Anda di halaman 1dari 27

SEJARAH PERPAJAKAN

A. Sejarah Pemungutan Pajak


1. Pra – 1945:
Peraturan perpajakan produk kolonial Belanda banyak memiliki segi negatif
yang menekankan Wajib Pajak semata objek belaka. Yang berarti ketetapan pajak
sepenuhnya ditentukan oleh aparat pajak. Hasil pemasukan pajak tidak
sepenuhnya diperuntukkan bagi kesejahteraan bagi rakyat, tetapi dipergunakan
untuk kepentingan Belanda sendiri.
Contoh:
 Ordonansi Pajak Rumah Tangga1908.
 Aturan Bea Meterai 1921.
 Ordonansi Pajak Perseroan 1925.
 Ordonansi Pajak Kekayaan tahun 1932.
 Ordonansi Pajak jalan 1942.
 Ordonansi Pajak Pendapatan 1944.
2. 1945 – 1983:
Penerapan berbagai ordonansi atau Undang-Undang perpajakan yang dibuat
pada masa sebelum Indonesia merdeka didasarkan pada ketentuan Peralihan
UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan yang
telah ada sebelum Indonesia merdeka masih langsung berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut UUD 1945.
Secara berangsur-angsur ada perkembangan yang berupa pembentukan UU
baru, tambahan dan penyesuaian terhadap UU Perpajakan peninggalan kolonial
belanda. Dapat dikemukakan beberapa Undang-Undang Pajak yang baru, dirubah
atau disesuaikan adalah:
Contoh:
 UU No. 11 Drt Tahun 1957 Tentang Peraturan Umum Pajak Daerah.
 UU No. 35 tahun 1953 Tentang Penetapan UU Drt No. 19 Tahun 1951
Tentang Pemungutan Pajak Penjualan.
 UU No. 19 tahun 1959 Tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat
Paksa.
 UU Pajak Penjualan 1951.
 UU No. 8 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Pajak
Perseroan.
 UU No. 9 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Ordonansi
Pajak Pendapatan.
 UU No. 10 tahun 1970 Tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalty.
 Dan lain-lain.
3. 1984 – skrg (1984, 1994, 2000,2009):
Pemerintah mensahkan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang baru
sebagai upaya reformasi di bidang perpajakan, yaitu:
a. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), sebagaimana diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994
dan UU No. 16 Tahun 2000 dan UU No. 28 Tahun 2007 terakhir dengan
UU No. 16 Tahun 2009.
b. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh), sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991 dan UU No. 10 Tahun 1994
dan UU No. 17 Tahun 2000 terakhir diubah dengan UU No. 36 Tahun
2008;
c. UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994 dan UU No.
18 Tahun 2000 terakhir diubah dengan UU No. 42 Tahun2009;
d. UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994;
e. UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).

B. Pengertian Pajak
Ada pengertian pajak menurut para ahli:
 Adam Smith (1898:302): “Tax is a contribution from the citizen to support
of the state”.
 Sommerfeld (1983:1): “Tax is any non-penal yet compulsory transfer of
resources from the private to public sector, levied on the basis of
predetermined criteria and without receipt of specific benefit of equal value,
in order to accomplish some of a nation’s economic and social objectives.”
 Bastable (1993:263): “Tax is a compulsory contribution of the wealth of a
person or body of persons for service of the public powers.”
 Prof. Dr. P.J.A. Adriani: “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yg gunanya adl untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung dg tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan”.
 Prof. Dr. M.J.H. Smeeths: “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang
terhutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa
adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran Pemerintah”.
 Dr. Soeparman Soemahamidjaja: “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang
atau barang, yang dipungut oleh Penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif
dalam mencapai kesejahteraan umum”.
 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.: “Pajak adalah iuran kepada Kas
Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

 Definisi Pajak menurut UU No:16 Thn 2009 Tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan :
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 Dari beberapa definisi tersebut, tersimpul ciri-ciri yang melekat pada pengertian
pajak yaitu :
– Pajak dipungut oleh Negara baik Pusat maupun daerah
berdasarkan/dengan kekuataan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya;
– Pajak harus masuk ke kas Negara atau Daerah;
– Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh Pemerintah;
– Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran Pemerintah, yang bila dari
pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment;
– Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang.
 Pajak harus memenuhi syarat, yaitu:
 Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan)
 Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang Undang (Syarat Yuridis)
 Pemungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat
Ekonomis).
 Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansiil)
 Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana (Syarat Sederhana)

C. Pajak dalam undang undang


Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk
keperluan negara diatur dengan Undang-Undang“.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak,
yaitu:
 Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU
tersebut harus dijamin kelancarannya.
 Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara
umum.
 Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak

D. Retribusi
Retribusi merupakan pembayaran Wajib dari Penduduk kepada negara karena
adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara kepada penduduknya secara
perorangan. Jasa dari negara tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu
hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara tersebut.
Contoh retribusi: pelayanan jasa di Instansi Pemerintah.
Misalkan retribusi pelayanan rumah sakit, tidak ada paksaan secara yuridis
kepada pasien. Hanya Pasien yang membayar retribusi saja yang berhak
mendapat pelayanan kesehatan.

E. Sumbangan
Sumbangan adalah pembayaran dari golongan tertentu penduduk kepada
negara, karena mereka adalah satu golongan bersama, menikmati secara
langsung balas jasa yang diberikan negara, yang menikmati balas jasa hanya satu
golongan tertentu. Contoh sumbangan adalah Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

F. Prinsip Pemungutan Pajak


Prinsip-prinsip pokok perpajakan yang paling terkenal adalah yang
dikemukakan oleh Adam Smith yang dikenal dengan “four canon of taxation”.
Dikenal 4 prinsip pemungutan pajak yang baik yaitu:
1. Prinsip Persamaan, Keadilan dan kemampuan (Equality, Equity dan Ability).
 Equality ( Kesamaan ): Mengandung arti bahwa keadaan yang sama
atau orang yang berada dalam keadaan yang sama harus dikenakan
pajak yang sama.
 Equity (Keadilan): Dengan adanya kesamaan, akan tercapai keadilan
di antara para pembayar pajak.
 Ability to Pay (Kemampuan): Pembayar pajak akan dikenakan pajak
sesuai kemampuannya dalam membayar pajak.
2. Prinsip Kepastian (Certainty)
Kepastian yang dimaksud disini adalah kepastian yang berhubungan dengan
hukum, yang mengandung arti adanya jaminan hukum bagi pembayar pajak dan
bukan didasarkan pada kesewenangan. Juga bermakna bahwa penarikan pajak
harus berdasarkan peraturan tertulis atau UU atau aturan lain yang dibuat oleh
badan yang berwenang.
3. Prinsip Kenyamanan Pembayaran (Convenience of Payment)
Pemungutan dan pembayaran pajak dilakukan pada waktu Wajib Pajak dalam
keadaan paling menyenangkan, yaitu pada saat WP mampu membayar pajak atau
saat menerima penghasilan, pada waktu penjualan panen atau saat membeli
barang, dll.
Juga pelayanan yang baik dalam pembayaran pajak dengan mempermudah WP
melakukan pembayaran pajak di Kas Negara.
4. Prinsip efisiensi (Economic of collection)
Maksudnya adalah efisieni dalam pemungutan pajak. Biaya membayar pajak
sampai uang masuk ke kas negara hendaknya seminimal mungkin dana
diupayakan hasil pungutannya lebih besar dari biayanya.

Keempat prinsip ini sangat perlu difahami oleh pembuat undang undang maupun
pelaksananya agar pemungutan pajak dapat dilaksanakan dengan baik

G. Fungsi Pajak
1. BUDGETER
 Salah satu sumber penerimaan negara (APBN).
 Untuk mengisi kas negara dalam rangka membiayai kegiatan pemerintahan
dan pembangunan
2. REGULEREND
 Redistribusi pendapatan dari si kaya kepada si miskin
 Mendorong investasi di bidang atau daerah tertentu
 Mendorong ekspor.
 Membatasi impor atau konsumsi produk tertentu
 Untuk melakukan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
 dsb

H. DASAR HUKUM PAJAK


Dalam hal pemungutan pajak, Undang-Undang Dasar 1945 menentukan pada
pasal 23 A yang, menyebutkan bahwa pajak & pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.’ Ketentuan
undang-undang di bidang pajak diantaranya:
 Undang-Undang nomor 16 Tahun 2000 Tentang ketentuan umum & Tata cara
perpajakan.
 Undang –Undang nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan.
 Undang-Undang nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas
Barang & Jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
 Undang-Undang nomor 12 Tahun 2000 Tentang Pajak Bumi & Bangunan.
 Undang-Undang nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai.
 Undang-Undang nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak.
 Undang-Undang nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah & Retribusi
Daerah.
 Undang-Undang nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa.
 Undang-Undang nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas dan/
Bangunan.

I. Teori Pajak
Dalam pajak terdapat beberapa teori, yaitu:
1. Teori Asuransi
Masyarakat dianggap mempertanggungkan (mengasuransikan) keselamatan
dan keamanannya jiwa dan hartanya sehingga masyarakat harus membayar
“premi” dalam bentuk pajak kepada negara.
2. Teori Kepentingan
Negara melindungi kepentingan harta dan jiwa warga negara dengan
memperhatikan pembagian beban yang harus dipungut dari masyarakat.
Pembebanan ini didasarkan pada kepentingan setiap orang untuk perlindungan
jiwa dan hartanya.
3. Teori Daya Pikul
Teori ini berpangkal dari asas keadilan, yaitu setiap orang dikenai pajak
dengan bobot yang sepadan. Pajak yang harus dibayar adalah menurut daya pikul
dengan ukuran besarnya penghasilan dan pengeluaran seseorang.
4. Teori Bakti
Teori ini disebut teori kewajiban pajak mutlak, yang mendasarkan bahwa
negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di sisi lain, masyarakat
menyadari bahwa membayar pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan
tanda baktinya terhadap negara karena negaralah yang bertugas
menyelenggarakan kepentingan masyarakatnya.
5. Teori Daya Beli
Pembayaran pajak dimaksudkan untuk memelihara masyarakatnya, sehingga
pembayaran pajak lebih ditekankan pada fungsi mengatur dari pajak agar
masyarakat tetap eksis. Teori ini lebih mendasarkan pada penyelenggaraan
kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan
pajak, bukan kepentingan individu atau negara.

 Mengapa harus membayar pajak?


 Rakyat mendapat pelayanan dalam bentuk public goods and services
 Rakyat mendapatkan jaminan keamanan dari negara
 Bentuk partisipasi dan gotong royong dalam pembiayaan pemerintahan dan
pembangunan
 Agar terjadi redistribusi sumber daya ekonomis
 Dsb

 Sumber-Sumber Penerimaan Negara


Pada umumnya negara mempunyai sumber-sumber penghasilan yang terdiri
dari:
 Pajak
 Kekayaan alam
 Bea dan cukai
 Iuran
 Sumbangan
 Laba dari badan usaha milik Negara
 Sumber-sumber lain
Pembagian Pajak

Dalam hal ini pembagian pajak dibagi beberapa, yaitu:

1. Menurut Golongan

 Pajak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya tidak


dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

 Pajak tidak langsung, yaitu pajak yangpembenannya dapat


dilimpahkan kepadapihak lainnya.

2. Menurut Sifatnya

 Pajak Subyektif, yaitu pajak yang didasarkan pada


subyeknya selanjutnya dicari syarat obyeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri WP mis. PPh.
 Pajak Obyektif, yaitu pajak yang didasarkan pada
obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri WP mis. PPN
dan PPn BM.

3. Menurut Lembaga yang Memungutnya

 Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah


pusat, mis. PPn, PPnBM, Bea Meterai.
 Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah mis. Pajak Hotel.

 Jenis Pajak Menurut Golongan (CTH)

a. LANGSUNG: PPh (pajak Penghasilan), PPnBM (Pajak Penjualan


atas Barang Mewah), BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan), PBB (pajak Bumi dan Bangunan). Bea Meterai
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b. PAJAK TIDAK LANGSUNG: Bea Masuk, Cukai, Bea Keluar, PPN
(Pajak pertambahan Nilai).

 Struktur pajak di Indonesia dan pembagian pajak menurut pemungutnya


Pembagian Pajak:
1. Pajak Pusat

Pajak Pusat dibagi atas Dirjen Pajak dan Dirjen Bea


dan Cukai.
 Ditjen Pajak: Pajak Penghasilan, PPn, BMPPN, Pajak Bumi dan
Banguanan (PBB) dan Bea Meterai.
 Ditjen Bea dan Cukai: Bea Masuk, Cukai, dan Bea Keluar.
2. Pajak Daerah
Pajak Daerah dibagi atas Pemda tingkat 1 dan Pemda
Kabupaten/Kota.
 Pemda Tingakt 1: Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas
air ,Bea Perolehan Hak atas Tanah/Bangunan (BPHTB),Bea balik nama
Kendaraan bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak
Pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan permukaan air.
 Pajak Pemda Kabupaten/Kota: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan
Bahan Galian gol. C, dan Pajak Parkir.

 Jenis Pajak Menurut Sifatnya


1. SUBJEKTIF: BERDASARKAN SUBYEK BARU DICARI OBYEKNYA.
Contoh: PPh.
2. OBJEKTIF: BERDASARKAN OBYEK BARU DICARI SUBYEKNYA.
Contoh: PPN, PPnBM.

 Jenis Pajak

Pembagian Hukum Pajak

 HUKUM PAJAK MATERIAL: mengatur tentang obyek pajak,


subyek pajak, besar pajak yang dikenakan timbul dan
hapusnya utang pajak dan hubungan hukum antara
pemerintah dan WP. Misal: UU PPh dan UU PPN.
 HUKUM PAJAK FORMAL: tata cara untuk mewujudkan
hukum material menjadi kenyataan. Misal: UU KUP, UU
PPSP,UU Pengadilan Pajak.

 Penerima Negara

1. Pajak

 Ditjen Pajak, Dalam Undang-Undang pajak memakai istilah


pajak.
 Ditjen Bea Cukai, dalam Undang-Undang Kepabeanan
memakai istilah pungutan Negara.
2. Bukan Pajak (PNBP)

Bukan Pajak ==== Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


terdiri dari Keuntungan BUMN, Biaya pelayanan jasa Pemerintah.
Biaya administrasi, dan Biaya pengadilan, Hasil dari korupsi yg
ditangkap oleh KPK dan Pengadilan.

 Cara Pemungutan Pajak


1. Stelsel Nyata (Riil Stelsel) Yaitu pengenaan pajak didasarkan
pada obyek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya
baru dapat dilakukan pada akhir tahun, setelah penghasilan
yang sesungguhnya dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini
adalah lebih realistis, kelemahannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir.
2. Stelsel Anggapan (Fictif stelsel) Yaitu pengenaan pajak
didasarkan pada suatu anggpan yang diatur oleh Undang-
undang, misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak
telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk
tahun depan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar
selama tahun berjalan tanpa harus menunggu pada akhir tahun,
kelemahannya pajak yg tidak berdasarkan keadaan sebenarnya
3. Stelsel Campuran Yaitu stelsel ini merupakan kombinasi antara
stelsel nyata dengan stelsel anggapan, dimana pada awal tahun
besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggpan, kemudian
pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan
sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataanlebih besar
dari anggapan, WP wajib lunasi kekurangannya demikian
sebaliknya

WAJIB PAJAK; yang sering disingkat dengan sebutan WP adalah


orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu.Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi
atau wajib pajak badan.

 Jenis Pajak Yang Dikelola oleh DitJen Bea dan Cukai


1. Bea masuk Adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang yang diimpor berdasarkan Undang–Undang no. 10 tahun
1995 sebagaimana yang telahdiubah dengan Undang-Undang
no.17 tahun 2006 tentang Kepabeanan.
2. Cukai Adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik
yang ditetapkan dalamUndang-Undang no 11 tahun 1995
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang no.39
tahun 2007 tentang Cukai
3. Bea Keluar adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang ekspor berdasarkan Undang-Undang no.10 tahun 1995
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang no.17
tahun 2006 tentang Kepabeanan jo.PP nomor 55 tahun 2008
tentang pengenaan Bea Keluar terhadap barang ekspor.

 Jenis Pajak Yang dikelola Oleh Ditjen Pajak

 Pajak Penghasilan: PPh Orang Pribadi. PPh Pasal 4 (2). PPh


Pasal 15 d. PPh pasal 21. PPh pasal 23. PPh 26. PPh
Badan.
 PPn
 PPnBN
 PBB
 Bea Materai

 Sistem Pemungutan Pajak


 Official assessment
 Self assessment
 Withholding system
Pengantar Dan Dasar-Dasar Perpajakan

A. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplusnya” digunakan untuk “public saving”
yang merupakan sumber utama untuk membiayai “public investment”.

B. Unsur-Unsur Pajak
 Iuran dari rakyat kepada negara
 Berdasarkan undang-undang
 Tanpa jasa timbal yang secara langsung dapat ditunjuk
 Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara

C. Syarat-Syarat Pemungutan Pajak


 Syarat keadilan
 Syarat yuridis
 Syarat ekonomis
 Syarat finansial
 Sistem pemungutan harus sederhana
D. Teori Pemungutan Pajak
 TEORI ASURANSI
 TEORI KEPENTINGAN
 TEORI DAYA PIKUL
 TEORI BAKTI
 TEORI ASAS DAYA BELI

E. Kedudukan Hukum Pajak


1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya.
2. Hukum publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Rinciannya:
 Hukum tata negara
 Hukum tata usaha negara (hk admtif)
 Hukum pajak
 Hukum pidana

F. Hukum Pajak Materiil Dan Hukum Pajak Formil


Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut
pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak.
 Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan al keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yg
dikebakan pajak (subjek pajak), berapa besar tarif, timbul dan nhapusnya utang
pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan WP. Contoh: UU, PPh
 Hukum Pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum
materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum
ini memuat:
a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak
b. Hak-hak fiskus
c. Kewajiban WP
G. Kewajiban Dan Hak Wajib Pajak
 Kewajban:
 Mendaftar
 Potong/Pungut
 Setor
 Lapor
 Pembukuan
 Hak:
 Mencabut Pendaftaran
 Menunda Penyampaian SPT
 Membetulkan SPT
 Menunda Penyetoran
 Pengajuan Keberatan Dan Banding

H. Stelsel Pajak
1. Stelsel nyata – pengenaan pajak berdasarkan penghasilan yang
sebenarnya diterima sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada
akhir tahun pajak, yaitu setelah penghasilan sesungguhnya diketahui.
2. Stelsel anggapan – pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan
yang diatur oleh undang-undang. Misalnya: penghasilan suatu tahun
dianggap sama dengantahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
sudah dapat ditentukan besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan
3. Stelsel campuran – awal tahun dihitung berdasar anggapan, akhir tahun
disesuaikan dengan penghasilan sesungguhnya diterima. Apabila kurang,
WP harus menambah atau apabila lebih dikembalikan.

I. Asas Pemungutan Pajak


1. ASAS DOMISILI—negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan WP yang bertempat tinggal dlm wilayahnya, baik yang berasal
dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlakubagi WP dalam negeri.
2. ASAS SUMBER —negara berhak mengenakan pajak terhadap penghasilan
yang bersumber dari wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal WP.
3. ASAS KEBANGSAAN– pengenaan pajak didasarkan pada kebangsaan
atau kewarganegaraan seseorang.

J. Sistem Pemungutan Pajak


1. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem pemungutan
yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh WP.
2. SELF ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada WP untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutang.
3. WITH HOLDING SYSTEM – adalah sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiscus dan bukan WP)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP.

K. Timbul Dan Hapusnya Utang Pajak


Ada dua ajaran timbulnya utang pajak:
1. Ajaran formil, utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak
(SKP) oleh Fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official Assessment System.
2. Ajaran materil, utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang.
Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan atau perbuatan. Ajaran ini
diterapkan pada self assessment system
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal:
 Pembayaran
 Kompensasi
 Kadaluwarsa
 Pembebasan dan penghapusan

L. Hambatan-Hambatan Pemungutan Pajak


1. PERLAWANAN FASIF --- sistem pemungutan pajak yang sulit dipahami
masyarakat, krisis ekonomi.
2. PERLAWANAN AKTIF --- WP sengaja menghindari pajak.
a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar UU.
b. Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
UU.

M. Jenis Tarif Pajak


1) Tarif Proporsional, tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
sebanding dengan besarnya nilai yang dikenai pajak.
2) Tarif Tetap, tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
3) Tarif Progresif, persentase yang digunakan semakin besar sesuai dengan
jumlah yang dikenai pajak.
4) Tarif Degresif, persentase tarif yang digunakan semakin kecil sesuai
dengan bertambahnya jumlah yang dikenai pajak.
N. Pajak Penghasilan Umum
 Dasar Hukum: UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang
terakhir diubah oleh UU No. 36 tahun 2008.
 Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pajak atas penghasilan
(laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi maupun badan.

O. Subjek Pajak Dan Wajib Pajak Penghasilan


1. a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak
2. Badan
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
P. Objek PPH
Objek PPH adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan WP ybs, dengan nama dan bentuk apapun.
 Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh (Gaji, Upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain oleh
UU).
 Hadiah dan penghargaan.
 Laba usaha.
 Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (hibah, bantuan
atau sumbangan)
 Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
 Bunga
 Deviden
 Royalti
 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
 Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
 Keuntungan karena pembebasan utang
 Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
 Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
 Premi asuransi
 Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
 Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.

Q. Dasar Pengenaan Pajak


 Penghasilan Kena Pajak (WP badan) = Penghasilan Netto
 Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi) = Penghasilan Netto – PTKP

R. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2009


Besarnya PTKP setahun yang berlaku saat ini adalah:
1. Rp 15.840.000, 00 untuk diri WP orang pribadi.
2. Rp 1.320.000,00 tambahan untuk WP yang kawin
3. Rp 15.840.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat:
 Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu
pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam
UU PPh pasal 21, dan
 Pekerjaan istri tidak asda hubungannya dengan usaha atau pekerjaan
bebas suami atau anggota keluarga lain.
4. Rp 1.320.000, 00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat
yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang).
S. Cara Menghitung Pajak Penghasilan (PPH)
Utang Pajak

Utang merupakan suatu ikatan yangterjadi karena perjanjian, disatupihak sebagai


kreditur dan dilainpihak sebagai debitur.
Ditinjau dari hukum perikatan iniadalah juga merupakan ikatan yang timbulnya
bukan karena suatu perjanjian tetapi karenaUndang-Undang atau karena hukum
publik, yang pelunasannya dapat dipaksakan.
Pihak yang terlibat dalam utang pajak adalah wajib pajak dan negara.
Negara dapatmemaksakan utang itu untuk dibayar oleh wajib pajak.
Dalam ajaran materiil
• Utang pajak timbul karena Undang Undang dan karena ada sebab-sebab yang
mengakibatkan seseorang atau suatu pihak dikenakan pajak, yaitu karena
perbuatan, keadaan dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak.
• Contoh perbuatan, keadaan dan peristiwa yangmenyebabkan utang pajak
adalah: Perbuatan: mendirikan bangunan, melakukan kegiatan impor/ekspor,
bepergian keluar negeri. Keadaan: memiliki tanah/bumi dan bangunan,
memperoleh penghasilan, memiliki kendaraan bermotor.
Peristiwa/kejadian: mendapat hadiah undian.
Dalam ajaran formil
Utang pajak timbul dikarenakan adanya ketetapan pajakdari pemerintah atau
fiskus.Sehingga pajak terutang pada saatditerbitkannya Surat Ketetapan Pajakoleh
pihak fiskus/pemerintah.

Pajak terutang
Pajak yang terutang adalah pajak yang terutang pada suatu saat,masa pajak,
dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan perundang-
undangan perpajakan.
Jadi beda sama Utang Pajak, kalau UtangPajak adalah pajak yang masih harus
dibayar termasuk sanksi adminsitrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Saat Hapusnya Hutang Pajak


1) Pembayaran
 Utang pajak yang melekat pada wajib pajak Akan terhapus karena
pembayaran pajak yang dilakukanke kas negara.
 Meskipun demikian pembayaran pajak dapat pula dilakukan oleh pihak lain
yang tidak berkewajiban, hal ini bisa saja terjadi.
2) Kompensasi
 Kompensasi terjadi apabila wajib pajak mempunyai tagihan berupa
kelebihan pembayaran pajak .Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang
diterima wajib pajak harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya
yang terutang.
 Kompensasi ini dikenal dengan kompensai pembayaran (pasal 11 undang-
undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).
3) Daluwarsa
 Daluwarsa disini dimaksudkan sebagai daluwarsa penagihan. Hak untuk
melakukan penagihan pajak, daluwarsa telah lampau waktu sepuluh tahun
terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan.
 Hal ini memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tidak dapat ditagih
lagi. Namum daluwarsa penagihan pajak tertangguhkan, antara lain dapat
terjadi apabila diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa.
4) Pembebasan
 Utang pajak tidak berakhir pada waktu yang semestinyatetapi karena
ditiadakan. Pembebasan pajak umumnyadiberikan pada sanksi
administrasinya. Ketentuan hukumpajak yang terkait dengan pembebasan
utang pajak, adalah Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang KetentuanUmum
dan Tata Cara Perpajakan (UU KUT) mengaturantara lain bahwa, Direktur
Jenderal Pajak.
Karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapatmengurangkan
atau menghapuskan sanksi administrasiberuapa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutangsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
5) Penghapusan
 Penghapusan utang pajak Sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi
diberikannya karena keadaan wajib pajak misalnya keuangan wajib pajak.
 Penghapusan utang pajak disebabkan karena,
a. WP Meninggal dunia dan tidak meninggalkan harta warisan.
b. WP tidak mempunyai kekayaan lagi dengandibuktikan oleh pemerintah
c. Sebab lainnya atau Force Majeur.
Tarif Pajak Dan Fungsi Pajak

A. Kebijakan Tarif
Tarif Pajak mempunyai hubungan yang erat dengan fungsi fajak, yaitu
fungsi budgeter dan fungsi reguleren.
 Fungsi budgeter merupakan yang utama dalam kebijakan pajak.
 Fungsi reguleren biasanya merupakan tujuan sampingan.
Misalnya:
a. Untuk menarik modal asing dan domestik melalui investasi;
b. Untuk menggalakkan kegiatan ekspor dan mengurangi impor
c. Pengenaan cukai yang tinggi terhadap produk minuman keras
d. Untuk membantu pemerataan pendapatan dalam masyarakat
e. Memberikan proteksi terhadap industri dalam negeri atau terhadap produksi
barang tertentu. Dan lain-lain.
Kebijakan tarif itu dilakukan dengan mengkombinasikan penggunaan tarif
tinggi dan tarif rendah.

B. Macam-Macam Tarif Pajak


a) TARIF SEBANDING (PROPORSIONAL)
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap
besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh: Tarif Pajak yang dikenakan atas objek PBB adalah = 0, 5%
b) TARIF TETAP
Tarif berupa jumlah yang tetap (Sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang Sama.
Contoh: Bea Materai Akta-akta oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
termasuk rangkap-rangkapnya adalah Rp. 6000,-
c) TARIF PROGRESIF
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
semakin besar pula.
Contoh: Pasal 17 (1) huruf a UU PPh
d) TARIF DEGRESIF
Persentase tarif yang dikenakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenakan pajak semakin besar. Tarif ini tidak dijumpai dalam praktik, hanya
ada dalam teori saja. Enny 2008

C. Besarnya Hutang Pajak


Besarnya utang pajak ditentukan oleh dua komponen utama, yakni jumlah
yang menjadi dasar pengenaan pajak atau jumlah yang dikenai pajak (tax base)
dan tarif yang diterapkan terhadapnya (tax rates).
 Untuk menentukan besarnya pajak dapat digunakan Rumus: T = Tb x Tr
 Keterangan:
T: Besarnya utang pajak (tax)
Tb: Dasar pengenaan pajak (tax base)
Tr: Tarif pajak (tax rates).

D. Tarif PPh WP Dalam Negeri


WP DALAM NEGERI adalah Orang Pribadi, Badan, Karyawan, Pengusaha
Omzet <4,8 M Omzet >4,8 M.
Penghitungan PPh; Menghitung Neto Gaji Bersih Norma/ Perkiraan
Pembukuan Pembukuan Menghitung PKP Dikurangi Biaya Pengeluaran
Dikurangi PTKP Menghitung Tarif Tarif Lapisan PKP 25%. Enny, 2008

E. Tarif PPh WP Luar Negeri


WP LUAR NEGERI adalah Orang Pribadi, BUT dan Karyawan Pengusaha.
Penghasilan Bruto Pemotongan Dibayar Sendiri Tarif 20% (Psl 26 ayat (1) UU
PPh) Tarif 25% (Psl 17 (2) UU PPh).

F. PPh Pasal 26 WP BUT


PKP WP BUT sesudah dikurangi PPh sepadan sebesar 25%, masih
dipotong 20% lagi, kecuali penghasilannya ditanamkan kembali di Indonesia.
Contoh:
PKP BUT Tahun 2011 = Rp. 5.000.000.000,- PPh BUT tahun 2011 = 25% X
Rp. 5.000.000.000,- = Rp. 1.250.000.000,- PKP setelah Pajak = Rp.
3.750.000.000,- PPh Pasal 26 terutang = 20% X Rp. 3.750.000.000,- = Rp.
750.000.000,- Pasal 26 ayat (4) UU PPh .

G. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Psl 7 UU 36/2008_PPh…...

H. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Sampai dgn 50.000.000 tarif pajak 5%


Diatas 50.000.000 s/d 250.000.000 tarif pajak 15%
Diatas 250.000.000 s/d 500.000.000 tarif pajak 25%
Diatas 500.000.000 tarif pajak 30%
Tarif deviden tariff pajak 10%
Tidak memiliki NPWP (untuk PPh pasal 21) tariff pajak 20% lebih tinggi dari
yg seharusnya.
Tidak mempunyai NPWP utk yg dipungut/dipotong (PPh psl 23) tariff pajak
100% lebih tinggi dari yg seharusnya.

I. Pengurangan Penghasilan WP OP
 Pasal 21 ayat (3) UU PPh dan PMK No. 250/PMK.03/2008
 Bagi pegawai tetap besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah
penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, dan
Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian iuran pensiun termasuk
juga iuran tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang dibayar oleh
pegawai.
 Biaya Jabatan sebesar 5% atau setinggi-tingginya 6 Juta setahun atau
500 ribu sebulan.
 Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah jumlah
penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan Penghasilan
Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian pensiunan termasuk juga penerima
tunjangan hari tua atau tabungan hari tua.
 Biaya Pensiun sebesar 5 % atau setinggi-tingginya 2.400.000,- setahun
atau 200 ribu sebulan. Enny, 2008

J. Penghitungan Norma
 Persyaratan Penghitungan Norma:
a. Wajib Pajak Orang Pribadi;
b. Omzet >4,8 M pertahun;
c. Mengajukan Permohonan Tertulis; dan
d. Tetap wajib membuat catatan atas peredaran usaha.
 Apabila persyaratan tidak terpenuhi, maka wajib dengan Pembukuan
 Tarif perkiraan neto (Norma) telah ditentukan oleh Ditjen Pajak menurut
bidang usahanya. (Kep-536/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000)
 Penghasilan Neto = Pengasilan Bruto X Tarif Norma

 CONTOH PENGHITUNGAN NORMA


NETO BERDASARKAN PEMBUKUAN
Persyaratan Penghitungan Norma:
a) Wajib Pajak Orang Pribadi, pengusaha dengan omzet
 <4,8 M pertahun;
 Penghasilan Bruto = penghasilan yang termasuk obyek Pajak
 Biaya = biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan
b) Seluruh wajib pajak badan

K. Biaya-Biaya Yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto


BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA
PENGHASILAN TERMASUK:
1) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha (biaya pembelian bahan, Biaya Gaji,bunga, sewa, dan royalti,biaya
perjalanan,biaya pengolahan limbah, premiasuransi, biaya promosi dan
penjualan, biaya administrasi , dan pajak kecuali Pajak Penghasilan)
2) Biaya penyusutan fiska ldan/atau amortisasi
3) Iuran kepada dana pension yg pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan (OP)
4) Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
5) Kerugian dar iselisih kurs
6) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia
7) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang memenuhi syarat tertentu
dgn Kep Dirjen Pajak
9) Zakat dan sumbangan wajib keagamaan
10)Pembentukan dan pemupukan cadangan piutang tak tertagih khusus untuk
usaha bank, leasing, cadangan untuk usaha asuransi, Penjamin LPS, cad.
Penanaman kembali hutan, cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan, dan cad. Biaya penutupan limbah
11) Kempensasi kerugian tahun sebelumnya (maksimal 5 tahun sebelumnya)
12) Penggantian atau imbalan dlm bentuk natura dan kenikmatan yang terbatas
berupa:
 Biaya makan dan minum untuk seluruh pegawai, atau • Natura dan
kenikmatan didaerah terpencil, atau
 Natura berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan (baju seragam satpam)
 Sumbangan Khusus untuk : - Bencana Nasional, - Penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia, - Pembangunan
infrastruktur sosial, - Fasilitas pendidikan , dan - Pembinaan olahraga
 Untuk biaya kendaraan sedan, sejenis boleh dibebankan 50%
 Untuk biaya telepon seluler dapat dibebankan 50%

L. Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto


1. WP badan pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
2. Biaya yg dibebankan utk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota pembentukan Dana cadangan kecuali cadangan untuk jenis usaha
tertentu.
Penggantian/ imbalan pekerjaan/jasa yg diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali;
 penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai
 Di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang ditetapkan kepmenkeu (kmk no. 466/kmk.04/2000) jumlah yang
melebihi kewajaran yg dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak
yg mempunyai hubungan istimewa.
Harta yg dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan kecuali
sumbangan tertentu.

M. Pajak Penghasilan
Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau
orang yang menjadi tanggungan.
Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yg modalnya
tidak terbagi atas saham.
Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan pph 3

N. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Dan Bentuk Usaha Tetap Enny, 2008
Tahun 2009 tarif pajak 28%
Tahun 2010 dan selajutnya tariff pajak 25%
PT yang sahamnya 40% sahamnya diperdagangkan dibursa efek tariff pajak
5% lebih rendah dari yg seharusnya.
O. Tambahan Tarif Lainnya
 .Tarif Pajak yang dikenakan atas objek pajak (PBB) adalah = 0,5%
 Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah = 10 % Dengan Peraturan Pemerintah
menjadi paling rendah = 5 % Dengan Peraturan Pemerintah menjadi paling
tinggi = 15 % Atas ekspor barang/jasa kena pajak = 0 %
 Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah Paling rendah = 10
%Paling tinggi = 200 %Atas ekspor barang kena pajak = 0 %.

Anda mungkin juga menyukai