Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Rendahnya Kesadaran Warga Negara Dalam


Membayar Pajak

Guru Bidang Studi:


Ibu Isma Hanum Sp.d

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III

1) Claudia Veronica Purba


2) Anggi Selvia Siregar
3) Sufia Afrianti
4) Muhammad Akbar

SMK NEGERI 1 MEDAN


Tahun ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
dengan yang kami harapakan.Dalam makalah ini kami membahas
tentang”rendahnya kesadaran warga negara dalam membayar pajak “
suatu permasalahan bagi pendapatan negara.
Dalam proses pendalaman tentang pajak ini kami mendapat
bimbingan,arahan,koreksi dan saran,untuk itu rasa terima kasih
kamiyang sedalam dalamnya kami sampaikan pada teman teman yang
memeberi masukan untuk makalah ini.kami sadar bahwa makalah yang
kami buat ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat menjadi makalah yang sempurna.
Demikian makalah yang kami buat ini semoga bermafaat,terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………II
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………...III
A.latar belakang………………………………………………………………………………….IV
B.perumusan masalah…………………………………………………………………………V
C.tujuan dan manfaat………………………………………………………………………….VI
BAB 2 LANDASAN TEORI……………………………………………………………………VII
A.pengertian pajak dan jenis-jenis pajak…………………………………………..VIII
B.tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah……….IX
C. hal membangun kesadaran dan kepedulian sukarela wajib pajak..X
D. Manfaat, Fungsi, dan Penggunaan Pajak…………………………………….XI

BAB 3 PENUTUP
A.kesimpulan……………………………………………………………………………………XII
B.saran…………………………………………………………………………………………….XIII
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai amanat UUD 1945 Pasal 23, bahwa “Pajak merupakan kontribusi wajib rakyat
kepada negara baik orang pribadi maupun badan hukum atau warga negara terhadap negara,
dengan tidak mendapat imbalan atau kontraprestasi langsung dan digunakan untuk
kepentingan negara serta untuk kemakmuran rakyat. Hanya dengan menyisihkan sedikit
bagian dari yang telah diperoleh, akan dapat menyukseskan pembangunan yang nantinya
akan memakmurkan negara ini.Pajak yang berhasil dikumpulkan oleh pemerintah akan
dijadikan sebagai salah satu sumber dana untuk membiayai pembangunan dan sumber
investasi. Penghasilan pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan
rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai
dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya
dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan
penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda
pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Disamping fungsi budgeter (fungsi
penerimaan), pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang
mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya
lebih rendah
Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban
warga negara berupa pengabdian serta peran aktif warga negara
dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan
negara dalam Pembangunan Nasional, tanpa adanya imbalan secara
langsung yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang
Perpajakan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. Dengan
semakin berkembangnya kondisi usaha dan bisnis baik ditingkat
nasional maupun internasional, maka penghasilan yang diterima
wajib pajak badan dalam negeri juga meningkat. Badan atau
perusahaan merupakan subjek pajak dalam negeri dimana wajib
pajak badan ini merupakan penyumbang bagi penerimaan negara
dari sektor pajak yaitu pajak penghasilan badan. Dalam hal
menjalankan usaha, suatu badan atau perusahaan harus membuat
pembukuan untuk menunjang kegiatan usahanya. Sama halnya
dalam perpajakan, pembukuan juga wajib dibuat oleh wajib pajak
yang berbentuk badan untuk mempermudah menghitung pajaknya
B. Rumusan masalah
1) Kebijakan yang di yakinkan akan dapat mengatasi
2) Keuntungan dan kerugian dari kebijakan tertentu
3) Kebijakan tersebut tidak melanggar peraturan perundang-undangan
4) Tingkat atau lembaga pemerintah yg mana yang harus bertanggu ng jawab menjalankan
kebijakan yang di usulkan

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1.) Menganalisis kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah
2.) Menganalisa strategi agar meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak
daerah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian pajak dan jenis-jenis pajak
pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat
dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung

Pajak di Indonesia ada 2 macam, yaitu pajak pusat dan pajak daerah.
Pajak pusat adalah pajak yang dikelola langsung pemerintahan pusat
(Direktorat Jenderal Pajak) di bawah Kementrian Keuangan.
Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola Pemerintah
Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Jenis Pajak Pusat


Pajak berikut ini dikelola langsung oleh pemerintah pusat dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak, Kemenkeu:

1. Pajak Penghasilan (PPh)


Pajak penghasilan dikenakan kepada orang pribadi atau badan usaha
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun
pajak. Pajak tersebut meliputi penghasilan, seperti: keuntungan usaha,
gaji, hadiah, dan sebagainya. Menurut undang–undang Pajak
Penghasilan ada 3 kelompok subjek PPh, antara lain:

 Orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai 1 kesatuan.


 Badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,
dan perseroan lainnya, BUMN dan BUMD dengan nama dan bentuk
apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan
atau organisasi sejenis, lembaga dana pensiun, dan Bentuk Badan
Usaha lainnya.
 Bentuk Usaha Tetap yang dikenakan orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau di Indonesia kurang dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan. Atau badan usaha yang tidak didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia, namun menjalankan usaha
dan kegiatan di Indonesia.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
4. Bea Materai
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Jenis Pajak Daerah
Jenis pajak berikut ini dikelola oleh pemerintah daerah setempat:

1. Pajak Kendaraan Bermotor


2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
6. Pajak Kabupaten/Kota, Meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung
Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah atau Bangunan.

Masalah pajak telah diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Pajak adalah iuran resmi yang
wajib dibayarkan oleh wajib pajak (orang atau badan usaha) kepada negara berdasarkan
undang-undang, tanpa mendapat balas saja secara langsung. Ada banyak pengertian pajak
menurut para ahli. Salah satunya adalah menurut Prof. Dr. Djajadiningrat: pajak adalah
kewajiban masyarakat untuk menyerahkan sebagaian kekayaan karena suatu keadaan ataupun
karena kejadian yang ditetapkan pemerintah dan bersifat dapat dipaksanakan dengan balas
jasa yang tidak dapat diberikan secara langsung dari negara.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan
ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imblan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebenar-benarnya
kemakmuaran rakyat. Pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Iuran wajib yang harus dibayarkan para wajib pajak
2. Dipungut berdasarkan undang-undang
3. Digunakan untuk kepentingan umum
4 Wajib pajak tidak diberi balas jasa atau manfaat secara langsung.

Sedangkan Pajak Daerah adalah pungutan yang dilakukan Pemerintah Daerah berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku. Pajak daerah dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu
pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah dan pajak negara yang pengelolaan dan
penggunaannya diserahkan kepada daerah. Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, pajak
daerah merupakan sumber penerimaan penting dalam keuangan pemerintah daerah untuk
menjalankan roda pemerintahan. Pajak daerah dapat dibedakan menjadi pajak daerah tingkat
provinsi dan pajak daerah tingkat II (kabupaten).

Salah satu ukuran kemampuan daerah untuk melaksanakan otonomi adalah dengan melihat
besarnya nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat dicapai oleh daerah tersebut. Dengan
PAD yang relatif kecil akan sulit bagi daerah tersebut untuk melaksanakan proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara mandiri, tanpa didukung oleh pihak
lain (dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Propinsi). Padahal dalam pelaksanaan otonomi ini,
daerah dituntut untuk mampu membiayai dirinya sendiri.

Melihat pentingnya pajak daerah (pajak), maka kesadaran masyarakat untuk


membayar pajak harus diperhatikan. Dengan lancar dan tertibnya masyarakat membayar pajak,
diharapkan pembangunan di daerah akan berlangsung dengan baik dan berkelanjutan. Namun
kenyataannya, tingkat kesadaran masyarkat dalam membayar pajak belum seperti yang
diharapkan. Masih banyak masyarakat yang belum taat dan patuh untuk membayar pajak
daerah. Masyarkata banyak yang belum paham bahwa pajak itu adalah kewajiban sebagai
seorang warga negara.

B. tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah


Dalam tesisnya Utomo, Pudjo Susilo (2002) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kesadaran Masyarakat Untuk Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Demak. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, menjelaskan bahwa:
1.)Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan
Bangunan. Faktor yang cukup menonjol adalah kepemimpinan, kualitas pelayanan, dan
motivasi. Pemimpin harus mampu menciptakan kemudahan untuk merangsang kesadaran yang
dipimpin, dalam hal ini adalah kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan
Bangunan. Pelayanan masyarakat merupakan salah satu tugas lurah desa, memberi pelayanan
yang berkualitas telah menjadi obsesi yang selalu ingin dicapai. Motivasi adalah dorongan agar
orang mau melakukan sesuatu dengan ikhlas dengan sebaik-baiknya. Dan kepemimpinan yang
baik, pelayanan yang berkualitas dan motivasi yang baik akan dapat mempengaruhi kesadaran
masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

2) Faktor ekonomi /tingkat pendapatan. Sekretaris Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
sebagaimana dikutip Rohmat Soemitro (1988.299) menyatakan : “Masyarakat tidak akan
menemui kesulitan dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus
dibayar itu masih di bawah penghasilanyang sebenarnya mereka peroleh secara rutin”. Faktor
ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban.
Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan
mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya
tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki
kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya.
Kemudian terdapat juga faktor Negatif atau yang Menghambat Tingkat Kesadaran dan
Kepedulian Sukarela Wajib Pajak, antara lain:

1. Prasangka negatif kepada aparat perpajakan harus digantikan dengan prasangka positif.
Sebab, prasangka negatif ini akan menyebabkan para wajib pajak bersikap defensif dan
tertutup. Mereka akan cenderung menahan informasi dan tidak co operatif. Mereka akan
berusaha memperkecil nilai pajak yang dikenakan pada mereka dengan memberikan
informasi sesedikit mungkin. Perlu usaha keras dari lembaga perpajakan dan media massa
untuk membantu menghilangkan prasangka negatif tersebut.
2. Hambatan atau kurangnya intensitas kerjasama dengan Instansi lain (pihak ketiga) guna
mendapatkan data mengenai potensi Wajib Pajak baru, terutama dengan instansi daerah
atau bukan instansi vertikal.
3. Bagi Calon Wajib Pajak, Sistem Self Assessment dianggap menguntungkan, sehingga
sebagian besar mereka enggan untuk mendaftarkan dirinya bahkan menghindar dari
kewajiban ber-NPWP. Data-data tentang dirinya selalu diupayakan untuk ditutupi sehingga
tidak tersentuh oleh DJP.
4. Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan dan dapat diterima masyarakat
mengenai peranan pajak sebagai sumber penerimaan negara dan segi-segi positif lainnya.
5. Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak bisa
dinikmati secara langsung, bahkan wujud pembangunan sarana prasana belum merata,
meluas, apalagi menyentuh pelosok tanah air.
6. Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada keterbukaan pemerintah terhadap
penggunaan uang pajak.

C. Beberapa hal dalam membangun kesadaran dan kepedulian sukarela


wajib pajak:

1.) melakukan sosialisasi


Sebagaimana dinyatakan Dirjen Pajak bahwa kesadaran membayar pajak datangnya dari diri
sendiri, maka menanamkan pengertian dan pemahaman tentang pajak bisa diawali dari
lingkungan keluarga sendiri yang terdekat, melebar kepada tetangga, lalu dalam forum-forum
tertentu dan ormas-ormas tertentu melalui sosialisasi.

Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara
perlahan merubah mindset masyarakat tentang pajak ke arah yang positif. Beragam bentuk
sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan: metode penyampaian, segmentasi maupun
medianya.

Berdasarkan Metode:

Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal ataupun informal. Acara formal biasanya
menggunakan format acara yang disusun sedemikian rupa secara resmi. Contohnya: Sosialisasi
bendaharawan, sosialisasi PPh 21 karyawan Pemda, seminar dan sebagainya.

Acara informal biasanya menggunakan format acara yang lebih santai dan tidak resmi.
Contohnya: Ngobrol santai dengan wartawan, dengan tokoh masyarakat, dan sebagainya.

Berdasarkan segmentasi:

Bisa membaginya untuk kelompok umur tertentu, kelompok pelajar dan mahasiswa, kelompok
pengusaha tertentu, kelompok profesi tertentu, kelompok/ormas tertentu.
Menanamkan kesadaran tentang pajak sejak dini, akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir
anak-anak dan menimbulkan rasa kebanggaan terhadap pajak. Contoh yang pernah dilakukan
DJP adalah High School Tax Road Show, High School Tax Competition, Tax Goes to Campus, ini
merupakan kegiatan yang menimbulkan greget, heboh dan sangat berkesan, bahkan sangat
dirindukan muncul lagi oleh kalangan pelajar maupun mahasiswa. Mungkin perlu dilakukan
secara berkesinambungan dengan format yang beragam, kreatif serta inovatif. Perlu diberikan
apresiasi kepada salah satu kanwil yang melaksanakan HSTRS ini dengan membuat kegiatan
Turnamen Basket Ball antar SMU terpanjang/terlama. Format HSTRS yang diselingi turnamen
Basket Ball dengan memindahkan lokasi/tempat pertandingan ke sekolah yang ada lapangan
basketnya untuk setiap even itu diadakan, sehingga masyarakat begitu terkesan dengan even
ini.

Berdasarkan media yang dipakai:

Sosialisasi dapat dilakukan melalui media elektronik dan media cetak. Misalnya: dilakukan
dengan talkshow di radio atau televisi, membuat opini, ulasan dan rubrik tanya jawab di koran,
tabloid atau majalah. Iklan pajak pun mempunyai pengaruh dan dampak positif terhadap
meningkatkan kesadaran dan kepedulian sukarela wajib pajak. Bentuk propaganda lainnya
seperti: spanduk, banner, papan iklan/billboard, dan sebagainya

Contoh-contoh sosialisasi lainnya:

- Dapat dilakukan dengan datang langsung ke kantor-kantor dan pemerintah daerah di wilayah
kerja, sosialisasi anggota profesi tertentu misalnya notaris, dokter, sosialisasi asosiasi tertentu
misalnya asosiasi kontraktor jasa konstruksi, sosialisasi kepada pejabat tertentu, anggota
DPR/DPRD, misalnya dengan topik pengisian SPT Tahunan.

- Dapat pula dilakukan dalam bentuk pengarahan secara langsung ke masyarakat melalui
pendekatan ke masing-masing kecamatan, desa, sampai RT/RW untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya pajak. Penyuluhan di bidang kesehatan,
penyuluhan di bidang peternakan dan pertanian bisa sukses, pastinya penyuluhan DJP akan bisa
lebih sukses didukung dengan tenaga penyuluh yang sangat handal.

- Dapat dilakukan pada kegiatan yang informal di masyarakat. Misalnya pengajian rutin, kerja
bakti, pertemuan karang taruna, dan kegiatan masyarakat lainnya.
- Adanya serangkaian kegiatan daerah dan instansi, perusahaan di wilayah kerja pada saat-saat
tertentu misalnya Pekan Raya, Pameran dan Promosi dan sebagainya, setidaknya DJP harus
dapat menangkap dan ikut serta memeriahkannya dengan membuka stand/pojok pajak.

- Salah satu even rutin yang sangat besar gaungnya adalah Pekan Panutan Penyampaian SPT
Tahunan. Biasanya dihadiri oleh Bupati/Walikota, sekda, Kepala Dinas dan Muspida yang
diharapkan bisa menjadi panutan pajak bagi masyarakat. Namun pada kenyataannya mereka
masih banyak yang tidak/belum menyampaikan SPT Tahunan. Biasanya mendekati batas akhir
penyampaian SPT Tahunan diadakan acara yang populer diberi nama “Ngisi Bareng SPT” yang
membantu para Wajib Pajak dalam mengisi SPT Tahunan.

- Program yang penting juga adalah adanya Tax Center yang bekerjasama dengan Perguruan
Tinggi setempat. Sebelum dibentuknya Tax Center biasanya dibuat kesepakatan bersama untuk
melakukan kerjasama sosialisasi perpajakan, yang bertujuan untuk mewujudkan kesadaran dan
kepedulian Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya di bidang perpajakan. Tax Center akan
membantu mensosialisasikan pengetahuan dan pemahaman tentang pajak. Tax center terbuka
bagi semua masyarakat. Siapapun yang mengalami kesulitan perihal perpajakan bisa
berkonsultasi di pusat perpajakan ini. Perguruan Tinggi akan menyediakan ruang tax center
yang nantinya akan dipergunakan sebagai sarana informasi dan pengetahuan tentang
perpajakan.

2.) Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pajak

DJP harus senantiasa berusaha membangun kepercayaan para wajib pajak kemudian
seharusnya menjamin dan menjawab kepercayaan tersebut dengan melakukan pembenahan
internal. Sehingga terwujudkan kondisi dimana masyarakat benar-benar merasa percaya
bahwa pajak yang mereka bayarkan tidak akan dikorupsi dan akan disalurkan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.

3.)Law Enforcement

Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang bulu akan memberikan deterent efect
yang efektif sehingga meningkatkan kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak. Walaupun
DJP berwenang melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan, namun pemeriksaan harus dapat dipertanggung jawabkan dan bersih
dari intervensi apapun sehingga tidak mengaburkan makna penegakan hukum serta dapat
memberikan kepercayaan kepada masyarakat wajib pajak.

4.) Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan


perpajakan

Melalui pendidikan diharapkan dapat mendorong individu kearah yang positif dan mampu
menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh positif
sebagai pendorong untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak. Mungkin suatu ide
mendirikan sekolah khusus di bidang perpajakan bisa diwujudkan guna mencetak tenaga ahli
dan trampil di bidang perpajakan. Atau dapat juga dengan memasukkan materi perpajakan ke
dalam kurikulum pendidikan nasional baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama sampai perguruan Tinggi. Khusus untuk perguruan Tinggi memang sudah terdapat
materi mata kuliah perpajakan untuk Fakultas tertentu khususnya Fakultas Ekonomi, bahkan
sudah ada Diploma Perpajakan.

5.) Meningkatkan citra Good Governance


yang dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib
pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan,
bukan suatu kewajiban. Dengan demikian tercipta pola hubungan antara negara dan
masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban yang dilandasi dengan rasa saling percaya.

D.Manfaat, Fungsi, dan Penggunaan Pajak

Pajak sangat bermanfaat bagi negara. Secara lengkap pajak banyak digunakan untuk :
1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, seperti: pengeluaran yang bersifat self liquiditing,
contohnya: pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor.
2. Membiayai pengeluaran reproduktif, seperti: pengeluaran yang memberikan keuntungan
ekonomis bagi masyarakat, contohnya: pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak reproduktif, contohnya:
pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi.
4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif, contohnya: pengeluaran untuk membiayai
pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan
datang yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu.
Jadi dengan taat membayar pajak masyarakat akan mendapatkan
manfaat:

 Fasilitas umum dan infrastruktur, seperti: jalan, jembatan, sekolah,


rumah sakit
 Pertahanan dan keamanan, seperti: bangunan, senjata, perumahan
hingga gaji-gajinya
 Subsidi pangan dan Bahan Bakar Minyak
 Kelestarian Lingkungan hidup dan Budaya
 Dana Pemilu
 Pengembangan Alat transportasi Massa, dan lain-lainnya.

Pajak yang telah disetorkan masyarakat akan digunakan negara untuk kesejahteraan
masyarakat, antara lain: memberi subsidi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan
membayar utang-utang negara. Selain itu pajak juga digunakan untuk menunjang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah agar perekonomian dapat terus berkembang.

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair), yaitu pajak dijadikan alat untuk memasukkan dana secara optimal
ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku, sehingga pajak berfungsi
membiayai seluruh pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan proses pemerintahan.
Pajak digunakan untuk pembiayaan rutin, seperti: belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lainnya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan
pemerintah, yaitu penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah
tersebut ditingkatkan terus dari tahun ke tahun sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan
yang semakin meningkat.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend), yaitu pajak digunakan pemerintah sebagai alat untuk mencapai
tujuan tertentu dan pelengkap dari fungsi anggaran. Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan
ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Contohnya: dalam rangka penanaman modal, baik dalam
negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk
produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas, yaitu pajak membuat pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan
yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi Retribusi Pendapatan, yaitu pajak digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum. Termasuk untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

A.)KESIMPULAN

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak.
B.)SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan
saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai