BAB I:
PENDAHULUAN
1. Ingin Mengetahui definisi Pajak yang sesungguhnya sehingga ada persepsi bahwa
“Taat Pajak” agar terciptanya akan sadar dan peduli pajak dalam kaitannya dengan
pembayaran pajak.
2. Ingin Mengetahui definisi Tax Planning sebagai Strategi Meminimalkan pajak.
3. Ingin Mengetahui Etika dalam Akuntansi mengenai legalitas Creative Accounting
dan Tax Planning.
4. Ingin Mengetahui Sistem Pajak “Double Irish” dan “Dutch Sandwich” sebagai
salah satu Strategi dalam Tax Planning.
5. Ingin Mengetahui Strategi “Double Irish Dutch Sandwich” yang digunakan oleh
Google.Inc di Austalia.
BAB II:
PEMBAHASAN
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan”.
Dari definisi diatas, kemungkinan yang membuat wajib pajak melakukan usaha-usaha
untuk menghindarkan diri dari pajak, bahwa dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontra prestasi individu secara langsung dari pemerintah. Misalnya
ibarat orang membeli tiket pesawat, tetapi kepastian keberangkatan belum ditentukan,
padahal kebanyakan orang menganggap bahwa untuk setiap transaksi, mereka melihat
kaitan antara pahitnya membayar dan manisnya mengkonsumsi. Atau ketika wajib pajak
membayar (pahit) tidak mendapat imbalan langsung (manis) dari pengeluaran wajib pajak,
melainkan semua jenis pajak yang kita bayarkan, dikumpulkan dan kemudian
didistribusikan kepada pos-pos pengeluaran yang membutuhkan.
Pengeluaran uang untuk pembayaran pajak akan disenangi apabila ketika wajib pajak
mengeluarkan uang untuk membayar pajak, pemerintah dianggap harus memberikan
kontra prestasi yang seimbang dengan uang dibayarkan. Tentunya hal ini sulit dan rasanya
tidak masuk di akal, karena jumlah wajib pajak sangat banyak dan dengan jumlah yang
berbeda pula antara satu wajib pajak dengan wajib pajak yang lain, di sisi lain pemerintah
harus memikirkan dan menyediakan kontra prestasi yang langsung dan sesuai dengan nilai
uang yang diterima dari wajib pajak untuk pembayaran pajaknya.
Dalam kegiatan sehari-hari, sering tidak disadari bahwa sebenarnya kita telah
menikmati dan memanfaatkan berbagai pelayanan publik dan sarana/prasarana umum
yang telah tersedia yang dibiayai dari pajak. Kita semua telah memanfaatkan berbagai
fasilitas umum tersebut sejak lahir atau tinggal di negeri ini, atau bahkan jauh sebelum
lahir entah itu mendapatkan pelayanan kesehatan, perawatan, pendidikan, keamanan, dan
transportasi. Dari aktifitas yang dilakukan tersebut pada akhirnya kita bisa memperoleh
penghasilan yang sebagian dari padanya disisihkan untuk membayar pajak. Tidak dapat
kita bayangkan jikalau pelayanan maupun fasilitas tersebut harus kita sediakan sendiri.
Tanpa adanya fasilitas tersebut, mustahil kita dapat mencapai tingkat kehidupan dan
peradaban sebagaimana adanya sekarang ini.
Kesimpulannya agar wajib pajak senang membayar pajak, prinsip pemungutan pajak
harus sesuai dengan prinsip cost and benefit. Adam Smith dan para ahli perpajakan pada
umumnya mengamatkan bahwa pajak harus berlandaskan keadilan, kepastian hukum,
kenyamanan (convenience) dan bersifat ekonomis. Masalahnya bukan pada tidak adanya
kontra prestasi secara langsung, yang menyebabkan ada usaha-usaha wajib pajak untuk
mengatur jumlah pajak yang harus dibayarkan. Apabila ditinjau dari wajib pajak seperti
badan usaha pajak penghasilan dapat dianggap sebagai beban yang mengurangi laba
pemegang saham yang juga menjadi pemilik dari badan usaha tersebut.
Sesuai dengan definisi di atas, pajak dipungut berdasarkan undang-undang, meskipun
demikian tidak semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk dibayarkan pajak. Karena
menganggap pajak itu sebagai beban, maka timbul keinginan untuk mengurangi pajak
tersebut, sama halnya keinginan untuk mengurangi beban-beban yang lain. Atas dasar
inilah banyak wajib pajak pribadi atau badan, melakukan usaha-usaha untuk mengatur
jumlah pajak yang harus dibayar dengan melakukan tax planning.
data pelaporan pajak wajib pajak maka DJP berperan melakukan uji kepatuhan terhadap
kewajiban yang telah dilaksanakan warganya tersebut melalui pemeriksaan.
Berdasarkan hal tersebut di atas dan dihubungkan dengan kondisi perekonomian kita
saat ini yang tidak lepas dari isu bisnis internasional. Isu bisnis internasional saat ini telah
memegang peranan penting. Dengan demikian perencanaan pajak secara internasional
juga semakin penting. Transaksi internasional termasuk di dalamnya transaksi pajak
internasional akan menjadi bagian bisnis yang tidak efisien apabila tidak direncanakan
dengan baik. Di satu sisi perencanaan pajak internasional memiliki cakupan yang lebih
luas dari pada perencanaan pajak domestik. Di sisi lain, karena sangat terlibat dengan
undang-undang dan peraturan dari dua negara atau lebih, maka perencanaan pajak
internasional menjadi salah satu area yang kompleks.
Sasaran utama dari perusahaan domestik dalam kaitannya dengan pajak adalah
mengurangi pajak nasional/domestik dan pajak asing atas pendapatan yang berasal dari
luar negeri. Pajak asing akan meningkatkan biaya pajak perusahaan domestik secara total
dan pajak tersebut tidak seluruhnya dapat dikreditkan dari pajak domestik. Pembayar
pajak dapat meningkatkan efisiensi biaya pajak asing ini melalui rencana pengurangan
pajak asing atau melalui rencana peningkatan porsi pajak asing yang dapat dikreditkan.
Secara umum Tax Planning didefinisikan sebagai proses mengorganisasikan usaha
wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik
pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal,
sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Tax Planning sebenarnya bagian dari manajemen pajak. Tujuan dari manajemen
pajak umumnya sama dengan tujuan manajemen keuangan yaitu memperoleh laba dan
likuiditas yang diharapkan. Dengan demikian, dikemudian hari tidak terjadi restitusi pajak
atau kurang bayar yang mengakibatkan denda dan kewajiban-kewajiban hukum lainnya.
Tujuan dari Tax Planning seperti yang diutarakan oleh James W. Pratt, Jane O. Burns
dan William N. Kulsrud dalam buku Individual Taxation 1989 Edition (1989 : 1-37)
adalah : the obvious goal of most tax planning is the minimization of the amount that a
person or other entity must transfer to the government. Tujuan Tax Planning secara lebih
khusus ditujukan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali
2. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan
3. Menunda pengakuan penghasilan
4. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain
JIANTARI C 301 09 013 | AKUNTANSI INTERNASIONAL
2
2.3 Etika dalam Akuntansi : “Creative Accounting Vs Tax Planning” Legal atau Ilegal?
2.3.1 Creative Accounting
Jika istilah creative accounting diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa
Indonesia, artinya adalah “akuntansi kreatif”. Kreatif dapat dikatakan sebagai ide atau
pemikiran yang berbeda atau tidak terpikirkan oleh orang lain. Dengan kata lain, kreatif
adalah praktik akuntansi yang berbeda dengan praktik akuntansi yang biasa digunakan.
Istilah creative accounting sendiri bukan merupakan istilah tunggal yang
menggambarkan kemungkinan alternatif penyajian laporan keuangan yang berbeda.
Istilah popular lainnya yang terkait dengan creative accounting adalah earnings
JIANTARI C 301 09 013 | AKUNTANSI INTERNASIONAL
2
management. Walaupun kedua istilah ini dianggap merupakan satu jenis aktivitas yang
sama. Sampai saat ini, beberapa penulis mendefinisikan creative accounting secara
berbeda. Ada yang menggunakan kalimat bersifat netral (tidak memihak), ada juga yang
menggunakan kalimat bersifat skeptis (cenderung tidak menyetujui). Bahkan, beberapa
referensi menunjukkan istilah lain dengan konteks yang negatif, seperti magic
accounting, cosmetic accounting, atau financial shenanigan.
Di sini definisi creative accounting bersifat netral karena creative accounting
adalah alat. Teknik creative accounting memiliki sifat yang hampir sama seperti senjata
api yang dapat digunakan untuk membela diri atau menyerang orang lain. Asumsinya,
manusia mengimplementasikan creative accounting sebagai bagian dari perilaku
manusia untuk mencapai tujuannya. Namun, Anda tidak dapat memastikan apakah
penggunaan pemilihan kebijakan akuntansi adalah untuk tujuan yang baik atau tidak
baik. Manusialah yang menggunakannya, dan dalam hal ini akuntansi adalah bagian dari
alat manusia untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai keinginannya.
Menurut Amat, Oriol, dan Gowthorpe (2004), creative accounting merupakan
transformasi informasi keuangan dengan menggunakan pilihan metode, estimasi, dan
praktik akuntansi yang diperbolehkan oleh standar akuntansi. Istilah yang mereka
sampaikan menggunakan kalimat yang netral (tidak menyudutkan). Demikian juga
dengan Myddelton (2009) yang menyatakan bahwa akuntan yang dianggap kreatif adalah
akuntan yang menginterpretasikan area abu-abu untuk mendapatkan manfaat atau
keuntungan dari hasil interpretasi tersebut. jadi, dengan harapan mendapatkan tujuan
tertentu, mereka akan menginterpretasikan kebijakan akuntansi dengan cara tertentu
juga.
Selaras dengan definisi tersebut, Sulistiawan (2003) juga hampir sama
mendefinisikan creative accounting, yaitu aktivitas badan usaha untuk memanfaatkan
teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam hal ini,
hasil yang diinginkan oleh penyusun laporan keuangan pengelola perusahaan dengan
bantuan akuntan, baik akuntan internal maupun akuntan eksternal dapat berupa penyajian
nilai laba atau aset yang lebih tinggi atau lebih rendah, bergantung pada motivasi mereka
melakukannya. Secara umum, perusahaan yang bukan perusahaan go public cenderung
menyajikan nilai laba fiscal yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya dalam laporan
pajak agar biaya pajaknya lebih rendah. Sementara, perusahaan go public cenderung
menaikkan laba karena mereka lebih mementingkan kenaikan harga sahamnya
dibandingkan pertimbangan pajak.
JIANTARI C 301 09 013 | AKUNTANSI INTERNASIONAL
2
Permasalahannya sekarang adalah apakah praktik ini legal atau ilegal? Sebagai
contoh;
misalnya Niko adalah seorang pengusaha yang memiliki beberapa rumah. Pada
suatu saat, ia ingin menjual salah satu rumah yang dibelinya beberapa tahun yang
lalu. Demi mendapatkan harga maksimal, Niko meminta bantuan orang
memperbaiki kerusakan rumahnya agar terlihat menjadi lebih bagus dari
sebelumnya. Jika sebelumnya harga pasar rumah itu diperkirakan adalah
Rp200.000.000, setelah diperbaiki harganya ditaksir oleh jasa penilai aset
(appraisal) menjadi Rp300.000.000. Niko pun berniat menjual rumah tersebut
dengan harga sesuai taksiran si penilai aset walaupun biaya perbaikannya hanya
Rp10.000.000. Di tempat lain, Deni berusaha menjual mobilnya di bursa mobil
bekas. Demi mendapatkan harga maksimal, Deni harus melakukan perbaikan
pada mobilnya. Sayangnya, untuk melakukan pengecetan ulang mobilnya belum
tentu laku. Untuk itu, deni memilih mengecet mobilnya dengan cat kualitas rendah
yang diprediksi hanya mampu bertahan selama tiga bulan sebelum akhirnya
kembali terlihat kusam. Tidak hanya itu, untuk mengatasi masalah mesin mobilnya
yang bocor, Deni hanya membersihkan mesin mobilnya agar tidak kelihatan
bocor. Cara ini, jauh lebih murah dibandingkan Deni harus membayar orang
untuk membongkar mesin dan memperbaiki kebocorannya.
Bagaimana pendapat Anda mengenai kasus Niko dan Deni? Persepsinya bahwa
Niko dan Deni memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pembelinya.
Sebenarnya terjadi asimetri informasi (distribusi informasi yang tidak seimbang) antara
penjual (Niko dan Deni) dan calon pembelinya. Asimetri informasi biasanya
dimanfaatkan oleh orang atau pihak yang memiliki informasi lebih banyak untuk
mendapatkan manfaat atau keuntungan dari informasi tersebut. Akibatnya, memicu
munculnya sesuatu yang membahayakan moral atau terjadinya tindakan yang buruk
(morald hazard).
Menurut Velasquez (2002), salah satu karakteristik utama dalam standar moral
untuk menentukan etis atau tidaknya suatu perbuatan adalah perbuatan tersebut tidak
merugikan orang lain. Persepsinya bahwa yang dilakukan Niko adalah tindakan yang
baik, tindakan Niko adalah tindakan etis. Tindakan yang Niko lakukan bertujuan
meningkatkan nilai dari aset yang ia miliki. Harga penawaran yang tinggi tidak menjadi
masalah jika memang pasar yang meminatinya, karena harga transaksi adalah pertemuan
antara minat beli dan jual. Bagaimana dengan tindakan yang dilakukan Deni, persepsinya
bahwa dalam konteks asimetri informasi, Deni memiliki informasi lebih tentang
mobilnya yang tidak dalam keadaan optimal. Karena pembeli tidak tahu, Deni
mendapatkan keuntungan dari ketidaktahuan tersebut. Akhirnya, pembeli mobil Deni
harus membayar lebih atas ketidaktahuannya. Jadi, jika Deni tidak menyampaikan
masalahnya, tindakannya dapat dikatakan tidak etis. Namun, sebaliknya, jika Deni
menyampaikan masalahnya, tindakannya adalah tindakan etis.
Dalam konteks penyajian laporan keuangan, pengelola perusahaan cenderung
menyajikan laporan tersebut guna mendapatkan manfaat atau keuntungan yang
maksimal. Dalam proses penyusunan laporan keuangan, perusahaan adalah penyaji
informasi, sedangkan investor dan kreditor adalah pihak yang menerima informasi.
Pastilah disini terjadi asimetri informasi sehingga posisi investor dan kreditor menjadi
lebih lemah karena informasi yang mereka miliki tidak selengkap informasi yang
dimiliki pengelola perusahaan. Untuk meminimalkan gap informasi ini, pengelola
perusahaan dapat membuat pengungkapan dalam laporan keuangannya dan disajikan
dalam catatan laporan keuangan.
Demikian juga ketika mengganti metode akuntansi tertentu yang hasilnya
meningkatkan laba, perusahaan harus mengungkapkannya dalam catatan laporan
keuangan. Dengan demikian, pembaca laporan keuangan mereka setidaknya memahami
bahwa laba yang disajikan lebih besar karena menggunakan metode yang lebih agresif.
Jika investor atau kreditor ingin menggunakan laba yang lebih konservatif, mereka dapat
menyesuaikannya sendiri.
Bagaimana dengan praktik akuntansi yang ilegal?
Di Amerika Serikat, aturan akuntansi tidak memperbolehkan mengapitalisasi biaya
penelitian dan pengembangan menjadi aset. Jika suatu perusahaan mengakui pengeluaran
untuk penelitian dan pengembangan sebagai aset, terjadi aktivitas peningkatan laba
(income increasing). Laba perusahaan naik karena biaya menjadi rendah dan aset
perusahaan bertambah karena pengeluaran tersebut tidak mengurangi laba, tetapi masuk
ke aset.
Di Indonesia, praktik biaya penelitian dan pengembangan ini berbeda dengan di
Amerika Serikat. Di Indonesia, pengeluaran untuk penelitian tidak boleh dikapitalisasi,
tetapi dalam kondisi tertentu pengeluaran untuk pengembangan dapat menjadi bagian
dari aset. Prinsipnya, kondisi tertentu itu menunjukkan pada beberapa kriteria yang
menunjukkan bahwa hasil penelitian tersebut dapat dikembangkan dan memiliki
kepastian manfaat ekonomis pada masa mendatang.
Jadi, perusahaan Indonesia yang go public di Amerika Serikat harus menyesuaikan
aturan ini. Jika sampai teknik ini tidak diubah sehingga tidak sesuai aturan akuntansi dan
tidak dikomunikasikan kepada pembaca laporan keuangan melalui pengungkapan, dapat
dikatakan creative accounting yang dilakukan perusahaan adalah ilegal.
JIANTARI C 301 09 013 | AKUNTANSI INTERNASIONAL
2
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa Tax Planning merupakan upaya yang
legal karena upaya penghindaran pajak masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak
melanggar peraturan perpajakan. Ide dasarnya adalah usaha pengaturan terlebih dahulu
semua aktivitas perusahaan guna menghindari impak perpajakan yang besar.
Pertimbangan impak perpajakan dilakukan sebelum terjadinya suatu transaksi.
Hal yang sama dirumuskan oleh Spitz mengenai Tax Planning sebagai berikut:
“Arrangement of business and personel affairs in such in way as to attract the
lowest possible incident of tax and pre arrangement of facts in the most tax
favored way”
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan Tax Planning yaitu Tax Avoidance dan
Tax Evasion. Dalam literatur keduanya dibedakan berkaitan dengan masalah legilitasnya.
Sommeifeld menulis:
“Succesful tax planning, or tax avoidance, must be clearly distinguished from tax
evasion. In tax jargon the latter term refers to the illegal reduction of a tax
liability, whereas the former term encompasses only legal means achieving that
some objective”
2.4 Sistem Pajak “Double Irish” dan “Dutch Sandwich” sebagai salah satu Strategi
dalam Tax Planning
Sistem Pajak Irlandia Berganda atau “Double Irish” merupakan Strategi
penghindaran pajak yang berbasis perusahaan multinasional di Amerika Serikat (US)
yang bertujuan untuk meminimalkan kewajiban pembayaran pajak perusahaan. Caranya
dengan menggunakan pembayaran antar perusahaan yang memiliki hubungan internal
yang tujuannya untuk mengalihkan pendapatan dari negara yang lebih tinggi pajak ke
JIANTARI C 301 09 013 | AKUNTANSI INTERNASIONAL
2
negara yang lebih rendah pajak. Hal tersebut bergantung pada fakta bahwa hukum pajak
Irlandia tidak mengikuti aturan model transfer pricing Amerika Serikat.
Biasanya, perusahaan mengatur hak untuk mengeksploitasi kekayaan intelektual di
luar Amerika Serikat yang dimiliki oleh sebuah perusahaan yang disebut dengan
perusahaan lepas pantai. Hal ini dicapai dengan memasukkan perjanjian pembagian
biaya antar perusahaan induk Amerika Serikat dengan perusahaan lepas pantai ke dalam
aturan model transfer pricing Amerika Serikat. Perusahaan lepas pantai terus menerima
seluruh laba dari hak eksploitasi di luar Amerika Serikat, tanpa membayar pajak
Amerika Serikat atas laba yang dikenakan kecuali jika dan sampai disetorkan ke
Amerika Serikat.
Hal ini disebut dengan sistem pajak “Double Irish”, mengapa? Karena hal tersebut
memerlukan dua perusahaan Irlandia untuk memenuhi kewajiban internal (lihat
penjelasan gambar 1). Perusahaan Irlandia Pertama adalah perusahaan lepas pantai yang
memiliki hak non Amerika Serikat yang berharga. Perusahaan ini merupakan wajib pajak
yang berada dalam kategori negara penganut Tax Heaven seperti perusahaan-perusahaan
yang terletak di Kepulauan Cayman dan Bermuda. Hukum pajak Irlandia menyatakan
bahwa sebuah perusahaan merupakan wajib pajak dimana Manajemen Pusat dan
Manajemen Kontrol berada. Jika sebuah perusahaan tidak tergabung didalamnya, maka
sangat mungkin bagi perusahaan Irlandia pertama tidak menjadi wajib pajak di Irlandia.
Perusahaan Irlandia pertama memiliki hak lisensi atas sebuah perusahaan Irlandia kedua,
sebagai wajib pajak di Irlandia, dengan imbalan royalti substansial atau biaya lainnya.
Perusahaan Irlandia kedua menerima pendapatan dari eksploitasi aset di negara-negara
diluar Amerika Serikat, namun laba kena pajak yang rendah karena royalti atau biaya
yang dibayarkan kepada perusahaan Irlandia kedua merupakan beban yang dapat
dikurangkan. Laba yang tersisa dikenakan pajak Irlandia sebesar 12,5%.
satu negara ke negara lainnya. Itulah sebabnya masalah transfer pricing menjadi masalah
internasional.
Ketentuan mengenai transfer pricing akan menentukan negara mana yang berhak
untuk memajaki laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang menjalankan usahanya di
lebih satu negara. Lebih dari 60% nilai perdagangan di suatu negara dihasilkan dari
transaksi yang berhubungan dengan perusahaan multinasional dengan skema transfer
pricing. Penerimaan pajak atas penghasilan dari perusahaan multinasional ini merupakan
bagian penerimaan pajak yang sangat signifikan dari total penerimaan pajak di negara-
negara tempat perusahaan multinasional tersebut beroperasi. Bagi perusahaan
multinasional, isu transfer pricing merupakan isu yang sangat penting.
A transfer pricing system should satisfy three objectives: accurate performance
evalution, goal congruence, and preservation of divisional autonomy. Henry Simamora
sebagaimana yang diunduh oleh Yenni mengatakan bahwa bagi organisasi yang
terdesentralisasi, keluaran dari sebuah divisi dipakai sebagai masukan bagi divisi lain.
Transaksi antar divisi ini mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme transfer pricing.
Transfer pricing didefinisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam
pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division)
dan biaya divisi pembeli (buying division). Transfer pricing sering juga disebut dengan
intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang
merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas
transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Transfer pricing biasanya
ditetapkan untuk produk-produk antara (intermediate product) yang merupakan barang-
barang dan jasa-jasa yang dipasok oleh divisi penjual kepada divisi pembeli. Bila
dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari
harga yang disepakati. Oleh karena itu, transfer pricing juga sering dikaitkan dengan
suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang
nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara.
Dari uraian di atas nampak bahwa pada prinsipnya praktik transfer pricing (dengan
harga yang tidak sama dengan harga pasar) dapat di dorong oleh alasan pajak (tax
motive) maupun bukan pajak (non-tax motive). Motivasi pajak atas praktik transfer
pricing dilaksanakan dengan sedapat mungkin memindahkan penghasilan ke negara
dengan beban pajak terendah atau minimal. Salah satu bentuk pengalihan penghasilan,
misalnya dalam bentuk pembayaran royalti karena dengan sangat langkanya standar
harga (tarif) pasar atas royalti sangat sulit bagi administrasi pajak untuk mengatasinya.
JIANTARI C 301 09 013 | AKUNTANSI INTERNASIONAL
2
Masalah transfer pricing ini juga tidak terlepas dari fenomena bisnis perusahaan
besar yang multiunit yang akan melakukan ekspansi usaha ke luar negeri dengan
mengoperasikan usahanya secara desentralisasi dan mengimplementasikan konsep cost-
revenue atau konsep corporate profit center. Disamping itu, masalah ketat/tidaknya
pengawasan aparat pemerintah yang terkait serta kebutuhan informasi, merupakan hal
yang akan mendorong pelaksanaan transfer pricing.
Transfer pricing dilakukan diantara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan mempergunakan harga pasar yang tidak wajar. Jika dilihat dari konteks
penghindaran pajak melalui negara tax heaven, maka praktek transfer pricing dilakukan
kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berdomisili di negara tax
heaven.
Perusahaan MNCs dikenal kemampuannya untuk memperoleh perlakuan
perpajakan istimewa dari negara-negara berkembang namun demikian mengalihkan
penghasilan yang seharusnya kena pajak di negara berkembang ke negara lain, yang bisa
jadi adalah negara tax heaven. Skema transfer pricing menggunakan negara tax heaven
akan menggerus penerimaan pajak suatu negara karena negara tax heaven cenderung
tarif pajaknya lebih rendah.
center masalah seperti distribusi daya, pendinginan, dan memastikan udara panas dan
dingin tidak merusak kinerja. Google data center kini telah mencapai tingkat efisiensi
Badan Perlindungan Lingkungan, dengan menggunakan teknologi canggih. Upaya
efisiensi dengan cara menekan biaya pajak juga dilakukan sehingga perusahaan internet
raksasa itu bisa menghemat pengeluaran pajak sampai 3,1 miliar dollar AS dalam tiga
tahun terakhir atau 26% pendapatan tahun lalu. Untuk menghindari pajak dari
pendapatannya di luar AS, Google mendistribusikan pendapatan ke beberapa negara.
Pengalihan keuntungan Google ke negara lain dilakukan secara legal berdasarkan
ketentuan dengan memanfaatkan aturan yang sering disebut Double Irish dan Dutch
Sandwich. Pendapatan iklan online yang diperoleh dari Inggris yang terkenal
menerapkan pajak tinggi hingga 28% dan negara Eropa lainnya langsung dialihkan ke
Irlandia yang mengenakan pajak 12,5%. Namun, tak sampai dipotong pajak, pendapatan
tersebut dilarikan ke Belanda yang pajaknya rendah.
formulir pengajuan bekerja, karena oleh perusahaan gaji atau pendapatan pekerja
tersebut akan langsung dipotong sebelum diterima. Secara umum, transaksi pembayaran
pajak dilakukan secara langsung dipotong sebelum diterima. Secara umum, transaksi
pembayaran pajak dilakukan secara langsung melalui Account Bank yang juga wajib
dimiliki oleh setiap ‘employe’ di Australia.
Gambar 3. Detil strategi yang digunakan Google untuk meminimalkan pajak perusahaan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Banyak orang baik secara pribadi maupun kelompok merasa enggan untuk membayar
pajak. Keengganan ini bisa jadi disebabkan karena tidak adanya kontra prestasi langsung
yang diberikan akibat pembayaran tersebut, bisa juga karena pajak itu oleh mereka
dianggap beban sehingga ada usaha-usaha untuk menguranginya. Untuk perusahaan besar,
mengatur jumlah pajak seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena
ada aliran kas (cash flow) yang nantinya dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk
kepentingan perusahaan lainnya, dalam artian untuk pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan langsung dengan kegiatan pokok perusahaan.
Yang paling penting dalam hal mengatur jumlah pajak yang harus dibayar sehingga
seminimal mungkin adalah pengetahuan yang mendalam tentang peraturan-peraturan
perpajakan itu sendiri. Karena, hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan celah-celah
atau hal-hal yang belum diatur dalam undang-undang (loopholes).
Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam meminimalkan jumlah pajak yang
harus dibayar yaitu penggeseran (shifting), kapitalisasi, transformasi, penghindaran
(avoidance) dan penyelundupan (evasion). Semua strategi diatas merupakan bagian dari
tax planning. Tax planning memberikan suatu formula umum yang bisa digunakan untuk
mengatur secara sistematis jumlah pajak yang harus dibayar. Di dalam formula umum ini,
ada item-item yang nantinya harus menjadi pusat perhatian dari wajib pajak atau apabila
menggunakan konsultan adalah tax planner.
3.2 SARAN
Penulis mengharapkan kita dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan
dengan baik sesuai tujuan perencanaan pajak itu sendiri dan untuk membantu pemerintah
dalam pembangunan melalui pembayaran pajak yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
E-Book:
- Jurnal Akuntansi Puslit Petra mengenai “Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai
Alternatif Meminimalkan Pajak” oleh Yenni Mangoting (Dosen Fakultas Ekonomi,
Jurusan Akuntansi – Universitas Kristen Petra
- Makalah Hukum mengenai “Hukum Pajak Internasional dan Permasalahannya”
oleh Maya Dwi Astanty, SH
- Artikel Ekonomi Internasional mengenai “Internasional Tax Planning” oleh Aris
Aviantara
- Artikel Ekonomi Internasional mengenai “Australia Ungkap Strategi Pengurangan
Pajak Google” oleh Kontan.co.id
- Jurnal Ekonomi Internasional mengenai “Gambaran Penghindaran Pajak Melalui
Negara Tax Heaven” oleh Irfansyah (Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia 2010)
Penelurusan Website:
- www.google.com/strategigooglesiasatikewajibanbayarpajak
- www.wikipedia.com/doubleirishanddutchsandwich