Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PPN DAN PPNBM


KELOMPOK 4

DI SUSUN OLEH :
Muh Zulfadli
Muh Dzaky Firdaus
A. Akbar Nusa Bakti
Fadhel Muhammad
Afiq Rifyal Givari Hamu
Anangga Mahatir Jaka Poetra

PROGRAM STUDI AKUTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah- Nya sehingga kami diberi
kekuatan dan kesempatan untuk menyusun sekaligus menyelesaikan
makalah yang berjudul ”PPN DAN PPnBM”.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
nabi besar kita Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafa’at-
Nya. Dan tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi
pembaca pada umumnya. Atas perhatiannnya kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, 10 Desembe

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan masalah

1.3. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara disamping penerimaan dari


sumber migas dan non migas. Dengan posisi yang sedemikian itu pajak
merupakan penerimaan strategis yang dikelola dengan baik. Dalam struktur
keuangan Negara tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat
Jenderal Pajak dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Latar belakang diperlakuannya Pajak Penjualan atas Barang Mewah setiap
pemungutan pajak termasuk pemungutan pajak Pertambahan Nilai diharapkan
mencerminkan keadialan baik secara horizontal maupun vertikal. Untuk mencapai
sasaran agar pemungutan Pajak Pertambahan Nilai mencerminkan keadilan
tersebut maka diberlakukan pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam
masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu
berkumpul untuk tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai
tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup
masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup
masingmasing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi beban dari
individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup
negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga
negara, dan seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara. Pada mulanya
pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian
sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti
menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai
dan lainlain. Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran maka ia
1
diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum untuk
beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Penghasilan negara adalah berasal dari
rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari hasil kekayaan alam yang ada
dalam negara itu. Dua sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan
penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum
yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan
masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi, dimana ada
kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah
senyawa dengan kepentingan umum.

Pungutan pajak mengurangi penghasilan atau kekayaan individu tetapi


sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi
kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh masyarakat yang
bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar maupun tidak. Pajak mempunyai
peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya didalam
pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk
membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan.

Sistem pemungutan pajak pertambahan nilai (PPN) di indonesia adalah Self


Assessment System,yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang
terhutang terhadap Negara merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan
pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak
untuk melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan
cara ini maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk
memungut pajak. Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas.
Oleh karena itu harus dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak
sesuai. Selain itu, tarif pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku
saat itu. Dengan demikian para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar
pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah
2
memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di
Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi
syaratsyarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat
penting dan strategisnya objek pajak karena menyangkut apa yang dikenakan atau
tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan
kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis pajak

1.2 Rumusan Masalah

1. Mekanisme pemungutan PPN?

2. Defenisi Mekanisme pemungutan PPnBM kendaraan bermotor?

3. Macam-macam pengecualian pengenaan PPnBM kendaraan bermotor?

1.3 Tujuan

1. Untuk menambah pengetahuan tentang mekanisme pemungutan PPN

2. Agar mahasiswa mengetahui tentang mekanisme pemungutan PPnBM


kendaraan bermotor
3. Untuk mengetahui tentang pengecualian pengenaan PPnBM kendaraan
bermotor

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)


A. Pengertian pajak pertambahan nilai
Pajak pertambahan nilai merupakan pengganti dari pajak penjualan hal ini
di sebabpak karena penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk manampung,
antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan
pemerataan pembebanan pajak.
Menurut Supramono (2009: 125) pajak pertambahan nilai merupakan
pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negara (daerah pabean). Baik
konsumsi BKP maupun JKP.
Berdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan ketiga
ata UU No. 8 Tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak
penjualan atas barang mewah, pada bagian umum pajak pertambahan nilai adalah
pajak konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara
bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.
Menurut Waluyo (2011 : 9) menyatakan bahwa pajak pertambahan nilai
(PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam
daerah pabean), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa.
B. Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut resmi (2011: 5) pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan pajak
tidak langsung. Artinya pajak yang pada akhirnya dapat dibedakan atau dialihkan
kepada orang lain atau pihak ketiga. Pihak-pihak yang mempunyai kewajiban
memungut, menyetor, dan melaporkan PPN terdiri atas:
1. Pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena
pajak/jasa kena pajak di dalam daerah pabean dan melakukan ekspor
barang kena pajak berwujud/barng kena pajak tidak berwujud/jasa kena
pajak

4
2. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak (PKP).
C. Objek Pajak Pertambahan Nilai
Objek pajak pertambahan nilai (PPN) selalu mengalami perubahan seiring
dengan diberlakukannya UU baru. UU No. 42 Tahun 2009 yang berlaku mulai 1
April 2010. PPN dikenakan :
1. Penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang di lakukan oleh pengusaha
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
6. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP
7. Ekspor BKP tidak Berwujud oleh PKP
8. Ekspor JKP oleh PKP.

2.2. Mekanisme Pemungutan PPN


Mekanisme pemungutan PPN sesuai dengan PMK Nomor

85/PMK.03/2012 tanggal 06 Juni 2012 yang berlaku efektif mulai 1 Juli 2012
adalah:
1. Mekanisme pemungutan PPN yang pertama dan wajib adalah rekanan
wajib membuat faktur pajak dan surat setoran pajak (SSP) atas setiap
penyerahan BKP dan/atau JKP kepada BUMN.
2. Mekanisme pemungutan PPN yang kedua adalah faktur pajak sebagaimana
dimaksud pada angka 1 dibuat sesuai dengan ketentuan di bidang
perpajakan.
3. Ketiga adalah SSP sebagaimana dimaksud pada angka 1 diisi dengan
membubuhkan NPWP serta identitas rekanan, tetapi penandatanganan SSP
dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama rekanan.

5
4. Keempat adalah dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga
terutang PPnBM maka rekanan harus mencantumkan juga jumlah PPnBM
yang terutang pada faktur pajak.
5. Kelima adalah faktur pajak dibuat dalam rangkap 3 dengan peruntukkan
sebagai berikut : lembar kesatu untuk BUMN, lembar kedua untuk
rekanan, dan lembar ketiga untuk BUMN yang dilampirkan pada SPT
Masa PPN bagi pemungut PPN.
6. Keenam adalah SSP sebagaimana dimaksud pada angka 1 dibuat dalam
rangkap 5 dengan peruntukkan sebagai berikut : lembar kesatu untuk
rekanan, lembar kedua untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau Kantor
Pos, lembar ketiga untuk rekanan yang dilampirkan pada SPT Masa PPN,
lembar keempat untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos, dan lembar kelima
untuk BUMN yang dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN.
7. Mekanisme Pemungutan PPN yang terakhir adalah faktur Pajak dan SSP
merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM.

A. Mekanisme pelaporan PPN adalah :

Pelaporan dilakukan setiap bulan dan laporan disampaikan ke KPP tempat


BUMN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak dengan menggunakan formulir “Surat Pemberitahuan Masa PPN bagi
Pemungut PPN” dan dilampiri dengan faktur pajak lembar ke-3 dan Surat Setoran
Pajak (SSP) lembar ke-5 dalam hal terdapat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

B. Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas


Barang Mewah dilakukan paling lambat :

a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima setelah akhir

6
bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak; atau

b. Pada saat melakukan pembayaran dalam hal :

1. pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya setelah bulan


penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
2. pembayaran dilakukan sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak; atau
3. pembayaran dilakukan pada saat yang sama dengan saat penyerahan Barang

Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

C. Pengkreditan Pajak Masuk

Dalam menentukan besarnya pajak pertambahan nilai yang terutang dalam


suatu masa pajak, perlu diperhatikan pajak masuknya terlebih dahulu.
Berdasarkan pasal 1 ayat (24) UU PPN. Pajak masuk adalah pajak
pertambahan nilai yang harusnya dibayar oleh pemasukan kena pajak karena
perolehan barang kena pajak dan atau penerimah jasa kena pajak dan atau
pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan atau impor barang
kena pajak.

Mekanisme pengkreditan pajak masukan menurut UU Pajak pertambahan


Nilai (PPN) No. 42 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan


a. Pajak masuk dalam satu masa pajak dikreditkan dengan pajak
keluaran untuk masa pajak yang sama (pasal 9 ayat 2).
b. Dalam hal belum ada pajak keluaran dalam suatu masa pajak, maka
pajak masukkan tetap dapat dikreditkan (pasal 9 ayat 2a).
c. Apabila dalam suatu masa pajak. Jumlah pajak keluaran lebih besar
dari pada jumlah pajak masukan, maka selisinya marupakan pajak

7
pertambahan nilai yang wajib dibayar oleh pengusaha kena pajak
(pasal 9 ayat 3).
d. Apabila dalam satu masa pajak, jumlah pajak masukan lebih besar
daripada jumlah pajak keluaran, maka selisihnya merupakan
kelebihan pajak masukan yang dapat diminta kembali atau di
kompensasikan ke masa pajak berikutnya (pasal 9 ayat 4).
e. Pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak masukan untuk
perolehan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan
penyerahan barang kena pajak (pasal 9 ayat 5 jo ayat 8 huruf b).
f. Meskipun berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
menghasilkan penyerahan kena pajak, dalam hal-hal tertentu tidak
kemungkinan pajak masukan tersebut tidak dapat dikreditkan
(pasal 9 ayat (8) dan pasal 16 b ayat (3) ).
2. Pajak Masuk Yang Dapat Dikreditkan

Kriteria umum bahwa suatu pajak masukan dapat dikreditkan adalah


apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Memenuhi Persyaratan Formal


1. Tercantum dalam faktur pajak standar atau dalam dokumen yang
diperlakukan sebagai faktur pajak standar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
2. Pajak masukan dan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama
atau dalam masa pajak yang tidak sama sepanjang belum
melampaui bulan ketiga setelah berakhirnya masa pajak yang
bersangkutan dengan ketentuan belum dibebankan sebagai biaya
dan belum dilakukan pemeriksaan.
b. Memenuhi persyaratan material
1. Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
2. Belum dikenakan biaya

8
Pajak masukan yang dimaksud pada UU No. 42 pasal 9 (4) adalah pajak
masukan yang dapat dikreditkan. Dalam suatu masa pajak dapat terjadi pajak
masukan yang dapat dikreditkan lebih besar dari pada pajak keluaran. Kelebihan
pajak masukan tersebut tidak dapat diminta kembali pada masa pajak yang
bersangkutan, tetapi dikompensasikan ke masa pajak berikutnya:

Contoh :

Masa pajak oktober 2012

Pajak keluaran =Rp. 2.000.000.00

Pajak masukan yang dapat dikreditkan =Rp. 4.500.000.00 (-)

Pajak lebih dibayar =Rp. 2.500.000.00

Pajak yang lebih dibayar tersebut dikompensasikan ke masa pajak November


2012 masa pajak November 2012

Pajal keluaran =Rp. 3.000.000.00

Pajak masukan yang dapat dikreditkan =Rp. 2.000.000.00 (-)

Pajak kurag bayar =Rp. 1.000.000.00

Pakal yang lebih dibayar dari masa pajak oktober 2012 yang dikompensasikan ke
masa pajak november 2012 = Rp. 2.500.000.00

Jadi pajak yang lebih dibayar masa pajak november 2012 adalah :

Rp. 2.500.000.00 - Rp. 1.000.000.00 = Rp. 1.500.000.00 jadi pajak yang lebih
dibayar tersebut dikompensasikan ke masa pajak desember 2012.

3. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan


a. Pajak masukan (PM) bagi pengeluaran untuk perolehan BPK/JKP sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai JKP.
9
b. Pajak masukan bagi pengeluaran untuk perolehan BKP/JKP yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
c. Pajak masuk bagi pengeluaran untuk pembelian atau pemeliharaan
kendaraan bermotor berbentuk sedan,jeep, station, wagon, van, dan komni
kecuali sebagai barang dengan disewakan (pasal 9 ayat (6) huruf c UU
PPN)
d. Pajak masukan atas manfaatan BPK tidak berwujud atau pemanfaatan JKP
dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai JKP.
e. Pajak masukan yang terancam dalam faktur pajak sederhana.
f. Pajak masukan yang tercantum dalam faktur pajak standar yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (5).
g. Pajak masukan yang pembayarannya ditagih menggunakan surat ketetapan
pajak.
h. Pajak masukan yang tidak dilaporkan SPT masa PPN yang ditemukan
dalam pemeriksaan.
i. Pajak masukan atas perolehan BKP/JKP yang digunakan untuk kegiatan
usaha yang menghasilkan penyerahaan yang dibebaskan dari pengenaan
pajak (pasal 16 ayat (3) ).

Sesuai dengan sistem self assessment, PKP) wajib melaporkan seluruh


kegiatan usahanya dalam SPT masa PPN. Selain itu, kepada PKP juga telah
diberikan kesempatan untuk melakukan pembetulan SPT masa PPN sehingga
sudah selayaknya jika pajak masukan yang tidak dilaporkan dalam SPT masa
PPN tidak dapat dikreditkan.

Contoh :

Dalam SPT masa PPN dilaporkan :

Pajak keluaran =Rp. 10.000.000.00

Pajak masukan =Rp. 8.000.000.00


10
Dari hasil pemeriksaan diketahui:

Pajak keluaran =Rp. 15.000.000.00

Pajak masukkan =Rp. 11.000.000.00

Hal ini, pajak masukan yang dapat dikreditkan tidak sebesar Rp. 11.000.000.00
tetapi sebesar Rp. 8.000.000.00 sesuai dengan yang dilaporkan SPT sama PPN.

Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan

pajak keluaran – pajak masukan

=Rp. 15.000.000.00 – Rp. 8.000.000.00 =Rp. 7.000.000.00

Kekurangan bayar menurut hasil pemeriksaan =Rp. 7.000.000.00

Kurang bayar menurut SPT masa =Rp. 2.000.000.00

Masih kurang dibayar =Rp. 5.000.000.00

2.3 Mekanisme Pemungutan PPnBM kendaraan bermotor

Berdasarkan KMK Nomor 355/KMK.03/2003 jo. KEP- 229/PJ/2003 diatur

sebagai berikut :

1. PPnBM dikenakan atas :

• Impor kendaraan CBU (Completely Built-Up) berupa kendaraan


pengangkutan orang sampai dengan 15 orang termasuk
pengemudi, kendaraan double cabin, kendaraan khusus, dan

11
kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 250 CC;
• Penyerahan kendaraan hasil perakitan/produksi di dalam Daerah
Pabean berupa kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15
orang termasuk pengemudi, kendaraan double cabin, kendaraan
khusus, dan kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 250 CC;
• Penyerahan kendaraan bermotor berupa kendaraan pengangkutan
orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi dan
kendaraan double cabin hasil pengubahan dari kendaraan sasis
atau kendaraan pengangkutan barang.

2. PPnBM dibebaskan atas impor atau penyerahan:

• Kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam


kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan pengangkutan umum;
• Kendaraan protokoler kenegaraan;

• Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan


15 orang termasuk pengemudi yang digunakan untuk kendaraan
dinas TNI/POLRI;
• Kendaraan patroli TNI/POLRI.

3. Orang Pribadi (OP) atau Badan yang melakukan impor atau yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor yang dibebaskan dari
pengenaan PPnBM sebagaimana dimaksud butir 2 di atas wajib
memiliki Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM yang diterbitkan
oleh Dirjen Pajak c.q. Kepala KPP tempat pemohon terdaftar, sebelum
impor atau penyerahan kendaraan bermotor dilakukan.

12
4. Permohonan SKB PPn BM yang diajukan oleh OP atau Badan yang
melakukan impor atau yang menerima penyerahan kendaraan
ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran,
kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum ke KPP dilengkapi
dengan dokumen-dokumen sebagai berikut :
a. Surat Kuasa Khusus bila menunjuk pihak lain untuk pengurusan

SKB PPn BM;


b. Fotocopy kartu NPWP

c. Surat Keterangan atau dokumen lain yang menunjukkan

d. pengunaan kendaraan dimaksud;

e. Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa kendaraan dimaksud


tidak akan dipindahtangankan atau diubah peruntukannya dan
apabila ternyata dipindahtangankan atau diubah peruntukannya,
bersedia membayar kembali PPnBM yang dibebaskan ditambah
sanksi dengan ketentuan yang berlaku;
f. Perjanjian jual-beli kendaraan bermotor yang memuat keterangan-
keterangan antara lain: – Nama Penjual;
– Nama pembeli;

– Jenis dan spesifikasi kendaraan yang dibeli;

g. Ijin Usaha dan Ijin Trayek yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang (untuk kendaraan angkutan umum selain taksi) atau
Persetujuan (Ijin) Prinsip yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah setempat (untuk taksi);

h. Khusus untuk impor kendaraan bermotor, dilengkapi dengan


dokumen impor berupa :
– Invoice;
13
– Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB);

– Dokumen kontrak Pembelian yang bersangkutan atau


dokumen yang dapat dipersamakan;
– Dokumen pembayaran yang berupa Letter of Credit (LlC) atau
bukti transfer atau bukti lainnya berkaitan dengan pembayaran
tersebut.

5. Permohonan SKB PPnBM dapat ditindak lanjuti dengan syarat bahwa


OP atau Badan tersebut tidak mempunyai tunggakan hutang pajak
yang telah jatuh tempo, kecuali yang telah mendapat izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak. KPP memberikan
keputusan dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah surat permohonan
diterima dengan lengkap.

6. Apabila kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan PPnBM


tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 tahun sejak impor atau
perolehannya dipindahtangankan atau diubah peruntukannya sehingga
tidak sesuai dengan tujuan semula, maka PPnBM terutang yang
dibebaskan tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka waktu satu
bulan sejak kendaraan bermotor tersebut dipindahtangankan atau
diubah peruntukannya. Dan apabila dalam jangka waktu satu bulan
dimaksud PPnBM yang terutang tersebut tidak atau kurang dibayar,
KPP menerbitkan SKPKB ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

2.4. Pengecualian pengenaan PPnBM Kendaraan Bermotor

1. Impor atau penyerahan kendaraan bermotor berupa: kendaraan


(ambulan,jenazah,pemadam kebakaran, tahanan,angkutan umum).
14
2. Impor atau penyerahan kendaraan yang Protokoler Kenegaraan; kendaraan
dinas atau kendaraan patroli TNI/Polri.

Apabila kendaraan diatas dalam jangka waktu 5 th sejak impor/


perolehannya dipindahtangankan , maka PPnBM yang terutang yang dibebaskan
wajib dibayar ke kas negara dalam jangka waktu 1 bulan sejak kendaraan tersebut
dipindahtangankan. Apabila dilanggar SKBKB + sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku.

2.5. Dasar Hukum Pengenaan PPN dan PPnBM

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai


Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18
Tahun 2000 yang telap dinamakan Undang-undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000
3. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang
Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena
Pajak Tertentu yang Dibehaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
15
sehagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang
Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sehagaimana telah
heberapa kali diubah. Terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2007.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang


Mewah (PPnBM) lebih menunjukan sebagai identitas dari suatu sistem
pemungutan pajak atas konsumsi daripada nama suatu jenis pajak,
mengenakan pajak atas nilai tambah yang timbul pada barang atau jasa
tertentu yang dikonsumsi. Namun sebelum barang atau jasa tersebut
sampai pada tingkat konsumen, PPN telah dikenakan pada setiap mata
rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Meskipun demikian,
pemungutan pajak secara bertingkat ini tidak menimbulkan efek ganda
karena adanya metode perolehan kembali pajak yang telah dibayar (kredit
bayar) oleh Pengusaha Kena Pajak sehingga persentase beban pajak yang
dipikul oleh konsumen tetap sama dengan tarif pajak yang berlaku. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa panjang pendek jalur produksi atau
distribusi tidak mempengaruhi persentase beban pajak yang dipikul oleh
konsumen.

16
3.2 Saran

Berdasarkan uraian makalah perpajakan tentang Pajak Pertambahan


Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ini
diharapkan dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan dari materi ini.
Penghasilan negara terbesar terutama negara kita Indonesia adalah
berasal dari pajak. Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu,
pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya
dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu para wajib pajak juga harus rutin
dalam membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai
warga Negara Indonesia harus memahami apa-apa saja yang menjadi
subjek pajak, objek pajak, serta tarif pajak yang berlaku di Negara
Indonesia.Sehingga bisa dimanfaatkan dalam kehidupan bermasyarakat
dan menjadi warga Negara yang taat terhadap pajak

17
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo.” Perjakan edisi revisi 2009,” Andi. Yogyakarta

Waluyo,” perpajakan indonesia buku 2,” Salemba Empat. Jakarta. 2002

Agung, Mulyo,” perpajakan indonesia seri PPN, PPnBM, dan PPh Badan, Teori
dan Aplikasi,” Edisi 2, Mitra wacana media.2009

Soemitro, Rochmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994,PT


Eresco,Bandung ,1992 http://pajakkoe.blogspot.co.id/2013/01/mekanisme-
pemungut-ppn.html

18

Anda mungkin juga menyukai