Anda di halaman 1dari 9

Menurut Rochmat Soemitro 11987:1) pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya terdapat

dalam masyarakat. Jika tidak ada masyarakat tidak ada pajak. Masyarakat yang dimaksudkan adalah
masyarakat hukum atau Gemeinschaft menurut istilah Ferdinand Tonies (dalam Rochmat Soemitro,
1987:1), bukan masyarakat yang bersifat Geselschaft. Penghasilan negara adalah berasal dari
masyarakat melalui pemungutan pajak, atau dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara. Jadi
penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan
pribadi individu seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya. Jadi dimana ada
kepentingan masyarakat, disitu timbul pemungutan pajak, sehingga pajak adalah senyawa dengan
kepentingan umum.

Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-Dasar
Hukum Pajak Dan Pajak Pendapatan “ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-Undang ( yang dapat dipaksakan) dengan mendapat jasa-jasa timbal
(kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum”. Sedangkan Hukum Pajak atau juga disebut hukum fiskal, adalah
“keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas
negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antar negara & orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban
membayar pajak (wajib pajak)”.
C. Unsur-Unsur dan Ciri-Ciri Pajak
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara ekonomis
(pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian
secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang
unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD
1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dalam undang-undang”.
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan
secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan
melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan
bermotor.
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam
rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak
memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag-
undangan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

1
Ciri-Ciri Pajak menurut pengertian dari Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. adalah
Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib
pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak /administrator pajak).
D. Berbagai Macam Pungutan
Syarat pemungutan pajak :
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat
akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan
berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka
pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:
1. Pemungutan pajak harus adil
Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan
dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam
pelaksanaannya.
Contohnya:
 Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak.
 Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak.
 Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran.
 Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk
keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:
 Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin
kelancarannya.
 Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.
 Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak.
 Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi
perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan
sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat
pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.
2. Pemungutan pajak harus efesien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan
sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh
karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan
demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari
segi penghitungan maupun dari segi waktu.
3. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak.
Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang
harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk
meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak
rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.
Contoh:
 Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
 Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%.
 Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan
menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi).
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK :
a. Menurut Adam Smith ( Pencetus Teoir Four Maxim di buku "Wealth of Nations” )
 Asas Equality : berarti asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan dan
didefinisikan bahwa pemungutan pajak yang dilakukan harus adil, sesuai dengan kemampuan
dan penghasilan wajib pajak, tanpa memihak- mihak dan diskriminatif.
 Asas Certainty : yang dimaksud dengan asas certainty adalah asas kepastian hukum dimana
setiap pungutan pajak yang dilakukan harus berdasarkan Undang Undang dan tidak boleh ada
penyimpangan.
 Asas Convinience of Payment ( Asas Kesenangan ) : Asas ini disebut juga dengan asas
pemungutan pajak tepat waktu, yaitu pajak dipungut saat wajib pajak berada di saat yang baik
dan sedang bahagia, misalnya saat baru menerima penghasilan (pajak penghasilan) atau
memperoleh hadiah ( pajak hadiah ).
 Asas Eficiency : yaitu biaya pemungutan pajak dilakukan seefisien mungkin sehingga tidak
terjadi biaya administrative pemungutan pajak lebih besar daripada penerimaan pajak itu
sendiri.
b. Menurut W.J. Langen, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut.
 Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya
penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
 Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
 Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
 Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain
harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
 Asas beban yang sekecil-kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya
(serendah-rendahnya) jika dibandinglan sengan nilai obyek pajak. Sehingga tidak
memberatkan para wajib pajak.

c. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pahak adalah sebagai berikut.


 Asas politik finalsial : pajak yang dipungut negara jumlahnya memadadi sehingga dapat
membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.
 Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat Misalnya: pajak pendapatan, pajak untuk
barang-barang mewah.
 Asas keadilan yaitu pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi
yang sama diperlakukan sama pula.
 Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus
membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya biaya
pajak.
 Asas yuridis segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.
Sumber: http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:DTZhphSUuHgJ:id.shvoong.com/law-and-politics/taxation-law/2180768-asas-
pemungutan-pajak-menurut-para/
+pungutan+pajak&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz1YPX9igeP

TEORI PEMUNGUTAN PAJAK :


Menurut R. Santoso Brotodiharjo SH, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ada
beberapa teori yang mendasari adanya pemungutan pajak, yaitu:
1. Teori asuransi, menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi
warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan
harta bendanya. Untuk perlindungan tersebut diperlukan biaya seperti layaknya dalam
perjanjian asuransi deiperlukan adanya pembayaran premi. Pembayaran pajak ini
dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara. Teori ini banyajk ditentang
karena negara tidak boleh disamakan dengan perusahaan asuransi.
2. Teori kepentingan, menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya
kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam
perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka
semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak ditentang, karena
pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan perlindungan orang miskin lebih tinggi
daripada orang kaya. Ada perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain.
Bahkan orang yang miskin justru dibebaskan dari beban pajak.
Dalam melakukan pemungutan pajak terdapat beberapa macam cara atau sistem pemungutan
pajak, yaitu :
1 Sistem Pemungutan Proporsional adalah pukul rata persentase pajak yang dikenakan untuk
semua objek pajak. Contohnya adalah pajak Pertambahan Nilai / PPN di mana semua harga
barang di tingkat akhir dikenakan pajak PPN adalah sama sebesar 10%. (10 - 10 - 10 - 10).
2 Sistem Pemungutan Progresif adalah menaikkan persentase pajak yang kena dan harus
dibayar sesuai kenaikan objek pajak. Kenaikan prosentasenya sesuai dengan kenaikan objek
pajak yang kena pajak. (10 - 20 - 30 - 40).
3 Sistem Pemungutan Regresif adalah menurunkan persentase pajak yang kena dan harus
dibayar sesuai penurunan objek pajak. Jenis pemungutan pajak ini kebalikan dari sistem
pemungutan pajak progresif. (10 - 8 - 6 - 4).
4 Sistem Pemungutan Degresif adalah menaikkan persentase pajak yang kena dan harus
dibayar sesuai kenaikan objek pajak, namun besarnya persentase kenaikan pajak semakin
menurun dari tingkat ke tingkat. Sistem ini mirip dengan sistem progresif, namun kenaikan
prosentase akan semakin kecil walaupun prosentasenya naik. (10 - 18 - 24 - 28).
E. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas
maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
 Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

 Fungsi mengatur (regulerend)


Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan
fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan
berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
 Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
 Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

F. Pendekatan dalam Mempelajari Pajak


Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masyarakat:
Pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk pengajaran yang
memadukan antara sekolah dan masyarakat, dengan cara membawa sekolah kedalam
masyarakat, dan atau membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan
pengajaran/pendidikan yang ditetapkan.
Pembelajaran kontektual adalah kaidah pembelajaran yang menggabungkan isi
kandungan dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan alam pekerjaan. Kaidah ini
menyediakan pembelajaran secara kongkrit atau melibatkan hands–on dan mind-on.
Ciri-ciri pajak yang lain dalam berbagai definisi :
1 Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah
2 Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya,
sehingga dapat dipaksakan
3 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara
individual yang diberikan oleh pemerintah
4 Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
5 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai investasi public.
6 Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah
7 Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung

ASAS PEMUNGUTAN PAJAK


a. asas keadilan : Menurut Teori yang mendasari Pengertiannya
1) Asas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan pada orang pribadi yang
harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan
manfaat yang diterima.
2) Asas Certainty
Penetapan pajak hendaknya tidak sewenang-wenang, jadi wajib pajak harus mengetahui
kapan membayar dan batas waktu pembayaran
3) Asas Convenience of Payment
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak
menyulitkan Wajib Pajak, misalnya pada saat memperoleh penghasilan.
4) Asas Economy
Secara ekonomi, biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak
diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul.
b. Asas Manfaat
Pengenaan pajak hendaknya seimbang dengan keuntungan (manfaat) yang didapat wajib
pajak dari jasa-jasa public yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan criteria ini, maka
pajak dikatakan adil bila seseorang yang memperoleh kenikmatan lebih besar dari jasa-jasa
publik yang dihasilkan oleh pemerintah dikenakan proporsi lebih besar. PBB menggunakan
prinsip benefit dalam mengukur aspek keadilan dalam perpajakan. Fungsi negara adalah
memberikan perlindungan terhadap kekayaan warga, dan karenanya pemiliknya
berkewajiban ikut membayar keperluan-keperluan negara.
c. Asas Pembuatan Undang-undang
a. Asas Yuridis
Untuk menyatakan suatu keadilan, hukum pajak harus memberikan jaminan hokum kepada
negara atau warganya. Oleh karena itu, pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-
undang. Landasan hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1945.
b. Asas Ekonomis
Seperti pada uraian sebelumnya, pajak mempunyai fungsi regular dan budgeter. Asas
ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa negara menghendaki agar kehidupan
ekonomi masyarakat terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak
menghambat kelancaran ekonomi sehingga kehidupan ekonomi tidak terganggu.
c. Asas Finansial
Berkaitan dengan hal ini, fungsi pajak yang terpenting adalah fungsi budgeter nya, yakni
untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara. Sehubungan dengan itu,
agar diperoleh hasil yang besar, maka biaya pemungutannya harus sekecil-kecilnya.
d. Asas yuridiksi pemungutan pajak
a. Asas Tempat Tinggal
Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan wajib Pajak
berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib Pajak yang bertempat tinggal di Indonesia
dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau
berasal dari luar negeri (Pasal 4 Undang-undang Pajak Penghasilan).
b. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk membayar pajak.
c. Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada suatu
negara yang memungut pajak. Dengan demikian Wajib Pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenai pajak di Indonesian tanpa memperhatikan
tempat tinggal Wajib Pajak.
PAJAK GOLONGAN
Jenis – jenis pajak menurut golongannya dapat dibagi menjadi dua macam antara lain :
a) Pajak langsung , adalah pembayaran pajak yang tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain .
Sebagai contoh : pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan. Ciri-ciri pajak langsung
antara lain ;
 Ada kohir / surat ketetapan pajak.
 Pembayarannya bersifat ajek / berkesinambungan.
 Pemungutannya secara berkala, biasanya satu tahun sekali.
b) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembayarannya bisa dilimpahkan kepada pihak
lain, misalnya pajak penjualan / PPN. Ciri – ciri pajak tidak langsung antara lain :
 Tidak memiliki kohir
 Dipungut setiap terjadi transaksi
 Bisa dilimpahkan kepada orang lain
PAJAK SUBJEKTIF DAN PAJAK OBJEKTIF
 Subjektif yaitu suatu pajak yang pengenaan pertama-tama memperhatikan subjek atau badan
pribadi dari wajib pajak dan untuk menetapkan pajaknya dicari/ditemukan alasan-alasan
yangg objektif yang berhubungan erat dengan keadaan material dari wajib pajak.
 Objektif yaitu pemungutan pajak yang pertama-tama melihat kepada objeknya berupa
keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang menyebabkan timbul kewajiban pajak. Kemudian
dicari sumbernya (orang atau badan hukum) yang betempat tinggal di dalam atau di luar
Indonesia.
PAJAK PUSAT DAN PAJAK DAERAH
 Pajak pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (dalam hal ini dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak) guna membiayai rumah tangga pemerintahan pusat dan tercantum
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Besaran pajak pusat ditetapkan
melalui undang-undang dan PP/Perpu
Jenis-Jenis Pajak Pusat :
1 Pajak Penghasilan (PPh)
2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
5 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
6 Bea Materai
 Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (dalam hal ini dilakukan
oleh Dinas Pendapatan Daerah / Dispenda) yang digunakan untuk membiayai rumah tangga
pemerintah daerah dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Besaran dan bentuk pajak daerah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda).
Contoh Pajak Daerah:
1 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
2 Pajak Hotel dan Restoran
3 Pajak Hiburan dan tontonan
4 Pajak Reklame
5 Pajak Penerangan Jalan
6 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

Sistem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak di Indonesia dibagi menjadi tiga, antara lain :
 Sistem Self Assestment
Dalam sistem self assestment, wajib pajak sendiri yang menghitung, menetapkan,
menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang. Fiskus hanya berperan untuk mengawasi,
misalnya melakukan penelitian apakah Surat Pemberitahuan (SPT) telah diisi dengan lengkap
dan semua lampiran sudah disertakan, meneliti kebenaran penghitungan dan meneliti
kebenaran penulisan.
Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan kebenaran data yang
terdapat di SPT wajib pajak, fiskus dapat melakukan pemeriksaan. PPh orang pribadi dan
badan serta PPN menggunakan sistem ini.

 Sistem Official Assestment


Berbeda dengan sistem self assestment, dalam sistem official assestment, fiskus yang
berperan aktif dalam menghitung dan menetapkan besarnya pajak yang terutang.
PBB menganut sistem ini, karena besarnya pajak yang terutang dihitung dan ditetapkan oleh
fiskus melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

 Sistem Withholding
Dalam sistem withholding, pihak ketiga yang wajib menghitung, menetapkan, menyetorkan
dan melaporkan pajak yang sudah dipotong/dipungut. Misalnya pihak perusahaan atau
pemberi kerja berkewajiban untuk menghitung berapa PPh yang harus dipotong atas
penghasilan yang diterima pegawainya. Kemudian perusahaan atau pemberi kerja tersebut
harus menyetorkan, dan melaporkan PPh pegawainya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak.

Anda mungkin juga menyukai