Anda di halaman 1dari 12

Makalah Mata Kuliah Pengantar Perpajakn

PAJAK , HUKUM PAJAK , ASAS DAN


YURIDIKSI PEMUNNGUTAN PAJAK
Dosen Pengampu: Bu Annisa Yasmin, S.M. M.M.

Nama Anggota Kelompok 1:


1. Utari M.Noer (40010921060019)
2. Izzatul Milla (40010921060030)
3. Nurul Izzah A (40010921060037)
4. Aliya Assidiqiya (40010921060039)
5. Bayu Aji Pamungkas (40010921060050)

PROGRAM STUDI D3 MANAJEMEN


FAKULTAS SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, dengan


segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah dikaruniakan pada penulis, sehingga
penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah “Pengertian Pajak dan
Hukum Pajak” ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
kuliah serta menyelesaikan kuliah pada Jurusan D3 Manajemen PSDKU
Universitas Diponegoro K. Rembang.

Besarnya manfaat yang penulis peroleh dalam pembuatan makalah ini,


kerena penulis dapat mengetahui pengertian pajak dan hukum pajak serta asas dan
yuridiksi pemungutan pajak, dan diharapkan dengan adanya makalah “Pengertian
Pajak dan Hukum Pajak” ini dapat mendapat pengetahuan bagaimana pajak itu
sendiri maupun asas dan yuridiksi pemungutan pajak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dari isi
maupun penyajiannya, karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Rembang, 20 Februari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang diandalkan.
Pajak berasal dari kontribusi wajib oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang dan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung digunakan untuk keperluan negara. Artinya wajib pajak yang
menyetorkan pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung tetapi
mendapatkan fasilitas secara tidak sadar dan dinikmati oleh semua orang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara pajak dan hukum pajak?
2. Apa fungsi-fungsi pajak?
3. Bagaimana kedudukan hukum pajak di Indonesia?
4. Bagaimana hubungan antara pancasila dan pajak?
5. Apasaja asas pemungutan pajak di Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang Pajak dan hukhm pajak
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa saja fungsi-fungsi pajak
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang bagaimana kedudukan
hukum pajak diIndonesia
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan antara pancasila dan
pajak
5. Untuk mengetahui dan menjelaskan asas-asas pemungutan pajak
diIndonesia
BAB II
ISI

2.1. PAJAK DAN HUKUM PAJAK

2.1.1. Pengertian Pajak


Berdasarkan UU KUP sebagai sumber hukum positif di bidang perpajakan,
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.1.2. Pengertian Hukum Pajak


Hukum pajak adalah seperangkat peraturan hukum yang mengatur tentang
hak dan kewajiban negara/ pemerintah dalam penerimaan pajak, kewajiban warga
negara untuk membayar pajak serta hubungan timbal balik antara pemerintah
(fiskus) dengan masyarakat Wajib Pajak dalam pelaksanaan tugas, wewenang, hak
dan kewajiban administrasi pemungutan pajak.
Pengertian hukum pajak secara sederhana ialah suatu kumpulan peraturan-
peraturan resmi dan tertulis yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai
pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.

Sumber:
1. Buku Hukum Pajak di Indonesia Oleh M. Farouq
2. Website Pajakku, Hukum Pajak Formal & Material Apa Perbedaannya

2.1.3. Fungsi Pajak


Berikut ada beberapa fungsi pajak, diantaranya:
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Menjadi sumber pendapatan negara, pajak memiliki fungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, seperti menjalankan tugas-tugas
rutin negara dan melaksanakan pembangunan. Pajak yang disetorkan oleh wajib
pajak pribadi maupun badan dapat digunakan oleh negara untuk pembiayaan rutin
seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan dan sebagainya. Sedangkan
yang berkaitan dengan pembiayaan pembangunan, biaya yang digunakan dapat
berasal dari tabungan pemerintah, yaitu penerimaan dalam negeri dikurangi
dengan pengeluaran rutin.Di sisi lain, pungutan pajak artinya turut melibatkan
rakyat dalam pembangunan negara.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)


Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Salah satu contohnya adalah dalam rangka meningkatkan angka
penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, pemerintah
memberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Contoh lainnya dalam
rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk
yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi Stabilitas
Adanya pajak membantu pemerintah dalam memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi
dapat. dikendalikan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengatur peredaran
uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan
efisien.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan


Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.

Sumber: https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/fungsi-pajak

2.1.4. Retribusi
Retribusi adalah pungutan daerah yang berguna sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan maupun diberikan khusus oleh
Pemerintah Daerah demi kepentingan pribadi atau badan.
Pada hakikatnya, fungsi utama pemungutan retribusi adalah hampir mirip
dengan pajak, yaitu sebagai sumber anggaran daerah, stabilitas ekonomi daerah
serta pemerataan pendapatan masyarakat daerah. Retribusi yang berperan sebagai
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) berfungsi sebagai anggaran guna
membiayai seluruh kebutuhan sehari-hari pemerintahan dan juga pembangunan
daerah.
Saat sumber anggaran di suatu daerah telah tercukupi, maka seluruh
kegiatan ekonomi bisa berjalan dengan baik. Fungsi lain dari retribusi adalah
sebagai stabilitas ekonomi daerah yaitu mengendalikan harga pasar dan juga dapat
membukakan lapangan kerja baru dalam rangka mengurangi kesenjangan
ekonomi masyarakat wilayah setempat.

Sumber: https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/03/11/retribusi-adalah
2.1.5. Sumbangan
Perlu kita ketahui, selain pajak, terdapat kewajiban lain seorang warga
negara, yakni retribusi dan sumbangan. Istilah yang juga familiar di telinga adalah
sumbangan. Berbeda dengan dua istilah sebelumnya, sumbangan sifatnya tidak
wajib atau tidak memaksa. Penerima sumbangan juga lebih beragam, bisa juga
pemerintah, tapi bisa juga dari yayasan, lembaga kemanusiaan dan semacamnya.
Contoh sederhananya, sebuah lembaga pendidikan berencana meningkatkan
mutu layanan pendidikan sekolah dengan melakukan penggalangan dana.
Penggalangan dana ini diselenggarakan melalui cara sumbangan, bukan pungutan.
Artinya, sifatnya tidak memaksa atau sukarela.

2.1.6. Zakat Atau Sumbangan Keagamaan


Zakat atau sumbangan keagamaan bersifat wajib ,sebagai umat beragama ada
kewajiban yang dapat mengurangi penghasilan yang dimiliki oleh seorang wajib
pajak.hal ini bermanfaat untuk pengurangan penghasilan kena pajak .

Apakah semua zakat dan sumbangan keagamaan dapat mengurangi bruto


penghasilan?
Yang dapat mengurangi bruto penghasilan adalah zakat atas penghasilan yang di
bayarkan oleh WP OP dalam negri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto jika diberikan pada badan Amil ,zakat,atau
lembaga Amil zakat yang dibentuk/disahkan oleh pemerintah. Dengan syarat WP
yang melakukan pengurangan zakat dari penghasilan Bruto wajib melampirkan
fotokopi bukti pembayaran Zakat dari Amil zakat yang dibentuk atau di sahkan
pemerintah pasa SPT tahunan PPh tahun pajak dilakukannya pengurangan zakat
tersebut (Pasal 2 ayar (1) PER-6/PJ/2011 Dan SE-80/PJ/2010.

Sedangkan untuk sumbangan keagamaan berdasarkan PP 60 Tahun 2010, yaitu


sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi WP OP pemeluk agama selain
agama Islam dan/atau oleh WP Badan DN yang dimiliki oleh pemeluk agama
selain agama Islam, yang diakui di Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. WP yang melakukan
pengurangan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib dari penghasilan bruto,
wajib melampirkan fotokopi bukti pembayaran sumbangan keagamaan dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan pemerintah pada SPT Tahunan
PPh tahun pajak dilakukannya pengurangan sumbangan keagamaan tersebut
(Pasal 2 ayat (1) PER-6/PJ/2011 dan SE-80/PJ/2010) dan sumbangan keagamaan
ini dapat berupa uang atau yang disetarakan dengan uang.

2.1.7. Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tatanan Hukum Nasional


Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik. Hukum pajak di Indonesia
menganut paham imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak dapat
ditunda. Ketika terjadi pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib pajak yang
telah ditetapkan pemerintah, sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal Pajak
tentang keberatan diterima, maka wajib pajak terlebih dahulu harus membayar
pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah penjelasan
kedudukan hukum perpajakan:

1. Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya
2. Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Antara lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara
(Hukum Administrasi Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.
Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak
merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pajak mengatur hubungan antara
pemerintah selaku pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak.

2.2. ASAS DAN YURIDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK

2.2.1. Pancasila Dan Pajak


Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional yang menjiwai
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Pancasila memiliki
kedudukan sebagai alat penguji terhadap sumber hukum tertulis, apakah sudah
sesuai atau malah bertentangan dengan Pancasila. Pancasila merupakan tolok ukur
untuk menentukan kebenaran substansi hukum yang terkandung dalam setiap
Undang-undang Pajak.
Sebelum amandemen UUD 1945, ketentuan mengenai pajak diatur pada
Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “segala pajak untuk keperluan negara
harus berdasarkan undang-undang.” Ketentuan ini mengandung asas legalitas
yang meletakkan kewenangan pada negara untuk memungut pajak apabila negara
membutuhkannya, tetapi dengan syarat harus berdasarkan undang-undang. Tidak
ada pajak tanpa persetujuan antara rakyat melalui wakilnya di dalam Dewan
Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah yang diatur dengan undang-undang atau
“No taxation without representation”
Setelah UUD 1945 diamandemen, ternyata ketentuan mengenai pajak
mengalami perubahan yang sangat prinsipil. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 23A
UUD 1945 yag berbunyi “pajak dan pungutan yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang.” Terdapat perubahan yang
prinsipil karena bukan hanya pajak, melainkan pungutan yang bersifat memaksa
juga harus diatur dengan undang-undang. Hal ini merupakan suatu perkembangan
positif agar tidak ada kesewenang-wenangan dalam pembebanan pungutan yang
bersifat memaksa kepada warga negara.

2.2.2. Asas-Asas Pemungutan Pajak


Apasih pengertian asas pemungutan pajak? Asas pemungutan pajak
merupakan pedoman yang digunakan pemerintah saat membuat kebijakan
perpajakan .
Berikut merupakan asas pemungutan pajak penerapan di Indonesia:
1. Asas Finansial
Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi
keuangan (finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.
Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan sekitar
Rp15.000.000 per tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat dengan
pendapatan sekitar Rp1.000 000.000 per tahun. Berdasarkan asas finansial,
besaran pajak yang harus dibayar kedua orang tersebut tentu saja berbeda.
Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan pajak yang harus dibayarkan kedua
orang tersebut harus lebih kecil dari pendapatan mereka selama setahun.

2. Asas Ekonomis
Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus
digunakan sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara
menyeluruh). Pajak juga tidak boleh menjadi penyebab merosotnya kondisi
perekonomian rakyat. Bahkan, dengan adanya pemanfaatan hasil pajak,
diharapkan pemerintah bisa membangun negeri ini secara maksimal tanpa harus
mendapatkan pembiayaan melalui skema lain seperti utang luar negeri.

3. Asas Yuridis
Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD
1945. Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-
undang, yaitu:
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP).
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang
Berlaku di Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).

4. Asas Umum
Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum.
Berdasarkan asas ini, pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan
umum. Artinya, baik pemungutan maupun penggunaan pajak memang
dirancang dari dan untuk masyarakat Indonesia.

5. Asas Kebangsaan
Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di
Indonesia, wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini.
Berdasarkan asas kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di
Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan
negara ini wajib dikenai pajak selama penghasilan yang mereka dapatkan
bersumber dari Indonesia.

6. Asas sumber
Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat
perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut
di Indonesia hanya diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di
Indonesia.
Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan
bekerja di Australia, meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah
WNI tetapi berdasarkan sumber pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib
membayar PPH yang dipungut oleh pemerintah Indonesia.

7. Asas wilayah
Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya,
Bu Laila merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah,
baik rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak
oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di
Indonesia dalam jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai pajak
berdasarkan hukum yang berlaku di negeri ini.

Adapun 3 asas pemungutan pajak yang dijadikan pedoman di dunia yaitu:

 Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau


tempat tinggal seseorang
 Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan
seseorang. Sebagai contoh, meskipun ada orang Amerika yang tinggal di
Jepang, orang tersebut tidak bisa diwajibkan untuk membayar pajak karena
kebangsaannya bukan Jepang.
 Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat
penghasilan berada.

2.2.3. Yurisdiksi Pemungutan Pajak


Suatu negara dalam melakukan pemungutan pajak, terikat pada yurisdiksi
dari Negara yang bersangkutan. Yurisdiksi adalah batas kewenangan yang dapat
dilakukan oleh suatu Negara dalam memungut pajak terhadap warga negaranya,
agar pemungutannya tidak menjadi berulang-ulang yang bisa memberatkan orang
yang dikenakan pajak.

Terdapat 3 yuridiksi pemungutan pajak, di antaranya adalah


1. Berdasarkan Asas Sumber
Berdasarkan yurisdiksi ini, pemungutan pajak tidak dapat dilepaskan dari
sumber atau tempat objek pajak itu berada. Jika objek pajak itu berada di Negara
Indonesia, Negara Indonesia berwenang memungut pajak terhadap terhadap orang
pribadi atau badan yang memiliki objek pajak tersebut. Misalnya, terhadap objek
Pajak Bumi dan Bangunan yang berada di Indonesia. Negara Indonesia memiliki
kewenangan untuk mengenakan dan memungut pajak bagi wajib pajak yang
memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat atas objek pajak yang dikenakan
Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Berdasarkan Asas Kewarganegaraan


Menurut asas ini, yurisdiksi pemungutan pajak dikenakan bukan
berdasarkan tempat objek pajak, melainkan berdasarkan status atau kedudukan
warga Negara dari setiap orang pribadi yang berasal dari Negara yang
mengenakan pajak. Walaupun orang pribadi yang bersangkutan tidak bertempat
tinggal atau berkedudukan pada Negara yang hendak melakukan pemungutan
pajak, tetapi orang pribadi itu merupakan warga negara tersebut, maka tetap dapat
dilakukan pemungutan pajak terhadap yang bersangkutan. Misalnya, untuk
Indonesia yang juga menganut asas kewarganegaraan, pemungutan pajak bukan
hanya dilakukan pada warga negaranya yang bertempat tiggal atau berkedudukan
di Indonesia, tetapi termasuk juga yang bertempat tinggal atau berkedudukan di
luar Indonesia.

3. Berdasarkan Asas Tempat Tinggal


Berdasarkan yurisdiksi ini, pemungutan pajak dilakukan oleh Negara
berdasarkan tempat tinggal atau kedudukan dari wajib pajak. Negara berwenang
memungut pajak pada wajib pajak yang bertempat tinggal atau berkedudukan
pada Negara yang bersangkutan. Segala objek pajak yang dimiliki, dikuasai, atau
dimanfaatkan oleh wajib pajak yang bertempat tinggal tau berkedudukan pada
Negara yang bersangkutan dikenakan pajak. Misalnya, warga Negara Australia
yang bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia memperoleh atau
mendapat penghasilan di Indonesia, maka atas penghasilan tersebut dikenakan
Pajak Penghasilan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hukum pajak adalah seperangkat peraturan hukum yang mengatur tentang
hak dan kewajiban negara/ pemerintah dalam penerimaan pajak, kewajiban warga
negara untuk membayar pajak serta hubungan timbal balik antara pemerintah
(fiskus) dengan masyarakat Wajib Pajak dalam pelaksanaan tugas, wewenang, hak
dan kewajiban administrasi pemungutan pajak.Pengertian hukum pajak secara
sederhana ialah suatu kumpulan peraturan-peraturan resmi dan tertulis yang
mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai
pembayar pajak.

Pajak yang disetorkan oleh wajib pajak pribadi maupun badan dapat
digunakan oleh negara untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan dan sebagainya. Sedangkan yang berkaitan dengan
pembiayaan pembangunan, biaya yang digunakan dapat berasal dari tabungan
pemerintah, yaitu penerimaan dalam negeri dikurangi dengan pengeluaran
rutin.Di sisi lain, pungutan pajak artinya turut melibatkan rakyat dalam
pembangunan negara. Fungsi StabilitasAdanya pajak membantu pemerintah
dalam memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga sehingga inflasi dapat. dikendalikan.

Sumbangan Perlu kita ketahui, selain pajak, terdapat kewajiban lain


seorang warga negara, yakni retribusi dan sumbangan. Zakat Atau Sumbangan
KeagamaanZakat atau sumbangan keagamaan bersifat wajib ,sebagai umat
beragama ada kewajiban yang dapat mengurangi penghasilan yang dimiliki oleh
seorang wajib pajak.hal ini bermanfaat untuk pengurangan penghasilan kena pajak
.Apakah semua zakat dan sumbangan keagamaan dapat mengurangi bruto
penghasilan?Yang dapat mengurangi bruto penghasilan adalah zakat atas
penghasilan yang di bayarkan oleh WP OP dalam negri yang dimiliki oleh
pemeluk agama Islam dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika diberikan
pada badan Amil ,zakat,atau lembaga Amil zakat yang dibentuk/disahkan oleh
pemerintah.

Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tatanan Hukum NasionalHukum pajak


adalah bagian dari hukum publik. Ketika terjadi pengajuan keberatan terhadap
Pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan pemerintah, sebelum ada keputusan
dari Direktur Jenderal Pajak tentang keberatan diterima, maka wajib pajak terlebih
dahulu harus membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Antara lain
terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum
Administrasi Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.Berdasarkan dua poin di
atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari
hukum publik..

DAFTAR PUSTAKA

Buku Hukum Pajak di Indonesia Oleh M. Farouq


Website Pajakku, Hukum Pajak Formal & Material Apa Perbedaannya
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/fungsi-pajak
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/03/11/retribusi-adalah
https://klikpajak.id/blog/ketahui-kedudukan-hukum-pajak-di-indonesia/
https://yurismuda.com/asas-dan-yurisdiksi-pemungutan-pajak/

Anda mungkin juga menyukai