DI SUSUN OLEH :
Muh Zulfadli
Muh Dzaky Firdaus
A. Akbar Nusa Bakti
Fadhel Muhammad
Afiq Rifyal Givari Hamu
Anangga Mahatir Jaka Poetra
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah- Nya sehingga kami diberi
kekuatan dan kesempatan untuk menyusun sekaligus menyelesaikan
makalah yang berjudul ”PPN DAN PPnBM”.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
nabi besar kita Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafa’at-
Nya. Dan tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi
pembaca pada umumnya. Atas perhatiannnya kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Makassar, 10 Desembe
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I : PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak (PKP).
C. Objek Pajak Pertambahan Nilai
Objek pajak pertambahan nilai (PPN) selalu mengalami perubahan seiring
dengan diberlakukannya UU baru. UU No. 42 Tahun 2009 yang berlaku mulai 1
April 2010. PPN dikenakan :
1. Penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang di lakukan oleh pengusaha
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
6. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP
7. Ekspor BKP tidak Berwujud oleh PKP
8. Ekspor JKP oleh PKP.
85/PMK.03/2012 tanggal 06 Juni 2012 yang berlaku efektif mulai 1 Juli 2012
adalah:
1. Mekanisme pemungutan PPN yang pertama dan wajib adalah rekanan
wajib membuat faktur pajak dan surat setoran pajak (SSP) atas setiap
penyerahan BKP dan/atau JKP kepada BUMN.
2. Mekanisme pemungutan PPN yang kedua adalah faktur pajak sebagaimana
dimaksud pada angka 1 dibuat sesuai dengan ketentuan di bidang
perpajakan.
3. Ketiga adalah SSP sebagaimana dimaksud pada angka 1 diisi dengan
membubuhkan NPWP serta identitas rekanan, tetapi penandatanganan SSP
dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama rekanan.
5
4. Keempat adalah dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga
terutang PPnBM maka rekanan harus mencantumkan juga jumlah PPnBM
yang terutang pada faktur pajak.
5. Kelima adalah faktur pajak dibuat dalam rangkap 3 dengan peruntukkan
sebagai berikut : lembar kesatu untuk BUMN, lembar kedua untuk
rekanan, dan lembar ketiga untuk BUMN yang dilampirkan pada SPT
Masa PPN bagi pemungut PPN.
6. Keenam adalah SSP sebagaimana dimaksud pada angka 1 dibuat dalam
rangkap 5 dengan peruntukkan sebagai berikut : lembar kesatu untuk
rekanan, lembar kedua untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau Kantor
Pos, lembar ketiga untuk rekanan yang dilampirkan pada SPT Masa PPN,
lembar keempat untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos, dan lembar kelima
untuk BUMN yang dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN.
7. Mekanisme Pemungutan PPN yang terakhir adalah faktur Pajak dan SSP
merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM.
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima setelah akhir
6
bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak; atau
7
pertambahan nilai yang wajib dibayar oleh pengusaha kena pajak
(pasal 9 ayat 3).
d. Apabila dalam satu masa pajak, jumlah pajak masukan lebih besar
daripada jumlah pajak keluaran, maka selisihnya merupakan
kelebihan pajak masukan yang dapat diminta kembali atau di
kompensasikan ke masa pajak berikutnya (pasal 9 ayat 4).
e. Pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak masukan untuk
perolehan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan
penyerahan barang kena pajak (pasal 9 ayat 5 jo ayat 8 huruf b).
f. Meskipun berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
menghasilkan penyerahan kena pajak, dalam hal-hal tertentu tidak
kemungkinan pajak masukan tersebut tidak dapat dikreditkan
(pasal 9 ayat (8) dan pasal 16 b ayat (3) ).
2. Pajak Masuk Yang Dapat Dikreditkan
8
Pajak masukan yang dimaksud pada UU No. 42 pasal 9 (4) adalah pajak
masukan yang dapat dikreditkan. Dalam suatu masa pajak dapat terjadi pajak
masukan yang dapat dikreditkan lebih besar dari pada pajak keluaran. Kelebihan
pajak masukan tersebut tidak dapat diminta kembali pada masa pajak yang
bersangkutan, tetapi dikompensasikan ke masa pajak berikutnya:
Contoh :
Pakal yang lebih dibayar dari masa pajak oktober 2012 yang dikompensasikan ke
masa pajak november 2012 = Rp. 2.500.000.00
Jadi pajak yang lebih dibayar masa pajak november 2012 adalah :
Rp. 2.500.000.00 - Rp. 1.000.000.00 = Rp. 1.500.000.00 jadi pajak yang lebih
dibayar tersebut dikompensasikan ke masa pajak desember 2012.
Contoh :
Hal ini, pajak masukan yang dapat dikreditkan tidak sebesar Rp. 11.000.000.00
tetapi sebesar Rp. 8.000.000.00 sesuai dengan yang dilaporkan SPT sama PPN.
sebagai berikut :
11
kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 250 CC;
• Penyerahan kendaraan hasil perakitan/produksi di dalam Daerah
Pabean berupa kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15
orang termasuk pengemudi, kendaraan double cabin, kendaraan
khusus, dan kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 250 CC;
• Penyerahan kendaraan bermotor berupa kendaraan pengangkutan
orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi dan
kendaraan double cabin hasil pengubahan dari kendaraan sasis
atau kendaraan pengangkutan barang.
3. Orang Pribadi (OP) atau Badan yang melakukan impor atau yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor yang dibebaskan dari
pengenaan PPnBM sebagaimana dimaksud butir 2 di atas wajib
memiliki Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM yang diterbitkan
oleh Dirjen Pajak c.q. Kepala KPP tempat pemohon terdaftar, sebelum
impor atau penyerahan kendaraan bermotor dilakukan.
12
4. Permohonan SKB PPn BM yang diajukan oleh OP atau Badan yang
melakukan impor atau yang menerima penyerahan kendaraan
ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran,
kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum ke KPP dilengkapi
dengan dokumen-dokumen sebagai berikut :
a. Surat Kuasa Khusus bila menunjuk pihak lain untuk pengurusan
g. Ijin Usaha dan Ijin Trayek yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang (untuk kendaraan angkutan umum selain taksi) atau
Persetujuan (Ijin) Prinsip yang dikeluarkan oleh Pemerintah
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
16
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Mulyo,” perpajakan indonesia seri PPN, PPnBM, dan PPh Badan, Teori
dan Aplikasi,” Edisi 2, Mitra wacana media.2009
18