Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 1 PERPAJAKAN

PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI
ANGGOTA
KELOMPOK:
Alditha Cristhmas Putri D. 220611040087
Agritia Kartini Bento 220611040085
Agdytia Crystin Pakiding 220611040084
Akrilia Prety S. Sigandong 220611040086
Yola Grisela Bambulu 220611040080
Susi Aloo 220611040076
DEFINISI PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang


dikenakan atas barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat. PPN diperkenalkan oleh pemerintah
Indonesia pada tahun 1984 dan diatur dalam Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa serta Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pajak yang
dipungut oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan, dan
Pemerintah yang berstatus Pengusaha Kena Pajak (PKP)
atas transaksi jual-beli BKP dan/atau JKP.
Karena PPN bersifat objektif, tidak kumulatif, dan
merupakan pajak tidak langsung, maka pihak yang
membayar pajak ini tidak diwajibkan menyetorkan langsung
ke kas negara, melainkan lewat pihak yang
memotong/memungut PPN.
PRINSIP DASAR PPN

Prinsip dasar PPN adalah prinsip pajak konsumsi, yang berarti


bahwa pajak hanya dikenakan pada barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh masyarakat. PPN dikenakan pada setiap tahap
produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa. PPN
dikenakan atas nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap pelaku
usaha dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi barang
dan jasa.
TARIF PPN

1. Barang dan jasa 2. Pungutan atas barang 3. Pemberian fasilitas


tertentu: Tarif PPN
impor: PPN atas barang tertentu: PPN atas
atas barang dan jasa barang dan jasa tertentu
impor dapat berbeda-
tertentu seperti barang
beda tergantung pada dapat diberikan
mewah, barang impor,
dan jasa tertentu dapat jenis barang dan negara fasilitas penangguhan,
lebih tinggi dari 10%. asal barang tersebut. pengurangan, atau
pembebasan pajak.
PELAPORAN PPN

Wajib pajak yang terdaftar sebagai pengusaha wajib


melaporkan PPN secara rutin setiap bulan atau setiap
tahun tergantung pada jumlah omzet yang diterima.
Pelaporan PPN dilakukan dengan menggunakan SPT
Masa PPN dan SPT Tahunan PPN.
Ketentuan tentang PPN diatur dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan yang telah mengalami beberapa kali perubahan, terbaru
diatur dalam UU HPP berkaitan dengan besar tarif PPN.
Selain kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai, regulasi baru ini juga
mengatur kembali daftar negative list atau barang/jasa yang tidak
dikenakan PPN.

Artinya, beberapa barang/jasa yang sebelumnya berada dalam daftar


negatif list, akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Namun pemerintah menegaskan, bagi masyarakat berpenghasilan
menengah dan kecil tetap tidak perlu membayar Pajak Pertambahan
Nilai atas konsumsi kebutuhan pokok, jasa pendidikan, jasa
kesehatan, dan layanan sosial.
Undang-Undang yang Mengatur Pajak Pertambahan Nilai

1.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983


UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah diciptakan untuk
mengatur tentang PPN dan PPnBM (Pajak Penjualan atas
Barang Mewah) yang disahkan pada 1 April 1985.
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
Setelah UU No. 8 Tahun 1983, muncul perubahan kedua yaitu Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa
dan PPnBM.
Perubahan ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan sistem
perpajakan yang tepat untuk masyarakat juga untuk meningkatkan
penerimaan negara.

3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009


Perubahan ketiga adalah UU No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPnBM.
4. .Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Meski ketentuan baru tentang Pajak Pertambahan Nilai ini juga diatur
kembali dalam UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada klaster
perpajakan, namun UU 42 Tahun 2009 sebagian masih berlaku.
Ada beberapa bagian pasal dalam UU Cipta Kerja klaster perpajakan
ini yang mengubah atau menambahkan beberapa pasal dari undang-
undang pendahulunya.

5. Terbaru dalam UU HPP No. 7 Tahun 2021


Peraturan perundang-undangan perpajakan tentang PPN tertuang
dalam UU HPP No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.
SANKSI PPN

Wajib pajak yang tidak melaporkan atau terlambat


melaporkan PPN dapat dikenakan sanksi berupa denda
atau bahkan pidana. Berikut adalah beberapa sanksi
yang dapat diterima oleh wajib pajak yang tidak
melaporkan atau terlambat melaporkan PPN:
SANKSI PPN

1.Denda administratif: Wajib pajak yang terlambat melaporkan PPN


dapat dikenakan denda administratif sebesar 2% per bulan dari jumlah
pajak yang seharusnya dibayarkan.

2.Denda keterlambatan: Wajib pajak yang terlambat melaporkan PPN


dapat dikenakan denda keterlambatan sebesar 1% per bulan dari
jumlah pajak yang seharusnya dibayarkan.
SANKSI PPN

3.Sanksi administratif: Wajib pajak yang tidak melaporkan PPN dapat


dikenakan sanksi administratif berupa pembekuan NPWP (Nomor
Pokok Wajib Pajak) atau pencabutan izin usaha.

4.Sanksi pidana: Wajib pajak yang sengaja tidak melaporkan PPN atau
melakukan tindakan penggelapan pajak dapat dikenakan sanksi pidana
berupa hukuman penjara dan/atau denda.
OBJEK PPN

Objek PPN adalah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh


masyarakat. Barang yang dikenakan PPN meliputi barang-barang
produksi dalam negeri dan impor, serta barang modal dan bahan
baku yang digunakan untuk produksi barang dan jasa. Sementara
itu, jasa yang dikenakan PPN meliputi jasa keuangan, jasa
telekomunikasi, jasa konstruksi, dan jasa lainnya.
Rumus Dan Cara Menghitung Tarif PPN

Pajak Pertambahan Nilai = Tarif PPN x Dasar


Pengenaan Pajak ( DPP )
Contoh :
Pada tanggal 13 April 2022 PKP PT BBB di Surabaya menerima tagihan
jasa akuntansi termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp132.000.000 dari PKP PT CCC di Bandung yang memberikan jasa
akuntansi.
Transaksi menagih jasa akuntansi di Bandung adalah penyerahan di
dalam daerah pabean, jasa akuntansi adalah jasa kena pajak, yang
memberikan jasa akuntansi adalah pengusaha kena pajak. Jadi
transaksi itu dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
Transaksi ini tidak mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau
dibebaskan, sehingga besarnya PPN terutang atas penyerahan jasa
akuntansi pada tanggal 13 April 2022 di Bandung dihitung oleh PKP PT
CCC di Bandung untuk dipungut dengan Faktur Pajak sebagai berikut:
Harga jual termasuk Pajak Pertambahan Nilai = Rp132.000.000
DPP =100 x harga jual termasuk PPN

100 + % tarif PPN

= 100x Rp132.000.000

110

= Rp120.000.000

PPN terutang = DPP PPN x Tarif PPN

= Rp120.000.000 x 11%

= Rp13.200.000

Jadi, PPN dipungut oleh PKP PT CCC Bandung sebesar Rp13.200.000


Harga jual termasuk Pajak
PPN terutang = DPP PPN
Pertambahan Nilai =
x Tarif PPN
Rp132.000.000
= Rp120.000.000 x 11%
DPP =100 x harga jual
= Rp13.200.000
termasuk PPN
100 + % tarif PPN Jadi, PPN dipungut oleh
= 100 x Rp132.000.000 PKP PT CCC Bandung
110 sebesar Rp13.200.000
= Rp120.000.000
KESIMPULAN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat. PPN dikenakan pada setiap tahap produksi,
distribusi, dan konsumsi barang dan jasa. Tarif PPN pada umumnya adalah 10%,
namun ada beberapa pengecualian tergantung pada jenis barang atau jasa yang
dikenakan PPN. Wajib pajak yang terdaftar sebagai pengusaha wajib melaporkan
PPN secara rutin setiap bulan atau setiap tahun tergantung pada jumlah omzet
yang diterima. Pelaporan PPN dilakukan dengan menggunakan SPT Masa PPN
dan SPT Tahunan PPN.
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah jenis pajak yang
disetor dan dilaporkan pihak penjual yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Batas waktu
penyetoran dan pelaporan PPN adalah setiap akhir bulan.
Sejak tanggal 1 Juli 2016, PKP se-Indonesia wajib membuat e-
Faktur atau faktur pajak elektronik sebagai prasyarat
pelaporan SPT Masa PPN.
Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP
menjual produknya. Pajak masukan ialah PPN yang dibayar
ketika PKP membeli, memperoleh maupun membuat
produknya.
REFERENSI

https://an-nur.ac.id/pajak-pertambahan-nilai-ppn/
https://klikpajak.id/blog/pajak-pertambahan-nilai-ppn/
https://komputerisasi-akuntansi-d4.stekom.ac.id/informasi/baca/Apa-itu-P
PN-Pajak-Pertambahan-Nilai-Definisi-dan-Tarifnya/19750b14859577db360
6a187cc4267ca4654762d
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2021/07/13/173618726358430-
pajak-pertambahan-nilai-ppn
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pajak-pertambahan-n
ilai-ppn
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai