Oleh
KELOMPOK 4
Intan Mauludina
Rebecca Arlinda P I
Egi Renita
Vidia Julianti
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha ESA yang telah memberikan karunia
dan hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Manajemen Pajak atas Pajak Pertambahan Nilai”. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas dalam menempuh dan menyelesaikan program
magister akuntansi di Universitas Widyatama Bandung
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat membuka diri untuk kritik dan saran yang
membangun dalam perbaikan makalah ini. Akhir kata, besar harapan penulis agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2.4. Ekualisasi dari Dasar Pengenaan Pajak PPN dan peredaran usaha
dalam PPh Badan
Secara terminologi, ekualisasi berasal dari kata equal yang bisa diartikan
sebagai proses untuk menamakan. Ekualisasi pajak merupakan suatu proses
untuk menyamakan atau mencari kesesuaian antara satu jenis pajak dengan
jenis pajak lainnya yang saling berhubungan. Proses tersebut biasanya
dilakukan untuk menyamakan antara biaya atau pendapatan yang merupakan
objek pajak yang dicatat dalam laporan keuangan dengan biaya atau
pendapatan yang sudah dilaporkan dalam surat pemberitahuan (SPT) yang
sudah disampaikan ke kantor pajak.
Salah satu tujuan dilakukannya ekualisasi pajak adalah sebagai pembuktian
bahwa pelaporan SPT masa PPN dan SPT Masa PPh Pot/Put dengan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan sudah dilakukan dengan benar. Selain itu, dapat
juga menjadi persiapan apabila sewaktu-waktu dilakukan pemeriksaan oleh
kantor pajak, sehingga terhindar dari koreksi pajak. Adanya ekualisasi PPN
bertujuan untuk menghindari adanya pelaporan pajak yang tidak benar.
Sehingga, ketika terjadi pemeriksaan pajak, dan fiskus menemukan adanya
selisih yang terjadi dalam pelaporan SPT tahunan badan, perusahaan dapat
mengantisipasinya dengan bukti-bukti yang dibutuhkan sehingga perusahaaa
pun terhindar dari denda karena dianggap tidak membuat laporan.
Secara sederhana, ekualisasi penghasilan dan objek PPN ini didasarkan pada
perbandingan antara jumlah penghasilan yang ada di form 1771-I SPT
Tahunan PPh Badan dan jumlah satu tahun objek PPN dalam SPT Masa PPN.
Ketika fiskus melakukan ekualisasi penghasilan dan objek PPN,
kemungkinan akan terjadi selisih yang disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Adanya perbedaan waktu penerbitan faktur pajak dan pengakuan nota
retur/nota pembatalan.
2. Ditemukannya penghasilan PPh badan yang ternyata bukanlah objek
PPN.
3. DPP PPN tidak termasuk dalam PPh badan, misalnya:
4. Penyerahan antara cabang dan pusat-cabang.
5. Terjadinya kegiatan ekspor (perawatan di luar negeri dan
pengembalian peralatan sewa).
6. Pemakaian sendiri atau pemberian cuma-cuma.
7. Pengalihan atau penjualan aktiva (Pasal 16D UU PPN).
8. Selisih kurs pencatatan pada pembukuan & penerbitan faktur pajak.
9. Pembayaran uang muka.
Tujuan dilakukannya ekualisasi pajak yaitu agar terhindar dari koreksi
pajak. Selain itu juga dalam rangka persiapan Wajib Pajak apabila dilakukan
pemeriksaan oleh KPP. Dilihat dari sisi Wajib Pajak, ekualisasi ini
merupakan bentuk tindakan preventif untuk menghadapi pemeriksaan pajak.
Ekualisasi juga bisa menjadi petunjuk bahwa kewajiban penyampaian SPT
Masa PPN dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan telah dilakukan
dengan benar. Prosedur ekualisasi dapat ditempuh melalui beberapa cara
berikut ini:
1. Menentukan saldo-saldo atau pos yang akan dicocokkan.
2. Menggunakan saldo-saldo: Peredaran usaha dan penghasilan lain
dengan jumlah penyerahan menurut SPT Masa PPN, Peredaran usaha
dengan objek PPh Pasal 22 tentang kegiatan usaha di bidang lain,
Pembelian (bahan baku, barang jadi, atau aktiva) dengan dasar
pengenaan pajak PPN masukan, Pembelian dengan objek pemotongan
dan pemungutan pajak penghasilan dengan objek PPh Pemotong
Pemungutan, Objek pemotongan PPh dengan DPP PPN masukan,
Objek PPh Pasal 26 dengan menggunakan objek PPN jasa luar negeri,
Buku besar bank dengan rekening koran, dan lain sebagainya.
3. Memastikan pemfakturan antar waktu telah dilakukan secara tepat
waktu.
Secara umum, ekualisasi terbagi menjadi tiga berdasarkan objek pajak, yaitu:
1. Ekualisasi Peredaran Usaha antara SPT Tahunan PPh Badan dengan objek
Pajak (DPP Pajak Keluaran) di SPT masa PPN
Selisih Peredaran usaha di SPT Tahunan PPh Badan dengan DPP pajak
keluaran di SPT PPN merupakan koreksi yang sangat sering ditemukan
dalam pemeriksaan pajak. Selisih tersebut biasanya terjadi karena adanya
perbedaan pengakuan secara akuntasi maupun secara fiskal. Selisih
tersebut antara lain disebabkan oleh adanya penghasilan badan yang bukan
merupakan objek PPN, DPP PPN yang bukan merupakan penghasilan PPh
Badan, selisih kurs antara pencatatan dengan faktur pajak, pembayaran
uang muka, waktu penerbitan Faktur Pajak dengan pengakuan nota retur
atau nota pembatalan serta hal lain sesuai dengan kondisi perusahaan
wajib pajak.
2. Ekualisasi Harga Pokok Penjualan atau biaya di SPT Tahunan PPh Badan
dengan DPP Pajak Masukan di SPT masa PPN
Penghitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) meliputi penghitungan saldo
awal persediaan barang ditambah dengan pembelian dikurangi saldo akhir
persediaan barang. Dalam melakukan ekualisasi HPP, hal yang biasanya
menjadi konsen adalah membandingkan jumlah PPN Masukan yang
dipungut oleh lawan transaksi sama dengan total pembelian baik itu bahan
baku maupun bahan jadi. Selain itu, dalam proses pemeriksaan akan
diperlukan juga pembuktian atau pengujian melalui dokumen faktur pajak
pembelian yang telah dipungut oleh lawan transaksi sebagai PPN masukan
yang sudah dilaporkan dalam SPT PPN.
3. Ekualisasi Biaya di SPT Tahunan PPh Badan dengan Objek Pajak di SPT
Masa PPh (Pemotongan dan Pemungutan PPh).
Sama seperti selisih antara peredaran usaha di SPT Tahunan Badan dengan
DPP pajak keluaran di SPT PPN, selisih antara biaya di SPT Tahunan PPh
Badan dengan objek Pajak di SPT masa PPh bisa terjadi karena adanya
perbedaan pengakuan antara akuntansi dengan fiskal. Perbedaan itu antara
lain adalah adanya biaya di SPT Tahunan Badan yang bukan merupakan
objek pajak PPh masa, perbedaan tahun pengakuan antara biaya dan
pemotongan/pemungutan, selisih kurs antara pencatatan pada pembukuan
dan pemotongan/pemungutan pada SPT masa, keterlambatan
pemotongan/pemungutan serta hal lain sesuai dengan kondisi perusahaan
wajib pajak. Dengan melakukan ekualisasi, wajib pajak dapat mengetahui
penyebab selisih pelaporan SPT Tahunan Badan dengan SPT masa, wajib
pajak akan dapat memastikan bahwa seluruh omzetnya selama tahun
berjalan sudah dipungut dan dilaporkan PPN-nya, seluruh biaya yang
merupakan objek pajak PPh Pasal 23/26, PPh Pasal 22, PPh Pasal 4(2) dan
PPh Pasal 15 telah dipotong/dipungut pajaknya, serta biaya terkait gaji dan
upah tenaga kerja sudah sama dengan biaya gaji pada laporan laba rugi.
Analisis Kasus
Barang hasil pertanian merupakan barang yang dihasilkan dan diambil
langsung dari sumbernya dari berbagai kegiatan usaha di bidang:
Pertanian, perhutanan, dan perkebunan.
Peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran.
Perikanan, baik penangkapan atau budidaya.
Menurut PMK 64 tahun 2022 pasal 3 disebutkan bahwa dikenakan tarif PPN
dengan besaran tertentu yaitu 1,1% dari harga jual. Nilai tarif ini merupakan 10% dari
tarif PPN normal dalam UU PPN sebesar 11%.
Cengkeh merupakan komoditi yang termasuk dalam Barang Hasil Pertanian
Tertentu (BHPT), maka bagi pengusaha kena pajak yang bergerak dibidang cengkeh
wajib memungut dan menyetorkan PPN atas transaksinya ke kas negara.
Dalam kasus ini wajib pajak nyata-nyata telah memungut PPN dari
konsumennya, namun dia tidak menyetorkannya ke kas negara, sehingga wajib pajak
tersebut telah melanggar pasa 39 ayat (1) huruf c dan i, yaitu dengan sengaja tidak
menyampaikan surat pemberiahuan (c) dan tidak menyetorkan pajak yang telah
dipungut (i).
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA