Anda di halaman 1dari 21

Filbert Linardi

195020200111061
Jurusan Manajemen
Pengantar Perpajakan
Pengertian Pajak

• Kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan


kembali kepada masyarakat melalui kas negara

• Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani


Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-
undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Ciri Ciri Pajak

• Dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya


dapat dipaksakan
• Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
• Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
• Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment
• Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur
Tinjauan Pajak dari Berbagai Aspek

• Masalah perpajakan tidaklah sesederhana menyerahkan sebagian


penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi bemacam-
macam coraknya tergantung dari pendekatannya

• Hal tersebut ditinjau dalam berbagai aspek, yaitu :


Aspek Ekonomi

• Pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan


kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak
ekonomi masyarakat
• Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan suatu kepentingan umum untuk
kepuasan Bersama, sehingga pajak yang dari masyarakat akan kembali lagi ke
masyarakat.
• Pajak digunakan untuk meningkatkan prasarana ekonominya yang berdampak
pada pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteran warganya.
Aspek Hukum

• Dasar Hukum : Pasal 23A Amandemen UUD 1945 (Pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur degan undang-
undang).

• Keseluruhan ketentuan perundang undangan dalam pemungutan pajak


digunakan oleh pemerintah untuk menegakan law enforcement di bidang
perpajakan
Aspek Keuangan

• Pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting dalam penerimaan


negara
• Struktur penerimaan negara sudah bergeser dari penerimaan negara yang
berupa hasil dari bumi , berupaya untuk menjadikan pajak sebagai
primadona pemasukan negara.
• Diharapkan rasio penerimaan dari pajak dapat meningkat setiap tahunnya,
sehingga dapat tercipta kemandirian dalam pembiayaan nasional.
Aspek Sosiologi

• Pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu menyangkut kaibat atau dampak
terhadap masyarakat atas pungutan dah hasil apakah yang dapat
disampaikan kepada masyarakat.

• Pajak bertujuan untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan


masyarakat secara merata dengan melakukan pembangunan di berbagai
sector.
Fungsi Pajak

• Fungsi Penerimaan (Budgeter)


Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayan
penegeluaran-pengeluaran pemerintah.

• Fungsi Mengatur (Reguler)


Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi.
Perbedaan Pajak dengan Hasil Pungutan
Lainnya
• Retribusi
Mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi, karena ditujukan untuk
mendapatkan suatu prestasi dari pemerintah
Contoh : Pembayaran uang kuliah, karcis masuk terminal.
Retribusi berdasar pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah

• Sumbangan
Pada sumbangan, tidak dapat ditunjuk orang yang mendapatkan prestasi, tetapi golongan
tertentu yang dapat menikmati kontraprestasi. Contoh : Korban bencana alam
Pengertian dan Kedudukan Hukum Pajak

• Diatur dalam Pasal 23A Amandem Undang-Undang Dasar bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang.
• Hukum pajak merupakan hukum publik yang termasuk kedalam bagian
hukum tata usaha negara
Hubungan Hukum pajak dengan Hukum
Perdata
• Masalah dasar pemungutan pajak : Peristiwa, keadaan, dan perbuatan.
• Pendapat beberapa ahli lebih dekat dengan masalah ajaran di bidang hukum yaitu
lex specialis derogat lex generale bahwa hokum harus mengeyampingkan hukum
yang umum.
• Pendapat Prof. Mr. W.F. Prins menyatakan hubungan erat sangatlah mungkin
antara Hukum pajak dengan hukum perdata.
• Karena lex specialis derogat lex generale adanya pengaruh hukum pajak dengan
hukum perdata, setiap undang-undang pernafsiran yang harus dianut pertama kali
yaitu berada dalam ketentuan khusus.
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum
Pidana

• Ketentuan tindak pidana di bidang


pajak tertuang dalam Pasal 38
sampai dengan pasal 43 Undang-Undang nomor 28 tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,Pasal 24 sampai
dengan pasal 27 Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan dan
Pasal 14 Undang-Undang Bea Materai
Penafsiran Hukum Pajak
• 1.Penafsiran tata bahasa (gramatika)
Cara penafsiran berdasarkan bunyi ketentuan undang-undang
• 2.Penafsiran Sahih (resmi/autentik)
Penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata sebagaimana yang diberikan oleh pembuat undang-undang
• 3.Penafsiran historis
Penafsiran historis didasarkan pada 2 hak yaitu sejarah hukumnya dan sejarah undang-undang
• 4.Penafsiran sistematis (dogmatis)
Penafsiran yang memperhatikan bunyi pasal-pasal lainnya dalam undang-undang
• 5.Penafsiran sosiologis
Penafsiran dengan mengingat maksud dan tujuan undang-undang
• 6.Penafsiran ekstensif
Dengan cara memperluas kata-kata dalam peraturan sehingga dapat dimaksudkan dalam ketentuuan itu
• 7.Penafsiran restriktif
• Penafsiran dengan mempersempit arti kata-kata
Hukum pajak formal dan Hukum Pajak
Materiil
1.Hukum Pajak Materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan perbuatan,peristiwa hukum yang
dikenai pajak (objek-objek),pihak yang dikenai pajak,berapa besar pajak yang
dikenakan,segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak,dan hubungan
hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh : Undang-undang Pajak Penghasilan
2.Hukum Pajak Formal
Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan pajak hukum materiil menjadi
kenyataan,memuat antara lain: a.tata cara penetapan utang pajak
b.hak-hak fiskus mengawasi wajib pajak
c.kewajiban wajib pajak
Pembagian Pajak Menurut Golongan Sifat dan
Pemungutannya
1.Menurut golongan atau pembeban,dibagi menjadi berikut ini:
a.Pajak Langsung
b.Pajak Tidak Langsung
2.Menurut Sifat:
a.Pajak Subjektif
b.Pajak Objektif
3.Menurut Pemungutan dan Pengelolanya,adalah sebagai berikut:
a.Pajak Pusat
b.Pajak Daerah
Perlawanan Terhadap Pajak

• Terlepas dari Kesadaran Warga untuk membayar pajak, pada sebagian besar
masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak, dalam hal demikian timbul
perlawanan terhadap pajak.
• 1.Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan
mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi.

2.Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif secara nyata terlibat pada semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari
pajak.
Asas-asas Pemungutan Pajak

• 1.Equality – Pemungutan harus besifat adil dan merata


• 2.Certainty- Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang pihak
otoritas pajak
• 3.Convenience – Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya
sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak.
• 4.Economy – Biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak
bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin
Cara Pemungutan Pajak
1.Stelsel Pajak
2.Sistem Pemungutan Pajak
• Stelsel Nyata (riil Stelsel)
• Sistem offiial Assessment
Pengenaan pajak didasarkan pada
objek (penghasilan) yang nyata Sistem yang memberi wewenang kepada
pemerintah untuk menentukan besarnya
• Stelsel Anggapan (fictive stelsel) pajak terutang
Pengenaan pajak didasarkan pada • Sistem Self Assessment
suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang Sistem dimana wajib pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung dan
• Stelsel Campuran melaporkan sendiri besaran pajak yang
harus dibayar
Merupakan gabungan dari stelsel nyata
dan stelsel anggapan.Pengenaan pajak • Sistem Withholding
didasarkan suatu anggapan,kemudiajn
pada akhir tahun besar pajak Sistem yang memberi wewenang pihak
disesuaikan keadaan yang sebenarnya. ketiga untuk memotong atau memungut
pajak dari wajib pajak
TARIF PAJAK

1.Tarif Marginal
Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan
pajak,contoh:Undang-Undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan
bagi wajib pajak orang pribadi bahwa tarif marginal untuk penghasilan kena
pajak 0-Rp50.000.000,00 sebesar 5% dan diatas Rp50.000.000,00 sampai
Rp250.000.000,00 sebesar 25%

2. Tarif Efektif
Persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar
pengenaan pajak tertentu
Hapusnya Utang Pajak
1.Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada Wajib pajak akan dihapus karena pembayaran pajak yang
dilakukan ke kas negara
2.Kompensasi
Terjadi apabila wajib pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak
3.Daluwarsa
Hak untuk melakukan penagihan pajak
4.Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dengan semestinya,tetapi karena ditiadakan
5.Penghapusan
Sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikan karena keadaan Wajib Pajak

Anda mungkin juga menyukai