Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PAJAK

Disusun Oleh :

Helmalia Putri Sardova Siburian


2305112671

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha penyayang, penulis panjatkan puja
dan puji syukur Kehadirat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar dan sukses.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
Makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah
yang baik. Kemudian apabila banyak terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis
mohon maaf sebesar-besarnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan...................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Pajak..................................................................................................................... 3
2.2 Macam-Macam Pajak............................................................................................................ 3
2.3 Manfaat Pajak......................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional, yang merupakan pengamalan Pancasila
yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat (Mokamat,
2009). Hal ini yang menjadikan pemerintah semakin giat untuk meningkatkan dan membuat
pemerataan pemungutan pajak di Indonesia supaya dapat juga meningkatkan penerimaan
negara yang kemudian di gunakan pemerintah untuk keperluan kegiatan serta kesejahteraan
masyarakat.
Penulis juga menemukan pendapat dari Mardiasmo (2018), menjelaskan bahwa pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak memang tidak memberikan
secara langsung keuntungan timbal balik setelah membayarnya, namun dari pajak yang kita
bayarkan dengan rutin, kita sebagai masyarakat mendapatkan beberapa manfaat dan fasilitas
umum seperti pembangunan jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/ puskesmas, kantor polisi,
serta fasilitas umum lainnya.
Djajadiningrat, dalam Resmi (2017) juga mengatakan pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian kekayaan ke kas Negara yang di sebabkan suatu keadaan,
kewajiban,dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang di tetapkan pemerintah serta dapat di paksakan, tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesehjateraan
secara umum. Jadi kewajiban ini adalah yang ditagihakan kepada wajib pajak dari sebagian
kekayaan yang dimilikinya, yang kemudian dijadikan untuk kekayaan kas negara yang
sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk keperluan negara.
Menurut Waluyo (2014) sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak dari berbagai definisi, adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebgai alat untuk mengukur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi.

1
Hal ini memberi gambaran bahwa pajak berfungsi sebagai alat dan sumber dana yang
dipergunakan sebagai pembiayaan dan kebijakan oleh pemerintah untuk jalannya
penyelenggaraan negara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pajak?
2. Apa saja macam-macam pajak?
3. Apa saja manfaat yang dapat dirasakan dari pajak?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pajak.
2. Untuk memahami apa saja macam-macam dari pajak.
3. Untuk memahami apa saja manfaat yang dapat dirasakan dari pajak ini.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak


Pajak adalah sumber pendapatan utama pemerintah dan digunakan untuk mendanai
pengeluaran di negara bagian, klasifikasi pajak oleh pemungut pajak terdiri dari pajak pusat
dan pajak daerah pajak dewan (Riftiasari, 2019). Disebutkan dalam UU No. 16 Tahun 2009
pasal 1 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) Pengertian pajak adalah
suatu kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Definisi pajak menurut Mardiasmo (2018) adalah iuran dari rakyat kepada kas negara
berdasarkan dengan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Dari definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peran serta wajib kepada negara
2. Pajak dipungut menurut ketentuan undang-undang
3. Pemungutan pajak bersifat memaksa
4. Pembayaran pajak digunakan untuk pengeluaran umum dan kesejahteraan
masyarakat
Sedangkan menurut P. J. A. Andriani dalam bukunya Waluyo, (2014), pajak adalah iuran
masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dan
tidak mendapatkan prestasi-prestasi kembali yang secara langsung dapat ditunjuk.
Sumber : http://jurnal.unpal.ac.id/index.php/solusi/article/view/311
2.2 Macam-Macam Pajak
Dalam berbagai literatur ilmu keuangan Negara dan pengantar ilmu hukum pajak
terdapat perbedaan atau penggolongan pajak serta jenis – jenis pajak. Perbedaan pembagian
atau penggolongan tersebut didasarkan pada suatu kriteria, seperti siapa yang membayar

3
pajak, apakah beban pajak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, siapa yang memungut, serta
sifat – sifat yang melekat pada pajak yang bersangkutan. Berikut ini adalah pembagian jenis
pajak berdasarkan kriteria diatas ( Diaz Priantara, 2012 ) :
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya langsung kepada WP yang
berkewajiban membayar pajaknya. Ini artinya, WP yang bersangkutan yang harus
memikul beban pajak yang dan beban pajak ini tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain. Contoh : Pajak Penghasilan ( PPh ).
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dialihkan kepada
pihak lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan Pajak Penjualan Barang
Mewah. Pajak ini dipungut oleh WP ( Pengusaha Kena Pajak) terlebih dahulu dan
yang memikul beban pajak adalah pengguna jasa atau barang yang dihasilkan
oleh WP tersebut.
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif adalah pajak yang waktu pengenaannya yang pertama
diperhatikan adalah subjek pajaknya. Setelah subjeknya diketahui barulah
menentukan objeknya, contoh WP adalah PPh.
b. Pajak Objektif adalah pajak yang pada waktu pengenaannya yang pertama
diperhatikan adalah objeknya, setelah objeknya diketahui barulah menentukan
subjeknya, contohnya adalah PPN dan Pajak Bumi Bangunan ( PBB ).
3. Menurut Lembaga Institusi Pemungutan
a. Pajak Pusat adalah pajak yang diadministrasikan Pemerintah Pusat dalam hal ini
adalah Kementerian Keuangan yakni Direktorat Jenderal Pajak, misalnya adalah
PPh dan PPN.
b. Pajak Derah adalah pajak yang diadministrasikan oleh Pemerintah Daerah. Pajak
daerah dibedakan antara Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten / Kota. Pajak
Provinsi terdiri dari empat macam pajak yakni: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar dan Pajak Pengambilan
dan Pemanfaatan Air dibawah Tanah dan Air Permukaan Tanah. Sedangkan
pajak Kabupaten / Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Dan Pengolahan Bahan Golongan C.
Menurut Resmi (2017), jenis pajak dapat diklasifikasikan berdasarkan golongannya,
pihak pemungut dan sifatnya. Berikut akan diuraikan terkait masing-masing klasifikasi jenis
pajak.

4
1. Berdasarkan golongannya, pajak dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak langsung dan
pajak tidak langsung.
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan dan kewajiban tersebut tidak dapat dibebankan kepada pihak lain,
seperti pajak penghasilan.
b. Sebaliknya, pajak tidak langsung adalah jenis pajak yang dapat dibebankan
kepada pihak lain dan timbul karena adanya peristiwa yang menyebabkan
terutangnya pajak, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Berdasarkan pihak yang memungut, pajak dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak pusat
dan pajak daerah.
a. Pajak pusat merupakan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.
Contohnya yaitu PPN, PPh dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
b. Sedangkan pajak daerah merupakan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota dan provinsi. Contohnya yaitu pajak rekreasi, pajak hotel,
pajak burung walet dan lain-lain.
3. Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan menjadi 2 jenis yaitu pajak subjektif dan pajak
objektif.
a. Pajak subjektif adalah jenis pajak yang pengenaanya harus melihat kondisi atau
keadaan wajib pajak atau subjek pajaknya terlebih dahulu. Contoh pajak subjektif
yaitu PPh.
b. Pajak objektif adalah jenis pajak yang pengenaanya memperhatikan objek yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban pajak atau dengan kata lain tidak
memperhatikan subjeknya. Contoh dari pajak objektif yaitu PPN.
Pembagian jenis pajak dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu menurut golongan, menurut
sifat, dan menurut lembaga pemungut (Mardiasmo, 2018):
1. Menurut Golongan
Menurut golongan pajak dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
2. Menurut Sifat
Menurut sifatnya pajak dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu:

5
a. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
b. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
3. Menurut Lembaga Pemungut
Menurut lembaga pemungutnya pajak dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.
b. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintaah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terbagi lagi menjadi 2 (dua)
yaitu pajak propinsi dan pajak kabupaten.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka dapa disimpulkan bahwa pajak dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu pajak berdasarkan golongannya, pajak berdasarkan sifatnya dan pajak
berdasarkan pihak yang memungutnya. Pajak berdasarkan golongannya terdiri atas pihak
langsung dan tidak langsung. Sedangkan pajak berdasarkan sifatnya terdiri atas pajak
subjektif dan pajak objektif. Dan pajak berdasarkan pihak yang memungkutnya terdiri atas
pajak pusat dan pajak daerah.
Sumber : http://repository.unp.ac.id/7104/1/3_A_ANDRE_13251_3462_2013.pdf
2.3 Manfaat Pajak
Manfaat atau fungsi pajak itu sendiri ialah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat. Jadi hasil atau imbalan yang kita peroleh dari pembayaran pajak ini
tidak dapat kita peroleh secara langusng. Karena prestasi yang diberikan oleh pemerintah ini
merupakan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum yang manfaatnya dapat dirasakan
oleh masyarakat, seperti sekolah-sekolah negeri dan sebagainya. Dengan memenuhi
kewajiban membayar pajak, seorang wajib pajak sebagai warga negara yang baik telah
membantu pemerintah dalam membiayai rumah tangga negara dan pembangunan negara.
Fungsi pajak menurut Resmi (2017), yaitu :
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan Negara,
pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak – banyaknya untuk kas Negara.
Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan
pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak

6
Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan seterusnya.
2. Fungsi Regularend (pengatur )
Pajak mempunyai fungsi pengatur, yang berarti pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi
serta mencapai tujuan – tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Berikut contoh
penerapan pajak sebagai fungsi pengatur :
a. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi
transaksi jual beli barang tergolong mewah. Semakin mewah suatu barang, tarif
yang diberikan semakin tinggi.
b. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak yang
memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang
tinggi pula sehingga memperbesar devisa Negara.
c. Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar para pengusaha terdorong
mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga memperbesar devisa
Negara.
d. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu,
seperti industri semen, industri kertas, industri baja, dan lainnya, hal ini dilakukan
supaya ada penekanan terhadap industri dikarenakan menganggu kenyamanan.
e. Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan batasan peredaran
usaha tertentu, dimaksudkan untuk penyederhanan penghitungan pajak.
f. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing agar
menanamkan modalnya di Indonesia.
Menurut Anggoro (2017) terdapat dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak memiliki fungsi budgetair yang
artinya adalah pajak merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah yang
digunakan untuk membiayai seluruh pengeluaran. Contohnya adalah Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak
bumi dan Bangunan.
2. Fungsi Regularend (Pengatur) Pajak memiliki fungsi pengatur yang artinya adalah
pajak sebagai alat untuk mengatur, mengawasi, serta melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi dan sosial serta mencapai tujuan nasional.
Contohnya yaitu:

7
a. Pajak atas barang mewah dikenakan dengan tarif yang cukup tinggi. Semakin
mewah barangnya maka tarifnya pun akan semakin tinggi. Pengenaan pajak ini
dimaksudkan agar rakyat tidak berbondong-bondong atau berlomba-lomba untuk
membeli barang mewah (mengurangi gaya hidup yang mewah).
b. Tarif ekspor 0%. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar para pengusaha mau
mengekspor hasil produksinya ke luar negri sehingga devisa negara akan
bertambah.
c. Pemberlakuan tax holiday dimaksudkan agar menarik investor asing supaya mau
menanamkan modalnya di Indonesia.
Mulyo Agung (2014) berpendapat bahwa terdapat fungsi pajak di antaranya sebagai
berikut.
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair), yaitu pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi Mengatur (Regulered), yaitu pajak berfungsi sebagai alat pengatur dalam
pelaksanaan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Berdasarkan beberapa fungsi pajak yang sudah dijelaskan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat dua fungsi pajak yaitu yang pertama fungsi anggaran atau fungsi
sumber keuangan negara (Budgetair) dan yang kedua fungsi mengatur (Regulerend). Fungsi
anggaran atau sumber keuangan negara sebagai sumber dana untuk membiayai pengeluran –
pengeluaran Negara melalui ektensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak. Fungsi
mengatur yaitu sebagai alat untuk mengatur masyarakat luas guna mencapai tujuan – tujuan
tertentu.
Sumber :
https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=48dVDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=buku+pajak+Resmi,
+2017&ots=TglJyyzWRG&sig=KkGiqy4hxVTKg3M6YFwyptUMPw4

8
DAFTAR PUSTAKA

Agung Mulyo, 2014. Perpajakan Indonesia. Lentera Ilmu Cendekia.


Agustina, E. (2020). Hukum Pajak Dan Penerapannya Untuk Kesejahteraan Sosial. Salam,
Jurnal Filsafat Dan Budaya Hukum, 18(3).
Andre, A. (2013). Sosialisasi Pajak Melalui Turnamen Basket di SMK Nasional Padang
(Doctoral dissertation, Universitas Negeri Padang).
Anggoro, D. D. (2017). Pajak daerah dan retribusi daerah. Universitas Brawijaya Press.
Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Edisi Terbaru 2018. Yogyakarta: Andi.
Priantara. Diaz. (2012). Perpajakan Indonesia Edisi 2. Jakarta : Mitra Wacana Media
Resmi, S. (2017). Perpajakan: Teori & Kasus. Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Riftiasari, D. (2019). Pengaruh Restitusi Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan. Moneter-Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, 6(1), 63-68.
Waluyo. (2014) . Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai