Anda di halaman 1dari 11

Ringkasan Materi

Asas-Asas Hukum Pajak

Pajak
Menurut ( Rochmad Soemitra) “Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang ( yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum /untuk membiayai pengeluaran rutin dan suplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata
cara perpajakan Pajak adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari definisi ditas dapat ditarik kesimpulan unsur-unsur yang terdapat dalam pajak antara
lain sebagai berikut:
1. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintah
2. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelksanaannya yang
bisa dipaksakan. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 Pasal 23A yang
menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang."artinya bila hutang pajak tidak dibayar maka hutang itu dapat ditagih
dengan menggunakan kekerasan seperti surat paksa, surat sita dan bisa berupa
penyanderaan terhadap wajib pajak yang tidak membayar.
3. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat
ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan
bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar
pajak kendaraan bermotor.
4. Pajak dipungut oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan pajak dapat
dipungut secara langsung maupun tidak langsung.
5. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintah baik rutin maupun pembangunan, bila dari pemasukannya
masih terdapat suplus dipergunakan untuk membiayai public invesmen (tabungan
pemerintah)
6. Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah baik
sebagai fungsi anggaran, fungsi mengatur, fungsi stabilitas dan fungsi redistribusi
pendapatan.

Retribusi
Retribusi ialah Pungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan
penggunaan jasa- jasa yang disediakan oleh negara. Di sini nyata bahwa para pembayar
retribusi mendapat jasa langsung (kontra prestasi langsung) dari negara. Orang-orang yang
tidak menggunakan jasa yang telah disediakan, tidak diwajibkan membayar retribusi.
Retribusi yang dipungut oleh Pemerintah Indonesia sekarang diatur dalam Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 diubah dengan Undang-undang No. 34 Tahun 2000 diubah dengan
Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam
Undang-undang ini yang dimaksud dengan retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran
atas jasa yang telah disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan objek sebagai berikut :
a.Jasa umum, yaitu jasa untuk kepentingan dan pemanfaatan umum
Contoh : Pelayanan kesehatan, persampahan/kebersihan,pemakamandan
pengabuan mayat, pelayanan pakir ditepi jalan umum, pelayanan pasar,pengujian
kendaraan bermotor dll
b. Jasa usaha, yaitu jasa yang menganut prinsip komersial
contoh : pelayanan pasar grosir/pertokoan, tempat pelelangan, terminal, tempat
khusus parker, tempat penginapan/pesanggrahan, Villa, penyebrangan diatas air,
penjualan produksi usaha daerah dll
c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemerintah daerah dalam rangka
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan, guna kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan
contoh : IMB, izin tempat penjualan minuman berakohol, pembayaran abumen air
minum, aliran listrik,gas dll.
Disamping retribusi dikenal pula sumbangan yang mengandung pokok bahwa biaya yang
dikeluarkan untuk prestasi pemerintah tertentu tidak boleh dikeluarkan dari kas umum
karena prestasi pemerintah tertentu tidak boleh dikeluarkan dari kas umum karena prestasi
pemerintah ini tidak secara khusus ditujukan kepada rakyat melainkan untuk hanya
sebagian tertentu penduduk saja. Misalkan setoran wajib pemeliharaan dan pembangunan
prasarana daerah (SWP 3D) bagi para pemilik kendaraan bermotor yang antara lain
digunakan untuk pemeliharaan dan bantuan jalan-jalan raya.

Sumbangan
Istilah sumbangan ini mengandung pikiran, bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk prestasi pemerintah tertentu, tidak boleh dikeluarkan dari kas umum, karena prestasi
itu tidak ditujukan kepada penduduk seluruhnya, melainkan hanya untuk sebagian tertentu
saja. Oleh karenanya, maka hanya golongan tertentu sajalah yang diwajibkan membayar
sumbangan ini.
Contoh : Pajak Kendaraan bermotor yang ditujukan kepada orang-orang yang
menggunakan kendaraan bermotor saja yang dikenakan.
Baik pajak, retribusi maupun sumbangan semuanya merupakan sumber pembiayaan negara
dan daerah.
Pajak itu diadakan berdasarkan undang-undang/ peraturan artinya berdasarkan hukum, jadi
pajak itu tidak boleh dipungut/ dikenakan scara sewenang-wenang. Dasar pemungutan
pajak ditetapkan dalam Pasal 23 Ayat (2)Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi
“Segala Pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang”.Sekarang sudah
diamandemen dalam Pasal 23 A “ Segala Pajak dan Pungutan yang bersifat memaksa
untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-undang”.

Pengertian hukum pajak menurut Rochmat Soemitro adalah “ suatu kumpulan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak”. Sehingga dalam hukum pajak diatur mengenai :
- Siapa-siapa yang menjadi subyek pajak dan wajib pajak
- Objek-objek apa saja yang menjadi objek pajak
- Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah
- Timbul dan hapusnya hutang pajak
- Cara penagihan pajak
- Cara mengajukan keberatan dan Banding

Pembagian Hukum Pajak dapat digolongkan dalam Hukum Pajak Material dan Hukum Pajak
Formal. Jelaskan bedanya beserta contoh :
a. Hukum Pajak Material
Hukum Pajak Material, ialah Hukum Pajak yang memuat norma-norma yang
menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang
harus dikenakan pajak,siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, berapa besarnya pajak
atau dapat dikatakan pula segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya
hutang pajak dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.
Contoh Undang-undang pajak yang termasuk dalam Hukum Pajak Material ialah :
a.U U No. 7 Tahun 1983 / U U No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
b.U U No. 8 Tahun 1983 / U U No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan PPn Barang Mewah.
c.Undang-undang No. 12 Tahun 1985/ UU 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi
danBangunan
d.Undang-undang No. 13 Taun 1985 tentang Bea Material.

b). Hukum Pajak Formal


Hukum Pajak Formal ialah Hukum Pajak yang memuat peraturan-peraturan
mengenai cara-cara Hukum Pajak Material menjadi kenyataan. Hukum ini memuat cara cara
pendaftaran diri untuk memperoleh NPWP, cara-cara pembukuan, cara-cara
pemeriksaan,cara-cara penagihan, hak dan kewajiban Wajib Pajak, cara-cara penyidikan,
macam-macam sanksi, dan lain-lain.
Contoh Undang-undang Pajak yang termasuk Hukum Pajak Formal ialah :
a. Undang-undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2009.
b. Undang-undang 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak ,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak
c.UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah denga UU No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
d.UU No. 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan U.U No. 19 Tahun 2000
tentang Penagihan Pajakdengan Surat Paksa.
e.UU No. 1 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi UU no. 20 Tahun 2000 tentang
BPHTB

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,


khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
Fungsi anggaran, Fungsi mengatur,Fungsi stabilitas dan Fungsi redistribusi pendapatan
tolong bedakan :
a. Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang
dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai
kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi
produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar
negeri, pajak minuman keras ditingikan untuk mengurangi konsumsi minuman keras, Pajak
yang tinggi dikenakan untuk barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup yang
konsumtif dan tarif pajak ekspor 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia.

Yurisdiksi
Yurisdiksi pemungutan pajak merupakan salah satu cara pemungutan pajak yang
didasarkan pada tempat tinggal seseorang atau berdasarkan kebangsaan seseorang atau
berdasarkan sumber di mana penghasilan diperoleh. Yurisdiksi yang dimaksud adalah batas
kewenangan yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memungut pajak terhadap
warga negaranya, agar pemungutannya tidak menjadi berulang-ulang yang bisa
memberatkan orang yang dikenakan pajak.
Yurisdiksi pemungutan pajak dapat berdasarkan Asas Tempat Tinggal, Asas Kebangsaan,
dan Asas Sumber, bedakan ketiganya.
a. Asas Tempat Tinggal
Merupakan suatu asas pemungutan pajak berdasarkan tempat tinggal atau domisili
seseorang. Suatu negara hanya dapat memungut pajak terhadap semua orang yang
bertempat tinggal atau berdomisili di negara yang bersangkutan atas seluruh penghasilan di
manapun diperoleh, tanpa memperhatikan apakah orang yang bertempat tinggal
tersebut warga negaranya atau warga negara asing.
b. Asas Kebangsaan
Merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada kebangsaan suatu negara.
Suatu negara akan memungut pajak kepada setiap orang yang mempunyai kebangsaan
atas negara yang bersangkutan sekalipun orang tersebut tidak bertempat tinggal di negara
yang bersangkutan. Misalnya, Negara A akan memungut pajak terhadapa semua orang
yang berkebangsaan Negara A sekalipun orang tersebut tidak bertempat tinggal di Negara
A.

Pada dasar terdapat 3 (tiga) sistem pengenaan Pajak yaitu: stesel riil, stesel fiktif dan stesel
campuran, bedakan
a. Stesel Riil
Stelsel Riil / stelsel nyata (Rieele stelsel) ialah suatu sistem pengenaan pajak, yang
didasarkan pada penghasilan yang sesungguhnya diperoleh dalam suatu tahun pajak.
Karena penghasilan yang sesungguhnya diperoleh dalam suatu tahun pajak baru diketahui
pada akhir tahun, maka pajak baru dikenakan sesudah akhir tahun pajak berakhir. Dan
biasanya pajak ini dikenakan di belakang (naheffing). Contoh : Pajak
Penghasilan.Kelebihannya baik wajib pajak maupun fiskus tidak merasa dirugikan apabila
terjadi perubahan terhadap objek pajak selama masa pajak itu berlangsung, Kelemahannya
terlambatnya uang pajak yang masuk ke kas negara karena uang pajak baru dapat diterima
oleh negara setelah masa tahun pajak itu berakhir.
b. Stesel Fiktif
Stelsel Fiktif ialah suatu sistem pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu
anggapan,walaupun berdasarkan pada anggapan dalam penentuannya tidak boleh
sembarangan, anggapan yang dipakai misalnya: Penghasilan yang diperoleh oleh setiap
wajib pajak adalah sama besarnya untuk setiap tahun pajak, sehingga pajak tahun lalu bisa
dipakai sebagai pedoman untuk tahun yang akan datang atau anggapan yang lain bila wajib
pajak mendapat gaji bulanan, penghasilan dalam 1 (satu) tahun pajak adalah penghasilan
dalam 1 (satu) bulan dikali 12 (dua belas). Dengan demikian stesel ini menerapkan sistem
pemungutan pajak didepan. Terhadap perubahan yang terjadi selama masa tahun pajak
tidak mempengaruhi hutang pajak pada masa tahun itu. Kelebihannya uang hasil pajak
segera masuk ke kas negara sedangkan kelemahannya akan merugikan wajib pajak apabila
ternyata setelah masa tahun pajak berjalan terjadi penurunan penghasilan, sebaliknya
negara akan merugi bila ternyata selama tahun pajak berlangsung terjadi kenaikan
penghasilandari wajib pajak
c. Stesel Campuran
Stelsel campuran ialah suatu sistem pengenaan pajak yang didasarkan baik pada
stelsel riil maupun stelsel fiktif. Pada awal tahun pajak menganut stelsel fiktif dan setelah
akhir tahun pajak akan dikoreksi berdasarkan keadaan yang sebenarnya yang diterima wajib
pajak, Dengan demikian ada dua ketetapan pajak yaitu pada awal ada ketetapan pajak
sementara dan pada akhir ada ketetapan pajak final. Pengenaan stesel ini membawa
konsekwensi dengan digunakan stesel pemungutan didepan dan dibelakang sekaligus.
Kelebihannya karena dipungut pada awal masa tahun pajak uang hasil pajak sudah bisa
masuk ke kas negara sehingga dapat digunakan, disamping itu fiscus dan wajib pajak tidak
dirugikan bila terdapat perubahan terhadap besarnya penghasilan karena masih bisa
dikoreksi pada akhir tahun pajak. Kelemahannya karena ketetapan pajak dilakukan 2 (dua)
kali itu akan mengakibatkan pekerjan, biaya, tenaga yang akan dipergunakan untuk
menghitung dan menetapkan hhutang pajak itu menjadi 2 (dua) kali lipat, hal ini tentu tidak
efisien oleh karena itu harus dicari terobosan untuk mengatasi sistem pengenaan yang lebih
baik lagi.
Penggolongan/Pembagian pajak dapat dilakukan dalam 3 (tiga) golongan yaitu: menurut
sifatnya, menurut sasaran/Objeknya, menurut Lembaga pemungutannya, bedakan

Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan menjadi 2, yaitu pajak subjektif dan pajak objektif.

 Pajak Subjektif, adalah pajak yang dalam pengenaannya mempertimbangkan


keadaan diri sang wajib pajak.
Contohnya, pajak penghasilan dan PBB.

 Pajak Objektif, adala pajak yang dikumpulkan berdasarkan jenis objeknya. Biasanya
dikenakan terhadap barang-barang mewah.
Contohnya, pajak bea cukai dan pajak penjualan.

a. Menurut sifatnya
Jenis-jenis pajak menurut sifatnya dapat dibagi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak
langsung.
Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang- ulang pada
waktu-waktu tertentu dengan menggunakan surat ketetapan pajak (kohir), misalnya pajak
penghasilan.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain
dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja atau
dikaitkan dengan tindakan, perbuatan atau kejadian. Pajak tidak langsung ini tidak
berdasarkan atas surat ketetapan pajak dan pemungutannya tidak dilakukan secara berkala
misalnya Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang dan
Jasa.
Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dialihkan kepada orang lain.
Dengan kata lain, proses pembayaran pajak harus dilakukan sendiri oleh wajib pajak
bersangkutan.
Seorang anak, misalnya, tidak boleh mengalihkan pajak kepada orangtuanya. Begitupun
seorang suami tidak boleh mengalihkan kewajiban pajaknya pada istri.
Sedangkan Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada
pihak lain karena jenis pajak ini tidak memiliki surat ketetapan pajak.
Artinya, pengenaan pajak tidak dilakukan secara berkala melainkan dikaitkan dengan
tindakan perbuatan atas kejadian sehingga pembayaran pajak dapat diwakilkan kepada
pihak lain.
Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang- ulang pada waktu-
waktu tertentu dengan menggunakan surat ketetapan pajak (kohir), misalnya pajak
penghasilan.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan
hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja atau dikaitkan
dengan tindakan, perbuatan atau kejadian. Pajak tidak langsung ini tidak berdasarkan atas
surat ketetapan pajak dan pemungutannya tidak dilakukan secara berkala misalnya Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang dan Jasa.

Menurut sasarannya, jenis-jenis pajak dapat dibagi dua yaitu pajak subjektif dan pajak
objektif.
Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memerhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak (subjeknya). Setelah diketahui keadaan subjeknya barulah
diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau
tidak, misalnya pajak penghasilan.
Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memperhatikan/melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya barulah
dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui,
misalnya Pajak Pertambahan Nilai.

c. Menurut Lembaga pemungutannya


Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak dapat dibagi dua yaitu jenis pajak yang
dipungut oleh pemerintah pusat dan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah, yang sering disebut dengan pajak pusat dan pajak daerah.
Pajak Pusat/Pajak Negara adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak.
Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukkan sebagai bagian dari
Penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Jenis pajak pusat yang dikelola oleh Departemen Keuangan cq Direktorat Jenderal
Pajak adalah :
- Pajak Penghasilan (PPh)
- Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
- Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan)
- Bea Meterai.

Sedangkan Pajak Daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah yang
dalam pelaksanaannya sehari- hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda).
Hasil dari pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan dimasukkan sebagai bagian dari
penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sesuai Undang-undang
No.28Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Sebutkan apa saja Jenis pajak yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
Jenis pajak yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) adalah :
1. Pajak Daerah Tk I (Pajak Propinsi) terdiri atas :
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan diatas air
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan air bawah tanah
e. Pajak rokok
2. Pajak Daerah Tk II ( Pajak Kota/Kabupaten) terdiri atas:
a. Pajak Hotel
b. Restoran
c. Pajak Hiburan
c. Pajak Reklame
d. Pajak Penerangan Jalan
e. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Mineral bukan logam dan batuan
f. Pajak Pemanfaatan Air tanah
h.Pajak Parkir
i. Pajak sarang burung wallet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
k. Pajak Perolehan Hak dan/ Bangunan
Pemerintah Daerah selain memungut pajak juga melakukan pemungutan dengan nama
retribusi yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan, yang terdiri atas tiga jenis retribusi yaitu: Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Jasa Perijinan , bedakan contoh retribusi apasaja yang
termasuk didalamnya
Untuk memperoleh gambaran jenis-jenis retribusi apa saja yang diatur di dalamnya , dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah yang
menjelaskan adanya jenis-jenis retribusi sebagaimana dimaksud di atas, yaitu sebagai
berikut :
Jenis Retribusi Jasa Umum terdiri atas :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan;
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
e. Retribusi Parkir di tepi Jalan Umum
f. Retribusi Pasar;
g. Retribusi Air Bersih;
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
j. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.

Dalam UU No. 28 Tahun 2009, Retribusi Daerah dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Retribusi Jasa
Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan. Dan setiap jenis memiliki bagiannya
masing-masing. Berikut adalah jenis-jenis Retribusi Daerah dan bagian-bagiannya :

1. Retribusi Jasa Umum


Merupakan pungutan atasa pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah
yang bertujuan untuk kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Retribusi Jasa Umum dibagi menjadi 15 bagian yang meliputi:

 Retribusi Pelayanan Kesehatan


 Retribusi Pelayanan Persampahan atau Kebersihan
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil
 Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat
 Retribusi Pelayanan Parkir
 Retribusi Pelayanan Pasar
 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
 Retribusi Penyedian dan / atau Penyedotan Kakus
 Retribusi Pengolah Limbah Cair
 Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
 Retribusi Pelayanan Pendidikan
 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
 Retribusi Pengendalian Lalu Lintas
 

2. Retribusi Jasa Usaha


Merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh Pemeirntah Daerah dangan
menganut prinsip komersial. Baik itu pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan
kekayaan daerah yang belum secara optimal oleh pemerintah daerah sepanjang belum dapat
disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Retribusi Jasa Usaha dibagi menjadi 11 bagian yang meliputi:

 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah


 Retribusi Pasar Grosir dan/ atau Pertokoan
 Retribusi Tempat Pelelangan
 Retribusi Terminal
 Retribusi Tempat Khusus Parkir
 Retribusi Tepat Penginapan/Pesanggrahan/Vila
 Retribusi Rumah Potong Hewan
 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
 Retribusi Penyebrangan di Air
 Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu


Merupakan pungutan yang diberlakukan atas pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah
Daerah kepada pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang penggunaan sumber daya alam, barang, sarana, dan fasilitas tertentu demi
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Retribusi Perizinan Tertentu dibagi menjadi 6 bagian yang meliputi:

 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
 Retribusi Izin Gangguan
 Retribusi Izin Trayek
 Retribusi Izin Usaha Perikanan
 Retribusi Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA)

Pada dasarnya terdapat 3 sistem pemungutan pajak yang berlaku yaitu :


Official Assesment System
Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang
harus dilunasi atau terhutang oleh Wajib Pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiscus/aparat
pajak. Jadi dalam sistem ini Wajib Pajak bersifat pasif sedangkan fiscus bersifat aktif.
Menurut sistem ini hutang pajak timbul apabila telah ada ketetapan pajak dari fiscus. Apabila
dikaitkan dengan ajaran tentang timbulnya hutang pajak maka Official Assesment System
tergolong timbulnya hutang pajak menurut ajaran Formil artinya hutang pajak timbul apabila
sudah ada surat ketetapan pajak (SKP) dari Fiskus. Sistem ini pada umumnya diterapkan
pada jenis pajak yang melibatkan masyarakat luas yang mana masyarakat selalu dipandang
belum mampu diserahi tanggung jawab untuk menghitung dan menetapkan pajak. Contoh
pajak bumi dan Bangunan (PBB).PBB dikenakan atas Bumi dan Bangunan sehingga mau
tidak mau akan melibatkan masyarakat dari semua lapisan yaitu yang memiliki, menguasai,
mengambil manfaatnya dari bumi dan bangunan tersebut sebagai subyek pajak atau
sebagai wajib pajak.

Self Assesment System


Self Assesment System adalah sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak yang
menentukan besarnya pajak yang terhutang dan harus bersifat aktif menghitung,
membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang. Aparat pajak (fiscus) tidak
ikut campur dan hanya mengawasi (fiscus pasif) hanya bertugas melakukan penyuluhan,
penerangan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak dan juga sebagai
Verifikator untuk meneliti kebenaran dari suatu dokumen atau kegiatan.

Witholding system
Witholding system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga ( bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan
besarnya pajak yang terhutang oleh wajib pajak. Yang dalam hal ini disebut pihak ketiga.
Pihak ketiga yang dimaksud disini antara lain : Direktoral Jenderal Bea Cukai, Ditektorat
Jenderal Anggaran, Pemberi kerja, Bendaharawan pemerintah, bendaharawan
pension,akuntan publik dll.

Anda mungkin juga menyukai