK ADUAN DAN SANKSINYA KEPADA PEJABAT


Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang
perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak yang menyangkut
masalah perpajakan.

Perpajakan lndonesi
_ _;.- I
kan Pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak tersebut
ana dapat diancam sanksi pidana sebagai berikut:
nan a. Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan
hal kerahasiaan Wajib Pajak, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta
ana rupiah).
,KPI b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang
tau yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat, dipidana dengan
<an pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
m) Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
:ali
:an Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung
:an atau menetapkan pajak tidak sesuai dengan ketentuan undang undang perpajakan
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di
jib, luar ke Nenangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang undangan
perpajakan, dapat diadukan ke unit internal Departemen Keuangan yang berwenang
melakukan pemeriksaan clan investigasi dan apabila terbukti melakukannya dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan
k, dan pengancaman kepada Wajib Pajak untuk menguntungkan diri sendiri secara
Ln melawan hukum diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368
Kitab UncfangUndang Hukum Pidana.
ta Pegawai pajak yang bermaksud menguntungkan diri sendiri secara melawan
g hukum dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk
n memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk
ti mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam dengan pidana sebagaimana
,, dimaksud dalam Pasal 12 UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan perubahannya.
Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana,
apabila dalam melaksanakan tugasnya didasarkan pada iktikad baik dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.
'
r

Bab 7 • Pemeriksa2in Pajak, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan


KETERLIBATAN DAN SANKSI BAGI PIHAK KEJIGA
Bagi pihak ketiga yang terdiri dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, p
kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga lainnya berlaku tindak pidana sebagai
k
berikut: (1
• Setiap orang yang menurut ketentuan wajib memberikan keterangan atau bukti
yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti atau F
rnernberi keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana dengan pidana p
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan dencla paling banyak Rp.25.000.000 d
(dua puluh lima juta rupiah) ➔ Pasal 41A UU No. 28 tahun 2007. b
• Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan
n
tindak pidana perpajakan, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3
(tiga) tahun clan clenda paling banyak Rp.75.000.000 (tujuh puluh lima juta
J,
rupiah) ➔ Pasal 41B UU No. 28 tahun 2007.
F
F
Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan , yang menganjurkan
atau membantu melakukan tindak pidana di bidang pcq1r:ijr1k.:m.
Sedangkan untuk instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain berlaku
tindak pidana sebagai uerikut:
• Setiap orang yang terdiri dari instansi pcmerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak 3

lain, yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban mernberikan data dan
informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepacla Direktorat Jencleral Pajak
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling 1:
banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
• Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban
pejabat dan pihak lain memberikan data dan inforrnasi yang berkaitan dengan C

perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak dipidana dengan pidana kurungan


paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp. 800.000.000 (

(delapan ratus juta rupiah).


• Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi E

tambahan yang diminta oleh Direktur Jencleral Pajak clalam menghimpun


data clan informasi untuk kepentingan penerimaan negara clipidana karena
data clan informasi yang pertama kali diminta ticlak mencukupi; clikenakan f
pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau dencla paling banyak
Rp. 800.000.000 (clelapan ratus juta rupiah).

Perpajakan Indonesia..
Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi
k, perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara dipidana dengan pidana
ai kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000
(lima ratus juta rupiah).
:ti
u PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
IQ
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta
n menemukan tersangkanya.
3 Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat
a Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
l

WEWENANG P ENYIDIK
Wewenang penyidik adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, clan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laiJOran tersebut menjcidi lebih lengkap clan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
d. meminjam dan memeriksa buku, catatan, dan dokun1en lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pernbukuzrn,
pencatatan, clan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas pen yidikan
tindak pidana di bidang perpajakan;

I
-.=--- -
Bab 7 • Pemeriksaan Pajak. Ketentuan Pidana, da11 Penyidikan

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau p
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas p
orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa; p
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang n
perpajakan; a
1. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
J· menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang undangan.

PENGHENTIAN PENYIDIKAN
Penyidikan dihentikan dalam hal:
a. tidak terdapat cukup bukti ;
b. peristiwa yang disidik bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan;
c. peristiwanya telah daluwarsa;
d. tersangkanya meninggal dunia;
e. pemeriksaan Bukti Pcrmulaan (buper) diselesaikan karena Wajib Pajak
mengungkapkan ketidakhenaran perbuatannya;
f. putusan Pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan Putusan Pengadilan tersebut
telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak;
g. untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan,
J aksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan dengan syarat Wajib Pajak: melunasi utang pajak yang tidak atau
kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan ditambah sanksi
administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang ticiak atau
kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

Direktur Jenderal masih dapat melakukan pemeriksaan apabila setelah


perneriksaan dihentikan masih terdapat data yang belmn diungkapkan oleh Wajib
Pajak.
Dikecualikan untuk merahasiakan bagi Setiap pejabat dan tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang dilarang memberitahukan kepada

. ..
Perpajakan Indonesia
"

pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib
Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya dan untuk menjalankan ketentuan
peraturan perundang undangan perpajakan dalam hal ini Menteri Keuangan
memberikan izin tertulis kepada:
a. pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam
sidang pengadilan; atau
b. pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan Menteri Keuangan untuk
me�nberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi
Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan
negara.

1'I

t,

,, --------
Bab 7 • Pemeriksaan Pajak, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan
1. Apa tujuan pemeriksaan?
2. Apa yang rnenjadi Hak clan Kewajiban Wajib Pajak pada saat dilakukan
pemeriksaan?
3.
Mengapa seorang Wajib Pajak diancam hukuman Pidana?
4.
Apa yang dimaksud dengan Penyidikan?
5. Apa wewenang dari Penyidik?
6. Bagaimana Penyidikan terhadap Wajib Pajak dapat dihentikan?
7. Perneriksaan sedang dilakukan terhadap Wajib Pajak, apakah pemeriksaan
dapat dihentikan jika Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT Tahunan
dalam tahun 2008?
8. Dasar hukum apa yang digunakan atas jawaban nomor 7?
9. Beberapa waktu lalu keluarga Bayu mengalarni musibah. Kakak
Bayl1, merupakan karyawan PI XYZ, mengalarni kecelakaan sehingga
rneningg;:il duniJ. Selurna bekerja, dia diastir;:msikan oleh perusahaannya.
Setelah J;,),lLH,ibah t@r£@bwt, ahli war,js rn@Re:r.jma biaya J9elil•gg,aw1filtiaF1 (k]a,im)
======t====---c:htrrpen. �- mtil ,�dcrct nil ""iiliilissrrmnarr1ts11: ;ti-r,,yamrr1gg--d-c1- t�ri Ra 11 1rce-1 aJui pert,sa lim rn pa
bekerja selamc1 ini. i\paknh bcrnu kbim yang ditcrimn PT XYZ dipotong
PPh? Apakah uang yang diterima ahli waris juga dipotong pajak?
·10. Louis telah rnemiliki NPWP dan mulai bulan depan akan bekerja di luar
negen.
Dengan kondisi terse but apakah Louis masih wajib memiliki NPWP?
Apakah NPWP Louis bisa dicabut? Bagairnana kewajiban pelaporan SPT
Louis jika NPWP tidak dicabut?

PerpaJaka11 l11do11esia a9
PAJAK PENGHASILAN

• 187
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN DAN
OBJEK PAJAK PENGHASILAN

DEFINISI
Pengertia11 penghasila.n dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan adanya
penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan
ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk
ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan
rutin clan pembangunan.
Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi clan
dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.
Karena Undang-undang PPh menganut pengertian penghasilan yang luas maka
semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak
digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian,
apabila dalam satu Tahun Pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian,
rnaka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya (Kompensasi


Horisontal), kecuali kerugian yang diderita di luar negeri. Namun demikian,
zipabila suatu jenis penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau
dikecua likan dari Objek Pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan
dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum.
Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Tndl1nesia maupun dari luar Tndonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bcntuk apapun.
Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir
dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan "tahun pajak" dalam Undang-Undang
ini adalah tahun kalende1; tetapi Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun kalende� .sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka
waktu 12 (dua belas) bulan.
......

SUBJEK PAJAK ����������������


Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
1. orang pribadi;
2. wansan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, rnenggantikan yang
berhak;
3. badan;
4. bentuk usaha tetap.

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
Indonesia ataupun di luar Indonesia.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan yang ditinggalkan oleh
orm1g pribadi Subjek Pajak dalam negeri dianggap sebagai Subjek Pajak dalam
negeri yang berarti dalam hal ini adalah status pewaris. Adapun untuk pelak�anaan
pemenuhan kewajiban perpajakannya, warisan tersebut menggantikan kewajiban
ahli waris yang berhak. Apabila warisan tersebut telah dibagi, maka kewajiban
perpajakannya beralih kepada ahli waris.

Perpajakan Indonesia,I
..
an, Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebagai
tau Subjek Pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
can melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, tidak dianggap sebagai Subjek Pajak
pengganti karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
. an oran� pribadi dimaksud 1neiekat pada objeknya.
sal Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai Subjek Pajak
ns1 menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak orang pribadi yang
an meninggalkan warisan tersebut.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
ya baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
lill perseroan terbatas, perseroan komandite� perseroan lainnya, badan usaha tTtilik
ur negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,
ng kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
1.g massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan
ka lainnyc1 termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek
pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu
dari badan Pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh
Pemerintah Pusat clan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.
Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan,
atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.
Yang dimaksu d dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak
li
bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakul«rn
kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:
1
a. tempat kedudukan manajemen;
1
b. cabang perusahaan;
1
c. kantor perwakilan;
l
d. gedung kantor;
e. pabrik;
f. bengkel;
g. gudang;

Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasila11


h. ruang untuk promosi dan penjualan;
1. pertambangan clan penggalian sumber alam; 1
J· wilayah kerja pertambangan minyak clan gas bumi;
k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
m. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang ·
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; 2
n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
o. agen atau pegawaidari perusahanasuransiyangtidakdidirikandan tidakbertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung
risiko di Indonesia; dan
p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.
L
SYBJEKPAJAK DALAM NEGERI DAN SUB:JEtt FkJAKLUAR NEG;ER=a;;;;;;
I�
Subjek Pajak Dalam Negeri dalam peraturanperpajakan yang berlaku di Indonesia
-===--.....,t-cr-airi dari:
a Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia; atau
b Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (sera1:us delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia;
c Badan,yang didirikan atau bertempat kedudukandiindonesia,kecuali unittertentu
dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
• pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan clan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
• penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; clan
• pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
d Bentuk Usaha Tetap;
e Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.

________________P_e_rp_a_ja_k_Jn Indonesia..
Sedangkan yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri adalah:
1. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
2. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia a tau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalarn jangka waktu
12 (dua belas) bulan, clan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

Jadi, perbedaan antara Subjek Pajak Dalam Negeri dengan Subjek Pajak
Luar Negeri, adalah:

Keterangan Subjek Dalam Negeri Subjek Luar Negeri


Orang Pribadi Bertempat tinggal di Indonesia Bertempat tinggal di Indonesia
lebih dari 183 hari, kecuali adanya kurang dari 183 hari kecuali
pPrjunjian P3B. adanya perjanjian P3B.
2. Badan Didirikan atau berkedudukan di Tidak didirikan atau
berkedudltkan di Indonesia.
Indonesia.
3. Sumber Penghasilan Dari Indonesia+ Luar Indonesia Dari Indonesia saja. Azas
➔ Azas domisili. Sumber.
4, Penghasilan yang Penghasilan Neto, yaitu Penghasilan yang dibayarkan
dikenakan Pajak. penghasilan bruto dikurangi kepada pert1sahaan di luar
dengan biaya yang diperbolehkan negeri,
untuk mengurangi penghasilan
Contoh Pembayaran
ataupun
Accounting Fee kepada
Penghasilan neto diperoleh Perusahaan Akuntan di
dengan mengalikan persentase Singapura equivalen dengan
penghitungan neto yang ditetapkan Rp. l O juta.
oleh Pemerintah, dalam hal ini
Jadi, penghasilan yang
Dirjen Pajak.
diker:iakan pajak adalah•Rp.
Contoh Pembayaran Accounting fee
ke perusahaan Akuntan di Indonesia
10 juta.
sebesar Rp. l O juta. Jadi, Penghasilan
yang dikenakan pajak adalah 50 % x
Rp. l O juta = Rp. 5 juta

�ub 8 • Su�jek Pajak Penghasilan dan Objek PaJak Penghasilan


'
Nb, Keterangan s�bjek IDalam Negeri subjek luar Negeri
5. Tarif Pajak Tarif Pajak umum yaitu Tarif Pasal Tarif Pajak sesuai PPh Pasal
17 UU PPh atau tarif khusus. 26 yaitu 20% kecuali adanya
Seperti contoh di atas, tarif pajak perjanjian P3B.
yang berlaku adalah 5%, maka
Jika diasumsikan bahwa
jumlah pajak yang dipotong adalah
Kantor P,kuntan di Singapura
5% x Rp. 5 juta = Rp. 250.000,-. tidak memperoleh surat
l
Domisili sehingga tarif pajak I
yang dikenakan adalah 20%
F
sehingga besarnya Pajak
adalah 20% x Rp. 10 juta = Rp. n
I 2.000.000.-
6. ! SPT Masa Wajib menyampaikan SPT Masa. Tidak wajib menyampaikan l
--
SPT Masa. [
7. 1
SPT Tahunan Wajib menyampaikan SPT Tahunan. Tidak wajib menyampaikan d
I I SPT Tahunan. J,
k
f,t?\rilc�iaJan ��ajak Subjektit;
Kewajiban Pajak Subjektif mertgandung arti bahwa seseoraililg, sesuatu atau badan sudah
memenuhi syarat untuk dikenakan Pajak Penghasilan dilihat clari sudut subjeknya. p
ApcibiL:i subjck pajnk ini mcncrima citau mcmpcrolch pcnghasilan, maka ia dapat br
dikenakan Pajak Penghasilan. J adi, kewajiban pajak subjektif ini sangat penting
maknanya dalam Pajak Penghasilan karena merupakan dasar dalam perigenaaD T
Pajak Penghasilan. Dengan demikian, kapan seseorang, sesuatu atau badan mulai
Yc
memenuhi syarat kewajiban pajak subjektif adalah sangat penting dalam Pajak
1.
Penghasilan. Begitu juga dengan berakhirnya kewajiban pajak subjektif. kapan
2.
dimulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif. Selengkapnya, saat mulai dan
berakhirnya kewajiban pajak subjektif ini adalah sebagai berikut:

Untuk subjr�k pajak orang pribadi dalam negeri


Dimulai pada saat orang pribadi tersebut dilahirkan, berada, atau berni.at untuk
bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau
3.
n1eninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

subi(��,{
r' oalak
f ,� badan dalam negeri
Dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan
berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.

PerpaJakan lndone

Untuk subjek pajak luar negeri berupa BUT
Dimulai pada saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU PPh dan berakhir pada saat
tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap.

Untuk subjek pajak luar negeri non BUT


Dimula� pada saat orang pribadi atau badan tersebut menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia dan berakhir pada saat tidak lagi menerima atau
memperoleh penghasilan tersebut.

Untuk warisan yang belum dibagi


Dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
dan berakhir pada saat warisan telah selesai dibagikan.
�angka waktu pengenaan Pajak Penghasilan ini dinamakan tahun pajak sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 1 UU Pajak Penghasilan. Tahun pajak ini pada umumnya
adalah tahun takwim mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
h Jika kewajiban pajak subjektif bermula atau berakhir di pertengahan akhir
3.. pajak, maka pengenaan pajak ini tidak penuh dalam satu tahun pajak tetapi dalarn
1t bagian tahun pajak.
g
n TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
3.1
Yang tidak termasuk subjek pajak adalah:
k
1. kantor perwakilan negara asing;
2. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat
n
lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan
syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
k
negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
l
3. organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, dengan syarat:
a. Indonesia rnenjadi anggota organisasi tersebut;

-.= - - --
Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan

b. tiJak rnenjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota;
4. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia clan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.

Penjelasan tersebut didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor


166/PMK.011/2012 tentang perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 215/PMK.03/2008 tentang penetapan organisasi-organisasi Internasional
dan pejabat-pejabat perwakilan organisasi Internasional yang tidak termasuk subjek
pajak penghasilan.
Daftar organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak penghasilar:
seperti disebut di atas selengkapnya dapat diunduh dari http://indo-taxations.
blo_gsµoLcom/2014Ll 1Lorganisasi-internasional.html

.......____Organis_asi S.wasta In ternationalt�: -===============-========-================�


1. Asia Foundation
2. The British Council
3. CARE (Cooperative for American Relief Everywhere Incorporation)
4. CCF (Christian Children's Fund)
5. CRS (Catholic Relief Service)
6. CW S (Church World Service)
7. The Ford Foundation
8. Friedrich Ebert Stiftung
9. FNS (Friedrich Neumann Stiftung)
10. IECS (International Executive Service Cooperation)
11. IRRI (International Rice Research Institute)
12. Leprosy Mission
13. OXFAM (Oxford Committee for Famine Relief)
14. Rockefeller Foundation
15. MAF (Mission Aviation Fellowship)
16. UFM International

Perpajakan Indonesia r/
17. W E (World Education, Incorporated, USA)
18. ACILS (American Center for International Labor Solidarity)

ORGANISASI IN TERNASIONAL DAN PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI


INTERNASIONAL YANG TIDAK TERMASUK SEBAGAI SUBJEK PAJAK
PENGHASILAN

Organisasi lnter1nasional yang Bukan Subjek Pajak Penghasilan


Kerjasama Teknik:
1. Kerjasama Teknik Kerajaan Arab S�mdi-Republik Indonesia
2. Kerjasama Teknik Iran-Republik Indonesia
3. Kerjasama Teknik Pakistan-Republik Indonesia
4. Kerjasama Teknik Philippina-Republik Indonesia

Organisasi-Organisasi Internasional Lainnya:


1. NEDO (T he New Energy and Industrial Technology Development Organization)
2. HSF (Hans Seidel Foundation)
3. DAAD (Deutcher Achademischer Austaushdienst)
4. IBF (T he Inverso Baglivo)
5. W CS (The W ildlife Conservation Society)
6. BORDA (The Bremen Overseas Research and Development Association)
/. Al-:r-Iaramain Islamic Foundation
8. ASEAN Foundation
9. SOCSEA (Sub Regional Office of CIRDAP in Southeast Asia)
10. IMC (International Medical Corps)
11. KNCV (K0ninklijke Nederlands Centrale Vereniging tot Bestrijding der
Tuberculose)."

�BJEK PAJAK PENGHASILAN


Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.

-.--
Bab 8 • SubJek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasila11
-- -
Jadi, pengertian penghasilan dalam Undang-undang ini tidak memperhatikan
adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan
ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk
ikut bersama-sama mernikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin
dan pembangunan. Sehingga pengertian penghasilan yang luas meliputi semua jenis
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun fiskal digabungkan
untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian, jika dalam satu
tahun pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, maka kerugian
tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya (kompensasi horisontal),
kecuali kerugian yang diderita di luar negeri. Namun demikian, apabila suatu jenis
penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan
dari Objek Pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan
penghasilan lain yang dikenakan tarif umum.
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib
Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Penghasilan dari pekerjcran-dalam hubungan kerja-dan pekerjaan bebas-seperti
::::::::::::::::::::::::::::_gaji, honorarium, 12enghasilan dari raktek dokte� notaris, aktuaris, akuntan,
pengacara, dan sebagainya;
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
Jika penggantian atau imbalan yang diterima oleh penerima diakui sebagai
penghasilan dan dikenakan Pajak Penghasilan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku, maka besarnya penggantian
atau imbalan yang dibayarkan atau yang akan dibayarkan dapat diakui sebagai
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan si pembayar penggantian atau
imbalan.

b. Hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan;


Yang dimaksud dengan hadiah adalah hadiah dari undian, pekerjaan, dan
kegiatan seperti hadiah undian tabungan, hadiah dari pertandingan olahraga
dan lain sebagainya. Sebagai contoh: hadiah undian dari bank Mandiri atas sisa
tabungan.

Perp�akan lndonesia
yf
1n Yang dimaksud dengan penghargaan adalah imbalan yang diberikan
1n sehubungan dengan kegiatan tertentu, misalnya imbalan yang diterima
ib sehubungan dengan penemuan benda-benda purbakala.
1k
m c. Laba usaha:
LIS Laba usaha adalah selisih lebih antara penjualan dikurangi dengan harga
m pokok penjualan dan beban-beban usaha.

I I I-I I
tu
m I Laba Usaha = Penjualan Harga Pokok Penjualan + j Behan Behan Usaha \

1S Contoh:
m Perusahaan A adalah distributor permen, berikut adalah ringkasan laporan
.n keuangannya:
Penjualan bersih perusahaan Rp. 500.00ll.000,-
b Penghasilan bunga bersih perusahaan dari Bank BCA Rf2. 5.000.000,- +
Total Penghasilan, Perusahaan A Rp. 505.000.000,-
ti Harga Pokok Penjualan, Perusahaan A RE. 300.000.000,- -
1, Laba Kotor Rp. 205.000.000,-
Beban Usaha, Perusahaan A
g (termasuk sumbangan Rp. 10 juta) RE. 110.000.000,- -
1, Laba Bersih Operasional, Perusahaan A Komersial Rp. 95.000.000,-
li
Untuk memperoleh Penghasilan Neto Fiskal maka atas penjualan perusahaan
ll harus dikurangi dengan Penjualan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan
1 yang bersifat Final; demikian juga beban usaha yang merupakan beban untuk
1 menagih dan memperoleh penjualan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan
1 yang bersifat Final harus dikurangi, dan dikurangi dengan beban yang tidak
1 diperkenankan untukmengurangi penghasilandalam penghitungan penghasilan
netto seperti: sumbangan.

Harga Pokok Penjualan - HPP


Penjualan - Penjualan yang
= yg dikenakan PPh Final + Beban
Laba Usaha sudah dikenakan - PPh
Beban Usaha - Beban Usaha
Final
Yang Tidak Diperkenankan

Contoh: Seperti contoh di atas.

Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan


Perusahaan A adalah distributor permen, berikut adalah ringkasan laporan
keuangannya:

Penjualan bersih perusahaan Rp. 500.000.000,-


Penghasilan bunga bersih perusahaan dari Bank BCA Rp. 0,- +
Total Penghasilan, Perusahaan A Rp. 500.000.000,-
Harga Pokok Penjualan, Perusahaan A Rp. 300.000.000,-
Laba Kotor Rp. 200.000.000,-
Beban Usaha, Perusahaan A
(dikeluarkan surnbangan Rp. 10 juta) Ri;2. 100.000.000,-
Laba Bersih Fiskal, Perusahaan A Ra, ·100.000.00 -

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:


• keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
Jika Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebih tinggi dari nilai
sisa buku atau lebih tingg-i dari harga atau nilai perolehan, maka-selis-ih ha-rga
tersebut merupakan keuntungan.

Contoh
PT. I rnerniliki sebuah rnesin yang digunakan dalam kegiatan usahanya dengan
nilai sisa buku sebesar Rp 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah). Mesin tersebut
dijual dengan harga Rp 60.000.000,00 (enarn puluh juta rupiah). Dengan C:.emikian
keuntungan PT. I yang diperoleh karena penjualan mesin tersebut adalah Rp
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

• keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena


pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota; Maksudnya
penjualan harta terjadi antara badan usaha dengan pernegang sahamnya, maka
harga jual yang dipakai sebagai dasar untuk penghitungan keuntungan dari
penjualan tersebut adalah harga pasar.

Contoh
PT. I rnemiliki sebuah mesin yang digunakan dalam kegiatan usahanya dengan
nilai sisa buku sebesar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah). Mesin

------
Perpajakan lrdonesia
.. . ____ - ..
,oran tersebut dijual kepada salah seorang pemegang sahamnya dengan harga
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), maka nilai jual mesin tersebut tetap
dihitung berdasarkan harga pasar sebesar Rp. 60.000.000,- (enarn puluh juta
)I - rupiah). Selisih sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) merupakan
)'-'-- + keuntungan bagi PI I. dan bagi pemegang saham yang membeli mesin tersebut
)I - selisih sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) merupakan penghasilan.
)'-'-- - • keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
)I - pemecahan, atau pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan narna dan
dalam bentuk apapun;
):.L._- - Jika suatu badan dilikuidasi, keuntungan dari penjualan harta, yaitu selisih
I'I=- antara harga jual berdasarkan harga pasar dengan nilai sisa buku harta tersebut,
merupakan Objek Pajak. Sama halnya dengan selisih lebih antara harga pasar
. dengan nil ai sisa buku dalam hal terjadi penggabungan, peleburan, pemekaran,
:i.dan pemecahan, dan pengambilalihan usaha merupakan penghasilan.
• keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
nilai sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
arga keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan
atau bc1.dan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
1gan • keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
ebut penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
kian perusahaan pertambangan.
l Rp
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
rena Pengembalian pajak yang telah dibebankan sebagai biaya pad.a sac1t
nya menghitung Penghasilan Kena Pajak, merupakan Objek Pajak.
laka Sebagai contoh, Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah dibayar dan
:lari dibebankan sebagai biaya, yang karena sesuatu sebab dikembalikan, rnakc1
jumlah sebesar pengembalian tersebut merupakan penghasilan.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian


gan utang;
sin

Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan


Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atas nilai
nominalnya sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah
nilai nominalnya. Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang
menerbitkan obligasi clan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli
obligasi.

g. Dividen, dengannama dandalam bentukapapun, termasukdividendari perusahaan


asuransi kepada pemegang polis, clan pembagian sisa hasil usaha kopern.si;
Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau
pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang
diperoleh anggota koperasi. Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
1) pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
nama dan dalam bentuk apapun;
2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor;
3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham
bonus yang berasaLdari kapitalisasi agio saham;
4) pembagian laba dalam bentuk saham;
sy peri:ca fari-..ambafiai:1 m6aar yarig-ailak�uiaidanpa 15enyet6raii;-
6) jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh
perseroan yang bersangkutan;
7) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan,
jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keunLmgan, kecuali jika
pembayaran kemb ali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar
(statuter) yang dilakukan secara sah;
8) pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima
sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;
9) bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
J 0) bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
11) pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
12) pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Dalam praktek sehari-hari sering dijumpai pembagian atau pembayaran
dividen secara terselubung, misalnya dalam hal pemegang saham yang telah

,I
Perpajakan Indonesia
menyetor penuh modalnya clan memberikan pinjaman kepada perseroan
dengan imbalan bunga yang melebihi kewajaran. Jika terjadi hal yang
demikian maka selisih lebih antara bunga yang dibayarkan dengan tingkat
bunga yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen. Bagian bunga
yang diperlakukan sebagai dividen tersebut tidak boleh dibebankan sebagai
biaya oleh perseroan yang bersangkutan.

h. Royalti;
Imbalan atau penggantian berupa royalti terdiri dari tiga kelompok, yaitu
imbalan sehubungan dengan penggunaan:
1) Hak atas harta tak berwujud, misalnya hak pengarang, paten, merek
dagang, formula, atau rahasia perusahaan;
2) Hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri, komersial,
dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan alat-alat industri, komersial
clan ilmu pengetahuan adalah setiap peralatan yang mempunyai nilai
intelektual, misalnya peralatan-peralatan yang digunakan di beberapa
industri khusus seperti anjungan pengeboran minyak (drilling rig), dan
, sebagainya;
3) informasi, yaitu informasi yang belum diungkapkan secara umum,
walaupun mungkin belum dipatenkan, misalnya pengalaman di bidang
industri, atau bidang usaha lainnya. Ciri dari informasi dimaksud adalah
bahwa informasi tersebut telah tersedia sehingga pemiliknya tidak perlu lagi
melakukan riset untuk menghasilkan informasi tersebut. Tidak terrnasuk
dalam pengertian informasi adalah informasi yang diberikan oleh misalnya
akuntan publik, ahli hukunl, atau a hli teknik sesuai dengan bidang
keahliannya, yang dapat diberikan oleh setiap orang yang mempunyai
latar belakang disiplin ilmu yang sama.

Menurut Undang Undang PPh, Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan
atau terutang dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara
berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas:
1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusasteraan,
kesenian atau karya ilmiah, paten, disain atau model, rencana, formula
atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/
industrial atau hak serupa lainnya;

-.=·-
. Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan

2.
Penggunaan atau hak mPnggunakan peralatan / perlengkapan industrial,
komersial atau ilmiah;
3. Pemberian pengetahuan atau informasi di oidang ilmiah, tektikal,
industrial atau komersial;
4. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan
penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1.,
penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut
pada angka 2., atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada
angka 3., berupa:
• Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara
atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit,
kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
• Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman
suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/
dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang
serupa;
"=-�---�=====.!• Peng.gunaan atau hak .menggunakan sebag�an atau selui!ruh sp,ektrum
radio komunikasi;
.i.------"• IS - Perigguna,m··afaitha[ n1engg1111akan film gambar hiJup (motion picture
films), fi Im atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk
siaran radio;
6. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan
penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/inciustrial
atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.

J.. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan barta;


Yang dimaksud dengan sewa adalah imbalan yang diterima atau diperoleh
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan penggunaan harta
gerak atau harta tak gerak, seperti sewa mobil, sewa alat berat, sewa kanto�
sewa rumah, dan sewa gudang.

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;


Penerimaan berupa pembayaran berkala, misalnya "alimentasi" atau tunjangan
seu mur hid up yang dibayar secc1ra berulang-ulang dalam waktu tertentu.

-
Perpajakan Indonesia ■

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
Pembebasan utang oleh pihak yang berpiutang dianggap sebagai penghasilan
bagi pihak yang semula berutang, sedangkan bagi pihak yang berpiutang dapat
dibeuankan sebagai biaya.
Namun demikian, dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan bahwa
pembebasan utang debitur kecil misalnya Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera
(Kukesra), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), kredit untuk
perumahan sangat sederhana, serta kredit kecil lainnya sampai dengan jumlah
tertentu dikecualikan sebagai Objek Pajak.

1. Keunturtgan karena selisih kurs mata uang asing;


Kevntungan karena selisih kurs dapat disebabkan fluktuasi kurs mata
uang asing atau adanya kebijaksanaan Pemerintah di bidang moneter. Atas
keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing, pengenaan
pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak
dengan syarat dilakukan secara taat azas sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;


Untuk dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan, Wajib Pajak tidak lagi menyampaikan pemberitahuan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak melainkan wajib mengajukan permohonan
kepada Kepala Kantor W ilayah yang membawahi Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdafta� untuk mendapatkan Keputusan Persetujuan
Direktur Jenderal Pajak terlebih dahulu.
Permohonan Wajib Pajak harus dilampiri dengan:
• Fotokopi surat ijin usaha penilai yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah
yang berwenang menerbitkan surat ijin usaha tersebut;
• Laporan penilaian perusahaan jasa penilai atau ahli penilai professional
yang diakui pemerintah;
• Daftar Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan
· Perpajakan;
• Laporan Keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva
tetap yang telah diaudit akuntan publik;

-.=:Bab··8 •
Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan
• Surat Kctcrnngan tidak mempunyai tunggakatt pajak Jari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Keputusan Persetujuan/Penolakan Direktur Jenderal Pajak tentang


Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan wajib
diterbitkan oleh Kepala Kantor Wilayah paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
setelah tanggal diterimanya permohonan Wajib Pajak.
Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap setelah dikurangi dengan
sisa kerugian fiskal tahun-tahun yang lalu (apabila ada) terutan3 PPh Final
sebesar 10%, yang harus dibayar lunas paling lambat 15 (lima belas) hari kerja
setelah tanggal Keputusan Persetujuan Direktur J-=nderal Pajak kecuali apabila
Wajib Pajak memperoleh persetujuan pembayaran secara a:n.gsuran.
Dasar hukum PER-12/PJ./2009 tanggal 23 Februari 2009; SE-56/PJ./2009
tanggal 25 Mei 2009 dan SE.308/PJ.31/2002 tentang tata cara permohonan dan
pengadministrasian penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan.
perpajakan.
Wajib Pajak yang teiah memperoleh Keputnsan Perset ·uan Direktur
Jenderal Pajak terutang PPh Final sebesar:
1. tidak lebih dari Rp. 2.000.000.000.000,- (dua triliun Rupiah):
J. dapat mengajukan permohonan untuk da.pc1l welakukan pembayaran

secara angsuran untuk jangka waktu tidak lebih dari 12 (dua belas)
bulan kepada Kepala Kantor W ilayah;
b. Permohonan tersebut pada butir a. harus diajukan bersamaan dengan
pengajuan permohonan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan;
c. Keputusan Persetujuan/Penolakan Direktur Jenderal Pajak untuk
melakukan pembayaran secara angsuran wajib diterbitkan' oleh
Kepala Kantor Wilayah paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
tanggal diterimanya permohonan Wajib Pajak (bersamaan dengan
diterbitkannya Keputusan Persetujuan Direktur Jenderal Pajak tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan).
2. Lebih dari Rp. 2.000.000.000.000,- (dua triliun Rupiah):
a. dapat mengajukan permohonan untuk dapat melakukan pembayaran
secara angsuran untuk jangka waktu lebih dari 1 (E,atu) tahun hingga
paling lama 5 (lima) tahun kepada Direktur Jenderal Pajak;

PerpaJakan Indonesia
• ?!"
b. Permohonan tersebut pada butir a. harus diajukan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya Keputusan Persetujuan
Direktur Jenderal Pajak tentang Keputusan Persetujuan/Penolakan
Direktur Jenderal Pajak tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Perusahaan;
c. Keputusan Persetujuan/Penolakan Direktur Jenderal Pajak untuk
melakukan pembayaran secara angsuran wajib diterbitkan paling
lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal diterimanya
permohonan Wajib Pajak.
Dasar hu1<:um PER-12/PJ./2009 tanggal 23 Februari 2009; SE-56/
PJ./2009 tanggal 25 Mei 2009 dan SE.308/PJ.31/2002 tentang tata cara
permohonan dan pengadministrasian penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan untuk tujuan perpajakan.

n. Premi asuransi;
Perhitungan tingkat premi harus didasarkan pada asumsi yang wajar dan
praktek asuransi yang berlaku umum.
Penetapan tarif premi asuransi kerugian harus dilakukan dengan
mempertimbangkan sekurang-kurangnya:
1. premi murni yang dihitung berdasarkan profil kerugian (risk and loss
profile) jenis asuransi yang bersangkutan untuk sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun terakhir;
2. biaya akuisisi, biaya administrasi dan biaya umum lainnya.

Penetapan tarif premi asuransi jiwa harus dilakukan dengan mem­


pertimbangkan sekurang-kurangnya:
1. premi murni yang dihitung berdasarkan tingkat bunga, tabel mortalita,
atau tabel morbidita yang dipergunakan;
2. biaya akuisisi, biaya administrasi clan biaya umum lainnya;
3. prakiraan hasil investasi dari premi.

o. luran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
Iuran yang dibayar oleh anggota kepada perkumpulan yang di hitung
berdasarkan volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari anggota tersebut

Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek PaJak Pe11ghasila11


.__.. -
misalnya iurun yang besarnya ditentukan ber<lasarkan volume ekspor, satuan
produksi atau satuan penjualan adalah penghasilan bagi perkumpulan tersebut.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.
Tambahan kekayaan neto pada hakekatnya merupakan akumulasi penghasilan
baik yang telah dikenakan pajak dan yang bukan Objek Pajak serta yang
belum dikenakan pajak. Jika diketahui adanya tambahan kekayaan neto yang
rnelebihi akurnulasi penghasilan yang telah dikenakan pajak dan yang bukan
Objek Pajak, maka tambahan kekayaan neto tersebut merupakan penghasilan.

q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;


Kegiatan usaha berbasis syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan
kegiatan usaha yang bersifat konvensional.

r imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur


mengenai ketentuan umum dan tata Gita perpajakan; dan

s. surplus Bank Indonesia.

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN TERTENTU


Sesuai dengan pengertian tentang penghasilan yang luas, yang dianut oleh Undang­
Undang Pajak Penghasilan Indonesia, penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak
bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan pen;rertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusa�aan modal
ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah clan bangunan; dan

Perpajakan Indonesia...
e. penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikannya perlakuan ter­


sendiri antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak, keadilan
dan pemerataan dalam pengenaan pajaknya serta memperhatikan perkembangan
ekonomi dan monetei: Pertimbangan tersebut juga mendasari perlunya pemberian
perlakuan tersendiri terhadap pengenaan pajak atas penghasilan dari pengalihan
harta berupa tanah dan atau bangunan, serta jenis-jenis penghasilan tertentu
lainnya. Oleh karena itu, pengenaan Pajak Penghasilan termasuk sifat, besarnya, dan
tata cara pelaksanaan pembayaran, pemotongan, atau pemungutan atas jenis- jenis
penghasilan tersebut diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.
Dengan wempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pengenaan
�erta agar tidak menambah beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun
Direkto·rat Jenderal Pajak, maka pengenaan Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini
j
dapat bersifat final.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 tentang Pembayaran
·Jajak Penghasilan atas Pengh9-,silan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002
�an Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 tentang Pelaksanaan
Pembayaran dan Pemotongan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari persewaan
ta�ah dan/atau bangunan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
euangan Nomor 120/KMK.03/2002 tanggal 1 April 2002 tentang Tata Cara
PJmotongan dan Pembayaran serta Pelaporan Pajak Penghasilan dari persewaan
ranah dan/atau bangunan yang diatur pelaksanaannya dengan Kepuh.isan Direktur
J rideral Pajak Nomor Kep-227/PJ./2002 tanggal 23 April 2002 antara lain bahwa
· ehghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan sehubungan
ei'engan persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, nimah susun,
iP rtemen, gedung perkantoran, pertokoan, atau gedung pertemuan termasuk
j' I '

a ·annya, rumah kantolj toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri
fang pajak penghasilan yang bersifat final.
' .
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1997 tentang Peraturan Pemerintah
ang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah NOMOR 41 Tahun 1994 tentang Pajak
enghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek.

• Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan


Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 0,1%
(satu per seribu) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan."

BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN


Penghasilan-penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak tidak
dikenakan Pajak Penghasilan (Yang Tidak termasuk sebagai Objek Pajak) adalah:
a.1 Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para
penerima zakat yang berhak;
Bantuan atau sumbangan bagi pihak yang menerima bukan merupakan
Objek Pajak sepanjang diterima tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan
usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan.
Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak
orang pribadi daiam negeri pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan
dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepr1da badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sesuai
ketentuan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto Wajib Pajak badan atau penghasilan
neto Wajib Pajak orang pribadi yang bersangkutan dalam menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak.
Penghasilan sebagaimana dimaksud di atas adalah penghasilan yang
merupakan Objek Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat
final, berdasarkan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan.
Besarnya zakat yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak
adalah sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari jumlah penghasilan.
Pengurangan zakat atas penghasilan sebagaimana dimaksud di atas
dilakukan dalam tahun pajak dilaporkannya penghasilan tersebut dalam
Surat Pemberitahuan SPT ) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang
bersangkutan, sesuai dengan tahun diterima/diperolehnya penghasil�n.
Apabila dalam tahun pajak dilaporkannya penghasilan dalam SPT Tahunan,
zakat atas penghasilan tersebut belum dibaya� maka pengurangan zakat atas
penghasilan dapat dilakukan dalam tahun pajak dilakukannya pembayaran
sepanjang Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa penghasilan tersebut telah
dilaporkan dalam SPT Tahunan tahun pajak sebelumnya.
Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat atas penghasilan, wajib
melampirkan lembar ke-1 Surat Setoran Zakat atau fotokopinya yang telah
dilegalisir oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat penerima setoran
zakat yang bersangkutan pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
dilakukannya pengurangan zakat atas penghasilan tersebut.
Surat Setoran Zakat yang dapat diakui sebagai bukti sekurang-kurangnya
harus memuat:
a Nama lengkap Wajib Pajak;
b Alamat jelas Wajib Pajak;
c Nomor Pokok Wajib Pajak (NPW P);
d Jenis Penghasilan yang dibayar zakatnya;
e Sumber/jenis penghasilan dan bulan/tahun perolehannya;
f Besarnya penghasilan;
g Besarnya zakat atas penghasilan.

a.2 Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan; sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Harta hibahan yang diterima oleh badan-badan dan pengusaha kecil
termasuk koperasi tidak termasuk sebagai Obyek Pajak Penghasilan sepanjang
antara pemberi hibah dengan penerima hibah tersebut tidak ada hubungan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan.
Harta hibahan dibukukan oleh penerima hibah sesuai dengan nilai sisa
buku harta hibahan.
Yang dimaksud dengan:
• Badan keagamaan adalah badan termasuk yayasan yang kegiatannya
semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah dan/atau menyelenggarakan
kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak mencari keuntungan;

Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan


• Badan pendiJikan c1Jalah bad an termasuk yayasan yang kegiatannya semata­
mata menyelenggarakan pendidikan formal tingkat taman kanak- kanak
dan/atau tingkat dasar dan/atau tingkat menengah dan/atau perguruan
tinggi, yang tidak mencari keuntungan;
• Badan sosial adalah badan termasuk yayasan yang kegiatannya semata­
mata menyelenggarakan:
a pemeliharaan kesehatan; dan/atau
b pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo ); dan/atau
c pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak
atau orang cacat; dan/atau
d santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam,
kecelakaan, dan sejenisnya; dan/atau
e pemberian bea siswa; dan/atau
f pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
g kegiatan sosial lainnya; sepanjang badan sosial tersebut tidak mencari
keuntungan;

b. Warisan;
Yang dimaksud dengan warisan di sini adalah peninggalan harta dari ke1uarga
yang scdarah satu garis lurus di atas ahli waris.

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
Pada prinsipnya harta, termasuk setoran tunai, yang diterima oleh badan
rnerupakan tambahan kemampuan ekonomis bagi badan tersebut. Namun
karena harta tersebut diterima sebagai pengganti saham atau penyertaan
modal, maka berdasarkan ketentuan ini, harta yang diterima tersebut bukan
rnerupakan Objek Pajak.

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
E
atau diperoleh dalam bentuk natura (benefit in kind) clan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;
Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa merupakan tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima bukan dalam bentuk uang. Penggantian atau imbalan dalam

Perpajakan Indonesia...
1:$2 -
bentuk natura seperti beras, gula dan sebagainya, dan imbalan dalam bentuk
kenikmatan seperti penggunaan mobit rumah, fasilitas pengobatan dan lain
sebagainya, bukan merupakan Objek Pajak.
Apabila yang memberi imbalan berupa natura atau kenikmatan tersebut
bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
r�nghitungan khusus· rieemed profit, maka imbalan dalam bentuk natura
atau kenikmatan tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerima atau
memperolehnya.
Misalnya, seorang penduduk Indonesia menjadi pegawai pada suatu
perwakilan diplomatik asing di Jakarta. Pegawai tersebut memperoleh
kenikmatan menempati rumah yang disewa oleh perwakilan diplomatik
tersebut atau kenikmatan-kenikmatan lainnya. Kenikmatan-kenikmatan
tersebut merupakan penghasilan bagi pegawai tersebut, sebab perwakilan
diplomatik yang bersangkutan bukan merupakan Wajib Pajak.
Demikian juga dengan penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai adalah makanan dan minuman yang disediakan oleh pemberi kerja
bagi seluruh pegawai secara bersama-sama termasuk dewan direksi dan
dewan komisaris di tempat kerja di daerah terpencit yaitu daerah yang secara
ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan
prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh
transportasi umum, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia
menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko
yang cukup tiri.ggi dan masa pengembalian yang relatif panjang, termasuk
da12rah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh)
meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.
Pengeluaran untuk penyediaan makanan clan minuman bagi seluruh
pegawai sebagaimana dimaksud di atas dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto pemberi kerja atau perusahaan.

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
Penggantian atau santunan yang diterima oleh orang pribadi dari
perusahaan asuransi sehubungan dengan polis asuransi kesehatan, asuransi

�- - -·--
-
Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan
.
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, bukan
merupakan Objek Pajak. Hal ini selaras dengan ketentuan dalam Undang
Undang Pajak Penghasilan, yaitu bahwa premi asuransi yang dibayar oleh
Wajib Pajak orang pribadi untuk kepentingan dirinya tidak boleh dikurangka:1
dalarn penghitungan Penghasilan Kena Pajak.

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau
Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
• dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
• bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;
Yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara dan BaGian lfsalnla Milik
Daerah dalam ayat ini antara lain adalah perusahaan perseroan (Persero), bank
pemerintah, bank pembangunan daerr1h, dan Pcrtaminn.
Apabila penerima dividen atau bagian laba adalah Wajib Pajak selain
badan-badan tersebut di atas, seperti orang pribadi baik dalam negeri maupun
luar negeri, firma, perseroan komandite� yayasan dan organisasi sejenis dan
sebagainya, maka penghasilan berupa dividen atau bagian laba tersebut tetap
merupakan Objek Pajak.

g. Turan yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
Yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah iuran yang diterima dari peserta
pensiun, balk ata,s b ban sendiri maupun yang ditanggw1g pemberi kerja. Pada
dasarnya iuran yang dit rima oleh dana p nsiun tersebut merupakan dana
milik dari peserta pensiun, yang akan dibayarkan kembali kepada mereka
pada waktunya. Pengenaan pajak atas iuran tersebut berarti mengurangi hak
para peserta pensiun, dan oleh karena itu iuran tersebut dikecualikan sebagai
Objek Pajak.

-- ---
--Pl�rpaiakan .
Indonesia ■
Pada umu.tnnya iuran dana pensiun yang telah disahkan oleh Menteri
Keaangan terbagi menjadi:
Juran Normal Bulanan, yaitu iuran dari perusahaan atau karyawan atau
keduanya;
Past Service Liability (PSL), yaitu pembayaran iuran pensiun untuk
penghargaan masa kerja lampau sebagai bentuk penghargaan yang berbeda
bagi masing-masing karyawan sesuai lamanya pengabdian clan gaji saat
ini. Dana PSL bersumber dari:
• Dana cadangan yang sengaja dibuat perusahaan sebelum dibayarkan
ke Dana Pensiun;
• Dana perusahaan di tahun berjalan yang dialokasikan ke Dana Pensiun
apabila kondisi keuangan perusahaan memungkinkan;

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana


dimaksud pad a huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan ME:nteri Keuangan;
Penanama n modal oleh dana pensiun dimaksudkan untuk pengembangan
clan pemupukan dana untuk pembayaran kembali kepada peserta pensiun di
kemudian hari, sehingga penanaman modal tersebut perlu diarahkan pada
bidang-bidang yang tidak bersifat spekulatif atau yang berisiko tinggi. Oleh
karena itu, penentuan bidang-bidang tertentu dimaksud ditetapkan dengan
r-.:eputusan Menteri Keuangan Nomor: 234/KMK.03/2009 tanggal 29 Desember
2009, bahwa penghasilan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan dari penanaman modal yang tidak termasuk Objek Pajak
Penghasilan adalah berupa:
a. bunga, diskonto, dan imbalan dari deposito, sertifikat deposito, dan
tabungan, pada bank di Indonesia yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, serta Sertifikat Bank
Indonesia;
b. bunga, diskonto, dan imbalan dari obligasi, obligasi syariah (sukuk),
Surat Berharga Syariah Negara, dan Surat Perbendaharaan Negara, yang
diperdagangkan dan/atau dilaporkan perdagangannya pada bursa efek di
Indonesia; atau
c. dividen dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat pada bursa efek
di Indonesia.

• r-Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan


Dengan demikian apabila penanaman moda 1 tPr.sPbut bersumber dari dana
yang berasal dari pihak ketiga maka penghasilannya merupakan Objek Pajak
Penghasilan.
Apabila dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan tersebut menerima atau memperoleh bunga atau diskonto yang
berasal dari deposito dan tabungan atau Sertifikat Bank Indonesia, maka
pemberi hasil tidak perlu memotong Pajak Penghasilan. Demikian pula apabila
dana pensiun tersebut menerima atau memperoleh bunga dan/atau dividen
dari obligasi dan/atau saham yang diperdagangkan di bursa efek di Indonesia,
pemberi hasil juga tidak perlu memotong Pajak Penghasilan.
Oleh karena itu apabila bunga dan/atau dividen yang diterima atau
ciiperoleh dana pensiun tersebut bukan berasal dari obligasi dan/atau saham
yang diperdagangkan di bursa efek di Indonesia maka penghasilan tersebut
merupakan Objek Pajak dan harus dipotong PPh Pasal 23 oleh pemberi
hasil.
Jadi, pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan

� m�e�m�e�lihara pengb-.il sih11lyang_buJ�_§U:il_ merupakaril Obj�k Pajak-H-dak-b01@h


dikurangkan dari penghasilan brulo.

Contoh:
Dana Pensiun A, yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri
Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang terdiri dari:
1. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak
sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf g sebesar Rp. 100.000.000,­
2. Penghasilan bruto diluar ad.1) sebesar Rp. 300.000.000,-
Jumlah penghasilan bruto Rp. 400.000.000,-
Jika seluruh biaya adalah sebesar Rp. 200.000.000,-, maka biaya yang boleh
dikurangkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
adalah sebesar: 3/4 x Rp. 200.000.000,- = Rp. 150.000.000,-.

1. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif;

Perpajakan lndo, ·,esia


..
Untuk kepentingan pengenaan pajak, badan-badan sebagaimana disebut
dalam ketentuan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikenakan
pajak sebagai satu kesatuan, yaitu pada tingkat badan tersebut.
Oleh karena itu, bagian laba yang diterima oleh para anggota badan
tersebut bukan lagi merupakan Objek Pajak.

Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selarna 5


(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha
(dihapus dalam Undang Undang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku tgl 1
Januari 2009);

Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa


bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

Perusahaan modal ventura adalah perusahaan yang kegiatan usahanya


membiayai badan usaha (sebagai pasangan usaha) dalarn bentuk penyertaan
modal untuk suatu jangka waktu tertentu. Berdasarkan ketentuan ini, bagian
laba yang diterima atau diperoleh dari perusahaan pasangan usaha tidak
termasuk sebagai Objek Pajak, dengan syarat perusahaan pasangan usaha tersebut
merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan dalam sektor-sektor tertentu yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dan saham perusahaan tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia. Agar kegiatan perusahaan modal ventura dapat diarahkan kepada
sektor-sektor kegiatan ekonomi yang memperoleh prioritas untuk dikembangkan,
misalnya untuk meningkatkan ekspor non migas, maka usaha atau kegiatan
dari perusahaan pasangan usaha tersebut diatur oleh Menteri Keuangan.
Mengingat perusahaan modal ventura merupakan alternatif pembiayaan
dalam bentuk penyertaan modal, maka penyertaan modal yang akan dilakukan
oleh perusahaan modal ventura diarahkan pada perusahaan-perusahaan yang
belum mempunyai akses ke bursa efek.

Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan



Perusahaan kecil do.n mcncngah pasangan usaha perusahaan modal ventura
adal ah Perusahaan y ang p a da saat perusahaan modal ventura melakuk an
penyertaan modalnya penjual an bersih p ada tahun p ajak sebelumnya tidak
melebihi Rp.5.000.000.000,- (lim a milia r rupiah) setahun. D a lam h a l
perusahaan kecil dan menengah p asangan usah a perusahaan modal ventura
tersebut melakukan usaha jasa, maka yang dimaksud dengan penjualan bersih
adalah penerimaan bruto.
Penghasilan berupa bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan
modal ventura dari penyertaan modal p ad a perus ahaan p a s ang an usaha
sebagaimana dimaksud di atas, bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan
apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. penyertaan modal perusah aan modal ventura p ada setiap perus3.haan .
pasangan usaha dilaksanak an selama perusahaan pasangan usaha belum
mcnjual saharn di bursa efek; dan
b. penyertaan modal pcrusahaan modal ventura tersebut untuk jangka waktu
tida k melebihi 10 (sepuluh) tahun.

Apabi1a perusahaan pasangan usaha mcnjual sa.hamnya di burs a efek,


saharn perus ahaan ,pasangafl us·aha yang dimiliki perusahaan modal ventura
harus dijual selambat-lambatnya 36 (tiga puluh enr1m) bulan sejak pcrusahaan
pasangan usaha tersebut diizinkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal menjual
sahamnya di bursa efek. Izin Badan Pengawas Pasar Modal dimaksud adalah
saat pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum perdana ("initial
public offering") telah menjadi efektif.
Setelah lewat jangka w aktu 36 (tiga puluh enam) bulan, penghasilan berupa
bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dari
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha sebagaimana dimaksud
di atas, merupakan Objek Paj ak Penghasilan.
Perusahaan modal ventura wajib membukukan secara terpisah penghasilan
yang merupak an Objek P ajak Pengha sil an, dan pengha sil an ya ng bukan
merupakan Objek Pajak Penghasilan.

I.. beasiswa yang mernenuhi persyaratan tertentu yang ketenh.rnnnya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

-- .- ..
Perpajakan Indonesia ''"
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan,
yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Maksudnya: dalam rangka mendukung usaha peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui pendidikan serta penelitian pengembangan diperlukan
sarana dan prasarana yang memadai. Untuk itu dipandang perlu memberikan
fasilitas perpajakan berupa pengecualian pengenaan pajak atas sisa lebih yang
diterima atau diperoleh sepanjang sisa lebih tersebut ditanamkan kembali
dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
dimaksud. Penanaman kembali sisa lebih dimaksud harus direalisasikan paling
lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak sisa lebih tersebut diterima
atau diperoleh. Untuk menjamin tercapainya tujuan pemberian fasilitas ini,
maka lembaga atau badan yang menyelenggarakan pendidikan harus bersifat
nirlaba. Pendidikan, penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan
bersifat terbuka kepada siapa saja dan telah mendapat pengesahan dari instansi
yang membidanginya.

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jamina.n


Sosial kepada "\Najib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Bab 8 • Subjek Pajak Penghasilan dan Objek PaJak Penghasila11


1. Apakc1h Pc1jak Penghasilan Final atas perscwc1an tc1nah dan atau
bangunan rnilik BUMD dikecualikan dari pernotongan PPh Final Pasal
4 ayat (2)?
7 Sahid dan keluarga berlibur ke luar negeri. Di bandar udara, Sahid
rnernbayar fiskal luar negeri untuk 3 orang, Sahid pribadi, istri
dan anak. Apakah pernbayaran fiskal untuk istri dan anak yang telah
Sahid bayar tersebut dapat menjadi pengurang pajak akhir tahun dalam
perhitungan PPh Sahid?
3. Fajar adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dengan usaha perdagangan
tekstil.
Saat ini Fajar tidak lagi rnenggunakan pembuku2,n dan beralih
rnenggunakan pencatatan akibat berubahnya batasan peredaran bruto
sebesar Rp 4,8 miliar untuk d�pat menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto dan perubahan tersebut telah disetujui oleh pihak
Kantor Pelayanan P jak (K.P.P). 'tiap bulan Fajar selalu m ny a mobil
kahd n· nm n in k nn rma
p �r1 l Li luu au FciJc1t t .1�,1p puny,t i waj1ban memotcmg P'Pn 23 atas s wa
mobil?
4. Apakah pembayaran keuntungan dari perusahaan berbentuk Finna atau
CV kepada pernilik dikenakan pajak?
5. Apa yang dimaksud dengan subjek pajak dan wajib pajak?

PerpaJakan Indonesia,I
PENGURANGAN/BIAYA

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Wajib Pajak
dalam r.egeri dan bentuk usaha tetap dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu)
tahun; dan
2. Beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, baik itu
merupakan aktiva tetap ataupun pengeluaran yang bersifat sebagai pembayaran
cil muka.

Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan
biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga,
biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan
melalui penyusutan atau melalui amortisasi.

• 141
Di dalam praktek sehari-hari tcrdapat pengeluaran yang menurut sifatnya
merupakan pembayaran di muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar
sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.
Di samping itu apabila dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena
penjualan ha.rta atau karena selisih kurs, maka kerugian-kerugian tersebut dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.

BESARNYA PENGHASILAN KENA PAJAK BAGI WAJIB PAJAK


DALAM NEGERI DAN BENTUK USAHA TETAP
Adapun besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi:
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, ,
termasuk:
a) biaya pembelian bahan;
b) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifik21si, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
c) bunga, sewa, Jun royalti;
d) biaya perjalanan;
e) biaya pengolahan limbah;
. .
f) prem1 asurans1;
g) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
h) biaya adrninistrasi; dan
i) pajak kecuali Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Materai, Pajak Restoran, Pajak Hotel dapat dibebankan sebagai biaya ;

Biaya-biaya yang dimaksud di atas adalah biaya sehari-hari yang boleh


dibebankan pada tahun pengeluaran. Untuk dapat dibebankan sebagai biaya,
pengeluaran-pengeluaran tersebut harus memp1Jn?ai hubungan langE·mg
dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak, seperti: gaji karyawan, sewa kanto�
beban listrik, beban telepon, beban air dan sebagainya.

-
P2rpajakan Indonesia


Dengan demikian pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak, tidak boleh
dibebankan sebagai biaya. Contoh:
Dana Pensiun A yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari
Menteri Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang terdiri dari:
1. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak
sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf g sebesar Rp. 100.000.000,­
2. Penghasilan bruto diluar ad.I) sebesar Rp. 300.000.000,­
Jumlah penghasilan bruto Rp. 400.000.000,-

Jika seluruh biaya adalah sebesar Rp. 200.000.000,-, maka biaya yang boleh
dikurangkan untuk mendapatkan, menagih, clan memelihara penghasilan adalah
sebesar: 3/4 x Rp. 200.000.000,- = Rp. 150.000.000,-
Demikian juga bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli
sahc1m tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang
diterimanya tidak merupakan Objek Pajak. Bunga pinjaman yang tidak boleh
dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan
saham.
Jadi, dari ilustrasi di atas bahwa pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada
hubungannya dengan uraya untuk mendapatkan, menagih, clan memelihara
penghasilan, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan pribadi
pemeg2.ng saham, pembayaran bunga atas pinjaman yang dipergunakan
untuk keperluan pribadi peminjam serta pembayaran premi asuransi untuk
kepentingan pribadi, tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan
pegawainya boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, namun bagi pegawai
yang bersangkutan premi tersebut merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang.
Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura a tau kenikrnatan,
misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma, tidak boleh
dibebankan sebagai biaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati
bukan merupakan penghasilan.
Namun demikian, pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan
tertentu, boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yang menerima
atau menikmati bukan merupakan penghasilan. Penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan di daerah tertentu yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto adalah sarana dan fasilitas di lokasi bekerja untuk: tempat tinggal,
termasuk perumahan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang di lokasi
bekerja tersebut tidak ada tempat tinggal yang dapat disewa; pelayanan
kesehatan, sepanjang dilokasi bekerja tersebut tidak ada sarana kesehatan;
pendidikan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang di lokasi bekerja tersebut
tidak ada sarana pendidikan yang setara dan lainnya.
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan
pedagang yang baik. Dengan demikian apabila pengeluaran yang melampaui
batas kewajaran tersebut dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka jumlah
yang melampaui batas kewajaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka usahanya ielain
Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM),
Pajak Hotel dan Restoran, da at dibebank'!.n__sebagai biay_a.___
.;;._

Mengenai pengeluaran untuk promosi, perlu dibedakan antara biaya yang


benar-benar dikeluarkan untuk promosi dengan biaya yang; pada hakekatnya
merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan


amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang men1punyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun;
Yang berarti bahwa Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan harta tak berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satl1) tahun, pembebanannya dilakukan melalui
penyusutan atau amortisasi. Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan
pembayaran di muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar
sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.

3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;

Perpajakan lndonesi
� ..
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan
kepada dana pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh
Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Sebagai contoh: PI
Jamsostek.

4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, rnenagih, dan
memelihara penghasilan;
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan
semula tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan
dipergunakan dalam perusahaan atav yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak
digunakan dalam perusahaan, atau yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto.

5. KPrugian dari selisih kur� mata uang asing;


Kerugian karena selisih kurs mata uang asing dapat disebabkan oleh adanya
fluktuasi kurs yang terjadi sehari-hari, atau oleh adanya kebijaksanaan
Pemerintah di bidang moneter. Kerugian selisih kurs mata uang asing yang
disebabkan oleh fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan sistern
pembukuan yang dianut, dan harus dilakukan secara taat asas. Jika Wajib
Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs historis),
pembebanan kerugian selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya realisasi
atas perkiraan mata uang asing tersebut. Jika Wajib Pajak menggunakan
sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang
seberiarnya berlaku pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap
akhir tahun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun. Rugi selisih kurs karena kebijaksanaan Pemerintah
di bidang moneter dapat dibukukan dalam perkiraan sementara di neraca dan
pembebanannya dilakukan bertahap berdasarkan realisasi mata uang asing
tersebut.

Bab 9 • Pengurangan/f3iaya
Namun demikian fluktuasi kurs memberikan peluang penerimaan· pajak
yaitu terhadap taxable object yang berdimensi internasional, misalnya:
• Transaksi ekspor;
• Transaksi impor;
• Pembayaran dalam valuta asing terhadap Wajib Pajak Luar Negeri;
• Penerimaan penghasilan dalam valuta asing oleh 'Najib Pajak Dalam
Negeri;
• Kegiatan perdagangan, deposito dan tabungan yang menggunakan valuta
asmg.

6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;


Yang diperkenankan untuk mengurangi penghasilan adalah biaya
penelitian clan pengembangan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan clan clalam jumlah yang waja� seperti pengembangan model baju
untuk inclustri konfeksi.

7. I3iaya bea siswa, magang, dan pelatihan;


Biaya y:ang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa magang clan Belatihan
clalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan, Jengan memperhalikau kewajaran clan kepenlingan
perusahaan.

8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:


1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
11. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau

Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian
tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan;
m. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan ·
1v. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih setelah melakukan upaya­


upaya penagihan yang maksimal dan dapat dibebankan sebagai biaya

•-----
sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba
rugi komersial.
Dasar Hukum No. 57/PMK.03/2010 tanggal 9 Maret 2010 tentang Piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 57/PMK.03/2010, yang
dimaksud dengan penerbitan dan publikasi tidak hanya berarti penerbitan
berslcala nasional, namun dapat juga penerbitan internal asosiasi dan sejenisnya,
adalah:
• Penerbitan koran/majalah atau media massa cetak yang lazim lainnya yang
berskala nasional; atau
• Penerbitan khusus Himpunan Bank-Bank Milik Negara (HIMBARA)/
persatuan Bank-Bank Swasta Nasional (PERBANAS); atau
• Penerbitan/pengumuman khusus Bank Indonesia.
• pencrbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah terdaftar sebagai
Wajib Pajak dan pihak kreditur menjadi anggotanya

Kewajiban menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat


ditagih kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar,
bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
yang bersangkutan (sebagai lampiran).
Daftar piutang memuat data clan informasi mengenai debitur, yaitu: narna,
alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPW P), serta jumlah piutang yang nyata­
nyata tidak dapat ditagih.
Keharusan pencantuman NPW P dalam daftar piutang berlaku bagi:
1. Seluruh debitur Wajib Pajak badan;
11. Debitur Wajib Pajak orang pribadi yang jumlah kredit atau utangnya lebih
dari Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah);
111. Debitur Wajib Pajak orang pribadi yang jumlah kredit atau utangnya tidak lebih
dari Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sepanjang telah memiliki NPWP

Dalam hal jumlah debitur lebih dari 100 (seratus) dan sepanjang nilai
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dari masing-masing debitur tidak
lebih dari Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah), daftar piutang dapat dibuat secara
kumulatif dengan menyajikan data dan informasi debitur yaitu: jumlah debitur
k.:cil clan jumlah total nibi piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.

...
Bab 9 • Pengurangan/Biaya
, -

Kewajiban menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih harus disertai pula dengan fotokopi bukti penyerahan perkara
penagihannya ke Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara (BUPLN) atau fotokopi pe11anjian restrukhirisasi utang usaha yang telah
dilegalisir oleh Notaris, dan fotokopi bukti pengumuman dalam penerbitan
umum atau khusus.
Wajib Pajak harus dapat menunjukkan bukti pendukung mafing-masing
debitur apabila diminta atau diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan
pajak.
Penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan telah
mernenuhi persyaratan sebagai biaya dapat dilakukan sekaligus oleh kreditur
Wajib Pajak dalarn negeri rneskipun debitur mempero1eh perlakuan penundaan
penghasilan atas keuntungan karena pernbebasan utang berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nornor Kep-563/PJ./2001 tanggal 5 Agustus 2()01.
Penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih bagi kreditur
bank clan sewa guna usaha dengan hak opsi harus dilakukan me1alui
pembentukan caaangan yang aiperl:<enan an unft1K itu .
.....................,....Apabila di kemudian hari pengha12usan P-iutang :x:ang nyata-nxata tidak
dap at�ditag-ih-@an clib@luankan s@b agai_;h>ia-ya-cill1.: 1asi-Gl@A d@h5 Lilt r s@ltt.1'.liJu1y,a­
atau sebagian, rnaka jumlah piutang yang dilunasi tersebut merupakan
penghasilan bagi kreditur pada tahun pajak diterirnanya pelunasan.

9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan


dengan Peraturan Pemerintah;

10. sumbangan dalam rangka penelitian clan pengembangan yang dilakukan


di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

11. biaya pem bangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;

12. surnbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan


Pemerintah; dan

148 • Pei-pajal<an Indonesia


.. I
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

KOMPENSASI KERUGIAN
Jika penghasilan bruto setelah pengurangan atau beban yang diperkenankan
diperolah kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
Peraturan M[enteri Keuangan 16/PMK.03/2007 bahwa kepada Wajib Pajak
Badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbatas atau koperasi, baik yang
baru berdiri maupun yang telah ada, yang melakukan penanaman modal baik
untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada pada
bidang-bidang usaha tertentu atau bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah
tertentu, dapat diberikan fasilitas penambahan jangka waktu fasilitas kompensasi
kerugian tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.
Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari
10 (sepuluh) tahun dengan ketentuan sebagai berikut:
• Tambahan 1 tahun: apabila penanaman modal baru pada bidang usaha yang
diatur dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 52 T.1hun
2011 dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat, yaitu bidang usahzi
pertanian, tanaman, peternakan, dan perburuan; kehutanan dan penebangan
kayu; pertambangan batu bara dan lignit pertambangan minyak bumi dan
gas alam dan panas bumi; industri makanan; industri tekstil; industri-industri
dari batu bara clan pengilangan minyak bumi; industri bahan kimia dan
barang dari bahan kimia; industri farmasi; industri karet; industri logarn dasar;
industri barang logam; industri komputer; industri peralatan listrik; industri
mesin; industri kenderaan bermotor; pengadaan listrik gas, uap/air panas
dan udara dingin; pengolahan sampah; konstruksi bahan sipil. Daftar bidang
usaha tertentu untuk selengkapnya dapat diunduh dari: http://indo-taxations.
blogspot.com/2014/11/pph-untuk-penanaman-rnodal-di-bidang.html
• Tambahan 1 tahun: apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lirna
ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
• Tambahan 1 tahun: apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/
pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi clan sosial di lokasi usaha paling
sedikit sebesar Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh mi liar rupiah);

..Bab 9 • Pengurangan/Biaya 149


• Tambahan 1 tahun: apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan
di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi
paling sedikit 5 (lima persen) dari investasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun;
dan/atau
• Tambahan 1 tahun: apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen
hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) sejak tahun
ke 4 (empat).

Keputusan pemberian fasilitas Pajak Penghasih_rl ditetapkan oleh M-:nteri


Keuangan setelah mempertimbangkan usulan dari Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal.
Usulan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam rangka pemberian
fasilitas Kompensasi Kerugian, disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan:
i. Fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
ii. Surat persetujuan untuk penanarnan modal baru atau surat persetujuan perluasan
penanaman modal·yang diterbitkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman
_ Modal atau instansi lain Y.ang berwenang berdasarkan �eraturan perundang-
...............
undangan yang berlaku, dan dilengkapi dengan rinciannya.

Pemberian fasilitas Pajak Penghasilan dalam hal ini adalah kompensasi


kcrugian ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri
Keuangan yang diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
terh i tung sejak diterimanya usu Ian dari Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
secarcJ lengkap dan benar.

Contoh
Kompensasi Kerugian:
PT A dalam tahun 2016 menderita kerugian fiskal sebesar Rp. 1.500.000.000, Dalarr't
5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut:
Tahun 2017: laba fiskal Rp 300.000.000,- Tahun 2018: rugi fiskal (Rp 200.000.000,-)
Tahun 2019: laba fiskal Rp NIHIL
Tahun 2020: laba fiskal Rp 200.000.000,- Tahun 2021: laba fiskal Rp 900.000.000,-

Perpajaka11 Indonesia rf
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut:
Rugi fiskal tahun 2016 (Rp 1.500.000.000,- )
Laba fiskal tahun 2017 R12 300.000.000,- (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2016 (Rp 1.200.000.000,-)
Rugi fiskal tahun 2018 (Rp 200.000.000,-) (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2016 (Rp 1.200.000.000,-)


Laba fiskal tahun 2019 R12 NIH IL (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2016 (Rp 1.200.000.000,-)
Laba fiskal tahun 2020 Rt2 200.000.000,-) (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2016 (Rp 1.000.000.000,- )
Laba fiskal tahun 2021 Rp 900.000.000,-) (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2016 (Rp 100.000.000,-)

Rugi fiskal tahun 2016 sebesar Rp 100.000.000,- yang masih tersisa pada
akhir tahun 2021 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun
2022, s edangkan rugi fiskal tahun 2018 sebesar Rp 200.000.000,- hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2022 dan tahun 2023, karena jangka
waktu lima tahun yang dimulai sejak tahun 2019 berakhir pada akhir tahun 2023.

PENGHASILAN 'rlDAK KENA PAJAK


Selain pengurangan-pengurangan yang diperkenankan di atas termasuk
kompensasi kerugian, untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari
sebagai Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri diberikan pengurangan berupa
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sebesar Rp54.000.000,- (lima puluh empat
juta rupiah). Bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau memperoleh
penghasilan yang digabung dengan penghasilannya, maka Wajib Pajak tersebut
mendapat tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk seorang isteri sebesar
Rp54.000.000,- (lima puluh empat juta rupiah).
Bagi wajib Pajak yang kawin mendapat tambahan Rp4.500.000,- (empat juta
lima ratus ribu rupiah) dan tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

-.- -
Bab 9 • Pengurangan/Biaya
·-
Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam
garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua,
mertua, anak kandung, anak angkat, diberikan tambahan Penghasilan Tidak
Kena Pajak untuk paling banyak 3 (tiga) orang. Yang dimaksud dengan anggota
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak
mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.
Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarah dan semenda adalah:
• Sedarah lurus satu derajat: Ayah, ibu, anak kandung
• Sedarah ke samping satu derajat: Saudara kandung
• Sernenda lurus satu derajat: Mertua, anak tiri
• Semenda ke samping satu derajat: Saudara ipar

Dengan demikian, saudara kandung clan saudara ipar yang menjadi tanggungan
wajib pajak tidak memperoleh tambahan pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak
Saudara dari bapak/ibu tidak termasuk dalam pengertian keluarga sedarah clan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus.
_Eengertia1Lanak.angkat dalam-perundang--une an gan paj-ak aefal-ah. -seseorang- ·
-- ·

yang belum dewasa, bukan anggota keluarga sedarah atau semenda dalam garis
lu.rus d(. n m njadnanggurigarf sepenuhnya da1-E wajib-pa,jal< yaiig
bersangkutan.
Yang menjadi tanggungan ,sepenuhnya menurut Undang-Undang Pajak
Penghasilan adalah anggota keluarga yang tinggal bersama wajib pajak, tidak
dibantu oleh orang tua atau keluarga lainnya dan tidak memiliki penghas.ilan.
Apabila wajib pajak hanya sekedar menyumbang atau membantu saja, maka
tidak termasuk pengertian tanggungan sepenuhnya.
Secara ringkas daftar Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun dengan
Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki status yang berbeda adalah sebagai
berikut:

WP tidak Kawin dan tidak memiliki Tanggungan TK/0 36.000.000 54.000.000


WP tidak Kawin dan memiliki Tanggungan 1 Orang TK/1 39.000.000 58.500.000
WP tidak Kawin dan memiliki Tanggungan 2 Orang TK/� 42.000.000 63.000:JOO
WP tidak Kawin dan memiliki Tanggungan 3 Orang TK/3 45.000.000 67.500.000
WP Kawin, Penghasilan lstri Dipisah dan tidak memiliki K/0 39.000.000 58.500.000
Tanggungan
WP Kawin, Penghasilan lstri Dipisah dan memiliki K/I 42.000.000 63.000.000
Tanggungan 1 Orang
WP K�win, Penghasilan lstri Dipis.:ih dan memiliki K/2 45.000.000 67.500.000
Tanggungan 2 Orang
WP Kawin, Penghasilan lstri Dipisah dan memiliki K/3 48.000.000 72.000.000
Tanggungan 3 Orang
WP Kawin, Penghasilan lstri Digabung dan tidak memiliki K/I/0 75.000.000 112.500.000
Tanggungan
WP Kawin, Penghasilan lstri Digabung dan memiliki K/I/l 78.000.000 117.000.000
Tanggungan 1 Orang
WP Kawin, Penghasilan lstri Digabung dan memiliki K/I/2 81.000.000 121.500.000
Tanggungan 2 Orang
WP Kawin, Penghasilan lstri Digabung dan memiliki K/I/3 84.000.000 126.000.000
Tanggungan 3 Orang

Contoh:
1. Wajib Pajak Bayu mempunyai seorang isteri dengan tanggungan 5 (lima) orang
anak. Apabila isterinya memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja yang
sudah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada
hubungann:;ra dengan usa�a suami atau anggota keluarga lainnya, maka besarnya
Penghasilan T idak Kena Pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak Bayu adalah
sebesar Rp72.000.000,-, (menurut Undang-Undang PPh yang mulai berlaku
tanggal 1 Januari 2016) dengan rincian sebagai berikut:

Wajib Pajak, Bayu Rp. 54.000.000,-


Tambahan untuk Istri Rp. 4 .500.000,-
Tambahan untuk anak (maksimal 3 orang)
= 3 x Rp. 4.500.000,- Rp. 13.500.000,- (+)
PTKP Bayu adalah Rp. 72.000.000,-

2. Jika diasumsikan kondisi Bayu di atas, dengan isterinya, pada saat pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh pemberi kerja diberikan Penghasilan Tidak
Kena Pajak sebesar Rp 54.000.000,-. Apabila penghasilan isteri harus digabung
dengan penghasilan suami, maka besarnya Penghasilan T idakKena Pajak yang
diberikan kepada Wajib Pajak Bayu adalah sebesar Rp 126.000.000,- dengan
rincian sebagai berikut:

Bab 9 • ------
Pengurangan/Biaya


Wajib Pajak, Bayu Rp. 54.000.000,­
Tambahan untuk Istri Rp. 4.500.000,­
Tambahan untuk Istri kerja Rp. 54.ooo.ooo,-
Tambahan untuk anak (maksimal 3 orang)
= 3 x Rp. 4.500.000,- Rp. 13.500.000,- (+)
PTKP Bayu adalah Rp. 126.000.000.-

3. Wajib Pajak Orang Pribadi belum menikah maka besarnya Penghasilan


Tidak Kena Pajak (PTKP) dapat ditambahkan dengan keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang. Jika Robert belum
menikah dan menanggung kedua orang tuanya maka besarnya Penghasilan
TidakKena Pajak Robert adalah Rp. 63.000.000,-; dengan rincian sebagai berikut:

Wajib Pajak, Robert Rp. 54.000.000,-


Tambahan untuk orang tua
= 2 x Rp. 4.500.000,­ Rp. 9.000.000,- (+)
PTKP Robert adalah ;Bp. 63.000,000 -;

4. Jika Wajib Pajak adalah orang pribadi wanita, Joyce dengan status menikah
dengan 4 orang anak tctapi suaminyn tidnk bckcrjn, schinggn besarnyc:i
Penghasilan T idakKena Pajak (PTKP) Joyce adalah Rp. 72.000.000,-. (Catatan:
Joyce harus memperoleh surat keterangan bahwa suaminya tidak bekerja dan
dia yang menanggung biaya hidup keluarga dari pemerintah daerah setempat
yang serendah-rendahnya Camat).

Wajib Pajak, Joyce Rp. 54.000.000,­


Tambahan untuk Suami tidak bekerja Rp. 4.500.000,-
Tam bahan untuk anak (maksimal 3 orang)
= 3 x Rp. 4.500.000,- Rp. 13.500.000.- (+)
PTKP Joyce adalah Rp 72.000.000.-

Penghitungan besarnya Penghasilan T idak Kena Pajak setiap Wajib Pajak


ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau pada
awal bagian tahun pajak.

Perpajakan Indonesia·
Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2017 Wajib Pajak Andi berstatus kawin dengan
tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal
3 Januari 2017, maka besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan
Wajib Pajak Andi untuk tahun pajak 2016 tetap dihitung berdasarkan status kawin
dengan 1 (satu) anak.
Berdasarkan ketentuan ini Menteri Keuangan diberikan wewenang untuk
mengubah besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dengan mempertimbangkan
perkembangan ekonomi clan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok
setiap tahunnya.
Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun
pajak atau pada awal bagian tahun pajak dianggap sebagai penghasilan atau
kerugian suaminya clan dikenai pajak sebagai satu kesatuan. Penggabungan
tersebut tidak dilakukan dalam hal pPnghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan
sebagai pegawai yang telah dipotong pajak oleh pemberi kerja, dengan ketentuan
bahwa:
a. penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja,
clan
b. penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya
uengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

Contoh:
Wajib Pajak A, yang memperoleh penghasilan dari usaha sebesar Rp.100.000.000,­
mempunyai seorang isteri yang menjadi pegawai dengan penghasilan sebesar
Rp.50.000.000,-. Apabila penghasilan isteri tersebut diperoleh dari satu pemberi
kerja clan telah dipotong pajak oleh p emberi kerja dan pekerjaan tersebut
tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga lainnya,
penghasilan sebesar Rp.50.000.000,- tidak digabung dengan penghasilan A clan
pengen�an pajak atas penghasilan isteri tersebut bersifat final.
Arabila selain menjadi pegawai, isteri A juga menjalankan usaha, misalnya
salon kecantikan dengan penghasilan sebesar Rp.75.000.000,- seluruh penghasilan
isteri sebesar Rp.125.000.000,- (Rp.50.000.000,- + Rp.75.000.000,-) digabungkan dengan
penghasilan A. Dengan penggabungan tersebut A dikenai pajak atas penghasilan
sebesar Rp.225.000.000,- (Rpl00.000.000,- + Rp.50.000.000,- + Rp.75.000.000,-).
Potongan pajak atas penghasilan isteri tidak bersifat final, artinya
dapat dikreditkan_ terhadap pajak yang terutang atas penghasilan sebesar

-.=· · ---· --·


Bab 9 • Pengurangan/Biaya
Rp.225.000.000,- tersebut yang dilaporkan dalarn Surat Pe1nber itahuan
Tahunan Pajak Penghasilan.
Dalam hal suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan keputusan hakim,
penghitungan Penghasilan Kena Pajak clan pengenaan pajaknya clilakukan sendiri­
sencliri. Namun, apabila suami-isteri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan secara tertulis atau jika isteri menghendaki untuk n1enjalankan
hak clan kewajiban perpajakannya sencliri, penghitungan pajaknya clilakukan
berclasarkan penjumlahan penghasilan neto suami-isteri dan masing-masing
rnemikul beban pajak sebancling clengan besarnya penghasEan neto.

Contoh:
Penghitungan pajak bagi suami-isteri yang mengadakan perjanjian pemisahan
penghasilan secara tertulis adalah sebagai berikut:
Dari contoh di atas, jika isteri menjalankan usaha salon kecantikan, pengenaan
paja knya dihitung bcrdasarkan jumlah penghasilan sebesar Rp225.000.000.
Misalnya pajak yang tern tang atas jumlah penghasilan tersebut adalah sebesar
Rp56.250.000,-, maka unh1k masing-masing suami clan istcri pengenaan pajaknya
dihitung sebagai berikut:
1,1 .mi: (10 000. 0, : 225.0CJD.OOO,-� x Rp 56,.2-W.GOG, - R.p 25.000.88 ,- ___,,.,..
Isteri: (17.5.000.000,- : 225.000.000,-) x Rp.56.250.000,- - Rp31.250.000,

Penghasilan anak yang belum dewasa dari manapun sumber penghasilannya


dan apa pun sifat pekerjaannya cligabung clengan penghasilan orang tuanya clalam
tahun pajak yang sama.
Yang dimaksucl clengan "anak yang belum clewasa" aclalah anak yang belum
berurnur 18 (delapan belas) tahun clan belum pernah menikah.
Apabila seorang anak belum dewasa, yang orang tuanya telah berpisah,
menerirna atau memperoleh penghasilan, pengenaan pajaknya digabungkan dengan
penghasilan ayah atau ibunya berclasarkan keaclaan sebenarnya.

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) BAGI SUBJEK PAJAK


DALAM NEGERI BERBENTUK WARISAN YANG BELUM TERBAGI
Sesuai dengan Surzit Edaran No. ]()/PJ.4]/1996 sehubungan dengan adanya
keraguan dengan pengurangan berupa Penghasilan T idak Kena Pajak (PTKP) bagi

PerpaJakan Indonesia

Warisan yang belum terbagi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Pajak
Penghasilan dengan ini diberikan penegasan sebagai berikut:
1. Yang menjadi Subjek Pajak adalah Warisan yang belum terbagi sebagai satu­
kesatuan, menggantikan yang berhak. Dalam penjelasan Undang-undang
tersebut ditegaskan bahwa Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh
orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri dianggap sebagai Subjek Pajak dalarn
negeri dalam pengertian Undang-undang mengikuti status pewaris. Adapun
untuk pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakannya, Warisan tersebut
menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak.
2. Kepada Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri diberikan pengurangan
berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) oleh karena itu Warisan yang
belum terbagi tidak dapat diberikan pengurangan berupa PTKP
3. Penghasilan dari Warisan yang belum terbagi pada prinsipnya merupakan hak
dan dapat dibagikan kepada para ahli Waris yang berhak, dan penghasilan
tersebut harus ditanggungkan dengan penghasilan lainnya yang diterima atau
diperoleh masing-masing ahli Waris. Oleh karena dalam menghitung Penghasilan
Kena Pajak masing-masing ahli Waris telah memperoleh pengurangan berupa
PTKP, maka dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak atas penghasilan yang
berasal dari Warisan yang belum terbagi tidak diberikan pengurangan berupa
PTKP

BIAVA YANG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN


Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalarn
negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan sesuai dengan Undang­
Undang Pajak Penghasilan dan penjelasannya, adalah sebagai berikut:
a Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk divid en yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, clan pem bagian sisa hasil usaha koperasi;
Yang berarti pembagian laba dengan nama clan dalam bentuk apapun,
termasuk pembayaran dividen kepada pemilik modal, pembagian sisa hasil
usaha koperasi kepada anggotanya, clan pembayaran dividen oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis; tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
Ltdan yang memba6ikannya karena pembagian laba tersebut merupakan
bagian dari penghasilan badan tersebut yang akan dikenakan pajak.

Sab 9 • Pengurangan/Biaya
b Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota;
Maksudnya biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
perusahaan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan oleh
perusahaan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota,
seperti perbaikan rumah pribadi, biaya perjalanan, biaya premi asuransi yang
dibayar oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi para pemegan& saham
atau keluarganya.
c Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak
tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan
untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
Berarti pembentukan atau pemupukan dana cadangan pada prinsipnya
tidak dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Ken&
Pajak.
Nam1111 untuk jcnis-jenis usaha tertentu yang secara ekonomis mernang
diperlukan adanya cadangan untuk menutup beban alau kerugian yang akan
terjaeU dikemJ1dian ha.ri, Jan.g tRt:batas pada piuta1,1g tak teiflta�if.i, seperti:
• cadangan piut,mp; t,1 k tcrtagih untuk usaha 1.:tnk J.Jn budan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
• cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
• cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
• cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan
syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan I\1enteri
Keuangan;
d Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi,
kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

PerpaJakan Indonesia
Berarti premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi d wiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak orang pribadi tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, clan pada
saat orang pribadi dimaksud menerima penggantian atau santunan asuransi,
penerimaan tersebut bukan merupakan Objek Pajak.
Jika premi asuransi tersebut dibayar atau ditanggung oleh pemberi kerja,
maka bagi pemberi kerja pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya
clan bagi pegawai yang bersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan
Objek Pajak.
e Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
aiberikan dalam bentuk natura clan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
clan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura clan kenikmatan di daerah tertentu clan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
Yang artinya bahwa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
clan kenikmatan dianggap bukan merupakan Objek Pajak. Selaras dengan
hal tersebut maka dalam ketentuan ini, penggantian atau imbalan dimaksud
dianggap bukan merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai
biaya bagi pemberi kerja. Namun, dalam rangka menunjang kebijaksanaan
pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah terpencil, berdasarkan
keputusan Menteri Keuangan, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di
daerah tersebut, boleh dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja.
Pemberian kepada pegawai berupa penyediaanmakanan/minuman ditempat
kerja bagi seluruh pegawai, secara bersama-sama, atau yang merupakan
keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja
atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan
peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan
(Satpam), antar jemput karyawan serta penginapan untuk awak kapal dan
yang sejenisnya, maka pemberian tersebut bukan merupakan imbalan bagi
karyawan tetapi boleh dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja.
f Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

... -
Bab 9 • Pengurangan/Biaya
--· -- · .
Maksudnya dalam praktek sehari-hari, kemungkinan dapal terjadi
pembayaran irnbalan yang diberikan kepada pegawai yang juga pemegang
saham. Karena pada dasarnya pengeluaran untuk mendapatkan, menagih,
dan mernclihara penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
Jdalal1 pengeluaran yang jumlahnya wajar sesuai dengan kelaziman usaha,
maka berdasarkan ketentuan ini, jumlah yang melebihi kewajaran tersebut
tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Misalnya seorang tenaga ahli yang adalah pemegang saham dari suatu
badan, rnernberikan jasa kepada badan tersebut dengan memperoleh imbalan
sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah). Apabila untuk jasa yang sama yang
diberikan oleh tenaga ahli lain yang setara hanya dibayar sebesar Rp 2.000.000,­
(dua juta rupiah), maka jumlah sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) tidak
boleh dibebankan sebagai biaya.
Bagi tenaga ahli yang juga sebagai pemegang saham tersebut jumlah sebesar
Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) dimaksud dianggap sebagai dividen.
g Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, clan warisan, kecuali zakat
alc1s penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Fajak orang pribadi
.. - ·
pemeluk agama Islam dan atau · n dalam negeri �ang dimiliki
eh p Juk - am I L m l

;,n ·==<n;.u,, U'lll-\AU..L �'l'l-1'l.!m .... ,,·,u.,,,,

yang dibentuk a.tau disahkan olelt Pemcrintah;


Yang berarti pemberian bantuan atau sumbangan pengeluaran hibah tidak
boleh dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak
h Pajak Penghasilan;
Yang dimaksudkan dengan Pajak Penghasilan adalah Pajak Penghasilan yang
tcrutc:mg oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh: Perusahaan Ade
mernbayar Pajak Penghasilan tahun 2008 sebesar Rp. 100.000.000,-. Pajak
Penghasilan Rp. 100.000.000,- tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto tahun 2008.
1 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
Biaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya, pada hakekatnya merupakan penggunaan penghasilan oleh
Wajib Pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu biaya tersebut tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.

Perpajakan Indonesia
Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
Maksudnya anggota firma, persekutuan dan perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham diperlakukan sebagai satu kesatuan, sehingga
tidak ada imbalan sebagai gaji. Dengan demikian gaji yang diterima oleh
anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham, bukan merupakan pembayaran yang boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto badan tersebut.
Contoh: Gaji Tuan Charly sebagai Direktur Utama CV. Makmur sebesar Rp.
5.000.000,- satu bulan; tidak boleh diakui sebagai biaya dalam pengurangan
penghasilan bruto CV Makmur.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
Yang dimaksud dalam ayat ini adalah sanksi administrasi berupa bur:iga,
denda, kenaikan serta sanksi pidana karena tidak melaksanakan peraturan dan
perundang-und angan perpajakan. Contoh: sanksi karena tidak melaporkan
Surat Pemberitahuan tepat waktu, membayar pajak masa melebihi waktu yang
ditentukan.
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk
dihebankan sekaligus, :rnelainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.
Hal ini sesuai dengan kelaziman usaha, pengeluaran yang mempunyai peranan
terhadap penghasilan untuk beberapa tahun, pembebanannya dilakukan
sesuai dengan jumlah tahun lamanya pengeluaran tersebut berperan terhadap
penghasilan dan sejalan dengan prinsip penyelarasan antara pengeluaran
dengan penghasilan (matching cost and revenui;).

--- --------------
Bab 9 • Pengurangan/E3iaya
·1 . Apakah Tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan dapat
sebagai pengurang biaya bagi perusahaan? Jelaskan!
1 Biaya apakah yang dapat sebagai pengurang penghasilan bagi orang
pribadi?
3. Apakah kenikrnatan dalam bentuk natura dapat dibebankan sebagai
biaya? Jelaskan!
4. Kapan piutang tidak dapat ditagih dapat diakui sebagai pengurang biaya
dalam perpajakan?
5. Sumbangan yang dikeluarkan melalui kas/bank perusahaan.
Apakah sumbangan tersebut dapat diakui sebagai biaya yang mengurangi
penghasilan perusahaan?
6. Beberapa waktu lalu keluarga Bayu mengalami rnusibah. Kakak
bayu, merupakan karyawan PT. XYZ, mengalami kecelakaan sehingga
meninggal dunia_. Selam
, a bekerja, Tulia clfasliiransikq11 olelli pel'.'Usalaaooy;a.
Setelah musibah tersebut, ahli waris menerima biaya penggantian (klaim)
dari perusahaan asuransi yang dib¢rikgti' tf(�lalui peti.1sahaan fempat dit _
bekerja selama ini. Apakah benar klafrn yang dite:rima PT · Z dipotong
PPh? Apakah uang yang diterima ahli waris juga dipotong pajak?

Perpajakan Indonesia
ASETTETAP

Dalam akuntansi, aset tetap adalah aset yang dibeli oleh perusahaan atau orang pribadi
rang digunakan untuk operasional perusahaan yang memiliki nilai yang relatif
tinggi, memiliki umur manfaat lebih dari satu tahun dengan nilai perolehan yang
relatif tinggi dan tidak untuk diperjualbelikan.
Jadi, aset tetap diperoleh oleh perusahaan tidak untuk diperjualbelikan, tetapi
untuk operasional perusahaan. Aset yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali
cruinamakan persediaan dan digolong dalam Aset Lancar
Sebagai contoh:
ll. Perusahaan dagang PI ABC membeli mobil untuk operasional perusahaannya,
·· ' · maka mobil PT. ABC adalah Aset Tetap.
Sedangkan PT. Sekar Mobil yang beroperasional sebagai showroom mobil,
r
. maka mobil di dalam perusahaan ini dapat' digolongkan sebagai persediaan
,dan sebagai aset tetap perusahaan. Maksudnya, mobil yang digunakan untuk
operasional PI. Sekar Mobil adalah digolong dalam Aset Tetap, clan mobil yang
dipajang dalam showroom untuk dijual lagi dikategori dalam Persediaan.

PEMBAGIAN ASET TETAP


Aset tetap menurut wujudnya terdiri dari dua, yaitu: Aset Tetap Berwujud (Tangible
Fixed Asset) dan Aset T idak Berwujud (Intangible Fixed Asset). Ai;et Tetap Berwujud
dapat diklasifikasikan:
• Aset tetap yang disusutkan (depreciatable fixed assets)
Contoh: Kompute1� mobil, bangunan, mesin, peralatankantor dan aset y1ng lain.
• Aset tetap yang tidak disusutkan (nondepreciatable fixed assets)
Contoh: Tanah

Akan tetapi, tanah unt11k pertambangan, perikanan, dilakukan penyusutan


dan istilahnyc1 adalah deplesi (depletion).
Aset Tetap Tak Berwujud (Intangible Fixed Asset) merupakan aset tetap yang
scccJ.rcJ. fisik tiduk dupul dilihal, akan lelapi mernl,erikau kunlriousi nyata bagi
perusahaan.
B rikutc t wujttd ditemuidal
dunia usaha:
• Organization Cost
Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan dengan
set-up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya: pembayaran kepada notaris.
Pengeluaran ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas
pengeluaran tersebut perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih dari
satu tahun buku. Contoh: Akte Pendirian Perusahaan.

• Perijinan (License)
Periijinan adalah hak perusal1aan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik
daerah rnaupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan
bid,rng usahc1nya. Ijin-ijin perusahaan ten tu ada jangka waktunya, clan jika masa
bcrlaktmyc1 telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui.
Nc1mt1r1 dernikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha
biaszmya rnemiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu
tahun buku. Unt1.1k itu ljin diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud. Contoh:

Perpajakan Indonesia
164 -
Surat ljin Usaha, Tanda Daftar perusahaan, Surat ijin usaha jasa konstruksi dan
sebagainya.

• Hak Paten
Hak Paten adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Di mana
atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk
kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang ..Penemuan tersebut bisa berupa
suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu.

• Merek Dagang (Trade Mark)


Merk Dagang (TradeMark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang diperoleh
atas_ suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk,
symbol, atau kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/perusahaan
tertentu. Contoh: Logo, warna dan bentuk Kentucky Fried Chicken.

• J:Iak Penggandaail. (Copyright)


Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya
ilmiah, puisi, novel, maupun lirik lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau
scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan
mengedarkannya.

• Franchise
_Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau
memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan,
penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki
oleh perusahaan yang memberikan hak franchise. Contoh: Hak Franchise
Kentucky Fried Chicken, T he British Institute, Bimbingan Belajar Primagama.

• Goodwill
Adalah kelebihan-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh
perusahaa:!.1., yang dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan
tersebut bisa karena perusahaan memilil<i reputasi manajemen yang sangat
bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya,
letaknya strategis, dan lain-lain.

· Bab 10 • Aset Tetap


Catatan: Goodwill hanya diakui (Jibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi,
yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain.
Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa: penjualan perusaahaan bergabung/
berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger, atau akuisisi.

CARA PEROLEHAN ASET TETAP


Perolehan Aset Tetap diakui sebesar harga perolehannya (historical cost) ditambah
denga pengeluaran-pengeluaran yang timbul mulai dari proses pembelian hingga
aset tersebut siap dioperasikan.
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor
dan PPN Masukan Tak Boleh Dikreditkan, dan setiap biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset
tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan; setiap potongan
dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. Contoh dari biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung adalah:
1. hic1yc1 persiapan tempat;
2. biaya pengiriman awal (initial delivery) clan biaya simpan rl,rn bongkar-muat
(hcmdlin, c f ;
3. biaya pernasJngan (installation cosl,s); d,-m
4. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.

Maka harga perolehan dapat dirumuskan dengan:

Nilai Aset Tetap = Nilai Beli + Pengeluaran-pengeluaran

Aset dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti:


• Perolehan Aset dengan Tunai (kas)
• Perolehan Aset dengan Kredit
• Perolehan Aset dengan Cicilan (Installment Payment)
• Perolehan dengan sewa guna usaha (leasing)
• Perolehan dengan pertukaran
• Perolehan dengan membangun sendiri
• Perolehan dengan hibah, bantuan, atau pemberian

Pe1·pajaka11 l11donesia
166 -
Perolehan Aset dengan Tunai (Kas)
Perusahaan membeli aset tetap dengan melakukan pembayaran tunai kepada
pemasuk. Sehingga nilai yang dibukukan perusahaan adalah besarnya nilai yang
dibayar rerusahaan ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran untuk menginstalasi
aset tersebut sehingga dapat digunakan untuk operasional perusahaan.
Contoh: PT. SA}v'l membeli mesin senilai Rp. 100.000.000,- dari PT. PQR secara
tunai. Untuk memasang mesin tersebut, PT. SAM membayar tenaga ahli sebesar
Rp. 10.000.000,-.
Jadi,harga perolehan mesin tersebut untukPT. SAMadalahRp. 110.000.000,- (Rp.
100.000.000,- , + Rp. 10.000.000,-)

Perolehan Aset dengan Kredit


Perusahaan membeli aset tetap dengan melakukan pembayaran kredit kepada
pemasuk. Cara pembayaran kredit bisa dilakukan dengan penerbitan giro mundur
atau penagih (collector) dari pemasuk yang akan menagih saat jatuh tempo. Jadi,
nilai yang dibukukan perusahaan adalah besarnya nilai yang dibayar perusahaan
ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran untuk menginstalasi aset tersebut
sehingga dapat digunakan untuk operasional perusahaan.
Contoh: PT. SAM membeli mesin senilai Rp. 100.000.000,- dari PT. PQR secara
kredi t dengan membuka giro mundur 3 ( tiga bulan). Untu k memasang mesin tersebut,
PT. SAM membayar tenaga ahli sebesar Rp. 10.000.000,-.
Jadi, harga perolehan mesin tersebut untukPT. SAMadalahRp. 110.000.000,- (Rp.
100.000.000,- + Rp. 10.000.000,-)

Perolehan Aset dengan Cicilan (Installment Pay,r1iH1t)


Perolehan aset denga.n pembayaran dicicil, tentu pengeluaran kas tidak akan terjadi
sekaligus, melainkan bertahap sesuai dengan kesepakatan dengan kreditur (Bank).
Selain itu, tentu akan ada bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Contoh
PT. ESO membeli sebuah mesin seharga Rp 1.900.000.000,-, dengan sistem
pembayaran sebagai berikut:
Pembayaran pertama adalah sebesar Rp 900.000.000,- sedangkan sisanya dicicil
sebanyak 2 kali selama 2 tahun. AtasPokok cicilan dikenakan bunga 12% per tahun dari
sisa pokok yang belum dibayar.

Bab 10 • Aset Tetap



h:
Ivfaka atas transaksi di atas, h,1rga pcrolchan mesin PT. ESO adala
c= Hnrga mesin I bunga yang
dibayar
= Harga mesin + bunga tahun I + bunga tahun II
0,)
= Rp 1.900.000.000,- + (12 /ci x Rp. 1.000.000.000,- + 12% x Rp. 500.000.00
°

= Rp. 1.900.000.000,- + Rp. 120.000.000,- + Rp. 60.000.000,-


= Rp. 2.080.000.000,-

Perolehan dengan sewa guna usaha (leasing)


Perolehan aset melalui sewa guna usaha, tentu pengeluaran kas tidak ak;:m terjadi
sekaligus, melainkan bertahap sesuai dengan kesepakatan dengan perusahaan
pembiayaan (leasing). Selain itu, tentu akan ada bunga yang harus ditanggung
oleh perusahaan.
Sewa guna usaha ini memiliki dua jenis, yaitu sewa guna usaha dengan hak
opsi dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Untuk lebih mendetail Perpajakan untuk
sewa guna usaha akan dibahas dalam bab tersendiri.

Perolehan dengan pertukaran


Aset Tetap dapat diperoleh d r1. · an p �tukaran a tau. n · p "tuk ra1, bag·an
m .p a11g 1 al rupa atau As t ,ain. Untuk transaksi pertu karan As1�t
1l l p yang tidak ej nis dapa.t diakui adanya laba atau rugi.
Dan di dalam pr, kt-1 bi ni ehari-hari t rjadi p-rtukaran A et Tetap yang
sei-nis, · p rti pertul ran m sin Lama dengan m-sin Baru. Jika terjadi b·ansak .i
ini maka tidak da pei1ga1 lien k untungan a tau 1 erugian.

Pertukaran Aset Tak Sejenis


S buah mesin dengc n bi ya perol han Rp 5.000.000 yang telah disusutkan
Rp 3.500.000 ditukar dengan mesin baru tidal< sejenis y,mg harga pasarnya ad�.fah Rp
6.500.000. Peru ahaan harus membayar uang Rp 4,500.000. Sehingga penghitungan
laba rugi p nukaran m sin dan harga perolehan mesin be ru adalal, sebagai berikut:

Perpajai<an Indonesia�
Mesin (baru) Rp. 6.500.000,-
Mesin (lama) Rp. 5.000.000,­
Akumulasi Penyu:mtan Rp. 3.500.000,- (-)
Nilai Buku Rp. 1.500.000,­
Kas Rp. 4.500.000,- (+)
Jumlah yang dibayar Rp. 6.000.000,- (-)
Laba Penukaran Aset Tetap Rp. soo.ooo,;

Pertukaran Aset Sejenis


Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 9.000.000 yang telah disusutkan
Rp 6.000.000 ditukar dengan mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan
yang bergerak pada usaha yang sama. Maka harga perolehan untuk mesin baru
adalah:

Mesin (lama) Rp. 9.000.000,­


Akumulasi Penyusutan Rp. 6.000.000,- (-)
Nilai Buku Rp. 3.000.000,­
Mesin (baru) Rp. 3.000.000,-

Jumlah sebesar Rp 3.000.000,-yang dicatat sebagai harga mesin baru merupakan


nilai buku mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 9.000.000,- dikurangi dengan
akumulasi penyusutan Rp 6.000.000,-.

Aset yang Dibangun Sendiri


'Cara perolehanAsetTetap ada diperoleh dengan dibangun sendiri.AsetTetap dapat
dibangun sendiri dengan menggunakan:
• Jasa kontraktor (diborongkan), maka harga perolehan aktiva bangunan diakui
sebesar nilai kontraknya.
• Dibangun sendiri, maka harga perolehan aset diakui sebesar seluruh
pengeluaran atas pembangunan gedung (property) tersebut.
Dalam pembangunan terdapat banyak pengeluaran apalagi jika perusahaan
telah beroperasi, telah berproduksi, maka di dalam pengeluaran sering terjc1di
kebingungan antara biaya produksi dan biaya untuk membangun sendiri.

Bab 10 • Aset Tetap


Jika dikelompokkan, pe1 t�duaran-pengeluaran yang tetjadi untuk pernbangunan
(construction) sama saja dengan pengeluaran-pengeluaran proses produksi di
_
perusahaan, yang terdiri dari 4 (empat) kelornpok pengeluaran besar:
1. Bal,an langsung (direct material)
2. Upah langsung (direct labour)
3. Biaya Tak langsung (overhead expense)
4. Biaya operasional (opemtional expenses)

Pengeluaran yang dikategorikan dalam kelompok 1 clan kelompok 2 adalah


jelas pemakaiannya sehingga mudah diidentifikasikan terhadap pengeluaran untuk
produksi maupun pengeluaran untuk kegiatan membangun sendiri.
Pengeluaran kelompok 3 clan 4 agak susah untuk diidentifikasi sehingga
pemisahan antara pengeluaran untuk proses produksi atau pengeluaran untuk
proses kegiatan membangun sendiri kurang·tepat.
Contoh: Perusahaan A bergerak di bidang perdagangan (trading), di samping
itu perusahaan A membuka 11s;:iha baru, yaitu Gedung Olah Raga Futsal. Judi,
air, listrik, telepon, peralatan tertentu, transportasi, gaji satparn, bahkan tidak
jarang perusahaan menugaskan kar awan tertentu a diifilll}?... · kJ · ·j:a
rn1 1 p ru ahaat1 yang t lah 1ja Tan juga di'tugas an untu k mengawasi proyek
pembangunan yang sedang berlangsung; seperti karyawan akuntansi, disamping
mengatur keuangan dan menyusun pembukuan di bidang perdagangan (trading)
yang telah beroperasi, juga harus mencatat (membukukan) segala transaksi yang
tirnbul dari proses pembangunan Gedung Olah Raga Futsal juga.

PENYUSUTAN
Wajib Pajak dapat memilih clan melakukan penyusutan atau arnortisasi atas
pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan
barta bukan bangunan yang rnasih dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dengan menggunakan metode garis lurus
atau metode saldo menurun. Metode penyusutan atau amortisasi yang dipilih yang
mencakup semua harta bukan bangunan harus konsisten. Dengan perkataan lain,
tidakdiperbolehkan menggunakan dua macam metode penyusutan atau amortisasi
untuk harta bukan bangunan.

_Perpajakan lndone�
Pada prinsipnya semua pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud, yang
climiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih clan memelihara penghasilan,
clapat dibebankan sebagai biaya. Namun apabila pengeluaran untuk memperoleh
harta berwujud tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, maka
pembebanan atas pengeluaran tersebut sebagai biaya harus dilakukan melalui
penyusutan. Dengan demikian penyusutan adalah merupakan suatu metode
pembebanan biaya.
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk
tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang pertama
kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam
perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai
tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan,
misalnya tanah dipergunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik atau
perusahaan batu bata.
Pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak guna usaha
clan hak pakai yang pertama kali aclalah biaya perolehan tanah berstatus hak guna
bangunan, hak guna usaha atau hak pakai dari pihak ketiga clan pengurusan hak­
hak tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya. Sedangkan biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha clan hak pakai cliamortisasikan
selama jangka waktu hak-hak tersebut.
Metode penyusutan yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya
penyusutan yang dapat dibebankan sebagai biaya untuk semua harta tetap bukan
bangtman harus konsisten ad:i.lah:
1. Metode garis lurus (straight line methodt yaitu penyusutan atas pengeluaran
harta pengeluaran harta berwujud yang dilakukan dalam bagian-bagian yang
sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut,
atau
2. Metode saldo menurun (declining balance nzetlwd), yaitu penyusutan atas pengeluaran
harta berwujud yang dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa
manfaat dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada
akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus.

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk


harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut.

...._
Bab 10 • Aset Tetap
Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan
melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk men­
dapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan har�a yang
bersangkutan mulai menghasilkan.
Jadi, dalam menghitung besarnya penyusutan atas harta berwujud bukan
bangunan, Wajib Pajak hanya diperbolehkan menggunakan salah satu dari kedua
metode penyusutan tersebut untuk seluruh jenis harta berwujud clan penggunaan
rnetode penyusutan tersebut harus dilakukan secara taat azas. Jika pengeluaran untuk
perolehan Aktiva Tetap adalah pada bulan dari bagian tahun maka penyusutan
pad a tahun pertarna dihitung secara pro-rata, rnisalnya pembelian Mesin pabrik
pc1da tanggal 2 Maret, sehingga penyusutan atas mesin tersebut untuk tahun pertarna
adalah dikali dengan (10: 12 bulan). Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat
kecil (small tnols) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalarn satu golongan.
Untu k harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan
rnetode garis lurus.
Pada prinsipnya penghitungan penyusutan atau arnortisasi di]akukan dengan
rnernbuat daftar harla sebagai berikut:
• Daftar harta berwujud berupa bangunan
��==��lJ;t'liit :rt:hattao. W1UJUcl IDlaK ,n oan
=

• Daftar harta tidak berwujud

Daftar harta tersebut memuat inforrnasi mengenai:


• Jenis Harta
• Tahun perolehan
• Masa Manfaat rnaksirnum
• Sisa rnasa rnanfaat
• Harga/Nilai perolehan
• Tari£ penyusutan/arnortisasi
• Besarnya penyusutan atau arnortisasi
• Nilai sisa buku awal Tahun Pajak
• Kelornpok harta

Untuk mengl1itung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta


berwujud ditetapkan sebagai berikut:

Perpajakan lndone:ia
-,/
Kelompok Harta Tarif penyusutan
Berwujud Masa Manfaat Garis Lurus -Saldo Menurun
i) Bukan bangunan
Kelompok 1 4tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 I 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10% -

Kelompok Harta Berwujud


ii) Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%

Yang dimaksud dengan bangunan tidak permanen adalah bangunan yang


bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan
yang dapat dipindah-pindahkan, yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh)
tahun. Misalnya, barak atau asrama yang dibuat dari kayu untuk karyawan.
Jenis-jenis harta yang termasuk dalam masing-masing kelompok harta berwujud
bukan bangunan se�uai Lampiran I Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 96/
PMK.03/2009 Tanggal: 15 Mei 2009 adalah sebagai berikut:

Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Dalam Kelompok 1

No. Jenis Usaha


.. . Jenis Harta
1. Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja,
bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian
dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator,
mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer,
printer, scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/casette,
video recorder, televisi, dan sejenisnya. d. Sepeda
motor, sepeda dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi ndustri/jasa yang
bersangkutan.
f. Dies, jigs dan mould.
g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile,
telepon seluler dan sejenisnya.
2. Pertanian, Perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin, seperti
Kehutanan,Perikanan. cangkul, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.

...-
Bab 10 • Aset Tetap
- -
" 1•
No. Jenis Usaha -
Jenis Harta
3. lndustri Makanan dan Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti
huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan
Minuman
seJe111snya.
4. Transportasi dan Pergudangan Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai
angkutan umum.
5. lndustri Semi Konduktor Flash memory tester, writer machine, bipolar test system,
eliminator (PE8-1 ), pose checker.
6. Jasa Persewaan Peralatan Anchor, Anhor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel
Tambat Air Dalam Wire Ropes, Mooring Accessories.
7. Jasa Telekomunikasi Seluler Base Station Controller

Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Dalam Kelompok 2

No.
- Jenis Usaha
�-- Jenis Harta
1 Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku,
kursi, lemari, dan sejenisnya yang bukan merupakan
bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC,
kipas angin, dan sejenisnyn.
b. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya
2. Pertani.at1. 1 P.erkebunan, a. Mes1n pertan1an/perkebunan seperti traktorctan mesin
Kehutanan, Perikanan bajak, peAggaruk, penanaman, penebar benih dan
sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau
memprodu.ksi bahan atau barang pertanian, perkebunan
peternakan dan perikanan
3. lndustri Makanan dan a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan
Minuman perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan.
b. Mesin yang mengolah produk nab21ti, misalnya mesin
minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang
gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan
beras, gandum, tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan
bahan-bahan minuman segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan
makanan dan makanan segala jenis.
- -
- --
4, lndustri Mesin Mesin yang menghasilkan/produksi mesin ringan
(misalnya mesin jahit, pompa air)
5. Perkayuan, kehutanan Mesin dan peralatan penebangan kayu.
�Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau
- ---- -- memproduksi bahan atau barang kehutanan.

Perpajakan lndonesi;.-
No. Jenis Usaha Jenis Harta
6. Kontruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump
truck, crane, buldozer dan sejenisnya
7. Transportasi dan Pergudangan a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk
peron, truk ngangkang dan sejenisnya.
b. Kapa! penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat
untuk pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum,
batu-batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk
kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan
sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan l 00
DWT.
c. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam
kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya,
yang mempunyai berat sampai dengan l 00 DWT.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai
berat sampai dengan 250 DWT.
e. Kapal balon.
I. n
8. Telekomunikasi a. Perangkat pesawat telepon.
b. Pesawat telegraf, termasuk pesawat pengiriman dan
penerimaan radio telegraf dan radio telepon.
9.' lndustri Semi Konduktor Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven,
ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning
machine, coating machine, curing oven, cutting press,
dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test,
dynamic burn-in system oven, dynamic test handler,
eliminator (PGE-01 ), full automatic handler, full automatic
mark, hand maker, individual mark, inserter remover
machine, laser marker (FUM A-01 ), logic test system,
marker (mark), memory test system, molding, mounter,
MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass
oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping
machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire
bonder, wire pull tester.
,,.
10, Jasa Persewaan Peralatan Spooling Machines, Metocean Data Collector
Tambat Air Dalam
11. Jasa Telekomunikasi Seluler Mobile Switching Center, Home Location Register, Visitor
Location Register, Authentication Center, Equipment
Identity Register, Intelligent Network Service Control Point,
'"

:
Intelligent Network Service Management Point, Radio
Base Station, Transceiver Unit, Terminal SDH/Mini Link,
.,
Anthena

Bab 10 • Aset Tetap


Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Dalam Kelompok 3

No. Jenis Usaha Jenis Harta


1. Pertambangan Selain Mesin-Mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan
Minyak dan Gas terrnasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan.
2. Pemintalan, Penenunan, a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil
dan Pencelupan (misalnya kain katun, sutra sernt-serat buatan, wol dan bulLi
hewan lainnya, lena rami, permadani, kain- kain bulu, tule).
b. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing,
finishing, texturing, packaging dan sejenisnya
3. Perkayuan a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu,
barang-barang dari jerami, rumput dan balian anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu

4. lndustri Kimia a. Mesin dan peralatan yang mengolah/menghasilkan produk


industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan
industri kimia (misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan
organis dan anorganis dari logam mulla, elemen radio aktif,
isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat
celup, obat pewarna, cat, �ernis, minyak eteris dan resinoida-
1 esir1- oida wangi-wahgian, obat kecantikan dan obat rias, sabun,
detergent qan obat organis pembersih lainnya, zat albumina,
Qerekat bahan elcdalP- 0. p.iro,tehnik. korek.api alloy
piroforis, bararrg fotograff d .n tnernatografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk inclustfi lainnya,
(misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari
selulosa, karet, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat
dan kulit mentah).
5. lndustri Mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi rnesin menengah dan
berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal)

6. Transportasi dan a. Kapa! penumpang, kqpal bar.ang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan
Pergudangan barang-barang tertentu (mfsalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan
sejenlsnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan
dan sejenisnya, yang mempunyal berat di aras 100 DWT sampa: dengan 1000.
DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar,
kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT
c. Dok terapung.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat di atas 250 DWT.
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala jenis.
7. Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar, dan kendali jarak jauh.

Pe1·pajakan Indonesia
__.
Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Dalam Kelompok 4

No. Jenjs Usaha J�nisHarta


1. Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi
2. Transportasi dan Pergudangan a. Lokomotif uap dan tender atas rel.
b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau
dengan tenaga listrik dari sumber luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.
d. Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk
kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik
dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.
e. Kapa! penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat
untuk pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum,
batu-batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk
kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan
dan sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000
DWT.
f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong
kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal
keruk, keran-keran terapung dan sebagainya, yang
mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
g. Dok-dok terapung.

Contoh:
1. Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method):
Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp. 400.000.000,- dan masa
manfaatnya 20 (dua puluh) tahun, penyusutannya setiap tahun adalah sebesar
Rp. 20.000.000,- (Rp 400.000.000,- : 20).

Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method):


Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Maret 2008 dengan
harga perolehannya Rp. 150.000.000,- dan masa manfaatnya 4 (empat) tahun,
penyusutannya setiap tahun adalahsebesar Rp. 37.500.000, - (Rp 150.000.000, : 4).
Untuk Penyusutan tahun I = 10/12 x Rp. 37.500.000,- = Rp. 31.250.000,­
Untuk Penyusutan tahun II s/d IV = Rp. 37.500.000,-
Untuk Penyusutan tahun V = 2/12 x Rp. 37.500.000,- = Rp. 6.250.000,-

3. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method):


Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan J anuari 2008 dengan
harga perolehan sebesar Rp 150.000.000,-. Masa manfaat dari mesin tersebut
adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima
puluh persen), maka penghitungan penyusutannya adalah sebagai berikut:

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku


Harga Perolehan 150.000.000,00
2008 50% 75.000.000,00 75.000.000,00
2009 50% 37.500.000,00 37.500.000,00
2010 50% 18.750.000,00 18.750.000,00
2011 disusutkan sekaligus 18.750.000,00 0

4. PT. ABA (Persero) dalam melakukan kegiatan usahanya memiliki jaringan


pipa gas bumi yang dibangun melalui tahapan persiapan sampai dengan
pemasangan, pengujian dan tahapan gas-in; melakukan permohonan untuk
memulai penyusutan pada bulan aset tetap tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Apakah permohonan
PT. ABA dapat disetujui?

, ~ enY.:Y,s-utan s
penyusutan dimu lai pad a bu Ian dilakukannya pengeluaran, kecu'ali untuk
harta yang masih dalam proses pengerjaan penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal
Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai bulan harta
tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.dimulai pada
bulan selesainya pengerjaan harta . Sedangkan secara akuntansi, penyusutan
dimulai pada saat bulan aktiva tetap tersebut digunakan.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka:
• Aset tetap (jaringan pipa gas bumi) yang dimiliki PT. ABA (P�rsero)
mempunyai karakteristik yang sama dalam proses pembuatannya seperti
sebuah bangunan/konstruksi/instalasi. Oleh karena itu penyusutannya
secara fiskal dimulai pada bulan selesainya pengerjaan (proses pembuatan)
aset tetap tersebut;
• Sepanjang tenggang waktu antara bulan selesainya pengerjaan aset
tetap tersebut dengan bulan penggunaannya cukup jauh (>l tahun) t

Perpajakan lndonesi�
- ,/
sehingga berpengaruh besar terhaclap penerapan prinsip matching cost
again ts revenue yang juga clianut Unclang-unclang Pajak Penghasilan, maka
permohonan untuk memulai penyusutan pacla bulan aset tetap tersebut
digunakan untuk menclapatkan, menagih clan memelihara penghasilan
clapat disetujui.

5. fengeluaran untuk pembangunan sebuah geclung adalah sebesar Rp.


400.000.000,-. Pembangunan climulai pacla bulan September 2007 clan selesai
untuk cligunakan pada bulan April 2008. Penyusutan atas harga perolehan
bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan April tahun pajak 2008.
6. Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2008 dengan harga
perolehan sebesar Rp. 200.000.000,-. Masa manfaat dari m.esin tersebut adalah 4
(empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50 11/0 (lirna puluh
persen), maka penghitungan penyusutannya adalah tarif dikali dengan nilai
sisa buku, sehingga hasil penghitungan adalah seperti tabel berikut:

Tahu.n· Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku


Harga Perolehan 200.000.000,-
2008 6/12 X 50% 50.000.000,- 150.000.000,-
2009 50% 75.000.000,- 75.000.000,-
2010 50% 37.500.000,- 37.500.000,-
2011 - 50% 18.750.000,- 18.750.000,-
2012 disusutkan sekaligus 18.750.000,- 0

7. PT X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor pada tahun 2008.


Perkebunan tersebut mulai menghasilkan (panen) pada tahun 2009. Dengan
persetujuan Direktur Jencleral Pajak, penyusutan traktor tersebut dapat
dilakukan mulai tahun 2009.

PENGALIHAN ATAU PENARIKAN ASE T


Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta, maka jumlah nilai sisa buku harta
tersebut dibebankan sebagai kerugian clan jumlah harga jual atau penggantian
asuransinya yang cliterima atau cliperoleh clibukukan sebagai penghasilan pa.du
tahun terjaclinya penarikan harta tersebut.

-.---" -
Bab 10 • Aset Tetap
Apabila terjadi kebakaran dalam perusahaan maka atas aset yang
diasuransikan perlakuan perpajakannya adalah penggantian asuransinya dibukukan
sebagai penghasilan pada tahun diterimanya penggantian asuransi, dan nilai sisa
buku dari harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang
bersangkutan.
J ika hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat
dikctc1hui dcngc1n pasti di masa kemudian, n1aka dengan persetujuan Direktur
Jcnderal Pajak jumlah sebesar kerugian dibukukan sebagai beban da]am tahun
penggantian asuransi tersebut.

AMORTISASI
Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk
perpanjangan hak-hak atas tanah (seperti hak guna usaha, hak guna bangunan
dan hak pakai) dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebil1 dari
satu tahun, diamortisasi dengan metode:
1. dalam bagian-1-,af;i.rn yang sama setiap tahun selama masa manfaat, atau;
2. dalam bagian-bagian yang menurun setiap tahun dengan cara menerapkan
;==.-----tari-f a-m0rtisasi atas nilai sisa-buku.

Amortisasi harta tak berwujud yang menggunakan metode saldo menurun,


pada akhir masa manfaat nilai sisa buku harta tak berwujud atau hak-hak tersebut
diamortisasi sekaligus.
Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif arnortisasi ditetapkan
sebagai berikut:

Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Amortisasi berdasarkan metode


Tak Berwujud Garis Lurus ·. Saldo Menurun -
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
---+----
Kelompok 2 8 tahun 12,5%--- 25%
-- --- ----+---
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
------,--------+- ------+--------
-
Kelo mp o k 4 20 tahun 5% 10%

Penentuan masa manfaat dan tarif amortisasi atas pengeluaran harta tak
berwujud dimaksudkan untuk memberikan keseragaman bagi Wajib Pajak dalam'
melakukan amortisasi. Wajib Pajak dapat melakukan amortisasi ses:iai dengan

Perpajakan Indonesia ■
188 -

metode yang dipiHhnya berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya dari tiap
harta tak berwujud. Tari£ amortisasi yang diterapkan didasarkan pada kelompok
masa manfaat sesuai dengan tabel di atas. Untuk harta tidak berwujud yang rn.asa
manfaatnya tidak tercantum pada kelompok masa manfaat yang ada, maka Wajib
Pajak menggunakan masa manfaat yang terdekat.
Misalnya harta tak berwujud dengan masa manfaat yang sebenarnya 6 (enarn)
tahun dapat menggunakan kelompok masa manfaat 4 (em pat) tahun atc1u 8
(delapan) tahun. Dalam hal masa manfaat yang sebenarnya 5 (lin1.a) tahun, rnc,kc1
harta tak berwujud tersebut diamortisasi dengan menggunakan kelornpok mc1sc1
manfaat 4 (empat) tahun.
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak
clan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi yaitu
dengan persentase amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase
perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang
bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di
lokasi tersebut yang dapat diproduksi.
Seandainya jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan,
sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran
lain, maka atas sisa pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun
pajak yang bersangkutan.
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain di
bidang penambangan minyak dan gas bumi yaitu: hak pengusahaan hutan, dan
hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan rnetode satuan
produksi paling tinggi 20% (dua puluh persen) setahun.
Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, misalnya biaya studi kelayakan dan
biaya produksi percobaan , dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi. Biaya ini
tidak termasuk biaya-biaya operasional yang sifatnya rutin1 seperti gaji pegawai,
biaya rekening listrik dan telepon, dan biaya kantor lainnya. Untuk pengeluaran
operasional yang rutin ini tidak boleh dikapitalisasi tetapi dibebankan sekc:1ligus
pada tahun pengeluaran.

Bab 10 • Aset Tetap


Contoh:
1. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan, yang mempunyai
potensi 60.000.000 (enam puluh juta) ton kayu, sebesar Rp. 1.000.000.000,­
cliamortisasi sesuai clengan persentase satuan procluksi yang clirealisasikan
dalam tahun yang bersangkutan. Jika dalam satu tahun pajak ternyata jumlah
produksi mencapai 18.000.000 (delapan belas juta) ton yang berarti 30% (tiga
puluh persen) dari potensi yang tersedia, maka walaupun jumlah produksi
pada tahun tersebut mencapai 30% (tiga puluh persen) clari jumlah potensi
yang tersedia, besarnya amortisasi yang diperkenankan untuk dikurangkan
dari penghasilan bruto pacla tahun tersebut adalah 20% (clua puluh persen)
dari pengeluaran atau Rp. 200.000.000,-
PT ESO mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak clan
gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp. 900.000.000,-. Taksiran jumlah kandungan
min.yak di daerah tersebut adalah sebanyak 300.000.000 (tiga ratus juta) barel.
Setelah produksi rninyak dan gas bumi mencapai 150.000.000 (seratus lima
puluh juta) barel, PT ESQ menjual hak penambangan tersebut kepacla pihak
lain dengan harga sebesar Rp 500.000.000,-. Penghitungan penghasilan clan
kcrugian clari pcnjualan hak tersebut adalah sebagai berikut:

I Iarga perolehan Rp. 900.000.000,-


Amortisasi yang telah dilakukan
150.000.000/300.000.000 barel (50%) Rp. 450.000.000,-
Nilai buku harta Rp. 450.000.000,-
Harga jual harta Rp. 500.000.000,-

Dengan demikian jumlah nilai sisa buku sebesar Rp. 450.000.000,- clibebankan
sebagai kerugian clan jumlah sebesar Rp 500.000.000,- clibukukan sebagai
penghasilan.

PENIL AIAN KEMBALI ASET TETAP (REVALUASI ASET TETAP)


Perusc1haan dapc1t rnelakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan, dengan syarat telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan
masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Perusahaan
yang merupakan Wajib Pajak baclan clalam negeri clan bentuk usaha tetap (BUT),

-
Perpajakan lnu011esia ■

tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan
dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
Perusahaan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak, untuk
melakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan. Direktur Jenderal Pajak
diberi wewenang untuk menerbitkan surat keputusan penilaian kembali aset tetap
perusahaan atas permohonan yang diajukan oleh perusahaan.
Penilaian kembali aset tetap perusahaan dilakukan terhadap:
a. seluruh aset tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik a tau hak
guna bangunan; atau
b. seluruh aset tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada
di Indonesia, dimilikC dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.

Penilaian kernbali aset tetap perusahaan tidak dapat dilakukan kembali


sebelurn lewat jangka waktu 5 (lirna) tahun terhitung sejak penilaian kembali aset
tetap perusahaan terakhir yang dilakukan.
Untuk mernastikan bahwa suatu aset tetap dinilai kembali (direvaluasi)
secara wajai; maka:
a. Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar
atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali
aset tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang
memperoleh izin dari Pemerintah.
b. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan jasa
penilai atau ahli penilai ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya,
Direktur Jenderal Pajak menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aset yang
bersangkutan.
c. Penilaian kembali aset tetap perusahaan dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal laporan perusahaan jasa penilai atau
ahli penilai.

TARIF PAJAK AT,�S REVALUASI ASET TETAP


Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku
fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh
persen).
MASALAH PAJAK LAIN ATAS REVALUASI ASET TETAP DAN
PENYAJIAN
Ada pun hal-hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan revaluasi Aset Tetap
perusahaan adalah penyajiannya dalam neraca, implikasi perpajakan atas pemberian
saham bonus atau tambahan nilai nominal saham yang berasal dari kapitalisasi atas
revaluasi aset tetap perusahaan, adalah sebagai berikut:
a. Selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan di atas nilai sisa buku
komersial semula setelah dikurangi dengan Pujak Penghasilan Final di atas
harus dibukukan dalam neraca komersial pada perkiraan modal dengan nama
"Selisih Lebih Penilaian Kembali Aset Tetap Perusahaan 1anggal ................... ".
b. Pemberian saham bonus atau pencatatan tambahan nilai nominal saham tanpa
penyetoran yang berasal dari kapitalisasi selisih lebih penilaian kembali aset
tetap perusahaan, sampai dengan sebesar selisih lebih penilaian kembali secara
fiska 1, bukan merupakan Objek Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf g
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 jo. Pasal 1 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Pengbasilan Dalam
i'a nun Rerjalan.
c. Dalam hal selisih lebih penilaian kembali secara fiskal sebagaimana dimaksud
pad a poin (b) lebih besar daripada selisih lebih penilaian kembali secara
komersial sebagaimana dimaksud pada poin (a), pemberian saham bonus
atau pencatatan tambahan nilai nominal saham tanpa penyetoran yang bukan
merupakan Objek Pajak, hanya sampai dengan sebesar selisih penilaian kembali
secara komersial.

ANGSURAN TERHADAP PAJAK ATAS ASET TETAP ��NG


DIREVALUASI
Perusahaan yang karena kondisi keuangannya tidak memungkinkan untuk melunasi
sekaligus Pajak Penghasilan yang terutang (10% dari selisih lebih nilai aset tetap dari
nilai buku), dapat mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran paling
L:irnc112 (dua belas) bulan sesuai ketentuan Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang Nomor
6 Tc1hun 1983 ten.tang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Perpajakan Indonesia

Sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aset tetap perusahaan berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Dasar penyusutan fiskal aset tetap yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali.
b. Masa manfaat fiskal aset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali aset tetap
perusahaan disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok
aset tetap tersE'but.
c. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali
aset tetap perusahaan.

Sedangkan, untuk bagian tahun pajak sampai dengan bulan sebelum bulan
dilakukannya penilaian kembali aset tetap perusahaan berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Dasar penyusutan fiskal aset tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada awal
tahun pajak yang bersangkutan.
b. Sisa masa manfaat fiskal aset tetap adalah sisa manfaat fiskal pada awal tahun
pajak yang bersangkutan.
c. Perhitungan penyusutannya dihitung secara prorata sesuai dengan banyaknya
bulan dalam bagian tahun pajak tersebut.

Penyusutan fiskal aset tetap yang tidak memperoleh persetujuan penilaian


kembali aset tetap perusahaan, tetap menggunakan dasar penyusutan fiskal dan
sisa manfaat fiskal semula sebelum dilakukannya penilaian kembali aset tetap
perusahaan.

PENGALIHAN �rAS ASET TETAP YANG TELAH DIREVALUASI


Dalam hal Perusahaan melakukan pengalihan aset tetap berupa:
a. Aset tetap kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua) yang telah memperoleh
persetujuan penilaian kembali sebelum berakhirnya masa manfaat yang baru;
atau
b. Aset tetap kelompok 3 (tiga), kelompok 4 (empat), bangunan, dan tanah yang
telah memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum lewat jangka waktu
10 (sepuluh) tahun,

-.---
Bab 10 • Aset Tetap

Maka atas selisih lebih penilaian kembali diatas nilai sisa buku fiskal semula,
ciikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif
tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri yang berlaku pada saat
penilaian kembali dikurangi 10% (sepuluh persen).

Akan tetapi, ketentuan di atas tidak berlaku jika:


a. Pengalihan aset tetap perusahaan yang bersifat force majeur berdasarkan
keputusan atau kebijakan Pemerintah atau keputusan Pengadilan;
b. Pengalihan aset tetap perusahaan dalam rangka penggabungan, peleburan,
atau pemekaran usaha yang mendapat persetujuan; atau
c. Penarikan aset tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami
kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Selisih antara nilai pengalihan aset tetap perusahaan den§;an nilai sisa buku
fiskal pada saat pengalihan merupakan keuntungan atau kerugian berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Perpajakan Indonesia..
1. Apa yang menjadi dasar penghitungan Harga Perolehan Aset Tetap?
2. Di dalam perpajakan terdapat berapa metode penyusutan? Jelaskan!
3. Apa bed.a penyusuta1t clan amortisasi?
4. Apa yang dimaksud dengan revaluasi Aset Tetap? Apakah ada manfaat
bagi Wajib Pajak untuk melakukan Revaluasi Aset Tetap?
. 5. Jika Wajib Pajak melakukan Revaluasi atas Aset Tetap perusahaan, tetapi
Wajib Pajak tidak mempunyai arus kas yang cukup untuk melunasi pajak
yang terutang sebagai akibat dari revaluasi Aset Tetap, jadi bagaimana
Wajib Pajak dapat melunasi pajaknya?
6. Apakah Revaluasi Aset Tetap merupakan sebuah alat untuk melakukan
perencanaan pajak? Jelaskan dengan memberikan contoh. kasus!
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO DAN TARIF PAJAK

Informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan Wajib Pajak sangat penting
untuk da:rat mengenakan pajak yang adil dan wajar sesuai dengan kemampuan
ekonomis Wajib Pajak. Untuk dapat menyajikan informasi di atas, Wajib Pajak harus
menyelenggarakan pembukuan. Namun disadari bahwa tidak semua Wajib Pajak
mampu menyelenggarakan pembukuan. Semua Wajib Pajak badan dan bentuk
usaha tetap diwajibkan menyelenggarakan pembukuan. Wajib Pajak orang pribadi
yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran
tertentu, tidak diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan.
Untuk memberikan kemudahan dalam menghitung besarnya penghasilan neto
bagi Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran
bruto tertentu, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan norrna penghitungan.
Norma penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan
neto yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disernpurnakan terus

• 189
menerus. Penggunaan Norma penghitungan tersebut pada clasarnya dilakukan
dalam hal-hal:
a. tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang
lengkap, atau
b. pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyata diselenggarakan
secara tidak bena1:

Norma penghitungan disusun berdasarkan hasil pene1itian atau data lain, dan
dengan memperhatikan kewajaran. Norma penghitungan akan sangat membantu
Wajib Pajak yang belum mampu menyelenggarakan pembukuan untuk menghitung
penghasilan neto.
Dengan berlakunya Undang-Undang PPh yang baru mulai tanggal 1 Januari
2009, maka Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp.
4.800.000.000,- (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dapat menggunakan
norma penghitungan penghasilan neto.
Untuk dapat menggunakan Norma Penghitungan Penghasilctll Nelu tersebut
Wajib Pajak orang prib__a_di harus memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan Norma Pcnghi-.:ungan Penghasilan
Neto tersebut wajib menyelenggarakan pencatatan tentang peredaran brutonya
sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. Pencatatan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan penerapan
norma dalam menghitung penghasilan neto.
Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan, termasuk Wajib
Pajak yang peredaran brutonya kurang dari jumlah Rp.4.800.000.000,-; yang
berhak untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, tetapi tidak
mcrnberitc1hukannya kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu yanG
ditentukan, sehingga Wajib Pajak tersebut dianggap memilih rnenyelenggarakan
pernbukuan.
Jikc:1 wajib pajak yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan
pen catatan atau pembukuan atau tidak rnernperlihatkan pencatatan atau pernbukuan
atau bukti-bukti pendukungnya, rnaka penghasilan netonya dihitung berdasarkan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau cara lain yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.

Perpajakan lndonesi�
Menteri Keuangan dapat menyesuaikan besarnya batas peredaran bruto dengan
memperhatikan perkembangan ekonomi dan kemampuan masyarakat Wajib Pajak
untuk menyelenggarakan pembukuan.
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.
50.000.000.000,-(lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif
sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif 25% yang dikenakan atas Penghasilan
Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 (ernpat
miliar delapan ratus juta rupiah).

Contoh:
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2016 sebesar Rp. 4.500.000.000,- dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 500.000.00,-

Penghitungan pajak yang terutang:


Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku
karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp. 4.800.000.000,-.

Pajak Penghasilan yang terutang:


50% >< 25% x Rp. 500.000.00,- = Rp. 62.500.000,-

(Catatan: jika kegiatan usaha PI Y memenuhi Peraturan Pemerintah RI Nomor 46


tahun 2015, maka PI Y harus menyetor Pajak Penghasilan setiap bulannya dengan
tarif 1% dan bersifat final)

Contoh:
Peredaran bruto PI X dalam tahun pajak 2016 sebesar Rp. 30.000.000.000,- dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 3.000.000.000,- (Contoh Pasal 31 E)

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:


Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
= (Rp. 4.800.000.000,- : Rp. 30.000.000.000,-) x Rp. 3.000.000.000,­
= Rp. 480.000.000,-

Bab 11 • Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Tarif Pajak


Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran 1.Jruto yang tidak mempcrnleh
fasilitas:
Rp. 3.000.000.000,- - Rp. 480.000.000,- = Rp. 2.520.000.000,-

Pajak Penghasilan yang terutang:


50% x 25% x Rp. 480.000.000,- = Rp. 60.000.000,­
25% x Rp. 2.520.000.000,- = Rp .630.000.000,­
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp. 690.000.000,-

PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)


Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan
besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Dalam Undang Undang ini dikenal dua
golongan Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri.
B agi Wajib Pajc1k dc:ilam negeri pada dasarnya terdapal dua cara untuk
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghitungan dengan
rnenggunakan pembukuan dan penghitungan dengan menggunakan Norma

Penghitungan.
Bagi Wajib Pajak luar negeri penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak
dibedakan antara:
1. Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia;
2. Wajib Pajak luar negeri lainnya.

Contoh:
Bagi Wajib Pajak dalam negeri yang menyelenggarakan pembukuan, Penghasilan
Kena Pajaknya dihitung dengan menggunakan cara penghitungan biasa dengan
contoh sebagai berikut:
• Peredaran bruto Rp 6.000.000.000,-
• Biaya untuk rnendapatkan, menagih dan
rnemelihara penghasilan Rp 5.400.000.000,- (-)
• Laba usaha (penghasilan neto usaha) Rp. 600.000.000,-
• Penghasilan lainnya Rp. 50.000.000,-

Perpajakan l11do11e

• Biaya untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara
penghasilan lainnya tersebut (R12. 30.000.000,-} +
Rp. 20.000.000,- (+)
• Jumlah seluruh penghasilan neto Rp. 620.000.000,-
• Kompensasi kerugian dari kegiatan usaha aktif ( Rp. 10.000.QOO,-) (+)
• Pen6hasilan Kena Pajak
(bagi Wajib Pajak badan) Rp. 610.000.000,-
• Pengurangan berupa Penghasilan
Tidak Kena Pajak untuk Wajib Pajak
orang pribadi (isteri + 2 anak) Rp. 67.500.000,- (-)
• Penghasilart Kena Pajak
(bagi Wajib Pajak orang pribadi) Rp 542.500.000,-

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang berhak untuk tidak menyelenggarakan
pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitung dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dengan contoh sebagai berikut:
• Peredaran bruto Rp 4.000.000.000,-
• Penghasilan neto (menurut Norma Penghitungan)
misalnya 20% Rp 800.000.000,-
• Penghasilan neto lainnya Rp 5.000.000,-
• Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 805.000.000,-
• Penghasilan Tidak Kena Pajak (isteri + 3 anak) ( R2. 72.000.000,-)
• Penghasilan Kena Pajak Rp 733.000.000,-

Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, cara penghitungan Penghasilan
Kena Pajaknya pada dasarnya sama dengan cara penghitungan Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri. Oleh karena bentuk usaha tetap
berkewa.jiban untuk menyelenggarakan pembukuan, maka Penghasilan Kena
Pajaknya dihitung dengan cara penghitungan biasa.
• Peredaran bruto Rp10.000.000.000,-
• Biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan Rp 8.000.000.000,- (-)
Rp 2.000.000.000,-

■ Bab 11 • Norma Penghitungan Penghasll·an I\Jeto dan Tarif Pajak



• Penghasilan bunga Rp
• Penjualan langsung barang oleh
kantor pusat yang sejenis dengan
barang yang dijual bentuk
usaha tetap Rp 2.000.000.000,-
• Biaya untuk rnendapatkan,
rnenagih dan rnernelihara
penghasilan Rpl.500.000.000,- (-)
Rp 500.000.000,-
• Dividen yang diterirna atau
diperoleh kantor pusat yang
rnernpunyai hubungan
efektif dengan bentuk usaha tetap Rp 1.000.000.000,- .(±)_
Rp 3.550.000.000,­
• Biaya-biaya rnenurut Pasal 5 ayat (3) Rp2.500.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp1.050.000.000,-

Wajib Pajak orang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak subjektifnya sebagai
subjck pzijc1k dulam negeri adalah3 (tiga) bulan, clan dalarn jangka waktu tersebut
nwmperoleh penghasilan sebesar Rp. 30.000.000,- rnaka penghitungan Penghasilan
Kena Pajaknya adalah sebagai berikut:

Penghasilan selarna 3 (tiga) bulan Rp 150.000.000.-


Penghasilan setahun sebesar:
360/(3x30) X Rp.150.000.000,- Rp 600.000.000,-
Penghasilan T idak Kena Pajak (isteri + 2 anak) Rp 67.500.000,- (-)
Penghasilan Kena Pajak BE_ 532.500.000,-

TARIFPAJAK
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak berdasarkan Undang­
Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 yang rnulai berlaku tanggal 1
Januari 2009 adalah sebagai berikut.
Tarif Pajak untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri:

PerpaJakan Indonesia r/
,,
No. L�pi�an Peng�asilan Ken� Pajak T"rjf Pajak
1. sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) 5% (lima persen)
2. di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai 15% (lima belas persen)
dengan Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta
rupiah)
3. di atas Rp. 250-.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) 25% (dua puluh lima persen)
sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
4. di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30% (tiga puluh persen)

Tari£ tertinggi 30% (tiga puluh persen) sebagaimana dimaksud di atas dapat
diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

PENGHITUNGAN PAJAK YANG TERUTANG WAJIB PAJAK OR ANG


PRIBADI
Contoh:
Penghitungan pajak yang terutang Wajib Pajak Orang Pribadi dengan menggunakan
tarif pajak baru yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009.

Jumlah Penghasilan Kena Pajak= Rp. 600.000.000,-. Pajak Penghasilan terutang:


5% x Rp. 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp: 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-
25% x Rp. 250.000.000,- = Rp 62.500.000,-
30% x Rp. 100.000.000,- = Rp 30.000.000,-
Rp 125.000.000,-

PENGHITUNGAN PAJAK TERUTANG UNTUK WAJIB PAJAK BADAN


DALAM NEGERI DAN BENTUK USAHA TETAP
Tarif Wajib Pajak badan dalam negeri sebagaimana dimaksud di atas menjadi 25%
(clua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
Penghitungan pajak terutang untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap dengan menggunakan tarif pajak baru yang mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 2010:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak = Rp. 250.000.000,-

83b 11 • Norma Penghitungan Penghasila11 Neto dan Tarif PaJak


Pc1jak Penghasilan tcru tang:
25% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,-

Tarif pajc1k untuk Wajib Pajak Badan yaitu uang berbentuk badan hukum seperti:
Firmc1, Comanditer Venotschaap (CV ), Koperasi, Yayasan, Perseroan Terbatas (PT)
tertutup, Peredaran bruto dengan Tarif Pajak adalah sebagai berikut:

No. Lapisan Peredaran Bruto ifatif Pajak •• I

1 sampai dengan Rp. 4.800.000.000,- 12,5% (dua belc1s koma lima persen)
(empat miliar delapan juta rupiah)
2 di atas Rp. 50.000.000.000,- (lima 25% (dua puluh lima persen)
puluh-
- miliar rupiah)
1--

3 Di atas Rp. 4.800.000.000,- (empat 50% x 25% x Penghasilan Kena Pajak dari bagian
miliar delapan juta rupiah) tetapi di peredaran bruto yang memperoleh fasilitas + 25%
bawah Rp. 50.000.000.000,- (lima x Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran
puluh miliar rupiah) bruto yang tidak memperoleh fasilitas.
Jumlah Penghasilan Kena Pajak yang memperoleh
fasilitas dihitung sebagai berikut
Rp. 4.800.000.000 . .
x Penghas1 1 an Kena paJak
Peredaran Bruto
Jumlah Penghasilan Kena Pajak yang tidak mem-
peroleh fasiliitas dihitung sebagai berikut
Peredaran Bruto - Penghasilan Yang Memiliki
Fasili- tas

Contoh Perhitungc1n Perusahc1an berbentuk Badan Hukum Yang Peredaran Brutonya


di antara Rp 4.800.000.000 hingga Rp. 50.000.000.000,-

Contoh:
Peredaran bruto PT X dalam Tahun Pajak 2010 sebesar Rp. 30.000.000.000 dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 3.000.000.000,- Berapa PPh yang terutang?

Penghitungan PPh yang terutang:


Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran cruto yang me:r.1peroleh fasilitas
= (Rp.4.800.000.000 : Rp.30.000.000.000) xRp. 3.000.000.000
= Rp. 480.000.000

PerpaJaka11 Indonesia
196 -
Jumlah penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh
fasilitas
= Rp. 3.000.000.000 - Rp. 480.000.000 = Rp 2.520.000.000

PPh yang terutang


= (50% ,< 25% x Rp.480.000.000) + (25% x Rp 2.520.000.000)
= Rp. 60.000.000 + Rp 630.000.000
= Rp. 690.000.000

Catatan: Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yc:mg pc1.ling
sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetur
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada
25% mulai tahun pajak 2010 atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Tari£ yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen) dan bersifat final, clan ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Urituk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
Perubahan tarif akan diberlakukan secara nasional, dimulai per 1 (satu) Januari
dan diumumkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tarif baru itu berlaku
efektif, serta dikemukakan oleh Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Repu'.Jlik Indonesia, untuk dibahas dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak tersebut akan disesuaikan dengan
faktor penyesuaian, antara lain tingkat inflasi. Menteri Keuangan diberi wewenang
mengeluarkan keputusan yang mengatur tentang faktor penyesuaian tersebut.
Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajc1k
dibulatkan ke bawah dalam. ribuan rupiah penuh.

... -- Penghitungan Penghasi\an Neto dan Tarif PaJak


· Bab 11 • Norma
• 197
Contoh:
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 5.050.900,- untuk penerapan tarif dibulatkan ke
bawah menjadi Rp. 5.050.000,-.
Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang
terutang pajak dalam bagian tahun pajak dihitung sebanyak jumlah hari dalam
bagian tahun pajak tersebut dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan
pajak yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak.
Untuk keperluan penghitungan pajak, tiap bulan yang penuh dihitung 30 (tiga
pu !uh) hari.

Contoh:
Tuan A memiliki Penghasilan Kena Pajak setahun yang disetahunkan (dihitung
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 16 ayat (4) Undang-Undang PPh): Rp.
580.200.000,-

Pajak Penghasilan setahun:


5% x Rp. 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp. 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-
25% x Rp. 250.000.000,- = Rp 62.500.000,-
30% x Rp. 80.200.000,- = Rp 24.060.000,-
Rp 119.060.000,-

Pajak Penghasilan yang terutang dalam bagian tahun pajak (3 bulan):


(3x30) 7 360 x Rp.] 19.060.000,- = Rp. 29.765.000,-

Tuan A memiliki Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 35.925.000,- Pajak Penghasilan
setahun
5 °/ii X Rp. 35.925.000,- = Rp. 1.796.250,-

Pajak Penghasilan terutang dalam bagian tahun pajak (3 bulan)


= (3xx30) : 360 x Rp. 1.796.250,- = Rp. 449.062,-

Perpajakan Indonesia
1. Berapa pajak penghasilan yang terutang untuk Bapak Charles jika
penghasilan bersih setahun adalah Rp. 600.000.000,-. Bapak Charles
telah menikah dan memiliki 5 orang anak?

2. Toni, seorang pedagang eceran barang-barang kelontong untuk


keperluan rumah tangga. Dalam menjalankan usahanya, Toni tidak
menyelenggarakan pembukuan. la memilih untuk menghitung
penghasilan netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan Neto
(Norma Penghitungan Neto adalah 30%).
Dari buku catatan dalam tahun 2017 jumlah peredaran bruto adalah
sebesar Rp. 5.900.000.000,- sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah
sebesar Rp. 3.096.258.000,-
Berikut ini adalah identitas yang tercantum di Kartu NPWP:

NPWP: 0l.123.456.7-051.000
Nama: Toni
Alamat: Jl. Taman Ratu Blok C-1 Jakarta Barat.
Anggota keluarga yang menjadi tanggungan Toni adalah:
• Jennife:i; istri (sebagai ibu rumah tangga), lahir tanggal 22 November
1970.
• Erika, anak kandung (sebagai pelajar), lahir tanggal 8 Januari 1997.
• Henry, anak kandung (sebagai pelajar), lahir tanggal 3 Desember
1998.
• Selama tahun 2017 sudah membayar angsuran PPh Pasal 25
sebesar
Rp.15.000.000,-

Berdasarkan kasus di atas, bagaimana perhitungan PPh terutang atas


nama Toni dan jumlah PPh yang lebih/kurang dibayar untuk tahun pajak
2017?

-.=--
Bab 11 • Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Tarif Pajak
3. Tuan Abidin adalah pedagang besar kertas dan alat tulis kanto� status
kawin tidak punya tanggungan. Dalam tahun pajak 2016 menderita kerugian
fiskal sebesar Rp. 180.000.000. Dalam tahun pajak 2017 memperoleh
penghasilan neto fiskal sebesar Rp. 450.000.000 dalam jumlah tersebut
termc,1ksud keuntungan karena penjualan kendaraan operasional sebesar
Rp. 25.000.000.
P[)h Pcisal 22 dan PPh Pasal 23 yang telah dipungut/dipotong pihak
ketigc1 masing-rnasing sebesar Rp. ] .300.000 dan Rp. 1.800.000.

Pertanyaan:
Hitung besarnya PPh Pasal 25 tahun pajak 2018, apabila SPT Tahunan
PPh Tuan
Abidin disampaikan ke KPP tanggal 20 Januari 2018.

------------·-Perpajakan
-- -- l11donesii:J ■

HUBUNGAN ISTIMEWA DAN TRANSFER
:PRICING

HUBUNGAN ISTIMEWA
) .
Pihak-pihak dikatakan memiliki hubungan istimewa jika satu pihak mempunyai
I
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau melakukan pengaruh yang
i
eyignilkan atas pihak lain di dalam mengambil keputusan keuangan dan keputusan
,operasional. Suatu pihak memiliki hubungan istimewa dengan suatu entitas apabila:
,1. . Suatu perusahaan secara langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih
'perantara melakukan hal-hal berikut:
a. Pengawasan yang berada di bawah kendali oleh perusahaan (hal ini
dapat mencakup perusahaan induk, anak perusahaan dan semacam anak
-perusahaan);
Memiliki suatu kepentingan di dalam entitas yang memberikan pengaruh
yang signifikan atas entitas; ·atau
c. Memiliki kendali secara bersama-_sama atas entitas;
2. Pihak adalah anggota manajemen kunci dari entitas atau pcrusahaan induknya;
3. Pihak adalah anggota dekat dari keluarga.

Transaksi hubungan istimewa. Transaksi hubungan istimewa adalah suatu


transfer sumber daya, jasa, atau kewajiban antara pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, dengan mengabaikan harga yang dibebankan.
Personel manajemen kunci. Karyawan yang mempunyai otoritas dan
bertanggung jawab atas perencanaan, pengarahan, dan pengendalian aktifitas­
aktifitas dari suatu entitas, langsung ataupun tidak langsung, termasuk semua
direktur dan personel kunci lainnya.
Kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan
rnenyatakan penyertaan modal tersebut sebagai utang, maka Menteri Keuangan
berwenang untuk menentukan utang tersebut sebagai modal perusahaan. Penentuan
tersebut dapat dilakukan misalnya melalui indikasi mengenai perbandin�an antara
modal dengan utang yang lazim terjadi antara para pihak yang tidak dipengaruhi
oleh hubungan istimewa atau berdasar data atau indikasi lainnya.
Dal am dunia usaha terdapal tingkat perbandingan tertentu yang wajar
rnengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal (debt to equity ratio).
Apabila perbandingan antara utang dan modal sangat besar melebihi batas-batas
kewajaran, maka pada umumnya perusahaan tersebut dalam keadaan tidak sehat.
Dalam hal dernikian, untuk penghitungan Penghasilan Kena Pajak, Undang Undang
i.ni menentukan adanya modal terselubung.
Istilah modal disini menunjuk kepada istilah atau pengertian ekuitas menurut
standar akuntansi, sedangkan yang dimaksud deng,m "kewajaran atau kel, 7.:iman
usaha" adalah adat kebiasaan atau praktik menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan yang sehat dalam dunia usaha.
Sehingga, bunga yang dibayarkan sehubungan dengan utang yang dianggap
sebagai penyertaan modal itu tidak diperbolehkan untuk diku:rangkan, sedangkan
bagi pemegang saham yang menerima atau memperolehnya dianggap sebagai
dividen yang dikenakan pajak.
Sejalan dengan berkembangnya ekonomi, perdagangan internasional clan era
globalisasi, Wajib Pajak dalam negeri dapat menanamkan modalnya di luar negeri.
Untuk mengurangi kemungkinan penghindaran pajak, maka terhadap penanaman
modal di luar negeri selain pada badan usaha yang menjual sahamnya di bursa
efek, Menteri Keuangan berwenang untuk menentukan saat diperolehnya dividen.

PerpaJakan Indonesia
,/
Contoh:
PI A dan PI B masing-masing memiliki saham sebesar 40% dan 20% pada
X Ltd. yang bertempat kedudukan di negara Q. Saham X Ltd. tersebut tidak
diperdagangkan di bursa efek. Pada tahun 2009 X Ltd. memperoleh laba setelah
pajak sejumlah Rp. 1.000.000.000,-.
Oleh karena itu, Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya
dividen dan dasar penghitungannya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau
b. secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki
penyertaan modal paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham
y c1ng disetor

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya


penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran
dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istirnewa dengan
menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen
(comparable uncontrolled price method), metode harga penjualan kembali (resale price
method), metode biaya-plus (cost-plus method) atau rnetode lainnya.
Maksudnya adalah untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak, yang
dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Jika terdapat hubungan istimewa,
kemungkinan dapat terjadi penghasilan yang kurang dilaporkan dari semestinya
ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya. Maka itu, Direktur
Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan
dan atau biaya sesuai dengan keadaan seandainya di antara para Wajib Pajak
tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Di dalam menentukan kembali jumlah
penghasilan dan atau biaya tersebut dapat dipakai metode perbandingan harga
antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price method), rnetode harga
penjualan kembali (resale price method), metode biaya-plus (cost-plus method), atau
metode lainnya seperti metode pernbagian laba (profit split method) dan metode laba
bersih transaksional (transactional net margin method).

-.=-
6ab 10 • Hubungan lstimewa da11 T1-ansfe1- Pricing
TRANSFER PRICING
Kesepakc1tan harga transfer (Advance Pricing Agreement/APA) adalah kesepakatan
antara Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal Pajak mengenai harga jual wajar produk
yang dihasilkc1nnya kcpc1da pihak-pihak yang 1T1empunyai hubungan istim.ewa (related
portics) dengannya. Tujuan diadakannya APA adalah untuk mengurangi te1iadinya
praktik penyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multinasional.
Dalam Surat Edaran Nomor SE-04/PJ.7/1993 diberikan contoh kasus-kasus di
bawah ini:

Contoh 1:
PT A memiliki 25 % saham PT B Atas penyerahan barang PT. A ke PT
B, PTA membebankan harga jual Rp. 160 per unit berbeda dengan harga yang
diperhitungkan atas pernyerahan barang yang sama kepada PT. X (tidak ada
hubungan istimewa) yaitu Rp. 200 per unit
Dalam contoh tersebut, harga pasar sebanding (comparable uncontrolled price)
- -atas
- barang yang sama adalah-yang dijunl-kepada P-T-X-yang tidak ada hubungan
istimewa. Dengan demikian harga yang wajar adalah Rp. 200 per unit. Harga ini
dipakai sebagai dasar perhitungan penghasilan dan/atau pengenaan pajak.
Kalau PTA adalah pengusaha kena pajak (PKP), ia harus menyetor kekurangan
rPN-nya (dan PPn BM kalau terutang). Atas kekurangan tersebut dapat diterbitkan
SKP dan PT A tidak boleh menerbitkan faktur pajak atas kekurangan tersebut,
sehingga tidak merupa kan kredit pajak bagi PTA

Contoh 2:
PT A memiliki 25 rx> saham PT B. Atas penyerahan barang ke PT. B, PT A
membebankan harga jual Rp. 160 per unit, PI A tidak melakukan penjualan kepada
pihak ketiga yang tidak ada hubungan istimewa.

Perlakuan perpajakan
Dalam contoh di atas, maka harga yang wajar adalah harga pasar atas barang yang
sama (dengan barang yang diserahkan PI A) yang terjadi antar pihak-pihak yang
tidak ada hubungan istimewa.

PerpaJakan ,Indonesia
204 - --,/
Apabila ditemui kesulitan untuk mendapatkan harga pasar sebanding untuk
barang yang sama (terutama karena PT. A tidak menjual kepada pihak yang tidak
ada hubungan istimewa), maka dapat ditanggulangi dengan menerapkan harga
pasar wajar dari barang yang sejenis atau serupa,yang terjadi antara pihak-pihak
yang tidak ada hubungan istimewa.
Dalam hal terdapat kesulitan untuk mendapatkan harga pasar sebanding untuk
barang yang sejenis atau serupa, karena barang tersebut mempunyai spesifikasi
khusus,misalnya semi finished products, maka pendekatan harga pokok (cost plus
method) dapat digunakan untuk menentukan kewajaran harga penjualan PT. A.
Misalnya diketahui bahwa PT. A memperoleh bahan baku dan bahan pembantu
produksinya dari para pemasok yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Hzirga
pokok barang yang diproduksi per unit adalah Rp . 150,- dan laba kotor yang
pada umumnya diperoleh dari penjualan barang yang sama antar pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa (comparable mark up) adalah 40 % dari harga pokok.

Contoh 3
PT. B menjual kembali barang yang dibeli dari PT. A pada contoh 2 di atas ke pihak
yang tidak ada hubungan istimewa dengan harga Rp. 250,- per unit. Laba kotor
sebanding untuk menjual barang tersebut adalah 20 % dari harga jualnya.

Perlakuan Perpajakan:
Dalam menguji kewajaran harga penjualan dari PT. A ke PT. B, selain pendekatan
harga pokok plus, clapat pula diterapkan pendekatan harga jual minus (sales minus/
resale price method). Dengan menerapkan metode tersebut maka harga perjualan
barang PT. A ke PT. B yang wajar untuk perhitungan pajak penghasilan/dasar
pengenaan pajak adalah Rp 200{Rp 250 - (20% x RP 250)}
Apabila ternyata terdapat kesulitan dalam memperoleh harga pasar sebanding
dan juga sulit menerapkan metode harga jual minus maupun harga pokok plus
maka dapat digunakan metote lainya, misalnya dengan pendekatan tingkat laba
perusahaan sebanding ( comparable profits) atau tingkat hasil investasi (return on
investment) dari usaha yang sama, serupa atau sejenis. Misalnya diketahui bahwa
persentase laba kotor jenis usaha yang sama dengan usaha PT. A dari dunia bisnis
adalah 30%. Selanjutnya ternyata bahwa laba kotor yang dilakukan PT. A adalah 15
%. Karena terdapat divisi tingkat laba PT. Adari tingkat laba rata-rata tersebut di atas,
maka dapat diduga bahwa ada penggeseran laba melalui penjualan dengan hargc1

Bab 10 • Hubungan lstimewa dan Transfer Pricing


yang kurang wajar dari PT. A ke PT. B. kalau misalnya PT. B merupakan pcmbcli
Tunggal (monopsoni) barang yang jual PT. A tersebut, laba kotor PT. A atas barang
tersebut untuk tujuan penghitungan pajak terutama harus dihitung kembali menjadi
sebesar 30 <¼,.

Contoh.
H Ltd. Hongkong memiliki 20 % saham PT. B. PT. B mengimpor barang produksi H
Ltd dengan harga Rp. 3.000 per unit. Produk tersebut dijual kembali kepada PT Y
(tidak ada hubungan istimewa) dengan harga Rp. 3.500 per unit.

Perlakuan perpajakan:
Pada contoh tersebut di atas pertama-tama dicari harga pasar sebanding untuk
barang yang sama, sejenis atau serupa atas Pembelian/impor dari pihak yang
tidak ada hubungan istimewa atau antar pihak-pihak yang tidak ada hubungan
istimewa (sama halnya dengan kasus harga penjualan ). Apabila ditemui kesulitan,
maka pendekatan harga jual minus dapat diterapkan, yaitu dengan mengurangkan
laba kotor (mark up) yang wajar ditambah biaya lainya yang dikeluarkan Wajib Paj---"ak�_
dari harga jual barang kepada pihak yang tidak ada hubungan istimewa. Apabila
laba yang wajar diperoleh adalah Rp. 750, maka harga yang wajar untuk perpajakan
atas pembelian barang dari H Ltd di Hongkong adalah Rp. 2.750 (Rp. 3.500-Rp. 750).
Harga ini merupakan dasar perhitungan harga pokok PT B dan selisih Rp. 250 antarn
pembayaran utang ke H Ltd di Hongkong dengan harga pokok yang seharusnya
diperhitungkan, sehingga dianggap sebagai pembayaran dividen terselubung.

Contoh
Pusat perusahaan (head office) di luar negeri dari BUT di Indonesia sering
mengalokasikan biaya administrasi dan umum (overhead cost) kepada BUT tersebut.
Biaya yang dialokasikan tersebut antara lain
a. Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang diselenggarakan kantor r.iusat
luar negeri;
b. Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut ke masing-masing BUT;

Perpajakan lndones�
c. Biaya administrasi/manajemen lainnya dari kantor pusat yang merupakan
biaya penyelenggara perusahaan;
d. Biaya riset dana pengembangan yang dikeluarkan kantor pusat.

Perlakuan Perpajakan:
Alokasi biaya-biaya tersebut di atas diperbolehkan sepanjang sebanding dengan
manfaat yang diperoleh masing-masing BUT dan bukan merupakan duplikasi
biaya. Biaya kantor yang boleh dialokasikan oleh BUT tidak termasuk bunga atas
penggunaan dana kantor pusat, kecuali untuk jenis usaha perbankan, clan royalti/
sewa atas harta kantor pusat. Dalam hal berlaku perjanjian penghindaran pajak
berganda maka pengalokasian biaya kantor pusat kepada BUT adalah seperti
yang diatur dalam perjanjian tersebut. Kewajaran biaya training di atas dapat
diuji dengan membandingkan jumlah biaya training yang sama atau sejenis, yang
ciiselenigarakan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
Untuk biaya lainnya, maka besarnya biaya yang dapat dialokasikan dihitung
berdasar faktor-faktor tertentu yang dapat mencerminkan dengan baik proporsi
manfaat yang diterimanya, misalnya perbandingan jumlah peredaran.

Kekurangwajarc1n pembebanan bunga atas pemberian pinjaman


oleh pemegang saham

Contoh
H Ltd di Hongkong memiliki 80 % saham PT C dengan modal yang belum disetor
sebesar Rp. 200 juta. H Ltd juga memberikan pinjaman sebesar Rp. 500 juta dengan
bunga 25 % atau 125 juta setahun. Tingkat bunga setempat yang berlaku adalah 20 °/4).

Perlakuan Perpajakan:
a) Penentuan kembali jumlah utang PT C
Pinjaman sebesar Rp. 200 juta dianggap sebagai penyetoran modal terselubung,
sehingga besarnya hutang PT C yang dapat diakui adalah sebesar Rp. 300 juta
(Rp. 500 juta - Rp. 200 juta).
b) Perhitungan Pajak Penghasilan.
Bagi PT. C pengurangan biaya bunga yang dapat dibebankan adalah Rp. 60
juta (20% x Rp. 300 juta) yang berarti koreksi positif penghasilan kena pajak.
Selisih Rp. 65 juta ( Rp. 125 juta - Rp. 60 juta) dianggap sebagai pembayaran

Bab 10 • Hubungan lstimewa dan Transfer Pricing


dividen keluar negeri yang dikenakan pajak penghasilan pasal 26 sebesar 20%
atau dengan tarif sesuai dengan perjanjian penghindaran pajak berganda yang
berlaku.

'.:ii .. �•Oc ""�ma-i�'l,


knm1· slic,,::
(l):U�;;'.1)�''"�1 u... f':lran
·1 , q;:,-.,u;.'\,c.., fll'anc·
p�;;: ,..n:lJii(".ll I . ,hislfi r:ewa '
!.(,--,).1, "h'''). f/''l(i"
t'•·'.••��,:.,;Jf'',Y;fl,;' \fl «-'� I �, �

)(t::f'i.:!U.tl, �mbaian atas _jasa manajemen J imbalan atas jasa teknik dan

Contoh kasus pembayaran lisensi, franchise,dan royalti.

Contoh 1
rT A Perusahaan Kompute1� memberikan lisensi kepada PT. X (tidak ada hubungan
istirnewa) sebagai distributor tunggal di negara X untuk memasarkan program
komputernya dengan membayar royalti 20% dari penjualan bersih. Selain itu, PT. A
juga memasarkan komputernya melalui PT. B di Negara B (ada hubungan istimewa)
sebagai distributor tunggal dan membayar royalty 15% dari penjualan bersih.

Perlakuan Perpajakan:
Oleh karena program computer yang di pasarkan PT. B sama dengan yang dipasarkan PT.
X, atas dasar matching transaction method ·untuk tujuan perpajakan maka royalti
di PT. B juga harus 20 %. Kalau kondisi yang sama tidak diperboleh maka perlu
diadakan penyesuaian. Pendekatan demikian disebut comparable a·djustable method
(metode sebanding yang disesuaikan).
Contoh tersebut dapat juga digunakan untuk menguji kawajaran franchise atau
imbalan lain yang serupa dengan itu.

Contoh 2
G GmbH Jerman, perusahaan farmasi, memiliki 50 °/ri saham PT. B (Indonesia
yang beroperasi di bidang usaha yang sama. G GmbH mensuplai bahan baku
dan pembantu kepada PI B dengan harga DM 120 per unit. Selanjutnya didapat
informasi, misalnya dari SGS di Jerman, bahwa harga internasional untuk bahan
tersebut c1dalah OM 100 per unit.

Perlakuan Perpajakan:
Harga sebanding untuk bahan tersebut adalah DM 100 per unit. Untuk bahan farmasi
UJTtumnya terdapat paten atas penemuan ramuannya, kemungkinan tidak terdapat

PerpaJakan Indonesia
kontrak lisensi yang ditutup antara G GmbH dengan PT B. Kalau dalam praktek
perdagangan ternyata pada umumnya dapat imbalan royalti (tanpa diketahui berapa
jumlahnya), maka jumlah sebesar DM 20 dianggap sebagai pembayaran royalti.
Di lain pihak kalau diperoleh data bahwa royalti umumnya adalah 10% dari
harga, maka dapat disimpulkan bahwa royalti sebesar DM 10, sedangkan selisihnyc1
dianggap pembagian dividen.

Contoh kasus imbalan atau jasa manajemen, imbalan atas jasa teknik dan imbalan
jasa lainnya.
PT A memiliki 25 % saham PT B. PT A memberikan bantuan teknik kapada PT B
dengan imbalan sebesar Rp. 500. Imbalan jasa yang sama dengan keadaan yang
sama atau serupa adalah Rp. 250.

Perlakuan Perpajakan:
Dalam kasus di ata�:, maka imbalan jasa yang wajar adalah Rp. 250.

Contoh kasus kondisi:


PT A memiliki 25% saham PT B. PT B juga merupakan distributor PT A dengan
komis1 5 % dari harga jual. Disamping itu, PI B juga sebagai distributor produk
perusahan lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa dengan komisi 9%.
Untuk memasarkan produk PT A, diperlukan biaya-biaya promosi dan sebagainya
yang menjadi beban PI B.

Perlakuan Perpajakan:
Berdasakan analisis fungsi, maka besarnya komisi dari PI A sebesar 5% adalah
kurang wajar karena sebagai distributor, PI B masih menanggung biaya promosi,
dan sebagainya, yang dapat melebihi jumlah komisinya.
Di bin pihak diketahui bahwa komisi dari pihak ketiga yang tidak dibebani
biaya promosi adalah 9%. Oleh karena itu, maka komisi dari PT B yang wajar adalah
minimal sebesar 9% ditambah dengan suatu jumlah untuk menutup biaya yang
harus dikeluarkan.

-.~
Bab 10 • Hubungan lstimewa dan Transfer Pricing • 209
Pr;;nnbeiian hart.a pt?.rusahaan oleh pemeganfJ saharn atau oleh
p1hak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga yang
�ebih rendah dari harga pasar.
Contoh:
A adalah pemegang 50% saham PI B. Harta Perusahaan PI B berupa kendaraan,
dibeli A dengan harga Rp. 10 juta. Nilai buku kendaraan tersebut adalah Rp. 10
juta. Harga pasaran kendaraan sejenis dalam keadaan yang sama adalah Rp. 30 juta.

Perlakuan Perpajakan:
Oleh karena harga pasar sebanding untuk kendaraan tersebut adalah Rp. 30 juta,
maka penghasilan kena pajak PI B dikoreksi positif Rp. 20. juta (Rp. 30 juta - Rp.
10 juta). Sedangkan bagi A selisill harga Rp. 20 juta merupakan penghasilan berupa
dividen yang boleh PI B harus dipotong PPh pasal 23 sebesar 10% clan bersifat Final.

e ju Ian e ada pi ak lua · negeri melalui ihak ketiga yang


ti ak mempunyai subtansi usaha (Letter box c mpany)

Contoh:
PT I Indonesia,yang mempunyai hubungan istimewa dengan H Ltd Hongkong, dua­
duanya adalah anak peru sahaan K di Korea. Dalam usahanya PT I mengekspor barang
yang langsung dikirim ke X di Amerika Serikat atas permintaan H Ltd Hongkong.
Harga pokok barang tersebut adalah Rp. 100. PT I Indonesia selalu menagih H Ltrl
dengan jumlah Rp. 110, sedang H Ltd Hongkong menagih X Amerika Serikat.
Informasi yang diperoleh dariAmerika Serikat menunjukan bahwa X membeli barang
dengan harga Rp. 175. Keterangan lebih lanjut menunjukkan bahwa H Ltd Hongkong
pun ya letter box company (reinvoicing center), tanpa subtansi bisnis.

Perlakuan Perpajakan:
Oleh karena tarif pajak perseroan di Hongkong lebih rendah dari Indonesia, maka
terdapat petunjuk adanya usaha Wajib Pajak untuk mengalihkan laba kena pajak dari.
Indonesia ke Hongkong agar diperoleh penghematan pajak. Dengan memperhatikan
fungsi (substansi bisnis) dari H Ltd., ada perantara transaksi sehingga harga jual
oleh PT I dikoreksi sebesar Rp. 65 ( Rp. 175 - Rp. 110).

Perpajakan Indonesia

Kalau fungsi H Ltd adalah sebagai agen pada umumnya mendapat laba kotor
(komisi) 10%, maka untuk menghitung pajak penghasilan laba sebesar Rp. 75
dialokasikan sebagai berikut:
• Untuk H Ltd= Rp .17,50 (10% x Rp. 175);
• Unt1:,1k PT I = Rp. 57,50 ( Rp. 75 - Rp. 17,50);

Harga Jual oleh PT I yang wajar adalah:


= Rp. 175 - Rp. 17,50= Rp. 157,50

Keuntungan da.ri APA selain memberikan kepastian hukum clan kemudahan


penghitungan pajak, Fiskus tidak perlu melakukan koreksi atas harga jual dan
keuntungan produk yang dijual Wajib Pajak kepada perusahaan dalam grup yang
sama. APA dapat bersifat unilateral, yaitu merupakan kesepakatan antara Direktur
Jenderal Pajak dengan Wajib Pajak atau bilateral, yaitu kesepakatan antara Direktur
Jenderal Pajak dengan otoritas perpajakan negara lain yang menyangkut Wajib Pajak
yang berada di wilayah yurisdiksinya.
Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui
pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud khusus (Specinl Purpose
Company), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian
tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa
dengan pihak lain atau badan tersebut clan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.
Hal ini untuk mencegah penghindaran pajak oleh Wajib Pajak yang melakukan
pembelian saham/penyertaan pada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri
melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut.
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau
Special Purpose Company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang
memberikan perlinclungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai hubungan
istimewa dengan baclan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau
bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan
saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk
usaha tetap di Indonesia.

Contoh:
X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di negara A, negara bebas pajak
(Tax Haven Country), memiliki 100% saham PT X yang didirikan dan bertempat

Bab 10 • Hubungan lstimewa dan Transfer Pricing


kedudukan di Indonesia. X Ltd. ini adalah perusahaan antara (conduit company)
yang didirikan dan dirniliki oleh Y Co, sebuah perusahaan di negara B, dengan
tujuan sebagai perusahaan antara dalarn kepernilikannya atas seluruh saharn PT X.
Apabila Y Co. rnenjuaJ seluruh kepernilikannya atas saharn X Ltd. kepada PT
Z yang merupakan Wajib Pajak dalarn negeri, secara legal formal, transaksi di atas
rnerupakan pengalihan saharn perusahaan luar negeri oleh Wajib Pajak luar negeri.
Namun, pada hakikatnya transaksi ini rnerupakan pengalihan kepemilikan (saham)
perseroan Wajib Pajak dalam negeri oleh Wajib Pajak luar negeri, sehingga atas
penghasilan dari pengalihan ini terutang Pajak Penghasilan.

YCo X [td PT. Z


di Negara B saham 100% Negara Bebas Pajak saham 1 00% Indonesia

dibeli oleh PT. Z.


Atas transaksi
pengalihan ini
terutang PPh.

Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi karena ketergantungan


atau keterikatan satu dengan yang lain yang disebabkan karena:
1. kepemilikan atau penyertaan modal;
Hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungan kepemilikan
yang berupa penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
secara langsung ataupun tidak langsung.
Misalnya, PT A mempunyai 50% (lirna puluh persen) saham PT B. Pemilikan
saharn oleh PT A merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya apabila PT B
tersebut mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT C, maka PT A sebagai
pemegang saham PT B secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT
C sebesar 25% (dua puluh lima persen). Dengan demikian antara PT A, PT B
dan PT C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT A juga memiliki
25% (dua puluh lima persen) saharn PT D, maka antara PT B, PT C clan PT D
dianggap terdapat hubungan istimewa.

PerpaJakan lndo11esia ,/
212 -
Hubungan kepemilikan seperti tersebut di atas dapat juga terjadi antara
orang pribadi dan badan.
2. adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi.
Hubungan istimewa antara Wajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan
melalui manajemen atau penggunaan teknologi, walaupun tidak terdapat
_hubungan kepemilikan. Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau
lebih perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian juga
hubungan antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan yang
sama tersebut.
3. S�lain karena hal-hal tersebut di atas, hubungan istimewa di antara Wajib
Pajak orang pribadi dapat pula terjadi karena adanya hubungan darah atau
karena perkawinan.
Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah saudara.
Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu
derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda
dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah ipar.

.. - \stimewa dan Transfer Pricing


Bab 10 • Hubungan - 213
1. Berikan gambaran untuk menjelaskan pengertian dari Hubungan
lstimewa?

2. Diskusikan masalah harga transfer yang dihadapi oleh PT Adaro


dengan perusahaan afiliasi Coaltrade Service Internasional Pte. Ltd
Singapore yzmg rnerupakan sebuah korporasi yang bergerak di bidang
pertarnbangan batu bara! Diskusikan irnplikasinya terhadap perpajakan
yang berlaku di Indonesia!

3. PI ABC merupakan sebuah perusahaan pembuatan program, mem:berikan


lisensi kepada PT POR (yang tidak mempunyai hubungan istimewa)
sebagai distributor tunggal pada negara A untuk memasarkan program
komputernya dengan membayar royalti 15% dari penjualan bersih. Selain
itu, PI ABC juga memasarkan program komputernya melalui PI XYZ
di negara DEF (yang memiliki hubungan istimewa) sebagai distributor
tunggal dan m�mbayar royalti 10% dari ptmjualan ben,ih.
Buatlah implikasi p€rpajakanyang muncul dari kejadian.diatas2--.
Jika Nada merupakan konsultan pajak uang ditunjuk perusahaan PT
ABC maka NAda diminta untuk memberikan masukan yang sesuia
dengan Perpajakan di Indonesia!

Perpajakan lndones ia
_ r/

Anda mungkin juga menyukai