Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FASILITAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Tugas Mata Kuliah : Seminar Perpajakan

Dosen Pengampu : Lilis Karlina, S.E., M.Ak

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Ahmad Zaelani Adrian 181011200701

Kartika Nur Hidayat 181011201256

Pharel Randika Nur Aji Prakoso 181011201921

Maria Tuti Sundaria Siallagan 181011201740

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAMULANG

2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3
2.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)........................................................................3
2.2 Fasilitas PPN 0%.................................................................................................................3
2.3 Fasilitas Tidak Dikenakan PPN...........................................................................................5
2.4 Fasilitas PPN Dibebaskan....................................................................................................5
2.5 Fasilitas PPN Tidak Dipungut.............................................................................................6
BAB III PENUTUP......................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................7
3.2 Saran.....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak adalah salah satu sumber pendapatan negara. Menurut Undang-undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 Pajak
adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Di Indonesia terdapat beberapa undang-undang yang mengatur berbagai jenis
pajak, salah satunya adalah Undang-undang No. 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai. Dalam undang-undang tersebut terdapat beberapa jenis pajak penghasilan,
diantaranya pajak penghasilan yang bersifat final.
Sebagai warga negara yang telah menjadi wajib pajak, sudah menjadi suatu
kewajiban untuk mengetahui dan memahami berbagai peraturan dan jenis pajak yang ada.
Akan tetapi, masih ada beberapa wajib pajak yang belum mengetahui dan memahami
berbagai peraturan dan jenis pajak tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas
transaksi jual- beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib
pajak badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Jadi, yang berkewajiban memungut, menyetor dan melaporkan PPN adalah
para Pedagang/Penjual. Namun, pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah
Konsumen Akhir.
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan disetorkan oleh pengusaha
atau perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Namun
beban PPN tersebut ditanggung oleh konsumen akhir. Sejak 1 Juli 2016, PKP se-
Indonesia wajib membuat faktur pajak elektronik atau e-Faktur untuk menghindari
penerbitan faktur pajak fiktif untuk pengenaan PPN kepada lawan transaksinya.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas setiap penyerahan barang kena
pajak (BKP) atau jasa kena pajak (JKP) menurut ketentuan perundang-undangan. Namun,
untuk tujuan tertentu, pemerintah memberi fasilitas untuk tidak mengenakan PPN atas
jenis barang, jasa dan sektor usaha tertentu.

Secara umum terdapat empat jenis fasilitas PPN di Indonesia, yaitu fasilitas PPN
0%, PPN tidak dikenakan, PPN dibebaskan dan PPN tidak dipungut. Keempat fasilitas
tersebut pada dasarnya sama-sama tidak mengenakan PPN, namun terdapat perbedaan
mendasar dalam masing-masing fasilitas tersebut.

2.2 Fasilitas PPN 0%


Fasilitas PPN dengan tarif 0% diterapkan atas kegiatan ekspor. Sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 (UU PPN) tarif PPN
sebesar 0% dikenakan atas ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan
ekspor JKP.
PPN merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP di dalam daerah
pabean. Oleh karena itu, BKP atau JKP dari dalam daerah pabean yang dimanfaatkan di
luar daerah pabean, selayaknya tidak dikenakan PPN.
Pengenaan tarif 0% ini tidak berarti sebagai pembebasan PPN. Dengan demikian,
pajak masukan yang telah dibayar untuk perolehan BKP dan/atau JKP yang berkaitan
dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan.

2.3 Fasilitas Tidak Dikenakan PPN


Fasilitas tidak dikenakan PPN ini diterapkan atas penyerahan barang dan jasa
yang tidak termasuk objek PPN. Jenis barang dan jasa yang tidak menjadi objek PPN ini
diatur dalam Pasal 4A UU PPN. Sebagaimana dipahami, UU PPN mengadopsi sistem
negative-list, sehingga barang dan jasa lain yang tidak termasuk dalam Pasal 4A maka
secara otomatis menjadi objek PPN.
Untuk itu, jika pengusaha hanya memiliki usaha yang penyerahannya tidak
dikenakan PPN, maka pengusaha tersebut tidak wajib untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP). Selain itu, pajak masukan atas perolehan BKP dan/atau
JKP terkait kegiatan tersebut tidak dapat dikreditkan.

2.4 Fasilitas PPN Dibebaskan

Fasilitas PPN dibebaskan diberikan untuk kegiatan usaha tertentu maupun


penyerahan BKP dan/atau JKP tertentu. Berdasarkan Pasal 16B ayat (1) UU PPN,
fasilitas berupa pembebasan PPN dapat diberikan untuk:

 kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean


 penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu
 impor BKP tertentu
 pemanfaatan BKP tidak berwujud tertentu dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean dan
 pemanfaatan JKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
Ketentuan lebih detail mengenai fasilitas PPN dibebaskan ini diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP), di antaranya PP Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau
Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN
dan PP No. 2 Tahun 2009 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta
Pengawasan atas Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di
Kawasan yang telah Ditunjuk Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas.

Selain itu, perlu diketahui, adanya perlakukan khusus berupa pembebasan dari
pengenaan PPN mengakibatkan tidak adanya pajak keluaran, sehingga pajak masukan
yang berkaitan dengan penyerahan BKP dan/atau JKP yang memperoleh pembebasan
tersebut tidak dapat dikreditkan. Hal ini diatur dalam Pasal 16B ayat (3) UU PPN.

2.5 Fasilitas PPN Tidak Dipungut


Fasilitas PPN tidak dipungut juga diberikan untuk kegiatan usaha tertentu maupun
penyerahan BKP dan/atau JKP tertentu. Hal ini diatur dalam Pasal 16B ayat (1) UU PPN.
Hanya saja, berbeda dengan fasilitas PPN dibebaskan, dalam fasilitas PPN tidak
dipungut, pajak masukan yang berkaitan dengan penyerahan BKP dan/atau JKP yang
mendapat fasilitas dimaksud tetap dapat dikreditkan.
Ketentuan lebih teknis mengenai fasilitas PPN dibebaskan ini diatur dalam bentuk
PP, di antaranya PP No. 85 Tahun 2015 tetang Perubahan PP No. 32 Tahun 2009 tentang
tempan penimbunan berikat serta PP No. 147 Tahun 2000 tentang Perlakuan Perpajakan
di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebagaimana telah diubah
dengan PP No. 20 Tahun 2000.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas
transaksi jual- beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib
pajak badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). yang berkewajiban
memungut, menyetor dan melaporkan PPN adalah para Pedagang/Penjual. Namun,
pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah Konsumen Akhir.

Fasilitas tidak dikenakan PPN diterapkan atas penyerahan barang dan jasa yang
tidak termasuk objek PPN. Jenis barang dan jasa yang tidak menjadi objek PPN ini
diatur dalam Pasal 4A UU PPN. Fasilitas PPN dibebaskan diberikan untuk kegiatan
usaha tertentu maupun penyerahan BKP dan/atau JKP tertentu. Berdasarkan Pasal 16B
ayat (1) UU PPN. Sedangkan Fasilitas PPN 0%, Pengenaan tarif 0% ini tidak berarti
sebagai pembebasan PPN. Yang berarti, pajak masukan yang telah dibayar untuk
perolehan BKP dan/atau JKP yang berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai