Anda di halaman 1dari 18

DASAR DASAR PERPAJAKAN

Disusun oleh :

Erni Amelia / 4.44.22.1.10

Fadhilatul Hidayah / 4.44.22.1.11

Nia Widayanti / 4.44.22.1.19

Riska Silvia / 4.44.22.1.22

Politeknik Negeri Semarang

Tahun Akademik 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “[Dasar Dasar
Perpajakan]”. Penulisan Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Perpajakan

Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu dalam memberikan pemahaman
mengenai Dasar Dasar Perpajakan sehingga kita sebagai calon wajib pajak kita dapat paham
dan menajalankan aturan aturan pajak yang berlaku sehingga dapat ikut berkontribusi
perkembangan perekomonian negara

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka karena itu, kami
menerima kritik dan saran yang membangun dengan senang hati supaya kami dapat lebih
berkembang di masa depan. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan.

Semarang
Penulis

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………..………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….…1
B. Rumusan Masalah………………………………………………...… .1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………..….1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak…………………………………………………..…..2
B. Pungutan Selain Pajak…………………………………………….......2
C. Fungsi Pajak……………………………...………………………..….3
D. Kedudukan Hukum Pajak……………...………………………….......4
E. Pembagian Hukum Pajak………………………………………….......4
F. Teori Pemungutan Pajak…….………………………………………...5
G. Jenis Jenis Pajak…………………………………………………….....5
H. Sistem Pemungutan Pajak…………….……………………....…….....6
I. Tata Cara Pemungutan Pajak……………………………….…...…….7
J. Asas Asas Pemungutan Pajak……………………………….…......….7
K. Sejarah Pajak……………….……………………………….…...…….8
L. Timbulnya dan hapus utang pajak….……………………….…...…...10
M. Tarif Pajak…………………..……………………………….…...…..10
N. Hambatan Pungutan Pajak….……………………………….…...…...11
O. Manfaat Pajak………………………………………………………...11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan dan saran………..………………………………..…..…...13
Daftar Pustaka………………………..……………………………..……….....14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kata ‘pajak’ berasal dari bahasa latin ‘taxo’ yang berarti iuran wajib yang dibayarkan oleh
rakyat untuk kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat itu sendiri.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Pasal 1 No 1, Pajak adalah kontribusi


wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan arti dari Wajib Pajak menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Nomor 2. Pajak juga menjadi salah satu
sarana dalam pemerataan pendapatan sumber dana pembangunan negara

Rumusan Masalah

1. Apa itu Pajak?


2. Apa sajakah pungutan yang sejenis dengan pajak?
3. Apa saja fungsi dari pajak?
4. Bagaimana kedudukan hukum pajak?
5. Bagaimana teori sistem dan tata cara pemungutan pajak?
6. Apa saja asas asas pajak?
7. Bagaimana sejarah perpajakan diindonesia?
A. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa aitu Pajak
2. Untuk mengetahui pungutan pungutan lain selain pajak
3. Untuk mengetahui fungsi Pajak
4. Untuk mengetahui mengenai hukum pajak?
5. Untuk mengetahui teori sistem dan tata cara pemungutan pajak
6. Untuk mengetahui asas asas pajak
7. Untuk mengetahui sejarah pajak di indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak
Ada beberapa pengertian ataupun definisi pajak menurut sudut pandang para ahli
diantaranya yaitu ;
Menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro, S.H.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi ) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

S.I.Djajadiningrat

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan Sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan , kejadian , dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman.

Menurut DR.N.I. Feldman

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma norma yang ditetapkan secara umum) , tanpa adanya kontraprestasi , dan semata mata
digunakan untuk menutup pengeluaran pengeluaran umum.

Ada beberapa ciri yang melekat pada perpajakan diantaranya yaitu ;

1. Pajak dipungut berdasarkan undang undang serta aturan pelaksanaannya


2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya Kontraprestasi individual
oleh pemerintah
3. Pajak dipungut oleh negara (baik pemerintah daerah maupun pusat)
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pengeluaran pemerintah

2
B. Pungutan Lain Selain Pajak

1. Bea Materai , yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan
benda materai ataupun benda lain
2. Bea Masuk dan Bea Keluar , Bea masuk adalah pungutan atas barang barang yang
dimasukkan ke dalam daerah pabean berdasarkan harga /nilai barang itu atau
berdasarkan tarif yang sudah di tentukan. Bea keluar adalah pungutan yang dilakukan
atas barang yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah
ditentukan bagi masing masing golongan barang
3. Cukai , yaitu pungutan yang dikenakan atas barang barang tertentu yang ditetapkan
untuk masing masing jenis barang tertentu Contoh : tembakau , gula ,bensin minuman
keras dan sebagainya.
4. Retribusi , yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas
yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar
5. Iuran , yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas
yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan
pembayar
6. Pungutan lain yang sah /legal berupa sumbangan wajib

C. Fungsi pajak

1. Fungsi Anggaran (Budgetair) ; artinya pajak merupakan salah satu sumber


keuangan negara untuk membiayai pengeluaran negara, baik rutin maupun
pembangunan contoh: PPh, PPN, PPnBM, PBB dan sebagainya
2. Fungsi Mengatur (Regularend) ; artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi

3. Fungsi Pemerataan ; Pajak digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan


antara pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat
4. Fungsi Stabilisasi ; Pajak digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan
perekomonian , seperti untuk mengatasi inflasi , pemerintah menetapkan pajak
yang tinggi sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
D. Kedudukan Hukum Pajak

R. Santoso Brotodiharjo menyatakan bahwa hukum pajak termasuk hukum publik. Hukum
publik merupakan bagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan antara penguasa
dan warganya hukum ini dapat diperinci sebagai berikut

1. Hukum Tata Negara


2. Hukum Tata Usaha (Administratif)
3. Hukum Pajak
4. Hukum Pidana

R. Santoso juga menyatakan bahwa hukum pajak berkaitan dengan hukum perdata dan
pidana. Hukum Perdata merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang mengatur hubungan
antara orang orang pribadi.

Hukum Pidana, seperti yang telah tercantum dalam Kitab Undang Undang Hukum
Pidana (KUHP) , merupakan suatu keseluruhan sistematis yang juga berlaku untuk peristiwa
peristiwa pidana yang diuraikan di luar KUHP.

E. Pembagian Hukum Pajak

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dengan rakyat
sebagai wajib pajak. Ada dua macam Hukum Pajak, yaitu:

1. Hukum Pajak Materiil , memuat norma norma yang menjelaskan keadaan ,


perbuatan , dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa yang harus
dikenakan pajak, berapa besar pajak yang dikenakan.

2. Hukum Pajak Formil , merupakan peraturan peraturan mengenai berbagai cara


untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan. Bagian hukum ini
memuat cara cara penyelenggaraan, mengenai penetapan suatu utang pajak ,
kontrol oleh pemerintah oleh penyelenggaranya kewajiban para wajib pajak,
kewajiban pihak ke tiga dan prosedur dalam pemungutannya
F. Teori yang mendukung pemungutan Pajak
1. Tori Asuransi , Teori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi
orang dan segala kepentingannya meliputi , keselamatan dan keamanan jiwa dan
harta bendanya. Seperti halnya dalam perjanjian asuransi (pertanggungan) untuk
melindungi orang dan kepentingan tersebut memerlukan pembayaran premi.
2. Teori Kepentingan , Teori ini awalnya hanya memperhatikan pembagian beban
pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus di
dasarkan atas kepentingan masing masing orang dalam tugas tugas pemerintah
termasuk perlindungan atas jiwa orang orang itu beserta harta bendanya.
3. Teori Gaya Pikul , Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak
terletak pada jasa jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya yaitu
perlindungan atas jiwa dan harta bendanya untuk kepentingan tersebut diperlukan
biaya biaya yang harus dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu
yaitu dalam bentuk pajak.
4. Teori Mutlak ,Teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer paham ini
mengajarkan bahwa sifat suatu negara , timbul hak mutlak untuk memungut pajak
5. Teori Asas Gaya Beli, Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak disamakan
dengan pompa yaitu mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk
rumah tangga negara dan kemudian menyalurkannya Kembali ke masyarakat dengan
maksud untuk memelihara hidup masyarakat.
G. Jenis Jenis Pajak

1. Menurut golongan

A. Pajak Langsung , Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.

B. Pajak Tidak Langsung , Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ke tiga contohnya : PPN

2. Menurut Sifat
A. Pajak Subjektif , pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan wajib
pajak contoh: PPh
B. Pajak Objektif , pajak yang memperhatikan objeknya tanpa memperhatikan
keadaan subjek pajak. Contoh: PPnBM , PBB

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

A. Pajak Pusat , yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara contoh: Pajak
Penghasilan , PPN , PPnBM , Bea Materai
B. Pajak Daerah , yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah

H. Sistem Pemungutan Pajak

1. Official Assessment System , Sistem pemungutan pajak yang memberi


kewenangan aparatur perpajakan(fiscus) untuk mementukan jumlah pajak
yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang undangan
perpajakan yang berlaku.
2. Self Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah jumlah pajak yang terutang
stiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang undangan pajak yang
berlaku
3. With Holding System, Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
pada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang undangan
perpajakan yang berlaku

I. Tata Cara Pemungutan Pajak


1. Stelsel Pajak ; pemungutan dapat dilakukan dengan tiga stelsel berikut
penjelasannya
A. Stelsel Riil , stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajakdidasarkan kepada
objek yang sesungguhnya terjadi (untuk PPh objek nya adalah penghasilan)
Kelebihan stelsel nyata adalah penghitungan pajak di dasarkan kepada
penghasilan yang sesungguhnya sehingga lebih akurat dan realistis.
Kekurangan stelsel nyata adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir periode
sehingga wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi
B. Stelsel Anggapan (fiktif), stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak
didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang undang Kelebihan
stelsel fiktif pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu
sampai akhir suatu tahun. Kekurangannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya , sehingga penentuan pajak
menjadi tidak akurat
C. Stelsel campuran , stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan
pada kombinasi antara stelsel nyata dan anggapan.

J. Asas Asas Pemungutan Pajak


1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal) , Asas ini menyatakan bahwa negara berhak
mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di
wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri
2. Asas Sumber, Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal
wajib pajak.
3. Asas Kebangsaan , Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan
dengan kebangsaan suatu negara Misalnya, pajak bangsa asingdi Indonesia
dikenakanatas setiap orang yang tidak berkebangsaan Indonesia namun bertempat
tinggal di Indonesia

K. Sejarah tentang pengenaan pajak di Indonesia


Sejarah tentang pengenaan pajak di Indonesia telah berlangsung sejak zaman kerajaan,
kolonial sampai dengan sekarang. Sehingga sebetulnya masyarakat Indonesia sendiri tidak
asing dengan kata "pajak". Namun, karena pengenaan tiap-tiap zaman berbeda dan di era
sebelumnya cenderung merugikan masyarakat akhirnya menimbulkan sifat resistance pada
terhadap pajak itu sendiri.

Era Pra Kemerdekaan (Dari Masa Kerajaan Sampai Penjajahan)

Bangsa Indonesia telah mengenal pungutan sejenis pajak bahkan sebelum dijajah oleh
Bangsa Eropa dan Jepang. Masyarakat telah mengenal upeti yaitu pungutan sejenis pajak
yang bersifat memaksa. Perbedaannya adalah upeti diberikan kepada raja sebagai
persembahan. Karena pada masa itu raja dianggap sebagai wakil tuhan dan apa yang terjadi
di masyarakat dianggap dipengaruhi oleh raja.

Meskipun kemudian masyarakat mendapat imbalannya berupa jaminan keamanan dan


ketertiban dari raja. Perlu dicatat bahkan pada masa itu beberapa kerajaan seperti Majapahit,
Demak, Pajang, dan Mataram mengenal sistem pembebasan pajak. Terutama pajak atas
kepemilikan tanah yang biasa disebut tanah perdikan. Biasanya pembebasan tersebut diatur
dalam beleid yang dituangkan baik dalam prasasti ataupun dicatat dalam kitab kesusastraan.
Ketika masuk era kolonialisasi oleh Belanda dan bangsa Eropa pajak mulai dikenakan.

Dalam catatan sejarah badan otonomi Belanda yaitu VOC memungut pajak diantaranya
Pajak Rumah, Pajak Usaha dan Pajak Kepala kepada pedagang Tionghoa dan pedagang asing
lainnya. Namun, VOC tidak memungut pajak di wilayah kekuasaanya seperti Batavia,
Maluku dan lainnya. Kemudian pada masa Gubernur Jenderal Daendels juga ada pemungutan
pajak yaitu memungut pajak dari pintu gerbang (baik orang dan barang) dan pajak penjualan
barang di pasar (bazarregten), termasuk pula pungutan pajak terhadap rumah.

Masuk ke era pendudukan Inggris, Gubernur Jenderal Raffles juga dikenal sistem
pemungutan pajak yang dikenal dengan landrent stesel yang mana meniru sistem pengenaan
pajak di Bengali, India yaitu pengenaan pajak atas sewa tanah masyarakat kepada pemerintah
kolonial. Inilah yang menjadi cikal bakal pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Pengenaan pajak landrent stesel ini berdasarkan System Rayatwari yaitu pengenaan pajak
secara langsung kepada para petani. Dalam hal ini tarif pajak adalah pendapatan rata-rata
petani dalam setahun.

Kemudian terdapat juga aturan mengenai pajak penghasilan pada era kolonial. Aturan
pajak atas penghasilan dikenakan kepada pribumi maupun orang non-pribumi yang mendapat
penghasilan di Hindia Belanda, sebutan Indonesia kala itu. Aturan ini yang menerapkan
adalah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Pajak pendapatan untuk pribumi
dikenakan atas kegiatan usahanya seperti perdagangan sehingga dikenal dengan business
tax sedangkan untuk orang non-pribumi dikenakan atas paten usaha bidang industri,
pertanian, kerajinan tangan, manufaktur dan sejenisnya sehingga disebut tax patent duty.
Contoh aturan pengenaanya adalah Ordonantie op de Inkomstenbelasting 1908 dengan tarif
pengenaan pajak pendapatan adalah 2% dari pendapatan.

Pada zaman penjajahan Jepang lebih banyak tidak banyak diketahui. Mengingat pada
masa itu pemerintah Jepang lebih memfokuskan semua sumber daya untuk biaya perang.
Maka, sulit memisahkan mana yang merupakan pajak dengan rampasan pemerintah itu
sendiri kepada rakyat. Namun, di masa itu rakyat selain dibebani dengan kewajiban Romusha
juga rakyat dibebani dengan membayar pungutan yang dianggap sebagai pajak. Hal ini sangat
memberatkan rakyat Indonesia pada waktu itu meskipun hanya berlangsung selama kurang
lebih 3,5 tahun.

Begitu lekatnya masyarakat Indonesia dengan pajak sampai dengan sekarang ini. Namun,
ada dampak negatif akibat dari pengenaan pajak di era kolonial dan era sebelumnya. Yaitu
menjadikan sebagian masyarakat menganggap pajak itu hanya bentuk superioritas penguasa
kepada rakyatnya. Karena bukan hanya ada, bahkan hampir semua sektor pemungutan pajak
pada masa itu dilakukan dengan cara manual dan tanpa pengawasan. Hal ini menjadi
penyebab rawannya penyelewengan pemungutan pajak pada masa itu yang menimbulkan
banyak dilema dan meninggalkan kesan negatif hingga saat ini.

9
L. Timbulnya dan Hapusnya Hutang Pajak
Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat penting karena berkaitan
dengan:
1. Pembayaran pajak
2. Memasukkan surat keberatan
3. Menentukan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu kadaluwarsa
4. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan
5. Menentukan besarnya denda maupun sanksi administrasi lainnya
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak
1. Ajaran Materiil , ajaran ini menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
diberlakukannya undang undang perpajakan
2. Ajaran Formil , Ajaran ini menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah)

Hapusnya Utang Pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :


1. Pembayaran atau Pelunasan , pembayaranpajak dapat dilakukan dengan pemotongan
atau pemungutan oleh pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri , maupun
pembayaran sendiri olrh Wajib Pajak ke kantor penerima pajak.
2. Kompensasi , kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasi karena berlebihan pembayaran pajak
3. Kadaluwarsa , jika dalam jangka waktu suatu utang pajak tidak ditagih oleh
pemungutnya, utang pajak tersebut dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak
dapat ditagih lagi. Utang pajak akan kadaluwarsa setelah melewati waktu 10 tahun
4. Pembebasan / Penghapusan , kewajiban pajak oleh wajib pajak tertentu dinyatakan
hapus oleh fiskus karena setelah dilakukan penyelidikan, ternyata wajib pajak tidak
mampu memenuhi kewajibannya
M.Tarif Pajak
1. Tarif sebanding / proposional , adalah tarif berupa presentase tertentu yang sifatnya
tetap terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya.
2. Tarif Tetap , adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap berapapun dasar
pengenaan pajaknya tarif tetap dikenakan pada bea materai

10
3. Tarif Progresif , presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar
4. Tarif Degresif , presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar
N. Hambatan Pemungutan Pajak
A. Perlawanan Pasif , Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat
disebabkan oleh
A. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
B. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami oleh masyarakat
C. Sistem Kontrol tidak dapat dilakukan dan dilaksanakan dengan baik
B. Perlawanan Aktif , meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh wajib
pajak dengan tujuan menghindari pajak
A. Tax Avoidance , usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang
undang
B. Tax Evasion , usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang
undang (penggelapan Pajak)

O. Manfaat Pajak
1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara, Pajak digunakan untuk membiayai
pengeluaran yang bersifat self liquiditing, contohnya: pengeluaran untuk proyek
produktif barang ekspor.
2. Membiayai pengeluaran reproduktif, Pajak digunakan untuk pembayaran
pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat, contohnya:
pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing, Selain itu pajak juga
digunakan untuk membiayai pengeluaran yang digunakan untuk pendirian monumen
dan objek rekreasi.

11
4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif
Pajak juga digunakan dalam membiayai pengeluaran yang diapaki untuk biaya pertahanan
negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang yaitu
pengeluaran untuk anak yatim piatu.

Dengan taat melakukan pembayaran pajak maka setiap masyarakat dapat memperoleh
manfaat seperti berikut ini:

 Fasilitas umum dan infrastruktur, seperti: jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit
 Pertahanan dan keamanan, seperti: bangunan, senjata, perumahan hingga gaji-gajinya
 Subsidi pangan dan Bahan Bakar Minyak
 Kelestarian Lingkungan hidup dan Budaya
 Dana Pemilu
 Pengembangan Alat transportasi Massa, dan lain-lainnya

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebenarnya pajak ini memiliki banyak sekali manfaat jika ditelaah, pajak tidak cukup
hanya untuk dimengerti saja tetapi lebih luas dalam harus dipelajari serta dipahami secara
komprehensif dari berbagai aspek, yaitu aspek hukum pajak, dasar pengenaan pajak,
sengketa pajak, hak-hak wajib pajak, dan penetapan pajak.
B. Saran
Sebagai calon wajib pajak hendaknya kita bisa sadar dan melek mengenai pengtingnya
pajak sehingga kelak kita tidak akan mengalami kesulitan. Salah satu cara untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pajak dapat dilakukan dengan mengikuti Program
Inklusi Kolaborasi Kesadaran Pajak dengan Direktur Jenderal Pembelajaran dan
Kemenristekdikti Kemahasiswaan

13
Daftar Pustaka
Buku perpajakan Karya Dra.Siti Resmi, M.M., Ak., CA.
Buku perpajakan Karya Prof.Dr.Mardiasmo,MBA.,Ak

14

Anda mungkin juga menyukai