DOSEN PENGAMPU:
Eko Tamina, SH.Mkn
DISUSUN OLEH:
Shafira Luthfia Anggraini
Npm : 2021201007
Prodi D3 Akuntansi
PROGRAM DIPLOMA
JURUSAN AKUNTANSI
INSTITUT MARITIM PRASETYA MANDIRI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
tuntunanya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan baik dan lancar tepat
pada waktunya.
Penyusunan makalah ini sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Perpajakan
Makalah ini membahas mengenai Pajak Tidak Langsung.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah bekerja sama dalam
penyusunan makalah ini, penulis sadar dengan sungguh bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan baik isi maupun penyajiannya, untuk itu penulis
dengan terbuka mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan dari makalah ini kedepannya.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB 1 ........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................4
1.1 Latar belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................4
BAB II ......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................
5
2.1 Pengertian Pajak Tidak Langsung..................................................................................5
2.2 Unsur-Unsur Pajak Langsung………..……..................................................................5
2.3 Contoh Pajak Tidak Langsung……...............................................................................6
BAB III......................................................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan……….........................................................................................................8
3.2 Saran……..……….........................................................................................................8
BAB 1
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga
Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.
Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama
pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembinaan pembangunan harus terus
ditumbuhkan dengan mingkatkan kesabaran masyarakat tentang kewajibannya membayar
pajak.
Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu sumber penerimaan
Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang sangat tepat, selain
karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat
dalam membiayai pembangunan. Jenis pungutan di Indonesia terdiri dari pajak Negara (pajak
pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai dan penerimaan Negara bukan pajak.
Dan salah satunya ada yang namanya pajak langsung yang di mana Definisi dari pajak
langsung ini sendiri merupakan pungutan yang dibebankan kepada Wajib Pajak dan harus
dibayarkan secara pribadi atau langsung oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dibebankan kepada pihak yang lain. Dan apabila dilihat dari proses pembayarannya, pajak
langsung ini memiliki sifat pungutan yang teratur dan pembayarannya dilakukan secara
berkala. Pelaksanaan kewajiban atas pajak langsung ini dilakukan selama Wajib Pajak
memenuhi unsur-unsur atau syarat yang sesuai dengan Undang-Undang (UU) yang berlaku.
Pajak langsung juga pada dasarnya melekat pada pribadi Wajib Pajak, sehingga untuk
pelaksanaan hak dan kewajibannya tidak dapat dialihkan kepada pihak yang lain.
Pajak Tidak Langsung merupakan pajak yang pemungutannya dibebankan kepada pihak
lain. Konsekuensinya, orang yang bertanggung jawab atas administrasi pajak dan pembayar
pajak adalah orang yang berbeda.
Pajak tidak langsung juga dapat didefinisikan sebagai perpajakan pada individu atau
entitas yang pada akhirnya dibayarkan oleh orang lain. Badan yang mengumpulkan pajak
kemudian akan mengirimkannya/melaporkannya ke pemerintah.
Jenis pemungutan yang berlaku dalam pajak tidak langsung bersifat tidak menentu.
Artinya, pemberlakuan pajak tidak dilakukan secara berkala layaknya pajak langsung,
melainkan tergantung dari peristiwa yang membuat kewajiban untuk membayar pajak
muncul. Agar dapat memahami lebih baik lagi, kita bisa mengambil PPN sebagai contoh
pajak tidak langsung. Kewajiban membayar PPN baru muncul jika terjadi transaksi jual-beli.
Jika tidak terjadi transaksi, maka kewajiban perpajakannya tidak muncul.
Terdapat tiga unsur yang dapat kita gunakan untuk mengenali pajak tidak langsung:
1. Penanggung jawab pajak adalah orang yang secara formal yuridis diharuskan melunasi
pajak, bila padanya terdapat faktor atau kejadian yang menimbulkan sebab untuk
dikenakan pajak.
2. Penanggung pajak adalah orang yang pada faktanya dalam arti ekonomis memikul beban
pajak.
3. Pemikul beban pajak adalah orang yang menurut maksud dari pembuat undang-undang
harus memikul beban pajak (destinasi).
Nah, apabila unsur-unsur tersebut terdapat pada lebih dari satu orang (terpisah), maka
pajaknya disebut pajak tidak langsung.
Contoh umum pajak tidak langsung adalah bea masuk, bahan bakar, minuman keras, dan
pajak rokok. Beberapa pajak tidak langsung juga dapat disebut sebagai pajak
konsumsi seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Sebaliknya, Pajak Penghasilan (PPh) adalah contoh paling jelas dari pajak langsung karena
orang yang mendapatkan penghasilanlah yang membayarkan pajaknya.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli
barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau badan yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Jadi, pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah konsumen akhir. Namun, yang
berkewajiban untuk memungut, menyetor dan melaporkan adalah pedagang/penjual.
Tarif PPN sendiri diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Tarif PPN 0% berlaku untuk ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak.
Tarif PPN 10% berlaku untuk semua produk yang beredar di dalam negeri,
termasuk di daerah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landasan kontinen yang di
dalamnya berlaku undang-undang yang mengatur tentang kepabeanan.
Tarif PPN atas barang mewah ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi
200%.
Khusus untuk barang dan jasa yang terkena tarif 10%, besaran tarif tersebut masih
dapat diubah menjadi paling rendah 5% hingga paling tinggi 20% disesuaikan
dengan peraturan pemerintah yang berlaku.
2.PPnBM
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan kepada wajib
pajak atas penjualan suatu barang mewah. Barang yang termasuk dalam barang mewah
tergolong dalam kategori berikut ini:
3.Bea Masuk
Bea Masuk adalah pungutan negara berdasarkan pada undang-undang yang dikenakan untuk
barang-barang yang memasuki daerah pabean. Jenis dan kondisi barang impor akan sangat
memengaruhi pengenaan bea masuknya.
Nilai pabean atas barang impor dapat dihitung dari harga barang (Cost), unsur asuransi
(Insurance), dan biaya angkut (Freight) yang dikonversi dalam satuan kurs rupiah dengan
nilai tukar yang berlaku pada hari dihitungnya bea masuk tersebut.
4.Cukai
Cukai merupakan pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang
memiliki sifat serta karakteristik tertentu, seperti:
Pajak cukai dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan
Republik Indonesia. Berikut ini contoh barang yang dikenakan cukai:
1. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses
pembuatannya.
2. Minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun dengan tidak
mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat
yang mengandung etil alkohol.
3. Hasil tembakau seperti, sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan
tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan atau bahan
pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak adalah sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional yang
sumbernya dapat diperbaharui (renewable resource) sesuai dengan perkembangan yang
terjadi, serta merupakan salah satu kewajiban kenegaraan yang nantinya akan dikembalikan
kepada masyarakat luas. Oleh karenanya, setiap anggota masyarakat wajib berperan aktif
dalam melaksanakan sendiri kewajiban perpajakan. Sasaran yang ditempuh di bidang pajak
ini adalah berusaha meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar aturan perpajakan
yang ada. Dan fungsi pajak adalah mengkoordinir perencanaan dan perhitungan semua pajak
yang dikenakan pada PT Semen Padang untuk pemerintah pusat dan daerah.
3.2 Saran
Pajak tidak langsung juga dapat didefinisikan sebagai perpajakan pada individu atau
entitas yang pada akhirnya dibayarkan oleh orang lain. Badan yang mengumpulkan pajak
kemudian akan mengirimkannya/melaporkannya ke pemerintah.
Jenis pemungutan yang berlaku dalam pajak tidak langsung bersifat tidak menentu. Artinya,
pemberlakuan pajak tidak dilakukan secara berkala layaknya pajak langsung, melainkan
tergantung dari peristiwa yang membuat kewajiban untuk membayar pajak muncul.