Anda di halaman 1dari 4

1. Pengertian pajak dan fungsi pajak.

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan/jasa
timbal balik (kontraprestasi perseorangan) secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Fungsi pajak =

Fungsi Anggaran Pajak dijadikan alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-
(Budgetair) undang perpajakan yang berlaku, sehingga pajak berfungsi membiayai seluruh pengeluaran-
pengeluaran yang berkaitan dengan proses pemerintahan. Pajak digunakan untuk pembiayaan rutin,
seperti, belanja pegawai, belanja negara, dan lainnya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yaitu penerimaan
dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah terus ditingkatkan dari tahun ke
tahun sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat.

Fungsi Mengatur Pajak digunakan pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dan pelengkap dari fungsi
(Regulerend) anggaran. Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Contohnya, dalam rangka penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, memberikan
perlindungan pada barang produksi dalam negeri (seperti, PPN), dan masih banyak lagi.

Fungsi Stabilitas Pajak membuat pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan jalan
mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, hingga penggunaan pajak yang efektif
dan efisien.

Fungsi Retribusi Pajak digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum. Termasuk untuk membiayai
Pendapatan pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja dan berujung pada peningkatan
pendapatan masyarakat.

2. Arti pentingnya pajak


Pajak berfungsi sebagai sumber penerimaan negara, yang diperuntukkan untuk mewujudkan
cita-cita bangsa Indonesia, yakni terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran bersama, karena
dari jumlah penerimaan negara, hampir sekitar 75% sampai 85% dana pembangunan berasal dari
pajak. Artinya, Pajak menjadi tulang pungung keuangan negara. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa segala biaya yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahan
dan menyediakan akses layanan dasar bagi masyarakat bergantung dari penerimaan pada sektor
pajak.

Selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara/daerah, pajak memiliki peran dan fungsi
dalam mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, mengatasi kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi dan sosial. Fungsi ini dikenal pula dengan fungsi redistribusi pendapatan,
dimana pajak sebagai instrument untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
yang terjadi di dalam masyarakat. Dengan adanya pajak, Negara dapat menggunakannya untuk
membelanjakan kebutuhan dan pelayanan dasar bagi masyarakat, khususnya menyediakan
anggaran bagi perlindungan masyarakat miskin, penyandang disabilitas, lanjut usia dan
penyandang masalah kesejahteraan lainnya (PMK), membangun rumah sakit/puskesmas,
menyediakan sekolah, jembatan, jalan, dana bantuan sosial dan sebagainya.
3. Jenis2 pajak
Pajak di Indonesia dapat digolongkan berdasarkan:
1. Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi:

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi Bangunan (PBB),
Pajak Kendaraan Bermotor.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang harus dibayar pihak tertentu dan dapat dilimpahkan
seluruhnya atau sebagian kepada pihak lain. Contoh Pajak Penjualan, Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), dan Bea Impor.
2. Berdasarkan sasarannya/objeknya, digolongkan menjadi:
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang pemungutannya berdasarkan subjeknya (orangnya), dengan
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh Pajak Penghasilan, Pajak Kekayaan.
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang pemungutannya berdasarkan objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah.
3. Berdasarkan siapa yang memungut, pajak digolongkan menjadi:

a. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui aparatnya yaitu Dirjen
Pajak, Kantor Inspeksi Pajak, Dirjen Bea Cukai. Contoh Pajak Penghasilan, Pajak Penjualan
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik oleh pemerintah
Provinsi maupun pemerintah Kota/Kabupaten. Contoh Pajak Kendaran Bermotor, Pajak Hotel
dan Restoran, Pajak Reklame

4. Perbedaan pajak dan pungutan resmi lainnya

• Lembaga: Lembaga pemungutan pajak merupakan staf pemerintahan pusat maupun


pemerintahan daerah. adapun pungutan resmi lainnya bisa dilakukan oleh dinas tertentu.
• Dasar Hukum: Pajak diatur oleh undang-undang yang bersifat mengikat, sementara pungutan
resmi lainnya tidak harus diatur oleh Undang-undang.

• Balas Jasa : imbalan yang terdapat pada pajak dilaksanakan secara tidak langsung, sedangkan
balas jasa pungutan resmi lainnya bisa dirasakan secara langsung.
• Karakteristik: Pajak cenderung memaksa bagi orang yang memenuhi syarat, sedangkan
pungutan resmi lainnya tidak memiliki unsur paksaan.
• Objek : objek pajak ditujukan bagi seluruh masyarakat, sedangkan pungutan resmi lainnya
berlaku bagi kalangan tertentu saja yang merasakan manfaat langsung dari jasa yang tersedia.
Jenis jenisnya pungutan resmi di luar pajak meliputi ; Retribusi, Bea Cukai, Bea Masuk, Bea
Materai, Sumbangan.

5. Manfaat pajak

• Belanja pegawai meliputi ASN, Polisi, TNI.


• Pembangunan sarana umum seperti jembatan, jalan raya, sekolah, rumah sakit,
terminal,
• bandara, irigasi pertanian, pasar.
• Sumber pembiayaan alat keamanan negara dengan tujuan menciptakan rasa aman bagi
• masyarakat.
• Memberi subsidi seperti subsidi pupuk, bahan bakar, dan subsidi listrik.
• Membayar utang negara.
• Menyediakan fasilitas bantuan beras, kesehatan, pendidikan gratis bagi masyarakat
• kurang mampu.
• Menciptakan proyek lapangan kerja serta pembinaan dan penyediaan modal bagi Usaha
• Kecil dan Menengah.

6. Tarif pajak penghasilan

7. Tarif pajak bumi dan bangunan


Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Berdasarkan UU Nomor 28
tahun 2009 pasal 80 tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 0,3% dari Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (NJOPKP). Sedangkan Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) paling rendah Rp10.000.000,00 untuk setiap Wajib pajak dan
Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

- Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

= Tarif x 20 %( NJOP-NJOPTKP)

= Tarif x 40 %( NJOP-NJOPTKP)

8. Penghasilan tidak kena pajak


▪ Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp54.000.000,00 per tahun atau
Rp4.500.000,00 per bulan.
▪ Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp4.500.000,00 per tahun atau
Rp375.000,00 per bulan.
▪ Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) sebesar
▪ Rp54.000.000,00 per tahun atauRp4.500.000,00 per bulan.
▪ Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga sebesar
Rp4.500.000,00 per tahun atau Rp375.000,00 per bulan.

9. Cara menghitung pajak penghasilan


10. Cara menghitung pajak bumi dan bangunan

Anda mungkin juga menyukai