Disusun oleh :
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “[Dasar Dasar
Perpajakan]”. Penulisan Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Perpajakan
Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu dalam memberikan pemahaman
mengenai Dasar Dasar Perpajakan sehingga kita sebagai calon wajib pajak kita dapat paham
dan menajalankan aturan aturan pajak yang berlaku sehingga dapat ikut berkontribusi
perkembangan perekomonian negara
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka karena itu, kami
menerima kritik dan saran yang membangun dengan senang hati supaya kami dapat lebih
berkembang di masa depan. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan.
Semarang
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………..………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….…1
B. Rumusan Masalah………………………………………………...… .1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………..….1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak…………………………………………………..…..2
B. Pungutan Selain Pajak…………………………………………….......2
C. Fungsi Pajak……………………………...………………………..….3
D. Kedudukan Hukum Pajak……………...………………………….......4
E. Pembagian Hukum Pajak………………………………………….......4
F. Teori Pemungutan Pajak…….………………………………………...5
G. Jenis Jenis Pajak…………………………………………………….....5
H. Sistem Pemungutan Pajak…………….……………………....…….....6
I. Tata Cara Pemungutan Pajak……………………………….…...…….7
J. Asas Asas Pemungutan Pajak……………………………….…......….7
K. Sejarah Pajak……………….……………………………….…...…….8
L. Timbulnya dan hapus utang pajak….……………………….…...…...10
M. Tarif Pajak…………………..……………………………….…...…..10
N. Hambatan Pungutan Pajak….……………………………….…...…...11
O. Manfaat Pajak………………………………………………………...11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata ‘pajak’ berasal dari bahasa latin ‘taxo’ yang berarti iuran wajib yang dibayarkan oleh
rakyat untuk kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat itu sendiri.
Sedangkan orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan arti dari Wajib Pajak menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Nomor 2. Pajak juga menjadi salah satu
sarana dalam pemerataan pendapatan sumber dana pembangunan negara
Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
Ada beberapa pengertian ataupun definisi pajak menurut sudut pandang para ahli
diantaranya yaitu ;
Menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro, S.H.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi ) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
S.I.Djajadiningrat
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan Sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan , kejadian , dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman.
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma norma yang ditetapkan secara umum) , tanpa adanya kontraprestasi , dan semata mata
digunakan untuk menutup pengeluaran pengeluaran umum.
2
B. Pungutan Lain Selain Pajak
1. Bea Materai , yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan
benda materai ataupun benda lain
2. Bea Masuk dan Bea Keluar , Bea masuk adalah pungutan atas barang barang yang
dimasukkan ke dalam daerah pabean berdasarkan harga /nilai barang itu atau
berdasarkan tarif yang sudah di tentukan. Bea keluar adalah pungutan yang dilakukan
atas barang yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah
ditentukan bagi masing masing golongan barang
3. Cukai , yaitu pungutan yang dikenakan atas barang barang tertentu yang ditetapkan
untuk masing masing jenis barang tertentu Contoh : tembakau , gula ,bensin minuman
keras dan sebagainya.
4. Retribusi , yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas
yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar
5. Iuran , yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas
yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan
pembayar
6. Pungutan lain yang sah /legal berupa sumbangan wajib
C. Fungsi pajak
R. Santoso Brotodiharjo menyatakan bahwa hukum pajak termasuk hukum publik. Hukum
publik merupakan bagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan antara penguasa
dan warganya hukum ini dapat diperinci sebagai berikut
R. Santoso juga menyatakan bahwa hukum pajak berkaitan dengan hukum perdata dan
pidana. Hukum Perdata merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang mengatur hubungan
antara orang orang pribadi.
Hukum Pidana, seperti yang telah tercantum dalam Kitab Undang Undang Hukum
Pidana (KUHP) , merupakan suatu keseluruhan sistematis yang juga berlaku untuk peristiwa
peristiwa pidana yang diuraikan di luar KUHP.
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dengan rakyat
sebagai wajib pajak. Ada dua macam Hukum Pajak, yaitu:
1. Menurut golongan
A. Pajak Langsung , Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.
B. Pajak Tidak Langsung , Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ke tiga contohnya : PPN
2. Menurut Sifat
A. Pajak Subjektif , pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan wajib
pajak contoh: PPh
B. Pajak Objektif , pajak yang memperhatikan objeknya tanpa memperhatikan
keadaan subjek pajak. Contoh: PPnBM , PBB
A. Pajak Pusat , yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara contoh: Pajak
Penghasilan , PPN , PPnBM , Bea Materai
B. Pajak Daerah , yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
Bangsa Indonesia telah mengenal pungutan sejenis pajak bahkan sebelum dijajah oleh
Bangsa Eropa dan Jepang. Masyarakat telah mengenal upeti yaitu pungutan sejenis pajak
yang bersifat memaksa. Perbedaannya adalah upeti diberikan kepada raja sebagai
persembahan. Karena pada masa itu raja dianggap sebagai wakil tuhan dan apa yang terjadi
di masyarakat dianggap dipengaruhi oleh raja.
Dalam catatan sejarah badan otonomi Belanda yaitu VOC memungut pajak diantaranya
Pajak Rumah, Pajak Usaha dan Pajak Kepala kepada pedagang Tionghoa dan pedagang asing
lainnya. Namun, VOC tidak memungut pajak di wilayah kekuasaanya seperti Batavia,
Maluku dan lainnya. Kemudian pada masa Gubernur Jenderal Daendels juga ada pemungutan
pajak yaitu memungut pajak dari pintu gerbang (baik orang dan barang) dan pajak penjualan
barang di pasar (bazarregten), termasuk pula pungutan pajak terhadap rumah.
Masuk ke era pendudukan Inggris, Gubernur Jenderal Raffles juga dikenal sistem
pemungutan pajak yang dikenal dengan landrent stesel yang mana meniru sistem pengenaan
pajak di Bengali, India yaitu pengenaan pajak atas sewa tanah masyarakat kepada pemerintah
kolonial. Inilah yang menjadi cikal bakal pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Pengenaan pajak landrent stesel ini berdasarkan System Rayatwari yaitu pengenaan pajak
secara langsung kepada para petani. Dalam hal ini tarif pajak adalah pendapatan rata-rata
petani dalam setahun.
Kemudian terdapat juga aturan mengenai pajak penghasilan pada era kolonial. Aturan
pajak atas penghasilan dikenakan kepada pribumi maupun orang non-pribumi yang mendapat
penghasilan di Hindia Belanda, sebutan Indonesia kala itu. Aturan ini yang menerapkan
adalah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Pajak pendapatan untuk pribumi
dikenakan atas kegiatan usahanya seperti perdagangan sehingga dikenal dengan business
tax sedangkan untuk orang non-pribumi dikenakan atas paten usaha bidang industri,
pertanian, kerajinan tangan, manufaktur dan sejenisnya sehingga disebut tax patent duty.
Contoh aturan pengenaanya adalah Ordonantie op de Inkomstenbelasting 1908 dengan tarif
pengenaan pajak pendapatan adalah 2% dari pendapatan.
Pada zaman penjajahan Jepang lebih banyak tidak banyak diketahui. Mengingat pada
masa itu pemerintah Jepang lebih memfokuskan semua sumber daya untuk biaya perang.
Maka, sulit memisahkan mana yang merupakan pajak dengan rampasan pemerintah itu
sendiri kepada rakyat. Namun, di masa itu rakyat selain dibebani dengan kewajiban Romusha
juga rakyat dibebani dengan membayar pungutan yang dianggap sebagai pajak. Hal ini sangat
memberatkan rakyat Indonesia pada waktu itu meskipun hanya berlangsung selama kurang
lebih 3,5 tahun.
Begitu lekatnya masyarakat Indonesia dengan pajak sampai dengan sekarang ini. Namun,
ada dampak negatif akibat dari pengenaan pajak di era kolonial dan era sebelumnya. Yaitu
menjadikan sebagian masyarakat menganggap pajak itu hanya bentuk superioritas penguasa
kepada rakyatnya. Karena bukan hanya ada, bahkan hampir semua sektor pemungutan pajak
pada masa itu dilakukan dengan cara manual dan tanpa pengawasan. Hal ini menjadi
penyebab rawannya penyelewengan pemungutan pajak pada masa itu yang menimbulkan
banyak dilema dan meninggalkan kesan negatif hingga saat ini.
9
L. Timbulnya dan Hapusnya Hutang Pajak
Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat penting karena berkaitan
dengan:
1. Pembayaran pajak
2. Memasukkan surat keberatan
3. Menentukan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu kadaluwarsa
4. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan
5. Menentukan besarnya denda maupun sanksi administrasi lainnya
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak
1. Ajaran Materiil , ajaran ini menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
diberlakukannya undang undang perpajakan
2. Ajaran Formil , Ajaran ini menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah)
10
3. Tarif Progresif , presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar
4. Tarif Degresif , presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar
N. Hambatan Pemungutan Pajak
A. Perlawanan Pasif , Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat
disebabkan oleh
A. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
B. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami oleh masyarakat
C. Sistem Kontrol tidak dapat dilakukan dan dilaksanakan dengan baik
B. Perlawanan Aktif , meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh wajib
pajak dengan tujuan menghindari pajak
A. Tax Avoidance , usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang
undang
B. Tax Evasion , usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang
undang (penggelapan Pajak)
O. Manfaat Pajak
1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara, Pajak digunakan untuk membiayai
pengeluaran yang bersifat self liquiditing, contohnya: pengeluaran untuk proyek
produktif barang ekspor.
2. Membiayai pengeluaran reproduktif, Pajak digunakan untuk pembayaran
pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat, contohnya:
pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing, Selain itu pajak juga
digunakan untuk membiayai pengeluaran yang digunakan untuk pendirian monumen
dan objek rekreasi.
11
4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif
Pajak juga digunakan dalam membiayai pengeluaran yang diapaki untuk biaya pertahanan
negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang yaitu
pengeluaran untuk anak yatim piatu.
Dengan taat melakukan pembayaran pajak maka setiap masyarakat dapat memperoleh
manfaat seperti berikut ini:
Fasilitas umum dan infrastruktur, seperti: jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit
Pertahanan dan keamanan, seperti: bangunan, senjata, perumahan hingga gaji-gajinya
Subsidi pangan dan Bahan Bakar Minyak
Kelestarian Lingkungan hidup dan Budaya
Dana Pemilu
Pengembangan Alat transportasi Massa, dan lain-lainnya
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebenarnya pajak ini memiliki banyak sekali manfaat jika ditelaah, pajak tidak cukup
hanya untuk dimengerti saja tetapi lebih luas dalam harus dipelajari serta dipahami secara
komprehensif dari berbagai aspek, yaitu aspek hukum pajak, dasar pengenaan pajak,
sengketa pajak, hak-hak wajib pajak, dan penetapan pajak.
B. Saran
Sebagai calon wajib pajak hendaknya kita bisa sadar dan melek mengenai pengtingnya
pajak sehingga kelak kita tidak akan mengalami kesulitan. Salah satu cara untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pajak dapat dilakukan dengan mengikuti Program
Inklusi Kolaborasi Kesadaran Pajak dengan Direktur Jenderal Pembelajaran dan
Kemenristekdikti Kemahasiswaan
13
Daftar Pustaka
Buku perpajakan Karya Dra.Siti Resmi, M.M., Ak., CA.
Buku perpajakan Karya Prof.Dr.Mardiasmo,MBA.,Ak
14