Anda di halaman 1dari 11

Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA


Definisi Pajak

• Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.:


iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum

• Menurut Prof. Dr. Adriani.:


Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan yang tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan

• Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja :


iuran wajib berupa uang atau barang, yang menutup biaya produksi barang2 dan
jasa2 kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

• Menurut Mr.DR.N.J. Feldmann :


prestasi yang dapat dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norm-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

• Menurut Pasal 1 UU No.8 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan stdtd UU No.16 Tahun 2009
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Fungsi Pajak

• Menurut Fritz Neumark :


Fiscal/budgetory function,
manfaat dan eksistensi pajak guna menutup pengeluaran pemerintah yg tidak
dibiayai dr pos-pos ttt (laba perusahaan, cetak uang baru, obligasi)
Fungsi ekonomi,
untuk menggalakkan tujuan-tujuan umum pemerintah (mencegah pengganguran,
kestabilan moneter, pertumbuhan ekonomi)
Fungsi social,
sebagai alat pemerataan pendapatan (memperkecil beda pendapatan)

• Menurut Earl R. Rolph :


Revenue (pendapatan),
pajak dipungut sesuai dg kebutuhan dana & kebijakan pemerintah

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 1


Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

Resource reallocation
(pemindahan sumber pendapatan), pajak dipungut guna merubah perilaku
prodosen dan konsumen.
Income redistribution (pembagian pendapatan),
pajak dipungut secara progresif, maka yang miskin akan terbantu oleh si kaya
secara tak langsung dalam pembayaran pajak.

• Secara Umum:
Fungsi Budgeter
sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran -
pengeluaran pemerintah. Misal: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai
penerimaan dalam negeri
Fungsi Reguler (mengatur)
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan
ekonomi. Misal: pajak yang tinggi dikenakan kepada minuman keras, dengan
tujuan untuk mengurangi konsumsi minuman keras

AZAS PERPAJAKAN

Ajaran Azas Pemungutan Pajak Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya An Inquiri into The
Nature and Causes of the Wealth of Nations, sbb :
 Asas Equality,
bahwa tekanan pajak diantara subjek pajak masing-masing dilakukan seimbang dengan
kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya masing-masing.
Tidak dibolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi di antara sesama wajib pajak.

 Asas certainty,
Pajak yang dibayar mempunyai kepastian hukum dan tidak mengenal kompromi.
Kepastian hukum yang dipentingkan adalah yang mengenai subjek, objek, besarnya
pajak dan ketentuan mengenai jangka waktu pembayaran pajaknya.

 Conveinent of payment,
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu saat
sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan yang bersangkutan.

 Asas Efisiensi,
Bahwa pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya, jangan sekali-kali
biaya pemungutan lebih besar dari pemasukan pajaknya.

Azas pemungutan pajak lainnya


 Asas Tempat Tinggal / Domisili
– Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan WP yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 2


Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

 Asas Sumber
– Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari
wilayahnya tanpa memperhatikan dimana WP tersebut berdomisili.
 Asas Kebangsaan
– Pemungutan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan sessorang di suatu
Negara. Indonesia menganut asas kebangsaan secara negative melalui Pajak
bangsa Asing, yakni pengenaan pajak bagi bangsa asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.

Stelsel Pajak
Stelsel Nyata (Riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) sesungguhnya,
pengenaannya baru dapat dilakukan setelah berakhir tahun pajak.
Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel )
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-
undang. Misal: penghasilan suatu tahun pajak dianggap sama dengan tahun
sebelumnya. Dengan demikian maka pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan
besarnya pajak terutang pada tahun berjalan.
Stelsel Campuran
Pengenaan pajak yang didasarkan pada campuran stelsel (gabungan stelsel riel dan
stelsel fiktif)

Sistem Pemungutan Pajak


Self Assessment System
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menetapkan sendiri
jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Self assessment System memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk :


- Menghitung sendiri pajak yang terutang;
- Memperhitungkan sendiri pajak yang kurang atau lebih dibayar;
- Membayar sendiri; dan
- Melaporkan sendiri pajak yang terutang

Official Assessent System


adalah suatu system pemungutan pajak, dimana aparatur pajak menetapkan sendiri
jumlah pajak yang terutang.
Dalam sisitem ini inisiatif dan kegiatan dalam menghitung dan menetapkan pajak
sepenuhnya berada di tangan aparatur pajak.

Withholding System
Adalah suatu system pemungutan pajak, dimana penghitungan, pemotongan dan
pembayaran serta pelaporan dipercayakan kepada pihak ke tiga oleh pemerintah.

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 3


Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

Yang dimaksud pihak ketiga, misalnya Badan, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Anggaran,
dan Bendaharawan.

Jenis-jenis Pajak
a) Menurut lembaga Pemungutnya :
- Pajak Pusat / Pajak Negara
adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, Kementerian Keuangan dan
pelaksananya adalah Kantor Pelayanan Pajak.
Contoh : PPN & PPnBM, PPh, dll
- Pajak Daerah
adalah pajak yang dipungut oleh daerah Propinsi dan atau Kabupaten dan Kota
Contoh : Pajak Kendaraan, Pajak Restoran, Pajak Hotel, dll

b) Menurut Sifatnya :
- Pajak Subjektif
adalah : pajak-pajak yang pemungutannya berpangkal pada diri orangnya
(subjeknya), keadaan diri wajib pajak dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah
pajak yang harus dibayar.
Contoh : Pajak Penghasilan

- Pajak objektif
adalah pajak yang pemungutannya berpangkal pada objeknya dan pajak ini dipungut
karena keadaan, perbuatan dan kejadian yang dilakukan atau terjadi dalam wilayah
Negara dengan tidak mengindahkan kediaman atau subjeknya,
Contoh: cukai rokok, tanpa memandang subjeknya kaya atau miskin, bujangan atau
sudah berkeluarga, dll.

c) Menurut golongan
 Pajak langsung
adalah pajak-pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan
tanpa dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Penghasilan

 Pajak Tidak Langsung


adalah suatu pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan (digeserkan) kepada pihak
lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai  yang menanggung adalah pihak konsumen
(pihak ketiga) terakhir.

Hukum Pajak

Hukum Pajak Formal :


Peraturan-peraturan mengenai cara-cara untuk menjelmakan hukum material menjadi
suatu kenyataan.

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 4


Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

Memuat cara-cara penyelenggaraan penetapan suatu utang pajak, kontrol oleh


pemerintah terhadap penyelenggaraannya, kewajiban Wajib Pajak (sebelum dan
setelah menerima ketetapan pajak), kewajiban pihak ketiga dan prosedur
pemungutannya
Untuk melindungi fiskus dan WP, memberi jaminan hukum pajak material akan dapat
diselenggarapan setepat-tepatnya.
Contoh : UU KUP, UU PPSP, UU PP

Hukum Pajak Material :


mengatur norma-norma yang menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan,
dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak;
siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, apa objek pajaknya dan berapa besar
pajaknya.
Hukum yang mengatur segala sesuatu tentang timbul, besar dan hapusnya utang pajak
serta mengatur hubungan antara pemerintah dengan Wajib Pajak
Contoh : UU PPh, UU PPN&PPn BM, UU Bea Materai

Teori Pajak
1. Teori Asuransi, negara menganggap dirinya sebagai perusahaan asuransi dan Wajib
Pajak sebagai tertanggung yg wajib membayar premi (pajak).

2. Teori Kepentingan, negara berhak memungut pajak, karena penduduk negara punya
kepentingan pada negara. Makin besar kepentingan penduduk pada negara, makin besar
perlindungan yang diberikan padanya, dan makin besar pula pajak yang dibayarkan.

3. Teori Bakti, penduduk adalah bagian dari suatu negara, terikat pada keberadaan negara,
karenanya harus berbakti pada negara dengan membayar pajak. Teori ini menganjurkan
untuk tidak bertanya apa dasar negara pungut pajak.

4. Teori daya beli, pembenaran pemungutan pajak terletak pada efek/akibat pemungutan
pajak. Pemungutan pajak membawa efek positip hampir di semua negara, yaitu
tersedianya dana yang cukup guna membiayai pengeluaran umum negara.

5. Teori Pembangunan, dana yang terkumpul dari pajak guna pembangunan yg membuat
rakyat menjadi adil, makmur, sejahtera.

6. Teori Kontrak, pajak semata-mata suatu jumlah tertentu yang diberikan penduduk
kepada pemerintah sebagai penggganti jasa atas perlindungan pada penduduk.

7. Teori organisasi, penduduk secara bersama-sama mempunyai kewajiban secara alamiah


untuk menunjang negara dengan membayar pajak.

8. Teori daya pikul, dalam pemungutan pajak pemerintah harus memperhatikan daya pikul/
kemampuan WP. Maka dalam PPh dikenal PTKP, dlm PBB ada NJOPTKP.

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 5


Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

KETENTUAN UMUM DAN TATACARA PERPAJAKAN


Self Assessment System
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak menetapkan sendiri jumlah
pajak terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Self assessment System memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk :


- Menghitung sendiri pajak yang terutang;
- Memperhitungkan sendiri pajak yang kurang atau lebih dibayar;
- Membayar sendiri; dan
- Melaporkan sendiri pajak yang terutang

Wajib Pajak yang sudah memenuhi kewajiban pajak Subyektif dan Obyektif wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.

Subyek Pajak Dalam Negeri


a. orang pribadi yang :
- bertempat tinggal di Indonesia,
- berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
- dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia;
b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Subyek Pajak Luar Negeri


 orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
 badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang :
- menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia atau
- dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tanpa melalui BUT di
Indonesia.

Obyek Pajak
Adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk komsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Yang Wajib Mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan Memiliki NPWP
a. WP Orang Pribadi
- Menjalankan usaha / pekerjaan bebas
Paling lambat mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan memiliki NPWP, satu bulan
setelah saat usaha dijalankan.
- Tidak menjalankan usaha / pekerjaan bebas tetapi berpenghasilan dalam satu bulan
di atas PTKP. Paling lambat mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan memiliki
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 6
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

NPWP, akhir bulan berikutnya setelah penghasilannya melebihi PTKP.


- Wanita kawin pisah harta
Mendaftarkan diri sesuai persyaratan diatas.

b. WP Badan
Paling lambat mendaftarkan diri satu bulan setelah saat usaha dijalankan.

c. WP Pemungut atau Pemotong Pajak


Paling lambat mendaftarkan diri sebelum saat terutang PPh.

Yang wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) :


a. WP Orang Pribadi
b. WP Badan
yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha yang dikenakan PPN sesuai UU PPN wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Saat mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai PKP :


a. Sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak, untuk
- WP Orang Pribadi
- WP Badan
b. Paling lambat pada akhir masa pajak berikutnya setelah omzet melebihi 600 juta, untuk
Pengusaha Kecil

Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan


Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat menerbitkan NPWP dan atau PKP secara jabatan
dalam hal :
- WP telah menenuhi persyaratan objektif dan subjektif namun tidak mau mendaftar
- Pengusaha yang dikenai PPN namun tidak melaporkan usahanya

Dalam hal diterbitkan NPWP dan atau dikukuhkan PKP secara jabatan, Kewajiban
perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak saat WP memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama
5 tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP.

Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)


Surat Pemberitahuan (SPT) adalah Surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan
Penghitungan dan atau Pembayaran Pajak, Objek Pajak dan atau bukan Objek Pajak, dan
atau Harta dan Kewajiban yang terdiri dari :

- SPT Masa : untuk suatu masa pajak


- SPT Tahunan : untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 7


Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)


a. Bagi PPh (Umum)
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak terutang dan
melaporkan :
- pembayaran pajak tahun berjalan
- Pemotongan pajak oleh pihak lain
- penghasilan yang merupakan Obyek Pajak – bukan obyek pajak
- Harta dan kewajiban

b. Bagi PKP
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN & PPnBM yang
terutang dan melaporkan:
- Pengkreditan PM-PK
- Pembayaran sendiri maupun melalui pihak lain dalam satu masa pajak

c. Bagi Pemotong / Pemungut


Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkannya

Cara Penyampaian SPT:


a. Secara langsung melalui loket Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP
Tanda terima SPT merupakan Bukti Penerimaan SPT
b. Melalui Kantor Pos atau jasa pengiriman ekspedisi secara tercatat.
Bukti pengiriman surat merupakan Bukti Penerimaan SPT
c. Secara elektronik melalui aplikasi e-filling
Bukti penerimaan elektronik merupakan Bukti Penerimaan SPT

SPT dianggap tidak disampaikan dalam hal:


- tidak ditandatangani;
- tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen;
- SPT LB disampaikan setelah 3 tahun dan telah ditegur secara tertulis;
- disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat
ketetapan pajak.

Batas waktu penyampaian SPT dan sanksi nya:


Sanksi terlambat
No Jenis SPT Paling Lambat
lapor
1 SPT Masa Lainnya Max 20 hari setelah Rp 100.000,-
- SPT Masa PPh Pasal 21/26 akhir masa pajak
- SPT Masa PPh Pasal 22
/pemungut lainnya
- SPT Masa PPh Pasal 23/26
- SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2
- SPT Masa PPh Pasal 15

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 8


Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

- SPT Masa PPh Pasal 25


2 SPT Masa PPN Max akhir masa pajak Rp 500.000,-
berikutnya
3 SPT Masa PPh Pasal 22 dan Max 7 hari setelah Rp 100.000,-
PPN/PPnBM oleh Bea Cukai Penyetoran
4 SPT Masa PPN/PPnBM & PPh Psl 22 Max tgl 14 setelah Rp 100.000,-
oleh Bendaharawan akhir masa pajak

5 SPT Tahunan Orang Pribadi Max 3 bulan setelah Rp 100.000,-


akhir thn pajak
6 SPT Tahunan PPh Badan Max 4 bulan setelah Rp 1.000.000,-
akhir thn pajak

Sanksi keterlambatan tidak dikenakan atas :


 WP OP yang telah meninggal dunia
 WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
 WP OP WNA yang tidak lagi tinggal di Indonesia
 BUT yang tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia
 Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
 WP Badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tapi belum dibubarkan.
 WP yang terkena bencana (diatur dgn Permenkeu)
 WP lain (diatur dengan Permenku), meliputi :
- kerusuhan massal;
- kebakaran;
- ledakan bom atau aksi terorisme;
- perang antar suku; atau
- kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara/perpajakan

Mekanisme pembayaran pajak :


1. Membayar sendiri pajak terutang : PPh Pasal 25, dan 29
2. Pemotongan/pemungutan pihak lain : PPh Pasal 21, 22, 23, 26, 4(2), dan 15
3. Pemungutan pihak penjual : PPN
4. Pembayaran pajak lainnya : PBB, Bea Materai

Pembukuan dan Pencatatan

Pembukuan adalah : suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut.

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 9


Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

Yang wajib melakukan pembukuan adalah :


- WP OP yang melakukan usaha / pekerjaan bebas
- WP Badan
kecuali WP OP yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Ketentuan mengenai Pembukuan :


Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan:
- memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya
- menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menkeu
- harus diselenggarakan di Indonesia
- diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual dan stelsel kas
- Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Dirjen Pajak

Ketentuan mengenai Pencatatan :


Pencatatan terdiri atas data :
- yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
- sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang,
- termasuk penghasilanyang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat
final.

Pembetulan SPT
1. Pembetulan SPT Pasal 8 ayat 1 UU KUP
Syarat :
- belum dilakukan pemeriksaan
- jika menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan disampaikan paling lama 2 tahun
sebelum daluwarsa penetapan
jika menjadi kurang bayar terutang sanksi 2% / bulan sejak jt penyampaian SPT (SPT
Tahunan); atau sejak jt pembayaran (SPT Masa) s.d. tanggal pembayaran

2. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Pasal 8 ayat 4 UU KUP


Syarat :
- sedang diperiksa dan belum diterbitkan SKP
- dengan kesadaran sendiri
- mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT
- mengakibatkan :
a. pajak menjadi lebih besar/kecil; atau
b. rugi menjadi lebih besar/kecil; atau
c. jumlah harta menjadi lebih besar/kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar/kecil.
- melunasi sendiri pokok pajak + sanksi 50%
Pemeriksaan tetap dilanjutkan.
PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 10
Ringkasan Mata Kuliah Perpajakan– Kelompok I

3. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Pasal 8 ayat 3 UU KUP


Syarat :
- sedang dilakukan pemeriksaan Bukti Permulaan dan SPDP belum diserahkan kepada
Penuntut Umum
- dengan kesadaran sendiri
- mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan, mengenai :
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
- dengan pernyataan terulis, ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dilampiri
dengan:
a. penghitungan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya
terutang dalam format Surat Pemberitahuan;
b. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak;
dan
c. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) melunasi sendiri pokok pajak
+ sanksi 50%
Jika benar tidak dilanjutkan ke tindakan Penyidikan.

4. Pembetulan SPT Pasal 8 ayat 6 UU KUP


dalam hal Wajib Pajak menerima
- Surat Ketetapan Pajak,
- Surat Keputusan Keberatan,
- Surat Keputusan Pembetulan,
- Putusan Banding, atau
- Putusan Peninjauan Kembali
yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah
dikompensasikan dalam SPT Tahunan Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun
Pajak sebelumnya, dalam jangka waktu 3 bulan dengan syarat Dirjen Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.

--------- 00rmk-minggu-pertama- kelompoksatu 00--------

PPAk XVI Universitas Hasanuddin - Perpajakan Halaman 11

Anda mungkin juga menyukai