PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini kita sering mendengar istilah pembangunan nasional baik dalam mata kuliah atau media. Kita juga
mengetahui bahwa pembangunan tersebut pastilah memerlukan dana yang tidak sedikit. Dalam bab ini kita akan
mempelajari salah satu sumber pemasukan negara bagi pembangunan, yakni pajak. Secara umum persepsi kita
mengenai pajak adalah wujud dari seorang warga negara untuk memberikan kontribusi dalam membangun
negara dengan mendapat imbalan tidak langsung.
Dalam bab ini kita akan mempelajari sebagian hal yang berkaitan dengan pajak, mulai dari pengertian,
jenis,fungsi,asas, serta besaran tarif penarikan. Semua ini akan kita pelajari sebagai pengantar dalam mata
kuliah ini , karena matri yang lebih lanjut akan dipelajari dalam bab-bab selanjutnya.
Tujuan kami menulis makalah dan mengangkat Tema mengenai “PENGERTIAN DASAR PERPAJAKAN” ini adalah
guna memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan kami dan pembaca tentang masalah
Perpajakan. Selain itu supaya ada kesadaran pada diri kami dan pembaca untuk tertib membayar pajak.
C. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PAJAK
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani :
Pajak adalah iuran kepada Negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan –
peraturan,dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjk dan gunanya untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Pajak sangat erat hubungannya dalam pembangunan nasional baik disektor public maupun disektor swasta.
Dengan uang pajak, pemerintah dapat melaksanakan pembangunan, memperlancar roda pemerintahan,
menyiapkan lapngan pekerjaan serta meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat.
a. Fungsi Budgetair : pajak merupakan suatu alat untuk memasukan uang sebanyak – banyaknya ke kas Negara
yang pada waktunya nanti akan digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran Negara.
b. Fungsi Regulasi : pajak digunakan sebgai alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
a. Pajak
Ciri – ciri pajak :
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestasi individual dari pemerintah
4) Dipungut disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu
pada seseorang.
b. Retribusi
Menurut Undang – Undang No. 34 Tahun 2000, retribusi dibagi atas 3 golongan yaitu :
c. Sumbangan
Adalah iuran untuk orang – orang atau badan tertentu yang pembayarnya tidak dapat ditunjuk atau ditentukan
besarnya.
1. Teori Asuransi, teori ini mengtakan bahwa pajak iti diibaratkan sebagai premi yang harus dibayar oleh setiap orang
2. Teori Kepentingan, teori ini mengatakan bahwa pembagian beban pajak harus didasarkan atas masing – masing
kepentingan orangdalam tugas pemerintah.
3. Teori gaya pikul, teori ini mengatakan bahwa setiap orang wajib membayar pajak sesuia daya pikul masing –
masing.
4. Teori Bhakti, teori ini disebut juga “teori kewajiban pajak mutlak” mengatakan bahwa pembayaran pajak
merupakan tanda bhakti seseorang kepada Negara.
5. Teori Asas Gaya Beli, menurut teori ini pajak diibaratkan sebagai pompa yang menyedot daya beli seseorang yang
kemudian dikembalikan pada masyarakat melalui saluran lain.
6. Pungutan Pajak Menurut Pancasila, menurut teori ini pungutan pajak dibenarkan. Pembayaran pajak adalah
pengorbanan setiap anggota keluarga untuk kepentingan keluarga tanpa mendapat imbalan.
Asas yuridis
Menurut ini pungutan pajak harus didasarkan pada undang – undang. Landasan hukum pemungutan pajak di
Indonesia adalah pasal 23 ayat (2)UUD 1945.
Asas Ekonomis
Asas ini menekankan pada pemikiran bahwa Negara menghendaki agar kehidupan ekonomi terus meningkat.
Asas Finansial
Sesuai dengan fungsi budgetair maka sudah barang tentu bahwa biaya pengenaan pajak harus sekecil –
kecilnya,dibandingkan dengan pendapatan.
Terdiri dari:
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi kedua stelsel diatas. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan,kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Terdiri dari :
1. Falsafah Pajak
Falsafah pajak sesuai dengan falsafah bangsa dan Negara itu ,karena falsafah bangsa Indonesia adalah pancasila
maka falsafah pajak di Indonesia tidak boleh bertentangan dari pancasila dan berstandar pada pancasila.
Sudah menjadi kewajiban masyarakat di bidang perpajakan, yaitu membayar pajak dengan benar dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Namun dalam kenyataannya banyak hambatan yang dihadapi, yaitu perlawanan
terhadap pajak yang dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif terdiri dari hambatan-hanbatan yang mempersulit pemungutan pajak yang erat hubungannya
dengan struktur ekonomi, perkembangan intelektual dan sistem pemungutan pajak itu sendiri. Walaupun
perlawanan pajak ini tidak secara nyata dari masyarakat, namun akibatnya masyarakat tidak mau membayar
pajak.
2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usahadan perbuatan yang secara langsung ditujukan terhadap focus dan
bertujuan untuk menghindari pajak. Usaha tersebut dapat berupa pengelakan atau penyelundupan pajak,
pembuatan faktur pajak fiktif, memanipulasi data, melalaikan pajak,dan sebagainya.
Para ahli mengadakan penggolongan pembedaan pajak menurut susut pandang masing-masing, yang pada
umumnya adalah sebagai berikut:
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan/ digeserkan kepada pihak lain, tetapi
harus menjadi beban langsung wajib pajakyang bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan dan pajak bumi dan
bangunan.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan/ digeserkan kepada pihak lain.
Contoh: pajak hotel dan restoran, PPN dan PPn-PM, Bea materai, cukai, dsb.
Pajak objektif adalah pajak yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat objek pajaknya saja, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak hotel dan restoran, PPN dan PPn-PM, Bea materai,
cukai, pajak kendaraan bermotor, pajak radio, dan pajak bumi dan bangunan.
b. Pajak subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak
penghasilan.
Dalam pemungutan pajak atas pendapatan (penghasilan), dikenal adanya 3 asas, yaitu:
Menurut asas ini, wajib pajak yang bertempat tinggal berhak mengenakan pajak terhadap waajib pajak tersebut
atas semua penghasilan darimana saja diperoleh.
Menurut asas ini, Negara dimana sumber penghasilan itu berada, adalah yang berhak memungut pajak dengan
tidak memperhatikan diamana wajib pajak tersebut berada.
Asas kebangsaan ini menghubungkan pengenaan pajak dengan kebangsaan dari suatu Negara.
Pajak pusat atau pajak umum atau pajak Negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
hasilnya digunakan untuk keperluan rumah tangga Negara pada umumnya. Contoh: pajak penghasilan, PPN dan
PPn-BM, Bea materai, pajak Bumi dan Bangunan.
Pajak pusat administrasinya dikelola oleh direktorat jendral pajakdengan kantor-kantor operasional di daerah,
yaitu (1) kantor pelayanan pajak, dan (2) kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan.
b. Pajak daerah
Pajak daerah atau pajak local adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (propinsi, kota madya,
kabupaten), dan hasilnya digunakan untuk membiayai keperluan ruamh tangga daerah
pada umumnya.pajak daerah ditingkat propinsi dikelola oleh dinas pendapatan daerah Tk. I, sedangkan ditingkat
kabupaten atau kota madya dikelola oleh dinas pendapatan daerah tingkat II. Menurut UU. No. 18 tahun 1997,
tentang “pajak daerah dan retribusi Daerah”, sebagaimana telah diubah dengan UU no. 34 tahun 2000, jenis-
jenis pajak daerah adalah :
1) Pajak daerah tingkat I/ propinsi terdiri dari
2. Tarif pajak
a. Tarif pajak proporsional atau sepadan
Yaitu tariff pemungutan pajak dengan menggunakan presentase yang tetap beberapapunjumlah yang digunakan
sebagai dasar pengenaan pajak.
Yaitu tariff pemungutan pajak dengan menggunakan presentase yang semakin besarnya jumlah yang digunakan
sebagai dasar pengenaan pajak.
Contoh:
Yaitu tarif pemungutan pajak yang menggunakan prosentase yang semakin naik dengan semakin besarnya
jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Menurut pasal 17 UU no. 36 tahun 2008 tarif pajak
yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi:
1) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
2) Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah 28%.
Baik tariff pajak degresif maupun tariff pajak progresif dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yaitu:
Adalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh
wajib pajak berada pada aparat pemungutan pajak. Sistem ini sering disebut “sistem SKP” dan pada umumnya
diterapkan pada pengenaan pajak langsung.
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar oleh
wajib pajak berada pada wajib pajak tersebut.
3. With Holding System
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh
wajib pajak tidak berada pada aparat pemungutan pajak maupun oleh wajib pajak, melainkan pihak ketiga yang
ditunjuk oleh menteri keuangan.
Menurut ajaran formal, Hutang pajak timbul karena adanya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Sedangkan
berdasarkan ajaran material, hutang pajak timbul karena undang-undang.
a. Pembayaran
Hutang pajak yang melekat pada wajib pajak akan hapus karena pembayaran yang dilakukan ke kas negara atau
tempat lain yang ditunjuk pemerintah
b. Kompensasi
Terjadi apabila wajib pajak mempunyai kelebihan pembayaran pajak. Kelebihan pembayaran tersebut dapat
dikompensasi sebagai pajak terutang.
c. Daluwarsa
d. Pembebasan
Hutang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya, tetapi karena ditiadakan.
e. Penghapusan
Penghapusan hutang pajak ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan
keuangan wajib pajak.
1. Latar Belakang
Yang mendasari adanya reformasi dalam undang-undang perpajakan ialah sudah tidak sesuainya
undang-undang yang ada dengan kepribadian bangsa Indonesia karena undang-undang tersebut dibuat oleh
colonial.
2. Undang-undang Perpajakan Nasional
reformasi ada sejak tahun 1983, yaitu dengan disahkannya 5 undang-undang pajak, atau yang lebih
dikenal dengan undang-undang perpajakan nasional. Kelima UU tesebut adalah :
a. UU No. 6 tahun 1983, tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”
Modernisasi dilakukan dirjen pajak sejak 2002, srbagai langkah dalam penerapan good governance. Sebagai
implikasi maka dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar sebagai pilot project. Setelah itu dibentuk
Kantor Pelayanan Pajak Madya dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
1. Pengertian
a. Prof. Dr. Ottman Buhler, membedakan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti sempit adalah norma
hokum perselisihan yang didasarkan pada hukum antar bangsa , sedang dalam arti luas hokum antar bangsa
ditambah obyek hokum perselisihan.
b. Dr. P. Verloren van Thermat, mendefinisikan hokum pajak internasional sebagai keseluruhan norma
( kebiasaan dan traktat internasional) yang membatasi kedaulatan suatu Negara dalam memungut pajak.
c. Putusan hakim
2) Tax credit, (direct tax credit, indirect tax credit, fiction tax credit)
a. menyebutkan jenis pajak tapi tidak mendefinisikannya, karena sering menimbulkan salah tafsir.
4) deviden
5) bunga
6) royalty
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak adalah pembayaran yang
dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk pembangunan. Selain itu pajak berbeda dengan retribusi
dan sumbangan. Dalam penetapan besaran pajak harus sesuai dengan pancasila. Pajak sendiri memiliki banyak
jenis dan asas yang digunakan pun beraneka ragam. Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang digunakan.
Selain itu pemerintah telah memberikan batasan segala hal yang berkaitan dengan pajak di dalam UU
perpajakan nasional yang merupakan modernisasi dari UU pajak jaman kolonial. Untuk menarik pajak yang ada
di luar negeri pemerintah melakukan kerja sama dengan negara lain dalam perpajakan yang lazim diebut
perjanjian traktat, yang hal tersebut diatur dalam HUKUM PAJAK INTERNASIONAL.
B. SARAN
Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk membayar pajak, agar
pembangunan dapat terus berjalan.