Anda di halaman 1dari 9

Tugas

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH


“Pajak Restoran”

Pembimbing : Agus Subagiyo, S.AP., M.A.,BKP

Di susun Oleh :
Nama : Suparjono
NPM : CA181122366
Kelas : E21

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat-NYA sehingga tugas makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi dari
tugas kami ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, masih terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan malakah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Cikarang, 29 Mei 2021

ii
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sumber pendapatan negara di Indonesia itu terdapat dibeberapa sektor satu
diantaranya sektor pajak. Pajak telah merupakan isu utama, baik pada pemerintah maupun
pihak wajib pajak Indonesia. Karena meningkatnya kebutuhan pembangunan untuk
mencapai tujuan Negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 . Dimana tercantum dalam alinea ke IV (empat) yang berbunyi: “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untukmemajukan
kesejahteraan umum” Pajak sendiri terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pajak pusat dan pajak
daerah. Pembeda dari keduanya dapat dilihat dari instansi pajak atau pemerintah mana
yang berwenang, apakah pemerintah pusat atau daerah.
Pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah diatur dalam UndangUndang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta peraturan
pelaksanaan lainnya termasuk Peraturan Daerah. Salah satu jenis pajak yang potensinya
semakin berkembang seiring dengan meningkatnya bisnis rekreasi atau pariwisata
adalah Pajak Restoran. Sektor ini memiliki prospek yang bagus untuk penerimaan
daerah karena dengan meningkatknya sektor pariwisata, penerimaan Pajak Restoran juga
akan meningkat sehingga dapat menyumbangkan kontribusi yang cukup besar. Peraturan
Daerah No 12 Tahun 2010 Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran
sedangkan Restoran pengertiannya adalah tempat menyantap makanan dan minuman
yang disediakan, dipungut bayaran termasuk juga jasa boga dan catering.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pajak Restoran
2. Apa itu Sumber Hukum Pajak Restoran
3. Apa Dasar Hukum Pajak Restoran
4. Apa Subjek Hukum Pajak Restoran
5. Apa Objek Pajak Restoran
6. Cara Pemungutan Pajak Restoran

C. Tujuan
Agar dapat mengetahui Pajak Sarang Burung Walet dan mekanisme pemungutannya di
Indonesia.

D. Manfaat

1. Manfaat bagi Pembuat Kebijakan


2. Manfaat bagi Dunia Pendidikan
3. Manfaat bagi Peneliti

1
BAB II

Pembahasan
A. Definisi Pajak
Pajak dalam istilah asing disebut: tax (Inggris). Sesuai Kamus Bahasa Indonesia,
pajak diartikan sebagai pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh
penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan
pendapatan, pemilikan, jual beli barang, dan sebagainya. Berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1963 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2009, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pengertian Pajak dapat dikatakan sebagai balas jasa yang diberikan oleh
masyarakat kepada pemerintah atas fasilitas-fasilitas yang dapat kita nikmati untuk
hidup layak di dalam suatu Negara. Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintah, dan pembangunan daerah.

Adapun pengertian pajak menurut beberapa ahli sebagai berikut:


1. Prof. Dr. PJ. A. Adriani; Pajak ialah pungutan oleh pemerintah dengan paksaan
yuridis, untuk mendapatkan alat-alat penutup bagi pengeluaran- pengeluaran umum
(anggaran belanja) tanpa adanya jasa timbal khusus terhadapnya.
2. Smith; Pajak – pajak adalah prestasi – prestasi kepada pemerintahan, yang
terhutang melalui norma-norma umum yang ditetapkannya dan yang dapat
dipaksakannya tanpa adanya kontra prestasi- kontra prestasi terhadapnya, yang dapat
ditunjukkan dalam hal yang khusus (individual); dimaksudkan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran Negara.
3. Prof. S. I Djajadiningrat; Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian
daripada kekayaan kepada negra disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman menurut
peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum

2
B. Teori Pemungutan Pajak
Teori pemungutan pajak berdasarkan fungsi budgetair sebagai berikut:

1) Teori Asuransi, Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyat. Oleh karena itu, rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai
suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
2) Teori Kepentingan, Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada
kepentingan (misalnya perlindungan) masingmasing orang. Semakin besar
kepentingan seseorang terhadap Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
3) Teori Bakti, Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dan
negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari
bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
4) Teori Daya Pikul, beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya
harus dibayar sesuai dengan daya pikul masingmasing orang.
5) Teori Asas Daya Beli, Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.
Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga Negara.
Selanjutnya, Negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kepentingan seluruh
masyarakat lebih diutamakan.

C. Syarat Pemungutan Pajak


Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan, maka pemungutan pajak harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan),sesuai dengan tujuan hukum, yakni
mencapai keadilan, undang-undang, dan pelaksanaan pemungutan harus adil.
2) Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (syarat yuridis), di
Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.
3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi), pemungutan tidak boleh
mengganggu kelancaran kegiatan produksi atau perdagangan sehingga tidak
menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial), sesuai fungsi budgetair, biaya
pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil
pemungutannya. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, sistem pemungutan
yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.

D. Restoran
Menurut Ida (2011:55) pengertian restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau
minuman dengan dipungut bayaran .yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,
waning, bar,dan sejenisnya termasuk jasa boga alau catering dan pajak restoran adalah
pelayanan yang disediakanoleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas
tertentu yang ditetapkan oleh peraturan daerah.

3
E. Pengertian Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), Pajak
Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Tidak sedikit yang
beranggapan bahwa pajak yang tertera dalam struk saat membeli makan atau minum di
restoran maupun kafe merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Wajar saja, tarif pajak
yang ada di struk pembelian biasanya tertulis 10%. Sementara kebanyakan orang
menganggap itu sebagai tarif PPN yang umumnya dikenakan pada transaksi
pembelanjaan.
Namun yang pasti, pajak yang muncul pada setiap struk pembelian makanan dan
minuman itu bukanlah PPN, melainkan Pajak Restoran atau Pajak Bangunan 1 (PB1).
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).
Menyebutkan bahwa pajak restoran masuk dalam kategori pajak daerah, tepatnya
pajak kabupaten/kota, yang mendefinisikan Pajak Restoran sebagai pajak atas pelayanan
yang disediakan oleh restoran.Meski pemajakannya sama-sama dari transaksi jual-beli,
namun yang jadi pembeda dari PPN dan PB1 atau Pajak Restoran ini adalah dari segi
pemungut pajaknya. Jika PPN itu dipungut oleh Pemerintah Pusat (Pempus) dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak (DJP), sedangkan Pajak Restoran/PB1 dipungut oleh
Pemerintah Daerah (Pemda).

F. Sumber Hukum Pajak Restoran


Sumber hukum dari Pajak Restoran adalah Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Restoran

G. Dasar Hukum Pajak Restoran


Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar
hukum yang kuat dan jelas, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait.
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet pada suatu Kabupaten/Kota
sebagai berikut :
1. Pasal 2 ayat (2) huruf b Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU
PDRD)
2. Pasal 37 ayat (1) UU PDRD
3. Pasal 38 ayat (1) UU PDRD

H. Subjek Pajak Restoran


Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan atau
minuman dari restoran

I. Objek Pajak Restoran


Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran ,meliputi pelayanan
penjualan makanandan atau minuman 7 8 yang dikonsumsi oleh pembeli ,baik
dikonsumsi ditemoat pelayanan maupun di tempat lain kecuali pelayanan yang
disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang
ditetapkan dengan peraturan daerah.

4
J. Pemungutan Pajak Restoran
1. Tata Cara Pemungutan
a. Pajak terutang dipungut di wilayah dalam Daerah.
b. Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.
c. Wajib Pajak membayar sendiri pajak terutang berdasarkan SPTPD.
d. Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan
menggunakan SPTPD, SKPDKB dan/atau SKPDKBT.
2. Sanksi Administratif
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Walikota dapat
menerbitkan :
a. SKPDKB daiam hal :
1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;
2) Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari dan setelah ditegur secara tertuiis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
3) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung
secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap
yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besamya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak temtang dan tidak ada kredit pajak.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administratif berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud
pada ayat (I) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100%
(seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak
melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua
puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat
dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak
saat terutangnya pajak.

5
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Sistem pemungutan pajak menggunakan sistem self assessment dimana wajib pajak
diberikan kebebasan dalam mendaftarkan, melaporkan, menghitung dan membayar
pajaknya yang terutang. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Restoran dimulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak seperti pendataan
objek pajak, pendaftaran subjek pajak, pelaporan objek pajak, penentuan besarnya
pajak, pembayaran, penagihan sampai pengawasannya penyetorannya.

B. Saran
1. Semoga pemerintah lebih terbuka mengenai pajak-pajak daerah dan Sebaiknya para
pejabat pajak melakukan sosialisasi secara rutin tentang Undang-Undang Nomor 28
tahun 2009 tentang Pajak Restoran kepada masyarakat, agar masyarakat lebih
paham dan mengerti tentang pajak restoran tersebut.

2. Seharusnya wajib pajak memiliki kesadaran dalam melaporkan, mendaftarkan,


menghitung,dan membayar pajaknya dan Seharusnya wajib pajak restoran lebih
produktif dalam memberikan informasi dan data-data mengenai usahanya agar
memudahkan pejabat pajak dalam melaksanakan tugasnya.

6
Daftar Pustaka

Ali, Chidir. 1993. Hukum Pajak Elementer. Bandung: PT Eresco. Arief Budiman, 2002.
Pedoman Membangun Gedung Walet. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.

Basuki, Yoyok Rahayu. 2017. A-Z Perpajakan Mengenal Perpajakan. Jakarta: Magic
Entertaiment. Bustamar Ayza. 2017. Hukum Pajak Indonesia Edisi Pertama. Depok:
Kencana.

Eeng Ahman & Epi Indriani. 2007.Membina Kompetensi Ekonomi Buku Pelajaran untuk
SMA/MA Kelas IX Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Grafindo Media Pratama.
Bandung.

Eman Rustandi, Sunsun Saefulhakim, dan Dyah R Panuju. Perencanaan dan


Pengembangan Wilayah. Yayasan. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia. Idris, Amiruddin.
2016. Ekonomi Publik. Yogyakarta: Deepublish.

Juli Ratnawati dan Retno Indah. 2015. Dasar-Dasar Perpajakan. Yogyakarta: Deepublish.

Judisseno, Rimsky. 1997. Pajak dan Strategi Bisnis suatu Tinjauan tentang Kepastian
Hukum dan Penerapan Akuntansi di Indonesia.. Jakarta: PT GRamedia Pustaka Utama.

Lubis, Irwansyah. 2010. Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan
Pelaksanaan Hukum. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Mila Saraswati & Ida Widaningsih. 2008. Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi.
Sejarah. Sosiologi. dan Ekonomi) untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. PT
Grafindo Medi Pratama. Jakarta.

Nurmatu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan Edisi 3. Jakarta: Granit

Anda mungkin juga menyukai